• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kita In^inkan

Dalam dokumen Just_Duit_-_Johanes_Lim_-_bhs_indonesia (Halaman 92-98)

• ..

S

ekalipun saya tidak menganjurkan untuk menggunakan ekstrem pelajaran ini, namun mengingat pentingnya, perlu saya sampaikan kepada anda. Tugas saya adalah memberitahu anda, agar anda bisa mendapat manfaat atas itu, namun dalam penerapan, anda harus memperhitungkan untung rugi dan baik buruknya, yang semua itu adalah pilihan dan menjadi tanggung jawab anda pribadi. Per-gunakanlah akal budi dan hati nurani anda, dan ingat, akibat apa pun adalah bukan tanggung jawab saya.

Pisau adalah sarana yang bisa dipakai untuk kebaikan maupun ke-jahatan. Dengan ini saya menyediakan "pisau", yang penggunaannya merupakan tanggung jawab anda sepenuhnya. Tentu saja saya meng-harapkan "pisau" ini akan anda manfaatkan demi kebaikan diri dan sesama anda.

Ada sekurang-kurangnya dua hal yang sangat mujarab untuk membuat orang lain melakukan apa saja yang anda inginkan, atau dengan kata lain, agar orang lain memenuhi keinginan anda. Kedua hal itu adalah rewards & punishment, ganjaran & hukuman. Ya, penghargaan dan hukuman.

Itulah dua kata dan atau dua istilah yang hampir pasti membuat orang lain memenuhi keinginan anda. Itulah juga perkataan dan is-tilah yang dipergunakan oleh Tuhan atau dewa-dewi yang diajarkan

oleh berbagai agama dan kepercayaan, oleh pemimpin agama dan pemimpin spiritual, oleh para dukun, oleh pemimpin politik, oleh pemimpin masyarakat, oleh orangtua, oleh guru, oleh atasan dan pe-mimpin perusahaan, oleh mafia, oleh aparat keamanan dan penegak hukum, dan oleh siapa saja yang telah berhasil mempengaruhi orang untuk melakukan dan memenuhi keinginannya, baik secara terencana dan disadari maupun tidak.

Dalam arti dan penjabaran yang luas, rewards itu mencakup banyak hal seperti: penghargaan, pengakuan, pujian, rayuan, janji, promosi karier, pekerjaan, pemberian hadiah, kenaikan gaji, berkat, kebaikan, kenyamanan, kenikmatan, keselamatan, keamanan, per-lindungan, kesehatan, kesenangan, kedamaian, kebebasan, keba-hagiaan, kekayaan, kedudukan, dukungan, pengharapan, persahabatan, keceriaan, keberanian, potensi, pernikahan, keluarga, kehidupan po-sitif, optimisme, kehidupan kekal di sorga, dan Iain-lain yang sejenis. Sedangkan punishment mencakup hal-hal yang sebaliknya dari penjabaran rewards seperti: hukuman, tidak diperdulikan, kritikan, ancaman, kutukan, penurunan karier, pemecatan, pengenaan sanksi, penurunan pangkat, laknat, kejahatan, kegelisahan, ketidaknikmatan, kecelakaan, kerawanan, terror, penyakitan, kesedihan, keruwetan, terpenjara, penderitaan, kemiskinan, kejatuhan, penjegalan, kepu-tusasaan, permusuhan, kesepian, ketakutan, impotensi, perceraian, kesendirian, kematian, negatif, pesimisme, kebinasaan kekal di ne-raka, dan Iain-lain yang sejenis.

Itulah sebagian dari perbendaharaan kata atau istilah yang biasa dipergunakan orang untuk membuat orang lain menuruti kemauan-nya, baik secara halus maupun kasar. Ingat-ingatlah apa yang anda alami dan pelajari sejak anda lahir, bertumbuh menjadi balita, jadi anak-anak, menjadi remaja, ketika bersekolah atau kuliah, men-jadi dewasa, ketika bekerja atau berwirausaha, ketika berpacaran, ke-tika menikah, keke-tika mempunyai anak, keke-tika menjadi tua, keke-tika menjelang ajal, dan ... setelah anda mati, apa yang akan terjadi me-nurut pengajaran agama anda?

