PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP IMPLEMENTASI MANAJEMEN
PENGETAHUAN DAN MANAJEMEN INOVASI DALAM UPAYA PERGURUAN
TINGGI SWASTA UNTUK MENCAPAI KINERJA
(STUDI DI 5 PERGURUAN TINGGI SWASTA DI KOPERTIS WILAYAH III)
Richard Lius
Management Department, School Business and Management, BINUS University Jalan K. H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
Dyah Budiastuti, Ir., M.M.
Management Department, School Business and Management, BINUS University Jalan K. H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
ABSTRAK
Perguruan tinggi swasta adalah bisnis yang bertumpu pengetahuan, dan mengandalkan inovasi dalam upaya untuk mencapai kinerja dan keunggulan bersaing, sehingga implementasi dari manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi menjadi sangat penting bagi PTS. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui kondisi implementasi dari manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi di perguruan tinggi swasta yang kemudian menggunakan regresi untuk mencari pengaruh antara implementasi manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi terhadap upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja menurut pemahaman para mahasiswa. Disimpulkan bahwa implementasi manajemen pengetahuan dan manajemen
inovasi secara simultan berpengaruh pada upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja.
Kata kunci: manajemen pengetahuan, KM, manajemen inovasi, perguruan tinggi swasta, kinerja
1. Latar Belakang
Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke 16 di dunia tergabung dalam G-20 (Group of Twenty), kelompok yang menguasai 90% produk domestik bruto dunia, 80%
perdagangan global, dan 2/3 populasi dunia. Data dari Bank Dunia menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 sebesar 6,4% dan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 242,3 juta jiwa dengan pendapatan domestik bruto mencapai USD 846,8 juta, Negara ini tampil sebagai potensi kekuatan ekonomi dan politik yang sangat besar dan berpengaruh di pentas dunia. Indonesia diberkahi dengan segala sumber daya yang dapat menunjang perkembangan negara ini. Sumber daya alam yang melimpah ruah dari daratan, laut dan udara dan tentu saja sumber daya manusia yang juga melimpah ruah. Sumber daya manusia merupakan modal yang sangat penting bagi negara yang berkembang dan berpotensi seperti Indonesia, sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia menyediakan pangsa pasar yang besar dan tentu saja angkatan kerja yang besar pula. Namun, menurut Human Development Report yang diterbitkan oleh UNDP pada tanggal 2 November 2011, Indonesia memiliki indeks perkembangan manusia yang masih menengah yakni pada peringkat 124 dari 187.Saat ini, di mana dunia tengah memasuki era pengetahuan, mengandalkan sumber daya manusia yang melimpah ruah sebagai tenaga kerja yang murah sudah tidak cukup lagi untuk meningkatkan daya saing bangsa ini di kancah global. Dunia menuntut kualitas dengan standard yang senantiasa berubah semakin tinggi. Dunia bisnis yang sangat kompetitif saat ini sangat menuntut kualifikasi individu agar mampu masuk ke dalamnya, bertahan dan bersaing dengan semua kompetitor di dalamnya. Pendidikan menjadi faktor yang sangat signifikan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia Indonesia di era globalisasi ini.
Perguruan tinggi sendiri dipandang oleh Barnet sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu (qualified manpower).
