10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar
a. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan sebuah unsur dalam pembelajaran yang dibuat secara sistematis, kreatif, serta menarik yang didalamnya terkandung serangkaian materi pembelajaran, bahan evaluasi serta penilaian yang tujuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan sejak awal pembelajaran. Menurut Magdalena, dkk (2020 : 314) bahan ajar yaitu merupakan gabungan dari beberapa materi ajar yang telah disusun oleh guru dengan sistematis tujuannya yaitu agar memberi arahan pembelajaran peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar ini yang kemudian nantinya akan digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Muhaimin (dalam Magdalena, dkk 2020 : 314) yang menyatakan bahwasannya bahan ajar merupakan segala suatu bentuk bahan yang digunakan guru dalam membantu proses pembelajaran. Hal tersebut diperkuat oleh National center for vocational education research Ltd/National for competency based training yang menyatakan bahwasannya bahan ajar merupakan segala bentuk bahan baik dari segi materi maupun non materi yang telah disusun secara sitematis digunakan untuk seluruh kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwasannya bahan ajar adalah materi pembelajaran yang telah disusun secara sistematis oleh guru sebelum
melakukan proses pembelajaran kepada peserta didik. Tujuannya disusun secara sistematis yaitu agar peserta didik lebih mudah meahami materi yang dipelajari.
Dengan demikian seyogyanya sebelum guru melakukan pembelajaran harus mempelajari, memahami materi yang akan diberikan kepada peserta didik.
b. Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan diartikan sebagai suatu modifikasi/mendesain ulang suatu produk yang telah diciptakan oleh peneliti terdahulu, sehingga menghasilkan suatu produk yang lebih efektiv dari produk sebelumnya. Sedangkan Bahan ajar merupakan suatu materi ajar yang telah disusun secara sistematis oleh guru sebagai seperangakat alat pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pembalajaran. Menurut Kurniawati & Miftah (2015 : 315) pengembangan Bahan Ajar yaitu merupakan suatu unsur yang berhubungan dengan kurikulum yang digunakan saat ini, karena dalam sebuah tatanan kurikulum yang terpenting yaitu adalah bahan ajar. Jika suatu pembelajaran dilakukan tanpa adanya kesiapan bahan ajar ajar/materi ajar maka dalam suatu proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Maka guru perlu mempersiapkan dengan matang bahan ajar apa sajakah yang perlu dipersiapkan untuk pembelajaran.
Pengembangan bahan ajar bukan hanya berfungsi untuk membantu peningkatan hasil belajar peserta didik, akan tetapi juga membantu para pendidik dalam proses pembelajaran, agar peserta didik lebih mudah memahami materi yang diberikan dan diajarkan . Dengan kurikulum K13 yang digunakan saat ini, maka diperlukan pengembangan bahan ajar yang menarik dan tentunya mudah dipahami oleh peserta didik. Pengembangan bahan ajar juga harus bersifat efisien dengan keadaan lingkungan
sekolah, sarana dan prasarana yang tersedia. Bahan ajar merupakan ssalah satu komponen terpentig dalam pembelajaran, karena bahan ajar merupakan serangkaian materi ajar yang digunakan guru pada kegiataan pembelajaran. Dengan mengembangkan bahan ajar yang inovatif yang kreatif dan memanfaatkan teknologi yang berkembangan pada saat ini, akan menjadikan bahan ajar yang lebih menarik bagi peserta didik agar tidak merasa bosan saat kegiatan pebelajaran. Oleh karena itu bahan ajar yang akan dikembangkan harus sesuai dengan analisis kebutuhan, karakterisitik peserta didik serta sarana dan prasarana yang ada dilapangan.
