• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyabot Kemakmuran

Dalam dokumen Just_Duit_-_Johanes_Lim_-_bhs_indonesia (Halaman 32-36)

K

ebanyakan dari kita menyabot kemakmuran kita sendiri. Kita membatasi pertumbuhan finansial kita melalui pola belanja yang keliru yaitu overspend. Kita menggunakan setiap sumber dana untuk mengatrol standar hidup kita, bahkan dengan menggunakan fasilitas kredit untuk keperluan konsumtif. Demi gengsi dan lifestyle agar nampak seolah-olah sebagai orang yang makmur, kita membe-lanjakan uang sebanyak penghasilan, bahkan lebih, melalui hutang.

Jika itu terjadi, anda bisa berharap akan menjadi khawatir dan de-presi. Tidak perduli seberapa besar penghasilan anda, uang itu akan segera habis. Anda tidak akan mempunyai cukup uang, apalagi ta-bungan. Anda akan digeluti rasa khawatir, cemas, takut, dan ke-kurangan. Perasaan dan pengalaman ini akan menciptakan kekurangan baru.

Jika anda secara bijaksana mengelola agar pengeluaran anda mi-nimal 10% lebih kecil dari penghasilan anda, maka anda akan me-miliki kualitas kehidupan yang berbeda. Anda akan segera terbebas dari kesulitan finansial, dan akan merasa lebih makmur secara nyata, karena minimal anda secara rutin mempunyai tabungan sebesar 10% dari penghasilan anda. Coba bayangkan, berapakah kira-kira uang tabungan anda sekarang, jika sejak masa muda anda (ketika anda te-lah mempunyai penghasilan) minimal anda menyisihkan 10% saja sebagai tabungan yang anda investasikan secara bijaksana dan meng-untungkan? Anda bisa menjadi sudah cukup makmur, bukan hanya

secara finansial, melainkan juga secara mental. Prosperity consciousness anda akan berkembang sangat kuat.

Namun sayang, itu bukanlah cara yang diperbuat orang secara umum. Kebanyakan orang adalah overspending dan bukan investing. Kebanyakan orang tidak bisa mengelola keinginannya dengan bijak-sana, sehingga membelanjakan uangnya secara boros dan ngawur hanya untuk kemegahan semu, hanya agar nampak gagah luarnya, padahal fondasi ekonominya keropos.

Menurut saya, menghamburkan uang demi gengsi-gengsian atau berlagak kaya adalah perbuatan yang sia-sia dan agak bodoh. Ana-loginya, jika anda katak, anda tidak akan bisa menjadi lembu. Untuk menjadi lembu, minimal anda haruslah anak lembu. Maksud saya, anda tidak akan bisa meraih simpati atau kekaguman orang dengan berlagak seolah-olah anda adalah orang kaya, jika anda bukan orang kaya. Bukannya kagum terhadap anda, orang malah akan merasa geli dan mencibir anda. Maaf, dari bau anda saja sudah dapat diketahui apakah anda orang kaya atau bukan.

Misalnya anda adalah karyawan dengan gaji sekitar satu jutaan rupiah per bulan. Namun dalam penampilan, anda ingin nampak se-perti orang makmur, dengan mengenakan jam tangan bermerek ma-hal, pakaian branded, dan makan siang di kafe, padahal setiap hari anda harus turun naik bis kota untuk ke kantor. Seperti apakah kira-kira pandangan teman-teman sekantor anda tentang anda? Apakah mereka akan kagum dan menganggap anda pribadi yang sukses dan makmur? Jawabannya, jelas tidak. Sekalipun anda membeli dan me-ngenakan produk asli, mereka akan menyangka itu adalah produk palsu. Dan yang paling memenuhi benak mereka adalah pertanyaan: Anda mau membohongi siapa? Orang idiot mana yang hendak anda pikat?

Jika pada pertengahan bulan anda harus kas bon kepada per-usahaan, dan/atau anda tidak mampu membayar tagihan biaya listrik atau credit card, maka buyarlah semua kebanggaan semu diri anda — seperti gelembung sabun yang pecah.

Jalan keluar untuk mengatasi kesulitan finansial adalah dengan, pertama, cara menghapus penyabot kemakmuran, yaitu scarcity

consciousness yang bisa termanifestasi melalui pola hidup boros yang membelanjakan sama atau lebih banyak dari penghasilan. Mulai hari ini, biasakan untuk menyisihkan minimum 10% dari setiap peng-hasilan anda untuk diinvestasikan dalam portofolio yang meng-untungkan, atau minimum ditabung di bank.

Hal kedua adalah berusaha mendapatkan penghasilan ekstra me-lalui side-job dan atau freelance job seperti menjadi agen asuransi, broker properti, broker kendaraan bermotor, atau agen produk multi-level marketing.

Semua aktivitas tersebut bisa anda lakukan bersamaan dengan ak-tivitas utama anda, apakah sebagai pelajar/mahasiswa, karyawan atau pengusaha. Pekerjaan itu cukup terhormat dan bisa cukup banyak menghasilkan uang, plus memperluas networking pergaulan anda yang mungkin saja bisa menjadi kesempatan untuk mendatangkan uang lagi di kemudian hari. Bahkan jika anda memang menerapkan selling skills dengan baik, side-job anda itu bisa saja memberikan penghasilan yang jauh lebih besar daripada penghasilan utama anda! Cobalah hubungi beberapa perusahaan asuransi besar yang mempunyai policy merekrut freelancer. Atau bergabunglah dengan perusahaan broker properti, baik yang non-franchise (tidak menarik fee apa pun untuk menjadi member) atau membeli franchise property broker ter-kemuka.

Saya perlu menyampaikan bahwa kebanyakan orang miskin tidak melakukan hal ini. Mereka memilih untuk santai dan bermalas-ma-lasan daripada mencari extra income. Sedangkan orang yang menjadi kaya adalah yang mau bekerja lebih keras dan lebih banyak, asalkan ia bisa mendapat extra income, bahkan sekalipun harus mengorbankan kesenangannya pribadi untuk sementara waktu.

Hal ketiga adalah menginvestasikan kembali kelebihan penghasilan anda agar menghasilkan bunga ataupun penghasilan ekstra lainnya. Demikianlah seterusnya, uang anda beranak uang, atau uang anda berbuah uang. Pada jumlah dan waktu tertentu, akumulasi uang anda dalam penghasilan bergulir maupun dalam tabungan, akan menjadikan anda kaya! Kaya nyata, dan bukan hanya nampak kaya!

Keempat, jika mungkin, jadilah wirausahawan. Karyawan bekerja dan mendapatkan gaji (yang sewaktu-waktu, entah karena alasan yang jelas maupun tidak, bisa dipecat oleh atasan atau pemilik per-usahaan, tanpa anda bisa menolak untuk pergi), sedangkan pengusaha bekerja dan mempekerjakan karyawan untuk menghasilkan profit, yang nilainya bisa ratusan, ribuan bahkan jutaan kali lebih besar daripada gaji anda. Jika tidak menduduki posisi puncak di perusahaan besar, menurut saya cara yang paling masuk akal untuk kaya adalah dengan cara menjadi pengusaha. Sudan cukup banyak contoh dan fakta yang saya temukan tentang orang-orang biasa yang menjadi kaya dengan menjadi pengusaha, sekalipun mereka tidak mempunyai pendidikan formal yang tinggi dan atau tidak mempunyai modal be-sar ketika memulai bisnisnya.

3

Dalam dokumen Just_Duit_-_Johanes_Lim_-_bhs_indonesia (Halaman 32-36)