Dari data akreditasi 5 peguruan tinggi swasta dengan jumlah mahasiswa aktif terbanyak di wilayah DKI Jakarta dapat kita temukan bahwa masih banyak program studi yang tidak terakreditasi A. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan dalam kinerja perguruan tinggi swasta karena salah satu indikator dari baik buruknya kinerja suatu perguruan tinggi ditunjukkan dengan akreditasi. Kinerja yang bermasalah menunjukkan ketidakmampuan perguruan tinggi swasta untuk membekali mahasiswanya dengan soft dan hard skill yang dibutuhkan oleh industry di kemudian hari saat mereka masuk ke dalam dunia bisnis. Fakta lain menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, jumlah pelajar dari Indonesia yang memutuskan untuk belajar ke luar negeri semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi swasta di dalam negeri terutama di wilayah DKI Jakarta sebagai institusi yang sangat bertumpu pada sumber daya manusia belum mampu mengelola sumber daya knowledge atau pengetahuan yang merupakan hasil dari kegiatan belajar-mengajar, riset, pelayanan serta pengelolaan sumber daya dan juga pengelolaan kreativitas dan inovasi melalui pengembangan produk-produk pembelajaran, layanan mahasiswa, maupun kegiatan pemasaran dan layanan masyarakat yang dapat meyakinkan masyarakat yang membutuhkan pendidikan tinggi. Semakin tingginya jumlah
mahasiswa Indonesia yang memilih untuk belajar di luar negeri akan berdampak pada berkurangnya pertumbuhan jumlah mahasiswa baru pada perguruan tinggi swasta yang juga akan mengakibatkan menurunnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh perguruan tinggi swasta.
Jika kondisi ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan perguruan tinggi swasta yang ada di DKI Jakarta akan semakin kehilangan kepercayaan dari para pengguna jasanya, mereka akan memiliki alasan yang lebih kuat untuk belajar di perguruan tinggi swasta di luar DKI Jakarta, perguruan tinggi negeri yang jumlah kursinya terbatas atau pun belajar di luar negeri dengan biaya yang jauh lebih mahal. Begitu juga dengan industry akan lebih memilih untuk mempekerjakan mereka yang adalah lulusan perguruan tinggi negeri atau lulusan luar negeri, sehingga kemudian lulusan perguruan tinggi swasta yang ada di DKI Jakarta akan dipandang sebelah mata ketika mereka memasuki dunia kerja. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas lulusan perguruan tinggi swasta di DKI Jakarta karena hanya mampu menyerap mahasiswa yang kurang berpotensi.
Saat ini dunia tengah memasuki era kapitalisme pengetahuan di mana manajemen pengetahuan yang efisien akan memainkan peran yang sangat fundamental untuk merubah pengetahuan individual menjadi pengetahuan yang dapat digunakan secara organisasional.
Perguruan tinggi sendiri adalah suatu knowledge business, karena perguruan tinggi terlibat dalam proses kreasi, diseminasi dan pembelajaran. Dengan semakin pentingnya peran ekonomi dari pegetahuan, hal ini mendefinisikan kembali hubungan antara pendidikan, kinerja dan pembelajaran organisasional yang menjadikan peranan manajemen pengetahuan dalam institusi perguruan tinggi menjadi sangat krusial. Hal ini kembali mendorong organisasi-organisasi, termasuk di dalamnya perguruan tinggi swasta di wilayah DKI Jakarta untuk memperbanyak eksperimen, mempelajari praktek-praktek teknologi yang baru, serta terus memonitor perubahan- perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, selalu mengevaluasi kinerjanya secara objektif dan berkomitmen untuk meningkatkan kinerjanya secara berkelanjutan. Saat ini dunia menyaksikan inovasi telah menjadi strategi utama bagi berbagai organisasi untuk menghadapi tuntutan pasar, melihat semakin pentingnya inovasi dan manajemen pengetahuan, semakin penting untuk mengerti bagaimana perguruan tinggi swasta di DKI Jakarta mengelola pegetahuan yang mereka miliki sebagai upaya untuk mendorong lahirnya inovasi.Berdasarkan deskripsi di atas maka sangatlah menarik dan perlu untuk melakukan penelitian mengenai pemahaman mahasiswa terhadap implementasi manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi dalam upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja. Penelitian ini akan mencari faktor penyebab dan keterkaitan antar variable serta memberikan rekomendasi strategis kepada pimpinan perguran tinggi dan membantu menyelesaikan masalah utama yang dihadapinya.
2. Manajemen Pengetahuan
Saat ini dunia memasuki perekonomian berbasis pengetahuan/knowledge yakni ketika bisnis mulai bergeser dari manufaktur ke pelayanan atau service economy. Pada era ekonomi berbasis knowledge, peran elemen produksi seperti lahan, tenaga kerja kasar, dan modal konvensional atau alat produksi sudah mulai mengecil. Tenaga kerja yang dibutuhkan tidak lagi berdasarkan kuantitas tetapi berdasarkan kualitas. Peter F. Drucker memiliki keyakinan bahwa
“knowledge has become the key economic resource and the dominant and perhaps even the only source of comparative advantage.” Housel dan Bell (2005) mengartikan knowledge sebagai: “an ideational (i.e., conceptual rather than physical) construct generated through the agency of the human mind.” Metaxiotis dan Psarras (2003) berpendapat bahwa “knowledge belongs to the
family of steadily increasing invisible corporate assets that include management system, patents, brand identity and corporate reputation.” Ikuko Tanaka dalam Harvard Business Review on Knowledge Management mengilustrasikan bahwa terdapat dua jenis knowledge yang sangat berbeda, yaitu: 1) Explicit knowledge yang besifat formal dan sistematik sehingga sangat mudah untuk dikomunikasikan dan dibagikan, seperti dalam bentuk spesifikasi produk atau rumus- rumus atau formula-formula yang ilmiah atau program-program computer. 2) Tacit knowledge yang bersifat lebih personal yang sangat susah untuk dirumuskan apalagi dibagikan dan berakar pada tindakan dan komitmen individual dalam konteks yang yang spesifik. Tacit knowledge di dalamnya terdapat kemampuan teknikal yang informal yang susah untuk diwariskan yang diistilahkan dengan “know-how”. Pada saat yang bersamaan tacit knowledge memiliki dimensi kognitif yang sangat penting yang di dalamnya termasuk mental models, keyakinan serta pandangan yang susah untuk diartikulasikan.
Debowski (2006) mengartikan Knowledge Management atau manajemen pengetahuan sebagai “the process of indentifying. Capturing, organizing, and disseminating the intellectual assets that are critical to the organization’s long term performance.” Lin dan Wei (2004) menyatakan bahwa “knowledge management is established on the ‘enterprise knowledge’, which promotes the enterprises to accumulate core competency through extraction and innovation of knowledge, so as to realize the visions and the objectives of the enterprises.” Jadi manajemen pengetahuan atau knowledge management/KM adalah suatu cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya dan meningkatkan daya saingnya melalui serangkaian kegiatan pengelolaan pengetahuan yang dimiliki organisasi tersebut mulai dari mengumpulkan, mengorganisirnya hingga menyebarkannya ke seluruh anggota organisasi.
Menurut Budiastuti (2012), pada kajian pendidikan tinggi, knowledge selain merupakan unsur pembentuk keunggulan bersaing yang berkesinambungan, knowledge juga merupakan value yang diciptakan oleh perguruan tinggi untuk disampaikan kepada konsumennya. (Rowley, 2000). Sehingga, perspektif knowledge pada perguruan tinggi mengandung pengertian penggalian knowledge secara internal dan eksternal, baik sebagai sumberdaya maupun sebagai output dari proses pengembangan knowledge management yang dijalankan oleh perguruan tinggi itu sendiri. Davenport (1998) membagi pelaksanaan knowledge management dalam empat proses utama, yaitu: menyediakan tempat penyimpan knowledge, memperbaiki akses pada knowledge, memajukan lingkungan knowledge, dan mengelola knowledge sebagai asset.
Penting bagi perguruan tinggi untuk menyediakan tempat yang dapat menyimpan knowledge yang tercetak maupun yang berbentuk digital. Fasilitas ini tentu saja juga membutuhkan penggunaan teknologi informasi yang unggul dalam mengelolanya. Selanjutnya knowledge haruslah dilihat sebagai asset yang bernilai tinggi bagi organisasi ini. Ikujiro Nonaka (1998) mengatakan “In an economy where the only certainty is uncertainty, the one source of lasting competitive advantage is knowledge. And yet, few managers understand the true nature of the knowledge-creating company-let alone how to manage it.” Hal ini menunjukkan betapa bernilainya knowledge bagi perusahaan apalagi bagi perguruan tinggi yang merupakan organisasi yang bertumpu pada sumber daya manusia. Perguruan tinggi akan melihat produk bahan ajar yang dikembangkan melalui pemanfaatan knowledge management sebagai aset yang berharga.
