TEKNIK SINEMATOGRAFI VIDEO WEDDING ADAT MELAYU DALAM MENDUKUNG KEGIATAN
PROMOSI STUDIO AR PHOTOGRAPHY PEKANBARU
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
RAMADHANI NIM: 11840311955
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
NOMOR SKRIPSI 5526/KOM-D/SD-S1/2023
i ABSTRAK Nama : Ramadhani
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Judul : Teknik Sinematografi Video Wedding Adat Melayu dalam Mendukung Kegiatan Promosi Studio AR Photography Pekanbaru
Penelitian ini membahas tentang teknik sinematografi video adat melayu dalam mendukung kegiatan promosi studio AR Photography Pekanbaru.
Cinematography merupakan perkerjaan sangat tidak mudah dilakukan tanpa mengetahui teknik –teknik dalam pengambilan gambar dan harus memiliki skill di bidang cinematography yang menjadi landasan utama pada proses pengambilan gambar. Videographer dituntut untuk kreatif dan dapat menghasilkan kinerja- kinerja baik pada kliennya sehingga keinginan konsumen dapat terpenuhi. dan menimbulkan loyalitas pelanggan. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana teknik cinematography video wedding adat melayu dalam mendukung kegiatan promosi studio AR Photography Pekanbaru. Dengan menggunakan Teori Joseph V. Mascelli A.S.C Teknik sinematography mempunyai lima unsur yaitu Continuity, Camera Angel, Type shot, Composition dan Cutting. Penelitian menguunakan Metode penelitian deskriptif kualitatif dimana metode ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan melalui pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Studio AR Photography Pekanbaru melakukan teknik pengambilan gambar Cinematography dengan menerapkan teknik composition (komposisi ), Camera angle (sudut pandang camera), Type shot (ukuran gambar), Continuity (kesinambungan) dan Cutting (penyuntingan gambar). Berdasarkan penelitian Studio AR Photography Pekanbaru juga mempunyai pedoman prinsip kejujuran dalam pengambilan gambar yaitu pada adat pernikahan Melayu dengan tetap mengutamakan kemurnian dari sisi adat tersebut tanpa menghilangkan keindahan asli budaya adat Melayu itu sendiri. Studio AR Photography juga melakukan kegiatan promosi dengan menggunakan media sosial instagram Ads fitur promosi dari instagram dengan cara mempublikasikan karya karyanya di Instagram.
Kata kunci : Teknik Sinematografi Video Wedding Adat Melayu
ii ABSTRACT
Name : Ramadhani
Major : Communication Science
Title : Cinematography Techniques for Video Traditional Malay Wedding in Support Promotional Activities for Studio AR Photography Pekanbaru
This study discusses traditional Malay video cinematography techniques in supporting the promotional activities of the Pekanbaru AR Photography studio.
Cinematography is a job that is not easy to do without knowing the techniques in shooting and must have skills in the field of cinematography which is the main basis for the shooting process. Videographers are required to be creative and be able to produce good performances for their clients so that consumers' wishes can be fulfilled. and generate customer loyalty. The aim of this research is to find out how the traditional Malay wedding video cinematography technique supports the promotional activities of the Pekanbaru AR Photography studio. By using the theory of Joseph V. Mascelli A.S.C Cinematography technique has five elements namely Continuity, Camera Angel, Type shot, Composition and Cutting. The research uses a qualitative descriptive research method where this method aims to explain phenomena through data collection. The results of this study indicate that Studio AR Photography Pekanbaru performs Cinematography shooting techniques by applying composition, camera angle, type shot, continuity and cutting techniques. Based on research by Studio AR Photography Pekanbaru, it also has guidelines for the principle of honesty in shooting, namely Malay wedding customs while still prioritizing purity from the traditional side without losing the original beauty of Malay traditional culture itself. Studio AR Photography also carries out promotional activities using the social media Instagram Ads, a promotional feature from Instagram by publishing their works on Instagram.
Keywords: Cinematography Techniques of Malay Traditional Wedding Video
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segenap puji serta syukur hanya kepada Allah SWT. Tak sanggup ku menghitung betapa banyak nikmat, rahmat dan hidayah yang Allah SWT limpahkan, nikmat kesenangan dan kecukupan, rahmat do’a yang Kau kabulkan dan keinginan yang Kau wujudkan maupun hidayah cobaan, ujian dan teguranMU sehingga dengan itu penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Shalawat berangkaian salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi panutan dan junjungan mutlak ummat manusia di dunia.
Skripsi dengan judul “Teknik Sinematografi Vidio Wedding Adat Melayu Dalam Mendukung Kegiatan Promosi Studio AR Photography Pekanbaru” ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) di Falkutas Dakwah dan Komunikasi jurusan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda penulis, yaitu Bapak Joni Anis dan Ibu Sri Wahyunita yang selalu senantiasa setia mencurahkan kasih sayang, do’a, dorongan dan motivasinya. Terimakasih juga kepada adik Yogi Herlangga, Fazri Shiddiq dan Fahri Junior yang selalu mengingatkan dan mendukung penuh perjuangan penulis. Tidak lupa juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan sehingga penulis semanggat dalam penulisan skripsi ini hingga akhirnya skripsi ini selesai. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan dengan penuh hormat ucapan terimakasih kepada:
iv
1. Bapak Prof Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta Bapak-Bapak Wakil Rektor.
2. Dr. Imron Rosidi, S.Pd., M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Bapak 3. Dr. Masduki, M.Ag selaku Bapak selaku Wakil Dekan I Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Dr. Toni Hartono, M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
5. Dr. H. Arwan, M.Ag selaku Wakil Dekan II Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
6. Dr. Muhammad Badri, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dan Bapak Artis, M.I.Kom selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan kemudahan dalam pelayanan yang berharga selama ini.
7. Terimakasih kepada Bapak Assyari Abdullah, S.I.Kom selaku Penasihat Akademik (PA) yang telah banyak meluang waktu, tenaga, memberikan pengarahan-pengarahan serta nasehat bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini..
8. Terimakasih kepada Bapak Assyari Abdullah, S.I.Kom selaku pembimbing skripsi atas segala sikap yang penuh kesabaran, motivasi dan bantuannya yang tulus kapada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan pada penulis dalam menyelesaikan studi di Falkutas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
10. Karyawan/I Falkutas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan pelayanan.
11. Seluruh karyawan dan pemilik studio AR Photography Pekanbaru yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
v
Semoga kebaikan yang diberikan mendapat imbalan serta kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup di dunia ini sekaligus pahala yang setimpal dari Allah SWT. Penulis sangat berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
Pekanbaru, 12 Desember 2022 Penulis,
RAMADHANI NIM. 11840311955
vi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Penegasan Istilah ... 7
1.3 Ruang Lingkup Kajian ... 8
1.4 Rumusan Masalah ... 9
1.5 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 9
1.6 Sistematika Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Kajian Terdahulu ... 12
2.2 Kajian Teori ... 17
2.3 Kerangka Berpikir ... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 53
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53
3.3 Sumber Data Penelitian ... 53
3.4 Informan Penelitian ... 54
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.6 Validasi Data ... 56
3.7 Teknik Analisis Data ... 57
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 58
4.1 Sejarah AR Photography ... 58
4.2 Visi dan Misi AR Photography Pekanbaru ... 59
4.3 Struktur Organisasi AR Photograpy Pekanbaru ... 60
vii
4.4 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi AR Photography
Pekanbaru ... 61
4.5 Logo ... 63
4.6 Kegiatan AR Photography Pekanbaru ... 63
4.7 Denah Lokasi AR Photography Pekanbaru ... 68
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70
5.1 Hasil Penelitian ... 70
5.2 Pembahasan ... 78
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 96
6.2 Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Type Shot ... 24 Tabel 2.2 Bagian-Bagian Object Movement ... 33 Tabel 3.1 Daftar Informan ... 55
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 51
Gambar 4.1 Instagram AR Photography ... 59
Gambar 4.2 Struktur Organisasi ... 60
Gambar 4.3 Logo AR Photography ... 63
Gambar 4.4 Denah Lokasi AR Photography Pekanbaru ... 69
Gambar 5.1 Walking Room ... 83
Gambar 5.2 Looking Room ... 84
Gambar 5.3 Head Room ... 85
Gambar 5.4 Object in Frame ... 85
Gambar 5.5 Normal Angle ... 86
Gambar 5.6 Low Angle ... 87
Gambar 5.7 High Angle ... 87
Gambar 5.8 Big Close Up ... 88
Gambar 5.9 Ekstrim Close Up ... 89
Gambar 5.10 Close Up ... 90
Gambar 5.11 Medium Close Up... 91
Gambar 5.12 Medium Shot ... 92
Gambar 5.13 Medium Long Shot ... 92
Gambar 5.14 Long Shot ... 93
Gambar 5.15 Full Shot ... 93
Gambar 5.16 Three shot continuity action two object one moment. ... 94
Gambar 5.17 Jump Cut ... 95
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi semakin pesat terutama dibidang informasi dan komunikasi bagaikan jamur yang tumbuh dimusim hujan yang tidak bisa dihindari lagi, begitu juga dengan dunia broadcasting cinematography mengalami kemajuan sehingga menjadi perhatian dunia bisnis maupun jasa, semua ini bisa terlihat dari banyaknya bermunculan komunitas-komunitas wedding photography & videography, banyak user yang memiliki kamera digital untuk dunia, internasional usaha bahkan berkarya dalam berkompetisi sampai mendapatkan prestasi juara nasional maupun di internasional.
Dari berbagai aspek di media komunikasi sangatlah berkembang besar, dan begitu juga dengan dampak besar pada masyarakat. Dampak media komunikasi pada perkembangan dan kemajuan media komunikasi ini tidak hanya melanda negara maju saja tetapi juga negara berkembang. Ketika perkembangan hasil dari informasi ini media massa kesistem sosial meningkat, segmen-segmen populasi dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah, sehingga kesenjangan pengetahuan diantara dua segmen tersebut cenderung melebar dari pada menyempit.1
Pada teknologi komunikasi khususnya di bidang fotografi dan vidiografi telah menjadi bagian yang penting saat ini. Hampir di setiap kebutuhan Broadcasting baik untuk aktivitas pribadi apalagi aktivitas yang berkaitan dengan interaksi individu maupun kelompok. Dengan menggunakan teknologi kita harus mengerti bagaimana teknik menggunakannya agar dapat bermanfaat bagi semua. Dalam teknologi komunikasi, media broadcast meliputi sebagian besar media yang populer dan merupakan salah satu dari kategori pokok lain untuk menjaring semua sarana yang bermanfaat bagi individu. Teknologi komunikasi khususnya di bidang photography dan
1 Severin J Werner dan Tankard James, Teori Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 295.
2
videography telah menjadi bagian yang terpenting saat ini. Hampir di setiap aktivitas broadcasting menggunakan jasa photography dan jasa videography.
Baik untuk aktivitas pribadi maupun aktivitas yang berkaitan dengan interaksi individu maupun interaksi kelompok. Dengan menggunakan teknologi masyarakat harus mengerti bagaimana teknik menggunakannya agar dapat bermanfaat semestinya.
Teknik adalah cara membuat atau melakukan sesatu yang berhubungan dengan seni. Dengan adanya teknologi kita bisa mengabadikan setiap moment dengan kamera. Kamera adalah gambar yang ditangkap oleh lensa kemudian direfleksikan menuju cermin dengan kemiringan 45 derajat lalu diteruskan ke pentaprisma hingga ke view finder. Teknologi kamera saat ini membuat para cinematography, videographer menggunakan kamera sebagai produksi karya audio visual. Mulai dari dokumentasi pre-wedding, wedding, company profile, video klip, iklan, film pendek, film dokumenter, bahkan film layar lebar.
Berbicara seputar teknologi kamera yang tidak bisa dipisahkan dengan cinematography yaitu cara atau metode yang digunakan dalam proses pembuatan sebuah film atau video yang meliputi teknik menangkap gambar dan menggabungkan rangkaian gambar sehingga dihasilkan gambar yang baik dan mampu menyampaikan pesan kepada khalayak.2 cinematography memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni mengakap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip.
Perbedaannya fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan cinematography menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tungggal, sedangkan pada cinematography memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi cinematography adalah gabungan- gabungan setiap potongan gambar meliputi antara fotografi dengan tekning rangkaian gambar atau dalam cinematography disebut montase atau montage.
Wedding cinematography ini dimulai pertama kali di London-Inggris, pada tahun 2006 oleh Visual Masterpiece, dan wedding cinematography ini semakin di gemari oleh konsumen kalangan kelas menengah keatas di Eropa.
2 Etsa Indra, Cinematography, (Bandung: Penerbit Yrama Widya, 2013), h. 48.
Saat ini eksistensi dari wedding cinematography masih sangat terjaga bahkan sampai berkembang pesat. Lalu pada tahun 2007 cinematography ini makin diminati di Asia tepatnya di Filipina. Pada Vendor Studio Mayad Videografi yang berdomisi di Negara Singapore dan pada studio ini sangat disukai sampai sekarang, dan mulai dikenali di Indonesia pada tahun 2009. Pada awal eksistensi wedding cinematography ini dimulai kiprahnya di Indonesia pada tahun 2009 di Jakarta, yang diawali dengan Vendor axioo photography yang eksis hingga saat ini. Wedding cinematography makin dikenal hingga saat ini, dan makin berkembang hingga di tiap daerah-daerah yang memiliki potensi besar dalam dunia seni photography dan videography di setiap provinsi termasuk kota Pekanbaru.
Cinematography bisa diartikan kegiatan menulis menggunakan gambar bergerak, merangkai potongan-potongan gambar yang bergerak menjadi rangkaian gambar yang mampu menyampaikan maksud tertentu atau menyampaikan informasi atau mengomunikasikan ide tertentu.3 Untuk menghasilkan video yang bagus, maka penguasaan kamera menjadi hal mutlak. Mulai dari bagian-bagian kamera serta teknik pengambilan video,seorang videographer hendaknya memiliki kemampuan cinematography yang baik. Cinematography merupakan salah satu upaya untuk menggambarkan kepada seseorang yang di diambil dari sebuah rangkaian gambar yang khalayak, melalui penggunaan teknik yang menggabungkan video dan teks untuk menghasilkan visual yang profesional.
Menurut Joseph V. Mascelli A.S.C, Cinematography mempunyai lima unsur, yaitu: continuity, angle shot, type shot, composition dan cutting.
Pertama, continuity (kesinambungan) adalah suatu kesinambungan cerita dalam sebuah film antara gambar satu dengan gambar yang lainnya, kemudian diurutkan sesuai dengan cerita, agar film bisa dinikmati oleh penonton. Kedua, angle shot (sudut pandang kamera) merupakan sudut pandang yang mewakili penonton, angle shot terbagi: normal angle (kamera sejajar objek), high angle (kamera kamera lebih tinggi dari objek) dan low angle (kamera di bawah
3 Sarwo Nugroho, Teknik Dasar Videografi, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2014), h. 11.
4
objek).4 Ketiga, type shot (ukuran gambar) biasanya dikaitkan dengan objek manusia, namun ukuran gambar juga bisa digunakan untuk mengambil gambar, type shot terbagi: close up shot(sebatas kepala), medium shot (semua anggota tubuh) dan long shot (menampakan objek beserta pemandangan).