Dari hasil kesimpulan tentang pengembangan bahan ajar, dapat disimpulkan bahwasannya pengembangan bahan Ajar yaitu suatu bentuk modifikasi suatu materi ajar yang tujuannya agar menciptakan produk yang lebih efektiv dan lebih baik dari produk yang sudah ada sebelumnya. Dengan pengembangan bahan ajar yang terbaru diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik lagi bagi peserta didik di SD/MI. Dalam pengembangan bahan ajar juga harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan serta analisis kebutuhan yang ada di lapangan, yaitu mulai dari karakteristik peserta didik, sarana dan prasarana, serta proses kegiatan pembelajaran. Tentunya dengan hal tersebut dapat diperoleh analisi kebutuhan, sehingga akan menciptakan pengembangan bahan ajar yang baik dan dapat membantu proses pembelajaran lebih baik lagi.
c. Model Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar dibedakan menjadi dua jenis yaitu bahan ajar cetak dan non cetak.
Bahan ajar yang merupakan cetak contohnya yaitu modul, buku brosur, LKS/LKPD.
Sedangkan contoh bahan ajar non cetak yaitu e-modul, e-book, audio, video, power
point, gambar,dan masih banyak lagi. Bahan ajar cetak maupun non cetak digunakan sesuai dengan kondisi yang ada pada disekolah tersebut. Tujuannya agar tidak mempersulit guru dalam Menyusun bahan ajar yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Kurniawati & Miftah (2015 : 371) menyatakan bahwasannya model pengembangan bahan ajar secara lengkapnya apabila dideskripsikan menyeluruh yaitun terdapat model bahan ajar cetak dan non cetak. Model bahan ajar cetak yaitu model bahan ajar yang secara nyata dikembangkan berupa suatu lembaran- lembaran yang telah dicetak contohnya LKS, handout, buku, foto, gambar, dan masih banyak lagi. Sedangkan bahan ajar non cetak yaitu suatu pengambangan bahan ajar yang tanpa melalui tahap cetak akan tetapi dapat ditampilkan secara nyata biasanya berbentuk digital seperti e-modul, e-book, audio visual, audio, video, gambar (visual).
Pada penelitian Pengembanhan Bahan Ajar Buku E-Motif Berbasis Kearifan Lokal Tema 3 (Kegiatanku) Pada Kelas 1 Sekolah Inovatif SD Muhammdyah 1 Trenggalek termasuk ke dalam model pengembangan bahan ajar non cetak, yang nantinya berupa E-Modul yang bersifat interaktif yang di dalamnya terdapat kearifan lokal daerah Trenggalek. Pengembangan Bahan Ajar E-Motif berbasis kearifan lokal ini dikembangkan pada kelas rendah, karena pada kelas rendah biasanya lebih tertarik dengan gambar-gambar yang menarik khusunya tentang kearifan-kearifan lokal yang ada di sekitar peserta didik.
d. Prinsip-Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Prinsip-prinsip dalam pengembangan bahan ajar merupakan sesuatu yang harus diperhatikan dalam pengembangan bahan ajar. Tujuannya agar mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh guru, dan mampu mengembangkan bahan
ajar yang lebih baik lagi dari pengembanhan bahan ajar yang telah ada sebelumnya.
Prinsip pengembangan bahan ajar juga dapat disebut sebagai suatu Langkah yang harus di perhatikan dalam pengembangan bahan ajar yang akan di kembangkan oleh peneliti.
Menurut Kurniawati & Miftah (2015 : 370) ada lima prinsip pengembangan bahan ajar yaitu, Pertama, memahami dan mengerti materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, biasanya meteri tersebut berupa hal yang dihubungkan dengan kenyataan yang ada di sekitar siswa. Kedua, Bahan ajar yang dikembangkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. Ketiga, pada bahan ajar bukan hanya berisikan tentang materi-materi akan tetapi juga memuat Latihan-latihan soal agar mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Keempat, bahan ajar yang dikembangkan bukan hanya memuat materi-materi semata akan tetapi juga memberikan contoh yang mudah dipahami oleh peserta didik agar mampu mencapi tujuan pembelajaran. Kelima, bahan ajar dikembangkan bertujuan untuk peserta didik dapat memahami materi pembelajaran yang telah mereka pelajari, dengan itu diperlukannya soal evalusi terhadap materi ajar agar mampu mengetahui lebih dalam lagi tentang keefektivan bahan ajar yang dikembangkan serta pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut.
Menurut Ahmad (dalam Magdalena, dkk 2020 : 312) yang berpendapat bahwasannya prinsip-prinsip bahan ajar ada tiga yaitu : Pertama, prinsip relevansi merupakan prinsip yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yag telah disusun pertama kali, pengembangan bahan ajar harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada. Kedua, prinsip konsistensi yaitu pengembangan bahan ajar harus konsisten terhadap kompentensi dasar yang ada, bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik
harus sesuai dengan jumlah kompetensi dasar yang ada dalam pembelajaran. Ketiga, prinsip kecukupan yaitu materi/bahan ajar yang akan diberikan kepada peserat didik haru mencukupi kompetsnsi dasar yang ada dengan catatan harus sesuai dengan porsi standar kompetensi, materi ajar hendaknya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
2. E-Modul
Menurut Fausih (2015 : 4) E-Modul adalah sebuan perangkat bahan ajar yang berbentuk digital dan telah disusun sistematis yang akan digunakan untuk membantu peserta didik dalam memahami materi agar mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun sejak awal. Dengan E-Modul peserta didik dapat belajar tentang materi yang dipelajari baik disekolah maupun diluar sekolah. Menurut Sitepu (dalam santi, dkk 2016 : 147) menyatakan E-Modul merupakn bahan ajar yang interaktif, kreatif serta inovatif karena menggunakan dan memanfaatkan teknologi yang sedang berkembangn saat ini. Sehingga peserta didik akan tertarik dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan E-Modul dapat membuat efisien waktu peserta didik dalam belajar dan memahami materi dapat digunakan disekolah maupaun luar sekolah.
Menurut Fausih (2015 : 2) menyimpulkan pemanfaatan E-Modul bukan hanya berisikan tentang materi pembelajaran akantetapi juga berisikan tugas-tugas yang berhubungan dengan materi, dan diakhir pembelajaran terdapat soal evaluasi yang tujuannya agar mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari pada E-Modul. Dengan E-Modul siswa juga dapat belajar mandiri dengan intruksi yang telah ada pada E-Modul tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya E-Modul merupakan bahan ajar yang berbentuk digital yang memuat bukan hanya materi pembelajaran, akan tetapu soal evaluasi, penilaian, serta ramedila
serta pengayaan, yang tujuannya agar mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah disusun sejak awal.
3. Bahan Ajar Interaktif
Menurut Prastowo (dalam Latifah & Utami, 2019 : 38) bahwasannya bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang di dalamnya menggabungkan materi pembelajaran dengan (gambar, audio, video, teks bacaan, mapuan suatu grafik) sehingga disebut sebagai bahan ajar bersifat interaktif. Bahan ajar interaktif juga merupakan unsur dalam pembelajaran yang bukan hanya guru yang ikut terlibat, akan tetapi peserta didik dan juga lingkungan sekitarnya. Dengan memperkuat respon antara guru dan peserta didik akan menciptakan hubungan yang kuat antara guru dan peserta didik sehingga pembelajaran akan semakin menarik, sehat, dan lebih menyenangkan.
Bahan ajar interaktif digunakan baik dalam pembalajaran daring maupun luring sehingga membatu pembelajaran lebih efisien, peserta didik lebih termotivasi dan tentunya menarik minat peserta didik dalam melakuakn pembelajaran. Bahan ajar interaktif digunakan dan dibuat dengan menggunakan teknologi yang ada pada saat ini.
Sehingga dengan menggabungkan bahan ajar yang akan disajikan dengan teknologi digital saat ini melatih peserta didik dalam kecerdasan ganda yang mana peserta didik mampu memahami materi pembelajaran bukan hanya dengan mendengar apa yang disampaikan oleh guru akan tetapi juga dapat melihat, merasakan, memahami materi baik gambar maupun bacaan serta audio secara langsung menggunakan bahan ajar interaktif.
4. Kearifan Lokal
a. Pengertian Kearifan Lokal
Menurut Anderson (dalam Laksana, dkk 2018 : 2) menyebutkan bahwasannya setiap peserta didik yang ada di suatu wilayah, memiliki karakteristik yang berbeda- beda, dengan itu memerlukan pengenalan dalam aspek kearifan lokal terhadap suatu wilayah tersebut. Tujuannya agar menjadi suatu bahan sumber ajar bagi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar menjadi menarik, aktif, mudah dipahami, tidak membosankan dan mengandung pengalaman belajar yang lebih mendalam.
Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa kearifan lokal merupakaan nilai luhur suatu masyarakat yang menjadi suatu tuntunan dalam pengelolaan serta perlindungan kehidupan bermasyarakat maupun lingkungan hidup. Dengan adanya peraturan tersebut seyogyanya kita sebagai warga negara yang baik ikut serta andil dalam menanamkan serta melestarikan kearifan-kearifan lokal yang ada di wilayah masing-masing dengan memnafaatkan teknologi yang berkembang saat ini. Dengan itu kearifan lokal yang ada tetap terjaga dan berkembang walaupun keadaan zaman terus maju. Kearifan lokal pada setiap daerah, wilayah, adat, maupun suku, memiliki nilai- nilai luhur tersendiri sehingga biasanya menjadi ciri khas bagi masyarakat didalamnya.
Tetapi pada zaman ini kearifan lokal banyak di lupakan dengan alasan keraifan lokal tidak sesuai dengan zaman modern saat ini. Jika masyarakat lebih memperhatikan lagi tentang kearifan lokal, justru mampu meyebarluaskan atauapun memaerkan kearifan lokal yang ada pada setiap masyarakat dengan memanfaatkan kemjuan zaman pada saat ini. Sedangkan pengertian kearifan lokal pada pembelajaran yaitu bentuk rasa cinta
terhadap suatau kearifan lokal yang ada di daerah,wilayah,suku, adat masing-masing.
Bukan hanya itu, kearifan lokal pada pembelajaran juga bertujuan untuk tetap menjaga kelestarian dan keaslian kearifan lokal tersebut terhadap Kemajuan teknologi dan zaman pada saat ini.
Menurut Utari (dalam Shufa, 2018 : 50) yang menyatakan bahwasannya kearifan lokal juga merupakan aspek penting dalam pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, apalagi peserta didik sekolah dasar untuk membentuk kualitas peserta didik yang bukan hanya unggul dalam materi saja, akan tetapi juga mampu melestarikan dan mengembangkan kearifan lokal yang ada disekitar lingkungannya.
Dengan kearifan lokal yang ada disekitar lingkungan pserta didik akan memudahkan mereka dalam memahami isi yang terkandung dalam materi yang dipelajari, dan juga dapat menerapkannya secara langsung terhadap kehidupan sehari-hari peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai kearifan lokal, maka dapat disimpulkan bahwasannya kearifan lokal yaitu suatu nilai luhur/budaya pada setiap masyarat disuatu daerah mapun wilayah, yang harus dilestarikan secara turun menurun. Kearifan lokal biasanya bisa berupa kebiasaan-kebiasaan ataupun ciri khas dari suatu daerah ataupun wilayah tertentu. Sehingga dengan adanya kerifan lokan, masyarakat dapat mengenal suatu suku, wilayah, ataupun daerah tertentu.
Pada Pengembangan Bahan Ajar E-Motif Berbasis Kearifan Lokal Tema 3 (kegiatanku) Pada Kelas 1 Sekolah Inovatif SD Muhammdyaj 1 Trenggalek akan memuat keraifan lokal daerah trenggalek. Peneliti mengambil kerifan lokal daerah trenggalek dikarenakan berhubungan dengan kearifan lokal yang ada disekitar peserta didik. Pada pengembangan ini akan menampilkan kearifan-kearifan lokal berupa
budaya-budaya yang ada di trenggalek. Misalnya berupa kesenian, tempat-tempat bersejarah, Mata Pencaharian, tradisi, wisata, yang berhubunga dengan kebudayaan yang ada di trenggalek. Penelitan ini peneliti terfokus pada Kelas 1 Tema 3 (Kegiatanku) Subtema 1, Pembelajaran tiga. Sehingga nantinya peneliti akan mengembangkan materi yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ada kemudian dihubungkan dengan kearfan lokal yang ada di daerah Trenggalek.
5. Kajian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang terpadu dan disusun secara sistematis, karena pembelajaran yang menggabungkan beberapa materi pelajaran dalam sebuah kelombok kecil yang disebut dengan subtema dan kemudian dijadikan mejadi satu dalam kelompok besar yang disebut dengan tema. Pembelajaran tematik juga menggunakan sistem pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari yang yang dilakukan ataupun yang ada disekitar lingkunagn peserta didik. Dengan pembelajaran tematik peserta dituntut mampu aktif dalam proses pembelajaran baik saat berkelompok maupun secara individu. Menurut Prastowo (2019 : 1) menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang tersusun secara sistematis yang baik diterapkan pada peserta didik sekolah dasar karena pada setiap temanya menghubungkan antara materi satu dengan yang lainnya, sehingga sesuai dengan ruang lingkup anak dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwasannya pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang didalamnya terdapat gabungan dari mata pelajaran yang lainnya dan terbentuk dalam subtema, dan tema, Dengan pembelajaran tematik juga dapat melakukan pembelajaran secara konkret serta menggali terhadap
pengalaman-pengalaman peserta didik dilingkungan sekitar. Pembelajaran tematik dalam tema kegiatanku sesuai buku guru dan buku siswa kelas I kurikulum 2013, terdapat 4 kompetensi inti sebagai berikut :
KI 1 : Menerima dan menjalankan agama yang di anutnya.
KI 2 : Menunjukkaan prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri, dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.
KI 3 :Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,melihat,membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang di jumpainya di rumah dan di sekolah.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam Tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Dari kesimpulan mengenai pengertian pembelajaran tematik yaitu sebuah pembelajaran yang didalamnya terdapat kompetensi inti dalam setiap tingkatan kelas, terdapat tema yang didalamnya dibagi-bagi dalam beberapa subtema dan pembelajaran. Sehingga didalam pembelajaran tersebut terdapat beberapa kompentensi dasar.
6. Kajian Tema 3 (Kegiatanku)
Menurut Permendikbud 2017 Buku Guru kelas 1, tema 3 Kegiatanku terdapat 4 Subtema , namun dalam Pengembangan Bahan Ajar E-Motif Berbasis Kearifan Lokal berkofokus pada Subtema 1 (Kegiatan Pagi Hari) Pembelajaran 3. Penelitian ini
berfokus hanya pada pembelajaran 3 yaitu : Bahasa Indonesi, Matematika, dan PPKn.
Materi yang ada dalam pembalajaran tersebut nantinya akan dikembangkan menjadi Bahan Ajar E-Motif Berbasis Kearifan Lokal yang ada sekitar lingkunga peserta didik.
Adapun isi KD dalam Pembelajaran 3 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar (KD) Tema 3 Subtema 1 PB 1,Kelas 1 SD
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar (KD) Tema 3 Subtema 1 PB 2,Kelas 1 SD KOMPETENSI DASAR
Bahasa Indonesia PPKn SBdP A. Menentukan
kosakata yang berkaitan dengan peristiwa siang dan malam melalui teks pendek (gambar, tulisan, dan/atau syair lagu) dan/atau eksplorasi lingkungan
4.7 Menyampaikan penjelasan dengan bahasa indonesia dan di bantu dengan bahasa daerah mengenai peristiwa siang dan malam dalam teks tulis dan gambar
3.1 Mengenal simbol sila-sila Pancasila dalamlambang negara
“Garuda Pancasila”
4.1 Menceritakan simbol-simbol sila Pancasila pada lambang Garuda Pancasila.
3.2 Memahami elemen music melalui lagu
4.2 Menirukan elemen music melalui lagu
KOMPETENSI DASAR Bahasa Indonesia PJOK
3.7 Menentukan Kosakata yang berkaitan dengan peristiwa siang dan malam melalui teks pendek (gambar, tulisan, dan/atau syair lagu) dan/atau eksplorasi lingkungan
4.7 Menyampaikan penjelasan dengan bahasa indonesia dan di bantu dengan bahasa daerah mengenai peristiwa siang dan malam dalam teks tulis dan gambar
3.3 Memahami pola gerak dasar manipulative sesuai dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional.
4.3 Mempraktikan pola gerak manipulative sesuai konsep tubuh, ruang, usaha dan keterhubungan dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional
Tabel 2.3 Kompetensi Dasar (KD) Tema 3 Subtema 1 PB 3,Kelas 1 SD
7. Karakteristik Peserta Didik Kelas 1 Sekokah Dasar (SD)
Peserta didik merupakan bagian terpenting dari kegiatan pembelajaran,karena dalam kegiatan pembelajaran diperlukannya komunikasi dua arah yaitu antara pendidik dengan peserta didik. Peserta didik adalah obyek dalam memberikan ilmu pengetahuan,nialai-nilai sosial, nilai-nilai moral dari suatu kegiatan pembelajaran, sedangkan guru sebagai yang mengfasilitasi maupun pembimbing dalam kegiatan pembelajaran yang akan menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut (Harahap, 2016 : 140) menyatakan pada pandangan Islam peserta didik merupakan suatu kelompok penuntut ilmu baik formal maupun nonformal yang belajar memahami dan mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan dalam pendidikan yang dijalaninya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, maupun diluar masyarakat. Diharapkan setiap siswa yang telah menjalani pendidikan disekolah maupun diluar sekolah, mampu mengimplementasikannya. Setiap peserta didik
KOMPETENSI DASAR
Bahasa Indonesia PPKn Matematika 3.7 Menentukan Kosakata
yang berkaitan dengan peristiwa siang dan malam melalui teks pendek (gambar, tulisan, dan/atau syair lagu) dan/atau eksplorasi lingkungan
4.7Menyampaikan penjelasan dengan bahasa indonesia dan di bantu dengan bahasa daerah mengenai peristiwa siang dan malam dalam teks tulis dan gambar
3.1 Mengenal simbol sila-sila Pancasila dalamlambang negara
“Garuda Pancasila”
4.1 Menceritakan simbol-simbol sila Pancasila pada lambang Garuda Pancasila.
3.2 Menjelaskan bilangan sampai dua angka dan nilai tempat penyusun lambang bilangan menggunakan kumpulan benda konkret serta cara membancanya
4.2 Menuliskan lambing bilangan sampai dua angka yang menyatakan banyak anggota suatu kumpulan objek dengan ide nilai tempat
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan maupun internal. Pada kelas 1 sekolah dasar merupakan awal dari pembentukan peserta didik pada tingkatan sekolah dasar, dengan itu guru harus mampu membuat strategi dalam pembelajaran menjadi menarik.
Pada kelas 1 awal dari peserta didik mulai belajar pada keterampilan menulis, membaca, kerena membaca dan menulis merupakan titik awal sebagai peserta didik dalam memahami materi yang akan dipelajari pada kelas berikutnya. Peserta didik kelas satu termasuk kedalam golongan kelas rendah dalam tingkatan sekolah dasar, peserta didik akan lebih menyukai hal-hal yang konkret dan menarik karena masa pertumbuhan pada kelas satu masih sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Sehingga, guru harus mampu menyusun starategi yang baik agar peserta didik mampu mengikuti pembelajaran dengan baik dan dapat memahaminya.
B. Penelitian yang Relevan
Tabel dibawah ini akan menampilkan sebuah penelitian tentang pengembangan bahan ajar, dari beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian sebelumnya mengenai pengembangan bahan ajar, bahan ajar berbasis kearifan lokal bahan ajar interaktif, serta pengembangan bahan ajar dengan menggunakan model ADDIE, beberapa penelitian dari penelitin sebelumnya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4 Hasil Kajian Penelitian yang Relevan
No Judul dan Identitas Peneliti Persamaan Perbedaan
1. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis Kearifan Lokal
Ninik Wijiningsih.Wahjoedi.Sumarmi.
Universitas Negri Malang.2017.
Meneliti mengenai Bahan Ajar Tematik berbasis kearifan Lokal
-Fokus penelitian pada kelas atas -Bahan ajar hanya berupa teks bacaan
2. Pengembangan Bahan Ajar Media Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Mahasiswa Pendidikan Matematika
Ferry Ferdianto. Setiyani.2018
Meneliti Tentang Bahan Ajar Media Berbasis Lokal
-Materi yang di angkat adalah matematika dengan teks cerita kearifan lokal yang ada di sekitar
3. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Cerita Bergambar Matematika
Sifa Pratiwi.dkk. Universitas Suryakencana.Cianjur.2020
-Pengembangan Bahan Ajar
-Model Pengembangan Addie
-Fokus utamanya mengembangkan bahan berbasis cerita bergambar matematika
4. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Subtema Ayo Cintai Lingkungan Untuk Siswa Kelas IV SD
Triana Indrawini.Ac,dkk.Universitas Negeri Malang.2017
Meneliti mengenai pengembangan Bahan ajar untuk siswa sekolah dasar
Fokus kajiannya yaitu terhadap pembelajaran tematik berbasis pelestarian lingkungan yang ada di sekitar siswa
5. Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Kompetensi Memproduksi Teks Prosedur Kompleks Yang Bermuatan Kesantunan Bagai Peserta Didik Kelas X SMA/MA
Wijayanti,Wenny.dkk. Universitas Negri Semarang. 2015
Meneliti mengenai Bahan Bahan Ajar Interaktif
- Fokus penelitian pada tingkat SMA/MA sedangkan peneliti pada siswa sekolah dasar (SD kelas 1) - Fokus kajian terhadap maya pelajaran Bahasa Indonesia sedangkan peneliti pada pembelajaran Tematik
Penelitian ini di gunakan untuk “Pengembangan Bahan Ajra E-Motif Berbasis Kearifan Lokal Tema 3 (Kegiatanku) Pada Kelas 1 Sekolah Dasar
C. Kerangka Pikir
Konsep dari kerangka pikir Pengembangan Bahan Ajar E-Motif Berbasis Kearifan Lokal Tema 3 (Kegiatanu) Pada Kelas 1 SD/MI :
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Kondisi Ideal
1.Bahan ajar yang di gunakan pada pembelaaran di hubungkan dengan lingkungan sekitar
2.Bahan Ajar menarik bagi peserta didik kelas rendah
3.Efektivitas penggunaan bahan ajar Interaktif
Kondisi Lapang
1.Bahan ajar yang di gunakan masih bersifat umum sesuai dengan buku guru/siswa
2.Bahan Ajar yang di gunakan masih hanya buku paket dan LKS
3.Diperlukannya bahan ajar yang interaktif
Analisis Kebutuhan
Sarana prasarana yang ada di Sekolah Inofativ SD Muhmmadyah 1 Trenggalek telah memadai. Akan tetapi Bahan Ajar pembelajaran tematik yang masih hanya menggunakan Buku Paket Serta LKS dan PPT. Maka di perlukan Pengembangan bahan ajar yang menarik, Interaktif agar menambah keefektivan proses pembelajaran
Pada Penelitian ini menggunakan Model Penelitian ADDIE yang terdiri tadi lima tahapan (Analysis, Desgn, Development, Implementation, Evaluation)
Lokasi Sekolah Inovatif SD Muhammdyah
1 trenggalek
Pengumpulan Data 1) Observasi 2)Wawancara 3) Angket 4) Dokumentasi
Intrumenn Penelitian 1)Pedoman Observasi 2)Pedoman Wawancara 3) Angket 4) Dokumentasi
Analisis Data (1) Kualitatif
(kritik &
saran) (2) Kualitatif
(angket penilaian materi
dan respon peserta didik