• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS X IPA 3 SMA N 1 SIPAHUTAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS X IPA 3 SMA N 1 SIPAHUTAR."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS X IPA 3

SMA N 1 SIPAHUTAR

Oleh:

Yani Everida Sagala NIM 4114111002

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TSTS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Pada Materi Barisan Dan Deret Di Kelas X IPA 3 SMAN 1

Sipahutar”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi,

namun semua itu dapat diatasi karena bantuan tulus dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada bapak/ ibu dosen yang mengajar di jurusan matematika dan juga kepada

Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen

pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing serta

memberikan saran-saran kepada penulis sejak penyusunan proposal, penelitian

sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Zul

Amry, M.Si, P.hD, Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr. B.

Sinaga, M.Pd, sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan

saran-saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan ucapkan terimakasih kepada kesayangan

Ayahanda T. Sagala dan Ibunda U. Silitonga terkhusus juga kepada Opung doli

Sabar Silitonga dan Opung boru Nella Tambunan yang tiada henti memberikan

dukungan doa, semangat, motivasi, dan materil kepada penulis dalam

menyelesaikan pendidikan di Unimed. Serta kepada kakakku terkasih Isabella,

adik-adikku terkasih Rista Eska Sagala, Daniel Sagala, dan Jonathan Sagala.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman di kampus Unimed

dan di Paduan Suara Consolatio serta semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu

(4)

v

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kelemahan

baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pembaca.

Semoga Tuhan Memberkati Kita.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(5)

iii

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray

(TSTS) pada materi barisan dan deret di Kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar. Jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 3 SMAN 1 Sipahutar yang berjumlah 38 orang siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS).

Bentuk soal tes hasil belajar siswa adalah uraian, setiap siklus dilakukan satu kali tes hasil belajar. Sebelum menerapkan tindakan, siswa diberikan tes awal. Dari hasil tes awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah, diperoleh 1 dari 38 siswa (2,63%) yang mencapai ketuntasan belajar klasikal dengan rata-rata 1,22. Setelah pemberian tindakan pada siklus I terdapat 5 dari 38 siswa (13,16%) mencapai ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan nilai rata-rata 1,99. Selanjutnya pada siklus II, subjek penelitian berkurang sebanyak 6 orang siswa, sehingga jumlah subjek yang diberi tindakan menjadi sebanyak 32 orang siswa. Dari pemberian tindakan pada siklus II diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 75% atau 24 dari 32 orang siswa yang tuntas belajar secara individu dengan nilai rata-rata 2,92.

(6)

vi

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

2.1.1 Pengertian Belajar 8

2.1.2 Hasil Belajar 9

2.1.3 Pembelajaran Matematika 11

2.1.4 Model Pembelajaran 14

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif 15

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS) 18

2.2Barisan dan Deret 23

2.2.1 Pola Barisan dan Deret 23

2.2.2 Barisan dan Deret Aritmatika 24

(7)

vii

2.3 Penelitian yang Relevan 28

2.4 Kerangka Konseptual 30

3.3 Subjek dan Objek Penelitian 32

3.3.1 Subjek Penelitian 32

3.3.2 Objek Penelitian 32

3.4 Prosedur Penelitian 33

3.4.1 Prosedur Penelitian Siklus I 34

3.4.1.1 Permasalahan I 34

3.4.1.2 Alternatif Pemecahan I (Rencana Tindakan I) 34

3.4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 34

3.4.1.4 Pengamatan I 35

3.4.1.5 Refleksi I 37

3.4.2 Prosedur Penelitian Siklus II 38

3.5 Alat Pengumpulan Data 38

3.5.1 Tes 39

3.5.2 Observasi 40

3.6 Teknik Analisis Data 41

3.6.1 Analisis Tes Hasil Belajar 41

3.6.2 Analisis Hasil Observasi 43

3.7 Indikator Keberhasilan 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian 44

(8)