Memanfaatkan manajemen pengetahuan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan akan meningkatkan kualitas keputusan itu sendiri, sehingga perguruan tinggi tidak mengulangi kesalahan yang sama dari masa lalu.Tantangannya adalah bagaimana perguruan tinggi mampu
mengembangkan organisasi yang dengan budaya knowledge creation, knowledge sharing, dan knowledge utilization, serta bagaimana membangun suatu sistem kerja yang mampu menggunakan knowledge management untuk menciptakan keunggulan kompetitif, terutama melalui keunggulan program-program pendidikan yang tercermin dalam kurikulum yang menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan kebutuhan industry yang saat ini semakin ketat persaingannya dan menuntut banyak keunggulan.
3. Manajemen Inovasi
Richard Luecke (2009) mendefinisikan inovasi sebagai “the embodiment, combination, and/or synthesis of knowledge in original, relevant, valued new products, processes, or services.” Menurut Roger (seperti yang dikutip oleh Dasgupta et al., 2009) inovasi adalah “an idea, practice or an object that is perceived as a new way by an individual or other unit of adoption.” Sementara itu Peter Drucker (seperti yang dikutip oleh Alstete et al., 2010) mengakatan bahwa inovasi merupakan “the application of knowledge to produce new knowledge.” Luecke juga membedakan inovasi kedalam 2 jenis yang berbeda, yaitu: 1) Incremental innovation is generally understood to exploit existing forms of technologies. It either improves on something that already exist or reconfigures the existing form or technology to serve some others purposes. 2) Radical innovation is something new to the world and a departure from existing technology or methods. Inovasi merupakan keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output (teknologi) yang menghasilkan perubahan besar atau drastis dalam perbandingan antara nilai guna yang dipersepsikan oleh konsumen atas manfaat suatu produk (barang dan/atau jasa) dan harga yang ditetapkan oleh produsen. (Fontana, 2011) Inovasi akan dikatakan bermanfaat, ketika dapat menciptakan nilai lebih bagi semua stakeholder terlebih bagi konsumen, masyarakat, dan lingkungan hidup serta tentu saja bagi organisasi itu sendiri.
Avanti Fontana (2011) mendefinisikan manajemen inovasi sebagai proses menatakelola inovasi agar menghasilkan kesuksesan secara sosial dan ekonomi secara efisien dan efektif dan dengan memampukan seluruh sumber daya organisasi, yang sudah ada di dalam organisai atau yang diperoleh secara baru dari luar organisasi, dan yang mengacu pada prinsip-prinsip manajemen inovasi dan prinsip-prinsip inovasi.
Innovation management atau manajemen inovasi adalah suatu kegiatan pengelolaan inovasi-inovasi yang dihasilkan supaya dapat memberikan kesuksesan ekonomi dan social yang didapatkan melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi secara efisien dan efektif. Terdapat delapan prinsip manajemen inovasi menurut Avanti Fontana (2011) yaitu:
kepemimpinan yang inovatif, pengelolaan resiko inovasi, kreatifitas dalam organisasi, integrasi dalam organisasi, manajemen proyek inovasi, manajemen informasi, perlindungan karya inovasi, pemahaman akan pasar.
4. Kinerja Organisasi
Stephen dan Coulter (2005) mendefinisikan kinerja sebagai ”the end result of an activity” dan kinerja organisasi sebagai ”the accumulated end result of all organisation’s works processes and activities.” Kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun tersendiri. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Bagaimana organisasi menghargai dan memperlakukan sumber daya manusia akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam menjalankan kinerja. (Wibowo, 2007) Kinerja organisasi pada dasarnya merupakan sesuatu yang dihasilkan atau hasil kerja yang dicapai dari suatu usaha yang dinilai secara seimbang antara dimensi keuangan, dimensi pelanggan, dimensi proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan (Kaplan dan Norton, 1996). Jadi kinerja organisasi merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuannya dengan mengimplementasikan strategi-strategi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Guna mengetahui tingkat kinerja suatu organisasi perlu dilakukan serangkaian tindakan evaluasi yang pada intinya adalah penilaian atas hasil usaha yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Hasil usaha tersebut dapat berupa barang atau jasa yang dapat menjadi atribut dari keberhasilan kerja organisasi. Choi (seperti yang dikutip oleh Chong, 2006) mengatakan bahwa pengetahuan/knowledge dan manajemennya telah dihubungkan dengan kinerja organisasi dan strategi sejak 1982. Namun, hubungan antara KM dan kinerja organisasi menjadi semakin penting pada saat dunia memasuki era ekonomi pengetahuan/knowledge economy (k-economy).
Meningkatnya pengakuan atas meningkatnya asset-aset intangible terhadap kinerja organisasi (Chong, 2006). Dimensi kinerja peruguruan tinggi dalam penelitian ini adalah kondisi mahasiswa, kondisi riset dan haki, pengakuan yang diperoleh, serta keberlanjutan (sustainability).
5. Metodologi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode descriptive survey dan explanatory survey dengan unit analisis perguruan tinggi dan unit observasi adalah para mahasiswa.
Pengamatan menggunakan cakupan waktu “one shoot”/cross sectional. Jenis data yang dikumpulkan berupa data sekunder dari 5 universitas swasta di wilayah Kopertis III dengan jumlah mahasiswa aktif terbanyak, serta dari instansi yang terkait seperti dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sedangkan untuk data primer yaitu melalui kuesioner kepada para mahasiswa 5 perguruan tinggi swasta dengan jumlah mahasiswa terbanyak di wilayah Kopertis III/DKI Jakarta. Organisasi yang akan diteliti dalam pembahasan ini adalah 5 perguruan tinggi di wilayah Kopertis III dengan jumlah mahasiswa terbanyak menurut Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri/EPSBED pada tahun 2011, yaitu:. Universitas Gunadarma (20.286 mahasiswa aktif), Universitas Bina Nusantara/BINUS University (19.340) mahasiswa aktif), Universitas Trisakti (17.614 mahasiswa aktif), Universitas Mercu Buana Jakarta (13.166 mahasiswa aktif), dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (12.103 mahasiswa akfif).
Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yang terdiri dari: Observasi, yaitu pengamatan langsung ke perguruan tinggi swasta yang diteliti untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan kuesioner, diberikan kepada mahasiswa aktif dari 5 universitas swasta terbesar di wilayah Kopertis III. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua mahasiswa aktif dari kelima perguruan tinggi swasta terbesar berdasarkan jumlah mahasiswa aktif di wilayah Kopertis III. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik sampling. Analisis yang akan adalah analisis kuantitatif, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, alasannya adalah analisis deskriptif dapat mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas.
Metode ini relevan untuk menggambarkan kondisi implementasi manajemen inovasi dan manajemen pengetahuan serta kinerja pada kelima perguruan tinggi swasta yang menjadi organisasi objek penelitian ini. Kemudian menggunakan regresi untuk mengolah data menjadi
informasi dalam wujud angka yang memudahkan untuk pengintepretasian hasil secara objektif, mengembangkan sebuah estimating equation (persamaan regresi), yaitu suatu formula yang mencari nilai variabel dependen dari nilai variabel independen yang diketahui. Pada penelitian ini, metode regresi yang digunakan adalah regresi berganda di mana terdapat satu variabel dependen yaitu variabel kinerja organisasi dan 2 variabel independen yaitu variabel manajemen inovasi dan variabel manajemen pengetahuan.
6. Hasil
Dalam implementasi manajemen pengetahuan, pendekatan sistematik yang dilakukan perguruan tinggi swasta untuk mengelola informasi dan knowledge yang digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan value/nilai jasanya tinggi, artinya secara umum para mahasiswa merasa bahwa kondisi kelima universitas swasta memiliki keberhasilan yang tinggi dalam mengelola informasi dan pengetahuan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dan memberikan nilai yang lebih pada jasa yang ditawarkan pada para konsumen, serta pada - perceived value para konsumen, dan masyarakat serta stakeholders dari universitas-universitas ini. Sedangkan untuk proses kegiatan inovasi di perguruan tinggi dalam menciptakan produk, program, dan proses layanan yang memberikan nilai tambah bagi stakeholder perguruan tinggi, cukup tinggi, artinya secara umum para mahasiswa berpendapat bahwa kelima universitas yang menjadi objek penelitian ini memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam menjalankan proses kegiatan inovasi dalam menjalankan bisnis mereka dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam manajemen inovasi dengan baik. Para mahasiswa merasa bahwa kelima perguruan tinggi swasta terbesar di wilayah Kopertis III memiliki kondisi/hasil pencapaian atau kinerja organisasi yang tinggi dalam menjalankan misi-misi organisasinya.
Menurut pemahaman para mahasiswa, implementasi manajemen pengetahuan memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan kecil terhadap upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja, sedangkan implementasi manajemen inovasi memiki pengaruh yang signifikan.
Namun, apabila manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi diimplementasikan secara simultan maka akan berpengaruh signifikan terhadap upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja dengan pengaruh yang relatif lebih besar jika dibandingkan manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi diimplementasikan tidak secara simultan.
7. Kesimpulan
Menurut pemahaman para mahasiswa, implementasi manajemen pengetahuan mempengaruhi upaya perguruan tinggi untuk mencapai kinerja secara signifikan, terlihat pengaruh yang sangat kecil. Sedangkan implementasi manajemen inovasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja. Temuan ini semakin memperjelas bahwa inovasi merupakan kekuatan inti yang dapat digunakan oleh perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja sehingga dapat meningkatkan daya saing, bertumbuh kembang dan bersinambungan. Implementasi manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi yang dilakukan secara simultan mempengaruhi upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja dengan signifikan, dengan pengaruh yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan implementasi manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi yang dilakukan secara tidak simultan. Hal ini mempertegas kerangka pemikiran dalam penelitian ini di mana pengetahuan-pengetahuan yang dikelola dalam sistem manajemen pengetahuan perguruan tinggi yang kemudian diakuisisi dan diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh perguruan tinggi akan menghasilkan inovasi-inovasi yang kemudian akan
dikelola melalui manajemen inovasi. Utilisasi dari inovasi-inovasi inilah yang kemudian akan membantu peguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerjanya dengan mencapai kepuasan mahasiswa beserta orang tuanya, terserapnya lulusan di dunia kerja, tercapainya jumlah publikasi dan penelitian, mencapai peringkat dan akreditasi serta pengakuan yang dikehendaki, dan dapat berkesinambungan dengan terus meningkatnya kualitas sumber daya manusia dan fasilitas yang akan memberikan daya saing dan pertumbuhan bagi perguruan tinggi.
Dalam lingkup implementasi manajemen pengetahuan, perguruan tinggi swasta harus meningkatkan efektifitas implementasi manajemen pengetahuan mencakup segala bidang secara lebih komprehensif, bukan hanya pada bidang-bidang akademis saja melainkan juga dalam bidang-bidang non akademis yang mendukung core business-nya sehingga mampu memberikan nilai kepada perguruan tinggi. Begitu juga dengan komponen-komponen dalam implementasi manajemen pengetahuan seperti teknologi, proses dan sumber daya manusia yang menjalankannya harus selalu dikembangkan. Perguruan tinggi swasta harus mempertahankan kemampuannya dalam mengelola pengetahuan organisasinya sesuai dengan tahapan dan metode yang tepat. Perlu suatu komitmen dari para pimpinan perguruan tinggi swasta terhadap penerapan manajemen pengetahuan di dalam organisasinya sehingga dapat menciptakan program-program dan lingkungan akademik serta manajemen perguruan tinggi yang mendukung budaya saling berbagi pengetahuan dan mendukung keberhasilan dalam implementasi manajemen pengetahuan sehingga mampu menciptakan atau meningkatkan value atau nilai dari jasanya. Penerapan manajemen inovasi di dalam suatu organisasi termasuk di dalamnya perguruan tinggi swasta sangat perlu didukung oleh leadership dari para pimpinan yang mampu mendemonstrasikan cara berpikir kreatif dan menjadi role model bagi para anggota organisasi untuk berani berinovasi dan mampu menciptakan lingkungan dan budaya organisasi yang mendukung lahirnya ide-ide inovatif dari para anggotanya, seperti mengubah sistem birokrasi yang mengurangi kreativitas, memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap para anggota yang berhasil menciptakan inovasi yang memberikan nilai tambah bagi organisasi, dan memfasilitasi mereka untuk mengembangkan ide-ide kreatif. Hal ini perlu kemudian didukung oleh perlindungan terhadap hasil karya mereka melalui proteksi HAKI dan pengelolaan resiko yang ditimbulkan oleh suatu inovasi. Dengan demikian maka perguruan tinggi swasta akan mampu menciptakan produk, program dan proses layanan yang memberikan nilai tambah bagi para stakeholder perguruan tinggi melalui proses kegiatan inovasi yang terjadi di dalamnya serta mencapai kinerja dan meningkatkan daya saingnya.
Daftar Pustaka
Alstete, J. W. & Meyer, J. P. (2010). Structuring innovation in knowledge management platform:
perception and practices. Journal of information and knowledge management. 9(1):1-14 Budiastuti, D. (2012). Membangun strategi kerjasama melalui implementasi manajemen
pengetahuan dan manajemen inovasi untuk meningkatkan kinerja perguruan tinggi. Draft Disertasi S3 Tidak Dipublikasikan, Universitas Padjajaran, Bandung.
Chong, S.C. (2006). KM implementation and its influence of performance: an empirical evidence from malaysian multimedia super corridor. Journal of information and knowledge
management. 5(1):21-37
Debowski, S. (2006). Knowledge management. Sydney: John Wiley & Sons Australia, Ltd.
Dyck, B. & Neubert, M.J. (2009). Principles of management (international edition).
Nashville:South-Western.
Engel, K. & Diedrichs, E. (2011). The importance of innovation management performance for financial investors’ decision making. Europe Innova.
Fontana, A. (2011). Innovate we can! manajemen inovasi dan pencipta nilai. (edisi revisi).
Jakarta: Cipta Inovasi Sejahtera
Housell & Bell. (2005). Measuring and managing knowledge. Columbus:McGraw Hill.
Jantunen, A. & Puumalainen, K. & Hurmelinna-Laukkanen, P. (2008). Knowledge sharing and innovation performance. Journal of Information and Knowledge Management. 7(3):187- 195
Jennex, M. E. (2007). Current issues in knowledge management. New York: Hershey.
Lin, C.M. & Wei, C.C. (2004). Formulating knowledge management infrastructure based on strategic management and total quality management. Journal of information and knowledge management. 3(1):27-44
Luecke, R. (2009). The innovator’s toolkit. Boston: Harvard Business Press.
Metaxiotis, K. & Psarras John. (2003). Applying knowledge management in higher education:
the creation of learning organization. Journal of information and knowledge management.
2(4):353-359
Nonaka, I., et al. (1998). Harvard business review on knowledge management. Boston: Harvard Business School Press.
Prabowo, Harjanto. (2010). Knowledge management di perguruan tinggi. BINUS business review. 1(2):407-415
Sekaran U. (2003). Research method for business. (Kwan Men Yon, pntj.) (4th ed.). Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Stephen, P.R. & Coulter, M. (2005). Management (7th ed.). New Jersey: Prentice Hall.
Tobing, P. L. (2007). Knowledge management: Konsep, arsitektur dan implementasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wibowo. (2007). Manajemen kinerja. Jakarta: Rajawali Press.