Keempat, composition (komposisi) adalah cara meletakkan objek gambar di dalam layar sehingga gambar tampak menarik, menonjol dan bisa mendukung alur cerita, composition terdiri: the rule of thirds (titik perhatian), walking room (ruang kosong untuk objek berjalan), loking room (yang dilihat atau ditunjuk objek harus ruang kosong), head room (ruang kosong di atas kepala), aerial shot (menggambil gambar dari udara), establishing shot (mengambil objek beserta pemandangan di sekitar), poin of view (arah pandang objek) dan object in frame (mengambil objek dengan mengabaikan shot size). Kelima, cutting atau editing (penyunting) adalah suatu proses memilih gambar, Kemudian ditata untuk mendapatkan gambar yang mempunyai suatu kesatuan cerita, cutting terbagi: jump cut (dari satu shot ke shot berikutnya berbeda waktunya).
Selain itu dalam dunia wedding merupakan peristiwa sakral dan sekali seumur hidup juga memiliki arti penting dalam sejarah perjalanan hidup individu, wedding biasanya dilakukan di tempat tertentu, seperti rumah,gedung atau seperti lapangan terbuka (outdoor), wedding diselenggarakan sebagai wadah untuk menginformasikan kepada khalayak umum bahwasanya telah terjadi suatu peristiwa sakral. Oleh karena itu, wedding direncanakan dengan sangat matang jauh sebelum hari pelaksanaan, agar tidak terjadinya berbagai hal yang tidak diinginkan. Pasangan akan menentukan tema dan desain yang modern maupun unik agar momen tersebut tidak hanya sekedar lalu, tetapi meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi pasangan.
Wedding juga merupakan moment yang paling membahagiakan bagi pasangan dan keluarga pengantin, di mana wedding hanya dilaksanakan sekali
4 Bambang Semedhi, Cinematography Videografi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.43.
seumur hidup. Maka dari itu di dalam Moment ataupun bentuk dokumentasi bahwasanya wedding tersebut tentu tidak bisa terulang kembali. Jadi, banyak pasangan yang mencari jasa videographer yang handal agar moment-moment tertentu dapat terekam dan dapat menghasilkan videoyang diinginkan. Dan dapat menghasilkan sebuah karya video wedding yang bagus berasal dari kreativitas dari pembuat videography nya tersebut.
Pada konsep ini video tentu lah pokok landasan utama dalam sebuah syarat dalam menghasilkan sebuah karya audio & visual yang mana menggunakan proses yang berbentuk cinematography di Indonesia, Karna dimana hal ini telah menjadi tolak ukur sebagai gaya video ataupun permintaan dari client di acara pernikahan tersebut yang membuat video cinematography ini telah laku di pasaran wedding acara pernikahan tentu nya.
Dan hal tidak luput dari banyak nya berbagai adat khususnya pernikahan dalam bentuk adat melayu yang berasal dari Riau.
Prosesi pernikahan masyarakat Melayu adalah sebuah manifestasi adat yang masih berlangsung sampai saat ini. Jika ditilik satu persatu dari setiap rentetan prosesi adat perkawinan, maka terdapat hikmah di balik tradisi tersebut. Islam dijadikan sebagai poros bagi kehidupan masyarakat Melayu, sehingga memberikan pengaruh besar pada dimensi kehidupan.5 Dalam prosesi perkawinan adat Melayu biasanya disebut nikahan, yang mempunyai beberapa tahapan, yaitu merisik dan meninjau, melamar dan meminang, upacara seserahan/antar belanja, gotong royong, upacara berinai, upacaraberendam, mahar, membaca berzanji dan tepung tawar, makan nasi hadap-hadapan, dan upacara perkawinan.
Studio AR Photography merupakan pionir rumah produksi jasa dokumentasi yang berada di Pekanbaru, berdiri sejak tahun 2018 dan berkembang secara cepat didalam bidang fotografi dan videografi. Awalnya Studio AR Photography Pekanbaru ini hanya bergerak di bidang fotografi dan videography Prewedding, Yang mana Studio AR Photography Pekanbaru
5 Mahyudin Al Mudra, Redefinisi Melayu, Upaya Menjembatani Perbedaan Konsep Kemelayuan Bangsa Serumpun, (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2008), cet. 1, h. 10.
6
mempunyai landaskan hukum yaitu surat izin usaha (SKU) dari RT / Lurah yang sah ditetapkan, hingga pada awal karir nya sampai sekarang manajemen AR Photography Pekanbaru menambahkan wedding cinematography dikarenakan mengikuti dalam perkembangan fenomena wedding cinematography pada zaman sekarang. Yang mana pada saat itu sedang menjadi tren atapun berpedoman dari mengikuti daya saing pasar juga pelaku pekerja seni photography dan videography di dalam basic audio & visual sekarang demi menunjang kemajuan vendor/usaha nya yang di buat oleh studio AR Photography Pekanbaru.
AR Photography Pekanbaru mempunyai ciri khas di bidang video di karenakan dalam pengambilan gamabar nya yang sudah mengikuti tren videography yang terbaru di kalanagan video konsep pernikahan berbentuk (wedding film). Hal ini menjadikan studio AR Photography Pekanbaru dapat dikenal orang-orang di luar sana, Maupun di kalangan owner vendor wedding pernikahan, saat ini. Studio AR Photography Pekanbaru melakukan uraian pengambilan shoot/gambar yang baik dalam teknik yang digunakan nya dalam segi unsur cinematography film yang hasil nya tentu lebih bagus karena didalam pembuatan sebuah karya studio AR Photography Pekanbaru tentu memperhatikan dari aspek konsep gambar, crew yang akan turun kelapangan, serta peralatan yang di gunakan tentu harus memadai demi terciptanya hasil yang baik. Di antara karya yang sering dilaksanakan seperti pengambilan video pernikahan Wedding acara adat minang, adat jawa, adat melayu,adat batak dan pembuatan video company profil, serta video headligt kegiatan pemerintahan.
Cinematography merupakan perkerjaan sangat tidak mudah dilakukan tanpa mengetahui teknik –teknik dalam pengambilan gambar dan memiliki skill di bidang cinematography yang menjadi landasan utama pada proses pengambilan gambar nantik nya, Selain itu juga ada pengarah pertama dari aspek konsep video yang akan di buat. Proses inti dari sebuah produksi dilakukan dengan breafing kepada tim produksi yang terlibat mengenai bloking kamera hingga strategi bagaimana kameramen yang bertugas dapat menangkap momentum kejadian atau adegan yang berlangsung.
Bagi seorang videographer wedding cinematography juga menghasilkan video yang berkualitas merupakan kebanggaan tersendiri.
Selain meningkatkan loyalitas pelanggan, juga dapat mengasah kemampuan yang dimiliki. Salah satunya di Aksa Moto Pekanbaru memiliki videographer yang dituntut untuk kreatif sehingga dapat menghasilkan kinerja-kinerja baik pada client nya dan terpenuhi peermintaan client tersebut. Pada dasarnya apabila suatu vendor studio yang meyediakan layanan jasa photography dan videography tentu nya, sangat peka terhadap apa yang lagi tren sekarang ataupun apa yang lagi diikuti daya saing pasar di dokumentasi kalangan seni audio & visual pada jasa wedding pernikahan tentunya. Maka tidak luput dari seorang videographer tentu selalu memperbarui gaya teknik pegambilan gambar videography nya untuk membuat ataupun menunjang daya saing penjualan jasa dokumentasi pernikahan tentu nya. Dan membuat daya tarik kepada custumer/calon pelanggan pengantin pada pemesan jasa dokumentasi untuk di pakai pada acara pernikahan.