Apakah yang anda pelajari? Jauhkah dari pengertian rewards & punishment seperti yang saya uraikan di atas? Ya, saya tahu, anda

Sejak bayi, kita telah diajar dan mengalami berbagai variasi dari perkataan dan aplikasi rewards & punishment-, bahkan lagu "Nina bobo" saja mengandung unsur itu: "...nina bobo, oo nina bobo, kalau tidak bobo digigit nyamuk!" Semasa kecil, kita sering men-dengar perkataan yang kira-kira berbunyi demikian: "Hayo, kalau anak manis, jangan menangis," atau "Hayo, jangan nakal. Kalau ti-dak nakal, mendapat permen. Kalau nakal, mendapat jewer," atau "Kalau naik kelas mendapat sepeda". Metode yang dipakai orangtua untuk mendidik dan membesarkan anaknya tidak jauh dari sistern rewards & punishment, yaitu dengan memanjakan dan menghajar de-ngan rotan.

Bagaimanakah cara guru dan institusi pendidikan niengontrol dan mengendalikan para siswanya agar menuruti perintah guru serta tata tertib sekolah? Dengan cara memberikan sistern nilai atau rapor. Warna biru dan warna merah pada rapor adalah indikator, apakah sang murid telah menuruti pengajaran dan perintah sang guru atau tidak. Dengan mengancam akan memberikan warna merah pada ra-por murid yang bandel, guru berkemungkinan besar untuk mendapat kepatuhan murid.

Bagaimanakah cara negara dan pemerintah mengontrol dan me-ngendalikan warganya agar menjaga ketertiban dan keamanan serta membayar pajak? Dengan membuat peraturan, undang-undang, hu-kum, dan sanksi hukum oleh aparatur negara. Polisi direkrut untuk menjaga keamanan, memeriksa tersangka tindak kriminal, menangkap penjahat dan menembaknya jika perlu. Sedangkan jaksa ditugaskan untuk menuntut tersangka tindak perdata atau pidana, dan hakim bertugas untuk menjatuhkan hukuman denda dan/atau penjara. Un-tuk apakah semua itu? Agar masyarakat tertib dan takut berbuat kri-minal.

Dalam dunia usaha juga demikian. Kita menemukan janji-janji yang dibuat oleh bagian periklanan untuk merayu, membujuk, dan memberikan angin sorga kepada calon konsumen agar membeli pro-duk atau jasanya jika hendak mendapat untung atau manfaat, seperti misalnya agar menjadi lebih cantik, lebih awet muda, lebih sehat, le-bih sukses, lele-bih kaya, dan sebagainya. Pesan terselubung dari iklan tersebut adalah ancaman halus: jika anda tidak membeli atau

menggunakan produk/jasa kami ini, maka minimal anda tidak mendapatkan semua manfaat yang dijanjikan. Dengan kata lain, bukankah itu hal seba-iknya, ialah tetap tidak cantik, tetap nampak tua, dan Iain-lain?

Sebagai karyawan, kita pun tidak terlepas dari pujian dan an-caman. Jika produktif dan berprestasi, kita akan mendapat pujian, penghargaan, dan bahkan peningkatan gaji atau promosi karier. Na-mun jika tidak produktif atau gagal menjalankan tugas, kita akan mendapat kritikan, teguran, sanksi, bahkan pemecatan.

Rewards & punishment juga diterapkan dalam kehidupan beragama atau spiritual. Coba kita lihat cara pemimpin agama atau pemimpin spiritual mengajar umatnya, pasti sangat ditegaskan tentang pen-tingnya berbuat baik, berbuat amal, rajin beribadah atau menjalankan ritual, patuh dan percaya kepada pemimpin rohaninya, memberikan sumbangan atau persembahan kepada Tuhan yang dipercayainya, membela dan rela berkorban untuk eksistensi dan perluasan agama atau kepercayaannya. Barangsiapa yang patuh dan menuruti pelajaran itu akan mendapat rewards seperti perlindungan ilahi, kesehatan, berkat rejeki, keturunan, kedamaian, kebahagiaan, dan kelak kalau sudah mati akan masuk ke kehidupan lain yang lebih baik dan lebih berbahagia. Sebaliknya, barangsiapa yang membangkang apalagi murtad, akan mendapat punishment, seperti ancaman, dikutuki, ce-laka, melarat, sakit, menderita, dikucilkan dan bahkan dianiaya atau dibunuh oleh pengikut yang lain, lantas jika kelak mati akan di-ancam hukuman neraka jahanam.