viii

4.1.1.1 Permasalahan I 44

4.1.2 Alternatif Pemecahan Masalah I 46

4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 47

4.1.4 Observasi I 49

4.1.5 Analisis Data I 50

4.1.6 Refleksi I 54

4.1.7 Siklus II 56

4.1.7.1 Permasalahan II 56

4.1.7.2 Alternatif Pemecahan Siklus II 57

4.1.7.3 Pelaksanaan Tindakan II 58

4.1.7.4 Observasi II 59

4.1.7.5 Analisis Data II 60

4.1.7.6 Refleksi II 62

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 63

4.3 Temuan Peneliti 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 70

5.2 Saran 70

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah - Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 18

Tabel 3.1 Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap 41

Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa 42

Tabel 3.3 Kriteria Rata-rata penilaian Observasi 43

Tabel 4.1 Daftar Hasil Tes Awal 44

Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 46

Tabel 4.3 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar I 50

Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar I 52

Tabel 4.5 Data kesalahan siswa pada tes hasil belajar I 53

Tabel 4.6 Daftar Nilai Tes Hasil Belajar II 61

Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Hasil Belajar II 62

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur kelompok model pembelajaran kooperatif

teknik Two Stay Two Stray (TSTS) 21

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 73

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II 80

Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa I 86

Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa II 90

Lampiran 5. Tes Hasil Belajar I 94

Lampiran 6. Tes Hasil Belajar II 95

Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 96

Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 99

Lampiran 9. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I 101 Lampiran 10. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II 102

Lampiran 11. Kisi- Kisi Tes Hasil Belajar I 103

Lampiran 12. Kisi- Kisi Tes Hasil Belajar II 104

Lampiran 13. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 105

Lampiran 14. Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 107

Lampiran 15. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran I 109

Lampiran 16. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran II 112

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan bidang pendidikan memiliki peranan yang mendasar dalam

proses pengembangan sumber daya manusia yang multidimensional. Salah satu

tema pokok kebijakan pembangunan pendidikan adalah peningkatan mutu

pendidikan. Hal ini tidak dapat lepas dari masalah pembelajaran karena

pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Suatu sistem pendidikan

disebut bermutu dari segi proses adalah jika proses belajar mengajar berlangsung

secara efektif. Siswa (pebelajar) mengalami proses pembelajaran yang bermakna

dan ditunjang oleh sumber daya yang memadai. Keefektifan pembelajaran

digambarkan oleh prestasi belajar yang dicapai oleh pebelajar. Dengan kata lain,

makin efektif pembelajaran makin baik hasil belajar pebelajar (Hamid, 2009: 1).

Dalam menyampaikan pembelajaran di sekolah ada banyak cara yang bisa

digunakan guru untuk menyampaikan materi. Namun, kebanyakan guru

cenderung mengajar dengan menggunakan teknik yang minim dan monoton

sehingga hasil pembelajaran menjadi tidak maksimal. Soemosasmito (dalam

Trianto, 2009: 20) mengatakan guru yang efektif adalah guru yang menemukan

cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata

pelajaran dengan presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran

berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman.

Banyak metode dan teknik pembelajaran yang sudah diciptakan para ahli

dan telah disosialisasikan pada para guru. Diantaranya adalah melalui seminar

pendidikan, program pelatihan guru, penyaluran buku-buku panduan, dan lain

sebagainya. Menurut Gagne (dalam Hamid, 2009: 2) ada tiga fungsi yang dapat

diperankan guru dalam mengajar, yakni sebagai perancang pembelajaran,

pengelola pembelajaran, dan sebagai evaluator pembelajaran. Fungsi-fungsi ini

sebaiknya lebih diperhatikan guru untuk menciptakan suasana belajar yang lebih

variatif, menarik dan menghindarkan kejenuhan siswa sewaktu menerima

(13)

2

siswa maupun prestasi belajar siswa menjadi semakin meningkat. Dengan

demikian, tujuan pembelajaran telah tercapai.

