• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anaa Aaalan Seperti Kepercayaan Anaa

Dalam dokumen Just_Duit_-_Johanes_Lim_-_bhs_indonesia (Halaman 44-50)

B

agaimana cara anda melihat dunia di sekitar anda; apakah bersahabat ataukah kejam? Apakah banyak peluang terbuka ba-gi anda untuk meraih sukses, ataukah penuh dengan kendala dan an-caman? Apakah hidup ini indah, menyenangkan, menggairahkan, suram, menyedihkan, membosankan? Bagaimanakah cara anda me-lihat dan menilai hidup dan dunia ini?

Semua jawaban dan persepsi anda tentang hidup, kehidupan dan dunia ini, sangat tergantung kepada kepercayaan anda.

Kepercayaan adalah hal vital yang sama perlunya seperti hal fisik. Kita tidak dapat hidup tanpa kepercayaan, karena kita memerlukannya sebagai parameter untuk menterjemahkan dan menilai apa yang dang terjadi dalam kehidupan kita. Seseorang tidak akan menjadi se-suatu atau menginginkan untuk menjadi sese-suatu tanpa kepercayaan. Dan apa yang anda inginkan, hal itu dipengaruhi dan dibentuk oleh kepercayaan yang anda miliki.

Sekalipun kepercayaan anda berasal dari lingkungan (orangtua, saudara, teman, guru, masyarakat, lingkungan) dan masa lalu yang mendidik dan/atau anda cermati, itu bukanlah harga mati yang per-manen, melainkan dapat anda ubah.

Anda bukanlah korban takdir atau korban masa lalu, kecuali jika anda percaya demikian. Masa depan anda juga bukanlah merupakan sesuatu yang telah ditetapkan oleh nasib, serta tidak terjadi dengan

sendirinya. Fakta dan sejarah hidup anda akan menjadi sebagaimana anda mengukir dan menciptakannya—apakah baik dan indah atau-kah buruk dan menyedihkan. Hari ini adalah 'janin' bagi 'bayi' yang akan anda lahirkan di masa depan. Anda memegang dan merancang masa depan dengan tangan anda sendiri—yaitu pikiran dan keper-cayaan anda. Satu hal penting ialah bahwa anda bisa mengubah kepercayaan anda dengan kepercayaan baru, dan dengan mengubah kepercayaan, anda mengubah segalanya.

Lantas, apakah sebenarnya kepercayaan itu?

"Kepercayaan adalah keyakinan atas kebenaran sesuatu, sehingga kita beraksi dan bereaksi sesuai dengan kepercayaan itu, tanpa (perlu) menyadari apakah hal yang kita percayai itu sungguh benar atau tidak."

Seringkali kita membicarakan sesuatu tanpa mempunyai kejelasan tentang apa dan bagaimana sesungguhnya sesuatu itu, dan hanya mengandalkan perasaan atau asumsi kita saja yang kita anggap benar, sekalipun realitas apakah sesuatu itu sungguh benar atau tidak, bu-kanlah persoalan atau di luar jangkauan penyelidikan lebih lanjut. Jadi, jika anda percaya bahwa anda adalah orang cerdas, apa yang se-sungguhnya anda katakan ialah, "Saya merasa yakin bahwa saya alah orang cerdas." Perasaan keyakinan itu akan membuka sumber da-ya da-yang memungkinkan anda melakukan hasil da-yang nampak cerdas. Jadi, sesungguhnya kita semua mempunyai jawaban di dalam diri kita untuk hampir segala hal, atau minimal mempunyai akses untuk mendapat jawaban melalui orang lain atau faktor eksternal. Tapi seringkali kekurangan kepercayaan, kekurangan kepastian, menye-babkan kita tidak bisa menggunakan kapasitas optimal yang berada dalam diri kita.

Apakah anda pernah mendapat pernyataan atau komentar atau referensi orang tentang keadaan anda, misalnya ada beberapa orang yang mengatakan bahwa anda sexy? Kemudian ketika anda bercermin, anda membandingkan diri anda dengan figur orang sexy lainnya dan berkata, "Hey, saya memang nampak seperti mereka!"

ngelolanya sebagai konsep bahwa anda sexy. Segera setelah anda me-lakukannya, anda merasa pasti tentang ide bahwa anda memang sexy, dan mulai mempercayainya. Selanjutnya anda akan hidup dan ber-perilaku sebagaimana yang anda percayai sebagai orang sexy.

Sekali anda mengerti proses metafora ini, anda bisa melihat ba-gaimana cara kepercayaan terbentuk, yang tentunya dengan demikian dapat anda ubah melalui proses yang sama.

Hal penting yang perlu dicatat ialah bahwa anda bisa mengem-bangkan kepercayaan apa pun, jika mempunyai cukup referensi pe-ngalaman untuk mernbangunnya. Namun sayangnya, banyak keper-cayaan kita yang terbentuk tanpa kita sadari atau tanpa kehendak in-dependen kita sendiri, melainkan melalui referensi pengalaman yang terjadi begitu saja dari lingkungan pergaulan kehidupan kita, se-hingga kita tidak mengetahui cara untuk mengelola dan mem-bentuknya secara ideal.

Kepercayaan pribadi anda berasal dan berkembang dari keluarga dan lingkungan hidup anda. Mereka meletakkan fondasi dengan fi-losofi, kepercayaan, perilaku, dan tindakan mereka. Sebagaimana ja-waban atas pertanyaan anda, "Who am 7?" datang dari anggota ke-luarga yang merefleksikan pikiran mereka tentang siapa anda, maka jawaban atas pertanyaan anda "What can I do? juga berasal dari me-reka, apakah orangtua, saudara maupun kerabat anda yang berpikir tentang kapabilitas anda.

Jika semasa kecil anda sering dimaki oleh keluarga anda atau ling-kungan anda, "Goblok, gitu aja enggak bisa!", maka tidak meng-herankan jika anda merasa rendah diri dan merasa bodoh sekalipun telah berangkat dewasa. Demikian juga jika anda sering dimaki, "Anak setan, selalu saja kamu membuat onar!", maka anda ber-kemungkinan untuk tumbuh menjadi orang yang berkepribadian buruk, seperti kesan yang tertanam dan menjadi kepercayaan anda.

Identitas dan kepercayaan anda selalu berkait, karena anda meng-ekspresikan perasaan dalam diri anda melalui perbuatan, dan aksi itu mengungkapkan tentang siapakah anda menurut pikiran anda. Se-bagaimana keluarga anda bisa mempengaruhi atau bahkan memak-sakan agar anda menjadi seperti yang mereka inginkan, atau

me-lakukan tindakan seperti yang mereka harapkan, maka pikiran dan tindakan anda belum tentu mencerminkan apakah yang sesungguhnya anda inginkan, karena belum tentu anda merdeka untuk melakukan hanya yang benar-benar anda inginkan.

Secara alamiah kita tumbuh dengan melihat dan mencerna afir-masi yang diberikan oleh anggota keluarga terhadap kemampuan yang memberikan kita kepercayaan. Misalnya ketika kita baru bisa berdiri dan berjalan, ketika baru mulai bersekolah, atau ketika me-masuki masa puber dan jatuh cinta untuk pertama kalinya, atau ke-tika baru pertama kali memasuki dunia kerja, apakah pendapat yang diberikan oleh anggota keluarga anda tentang anda: apakah anda he-bat, ataukah anda payah? Apakah anda berprestasi ataukah anda pe-cundang? Semua itu akan berpengaruh terhadap image dan self-esteem serta independensi anda sampai hari ini.

Jika orangtua anda sangat bersikeras untuk menjadikan anda se-perti pribadi yang mereka inginkan, mungkin saja anda tidak tumbuh sebagaimana layaknya untuk menjadi diri anda sendiri ber-sama faktor genetika, bakat bawaan dan sebagainya yang tentu saja berbeda dengan orangtua anda. Jika demikian halnya, bisa saja anda menjalani hidup yang abnormal, karena anda menjadi bukan diri an-da^sendiri.

Pertanyaan tentang yang manakah dan apakah kepercayaan yang benar itu? Jawabannya adalah, tidak perduli apakah atau yang ma-nakah yang benar, melainkan kepercayaan mama-nakah yang paling do-minan dan mempengaruhi hidup anda? Sebab kita akan dapat me-nemukan orang atau contoh yang bisa mendukung kepercayaan kita, sehingga kita menjadi semakin percaya, apa pun bentuk kepercayaan anda. Itulah yang kita namakan rasionalisasi.

Sebagai contoh: Jika anda percaya bahwa Tuhan itu ada, maka an-da akan menemukan cara atau pengajaran, atau orang atau apa saja yang 'membuktikan' bahwa Allah ada. Sedangkan jika anda percaya bahwa Allah itu tidak ada,. maka anda pun akan menemukan cara, atau pengajaran, atau orang, atau apa saja yang 'membuktikan' bah-wa Allah itu tidak ada.

Contoh lain adalah: Bayangkan, anda pernah beragama "A" dan menjadi sangat fanatik untuk membela agama tersebut, bahkan sam-pai berdebat dan berkelahi dengan teman atau keluarga anda, karena anda sangat percaya bahwa agama itulah yang terbaik dan terbenar dengan segala argumen dan bukti empiris. Nah, jika karena sesuatu hal anda berganti kepercayaan menjadi beragama "B", mungkin ka-rena anda lebih diberkati atau mendapat pertolongan Illahi, apakah yang akan terjadi? Dengan sama fanatiknya seperti dulu anda mem-bela agama "A" yang bahkan kini anda hujat mungkin, anda kini berdebat dan bahkan berkelahi demi agama "B" yang anda percayai paling benar dan paling berguna.

Pertanyaannya: Mengapa demikian? Apakah kita ini memang ma-nusia plin-plan, ataukah kita mempercayai hal yang salah? Ataukah memang di dunia ini tidak ada sesuatu yang mutlak benar atau mutlak salah, sehingga apa pun kepercayaan kita akan ada benarnya dan ada salahnya?

Saya tidak tahu, karena saya belum menguasai ilmu segala sesuatu yang maha tahu. Menurut pendapat saya, memang di dunia ini tidak ada hal yang mutlak benar dan mutlak salah, atau mutlak baik dan mutlak buruk. Sesuatu menjadi baik atau buruk tergantung keper-cayaan kita, dan berlaku bagi diri kita sendiri serta orang yang sepaham dengan kita.

Dan kepercayaan itu terbentuk sesuai dengan input atau referensi pengalaman yang kita terima sebagai fakta atau kebenaran. Bagi ke-percayaan, adalah tidak penting apakah input, atau data, atau fakta yang kita percayai itu adalah benar atau kenyataan ataukah tidak. Pokoknya kita berpikir, berperilaku dan hidup seperti yang kita per-cayai, that's it! Itulah sebabnya seringkali kita melihat perilaku atau buah pikiran orang yang bagi kita nampak gila, namun bagi orang lain dianggap sebagai hal yang luarbiasa indah.

Karena referensi pengalaman yang membentuk kepercayaan kita bisa saja berasal dari sumber yang faktual dan benar maupun keliru —seperti misalnya ajaran dan teladan orangtua, atau buku, atau filem, dan sebagainya—kita pun bisa mempercayai sesuatu hanya ber-dasarkan ha-sil imajinasi saja. Sekalipun terdengar aneh, tapi

demikianlah faktanya bahwa kita sebagai manusia tidak kebal terhadap persuasi maupun distorsi.

Jika anda secara konsisten dan sering memasukkan gambaran se-suatu ke dalam pikiran anda, maka se-suatu saat anda akan bisa mem-percayainya sebagai kebenaran dan mewujudkannya dalam kehidupan faktual. Invasi yang dilakukan ke dalam pikiran bawah sadar kita, se-perti misalnya dalam keadaan trance hipnosis, akan bisa menggiring pikiran kita untuk mempercayai sesuatu sebagai kebenaran—se-kalipun belum tentu benar—dan kita bertindak sesuai dengan ke-percayaan itu.

Semua itu bisa terjadi karena pikiran kita tidak bisa memberitahu perbedaan antara sesuatu yang diimajinasikan dan sesuatu yang sungguh dialami. Semakin kuat emosi anda terlibat, dan disertai dengan pengulangan yang berkali-kali, sistem syaraf anda akan mengangapnya sebagai pengalaman nyata, sekalipun itu tidak atau belum terjadi.

Para ahli hipnotis bisa mempengaruhi pikiran anda untuk mem-percayai sesuatu yang tidak benar—misalnya mengatakan bahwa anda seekor kucing, sehingga anda bisa berperilaku seperti seekor ku-cing yang mengeong-ngeong jika diperintah. Anda pun bisa meng-alami ketakutan, atau kesenangan, bahkan kenikmatan jika sedang menggunakan "virtual reality" technology. Atau ketika anda bermimpi sedang dikejar penjahat, anda bisa berperilaku seperti sedang berlari-lari, berkeringat, bahkan menjerit ketakutan. Bagi pria muda yang sedang mimpi berkencan dengan wanita, akan bisa mengalami wet dream.

Jadi, manfaat pelajaran ini bagi anda ialah: bahwa kepercayaan itu tidak memerlukan informasi atau pengalaman atau kebenaran untuk bisa dipercayai dan dijadikan perilaku. Jika anda cukup sering mera-sakannya sebagai kebenaran, cepat atau lambat anda akan percayainya sebagai kebenaran. Dengan kata lain, jika anda mem-punyai kepercayaan dan perilaku yang buruk atau merugikan, anda bisa mengubahnya dengan cara yang sama serta relatif mudah, yaitu menggantikannya dengan kepercayaan lain yang lebih mengun-tungkan!

5

Dalam dokumen Just_Duit_-_Johanes_Lim_-_bhs_indonesia (Halaman 44-50)