Pemimpin spiritual perlu menyampaikan iming-iming janji keba-hagiaan dan ancaman penghukuman akhirat agar pengikutnya patuh dan memenuhi keinginan mereka. Sebab jika tanpa janji imbalan atau ancaman hukuman, siapakah yang mau mendengarkan mereka, apalagi berkorban bagi mereka dan organisasi agamanya?

Rewards & punishment adalah juga cara yang paling digemari oleh mafioso. Cara mereka mencapai persetujuan orang dan/atau menda-patkan apa saja yang mereka inginkan relatif simple. Pertama, tentu saja memberikan rewards atau hadiah, atau uang suap kepada pejabat pemerintahan dan aparat keamanan yang berwenang untuk

mem-proteksi daerah operasi mafia bersangkutan. Jika mereka menolak untuk bekerja sama, mafia akan meningkatkan jumlah atau nilai rewards dan janji upeti untuk meruntuhkan pertahanan moral para pejabat dan aparatur negara. Jika mereka tetap menolak, mafia akan mengeluarkan jurus kedua, yaitu punishment, yang berupa ancaman, teror, tindak kekerasan, sampai pembunuhan. Mafia akan mengancam para pejabat dan aparatur negara yang menolak bujukan, dengan mengatakan bahwa jika mereka menolak bekerja sama, maka bukan hanya mereka, melainkan juga anggota keluarga mereka akan di-aniaya dan/atau dibunuh. Sebaliknya, jika mereka menerima kerja sama, maka bukan saja mereka tidak diancam, melainkan juga mendapatkan imbalan materi yang berlimpah-limpah, asalkan mereka memproteksi dan mendukung operasi mafia tersebut.

Siapa pun mereka—apakah panglima perang atau kepala ke-polisian, ataukah kepala negara—selama masih bernama manusia, pasti mempunyai rasa takut. Bisa jadi mereka gagah-berani dan ber-kuasa atau powerful dan terkesan untouchable ketika sedang bertugas dan mengkomandoi suatu kekuatan bersenjata atau institusi ke-kuasaan; namun ketika mereka sedang tidak bertugas, ketika mereka sedang menjadi oknum pribadi, taruhlah menjadi "Si Orang" sang suami atau sang istri, atau sang ayah atau sang ibu atau sang anak— -pokoknya sebagai individu manusia maka setiap orang mem-punyai ketakutan-ketakutan akan kehilangah yang dicintainya, entah itu harta, keluarga, atau reputasi, apalagi nyawa. Sebaliknya, manusia mempunyai pengharapan-pengharapan akan kesehatan, kesenangan, kemewahan, kebahagiaan, panjang usia, dan segala hal yang baik.

Sebagai individu mereka tidak kebal rayuan atau limpahan hadiah atau rewards, dan juga tidak kebal ancaman, teror, atau punishment. Seberapa pun hebatnya seseorang atau seberapa pun seseorang ber-kuasa, ia menyadari bahwa tidak mungkin dirinya terlindungi dan 100% aman selama 24 jam sehari, dan 365 hari setahun. Akan ada satu hari, atau satu jam, atau satu menit, dia akan lengah dan tidak waspada atau tidak terproteksi oleh pengawalnya atau oleh kekua-tannya atau oleh hartanya. Dan mungkin saja itu adalah saat

naasnya, celah yang diincar dan ditunggu oleh musuh untuk meng-hancurkannya, who knows?

Dengan kata lain, dalam kasus sebaliknya, jika anda menghadapi mafia yang paling bengis dan paling berkuasa sekali pun, anda dapat menerapkan prinsip yang sama: la hanya manusia, yang punya rasa takut, punya kelemahan, dan tidak terproteksi 24 jam sehari dan 365 hari setahun, you can eat him/her, in the right time!

Sebagai manusia, kita senang dan mengejar pujian, rayuan, ha-diah, dan kebaikan. Secara bersamaan, kita pun merasa takut, dan akan berupaya menghindari ancaman, hukuman, dan kerugian.

Jika anda pandai memanfaatkan dan menyiasati kedua sifat dasar manusia itu, bukanlah hal mustahil bahwa anda bisa meminta orang lain untuk menuruti apa pun permintaan anda!

12

Membayar Pendemo Untuk

Dalam dokumen Just_Duit_-_Johanes_Lim_-_bhs_indonesia (Halaman 92-98)