• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS CTL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT TERHADAP MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 29 MEDAN T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS CTL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT TERHADAP MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 29 MEDAN T.A 2014/2015."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MODEL CTL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN

KONSEP DAN MINAT TERHADAP MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 29 MEDAN T.A 2014/2015

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

RIWI DENI SITANGGANG NIM: 8136172072

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i ABSTRAK

RIWI DENI SITANGGANG. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis CTL untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Minat Terhadap Matematika Siswa SMP Negeri 29 Medan T.A 2014/2015 . Tesis. Medan. 2015. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memperoleh perangkat pembelajaran yang valid, praktis dan efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep dan minat siswa terhadap matematika. (2) Mengetahui apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. (3) Mengetahui apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat siswa terhadap matematika. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel, yaitu model 4-D (define, design, develop, dan disseminate). Tahap develop dilakukan dengan disain one group pre-test post-tes. Subjek penelitian pada uji keterbacaan adalah siswa kelas . Subjek pada uji lapangan adalah siswa kelas . Data dikumpulkan menggunakan 4 jenis instrumen yaitu lembar validitas, lembar observasi, angket dan tes. Hasil penelitian diperoleh perangkat pembelajaran yang valid, praktis efektif. (1) Validitas ditunjukkan dari hasil 5 orang validator, rata-rata total validitas untuk RPP: 4; Buku Siswa: 4,7; Buku Guru: 4,07; LKS: 3,97; Tes Hasil Belajar: 4,0, hasil validasi ini menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan layak digunakan (memenuhi kriteria 3 ≤ Va < 4). Kepraktisan dilihat dari uji coba keterbacaan dengan hasil: aktivitas siswa: aktif dan berada pada waktu ideal; kemampuan guru mengelolah pembelajaran: 3,67; angket respon siswa: 97,06% siswa senang mengikuti pembelajaran (memenuhi kriteria kepraktisan). Keefektifan dilihat dari uji coba lapangan sudah memenuhi kriteria keefektifan yaitu ketuntasan belajar klasikal ≥ 80%. Pada uji coba lapangan terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan minat siswa terhadap matematika, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah layak untuk digunakan.

(8)

ii ABSTRACT

RIWI DENI SITANGGANG. Development of CTL-Based Math Learning Tool for Enhancing Capabilities Concept and Interests Math Students Against SMP 29 Terrain TA 2014/2015 Thesis. Medan. 2015. Mathematics Education Program Graduate Program, State University of Medan (UNIMED). This study aims to: (1) Obtain a valid learning tool, practical and effective Capabilities Concept mathematical and improve students' interested mathematical. (2) Determine whether the learning tools developed with contextual teaching learning approach can enhance the students' Capabilities Concept mathematical. (3) Determine whether learning tools developed with contextual teaching learning mathematics approach can improve students' interested mathematical. This type of research is the development of research by Thiagarajan, Semmel and Semmel, 4-D models (define, design, develop, and disseminate). Develop the design phase is done with one group pre-test post-test. The subject of research on legibility test was grade students class . Subject to the field test are students of class . Data were collected using four types of instruments that validity sheets, observation sheets, questionnaires and tests. The results obtained are valid learning device, practically effective. (1) The validity of the results is shown validator 5 people, on average, a total of validity for RPP: 4.0; Student Book: 4,7; Teachers books: 4.07; Test Results Learning: 4.0, validation results indicate that the device developed fit for use (meeting the criteria 3 ≤ Va < 4). Practicality seen from the results of the test readability: the observation sheet 3.67; The response of students and teacher responses to the learning device respectively of 97.06% readability test results indicate that the device developed practical (meeting the criteria of practicality). Effectiveness seen from field trials already meet the effectiveness criteria are classical learning completeness ≥ 80%, and the activity of the students are in the learning effectiveness of the restriction criteria. In the field trial an increase in capabilities concept and interest mathematical ability of students, after learning by using learning tools with contextual mathematics approach. Overall results showed that the learning tools developed are viable for use.

(9)

v

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 68

3.3. Jenis dan Prosedur Penelitian ... 68

(10)

vi

3.6. Efektivitas Perangkat Pembelajaran ……… 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 98

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Rancangan Ujicoba Perangkat Pembelajaran ... 79

Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 88

Tabel 3.3. Rubrik Penilaian Pemahaman Konsep Matematika ………….. 88

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Angket Minat Belajar Siswa ... . 91

Tabel 3.5. Kisi-kisi Penyusunan Lembar Angket ... 91

Tabel 3.6. Kriteria Interpretasi Nilai r ... 94

Tabel 4.1. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 105

Tabel 4.2. Daftar Nama Validator ... 109

Tabel 4.3. Hasil Validasi Rencana Pembelajaran (RP) ... 110

Tabel 4.4. Revisi RP Berdasarkan Hasil Validasi ... 112

Tabel 4.5. Hasil Validasi Buku Siswa ... 113

Tabel 4.6. Revisi Buku Siswa Berdasarkan Hasil Validasi ... 116

Tabel 4.7. Hasil Validasi Buku Guru ... 116

Tabel 4.8. Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Validasi Ahli ... 118

Tabel 4.9. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa ... 119

Tabel 4.10. Revisi LAS Berdasarkan Hasil Validasi ... 121

Tabel 4.11. Hasil Validasi Tes Hasil Belajar ... 122

Tabel 4.12. Revisi Tes Hasil Belajar Berdasarkan Hasil Validasi ... . 123

Tabel 4.13. Hasil Angket Keterbacaan LKS………. 124

Tabel 4.14. Revisi Berdasarkan Hasil Uji Keterbacaan LKS ... 125

Tabel 4.15. Hasil Angket Keterbacaan Buku Siswa (BS) ... 126

Tabel 4.16. Hasil Angket Keterbacaan THB ... 126

Tabel 4.17. Revisi Berdasarkan Hasil Uji Keterbacaan THB ... 127

Tabel 4.18. Karakteristik Butir Tes Hasil Belajar ... 128

Tabel 4.19. Hasil Angket Respon Siswa. ... 130

Tabel 4.20. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Matematiska Siswa Kelas VIII-2 ... 133

Tabel 4.21. Data Angket Minat Matematika………. 134

Tabel 4.22. Hasil Angket Respon Siswa ... 135

Tabel 4.23. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pada Ujicoba II... 138

Tabel 4.24. Hasil Postes Siswa Yang Telah Memahami Konsep Pythagoras... 139

Tabel 4.25. Hasil angket minat matematika pada ujicoba II………. 140

Tabel 4.26. Data Nilai Gain Ujicoba I Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ……….. 143

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan ... 5 Gambar 1.2. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan ... 6 Gambar 3.1. Bagan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D

(13)

ix A.2.4. Pedoman pemberian skor tes pemahaman konsep matematis siswa ... . 191

A.2.5. Penyelesaian Pre-Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 193

A.2.6. Penyelesaian Post-Tes pemahaman konsep Matematis... 202

A.2.7. Deskripsi indikator skala minat belajar matematika ... 211

A.2.8. Skala Minat Siswa Terhadap Matematika ... 214

Lampiran B B.1. Instrumen Validitas Perangkat Pembelajaran B.1.1. Lembar Validasi RPP ... 217

B.1.2. Lembar Valididasi Buku Siswa ... 219

B.1.3. Lembar Validasi Buku Guru ... 221

B.1.4. Lembar Validasi Lembar Kerja Siswa ………. 223

B.1.5. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 225

B.1.6. Lembar Validasi Tes Kemampuan Minat Matematis Siswa.. 227

B.2. Instrumen Kepraktisan Perangkat Pembelajaran B.2.1. Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 230

Lampiran C C.1. Hasil Validasi dari Instrumen Perangkat Pembelajaran ………….. 232

C.2.Hasil Kepraktisan dari Validasi Instrumen Format Validasi Instrumen Perangkat Pembelajaran Pada Ujicoba I ………… 237

C.2.1. Hasil Pretest ujicoba I Kemampuan Pemahaman Konsep . 237

C.2.2. Hasil Postest ujicoba I Kemampuan Pemahaman Konsep . 238

C.3.Hasil Kepraktisan dari Validasi Instrumen Format Validasi Instrumen Perangkat Pembelajaran Pada Ujicoba II ……… 240

C.3.1. Hasil Pretest ujicoba II Kemampuan Pemahaman Konsep 240

C.3.2. Hasil Postest ujicoba II Kemampuan Pemahaman Konsep . 241

C.4. Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa Pra Tindakan Ujicoba I………... 243

(14)

x

Pra Tindakan Ujicoba II………... 251 C.7. Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Minat Belajar Siswa

Pasca Tindakan Ujicoba II……….… 253

Lampiran D

D.1. Hasil Lembar Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran Uji coba keterbacaan ... 255

D.2. Hasil Respon Guru terhadap perangkat pembelajaran Uji coba

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar

dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan

sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

menyatakan bahwa, tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir

yang matang dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam

kehidupan nyata.

Peningkatan mutu pendidikan nasional dalam arti dan lingkup yang

seluas-luasnya merupakan titik berat pembangunan dibidang pendidikan harus

benar-benar dilaksanakan. Soedjadi (1994: 1) mengemukakan bahwa pendidikan

satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi untuk

menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Kualitas pendidikan

dijadikan barometer sumber daya manusia. Sekolah merupakan wadah kegiatan

pendidikan yang berfungsi sebagai pencipta sumber daya manusia. Esensi

pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang matematika. Salah satu

mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Matematika

mempunyai peran memberikan berbagai kemampuan kepada siswa dalam

kemampuan berpikir, dan kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan

(16)

2

bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan

pribadi anak didik dan (2) tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada

penerapan matematika serta keterampilan matematika yaitu kemampuan memecahkan

masalah matematika”. Hal ini sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang

dirumuskan oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) yaitu: (1)

belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar

(mathematical reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical

problem solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections); (5)

pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics).

Pada skala Internasional kemampuan matematika siswa Indonesia masih di

bawah standar dan pada skala nasional juga masih rendah, begitu juga dalam skala

daerah (Ansari, 2009). Rendahnya kemampuan matematika ini menyebabkan

rendahnya daya saing siswa dalam konteks pengembangan ilmu, kenyataan ini

sungguh memprihatinkan.

Salah satu kemampuan matematika siswa yang sangat penting untuk

dikembangkan di kalangan siswa adalah kemampuan pemahaman siswa terhadap

konsep matematika. Jika siswa mempunyai pemahaman terhadap konsep paling

tidak siswa akan tertarik lebih lanjut untuk mempelajari matematika, sehingga

diharapkan akan dapat meningkatkan minat siswa terhadap matematika. Walle

(2008) mengungkapkan ”ada beberapa keuntungan pemahaman konsep bagi

siswa, diantaranya meningkatkan ingatan, meningkatkan kemampuan pemecahan

soal, membangun sendiri pemahaman, memperbaiki sikap dan percaya diri serta

(17)

3

Ruseffendi (1991) menyatakan ada 3 macam pemahaman konsep

matematika yaitu: (1) pengubahan (translation); (2) pemberian arti (interpretasi);

(3) pembuatan ekstrapolasi (extrapolation). Dalam matematika misalnya mampu

mengubah (translation) soal kata-kata ke dalam simbol dan sebaliknya, mampu

mengartikan (interpretation) suatu kesamaan, mampu memperkirakan

(ekstrapolasi) suatu kencederungan dari gambar. Pemahaman translasi

(kemampuan menerjemahkan) adalah kemampuan dalam memahami suatu

gagasan yang dinyatakan dengan cara lain dari pernyataan asal yang dikenal

sebelumnya. Pemahaman interpretasi (kemampuan menafsirkan) adalah

kemampuan dalam memahami bahan atau ide yang direkam, diubah atau disusun

dalam bentuk/cara lain, misalnya dalam bentuk grafik, label, diagram, gambar,

dan lain sebagainya. Sedangkan pemahaman ekstrapolasi (kemampuan

meramalkan) adalah kemampuan meramalkan kecenderungan yang ada menurut

data tertentu dengan mengutarakan konsekuensi dan implikasi yang sejalan

dengan kondisi yang digambarkan.

NCTM (1989 : 223) juga menyatakan indikator ketercapaian pemahaman

konsep matematika dapat dilihat dari: (1) Mendefinisikan konsep secara verbal

dan tulisan; (2) Mengidentifikasi membuat contoh dan bukan contoh; (3)

Menggunakan model, diagram dan symbol-symbol untuk merepresentasikan suatu

konsep; (4) mengubah suatu bentuk representasi menjadi bentuk lainnya; (5)

Mengenal berbagai makna dan konsep; (6) Mengidentifikasi sifat-sifat suatu

konsep; (7) Membandingkan dan membedakan konsep-konsep. Menurut Sriyanto

(18)

4

mengganggap matematika pelajaran yang sulit, anggapan tersebut tidak terlepas

dari persepsi yang berkembang dalam masyarakat tentang matematika merupakan

ilmu yang abstrak, penuh dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang

membingungkan, yang muncul atas pengalaman kurang menyenangkan ketika

belajar matematika di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan-kemampuan

matematika siswa khususnya kemampuan pemahaman siswa belum menunjukkan

hasil yang memuaskan, bahkan dapat dikatakan masih sangat jauh dari hasil yang

memuaskan dan sangat mengkhawatirkan, sehingga berbuntut kepada minat siswa

terhadap matematika rendah.

Proses belajar dan mengajar di sekolah sering kali membuat kita kecewa

apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar. Mengapa?

1. Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap

materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak

memahaminya.

2. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang

mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan

dipergunakan/dimanfaatkan.

3. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik

sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan

sesuatu yang abstrak dan metode ceramah (Depdiknas, 2007)

Kondisi empiris yang dikemukakan oleh Depdiknas (2007) di atas sesuai

dengan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan. Hasil temuan pra penelitian

(19)

5

1. Luas dari bangun ABCD di bawah adalah . . .

2. Berdasarkan gambar di bawah nilai x dan y yang memenuhi adalah . . .

Berdasarkan hasil pra penelitian diperoleh bahwa dari 38 siswa, terdapat

70% siswa memiliki pemahaman yang salah terhadap konsep dan algoritma

menyelesaikan luas dan keliling bangun datar. Ini dapat kita lihat dari hasil

pekerjaan siswa untuk soal nomor 1 yang ditunjukkan oleh gambar 1.1

Gambar 1.1. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan

Pada jawaban siswa terdapat kesalahan dimana ia tidak memahami konsep

dari layang-layang sehingga ia tidak mampu menyelesaikan soal dengan baik.

Siswa tidak mampu membedakan jenis bangun datar sehingga salah menyebutkan dan menuliskan variabel-variabel yang diketahui dan yang ditanyakan

Siswa salah menafsirkan masalah dengan membuat model matematika untuk menyatakan langkah penyelesaian masalah

(20)

6

Begitu juga untuk soal yang lain, siswa tidak mampu menyelesaikannya

dengan baik karena tidak memahami konsep matematika.

Gambar 1.2. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan

Dari hasil pra penelitian di atas dapat disimpukan bahwa banyak siswa

yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika karena kurang memahami

konsep matematika. Menurut Ruseffendi (1991) terdapat banyak anak yang

setelah belajar matematika untuk bagian yang sederhana pun banyak yang tidak

dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahami secara keliru. Hal tersebut

menunjukkan bahwa banyak anak yang mengalami kesulitan dalam belajar

matematika, karena kebanyakan dari mereka hanya sekedar menghafal konsepnya

bukan memahaminya.

Ansari (2009) mengemukakan bahwa merosotnya pemahaman konsep

matematika siswa di kelas antara lain karena : (a) dalam mengajar guru sering

mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal; (b) siswa belajar

dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematika, kemudian

guru mencoba memecahkannya sendiri; dan (c) pada saat mengajar matematika,

guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan

pemberian contoh, dan soal untuk latihan.

Siswa salah menafsirkan masalah dan salah membuat model matematika.

(21)

7

Dalam proses pembelajaran, banyak guru lebih memfokuskan siswa untuk

mengingat “cara-cara” yang mereka ajarkan dalam menyelesaikan soal daripada

menstimulasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Siswa kurang

mendapat kesempatan untuk memahami rasional dibalik rumus-rumus yang

diberikan kepada mereka. Akibatnya, pengetahuan yang diperoleh siswa tidak

dengan pemahaman. Mereka kebingungan disaat dihadapkan dengan soal-soal

yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru mereka.

Disisi lain, menurut Bransford, Brown, dan Cocking (NCTM, 2000) siswa

yang mengingat fakta atau prosedur tanpa pemahaman sering ragu-ragu dalam

menentukan kapan atau bagaimana menggunakan apa yang mereka ketahui,

sehingga pelajaran gampang dengan pemahaman akan lebih mudah untuk diingat

dan diterapkan ketika siswa menghubungkan pengetahuan baru dengan

pengetahuan yang ada dengan cara yang bermakna.

Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap

rendahnya hasil belajar perserta didik disebabkan dominannya proses

pembelajaran konvensional (Trianto, 2009). Pada pembelajaran ini suasana kelas

cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian,

guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan

bahan ajar atau referensi lain, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada

buku ajar atau referensi lain. Siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat

memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self -

motivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam

(22)

8

Berdasarkan hasil angket minat belajar matematika yang diberikan oleh

pengamat terhadap siswa SMP Negeri 29 Medan kelas VIII diperoleh bahwa 78%

siswa tidak memiliki minat belajar matematika. Melalui wawancara terhadap

siswa SMP Negeri 29 kelas VIII banyak siswa yang mengatakan bahwa

matematika itu sulit, rumit, membosankan, tidak menarik, dan tidak

menyenangkan. Mereka juga mengatakan tidak suka dengan matematika atau

dengan kata lain banyak dari mereka tidak memiliki minat untuk belajar

matematika. Menurut Zulkardi (2006) minat siswa terhadap matematika rendah

karena kebanyakan guru matematika mengajarkan matematika dengan metode

yang tidak menarik, guru menerangkan dan siswa mencatat, menurutnya

pendekatan pengajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan

tradisional yang menekankan proses latihan, prosedural serta menggunakan rumus

dan algoritma sehingga siswa dilatih mengerjakan soal seperti mesin.

Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran SMP

Negeri 29 Medan yang sedang berlangsung diperoleh fakta bahwa pembelajaran

yang dilakukan oleh guru selama ini terkesan belum membelajarkan siswa.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah menjelaskan materi pelajaran,

memberikan contoh-contoh soal, dan kemudian memberikan latihan soal.

Pembelajaran ini tentu tidak akan mampu mengoptimalkan pencapaian tujuan

pembelajaran yang menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar matematika

siswa. Sebaiknya pembelajaran diarahkan pada penemuan kembali konsep-konsep

matematika. Hal ini senada dengan pendapat Bruner (2003) yang menyatakan

(23)

9

pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan

yang diajarkan.

Hasil kajian terhadap perangkat pembelajaran seperti buku siswa kelas

VIII SMP Negeri 29 Medan diperoleh fakta-fakta diantaranya: (1) buku siswa

belum dapat menghantarkan siswa pada penemuan kembali konsep-konsep

matematika. Salah satu contoh yang dapat dicermati misalnya mengenai luas

permukaan balok. Di dalam buku siswa dicantumkan rumus praktis mengenai luas

permukaan balok yaitu 2x((p x l)+( p x t) + (l x t)), dengan p, l, dan t berturut-turut

menyatakan panjang, lebar, dan tinggi balok. Terlebih lagi belum dipaparkan

mengenai penurunan rumus tersebut. Hal ini tentu apabila diberikan sebuah balok

yang tidak utuh (dalam artian salah satu sisi balok tidak ada) dan siswa diminta

menghitung luas permukaannya, siswa akan mengalami kesulitan untuk

menyelesaikannya, sebab siswa belum memiliki pemahaman mengenai konsep

luas permukaan balok tersebut, sehingga siswa akan cenderung untuk

menghafalkan rumus itu tanpa pemahaman, (2) masalah-masalah matematika

yang disajikan dalam buku siswa kurang berhubungan dengan kehidupan siswa.

Sebagai contoh dalam buku siswa dicantumkan masalah matematika seperti

“sebuah piramid memiliki panjang rusuk alas 10 m dan tinggi 12 m, hitunglah

luas permukaan piramid tersebut!”. Masalah tersebut juga tidak disertai dengan

gambar piramid yang dimaksud. Masalah matematika seperti ini tentunya masih

sulit untuk dibayangkan berdasarkan nalar siswa, mereka belum mengetahui

bentuk dari piramid itu sebab kurang berhubungan dengan kehidupan siswa yang

(24)

10

Hasil kajian terhadap perangkat pembelajaran seperti RPP kelas VIII SMP

Negeri 29 Medan diperoleh bahwa guru menggunakan RPP hasil MGMP yaitu

pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Tidak ada keterkaitan antara RPP

dan LKS siswa, hal ini dikarenakan LKS tidak dibuat oleh guru namun oleh

penerbit.

Berdasarkan temuan terhadap masalah-masalah matematika di atas dapat

dikatakan bahwa masalah-masalah matematika yang disajikan dalam buku siswa

selama ini bukan masalah kontekstual, buku siswa tidak menghantarkan siswa

untuk menemukan konsep matematika sehingga pemahaman konsep siswa rendah

dan minat belajar siswa juga rendah. Sebaiknya masalah-masalah matematika

yang disajikan dalam buku siswa berhubungan dengan kehidupan siswa. Pada

dasarnya pemberian masalah matematika kontekstual akan dapat menumbuhkan

minat belajar siswa, karena di samping dapat memantapkan pemahaman siswa

mengenai konsep yang diperolehnya, siswa juga mengetahui akan kebermanfaatan

dari materi yang dipelajarinya. Guru seharusnya mampu mengembangkan RPP

melalui pendekatan pembelajaran yang mampu menghantarkan siswa dapat

memahami konsep matematika yang menumbuhkan minat belajar siswa, guru

juga seharusnya menghasilkan LKS sendiri yang disesuaikan dengan RPP dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu menghantarkan siswa dapat

memahami konsep matematika yang menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini

sesuai dengan pendapat Suharta (2003), bahwa pemberian masalah matematika

(25)

11

dapat melihat manfaat matematika dalam kehidupan nyata dan dalam bidang yang

lain, meningkatkan pemahaman, dan meningkatkan minat siswa.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat (2) yang digunakan sebagai landasan

dalam mengembangkan silabus untuk setiap satuan pendidikan. PP Nomor 19

tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses juga memberikan isyarat bahwa

guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran. Dipertegas

melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun

2007 tentang Standar Proses yang mengatur tentang persyaratan bagi seorang

pendidik pada satuan pendidikan adalah mengembangkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Perangkat pembelajaran yang telah disebutkan dalam buku

pengembangan perangkat pembelajaran mencakup beberapa komponen, yaitu

buku siswa, buku guru, silabus, Rencana Program Pembelajaran (RPP), LKS, dan

Test Hasil Belajar (THB).

Menurut Saragih (2007) diperlukan suatu pengembangan materi

pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan siswa, sesuai dengan

tahap berpikir siswa, serta metode evaluasi yang terintegrasi pada proses

pembelajaran yang tidak hanya berujung pada tes akhir. Untuk mencapai hal

tersebut diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat, cocok, dan relevan.

Salah satu pendekatan yang dianggap tepat adalah pendekatan pembelajaran

matematika kontekstual (CTL).

Menurut Sanjaya (2006) CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa

(26)

12

materi sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran matematika membuat skenario pembelajaran yang dimulai dari

konteks kehidupan nyata siswa (daily life). Pendekatan pembelajaran kontekstual

menempatkan siswa sebagai subjek belajar, siswa yang berperan aktif dalam

proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri

pemahamannya terhadap materi pelajaran.

Terkait dengan hal tersebut, Umar (2009) juga mengungkapkan hal yang

sama dari hasil penelitiannya bahwa hasil analisis ketuntasan belajar menunjukkan

bahwa ketuntasan klasikal pada kelas CTL sebesar 87%, sedangkan pada kelas

konvensional sebesar 79%. Kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan

pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Analisis

data secara deskriptif menunjukkan bahwa minat siswa dalam belajar matematika

untuk kelas CTL dalam kategori baik sedangkan untuk kelas konvensional dalam

kategori cukup baik. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Muliyati (2008)

analisis ketuntasan belajar menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal pada kelas

CTL sebesar 85%, sedangkan pada kelas konvensional sebesar 76%. Kesimpulan

bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan

prestasi belajar matematika siswa bahwa pembelajaran kontekstual

mempresentasikan suatu konsep dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan

konteks di mana materi itu digunakan. Siswa secara aktif mengkonstruksi dan

merekonstruksi sendiri pengetahuan mereka, berarti siswa akan memperoleh

situasi belajar terbaik, sehingga dapat menumbuhkan minat terhadap matematika

(27)

13

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan

perangkat pembelajaran yaitu buku siswa, buku guru, RPP, LKS dan Test Hasil

Belajar (THB) dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dalam pendidikan

dan pengajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa dan meningkatkan minat siswa terhadap matematika.

Kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini

didasarkan pada kriteria yang dikemukakan (Nieveen, 2011) meliputi tiga aspek,

yaitu: validitas (validity), kepraktisan (practicality), dan keefektivan

(effectiveness).

1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah

mengenai kualitas pendidikan yang masih rendah. Maka dapat diidentifikasi

beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu sebagai berikut:

1. Penguasaan siswa terhadap matematika di lapangan masih belum

memuaskan.

2. Matematika masih dianggap sulit oleh banyak siswa.

3. Keabstrakan dan suasana pembelajaran matematika kurang disenangi

siswa.

4. Kemampuan pemahaman matematika siswa rendah.

5. Pembelajaran matematika tidak mengarahkan siswa pada pengembangan

kemampuan pemahaman dan minat.

6. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran matematika.

(28)

14

8. Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi agar siswa

memperoleh konsep secara benar.

9. Proses pembelajaran kurang efektif.

10. Guru tidak melakukan pengembangan bahan ajar.

11. Bentuk proses penyelesaian masalah atau soal-soal pemahaman dan minat

matematika di kelas tidak bervariasi.

1.3. Pembatasan Masalah

Setiap aspek dalam pembelajaran matematika mempunyai ruang lingkup

yang sangat luas, sehingga agar tidak terlalu melebar, perlu pembatasan masalah

dalam penelitian ini. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup lokasi, subjek

penelitian, waktu penelitian dan variabel-variabel penelitian.

Penelitian ini hanya berfokus kepada pengembangan perangkat

pembelajaran yaitu berupa buku siswa, buku guru, media, RPP, LKS, dan THB

khususnya pada materi Teorema Pythagoras untuk membelajarkan kemampuan

pemahaman dan minat matematik melalui pendekatan CTL yang dibatasi pada

siswa kelas VIII SMP, dengan meneliti permasalahan:

1. Guru tidak mengembangkan perangkat pembelajaran.

2. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa rendah.

3. Minat belajar matematika siswa masih rendah.

(29)

15

1.4. Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti merumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model

pembelajaran contextual teaching learning adalah efektif pada materi

Teorema Pythagoras?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa setelah diajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang

dikembangkan melalui pendekatan CTL?

3. Bagaimana peningkatan minat siswa terhadap matematika setelah diajar

dengan menggunakan pendekatan CTL?

Sesuai dengan rumusan masalah yang pertama diatas, keefektifan

pembelajaran dapat diukur melalui beberapa pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1) Bagaimana validitas perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan dengan pendekatan CTL dalam meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan teorema

pythagoras di kelas VIII SMP?

2) Bagaimana respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang

dikembangkan menggunakan pendekatan CTL ?

3) Bagaimana hasil belajar siswa setelah diajar dengan pendekatan CTL

(30)

16

1.5. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai:

1. Karakteristik perangkat pembelajaran efektif yang dikembangkan melalui

pendekatan CTL untuk meningkatkan pemahaman konsep dan minat

terhadap matematika pada pokok bahasan Teorema Pythagoras yang dapat

dipakai dalam pembelajaran, terdiri dari: buku siswa, buku guru, RPP,

LKS, dan THB dikelas VIII.

2. Kemampuan pemahaman siswa yang diajar dengan menggunakan

perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan CTL

pada materi Teorema Pythagoras dikelas VIII

3. Minat siswa terhadap matematika setelah diajar dengan menggunakan

perangkat pembelajaran yang dikembangkan melalui Pendekatan CTL

pada materi Teorema Pythagoras dikelas VIII.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan, secara praktis hasil dari penelitian

ini dapat bermanfaat bagi sekolah (guru dan siswa) sedangkan secara teoritis akan

bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan keilmuan. Adapun rincian manfaat

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu alternatif perangkat pembelajaran yang dapat digunakan

guru-guru matematika SMP VIII dalam mengajarkan topik Teorema

(31)

17

2. Sebagai bahan perbandingan bagi para pengembang pembelajaran

matematika melalui pendekatan CTL dalam mengembangkan perangkat

pembelajaran pada topik Teorema Pythagoras dan instrumennya.

3. Dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa serta dapat

meningkatkan potensi diri siswa dalam mengaplikasikan konsep

matematika yang lain.

4. Dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran matematika.

5. Hasil penelitian ini nantinya dapat sebagai acuan/referensi pada penelitian

(32)

147 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal berikut.

1. Berdasarkan pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model 4-D yang telah dimodifikasi, dihasilkan perangkat pembelajaran matematika kontekstual baik/valid untuk topik teorema pythagoras. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari: (1) Rencana Pembelajaran (RP), (2) Buku Guru (BG), (3) Buku Siswa (BS), (4), Lembar Aktivitas Siswa (LAS), dan (5) Tes Hasil Belajar (THB) yang dapat dilihat pada Lampiran A.

Pembelajaran matematika kontekstual efektif untuk mengajarkan topik teorema pythagoras di kelas VIII SMP. Hal ini ditunjukkan oleh:

a. ketuntasan belajar secara klasikal: 81% siswa tuntas belajar individual; b. respon siswa terhadap pembelajaran: positif.

Berdasarkan kriteria pencapaian keefektifan pembelajaran, maka perlakuan pembelajaran yang dikenakan pada kelas eksperimen tergolong tidak efektif, karena ketuntasan belajar tidak tercapai.

(33)

148

contoh dan bukan contoh, merupakan indikator pemahaman konsep yang paling tinggi peningkatannya.

3. Minat siswa dalam belajar matematika meningkat, hal ini dapat dilihat dari angket yang diberikan saat pre-test dan post-test. Saat pre-test minat siswa terhadap matematika rendah namun saat diberi perlakuan pembelajaran melalui model pembelajaran kontekstual, minat siswa terhadap matematika tinggi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika kontekstual yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut. 1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan masih perlu diujicobakan di

sekolah-sekolah lain dengan berbagai kondisi agar diperoleh perangkat pembelajaran yang benar-benar berkualitas (sebagai tahapan penyebaran dalam model pengembangan 4-D).

(34)

149

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman.2002.Pengembangan Perangkat Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Topik Bangun-Bangun Segiempat di Kelas II SLTP Negeri Pekanbaru. Tesis. PPs Unesa Surabaya.

Ansari, B.I.2009. Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh. Yayasan Pena

Arikunto.1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Bandung, Bumi Aksara

Grinnell,Richard.1988. Social Work Research and Evaluation. Canada. FE. Peacock

Publisher, inc.

Grounlund,Norman. (1982). Constructing Achievement Test. Third Edition. Illionis, F.E Peacock Publishers, Inc

Hamalik, Oemar (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta, Bumi Aksara. Harjanto.2002.Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Kemp, Jerrold.1994.Designing Effective Instruction. New York, Macmilan Colege Publishing Company

Marzano, R.J., Brandt, R.s., Hughes, C.S., Jones, B.F., Presseisen, B.Z., Rankin, S.C., & Suhor, C. (1998). Dimensions of Thinking: A framework for Curriculum and Instruction.

Alexandria, Virginia, Association for Supervision and Curriculum Development. Mulyati.2008.“Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk

meningkatkan Minat dan Motivasir Siswa.” Tesis Magister Pendidikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics Reston, VA: NCTM

NCTM. 2000. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics Reston, VA: NCTM

(35)

150

Panjaitan.2010.“Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah dan Respon Positif Siswa.” Tesis Magister Pendidikan. Bandung: PPs UPI.

Polya, George.1980. On Solving Mathematichal Problem in High School, dalam Krulik Stephen & Rays, Robert E. (eds). Problem Solving in School Mathematics. Reston-Virginia, NCTM.

Ruseffendi,.E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Russefendi,E.T.1988.Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung Tarsito.

Saragih, S.2007.Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa dan Sikap Positif Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung. PPs UPI

Sinaga.2009. “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan Pemecahan Masalah kelas VIII SMP Negeri 2 Rantau Selatan.” Tesis Magister Pendidikan. Medan: PPs Universitas Negeri Medan

Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saragih, H P. 2007. Belajar Tak Lagi Membosankan. Sumber : www.wartaekonomi.com. (http://detiknas.in/donesia/2007/09/19/belajar-tak- lagi - membosankan/diakses tanggal 15 Januari 2014).

Skemp, Richard R. (1989). Relational understanding and instrumental understanding.

Department of education, university of warwick

Slameto.2003.Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

(36)

151

Suharta, I Gusti Putu. 2003. Kumpulan Karya Ilmiah (tidakditerbitkan). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja, UPT. Perpustakaan

Sudjana. 2005. Metoda Statiska. Bandung. Tarsito.

Suherman, E.1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Dirjen Dikdasmen Depdikbud.

Suparno, P. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kansius.

Suparno, P. 2001. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Blomingtn: Central for Innovation on Teaching The Handicapped.

Trianto.2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep Landasan, dan Implemnentasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Umar.2009.“Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa.” Tesis Magister Pendidikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

United Nations. (1997). Report on the World Social Situation 1997. New York, United Nation

Van De Welle, John A, Karp, Karen S, dan Bay-Williams, Jennifer M. (2008).

Elementary And Middle School Mathematics Teaching Developmentally, 7th

Edition. New York: Pearson Education

Gambar

Gambar 1.1. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan ....................  5 Gambar 1.2
gambar. Pemahaman
Gambar 1.1. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan
Gambar 1.2. Jawaban Tes Matematika Pada Studi Pendahuluan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian, penulis menyarankan kepada puskesmas kaliwungu selatan yaitu Peningkatan peran kader dengan memberikan penyuluhan kepada kader tentang faktor

[r]

Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc sebagai Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara

Pertambahan jumlah penduduk yang terjadi sangat pesat di wilayah Indonesia (Provinsi Sumatera Utara khususnya) menyebabkan kebutuhan lahan semakin besar.Banyaknya jumlah

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Hal ini dapat terlihat banyak berdirinya instansi-instansi baik instansi pamerintah maupun instansi swasta yang bergerak dibidang sector pelayanan jasa kesehatan masyarakat adalah

Sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di dalam Microsoft Visual Basic 6.0 maka, dapat dibuat sebuah program sederhana yang

Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber tertulis yang berhubungan dengan kebijakan pangan yang pernah diterapkan pada masa Orde Baru, baik berupa