9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lanjut Usia 2.1.1 Definisi Lanjut Usia
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Menua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Siti Nur, 2018)
Masa lanjut usia (lansia) atau menua adalah tahap paling akhir dari siklus kehidupan seseorang. WHO (2009) menyatakan masa lanjut usia menjadi empat golongan, yaitu usia pertengahan 45-59 tahun, lanjut usia 60-74 tahun, lanjut usia tua di atas 75-90 tahun dan usia sangat tua di atas 90 tahun. Dalam perspektif perkembangan, lansia akan mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan yang pernah mereka miliki dan mengalami beberapa perubahan fisik seperti memutihnya rambut, munculnya kerutan di wajah, berkurangnya ketajaman penglihatan dan daya ingat yang menurun, serta beberapa masalah kesehatan fisik lainnya (Naftali et al., 2017).
2.1.2 Proses Penuaan
Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah dan mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi organ juga mengalami penurunan.
banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penuaan yang dapat terjadi menjadi dua bagian, yaitu faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stress dan pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan meliputi pemasukan kalori,
berbagai macam penyakit dan stress dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi.
Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktifitas metabolisme sel yang menyebabkan stress oksidasi sehingga terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan, 2018).
Terdapat beberapa teori penuaan yaitu:
a) Teori Biologis
Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampi meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih menekan pada perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk pengaruh agen patologis.
b) Teori Psikologi
menjelaskan bagaimana seorang merespon perkembangannya.
Perkembangan seseorang akan terus berjalan walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy of human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih sayang dan harga diri) sampai tingkat paling tinggi (aktualisasi diri). Teori individualisme jung (jung’s theory of individualisme), yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai seseorang
adalah ego integrity vs disappear. apabila seseorang mampu mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi orang yang bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil).
c) Teori Kultural
Teori kultural di tumukan oleh Blakemore dan Boneham (1992) yang menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang di anutnya. Budaya merupakan sikap, perasaan nilai dan kepercayaan yang terdapat pada suatu darah dan dianut oleh kaum orang tua.
d) Teori sosial
Teori sosial yang meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan usia seseorang mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan teori kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses penuaan).
e) Teori Genetika
Teori genetika yang dimana proses penuaan memiliki komponen genetik.
Dilihat dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa mengikut sertakan meninggal akibat kecelakaan atau penyakit.
f) Teoori Rusaknya Imun Tubuh
Mutasi yag berulang-ulang mengakibatkan system imun untuk mengenali dirinya berkurang sehingga terjadinya kelainan pada sel, perubahan ini disebut peristiwa autoimun.
g) Teori Menua Akibat Metabolisme
Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang botak, kebingungan, pendengaran yang menurun atau yang disebut dengan “budeg” bungkuk, dan beser atau inkontinesia urin
h) Teori Kejiwaan Sosial
Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan bahwa lansia adalah orang yang aktiv memiliki banyak kegiatan sosial. Continity theory adalah
perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya, dan disengagement theory adalah akibat bertambahnya usia seseorang mereka mulai menarik diri dari pergaulan.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan
Faktor-faktor yang memepengaruhi penuaan dan penyait yang sering terjadi pada lansai di antaranya hereditas, atau keturunan genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress (Ida Fitriyah, 2017)
2.2 Status Gizi
2.2.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh manusia sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Mardalena & Suyani, 2016). Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (mufidah aulia aziz, 2018)
2.2.2 Klasifikasi Status Gizi a. Gizi baik
Status gizi dapat dikatakan baik jika nilai indeks massa tubuh seseorang mencapai 18,5 – 25,0 KgM2. Status gizi bisa baik jika asupan gizi seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang. Kebutuhan gizi ditentukan oleh: kebutuhan gizi basal, aktivitas, keadaan fisiologis tertentu, misalnya dalam keadaan sakit. (Putri, 2016) b. Gizi Kurang
Status gizi dapat dikatakan kurang jika nilai indeks massa tubuh seseorang mencapai <18,5 KgM2. Status gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak cukup makan atau konsumsi energy dan protei kurang selama jangka waktu tertentu (Mardalena & Suyani, 2016)
c. Gizi lebih
Status gizi dapat di katakan lebih (gemuk) jika nilai indeks massa tubuh seseorang mencapai 25,1 – 27,0 KgM2. Sedangkan status gizi dikatakan lebih
(obesitas) apabila nilai indeks massa tubuh seseorang mencapai >27,0 KgM2.
Status gizi lebih jika keadaan patologis (tidak sehat) karena kebanyakan makan.
Obesitas yang berkelanjutan dikatakan akan mengakibatkan berbagai penyakit antara lain: diabetes mellitus, tekanan darah tinggi dan lain-lain (Mardalena &
Suyani, 2016)
2.2.3 Penilaian Status Gizi Lansia 1. Penilaian Antropometri
Antropometri adalah serangkaian teknik pengukuran dimensi kerangka tubuh manusia secara kuantitatif. Penilaian status gizi lansia diukur dengan antropometri atau ukuran tubuh, yaitu tinggi badan dan berat badan. Pengkuran tinggi badan dilakukan dengan alat microtoice dengan ketelitian 0,1 cm. tapi pada lansia yang mengalami kelainan tulang dan tidak bisa berdiri, tidak bisa dilakukan pengukuran tinggi badan secara tepat. Menurut Chumlea, bagi lansia yang tidak dapat berdiri atau bungkuk, maka pengukuran tinggi lutut dapat dilakukan untuk memperkirakan tinggi badan.
Antropometri sebagai indicator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter seperti :
a. Usia
b. Berat badan menggunakan timbangan yang sesuai dan cara yang tepat c. Tinggi badan diukur pada posisi lurus dengan cara yang tepat d. Lingkar lengan atas dapat menggunakan pita LILA atau meteran e. Lingkar kepala
f. Lingkar dada
g. Jaringan lunak (lemak sub cutan) diukur menggunakan alat khusus.
Parameter sebagai ukuran tinggal sebelumnya belum bisa digunakan untuk menilai status gizi, maka harus dikombinasikan. Kombinasi beberapa parameter itu disebut dengan indeks Antropometri terdiri dari:
a. Berat badan menurut umur (BB/U).
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U).
c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) d. Lingkar lengan atas menurut umur ( LLA/U).
e. Indeks massa tubuh ( IMT),dll.
Penilaian status gizi dapat menggunakan indeks massa tubuh seperti tabel berikut ini.
Tabel 2. 1 Kategori Ambang Batas IMT ( Indeks massa Tubuh )
Status Gizi IMT
Kurus <18,5 KgM²
Normal 18,5 - 25,0 KgM²
Gemuk 25,1 - 27,0 KgM²
Obesitas >27,0 KgM²
(Harjatmo et al., 2017)
2.2.4 Kebutuhan Zat Gizi Pada lanjut usia
Penuaan tidak hanya berhubungan dengan usia fisiologis, tetapi juga merupakan pegaruh dari asupan makanan dan gangguan nafsu makan. Hal ini kemudian dapat mengakibatkan munculnya anoreksia dan obesitas pada seseorang. Jika seseorang kehilangan berat badan, bis jadi karena ia terkena malnutrisi. Perubahan secara tiba- tiba dan drastic pada berat badan dapat mengakibatkan kematian. Sumber zat gizi terdapat makanan, oleh karena itu pola makan dan menunya perlu dijadikan perhatian utama. Pola makan yang baik dan seimbang sesuai dengan ukuran kebutuhan tubuh.
Dapat membantu seseorang lanjut usia tetap dalam kondisi fit dan segar meski usia senja. Besaran zat gizi yang dibutuhkan seseorang lanjut uaia dipaparkan sebagai berikut.
1) Energi
pada masa menua kebutuhan energy akan menurun. Karena jumlah sel-sel otot menurun sedangkan sel-sel kemak meningkat karena aktifitas yang berkurang. Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energy akan seimbang jika seorang lanjut usia memiliki ukuran dan komposisi tubuh yang ideal dan tetap dalam waktu yang lama
2) Karbohidrat
Terdapat senyawa dari molekul hydrogen, karbo, dan oksigen di dalam karbohidrat. Fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energy di dalam tubuh . Karbohidrat yang dimaksut biasa terdapat pada nasi, roti, mie , bihun, kentang, macaroni dan gula. Seseorang lanjut usia harus membatasi mengkonsumsi makanan tersebut, apabila jika menunjukkan tanda-tanda peningkat kadar gula sebagai gejala awal kencing manis.
Karbohidrat biasanya berbeda-beda pada setiap usia dan jenis kelamin. Laki-laki usia 55-64 tahun membutuhkan karbohidrat sebanyak 400 gram, lanjut usia lebih dari 65 tahun menurun menjadi 350 gram.
Sementara dari perempuan, diusia 55-64 tahun membutuhkan asupan karbohidrat sebanyak 285 gram da menurun di usia 65 tahun ke atas menjadi 248 gram.
3) Protein
Kebutuhan protein dari masa dewasa hingga masa ini tetap sama.
Protein dibutuhkan untuk mengganti sel-sel yang rusak, seperti otot, tulang, enzim, dan sel darah merah. Meski demikian konsumsi protein tidak perlu berlebihan, sebab kelebihan protein merupakan salah satu sebab gangguan fungsi dan kerja ginjal.
Protein terdapat substansi kimia makanan yang merupakan bagia dari asam amino. Protein dalam makanan akan berubah menjadi asam amino
ketika diproses oleh tubuh. Selain untuk membangun dan memelihara sel, fungsi lainnya adlah sebagai sumber energy dengan menyediakan 4 kalori per gram. Meski demikian, protein tidak dapat dijadikan sebagai sumber utama energy.
Pemilihan protein yang baik untuk lansia sangat penting mengingat sintesis protein di dalam tubuh tidak sebaik saat masih muda, dan banyak terjadi kerusakan sel yang harus segera diganti. Kebutuhan protein untuk usia 40 tahun masih tetap sama seperti usia sebelumnya. Pakai gizi menganjurkan kebutuhan protein lansia dipenuhi dari yang bernilai biologis tinggi seperti telur, ikan, dan protein hewani lainnya karena kebutuhan asam amino esensial meningkat pada usia lanjut. Akan tetapi harus diingat bahwa konsumsi protein yang berlebihan akan memberatkan kerja ginjal dan hati.
4) Lemak
lemak merupakan penyumbang energy terbesar pergramnya. Jika per gram protein dan karbohidrat dan mampu menghasilkan 4 kilo kalori, maka per gram lemak mengandung 9 kilo kalori. Lemak juga dapat berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan untuk keperluan tubuh.
Lemak terbagi menjadi dua, lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Di dalam lemak jenuh terdapat struktur kimia yang mengandung asam lemak jenuh. Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan berakibat pada tingginya kolestrol dalam darah.kolestrol dan trigliserida yang merupakan komponen-komponen lemak di dalam darah yang bisa membahayakan kesehatan. Sementara untuk lemak tak jenuh memiliki ikatan yang ada didalam minyak (minyak cair) dan bisa berada dalam 2 bentuk, isomer cis dan trans.
2.3 Demensia
2.3.1 Pengertian Demensia
Demensia adalah gejala neurodegeneratif yaitu dimana kelaianan ini bersifat kronis dan progresifitas dan di tandai 3 gangguan fungsi multiple diantaranya, bahasa, kemampuan belajar, kalkulasi, dan cara megambil keputusan. Penurunan daya ingat demensia muncul secara perlahan-lahan dan menyerang lansia di atas 60 tahun. Gangguan aktivitas kehidupan pada lansia terjadi diawali adanya kemunduran kognitif (Sumarni et al., 2019).
2.3.2 Klasifikasi Demensia
Demensia menjadi tiga kelompok besar, yaitu :
1. Penyakit Alzheimer, ada 2 tipe yaitu demensia presinlis (Alzheimer tipe 2) menyerang orang dewasa sebelum berumur 65 tahun dan demensia sinilis (Alzheimer tipe 1) yang menyerang setelah usia 65 tahun.
Demensia Alzheimer ini merupakan penyakit turunan sering muncul pada keluarga. Demensia Alzheimer adalah jenis yang paling umum dari demensia, dan disebabkan oleh kurangnya sel otak. Walaupun bersifat genetik, tidak berarti semua keluarga akan mendapatkan penyakit ini. Sel di dalam area otak yang mengendalikan fungsi mental dan memeori dihancurkan oleh protein abnormal yang tersimpan di dalam otak.
2. Demensia Vaskular, terdiri dari 4 macam yaitu demensia vascular srangan akut, demensia multi-infark, demensia subkortikal dan demensia gabungan kortikal dan subkortikal. Demensia vascular merupakan jenis demensia yang paling umum dan disebabkan oleh perdaran darah yang lemah ke otak. Pada multi infark demensia, bebebrapa stroke ringan infark muncul di tempat aliran darah beredar ke bagian otak. Jenis demensia ini, pengendalian tekanan darah yang baik dan tidak mengonsumsi rokok.
3. Demensia yang disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti penyakit Pick, Creutzfeld-Jakob, Hutington dan Parkingson. Akan bermasala pada saat berbicara dan tremor, mengalami kekakuan otot.
2.3.3 Penyebab Demensia
Terdapat beberapa gangguan yang menyebabkan demensia diantara lain penyakit Alzheimer, demensia vaskuler, adanya tumor, trauma pada kepala, gangguan neurodegenerative, gangguan nutrisional, lupus dll. Demensia adalah suatu sindrom yang umum, dan mempunyai banyak penyebab, dokter harus melakukan pemeriksaan klinis dengan cermat pada seseorang pasien dengan demensia untuk menegakkan penyebab demensia pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit tertentu.
Ada beragam penyebab demensia, setiap penyebab yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, seperti gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, dan penyakit degenerative. Diagnose dan etiologic dapat di tegakkan melalui atau dengan bantuan penyakit yang menyertai, seperti stroke, hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, hemiprarese, gangguan sensibilitas, aphasia, apraksia, rigiditas, dan tremor (Wicitania et al., 2016).
2.3.4 Faktor Resiko Demensia 1. Udara
Faktor resiko lingkungan di udara menyebabkan terjadinya demensia, disebebkan tingginya kadar nitrogen oksidan, asap tembakau terbukti terkait dengan resiko demensia akibata paparan lingkungan, asap tembakau di rumah, kantor dan di tempat kerja dan tempat lainnya. Durasi paparan serta memperkirakan kumulatif eksposur
2. Alumunium
Tingkat konsumsi alummunium dalam air lebih dari 0,1 mg per hari dikaitkan dengan resiko demensia.
3. Pekerjaan
Pekerjaan yang terlalu sering terkena kebisingan atau radiasi beresiko terjadinya demensia.
4. Vitamin D
Kekurangan vitamin termasuk vitamin D dikaitkan dengan peningkatan resiko dan pengembangan penyakit demensia (Nisa & Lisiswanti, 2016)
2.3.5 Tingkatan Demensia 1. Demensia Buruk
Demensia yang buruk yaitu yang memiliki skor pemeriksaan MMSE dibawah 17 seperti disorintasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita pada kondisi ini tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami gangguan visuospasial, bahkan tidak mengenali anggota keluarganya.
2. Demensia Sedang
Demensia di katakan sedang yaitu yang memiliki skor MMSE 18-23 yang artinya fungsi memori yang terganggu bisa menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami.
3. Demensia dengan kondisi baik
Demensia yang dikatakan baik yaitu yang memiliki skor MMSE lebih 34 yang artinya lansia dalam kondisi ini masih mempunyai daya ingat yang tinggi.
2.3.6 Gejala Demensia
Gejala demensia sangat bervariasi dan bersifat individual. Gejala yang terjadi dalam waktu yang berbeda-beda, bisa lebih cepat dan lambat. Beberapa tanda dan gejala yaitu sering lupa kejadian yang baru dialami, kesulitan berfikir abstrak, kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari, lupa menaruh barang, kesulitan dalam berbahasa, terjadi perubahan suasana
perasaan dan perilaku, disorientasi waktu dan tempat, perubahan kepribadian serta tidak mampu membuat keputusan, dan kehilangan inisiatif.
2.3.7 Pengaruh Gizi Dengan Demensia
Penelitian menurut (Dadang, 2017). , mengungkapkan hubungan antara kejadian demensia pada lansia dengan status gizi bahwa insiden demensia tersebut di akibatkan karena kondisi lansia kurangnya gizi (kurangya defisiensi) seperti vitamin B12, keratin terutama pada asam folat. Sementara berat defisiensi zat yang di alami, semakin berat pula kondisi penurunan fungsi kognitif dan mengarah pada kejadian demensia.
Teori yang dikemukakan oleh Gorrelick (2014) yang megemukakan bahwa gizi merupakan salah satu faktor mencegah kejadian demensia, pada dasarnya gizi yang seimbang dan mempunyai anti oksidan yang mencukupi pada tubuh sehingga akan mencegah adanya lemak yang mengakibatkan hilangnya memori, karena lemak merupakan salah satu bentuk stress oksidatif dan akumulasi radikal bebas, pada dasarnya lemak tersebut merupakan bagian dari patofisiologi penyakit demensia.