• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UMKM DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UMKM DI INDONESIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

137

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP UMKM DI INDONESIA

Oleh:

1Faizi*, 2Nabila Puspita Wulandana, 3Audrey Alya, 4Azzaleya Agashi Lombu

1Dosen Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

2, 3, 4

Mahasiswa Jurusan S-1 Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Email: 1faizi.feb@upnvj.ac.id, 22110112084@mahasiswa.upnvj.ac.id, 32110112085@mahasiswa.upnvj.ac.id,

42110112086@mahasiswa.upnvj.ac.id

ABSTRACT

This study aims to determine the impact of the Covid-19 pandemic on the MSME sector. The research uses qualitative methods, namely using a literature review or literature study by looking for sources relevant to the cases discussed, such as research journals, scientific articles, and other sources whose credibility can be recognized. The data collection method is done by data reduction, namely selecting, simplifying, and making conclusions on the data.

The instability of the country's economy since the Covid-19 pandemic occurred due to government policies regarding restrictions during the Covid-19 pandemic. As a result of Covid-19, many workers were laid off so that he started his work again by creating a small business, which is commonly called MSME. The sector that has been hardest hit since Covid- 19 is MSMEs. In the results of the study, it was found that the results of production and income obtained by MSME entrepreneurs were not comparable to before the existence of Covid-19. In fact, these MSMEs can make a big contribution to the country's economy. In addition, MSMEs also have a big role in reducing unemployment because MSMEs can create jobs for the community. MSMEs are also required to provide new innovations to their products in order to compete with other competitors. The efforts made by MSME activists cannot be separated from government assistance. The government is also required to help small business actors, especially MSMEs, by providing subsidies and stimulus.

Keywords: Results, MSMEs, Covid-19, National Economics

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor UMKM. Penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu menggunakan literature review atau studi pustaka dengan cara mencari sumber-sumber yang relevan terhadap kasus yang dibahas, seperti jurnal penelitian, artikel ilmiah, dan sumber lainnya yang dapat diakui kredibilitasnya. Metode pengambilan data dilakukan dengan reduksi data, yaitu memilih, menyederhanakan, serta membuat kesimpulan terhadap data. Ketidakstabilan perekonomian negara sejak adanya pandemi Covid-19 terjadi karena adanya kebijakan pemerintah mengenai pembatasan selama pandemi Covid-19. Akibat dari Covid-19, banyak pekerja yang di-PHK sehingga ia memulai pekerjaannya kembali dengan menciptakan sebuah usaha kecil, yang biasa disebut dengan UMKM. Sektor yang paling terpukul sejak adanya Covid-19 adalah UMKM. Pada hasil penelitian, didapatkan bahwa hasil produksi dan penghasilan yang didapat oleh pengusaha UMKM tidak sebanding dengan sebelum adanya Covid-19. Padahal,

(2)

138

UMKM ini dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian negara. Selain itu, UMKM juga memiliki peran yang besar dalam mengurangi angka pengangguran karena UMKM dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. UMKM juga dituntut untuk memberikan inovasi baru terhadap produk yang dihasilkan agar dapat bersaing dengan kompetitor lainnya. Upaya yang dilakukan oleh para pegiat UMKM tidak lepas dari bantuan pemerintah. Pemerintah pun dituntut untuk membantu para pelaku usaha kecil, khususnya UMKM, dengan cara memberikan subsidi dan stimulus.

Kata Kunci: Dampak, UMKM, Covid-19, Perekonomian Negara

PENDAHULUAN

Indonesia telah hidup berdampingan dengan Covid-19 sejak tahun 2020. Sejak itu pula diberlakukannya berbagai aturan yang sangat ketat oleh pemerintah. Tidak berhenti sampai di sana, Covid-19 telah menyebabkan kerugian bagi banyak perusahaan di berbagai sektor, sehingga pemulangan karyawan terpaksa terjadi.

Karyawan yang dipulangkan tentu bingung harus melakukan apa untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Beberapa dari mereka memilih untuk menjadi driver ojek online dan ada yang membuat usaha sendiri yang tentu saja usaha tersebut dimulai dari nol. Usaha-usaha tersebut dapat dikategorikan sebagai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Melalui adanya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia, hal ini cukup membantu dan mendorong perekonomian Indonesia berkembang lebih pesat dari sebelumnya. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berdiri di Indonesia menjadi sektor terbesar dalam meningkatkan PDB karena UMKM diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran, substitusi dan mensubtitusi produksi barang konsumsi maupun setengah jadi (Awali & Rohmah, 2020). Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sangat didukung oleh pemerintah Indonesia, hal ini terbukti dari dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 20 yang berisi tentang pemberlakuan atas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada tanggal 4 Juli 2008.

Dengan lahirnya Undang-Undang tersebut,

maka Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mampu memperoleh landasan hukum yang kuat dalam sektor ekonomi Indonesia yang perlu dilindungi dan dikembangkan agar memberi kontribusi yang penuh dan kuat kepada perekonomian Indonesia.

Virus Covid-19 menyebar luas secara global dan cukup berdampak kepada segala sektor, dan yang paling terasa imbasnya adalah sektor ekonomi.

International Monetary Fund (IMF) memperkirakan adanya indikasi ekonomi global tumbuh minus pada angka 3%. Pada bulan Maret 2020, pemerintah Indonesia mendeteksi adanya kasus positif Covid-19 pertama di Depok, Jawa Barat. Wabah ini cukup membuat Indonesia terpuruk dan berimbas pada segala sektor nasional.

Menurut Organization for Economic Co- operation and Development (OECD), Perekonomian menjadi merosot dan cukup berdampak pada permintaan dan penawaran pasar. Pada sisi penawaran, sulitnya mendapatkan pasokan bahan baku dan tenaga kerja dikarenakan pandemi.

Pada sisi permintaan, permasalahannya adalah menurunnya permintaan maupun kepercayaan konsumen terhadap suatu produk. Organization for Economic Co- operation and Development (OECD) juga mengatakan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merasakan imbas yang cukup besar dan pertumbuhan bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi terhambat karena pandemi Covid-19 yang tengah terjadi berlangsung.

(3)

139

Pada tahun 2018, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat terdapat 64.194.057 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berdiri di Indonesia dan total dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tersebut mampu mempekerjakan sekitar 116.978.631 tenaga kerja. Namun, pada tahun 2020, beberapa unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di berbagai sektor mengalami kemunduran hingga kebangkrutan. Menurut salah satu survei yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat bahwa sektor usaha yang paling terdampak dari hadirnya Covid-19 adalah sektor usaha akomodasi dan makanan atau minuman yang mengalami penurunan pendapatan atau profit sebesar 92,47%. Hal ini yang menunjukan penurunan jumlah unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia dan tentunya tenaga kerja yang sebelumnya bekerja di Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengalami Putus Hubungan Kerja (PHK) dan berakhir menjadi pengangguran. Ini menjadi salah satu penyebab angka pengangguran di Indonesia meningkat semakin tajam dari tahun sebelumnya.

Menurut Rosita (2020), sektor ekonomi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memperoleh dampak yang paling parang semenjak terjadinya pandemi dan kebijakan pembatasan dari pemerintah. Dilansir data dari Kementerian Koperasi, tercatatkan 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mengalami dampak akibat pandemi Covid- 19.

METODE PENELITIAN

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah jenis metode kualitatif, yaitu dengan menafsirkan segala kegiatan yang ada di

lapangan. Metode kualitatif ini dilakukan bersamaan dengan melakukan metode pengumpulan data berupa reduksi data, yaitu dengan memilih, menyederhanakan, serta membuat abstrak terhadap catatan- catatan yang sudah ada di lapangan.

Pencarian data berupa reduksi data ini diambil dari sumber-sumber yang relevan, baik melalui jurnal, buku, artikel penelitian, dan lainnya yang dilakukan pada tanggal 29 November hingga 7 Desember 2021. Setelah mencari sumber yang relevan, kemudian tiap sumber dikaji secara ringkas untuk membahas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disajikan sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

UMKM berperan sangat besar untuk memajukan perekonomian negara. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan negara dan bangsa Indonesia yang sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu pemberdayaan Koperasi dan UMKM.

Pemerintah melakukan hal tersebut untuk memajukan kesejahteraan umum. Dikutip dari laporan KemenKOP dan UKM (2020), pelaksanaan pemberdayaan Koperasi dan UMKM berlandaskan atas asas kekeluargaan yang dimuat dalam Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi,

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.

Selain itu, penyelenggaraan perekonomian nasional dilakukan berdasarkan demokrasi ekonomi, seperti yang sudah dituang pada Pasal 33 Ayat 4 UUD 1945 yang berbunyi,

“perekonomian nasional diselenggarakan atas dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Dampak yang dihasilkan dari pandemi Covid-19 sangatlah banyak.

(4)

140

Namun, tidak hanya dampak negatif, ada pula beberapa dampak positif dari pandemi Covid-19 terhadap para pegiat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau biasa disingkat UMKM ini juga banyak.

Pandemi Covid-19 yang sudah ada sejak 2020 tentu membuat perekonomian di Indonesia menyusut secara signifikan. Bisa kita tebak, sektor yang paling terpukul adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kondisi UMKM terus mengalami penurunan, dari penurunan produksi hingga penurunan penjualan. Ada sekitar 1.785 koperasi dan 163.713 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia yang terdampak karena pandemi Covid-19 (Firdaus Thaha, 2020). Hal itu disebabkan karena menurunnya daya beli masyarakat sehingga tidak heran UMKM mengalami kemunduran selama tahun 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa Indonesia telah berada dalam penurunan pertumbuhan ekonomi hingga di angka minus pada tahun 2020.

Gambar di bawah menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Gambar 1.

Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik

Namun, hal yang melegakan adalah pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021.

Berdasarkan gambar di atas, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III-2021 mengalami kenaikan hingga 3,51%. Hal tersebut berarti perekonomian Indonesia

telah pulih dari krisisnya perekonomian di tahun 2020.

Dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2020), di penelitian tersebut disebutkan bahwa berdasarkan data dari Bank Indonesia, bisnis di Indonesia didominasi oleh sektor UMKM. Sektor tersebut juga banyak menyerap tenaga kerja. Di penelitian yang sama juga disebutkan bahwa terjadi penurunan penerimaan pajak perdagangan.

Seperti yang sudah diketahui, perdagangan, khususnya perdagangan pada sektor UMKM memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian negara karena pajak perdagangan merupakan salah satu kontribusi terbesar terhadap perekonomian negara. Tantangan yang dihadapi oleh para pegiat UMKM sebagian besar adalah modal yang terbatas.

Mengingat daya beli oleh konsumen semakin menurun, pendapatan yang kemudian akan dijadikan sebagai modal dari usaha itu otomatis juga ikut menurun.

Selain itu, UMKM awalnya menjadi sebuah lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang menganggur. Namun, setelah terjadi Covid-19, UMKM terpaksa harus memulangkan karyawannya demi mencukupi gaji dan upah serta pendapatan usaha mereka. Dampak dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah kembali meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Meningkatnya angka pengangguran memicu pada peningkatan jumlah kemiskinan. Sumarni (2020), dalam penelitiannya memprediksi angka kemiskinan di Indonesia dapat meningkat karena pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil penelitian, menurut Kementerian Koperasi dan UKM, terdapat 37.000 pegiat UMKM yang melaporkan dampak yang sangat serius akibat dari pandemi Covid- 19. Jika diuraikan, sebanyak 56% dari pegiat UMKM melaporkan terjadinya penurunan penjualan, 22% dari mereka melaporkan terjadi masalah pada aspek permodalan, 15% melaporkan mengenai masalah pendistribusian barang yang

(5)

141

diproduksi, serta 4% melaporkan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam mencari dan mendapatkan bahan baku mentah (Pakpahan, n.d.).

Di tahun 2020, kita mengetahui bahwa pemerintah telah memberlakukan kebijakan pembatasan, yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menyebabkan perekonomian negara anjlok. PSBB dilakukan dengan cara pembatasan tempat-tempat yang rentan akan keramaian, seperti sekolah, tempat kerja, tempat ibadah, dan lain sebagainya.

Kebijakan ini terpaksa dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19.

Sektor yang paling terdampak oleh kebijakan ini adalah sektor pariwisata, kemerosotan yang dialami oleh sektor pariwisata telah menyebabkan efek domino terhadap sektor UMKM sehingga memperparah keadaan UMKM dengan adanya kebijakan PSBB ini. Dilansir dari data yang didapatkan oleh P2E LIPI, dampak dari merosotnya sektor pariwisata terhadap sektor UMKM yang bergerak dalam bidang usaha makanan dan minuman mencapai 27%. Sedangkan untuk bidang usaha kecil makanan dan minuman mencapai 1,77% dan untuk usaha menengah hanya mencapai 0,77%.

Dari data ini, dapat terlihat cukup banyak usaha yang terkena efek domino dari sektor pariwisata. Hal ini juga yang memicu perekonomian negara anjlok total (Intan Pratiwi, 2020). Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, pertumbuhan perekonomian mencapai angka minus di tahun 2020. Pada bulan Oktober 2020, pemerintah melakukan pelonggaran terhadap PSBB atau dikenal dengan masa transisi PSBB. Berbagai tempat mulai beroperasi kembali seperti sediakala dengan berbagai peraturan yang harus diikuti, seperti pembatasan orang yang berkunjung ke tempat tersebut.

Pelonggaran yang dilakukan membuat perekonomian sedikit membaik. Namun, setelah dilakukan pelonggaran PSBB atau masa transisi, kenaikan angka kasus

Covid-19 kembali melonjak. Hal ini membuat dilematis pemerintah dan masyarakat, khususnya para pegiat UMKM. Tidak hanya pemerintah yang ingin memperbaiki perekonomian, masyarakat pun juga ingin memperbaiki kondisi perekonomian mereka yang kian memburuk semenjak pandemi. Lagi-lagi, masyarakat yang paling terkena dampaknya adalah masyarakat menengah ke bawah, apalagi mereka yang mengandalkan jual beli tatap muka.

Akibat dari melonjaknya angka kasus Covid-19 di Indonesia, terpaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan baru, yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau biasanya disingkat PPKM. Kebijakan ini lagi-lagi membuat para pegiat UMKM kesulitan. Kebijakan ini tidak berhenti di awal tahun saja.

Puncaknya adalah pada bulan Juli, yaitu diberlakukannya PPKM darurat. Semua tempat dibatasi secara ketat, seperti restoran dan tempat makan lainnya tidak bisa dine-in, hanya bisa take away. Tentu saja hal itu membuat para pedagang, seperti pegiat UMKM merasa berat. Hal ini memberatkan mereka karena sebagian besar pendapatan mereka didapat dari hasil jual beli secara langsung, seperti pedagang yang menjual makanan dan minuman di pinggir jalan. Pembatasan aktivitas yang diberlakukan di masyarakat berpengaruh besar terhadap bisnis sehingga memiliki dampak yang langsung dirasakan pada sektor perekonomian negara. Dilansir dari CNN Indonesia (2021), Emil Arifin selaku Wakil Ketua Umum Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) meminta beberapa syarat kepada pemerintah untuk memperpanjang masa PPKM dengan terpaksa. Yang pertama adalah diringankan beban uang penyewaan, kemudian diberikan biaya untuk listrik dan air, diberikan bantuan di bagian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atau dikenal dengan stimulus, serta diberikan subsidi gaji karyawan oleh pemerintah. Dikutip dari sumber yang sama, Shinta Widjaja

(6)

142

selaku CEO Sintesa Group serta eks Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia mengatakan bahwa sektor yang merasakan dampak terberat adalah pelaku UMKM karena terbatasnya modal untuk mempertahankan bisnisnya di tengah pendapatan yang kian menurun akibat diberlakukannya PPKM.

Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang tertimpa pengaruh dari pandemi Covid-19 ini, perlu memutar otak agar usahanya tidak mati atau mengalami kebangkrutan. Pengusaha UMKM perlu bertahan dalam situasi ini dengan melakukan beberapa inovasi yang cocok untuk diterapkan di era pandemi ini, seperti memanfaatkan jaringan internet untuk memperluas pemasaran produk- produk UMKM dan juga memanfaatkan marketplace yang sudah tersedia di Indonesia. Lili Marlinah (2020) mengatakan bahwa ia sempat menghadiri salah satu acara yang diselenggarakan oleh salah satu e-commerce di Indonesia dan dihadiri oleh presiden, Bapak Joko Widodo, beliau mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak sekali UMKM, tetapi masalah yang dihadapi juga tidak sedikit sehingga seringkali Indonesia, khususnya pada sektor UMKM, masih kalah saing dengan kompetitor-kompetitor di nasional maupun internasional.

Menurut Agil Bahtiar (2021), pandemi Covid-19 menyebabkan sekitar 63,9% sektor usaha menengah mengalami penurunan pendapatan hingga 30%. Hanya 3,8% yang mengalami kenaikan omzet.

Hal tersebut menyebabkan banyak UMKM yang mengurangi barang produksi hingga mengurangi harga yang dipasarkan demi lakunya barang yang mereka produksi.

Dengan adanya pandemi seperti ini, para pegiat UMKM kesulitan mempromosikan barang mereka karena interaksi langsung antara penjual dan pembeli tidak dapat dilaksanakan seperti dulu. Para konsumen lebih senang menghabiskan waktunya di rumah masing-masing karena mereka tidak bisa berjalan-jalan bebas seperti sebelum pandemi. Namun, kegiatan UMKM tidak

berhenti begitu saja, banyak dari para pegiat UMKM memunculkan berbagai inovasi untuk mempromosikan barang mereka. Amri (2020) mengatakan bahwa ada kesempatan yang muncul di samping masalah yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 ini, yaitu para pegiat UMKM mulai dapat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan memanfaatkan teknologi digital dan marketplace yang ada, para pegiat UMKM dengan mudah mempromosikan produk mereka. Berdasarkan hasil penelitian Hardilawati (2020), ia mengatakan bahwa pelaku UMKM dapat menjadikan e- commerce untuk membangun relasi dan inovasi atas konsep pasar dengan memanfaatkan sistem pemasaran yang jauh lebih efektif. Tidak hanya itu, para pegiat UMKM juga dapat menjadikan e- commerce sebagai bahan pembelajaran mereka dengan melakukan observasi terhadap kompetitor di luar sana. Hanya itu satu-satunya cara agar para pegiat UMKM dapat melanjutkan kegiatan jual beli. Hal ini merupakan salah satu sisi positif adanya pandemi Covid-19. Orang- orang yang tadinya awam mengenai hal teknologi digital, mereka harus terpaksa belajar memahami teknologi digital demi kelanjutan usaha bisnis mereka.

Dengan transformasi model bisnis konvensional menjadi digitalisasi, industri kreatif memiliki peluang yang sangat menjanjikan. Jika para pegiat UMKM terus menggali dan meningkatkan inovasi pada industri kreatif, maka krisis ekonomi akibat pandemi ini dapat ditekan dan teratasi. Hal ini karena UMKM dapat menciptakan lapangan pekerjaan kembali seperti sediakala karena kita tahu bahwa UMKM merupakan sektor yang paling membantu dalam membuka lapangan pekerjaan, tetapi akibat pandemi Covid-19 banyak para pegiat UMKM yang terpaksa mengurangi jumlah pekerjanya.

Usaha bisnis, khususnya UMKM, yang dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19 adalah bisnis yang memang

(7)

143

sudah ada hubungan dengan ekosistem digital dengan menggunakan teknologi yang ada sebelum adanya pandemi, contohnya adalah memanfaatkan keberadaan marketplace. Selain itu, UMKM yang dapat bertahan adalah para pegiat usaha yang dapat meningkatkan inovasi terhadap produk yang dimilikinya (Rosita, 2020). Selain dengan inovasi teknologi digital, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat melibatkan UMKM untuk memproduksi produk- produk alat kesehatan, seperti alat perlindungan diri (APD), pakaian medis, dan juga masker. Beberapa alat kesehatan kini sangat dicari banyak orang karena angka kasus Covid-19 di Indonesia masih tergolong tinggi. Dari potensi pasar tersebut, UMKM dapat memanfaatkan situasi ini untuk membangkitkan kegiatan bisnis mereka dan membuka lapangan kerja kembali untuk para pekerja yang terkena PHK. Dengan ini perekonomian Indonesia dapat bangkit kembali dari keterpurukan pandemi Covid-19.

PENUTUP

Simpulan

Dari kajian dan reviu yang sudah peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa keberakhiran Covid-19 tidak bisa diprediksi oleh siapapun. Dibuat dan diberlakukannya berbagai kebijakan yang selalu baru oleh pemerintah membuat para pegiat UMKM harus selalu beradaptasi dengan kebijakan yang seringkali membuat para pegiat UMKM merasa berat untuk menjalaninya.

Berikut dampak-dampak yang dirasakan oleh para pegiat UMKM di Indonesia di era pandemi Covid-19 kala ini berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diteliti sebelumnya:

1. Produksi dan penjualan UMKM mengalami penurunan drastis selama Covid-19 melanda daripada saat sebelum adanya Covid-19, hal ini

terjadi karena beriringan dengan penurunan daya beli masyarakat yang membuat UMKM merasakan dampaknya secara langsung.

2. Pandemi Covid-19 tidak hanya memaksa para pegiat UMKM untuk beradaptasi dengan segala kebijakan pemerintah, tetapi memaksa mereka untuk memunculkan berbagai inovasi terhadap produk-produknya. Di era yang serba digital ini, persaingan antar pedagang justru kian ketat, apalagi jika pedagang tidak memiliki inovasi terhadap barang yang dijual. Selain itu, pandemi Covid-19 membuat perekonomian negara menjadi tidak stabil karena salah satu kontribusi terbesar adalah dari sektor UMKM.

3. UMKM memberikan banyak dampak positif terhadap negara, seperti terbukanya lapangan pekerjaan dan menekan angka pengangguran. Namun, akibat dari pandemi Covid-19 ini, banyak para pegiat UMKM yang menurunkan jumlah produksi barang, menurunkan harga penjualan, bahkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dapat memicu meningkatkan kembali angka pengangguran di Indonesia.

Pemberlakuan kebijakan pembatasan oleh pemerintah memberikan rasa dilematis. Jika tidak dilakukan pembatasan, jelas kasus Covid-19 akan melonjak kembali. Namun, diberlakukannya pembatasan membuat perekonomian di Indonesia kian menyusut.

Diperlukan berbagai solusi, baik untuk pemerintah maupun untuk para pegiat UMKM dan masyarakat, untuk menanggulangi segala permasalahan perekonomian di Indonesia pada masa pandemi Covid-19 ini.

Saran

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, untuk menyelesaikan segala permasalahan perekonomian di Indonesia

(8)

144

pada masa pandemi Covid-19 ini, diperlukan berbagai solusi untuk berbagai pelaku, seperti pelaku dari UMKM (produsen), pelaku dari pemerintahan, serta pelaku dari konsumen. Berikut adalah simpulan saran untuk berbagai pelaku di sektor perekonomian Indonesia demi kembalinya perekonomian yang stabil:

1. Pemerintah

Sudah disebutkan pada bagian pembahasan bahwa pemerintah diharapkan dapat membantu para pelaku bisnis, khususnya UMKM, yaitu para pelaku usaha menengah ke bawah dengan cara memberikan keringanan atas beban uang sewa, memberikan subsidi biaya untuk listrik dan air, memberikan dorongan biaya pada bagian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atau dapat dikenal juga dengan stimulus, serta memberikan subsidi gaji karyawan.

2. Pegiat UMKM

Para pegiat UMKM diharapkan dapat memanfaatkan teknologi yang ada.

Dengan memanfaatkan teknologi, UMKM diharapkan dapat kembali berkontribusi memulihkan perekonomian negara. Di samping membantu berkontribusi dalam memulihkan perekonomian, UMKM diharapkan bisa membuka kembali lapangan pekerjaan sehingga UMKM dapat mengurangi tingginya kasus pengangguran dan kemiskinan yang ada di Indonesia. Selain itu, mengingat produk yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan kompetitor lainnya, para pelaku UMKM diharapkan dapat memberikan inovasi baru terhadap barang-barang yang mereka produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Agil Bahtiar, R. (2021). KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS. In Info Singkat (Vol. 13, pp. 19–24).

Amri, A. (2020). DAMPAK COVID-19 TERHADAP UMKM DI INDONESIA.

Jurnal Brand, 2(1), 123–130.

https://ejournals.umma.ac.id/index.php/

brand

CNN Indonesia. (2021, July 14). Pengusaha Soal Skenario PPKM Darurat 6 Minggu: Berat! CNN Indonesia.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi /20210713202600-92-

667268/pengusaha-soal-skenario-ppkm- darurat-6-minggu-berat

Firdaus Thaha, A. (2020). DAMPAK COVID-

19 TERHADAP UMKM DI

INDONESIA. Jurnal Brand, 2(1), 147–

153.

https://ejournals.umma.ac.id/index.php/

brand

Hardilawati, W. L. (2020). The Survival Strategy Of Smes During The Covid-19 Pandemic. Jurnal Akuntansi &

Ekonomika, 10(1), 89–98.

http://ejurnal.umri.ac.id/index.php/jae

Intan Pratiwi, M. (2020). DAMPAK COVID- 19 TERHADAP PERLAMBATAN EKONOMI SEKTOR UMKM. Jurnal

Ners, 4(2), 30–39.

http://journal.universitaspahlawan.ac.id/

index.php/ners

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, K.

(2020). Laporan Keuangan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah (Issue 021).

http://kemenkopukm.go.id

Marlinah, L. (2020). Peluang dan Tantangan UMKM Dalam Upaya Memperkuat Perekonomian Nasional. Jurnal Ekonomi, 22(2), 118–124.

Pakpahan, A. K. (n.d.). COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. https://read.oecd-

Rosita, R. (2020). PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP UMKM DI INDONESIA. JURNAL LENTERA BISNIS, 9(2), 109–120.

https://doi.org/10.34127/jrlab.v9i2.380

(9)

145 Sumarni, Y. (2020). PANDEMI COVID-19:

TANTANGAN EKONOMI DAN BISNIS.

Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 6(2), 46–58. https://www.ubaya.ac.id/2020/

Referensi

Dokumen terkait

Pada situasi Pandemi Covid-19 memberikan tantangan bagi para pelaku usaha atau pemilik UMKM, selain itu juga untuk mempertahankan bisnis para pelaku UMKM harus

Hasil penelitian didapat bahwa upaya pemerintah dalam membantu pelaku usaha UMKM yang terdampak pandemi covid-19 yaitu adanya program Pemulihan Ekonomi Nasional

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas tersebut, bahwa kondisi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dimasa pandemi Covid-19 terus mengalami penurunan kapasitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pelaku usaha, khususnya dalam bisnis UMKM dalam upaya meningkatkan kinerja usaha, khususnya yang terkait dengan

Dampak pandemi Covid-19 terhadap pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) cukup besar, dimana saat ini menurut data yang dihimpun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI)

Maka dari pada itu semakin meningkatkan kasus Corona (Covid-19) di Indonesia akan memperpanjang mimpi buruk bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) khususnya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas pengelolaan SDM UMKM berbasis digital di masa pandemi COVID-19, agar para pelaku usaha dapat memahami dan mampu

Dampak pandemi Covid-19 sangat terasa di dunia bisnis dan ekonomi, dalam waktu yang cukup lama, pelaku UMKM “dipaksa” untuk memutar otak dalam menentukan strategi pemasaran