Dari permasalahan cinematography video wedding memerlukan teknik yang bagus dalam pembuatan video sehingga, Penulis ingin mengkaji bagaimana proses pengambilan gambar yang di lakukan secara cinematography pada adat minang di Studio Aksa Moto Pekanbaru dengan judul “TEKNIK SINEMATOGRAFI VIDEO WEDDING ADAT MELAYU DALAM MENDUKUNG KEGIATAN PROMOSI STUDIO AR PHOTOGRAPHY PEKANBARU”
1.2 Penegasan Istilah
Untuk mempermudah serta menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran serta pengertian terhadap istilah atau kata-kata yang ada dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan mengenai hal-hal yang nantinya akan menjadi pegangan dalam penelitian. Adapun penegasan dalam istilah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Teknik Sinematografi Teknik merupakan tahapan cara atau metode yang digunakan untuk mengambil gambar agar penonton mudah untuk
8
menangkap makna atau pesan yang ingin disampaikan melalui sebuah gambar. Kita seharusnya bisa selalu menampilkan gambar yang menarik, mempunyai arti atau dengan kata lain think that every picture as statemen (gambar kita harus mampu berbicara).6
2. Vidiografer merupakan orang yang bertugas dalam pengambilan gambar video atau mengoperasikan kamera saat diadakannya pemngambilan gambar video, videographer di sebut juga sebagai juru kamera atau kameramen.7
3. Pernikahan Adat Melayu, prosesi pernikahan masyarakat Melayu adalah sebuah manifestasi adat yang masih berlangsung sampai saat ini. Jika ditilik satu persatu dari setiap rentetan prosesi adat perkawinan, maka terdapat hikmah di balik tradisi tersebut. Islam dijadikan sebagai poros bagi kehidupan masyarakat Melayu, sehingga memberikan pengaruh besar pada dimensi kehidupan.8
4. Kegiatan Promosi suatu bentuk aktifitas pemasaran yang menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada poduk yang di tawarkan perusahaan yang bersangkutan.9
1.3 Ruang Lingkup Kajian
Ruang lingkup kajian ini masih didalam konteks ilmu komunikasi.
Pada penelitian ini peneliti beratkan permasalahan yang akan dibahas, yaitu mengenai teknik sinematografi video wedding adat Melayu dalam mendukung kegiatan promosi studio AR Photography Pekanbaru.
6 Mahyudin Al Mudra (2008, 10)
7 Sudaryanto and Sabjan Badio, Keteknikan Videografi: Membuat Film Pendek Dan Video Iklan, 2013.
8 Mahyudin Al Mudra, Redefinisi Melayu, Upaya Menjembatani Perbedaan Konsep Kemelayuan Bangsa Serumpun, (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2008), cet. 1, h. 10.
9 Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen Edisi Pertama, (Jakarta: Prenamedia Group, 2005), h.161
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah di uraikan sebelumnya, maka penelitia ini bermaksud meneliti bagaimana teknik sinematografi video wedding adat Melayu dalam mendukung kegiatan promosi studio AR Photography Pekanbaru?
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1) Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui bagaimana teknik sinematografi video wedding adat melayu dalam mendukung kegiatan promosi studio AR Photography Pekanbaru.
b) Untuk mengetahui apa saja faktor yang menjadi penghambat dan pendukung selama teknik pengambilan gambar wedding sinematografi di AR Photography Pekanbaru.
2) Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Kengunaan Teoritis
1. Sebagai sarana pembelajaran bagi penulis untuk meningkat pengetahuan khususnya mengenai tenik-teknik sinematografi video wedding adat melayu dalam mendukung kegiatan promosi studio AR Photography Pekanbaru.
2. Sebagai bahan rujukan tugas akhir untuk melihat bagaimana studio AR Photography Pekanbaru menggunakan teknik sinematografi video wedding dalam pernikahan adat melayu di studio AR Photography Pekanbaru.
b) Kegunaan Pratis
1. Sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan program strata satu (SI) guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
10
2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi khalayak yang ingin mendalami bidang konsentrasi Broadcasting, khusus nya yang berkaitan dengan teknik cinematograpy video wedding.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami dan menelusuri dari tulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan dalam beberapa bab dan sub-sub bab yang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, antara lain :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah, penegasan istilah, ruang lingkup kajian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bab kajian teori dan kerangka pikir, dalam bab ini berisikan: kajian teori, kajian terdahulu serta kerangka pikir.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Merupakan bab metode penelitian, dalam bab ini berisikan: jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data informasi penelitian, teknik pengumpulan data, validitas data serta teknik analisis data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM
Merupakan babgambaran umum, bab ini menjelaskan gambaran umum tempat penelitian seperti: sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur perusahaan, tugas struktur perusahaan, kegiatan perusahaan serta denah lokasi perusahaan. Perusahaan yang dimaksud adalah AR Photography.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Merupakan bab hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini menyajikan hasil dari penelitian dan pembahasan penelitian.
BAB VI : PENUTUP
Merupakan bab penutup dari penelitian, dalam bab ini berisikan:
kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
1) Jurnal dengan judul “ Analisis Teknik 5’C Cinematography Pada Penciptaan Film Jabang” yang ditulis oleh Zakaria Syahputra mahasiswa Studi Televisi Dan Film, Fakultas Seni Dan Desain, Universitas Potensi Utama tahun 2019. Hasil dari Penelitian ini membahas tentang rumus 5’C Cinematography pada film Jabang, yang terdiri dari lima elemen elemen penting didalam Cinematography yaitu Composition, Close Up, Camera Angle, Continuity, Cutting. Lima elemen penting dari Cinematography tersebut penulis terapkan dalam penciptaan film Jabang.
Film Jabang adalah film fiksi bergenre Drama yang berdurasi 44menit, film Jabang mengangkat tema mengenai kokokan ayam malam-malam pertanda ada gadis yang hamil diluar nikah, mitos tersebut masih berkembang disebagian masyarakat di Indonesia. Film Jabang sendiri bersinopsis tentang satu keluarga tinggal dirumah warisan yang mulai kosong karena krisis ekonomi pada keluarga tersebut, suatu hari sang ayah (46tahun) bertekad untuk mencari pekerjaan kekampung orang dalam keadaan yang kurang sehat, kepergian sang ayah meninggalkan istrinya sumiati (38 tahun) dan dua orang anak, gadis (8tahun) bersama yuni (17tahun). Hingga suatu hari anak yang paling besar yuni (17tahun) melakukan hubungan suami istri yang kemudian diketahui hamil diluar nikah hingga membuat ibu marah besar sampai mengurungnya berbulan- bulan digudang.
2) Jurnal dengan judul “Penerapan Sinematografi Dalam Penempatan Posisi Kamera Dengan Menggunakan Logika Fuzzy” yang ditulis oleh Hartato Junaedi mahasiswa jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang meneliti pada tahun 2018. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kaidah sinematografi menggunakan logika fuzzy untuk kamera dinamis ini
cukup baik tidak monoton dan yang lebih penting adalah transisi dari pergerakan kamera dianggap cukup baik.Berdasarkan hasil histogram profiling dan hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa dapat dilakukan penempatan posisi kamera yang sesuai dengan kaidah sinematografi secara otomatis, karena dalam permainan komputer penempatan dan pergerakan posisi kamera virtual dilakukan secara real time.10
3) Peneliti Fulgensius Livinus, (2018) yang berjudul “Perancangan Video Dokumenter Pernikahan Tioghoa Akulturasi Dengan Agama Kristen Di Surabaya”.11 Metode yang digunakan yakni metode analisa deskriptif kualitatif. Penelitian meneliti sekelompok masyarakat, objek yang sesuai, kondisi tempat penelitian, dan peristiwa- peristiwa untuk membangun deskripsi mengenai kejadian, fakta yang berhubungan dengan objek yang di teliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pengerjaan perancangan video dokumenter ini. Terlihat bahwa budaya Tionghoa khususnya dalam sebuah pernikahan memiliki banyak aturan namun sangat penting bagi wawasan kita sebagai masyarakat modern.
Perkembangan zaman yang secara sengaja pada era orde baru memberikan dampak pada masyarakat modern atas kehilangan identitas dirinya sebagai keturunan Tionghoa. Namun orang yang dianggap dituakan dalam keluarga menginginkan budaya Tionghoa yang terdapat didalam keluarganya tetap harus dipertahankan yaitu budaya pernikahan.
Video dokumenter dapat menjadi salah satu solusi sebagai bentuk pelestarian budaya. Dengan adanya video dokumenter Pernikahan Tionghoa Alkuturasi dengan Agama Kristen Di Surabaya banyak masyarakat lebih memahami makna dibalik kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Dengan dijelaskan makna serta terdapat narasumber yang
10 Hartarto Junaedi, Mochamad Hariadi, and I Ketut Eddy Purnama, “Penerapan Sinematografi Dalam Penempatan Posisi Kamera Dengan Menggunakan Logika Fuzzy,”
Khazanah Informatika: Jurnal Ilmu Komputer dan Informatika 4, no. 2 (December 27, 2018): 55, https://doi.org/10.23917/khif.v4i2.7028.
11 Fulgensius Livinus, “Perancangan Video Dokumenter Pernikahan Tioghoa Alkuturasi Dengan Agama Kristen Di Surabaya” (Jurnal DKV Adiwarna 01, no. 12, Jakarta, Universitas Kristen Petra, 2018).
14
menjelaskan dapat memberikan informasi yang utuh kepada penonton.
Dalam proses pembuatan video dokumenter Pernikahan Tionghoa Akulturasi dengan Agama Kristen Di Surabaya juga menggunakan beberapa teknik fotografi yaitu wide-angle yang sangat membantu pengambilan gambar diruangan yang sempit dan close-up untuk penjelasan beberapa detail agar dapat dilihat lebih jelas.12
4) Jurnal dengan judul “Analisis Isi Penerapan Teknik Cinematograpi Video Klip Monokrom”. Adapun penelitian ini menggunakan metode Analisis Isi Kuantitatif dengan pendekatan Deskriptif, dengan teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi Video sebagai media baru komunikasi massa merupakan satu bagian dari media elektronik dan memiliki karakteristik film, video juga dapat digunakan dalam dunia musik, salah satunya digunakan sebagai videoklip. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik sinematografi yang digunakan dalam videoklip Monokrom berdasarkan teori Joseph V Mascelli yang dikenal dengan prinsip Camera angle, type shoot, compotition. Dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik camera angle yang paling banyak digunakan adalah teknik eye level sebesar 50.54%. Sedangkan type shoot yang sering digunakan adalah longshoot sebesar39.78%.
Untuk compotition menggunakan nose room sebesar 50%. Dengan demikian kesimpulan yang peneliti dapatkan dari videoklip Monokrom ialah Davy Linggar sebagai sutradara fokus memperlihatkan objek dan lingkungan sekitar. Kemudian teknik-teknik sinematografi yang digunakan ternyata hampir keseluruhan diterapkan dalam videoklip Monokrom tersebut sehingga sinematografi dalam menyampaikan pesannya sangat kuat dan tersampaikan dengan baik.13
12 Fulgensius Frederick Livinus, Cok Gde Raka Swendra, and Hen Dian Yudani,
“Perancangan Video Dokumenter Pernikahan Tionghoa Akulturasi Dengan Agama Kristen Di Surabaya,”, (Surabaya: Universitas Kristen Petra, 2018), h. 69
13 Rika Permata Sari and Assyari Abdullah, “Analisis Isi Penerapan Teknik Sinematografi Video Klip Monokrom,” Jurnal Riset Mahasiswa Dakwah Dan Komunikasi 1, no. 6 (January 25, 2020): 418–23, https://doi.org/10.24014/jrmdk.v2i1.9236.
5) Jurnal berjudul “ Penerapan Sinematografi pada Film Pilar” yang ditulis oleh M Fadli Yanuar Lubis dan Sri wahyuni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rancangan, konsep dan teknik sinematografi dalam memvisualkan cerita pada film “Pilar”. Teori yang digunakan dalam penciptaan film “Pilar” teori oleh Joseph V. Mascelli A.S.C terkait dengan teknik sinematografi yang terdiri dari komposisi, kamera angel dan kontinuti. Adapun studi kasus yang menjadi acuan dalam penelitian ialah film “Pilar”. Hasil penciptaan menunjukan bahwa konsep dan teknik sinematografi yang digunakan adalah konsep estetik yang di gunakan yaitu tatat cahaya, pencahayaan, dan warna pada film, sehingga membuat penonton menikmati dan mempermudah memahami jalan cerita pada film ini. Pesan tersebut dapat disampaikan dengan menggunakan aspek narasi, gesture, dan simbol yang diakomodasi dengan aspek visual.14
6) Jurnal berjudul “ Analisis Teknik 5’C Cinematography pada pencipataan film jabang” yang ditulis oleh Zakaria Syahputra dan Triadi Sya’dian.
Penelitian ini membahas tentang rumus 5’C Cinematography pada film Jabang, yang terdiri dari lima elemen elemen penting didalam Cinematography yaitu Composition, Close Up, Camera Angle, Continuity, Cutting. Lima elemen penting dari Cinematography tersebut penulis terapkan dalam penciptaan film Jabang. Film Jabang adalah film fiksi bergenre Drama yang berdurasi 44menit, film Jabang mengangkat tema mengenai kokokan ayam malam-malam pertanda ada gadis yang hamil diluar nikah, mitos tersebut masih berkembang disebagian masyarakat di Indonesia.15
7) Jurnal dengan judul “ Kajian Teknik Wedding Photography Dalam bentuk Video Tutorial” oleh Yana Erlyana. Penelitian ini menggunakan metode Analisa deskriptif kualitatif. Penelitian meneliti sekelompok
14 M Fad Yanuar Lubis, “Application Of Cinematography To Pillar Films,” (Surabaya:
Uviversitas Kristen Indonesia, 2018), h. 69.
15 Zakaria Syahputra and Triadi Sya’dian, “Analisis Teknik 5’C Cinematography Pada Penciptaan Film Jabang,”, (Medan: Universitas Potensi Utama, 2020), h. 24.
16
masyarakat, objek yang sesuai, kondisi tempat penelitian, dan peristiwa- peristiwa untuk membangu deskripsi mengenai kejadian, fakta yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perkembangan teknologi membawa banyak dampak dari dunia fotografi. Muncul banyak Teknik-teknik yang sangat baik dalam fotografi terutama fotografi wedding. Sehingga sebuah kajian mengenai fotografi menjadi cukup penting dalam keilmuannya. Dalam proses pembuatan pembuatan video tutorial wedding Photography Technique dibutuhkan rencana yang sangat matang dalam setiap scenenya.16
8) Jurnal dengan judul “Penerapan Sinematography pada penciptaan film fiksi berjudul juara”, oleh Audry Fchrozy dan Sri Wahyuni. Tujuan penelitian ini menghasilkan film fiksi “JUARA”adalah untuk mengedukasi bagi masyarakat tentang bagaimana untuk menjaga dan melestarikan budaya adat istiadat serta menjaga panorama alam lokal yang ada disamosir Sumatera Utara. Metode penciptaan yang digunakan menjadi tiga tahap yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
Teori yang digunakan adalah Five C’s Cinematography (camera angle, continuity, cutting, close up, dan composisi oleh Joseph V. Mascelli A.s.c dan teori three point lighting (key light, fill light, dan back light).
Konsep dan teknik sinematografi yang digunakan adalah konsep sinematografi Konsep dengan mudah memahami dan menikmati jalan cerita pada film.17
9) Skripsi dengan judul “Teknik Sinematografi dalam Melukiskan Figur K.H. Ahmad Dahlan (Studi Deskriptif pada film Sang Pencerah) yang ditulis oleh Syamsu Dhuha Firman Ridho mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam FakultasDakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2014.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe
16 Erlyana, “Kajian Teknik Wedding Photography Dalam Bentuk Video Tutorial.”
17 Audry Fachrozy and Sri Wahyuni, “Penerapan Sinematografi Pada Penciptaan Film Fiksi Berjudul “ Juara “,” Jurnal Mahasiswa Fakultas Seni dan Desain 1, no. 1 (April 21, 2020):
353–62.
penelitian deskriptif kualitatif. Analisis data menggunakan bahan visual untuk menganalisis dokumentasi, yaitu berupa film Sang Pencerah.Hasil penelitian menunjukan teknik sinematografi yang banyak digunakan adalah tipe angle objektif, eye level angle, long shot size, still kamera, dan don lighting. Adapun hasil analisis beberapa gambar menunjukan figut K.H. Ahmad Dahlan dilukiskan sebagai figure yang membuka diri terhadap kemajuanteknologi dan pengetahuan.18
10) Skripsi dengan judul “Teknik Sinematografi dalam menggambarkan pesan optimisme melalui film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”
yang ditulis oleh Dedy Irwan mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang meneliti tahun 2016. Metode penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan berfokus pada pesan optimisme dan menggunakan teori Joseph V. Mascelli melalui camera angle, composition, shot size,continuity, dan cutting. Hasil dari penelitian ini adalah pada film ini menggunakan tiga sudut pandang kamera objektif, subjektif dan poin of view. Angle camera yang sering digunakan adalah eyelevel angle yaitu untuk memberikan kesan psikis netral.dan penggunaan komposisi adalah komposisi dinamis. Serta cutting continuity yang sering digunakan dan menggunakan continuity waktu.19
2.2 Kajian Teori
1. Teknik Sinematografi
Teknik berarti metode atau suatu cara mengerjakan atau membuat sesuatu. Sedangkan dalam Cinematography adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Cinematography sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu
18 Syamsu Dhuha Firman Ridho, “Teknik Sinematografi Dalam Melukiskan Figur K.H.
Ahmad Dahlan (Studi Deskriptif Pada Film Sang Pencerah)” (skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2014), https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13834/.
19 Siti Rahma Harahap, “Teknik Sinematografi Dalam Menggambarkan Pesan Optimisme Melalui Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,” Pena Cendikia 2, no. 1 (March 30, 2019), https://ejurnal.univalabuhanbatu.ac.id/index.php/pena/article/view/43.
18
yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung- gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengartikan cerita).20
Dalam sebuah karya videografi, seperti film, iklan, video dokumentasi, videoklip dan lainnya, tidak terlepas penggunaan teknik cinematography, seperti type shot atau ukuran shot, camera movement atau pergerakan kamera, dan angle shot atau arah gambar. Hal ini karna cinematography merupakan ilmu terapan yang membahas teknik mengambil gambar dan menggabunggabungkan gambar tersebut sehingga menjadi sebuah rangkaian gambar yang dapat menyampaikan cerita atau ide.21
Gambar yang diambil harus mampu menyampaikan gagasan dari alur cerita, dengan kata lain gambar harus mampu berbicara kepada khalayak/penonton. Oleh karena itu pengambilan gambar yang baik sangat ditekankan pada proses ini. Jadi teknik Cinematography adalah cara/metode yang digunakan untuk mengambil gambar agar penonton mudah untuk menangkap makna/pesan yang ingin disampaikan melalui sebuah gambar. Kita seharusnya bisa selau menampilkan gambar yang menarik, mempunyai arti atau dengan kata lain, gambar kita harus mampu berbicara/ hinkthat every picture as statemen.22
Teknik Cinematography juga merupakan tahapan cara atau metode yang digunakan untuk mengambil gambar agar penonton mudah untuk menangkap makna atau pesan yang ingin disampaikan melalui sebuah gambar. Kita seharusnya bisa selalu menampilkan gambar yang menarik, mempunyai arti atau dengan kata lain think that every picture as statemen (gambar kita harus mampu berbicara).23
20 Ely Purnawati, “Perancangan Periklanan Multimedia Dengan Teknik Cinematography”,Vol 9 No. 1 2016, h.20
21 A Spencer. The Focal Dictionary of Photographic Technologies. (London: Oxford University Press,1901) h. 454
22 Bambang Semedhi ( 2011, 47)
23 Bambang Semedhi (2011, 47)
Cinematography dimulai pada akhir tahun abad ke-19. Penemu asli cinematography adalah Lumiere bersaudara, Auguste dan Louis Lumiere.
Demontrasi public pertama dilakukan di Paris pada bulan maret 1895.24 Kata “sinematografi” diciptakan dari kata yunani κίνημα (kinema), yang berarti “gerakan” dan γράφειν (graphein) yang berarti “untuk merekam”, bersama-sama berarti “gerak rekaman”. Kata yang digunakan untuk merujuk pada seni, prose, atau pekerjaan film-film, tetapi kemudian maknanya terbatas pada “fotografi film”.25
Cinematography atau dalam bahasa Indonesia disebut sinematografi secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu kinema (gerak), photo (cahaya), graphos (lukisan/tulisan). Menurut Kamus Ilmiah Serapan Bahasa Indonesia, sinematografi diartikan sebagai ilmu dan teknik pembuatan film atau ilmu, teknik, dan seni pengambilan gambar film dengan menggunakan alat perekam.26 Menurut Bordwell Thompson sinematografi adalah tindakan menangkap gambar fotografi dalam ruang melalui penggunaan sejumlah elemen dikontrol. Ini termasuk kualitas stok film, manipulasi lensa kamera, framing, skala dan gerakan. Sinemtografi adalah fungsi dari hubungan antara lenssa kamera dan sumber cahaya, panjang fokus lensa, posisi kamera dan kapasitas untuk gerak.27
Cinematography sangat perlu diperhatikan, karna dengan adanya penataan kamera yang baik maka video akan menjadi lebih menarik dan sesuai dengan jalan cerita yang sudah ditentukan. Dengan cinematography yang baik akan membantu penonton untuk dapat memahami ide atau konsep yang telah dipilih. Cinematography memiliki berbagai etika, seperti pencahayaan, pengetahuan, komposisi, dan kebebasan berekspresi
24 I Chernetsov, L Oren, O. Lapko, “History of Cinematography”, (Belarus: Belarusian National Technical University, 2016), h. 424.
25 Spancer, D A, The Focal Dictionary of Photography Tehnologies, h. 454
26 Hatta Maulana and Mukhammad Nurzadi, “Penerapan Animasi Dan Sinematografi Dalam Film Animasi Stopmotion Jendral Soedirman” 2 (2016): 45.
27 Bordwell Thompson, K., & Smith, J, “Film art: An introduction”, (New York: McGraw-hill education, 2017), h. 45.
20
dalam imajinasi.28 Cinematography merupakan salah satu komponen utama dari gaya visual video, memainkan peran yang kuat dalam membentuk pengalaman penonton ruang dan waktu cinematic.29
Adapun tahapan sinematografi pada saat pra produksi antara lain sebagai berikut:
1. Menganalisa skenario dan membangun konsep sinematografi yang terdiri dari look dan mood.
2. Mendiskusikan konsep look dan mood bersama dengan sutradara dan penata artistik, dan konsep dari ketiga divisi ini dileburkan menjadi konsep visual.
3. Memilih dan menentukan tim departemen kamera yang dianggap memenuhi persyaratan.
4. Setelah terpilihnya tim departemen kamera mengkoordinasi tim untuk melakukan uji coba kamera, lensa dan segala alat penunjang kamera yang dibutuhkan (testcam).
5. Mengikuti recce yang dijadwalkan oleh tim produksi guna memahami lokasi syuting.
6. Merancang floorplan untuk memahami blocking kamera dan lighting untuk syuting nanti.
Tahapan sinematografi pada saat produksi antara lain sebagai berikut : 1. Mengarahkan sudut pengambilan gambar untuk menghasilkan perekaman visual, sehingga tercapai kualitas teknik, artistik, dan dramatik sesuai konsep visual.
2. Mengarahkan dan menjaga kesinambungan visual/ continuity.
3. Memeriksa laporan kamera (camera report) dan kesinambungan tata cahaya.
4. Mengkoordinasikan teknik perekaman visual kepada tim departemen kamera.
28 Erlyana, “Kajian Teknik Wedding Photography Dalam Bentuk Video Tutorial.”
29 Patrick Keating, “Cinematography,” in The International Encyclopedia of Communication, ed. Wolfgang Donsbach (Chichester, UK: John Wiley & Sons, Ltd, 2008), wbiecc024, https://doi.org/10.1002/9781405186407.wbiecc024.
Tahapan sinematografi pada saat pascaproduksi :
1. Ikut terlibat dalam proses pewarnaan (color grading) untuk pencapaian artistik.
Joseph V. Mascelli A.S.C menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan agar pengambilan teknik cinematography yang akan dilakukan harus mempunyai nilai cinematic yang baik. Adapun unsur- unsur yang harus harus diperhatikan dalam mengatur shot serta kesinambungan cerita, yaitu angle shot, type shot, composition, continuity serta cutting.30
a) Angle Shot (sudut pandang kamera)
Angle shot merupakan sudut pengambilan gambar suatu objek, dengan pengambilan tertentu bisa menghasilkan suatu yang menarik. Angle shot menentukan wilayah dan titik pandang yang direkam oleh kamera, pemilihan angle shot yang baik akan meningkalkan kualitas dramatik dari objek yang disampaiakan.
Angel Shot adalah bahan utama dalam komposisi yang dapat mempengaruhi bagaimana reaksi emosional kita terhadap bidikan.
Ketika ingin menampakan karakter kuat, rentan atau intim, sudut pandang kamera adalah hal yang terpenting.31
Angle shot terbagi atas beberapa bagian sesuai dengan yang dihasilkan, diantaranya:32
1) Normal Angle
Normal Angle merupakan sudut oengambilan gambar sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandang mata seseorang yang berdiri atau pandang mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya sama dengan objek.
30 Bambang Semedhi (2011, 47)
31 Brown, CINEMATOGRAPHY Theory and Practice, (2022, 45).
32 Nugroho, Teknik Dasar Videografi, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2014), h. 42
22
2) High Angle
High angle merupakan sudut penganbilan dari atas objek, sehingga kesan objek jadi mengecil. Selain itu, teknik pengambilan gambar ini mempunyai kesan dramatis selain itu juga menimbulkan kesan kerdil.
3) Low Angle
Low angle merupakan pengambilan gambar dari sudut rendah. Letak kamera berada di bawah objek, efek yang ditimbulkan dari sudut pandang ini terkesan besar.
4) Bird Eye
Bird angle merupakan teknik pengambilan gambar yang dilakukan oleh videographer maupun photography dengan ketinggian kamera di atas ketinggian objek yang direkam.
Dengan menggunakan teknik bird angle hasil yang diperolah adalah memperlihatkan lingkungan yang sangat luas dengan benda-benda lain yang tampak di bawah sangat kecil.
5) Frog Eye
Frog Eye merupakan teknik pengambilan gambar oleh videographer maupun photography dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar kedudukan objek. Dengan menggunakan teknik frog eye, bisa menghasilkan objek yang sangat besar.
b) Type Shot (ukuran gambar)
Type shot adalah teknik pengambilan gambar yang bertujuan untuk memilih luas area frame yang diberlakukan kepada objek utama dalam photo baik frame yang lebar maupun sempit untuk membenarkan pemotongan oleh frame tersebut. Type shot
dibagi dalam tiga ukuran mulai dari close up, medium dan long shot:33
1) Close Up Shot
Close up shotterbagi menjadi empat bagian diantara lain: ekstream close up, big close up, dan medium close up.
a. Ekstream Close Up adalah pengambilan gambar sangat dekat sekali, memperlihatkan detail suatu objek secara jelas, seperti mata, hidung, mulut maupun telinga
b. Big Close Up, biasanya digunakan untuk menekankan keadaan emosional objek. Tipe shot ini biasanya mengambil objek manusia hanya bagian kepala saja.
c. Close Up, biasanya mengambil objek manusia mulai dari bahu hingga kepala, close up juga berguna untuk menampilkan detail dan dapat digunakan sebagai cut in.
d. Medium Close Up adalah jenis shot untuk menunjukkan wajah objek agar lebih jelas dengan ukuran shot sebatas dada hingga kepala.
2) Medium Shot
Medium shot dibagi menjadi tiga bagian yaitu medium shot, knee shot dan juga medium long shot.
a. Medium Shot adalah tipe pengambilan yang menunjukkan beberapa bagian dari objek secara lebih rinci, pada objek manusia tipe pengambilan gambar ini akan menampilkan sebatas pinggang hingga atas kepala.
b. Knee Shot biasanya menampilkan bagian atas kepala hingga lutut dari objek, pengambilan ini menambahkan pergerakan arah jalan yang dapat dilihat dari lutut objek.
33 Bambang Semedhi (2011, 48)
24
c. Medium Long Shot merupakan pengambilan gambar dari pinggang hingga atas kepala, latar belakang dan objek utama sebanding.
3) Long Shot
Long shot dibagi menjadi tiga bagiian yaitu full shot, long shot dan eksream long shot.34
a. Full Shot merupakan pengambilan gambar penuh suatu objek dari kepala hinga kaki, fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkungannya.
b. Long Shot biasanya menampilkan pengambilan terkecil dengan motivasi untuk memperlihatkan situasi dari keadaan sekitar objek, bahkan cendrung menghiraukan objek.
c. Eksream Long Shot biasanya menampilkan keseluruhan pemandangan dan tidak fokus bahkan tidak memperlihatkan objek.
Tabel 2.1
Bentuk-Bentuk Type Shot35
Ukuran Shot Motivasi Shot
Close Up Ekstream Close Up (ECU)
- Detail Organ Tubuh Big Close Up (BCU) - Detail
- Ekspresi Close Up (Cu) - Ekspresi Medium Close Up
(MCU)
- Ekspresi - Mimik Wajah Medium
Shot
Medium Shot (MS) - Gerakan Tangan - Gesture
Knee Shot (KS) - Gerakan tangan - Pergerakan Objek - Jalan Pelan
Long Shot Fullshot (FS) - Gerak Agak Cepat LongShoot (LS) - Gerak Cepat Ekstream Longshot
(ELS)
- Gerak Cepat - Situasi
- Pemandangan
34 Bambang Semedhi (2011, 48)
35 Bambang Semedhi (2011, 49)
c) Composition (kompisisi)
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam komposisi gambar yaitu faktor keseimbangan, faktor keindahan, faktor ruang dan faktor warna. Unsur-unsur gambar serta daya tarik tersendiri. Unsur-unsur gambar visual element (merancang video) dalam komposisi merupakan apa saja yang dilihat oleh mata atau lensa kamera, pada suatu kejadian atau pemandangan, yaitu:36 1. Objeks, termasuk perlengkapan kostum dan make up.
2. Lokasi, dekorasi dan property.
3. Warna dan lighting (cahaya).
Framing adalah penempatan unsur-unsur gambar ke dalam frame yang bertujuan menempatkan objek pada komposisi yang baik, selain itu terpenuhinya unsur keseimbangan frame di kiri, di kanan, di atas maupun di bawah. Pengelompokan frame terbagi menjadi:37
1) The Rule of Thirds atau The Golden Mean.
Penempatan unsur-unsur gambar dalam frame yang dibagi menjaditiga bagian secara vertikal dan tiga bagian secara horizontal. Perpotongan garis vertikal dan horizontal merupakan titik perhatian penonton dalam menyaksikan suatu adegan gambar maupun adengan cerita. Interest point of object (pusat perhatian) ditempatkan pada titik-titik perpotongan vertikal dan horizontal.
Ketika sedang pengambilan gambar, komposisi gambar yang akan diambil agar tercapai golden mean tentu beragam. Pada objek manusia, mata berada pada posisi 1/3 frame bagian atas. Kondisi panorama atau pemandangan batas cakrawala berada 2/3 frame bagian bawah. Adapun posisi dua manusia yang melakukan percakapan maupun melakukan aktivitas tertentu, golden mean terletak di tengah-tengah antara dua manusia tersebut.38
36 Andi Fachruddin, Dasar Dasar Produksi Televisi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012) h. 160
37 Andi Fachruddin (2012, 160)
38 Andi Fachruddin (2012, 161)
26
2) Walking Room atau Lead Room
Ruang yang menunjukkan arah jalan objek sampai tepi frame, ruang depan lebih luas dua kali dibanding ruang belakang (30% sampai 50%). Teknik pengambilan gambar dengan memberikan jarak untukseseorang bergerak ke arah yang dituju.
Tanpa memperhatikan walking room, objek gambar orang akan tampak terhalangi atau berhenti di layar televisi.39
3) Looking Room atau Nose Room
Jarak pandang objek ke depan dengan perbandingan dua bagian depan satu bagian belakang (30% sampai 50%). Ketika objek gambar melihat atau menunjuk ke satu arah, harus tersedia ruang kosong pada arah yang dituju. Pengambilan gambar tanpa adanya teknik looking room akan terlihat janggal dan tidak seimbang.40
4) Head Room
Teknik pengambilan gambar ini, terdapat ruang dari atas kepala sampai tepi atas frame, ruang bagian ini seperempat dari kepala objek. Ruang kosong yang terdapatdi atas kepala harus seimbang dengan tepi layar televisi. Jika ruang kosong terlalu banyak, jarak antara ujung kepala dengan tepi atas layar televisi terlalu luas, maka gambar kelihatan tidak seimbang. Sehingga objek akan terlihat tenggelam padalayar televisi dan gambar tidak nyaman dilihat.41
5) Aerial Shot
Mengambil gambar daratandari udara dengan meletakkan kamera pada pesawat udara. Fungsi pengambilan gambar ini untuk melihat suasana di bawah secara menyeluruh. Biasanya digunakan sebagai kebutuhan gambar program gambar berita, pertandingan
39 Andi Fachruddin (2012, 162)
40 Andi Fachruddin (2012, 163)
41 Andi Fachruddin (2012, 163)
olahraga yang melibatkan banyak orang atau menggambarkan suasana bencana alam.42
6) Establishing Shot (ES)
Pengambilan gambar yang menampilkan keseluruhan objek dan ditambah dengan ruang disekitanya sebagai pemandangan maupun suatu tempat untuk memberi orientasi di mana peristiwa ataupun bagaimana kondisi adegan itu terjadi.43
7) Point of View (POV)
Teknik pengambilan gambar yang mengahsilkan arah pandang pelaku atau objek utama dalam frame.
8) Object in Frame
Pengambilan gambar manusia atau pemain oleh kamera dalam satu frame dengan mengabaikan ukuran pengambilan tersebut. Adapun beberapa istilah pengambilan gambarnya, yaitu one shot, two shot, three shot dan groupshot.
d) Continuity (kesinambungan gambar)
Continuity merupakan teknik penggabungan gambar untuk mengikuti suatu aksi melalui satu patokan tertentu. Berguna untuk menghubungkan adegan-adegan agar aliran cerita menjadi jelas, halus dan lancar. Bentuk-bentuk continuity yang digunakan agar memudahkan penyampaian pesan, menghibur serta memberikan makna yang efektif bagi penonton diantaranya:44
1) One Scene Three Shot Continuity Direction
Merupakan penggabungan gambar dalam satu sceneyang terdiri dari tiga shot dengan kesinambungan dari gambar fokus objek Over Shoulder Shot (OSS), dilanjutkan OSS lawan mainnya dan diakhiri dengan two shot yang dramatis.45
42 Andi Fachruddin (2012, 163)
43 Gideon O Burton, “Establishing Shot: The Scope of Mormon Cinema” 46 (2007): 9.
44 Andi Fachruddin (2012, 163)
45 Andi Fachruddin (2012, 163)
28
2) Three Shot Continuity Action, Two Object One Moment
Merupakan penggabungan gambar yang menyajikan aksi dua objek yang sedang beraktivitas dengan backround statis pada suatu monen. Kesinambungan menggambarkan tiga shotdalam satu scene tanpa pergerakan kamera untuk merekam kegiatan objek yang seluruhnya stabil.46
3) Three Shot Continuity Direction
Merupakan kesinambungan yang digunakan untuk memperjelas dialog yang sedang berlangsung, biasanya pada acara talkshow di studio. Realisasinya menggabungkan front middle left side, long shoot, dan font middle right side, sehingga emosional pernyataan serta ekspresi objek yang berdialog terekam secara alamiah.47 4) Three Shot Continuous Direction Scene
Merupakan penggabungan tiga shot gambar dalam satu sceneyang memfokuskan masing-masing objek, saat sedang berinteraksi aktif terus menerus. Diawali shot front middle left side objek yang saling berhadapan dengan shot middle right side, sehingga terlihat interaksinya, lalu diakhiri two shot kedua objek saling berhadapan.
e) Cutting (penyunting)
Cutting dalam cinematography dibutuhkan sebagai transisi atau perpindaham gambar satu ke gambar berikutnya, diantara penyambungan pengambilan beberapa gambar secara berurutan sehingga persepsi penonton tidak merasakan gambar-gambar terputus atau terpotong-potong. Hal tersebut terkenal dengan invisible editing atau dengan kata lain sebagai penyambung potongan-potongan gambar yang tidak menimbulkan kesan penyambungan gambar tersebut.
Adapun macam-macam cutting yang dikenal didalam teknik flimin, diantaranya:48
46 Andi Fachruddin (2012, 164)
47 Andi Fachruddin (2012, 164)
48 Andi Fachruddin (2012, 164)