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan guru di

sekolah. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009: 253):

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Walaupun demikian, dalam pembelajaran matematika ternyata banyak

siswa yang mengganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit

dan menakutkan dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Seperti yang

diungkapkan Abdurrahman (2010: 1) bahwa :

Penyebab siswa takut matematika diantaranya mencakup penekanan yang berlebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi pada proses belajar mengajar matematika, serta penekanan berlebihan pada prestasi individu. Karena itu untuk mengatasi masalah ini, peranan guru sangatlah penting. Sebab kesulitan dan ketakutan siswa dalam belajar matematika akan menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Sulitnya siswa mempelajari pelajaran menggambarkan ketidakmampuan

siswa dalam menguasai pengetahuan yang sedang dipelajari. Siswa yang kesulitan

belajar biasanya akan selalu mendapatkan nilai yang cenderung rendah. Hal ini

juga dikatakan oleh Abdurrahman (1999) bahwa:” para guru umumnya

memandang semua siswa memperoleh hasil belajar ynag rendah disebut sebagai

siswa yang berkesulitan belajar”. Untuk mengatasi kesulitan siswa ini, guru perlu melakukan banyak cara untuk meningkatkan tingkat kemampuan siswa dalam

setiap proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika yang mengajar di

kelas X IPA 3 SMAN 1 Sipahutar didapati bahwa mayoritas siswa tidak menyukai

pelajaran matematika karena mengalami kesulitan dalam mempelajari dan

memahami materi sehingga hasil belajar siswa menjadi cenderung rendah. Dan

(14)

3

2014 yang dilakukan di sekolah SMAN 1 Sipahutar kelas X IPA 3 berupa data

empiris hasil ulangan harian siswa di kelas tersebut terdapat rata-rata hasil belajar

siswa yang dikategorikan masih rendah. Diperoleh 8 siswa (27,05%) dari 38 siswa

memperoleh skor tinggi, 6 siswa (15,79%) memperoleh skor sedang 11 siswa

(28,95%) memperoleh skor rendah, dan 13 siswa (34,21%) lainnya memperoleh

skor sangat rendah. Sedangkan Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu

70, serta nilai tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal secara

klasikal yaitu 75% dari keseluruhan siswa. Hal ini menunjukkan hasil belajar

matematika siswa kelas X IPA 3 dikatakan masih rendah.

Hal ini juga didukung oleh Ibu N. Silitonga, S.Pd sebagai salah satu guru

yang mengajar pelajaran matematika di SMAN 1 Sipahutar. Beliau mengatakan

kemampuan menyelesaikan soal mengenai materi barisan dan deret masih lemah.

Kondisi ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan proses penemuan konsep dari

materi barisan dan deret yang sedang dipelajari, dan cenderung menghafal rumus

barisan dan deret. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa juga kurang

mendapat kesempatan untuk bersikap aktif karena penyampaian materi yang

dilakukan guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Metode ceramah ini

kurang memperhatikan kualitas interaksi baik antara guru dengan siswa maupun

siswa dengan siswa pada saat pembelajaran yang seharusnya dapat

dimaksimalkan untuk meningkatkan hasil belajar.

N. Silitonga, S.Pd juga mengatakan bahwa hasil belajar siswa yang

cenderung rendah ini tidak sepenuhnya diakibatkan oleh siswa itu sendiri, tapi

juga pembelajaran yang masih cenderung berpusat pada guru dan penggunaan

model pembelajaran yang minim dan kurang bervariasi, terutama dalam

penggunaan model pembelajaran kooperatif. Peranan guru dalam meningkatkan

hasil belajar salah satunya adalah dengan melakukan perubahan model

pembelajaran yang tepat sasaran. Strategi pembelajaran semestinya

mengembangkan kemampuan dasar siswa, sehingga proses pembelajaran lebih

menarik, efektif dan efisien dalam suasana akrab dan menyenangkan. Sehingga

akan membangkitkan minat dan meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran

(15)

4

Salah satu cara untuk membangkitkan minat belajar matematika siswa ada

dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Penerapan metode pembelajaran ini

adalah satu cara meningkatkan hasil belajar matematika pada materi barisan dan

deret karena lebih mengedepankan keaktifan siswa dan guru hanya sebagai

fasilisator, sehingga siswa dapat dengan leluasa mengemukakan ide kreatifnya

sendiri dengan berdiskusi antar teman dan menemukan solusi bersama mengenai

materi barisan dan deret sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai disamping

itu suasana kelas menjadi lebih hidup. Ini selaras dengan pernyataan Artzt &

Newman (dalam Trianto, 2009: 56) yang mengatakan bahwa dalam belajar

kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan

tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat

memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok

atas yang bekerja sama menyelesaian tugas-tugas akademik (Trianto, 20011: 59).

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diberi kebebasan untuk

membangun pengetahuannya dan mengkoordinasikan ide-ide yang dimilikinya.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan hal tersebut adalah

model pembelajaran kooperatif teknik TSTS (Two Stay Two Stray). Teknik ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990), dimana dapat dikombinasikan dengan

teknik kepala bernomor, dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan

tingkatan umur, dan memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi

informasi dengan kelompok lain (Huda, 2011: 140).

Model pembelajaran TSTS ini dapat membuat siswa aktif dalam

pembelajaran materi barisan dan deret, selain itu model ini memberi kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari

model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, sehingga siswa dapat berdiskusi

dengan temannya, tentu saja hal ini dapat meningkatkan minat siswa dalam

(16)

5

dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar model

pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok. Ciri

khas dari model pembelajaran ini adalah adanya pembagian tugas dari dalam

kelompok, ada yang bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari

kelompok lain dan ada yang bertugas sebagai penerima tamu yang bertugas

memberikan informasi atau hasil diskusi kelompoknya. Sehingga setiap peserta

didik dilatih untuk mengungkapkan idenya dalam menyelesaikan persoalan yang

diberikan oleh guru. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif tipe

TSTS dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih

efektif sehingga hasil belajar dapat meningkat.

Cohen (dalam Huda, 2011: 20) mengatakan prestasi belajar siswa sangat

bergantung pada jenis tugas yang diterima oleh kelompok mereka dan cara kerja

kelompok mereka menyelesaikan tugas tersebut. Untuk yang pertama, semua

anggota kelompok harus mengerjakan bagian tugasnya sendiri-sendiri karena

tidak satupun anggota yang bisa menyelesaikan tugas kelompok itu tanpa input

dari anggota yang lain. Untuk yang kedua, interaksi yang berlangsung antara

anggota kelompok bergantung pada struktur penyelesaian tugas tersebut.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti akan mengadakan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TSTS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Barisan Dan Deret Di Kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang

menjadi fokus identifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa sering mengalami kesulitan dalam belajar matematika

2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

3. Pembelajaran yang dilaksanakan masih cenderung berpusat pada guru

(17)

6

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan hasil belajar matematika di

kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar pada materi materi barisan dan deret dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay

Two Stray (TSTS) pada materi materi barisan dan deret di Kelas X IPA 3

SMA N 1 Sipahutar?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS)

pada materi materi barisan dan deret di Kelas X IPA 3 SMA N 1

Sipahutar dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan menerapkan model

pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi materi

barisan dan deret di Kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar dan untuk mengetahui

apakah hasil belajar matematika siswa menjadi meningkat setelah penerapan

model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi

materi barisan dan deret di Kelas X IPA 3 SMA N 1 Sipahutar.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelititan ini diharapakan memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1. Untuk siswa

Mempermudah siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika, dan

meningkatkan hasil belajar matematika di sekolah.

(18)

7

Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan sebagai salah satu metode

alternatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

3. Untuk mahasiswa

Memberikan inspirasi dan referensi bagi penelitian sejenis, dan membantu

(19)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray

pada materi barisan dan deret di kelas X IPA 3 SMAN 1 Sipahutar

dapat terlihat dampaknya setelah melakukan dua siklus pembelajaran.

2. Model pembelajaran kooperatif dengan teknik Two Stay Two Stray

(TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi

barisan dan deret kelas kelas X IPA 3 SMAN 1 Sipahutar yang

berjumlah 38 orang.

3. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari jumlah siswa yang

mencapai ketuntasan tes awal adalah sebesar 2,63% dengan rata-rata

kemampuan belajar siswa 1,22, pada Tes Hasil Belajar I sebesar 45%

dengan rata-rata kemampuan belajar siswa 1,99 dan pada Tes Hasil

Belajar II sebesar 75% dengan rata-rata kemampuan belajar siswa 2,92.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, saran yang diajukan adalah:

1. Bagi guru matematika, model pembelajaran kooperatif dengan teknik Two

Stay Two Stray (TSTS) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Bagi siswa agar lebih meningkatkan sikap sosial terutama dalam

kerjasama kelompok dan lebih terampil dalam menerapkan konsep pada

materi barisan dan deret.

3. Bagi peneliti selanjutnya agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

(20)

71

DAFTAR PUSTAKA

.

Abdurrahman, M, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta

Anonim, (2013) http://www.referensimakalah.com/ 2013/01/Pembelajaran-kooperatif-tipe-Two-Stay-Two-Stray-TS-TS.html. (Diakses 20 Februari 2014)

Aqib, Zainal, (2006), Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, Yrama Widya, Bandung

Arikunto, Suharsimi, (2011), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta (diakses tanggal 20 Juli 2014)

Dyah, Syilvi, (2013) http://syilvidyah.blogspot.com/2013/05/matematika-bukan-menghafal-rumus.html (diakses 28 Juli 2014)

FMIPA, UNIMED, (2012), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi

Penelitian Kependidikan, FMIPA, UNIMED

Faiq, M, (2013) http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/03/model-pembelajaran-kooperatif-two-stay-two-stray.html. (Diakses 20 Februari 2014)

Hamalik, O, (2001), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta

Hamalik, O, (2010), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Penerbit Bumi Aksara, Bandung.

Hamid K, Abdul, (2009) Teori Belajar Dan Pembelajaran, Unimed, Medan

Huda, Miftahul, (2011), Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur Dan

Model Penerapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Hudojo, Herman, (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Matematika, Penerbit UM Press, Malang

Djamarah, (1995), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta

Kemdikbud, (2013), Matematika: Buku Guru, Kemdikbud, Jakarta

(21)

71

Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru, Rajawali Pers, Jakarta

Slameto, (2010), Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Trianto (2011) Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep

Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Prenada Media, Jakarta

Ulfah, Fitriah, (2010), http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream

Gambar

Gambar 2.1 Struktur kelompok model pembelajaran kooperatif

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this research is to find out if there is any significant difference of English speaking ability between boarding and non-boarding school of the

kata menjadi kata “pisang goreng” dengan bantuan guru Anak mampu melihat video proses pertumbuhan pisang dan menyusun kartu. kata menjadi kata “pisang goreng” tanpa

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kegiatan melipat kertas dengan kreativitas anak terbukti adanya peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keenam dalam semua aspek

Dalam penelitian ini, metode WebQual yang digunakan adalah WebQual versi 4.0 yang telah dimodifikasi dengan menambahkan dimensi kualitas antarmuka pengguna (user

This paper deals with the problem of determining the economic order quantity (EOQ) for deteriorating items in the fuzzy sense where delay in payments for retailer and customer

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa untuk proses-proses yang menggunakan query standar ADO mempunyai kinerja rata-rata 78,76% lebih baik dari ODBC, sedangkan untuk

Dari mayoritas responden yaitu sebanyak 61.18% yang memberikan penilaian baik terhadap pelayanan yang dirasakan pelanggan tersebut artinya bahwa, pelanggan menilai

3.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Hari Akhir 3.2 Menyebutkan ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan