PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS X IPA 3
SMA N 1 SIPAHUTAR
Oleh:
Yani Everida Sagala NIM 4114111002
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TSTS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pada Materi Barisan Dan Deret Di Kelas X IPA 3 SMAN 1
Sipahutar”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi,
namun semua itu dapat diatasi karena bantuan tulus dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada bapak/ ibu dosen yang mengajar di jurusan matematika dan juga kepada
Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing serta
memberikan saran-saran kepada penulis sejak penyusunan proposal, penelitian
sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Zul
Amry, M.Si, P.hD, Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr. B.
Sinaga, M.Pd, sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran-saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan ucapkan terimakasih kepada kesayangan
Ayahanda T. Sagala dan Ibunda U. Silitonga terkhusus juga kepada Opung doli
Sabar Silitonga dan Opung boru Nella Tambunan yang tiada henti memberikan
dukungan doa, semangat, motivasi, dan materil kepada penulis dalam
menyelesaikan pendidikan di Unimed. Serta kepada kakakku terkasih Isabella,
adik-adikku terkasih Rista Eska Sagala, Daniel Sagala, dan Jonathan Sagala.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman di kampus Unimed
dan di Paduan Suara Consolatio serta semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu
v
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kelemahan
baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pembaca.
Semoga Tuhan Memberkati Kita.
Medan, Juni 2015 Penulis,
iii
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray
(TSTS) pada materi barisan dan deret di Kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 3 SMAN 1 Sipahutar yang berjumlah 38 orang siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS).
Bentuk soal tes hasil belajar siswa adalah uraian, setiap siklus dilakukan satu kali tes hasil belajar. Sebelum menerapkan tindakan, siswa diberikan tes awal. Dari hasil tes awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah, diperoleh 1 dari 38 siswa (2,63%) yang mencapai ketuntasan belajar klasikal dengan rata-rata 1,22. Setelah pemberian tindakan pada siklus I terdapat 5 dari 38 siswa (13,16%) mencapai ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan nilai rata-rata 1,99. Selanjutnya pada siklus II, subjek penelitian berkurang sebanyak 6 orang siswa, sehingga jumlah subjek yang diberi tindakan menjadi sebanyak 32 orang siswa. Dari pemberian tindakan pada siklus II diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 75% atau 24 dari 32 orang siswa yang tuntas belajar secara individu dengan nilai rata-rata 2,92.
vi
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 5
2.1.1 Pengertian Belajar 8
2.1.2 Hasil Belajar 9
2.1.3 Pembelajaran Matematika 11
2.1.4 Model Pembelajaran 14
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif 15
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS) 18
2.2Barisan dan Deret 23
2.2.1 Pola Barisan dan Deret 23
2.2.2 Barisan dan Deret Aritmatika 24
vii
2.3 Penelitian yang Relevan 28
2.4 Kerangka Konseptual 30
3.3 Subjek dan Objek Penelitian 32
3.3.1 Subjek Penelitian 32
3.3.2 Objek Penelitian 32
3.4 Prosedur Penelitian 33
3.4.1 Prosedur Penelitian Siklus I 34
3.4.1.1 Permasalahan I 34
3.4.1.2 Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I) 34
3.4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 34
3.4.1.4 Pengamatan I 35
3.4.1.5 Refleksi I 37
3.4.2 Prosedur Penelitian Siklus II 38
3.5 Alat Pengumpulan Data 38
3.5.1 Tes 39
3.5.2 Observasi 40
3.6 Teknik Analisis Data 41
3.6.1 Analisis Tes Hasil Belajar 41
3.6.2 Analisis Hasil Observasi 43
3.7 Indikator Keberhasilan 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian 44
viii
4.1.1.1 Permasalahan I 44
4.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah I 46
4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 47
4.1.4 Observasi I 49
4.1.5 Analisis Data I 50
4.1.6 Refleksi I 54
4.1.7 Siklus II 56
4.1.7.1 Permasalahan II 56
4.1.7.2 Alternatif Pemecahan Siklus II 57
4.1.7.3 Pelaksanaan Tindakan II 58
4.1.7.4 Observasi II 59
4.1.7.5 Analisis Data II 60
4.1.7.6 Refleksi II 62
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 63
4.3 Temuan Peneliti 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 70
5.2 Saran 70
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah - Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 18
Tabel 3.1 Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap 41
Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa 42
Tabel 3.3 Kriteria Rata-rata penilaian Observasi 43
Tabel 4.1 Daftar Hasil Tes Awal 44
Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 46
Tabel 4.3 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar I 50
Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 52
Tabel 4.5 Data kesalahan siswa pada tes hasil belajar I 53
Tabel 4.6 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar II 61
Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 62
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur kelompok model pembelajaran kooperatif
teknik Two Stay Two Stray (TSTS) 21
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 73
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II 80
Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa I 86
Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa II 90
Lampiran 5. Tes Hasil Belajar I 94
Lampiran 6. Tes Hasil Belajar II 95
Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 96
Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 99
Lampiran 9. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I 101 Lampiran 10. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II 102
Lampiran 11. Kisi- Kisi Tes Hasil Belajar I 103
Lampiran 12. Kisi- Kisi Tes Hasil Belajar II 104
Lampiran 13. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 105
Lampiran 14. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 107
Lampiran 15. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran I 109
Lampiran 16. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran II 112
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan bidang pendidikan memiliki peranan yang mendasar dalam
proses pengembangan sumber daya manusia yang multidimensional. Salah satu
tema pokok kebijakan pembangunan pendidikan adalah peningkatan mutu
pendidikan. Hal ini tidak dapat lepas dari masalah pembelajaran karena
pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Suatu sistem pendidikan
disebut bermutu dari segi proses adalah jika proses belajar mengajar berlangsung
secara efektif. Siswa (pebelajar) mengalami proses pembelajaran yang bermakna
dan ditunjang oleh sumber daya yang memadai. Keefektifan pembelajaran
digambarkan oleh prestasi belajar yang dicapai oleh pebelajar. Dengan kata lain,
makin efektif pembelajaran makin baik hasil belajar pebelajar (Hamid, 2009: 1).
Dalam menyampaikan pembelajaran di sekolah ada banyak cara yang bisa
digunakan guru untuk menyampaikan materi. Namun, kebanyakan guru
cenderung mengajar dengan menggunakan teknik yang minim dan monoton
sehingga hasil pembelajaran menjadi tidak maksimal. Soemosasmito (dalam
Trianto, 2009: 20) mengatakan guru yang efektif adalah guru yang menemukan
cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata
pelajaran dengan presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran
berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman.
Banyak metode dan teknik pembelajaran yang sudah diciptakan para ahli
dan telah disosialisasikan pada para guru. Diantaranya adalah melalui seminar
pendidikan, program pelatihan guru, penyaluran buku-buku panduan, dan lain
sebagainya. Menurut Gagne (dalam Hamid, 2009: 2) ada tiga fungsi yang dapat
diperankan guru dalam mengajar, yakni sebagai perancang pembelajaran,
pengelola pembelajaran, dan sebagai evaluator pembelajaran. Fungsi-fungsi ini
sebaiknya lebih diperhatikan guru untuk menciptakan suasana belajar yang lebih
variatif, menarik dan menghindarkan kejenuhan siswa sewaktu menerima
2
siswa maupun prestasi belajar siswa menjadi semakin meningkat. Dengan
demikian, tujuan pembelajaran telah tercapai.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan guru di
sekolah. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009: 253):
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Walaupun demikian, dalam pembelajaran matematika ternyata banyak
siswa yang mengganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit
dan menakutkan dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Seperti yang
diungkapkan Abdurrahman (2010: 1) bahwa :
Penyebab siswa takut matematika diantaranya mencakup penekanan yang berlebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi pada proses belajar mengajar matematika, serta penekanan berlebihan pada prestasi individu. Karena itu untuk mengatasi masalah ini, peranan guru sangatlah penting. Sebab kesulitan dan ketakutan siswa dalam belajar matematika akan menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa.
Sulitnya siswa mempelajari pelajaran menggambarkan ketidakmampuan
siswa dalam menguasai pengetahuan yang sedang dipelajari. Siswa yang kesulitan
belajar biasanya akan selalu mendapatkan nilai yang cenderung rendah. Hal ini
juga dikatakan oleh Abdurrahman (1999) bahwa:” para guru umumnya
memandang semua siswa memperoleh hasil belajar ynag rendah disebut sebagai
siswa yang berkesulitan belajar”. Untuk mengatasi kesulitan siswa ini, guru perlu melakukan banyak cara untuk meningkatkan tingkat kemampuan siswa dalam
setiap proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang mengajar di
kelas X IPA 3 SMAN 1 Sipahutar didapati bahwa mayoritas siswa tidak menyukai
pelajaran matematika karena mengalami kesulitan dalam mempelajari dan
memahami materi sehingga hasil belajar siswa menjadi cenderung rendah. Dan
3
2014 yang dilakukan di sekolah SMAN 1 Sipahutar kelas X IPA 3 berupa data
empiris hasil ulangan harian siswa di kelas tersebut terdapat rata-rata hasil belajar
siswa yang dikategorikan masih rendah. Diperoleh 8 siswa (27,05%) dari 38 siswa
memperoleh skor tinggi, 6 siswa (15,79%) memperoleh skor sedang 11 siswa
(28,95%) memperoleh skor rendah, dan 13 siswa (34,21%) lainnya memperoleh
skor sangat rendah. Sedangkan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
70, serta nilai tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal secara
klasikal yaitu 75% dari keseluruhan siswa. Hal ini menunjukkan hasil belajar
matematika siswa kelas X IPA 3 dikatakan masih rendah.
Hal ini juga didukung oleh Ibu N. Silitonga, S.Pd sebagai salah satu guru
yang mengajar pelajaran matematika di SMAN 1 Sipahutar. Beliau mengatakan
kemampuan menyelesaikan soal mengenai materi barisan dan deret masih lemah.
Kondisi ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan proses penemuan konsep dari
materi barisan dan deret yang sedang dipelajari, dan cenderung menghafal rumus
barisan dan deret. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa juga kurang
mendapat kesempatan untuk bersikap aktif karena penyampaian materi yang
dilakukan guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Metode ceramah ini
kurang memperhatikan kualitas interaksi baik antara guru dengan siswa maupun
siswa dengan siswa pada saat pembelajaran yang seharusnya dapat
dimaksimalkan untuk meningkatkan hasil belajar.
N. Silitonga, S.Pd juga mengatakan bahwa hasil belajar siswa yang
cenderung rendah ini tidak sepenuhnya diakibatkan oleh siswa itu sendiri, tapi
juga pembelajaran yang masih cenderung berpusat pada guru dan penggunaan
model pembelajaran yang minim dan kurang bervariasi, terutama dalam
penggunaan model pembelajaran kooperatif. Peranan guru dalam meningkatkan
hasil belajar salah satunya adalah dengan melakukan perubahan model
pembelajaran yang tepat sasaran. Strategi pembelajaran semestinya
mengembangkan kemampuan dasar siswa, sehingga proses pembelajaran lebih
menarik, efektif dan efisien dalam suasana akrab dan menyenangkan. Sehingga
akan membangkitkan minat dan meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran
4
Salah satu cara untuk membangkitkan minat belajar matematika siswa ada
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Penerapan metode pembelajaran ini
adalah satu cara meningkatkan hasil belajar matematika pada materi barisan dan
deret karena lebih mengedepankan keaktifan siswa dan guru hanya sebagai
fasilisator, sehingga siswa dapat dengan leluasa mengemukakan ide kreatifnya
sendiri dengan berdiskusi antar teman dan menemukan solusi bersama mengenai
materi barisan dan deret sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai disamping
itu suasana kelas menjadi lebih hidup. Ini selaras dengan pernyataan Artzt &
Newman (dalam Trianto, 2009: 56) yang mengatakan bahwa dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok
atas yang bekerja sama menyelesaian tugas-tugas akademik (Trianto, 20011: 59).
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diberi kebebasan untuk
membangun pengetahuannya dan mengkoordinasikan ide-ide yang dimilikinya.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan hal tersebut adalah
model pembelajaran kooperatif teknik TSTS (Two Stay Two Stray). Teknik ini
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990), dimana dapat dikombinasikan dengan
teknik kepala bernomor, dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan
tingkatan umur, dan memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi
informasi dengan kelompok lain (Huda, 2011: 140).
Model pembelajaran TSTS ini dapat membuat siswa aktif dalam
pembelajaran materi barisan dan deret, selain itu model ini memberi kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari
model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, sehingga siswa dapat berdiskusi
dengan temannya, tentu saja hal ini dapat meningkatkan minat siswa dalam
5
dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar model
pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok. Ciri
khas dari model pembelajaran ini adalah adanya pembagian tugas dari dalam
kelompok, ada yang bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari
kelompok lain dan ada yang bertugas sebagai penerima tamu yang bertugas
memberikan informasi atau hasil diskusi kelompoknya. Sehingga setiap peserta
didik dilatih untuk mengungkapkan idenya dalam menyelesaikan persoalan yang
diberikan oleh guru. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih
efektif sehingga hasil belajar dapat meningkat.
Cohen (dalam Huda, 2011: 20) mengatakan prestasi belajar siswa sangat
bergantung pada jenis tugas yang diterima oleh kelompok mereka dan cara kerja
kelompok mereka menyelesaikan tugas tersebut. Untuk yang pertama, semua
anggota kelompok harus mengerjakan bagian tugasnya sendiri-sendiri karena
tidak satupun anggota yang bisa menyelesaikan tugas kelompok itu tanpa input
dari anggota yang lain. Untuk yang kedua, interaksi yang berlangsung antara
anggota kelompok bergantung pada struktur penyelesaian tugas tersebut.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti akan mengadakan
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TSTS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Barisan Dan Deret Di Kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang
menjadi fokus identifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa sering mengalami kesulitan dalam belajar matematika
2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah
3. Pembelajaran yang dilaksanakan masih cenderung berpusat pada guru
6
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan hasil belajar matematika di
kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar pada materi materi barisan dan deret dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS).
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay
Two Stray (TSTS) pada materi materi barisan dan deret di Kelas X IPA 3
SMA N 1 Sipahutar?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS)
pada materi materi barisan dan deret di Kelas X IPA 3 SMA N 1
Sipahutar dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan menerapkan model
pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi materi
barisan dan deret di Kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar dan untuk mengetahui
apakah hasil belajar matematika siswa menjadi meningkat setelah penerapan
model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi
materi barisan dan deret di Kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelititan ini diharapakan memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1. Untuk siswa
Mempermudah siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika, dan
meningkatkan hasil belajar matematika di sekolah.
7
Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan sebagai salah satu metode
alternatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
3. Untuk mahasiswa
Memberikan inspirasi dan referensi bagi penelitian sejenis, dan membantu
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray
pada materi barisan dan deret di kelas X IPA 3 SMAN 1 Sipahutar
dapat terlihat dampaknya setelah melakukan dua siklus pembelajaran.
2. Model pembelajaran kooperatif dengan teknik Two Stay Two Stray
(TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi
barisan dan deret kelas kelas X IPA 3 SMAN 1 Sipahutar yang
berjumlah 38 orang.
3. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan tes awal adalah sebesar 2,63% dengan rata-rata
kemampuan belajar siswa 1,22, pada Tes Hasil Belajar I sebesar 45%
dengan rata-rata kemampuan belajar siswa 1,99 dan pada Tes Hasil
Belajar II sebesar 75% dengan rata-rata kemampuan belajar siswa 2,92.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, saran yang diajukan adalah:
1. Bagi guru matematika, model pembelajaran kooperatif dengan teknik Two
Stay Two Stray (TSTS) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Bagi siswa agar lebih meningkatkan sikap sosial terutama dalam
kerjasama kelompok dan lebih terampil dalam menerapkan konsep pada
materi barisan dan deret.
3. Bagi peneliti selanjutnya agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
71
DAFTAR PUSTAKA
.
Abdurrahman, M, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta
Anonim, (2013) http://www.referensimakalah.com/ 2013/01/Pembelajaran-kooperatif-tipe-Two-Stay-Two-Stray-TS-TS.html. (Diakses 20 Februari 2014)
Aqib, Zainal, (2006), Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, Yrama Widya, Bandung
Arikunto, Suharsimi, (2011), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta (diakses tanggal 20 Juli 2014)
Dyah, Syilvi, (2013) http://syilvidyah.blogspot.com/2013/05/matematika-bukan-menghafal-rumus.html (diakses 28 Juli 2014)
FMIPA, UNIMED, (2012), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi
Penelitian Kependidikan, FMIPA, UNIMED
Faiq, M, (2013) http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/03/model-pembelajaran-kooperatif-two-stay-two-stray.html. (Diakses 20 Februari 2014)
Hamalik, O, (2001), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, O, (2010), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Penerbit Bumi Aksara, Bandung.
Hamid K, Abdul, (2009) Teori Belajar Dan Pembelajaran, Unimed, Medan
Huda, Miftahul, (2011), Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur Dan
Model Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Hudojo, Herman, (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika, Penerbit UM Press, Malang
Djamarah, (1995), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Kemdikbud, (2013), Matematika: Buku Guru, Kemdikbud, Jakarta
71
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Rajawali Pers, Jakarta
Slameto, (2010), Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Trianto (2011) Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep
Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Prenada Media, Jakarta
Ulfah, Fitriah, (2010), http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream