BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian, dengan menggunakan lambang- lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun nonverbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian dan/atau kesepakatan bersama (Rudy, 2005: 1). Berdasarkan paradigma Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2006: 10). Seorang komunikator menggunakan media dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.
Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film adalah media yang digunakan dalam komunikasi. Pada umumnya kalau kita berbicara di kalangan masyarakat, yang digunakan adalah media komunikasi tersebut.
Media dan masyarakat adalah dua bagian yang tidak dapat dipisahkan, karena media tumbuh dan berkembang seiring dengan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi. Pertumbuhan media dewasa ini sangat cepat. Media elektronik, cetak maupun online telah memiliki tempat sendiri di hati penggunanya, karena masing-masing media memiliki keunggulan tersendiri dalam memberikan dan menyajikan informasi pada khalayaknya.
Dengan demikian, bisa dikatakan sekarang ini adalah era informasi. Siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia. Melalui penerbitan, kita akan berusaha mencari informasi, mengolahnya lalu menyajikannya dalam bentuk informasi baru kepada pembaca. Dari informasi, kita bisa membentuk opini yang dapat mempengaruhi pembaca. Penerbitan sekolah bisa digunakan untuk latihan menulis, atau menyalurkan uneg-uneg terhadap kebijakan sekolah dan sebagainya.
Penerbitan sekolah merupakan salah satu wadah penyaluran minat untuk mengasah potensi menulis, yang jelas jika kita adalah salah satu pengelola penerbitan sekolah, kita memiliki ruang yang lebih leluasa untuk mengembangkan kreativitas (Mulyoto, 2007: 1-2).
Penerbitan sekolah bisa bermacam-macam bentuknya, bisa berupa buletin, majalah, koran, tabloid bahkan majalah dinding. Masing-masing bentuk memiliki kelemahan dan kelebihan. Bentuk paling sederhana adalah majalah dinding, bentuk ini dapat dikatakan paling murah biayanya dan paling praktis pembuatannya (Mulyoto, 2007: 25).
Mading merupakan media massa di suatu sekolah. Majalah dinding adalah suatu media yang berperan sebagai sarana/tempat informasi tentang ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang isinya sangat beragam dan merupakan hasil kreativitas dari siswa, buah pemikiran guru maupun karya-karya kreatif dan informasi lainnya. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta, daya cipta (Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).
Majalah dinding adalah tempat menuangkan kreativitas siswa secara bebas dan kreatif. Pada majalah dinding siswa dapat menulis sebebasnya tanpa tekanan psikologis yang diciptakan oleh teori-teori menulis, terutama ketakutan mendapat
nilai buruk dari guru. Majalah dinding yang konon bermula dari zaman bahari ketika manusia purba mulai mengekspresikan kreativitasnya melalui lukisan di dinding gua ini, tampaknya memang menjadi media yang sangat efektif bagi perkembangan kreativitas menulis siswa hingga saat ini. Berbagai genre sastra pun seperti puisi, cerpen, novelet, naskah-naskah drama pendek, esei-esei sastra, ulasan buku dan sebagainya kemudian menjadi bahan “permainan” ekspresi yang cukup menyenangkan ditulis siswa pada Majalah dinding. Triyanto Triwikromo, salah seorang sastrawan muda mengatakan, majalah dinding merupakan sarana latihan menulis apa pun yang sangat tepat bagi siswa (google.com)
Keberadaan mading tak ubahnya seperti kehadiran surat kabar di masyarakat. Mading memberikan informasi terkini kepada para pelajar. Dengan membaca mading, diharapkan para pelajar dapat mengetahui lebih cepat informasi internal dan eksternal tentang perkembangan dunia pendidikan. Fungsi mading sebagai media, juga dapat menjadi jembatan informasi antara guru dengan siswa, guru dan kepala sekolah. Bahkan tidak tertutup kemungkinan, mading menjadi jembatan sekolah dengan masyarakat sekitar.
Hanya saja, keberadaan mading sekolah masih sering diabaikan. Masih banyak sekolah yang bahkan tidak memiliki mading. Di sejumlah sekolah lainnya, ditemukan ada mading yang kurang terawat, sehingga tidak diminati oleh para pelajar. Harus diakui banyak kendala yang harus diatasi untuk menerbitkan media sekolah. Apalagi untuk menjaga kontinuitas waktu terbitnya. Di SMP Negeri 9 Medan terdapat banayak kendala. Kendala pertama, faktor Sumber Daya Manusia (SDM) jurnalistik. Keterampilan jurnalistik di sini adalah keterampilan menggali, menemukan dan mengolah topik-topik tertentu menjadi tulisan yang menarik,
aktual, dan menyentuh kebutuhan pembaca. Kendala kedua adalah faktor dana.
Bagaimanapun, kegiatan penerbitan memang membutuhkan dana. Kendala ketiga adalah faktor pembimbing, dalam kegiatan ekstrakurikuler di tingkat SLTP, biasanya guru pembimbing hanya bersifat "tut wuri hadayani" yaitu Guru hanya di belakang memberi motivasi.
Mading sekolah tak lebih dari sekadar syarat saja tanpa mengedepankan fungsinya. Dari banyaknya fenomena dan kendala-kendala itulah, peneliti tertarik untuk meneliti dan kiranya dalam penelitian dapat memberi dorongan terhadap siswa-siswi yang bukan sekadar tertarik, tapi mendorong siswa untuk ikut serta atau bertindak dalam kegiatan mading ini. Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana, jadi tindakan ini mengandung inovasi atau pembaharuan, betapapun kecilnya, yang berbeda dengan yang biasa dilakukan sebelumnya. Sehubungan dengan hal itu, praktik diakui sebagai gagasan dalam tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan (Suwarsih, 2009: 61).
Dengan keberadaan mading, berbagai informasi yang berkembang, bisa diinformasikan. Bahkan, bisa dijadikan media pembelajaran bagi guru. Misalnya, guru memberikan tugas kepada siswa melalui mading. Perkembangan IPTEK, mengenai atlet pelajar, tentang beasiswa, pengumuman kenaikan kelas, pengumuman murid terbaik, murid teladan, pramuka, puisi, sajak, artikel dan cerpen.
Perpaduan isi yang menarik dengan kemampuan menyalurkan aspirasi dan daya kreasi siswa, mading sekolah akan mampu bertahan. Mading akan mendapatkan tempat di hati pembacanya. Akan halnya surat kabar, jika mading sekolah sudah dicintai pembacanya, persoalan finansial yang selalu menghantui mading-mading sekolah pun akan dapat teratasi.
Mading sekolah juga termasuk kegiatan ekstrakurikuler siswa yang bertujuan untuk mengembangkan diri di bidang tulis menulis dan memberikan informasi. Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman atau instruksi. Namun, istilah ini memiliki banyak arti tergantung pada konteksnya. Konteks yang dibahas dalam hal ini berkaitan dengan informasi melalui media mading.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Berkreasi yaitu menghasilkan sesuatu sebagai hasil buah pikiran; mencipta. Kreasi dalam mading sangat diperlukan supaya mading yang ditampilkan dapat menarik perhatian. Ada sebuah ungkapan bahwa mading mencari pembaca, bukan pembaca yang mencari mading. Hal ini menjadi penting bagi mading, karena mading yang menarik akan menjaring pembaca dengan sendirinya (google.com).
Adanya mading di sekolah ibarat api unggun yang tidak akan padam selama kreativitas masyarakat sekolah selalu ada. Kehadiran mading banyak memberikan informasi yang bermanfaat kepada siswa. Mading diharapkan supaya guru, siswa, karyawan dan lain-lain bisa mengetahui lebih cepat dan lebih luas tentang informasi yang ada di sekolah maupun informasi lainnya terutama informasi pendidikan.
Perjalanan pembinaan mading di SMP Negeri 9 Medan sudah lumayan panjang. Materi mading dihasilkan dari kreativitas siswa. Namun kreativitas itu datang dari pengurus mading atau OSIS saja. Sebagian siswa kurang memiliki perasaan berkreasi, para siswa hanya tertarik untuk membacanya saja. Jadi dengan tidak adanya perasaan tindakan berkreasi para siswa maka mading yang terdapat pada sekolah tersebut terkesan kaku dan kurang menarik dan berakibat frekuensi penerbitan yang rendah.
Ada 2 kolom dalam 2 papan yang sudah disediakan, kolom yang pertama bertemakan Ajang Kreasi yang isinya merupakan hasil kegiatan setiap organisasi yang ada di sekolah, misalnya PMR, Pramuka, dan lain-lain. Kemudian kolom ke 2 (dua) bertemakan Unjuk Prestasi yang berisikan artikel-artikel yang dikreasikan para siswa dan siswi, ada juga berupa Tip-tips kesehatan, artikel kepribadian dan lain-lain.
Mading karya para siswa-siswi tersebut di sebuah tempat yang strategis dimana para murid sering duduk-duduk di kala istirahat dan sering dilalui para pelajar baik guru, siswa, karyawan dan lain-lain.
Dari uraian di atas, Penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang pengaruh dari majalah dinding terhadap tindakan berkreasi para siswa SMP Negeri 9 Medan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Sejauhmana Pengaruh Majalah Dinding terhadap Tindakan Berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan.
I.2 Perumusan Masalah
Untuk lebih memperjelas dan menghindari rubrik lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Karena itu peneliti membatasi masalah antara lain adalah:
I.3 Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 9 Medan
2. Objek Penelitian adalah siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 9 Medan.
3. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juni 2011.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah:
I.4.1 Tujuan Penelitian
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong siswa SMP Negeri 9 Medan untuk ikut berkreasi.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh majalah dinding terhadap tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan.
I.4.2 Manfaat Penelitian
a.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian khususnya di bidang Ilmu Komunikasi.
Secara akademik, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disoroti. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 2001: 39-40)
Menurut Kerlinger (dalam Singarimbun, 2006: 10) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
I.5.1 Komunikasi
Komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one another).
Di antara para ahli sosiologi, ahli psikologi, ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Carl I.
Hovland. Menurut Carl Hovland, Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.
Devinisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals) ( Effendy, 2006 : 10). Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan melalui penggunaan simbol atau lambang yang dapat menimbulkan suatu efek seperti mengubah tingkah laku seseorang, yang dapat dilakukan dengan menggunakan media tertentu.
I.5.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi- keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut dengan media cetak;
serta media film.
Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, dalam Ardianto, 2007: 3).
Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan.
Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto, 2007: 3)
Ini berarti proses yang terjadi antara media massa cetak (yakni majalah dinding) dengan pembacanya (yakni siswa) adalah suatu proses komunikasi massa.
I.5.3 Teori AIDDA
Teori AIDDA disebut juga A-A Procedure (Attention-Action Procedure).
Teori AIDDA adalah akronim dari kata – kata:
A = Attention (perhatian) I = Interest (minat) D = Desire (hasrat) D = Decision (keputusan) A = Action (tindakan).
Proses pentahapan komunikasi ini mengandung maksud bahwa komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, komunikator harus menimbulkan daya tarik. Apakah perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat atau interest (Effendy, 2003: 303)
Berdasarkan Teori AIDDA di atas, bila dikaitkan dengan minat berkreasi maka dapat disimpulkan bahwa tindakan berkreasi adalah suatu keadaan dalam individu yang mengarahkan perhatiannya terhadap objek tertentu yang mampu mendorong seseorang untuk cenderung mencari objek yang disenangi dan dapat melakukan tindakan berkreasi.
I.5.4 Majalah Dinding sebagai Salah Satu Media Massa Cetak
Majalah dinding atau yang biasa diakronimkan menjadi mading adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip dasar majalah terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya dipampang pada dinding atau yang sejenisnya.
Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya. Dengan prinsip dasar bentuk kolom- kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang, karikatur, cerita bergambar dan sejenisnya disusun secara variatif. Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan mading tampak menarik.
Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran tripleks, karton, atau bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam. Ukuran yang tergolong relatif besar adalah 120 cm x 240 cm, sedang yang lebih kecil lagi disesuaikan dengan situasi dan kondisinya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia majalah dinding atau lebih dikenal dengan mading adalah suatu media yang berperan sebagai sarana/tempat informasi tentang ilmu pengetahuan dari berbagai sumber yang isinya sangat beragam dan merupakan hasil kreativitas dari siswa, buah pemikiran guru maupun karya-karya kreatif dan informasi lainnya. Kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta, daya cipta.
Media massa cetak merupakan salah satu alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima), oleh sebab itu agar pesan yang disampaikan oleh media massa cetak dapat diterima secara efektif oleh khalayaknya maka media massa cetak harus memiliki daya tarik.
Boove (dalam Liliweri, 1992: 75) mengemukakan media massa cetak yang baik harus memiliki daya tarik, antara lain:
1. Daya tarik pesan, meliputi isi pesan, tata bahasa, gaya penulisan dan aktualitas berita
2. Daya tarik fisik, meliputi gambar (kualitas gambar/foto dan kualitas kertas), tata letak, tata warna (teknik pewarnaan dan kualitas warna) 3. Daya tarik kuantitas, meliputi frekuensi terbitnya media massa cetak
tersebut.
I.5.5 Tindakan Berkreasi
Teori Tindakan, yaitu individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksi/action itu bukan perilaku/behaviour. Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu (www.google.com).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Berkreasi yaitu menghasilkan sesuatu sebagai hasil buah pikiran; mencipta. Berkreasi adalah membuat sesuatu yang belum ada sebelumnya menjadi ada. Prinsip dasar dari berkreasi adalah memberi nilai tambah pada benda-benda, cara kerja, cara hidup dan lain sebagainya agar senantiasa muncul ide-ide baru yang lebih baik daripada ide yang sudah ada sebelumnya (www.google.com).
Berdasarkan pengertian tentang tindakan dan berkreasi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan tindakan berkreasi dalam penelitian ini adalah suatu sikap yang muncul akibat adanya penelitian yang dapat
menimbulkan hasrat dan keinginan individu untuk menghasilkan sesuatu sebagai hasil dari buah pikirannya.
I.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang mendasari penelitian selanjutnya disusun oleh suatu kerangka konsep yang didalamnya terdapat variabel-variabel dan indikator yang tujuannya menjelaskan masalah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Sarwono (2006: 9) bahwa kerangka konsep digunakan untuk menggambarkan gejala secara abstrak, contohnya seperti kejadian, keadaan dan kelompok sehingga diharapkan peneliti mampu memformulasikan pemikirannya ke dalam konsep secara jelas dalam kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah 1. Variabel bebas / independent variabel (X)
Merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh Peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Majalah Dinding
2. Variabel terikat / dependent variabel ( Y )
Merupakan variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tindakan berkreasi siswa SMP Negeri 9 Medan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka model teoritis dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Teoritis
I.7 Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dijelaskan, maka agar lebih memudahkan dalam operasionalnya di dalam memecahkan masalah maka dibuat operasionalisasi variabel agar jelas penggunaannya di lapangan, adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Teori Variabel Operasional
Majalah Dinding
Variabel Bebas (X) 1. Daya tarik pesan, meliputi:
- Isi pesan - Tata bahasa - Gaya Penulisan - Aktualitas berita
2. Daya tarik fisik, meliputi:
a. Gambar
- Kualitas gambar/foto - Kualitas kertas b. Tata warna
- Teknik pewarnaan - Kualitas warna c. Tata letak
- Tata gambar/foto - Tata artikel
3. Daya tarik kuantitas, meliputi:
- Frekuensi
Tindakan Berkreasi
Variabel Terikat (Y) 1. Attention (perhatian) 2. Interest (ketertarikan) 3. Desire (hasrat) 4. Decision (keputusan) 5. Action (tindakan)
Variabel Bebas (X) Majalah Dinding
Variabel Terkait (Y) Tindakan Berkreasi Siswa
I.8 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun dan Effendi, 2006: 46). Untuk memudahkan dan meletakkan konsep-konsep dalam dataran operasional yang dapat diukur maka akan dibuat beberapa definisi operasional, yaitu:
1. Variabel Bebas (X), yaitu Majalah Dinding a. Daya tarik pesan, meliputi:
1)
2)
Isi pesan, maksudnya adalah muatan yang terdapat pada majalah dinding yang dapat dipahami oleh siswa.
3)
Tata bahasa, maksudnya adalah suatu bentuk penataan kata yang terdapat pada majalah dinding yang mampu mempengaruhi siswa.
4)
Gaya penulisan, maksudnya adalah cara merangkai setiap kata-kata menjadi sebuah kalimat yang menarik bagi siswa yang melihat dan membaca majalah dinding.
2. Daya tarik fisik, meliputi:
Aktualitas berita, maksudnya adalah isi dari berita tersebut harus sesuatu hal yang baru sesuai dengan trend yang sedang berkembang ataupun yang akan berkembang kedepannya.
a.
1) Gambar
Kualitas gambar/foto, maksudnya adalah mutu dari gambar dan foto yang ditampilkan pada majalah dinding, apakah sudah dapat mempengaruhi siswa.
2)
b.
Kualitas kertas, maksudnya adalah mutu dari kertas yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan media massa cetak tersebut yang mana dalam penelitian ini media massa cetaknya adalah majalah dinding.
1)
Tata warna
2)
Teknik pewarnaan, maksudnya adalah cara pemberian warna yang dapat menarik siswa pada tampilan majalah dinding.
c.
Kualitas warna, maksudnya adalah mutu dari warna-warna yang digunakan untuk menunjang tampilan dari majalah dinding.
1)
Tata letak
2) Tata artikel, maksudnya adalah teknik peletakan artikel di dalam majalah dinding.
Tata gambar dan foto, maksudnya adalah tehnik peletakan gambar dan foto di dalam majalah dinding.
3. Daya tarik kuantitas, meliputi:
a. Frekuensi, maksudnya adalah menunjuk pada waktu terbitnya majalah dinding.
2. Variabel Terikat (Y), yaitu Tindakan Berkreasi Siswa 1. Attention (perhatian)
Perhatian maksudnya adalah adanya rasa ingin tahu siswa terhadap suatu objek setelah melihat dan memperhatikan sebuah tampilan yang dalam penelitian ini adalah tampilan dari majalah dinding.
2. Interest (ketertarikan)
Ketertarikan maksudnya adalah adanya rasa suka siswa terhadap suatu
objek yang dilihatnya. Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah tampilan dalam majalah dinding.
3. Desire (hasrat)
4.
Hasrat maksudnya adalah keinginan yang sangat kuat dari dalam diri siswa untuk melakukan sebuah kegiatan. Dalam penelitian ini keinginan yang timbul diakibatkan karena melihat tampilan dalam majalah dinding.
Decision (keputusan)
5.
Keputusan maksudnya adalah sikap sesungguhnya dari siswa terhadap suatu objek, bisa tertarik ataupun bisa juga tidak tertarik terhadap tampilan dalam majalah dinding.
Action (tindakan)
Tindakan maksudnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mewujudkan apa yang diinginkannya setelah melihat ataupun membaca tampilan dalam majalah dinding.
I.9 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variabel. Dalam suatu penelitian, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara (tentative answer) bagi masalah atau pertanyaan penelitian, yang oleh karenanya perlu diuji melalui prosedur pengujian hipotesis.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, adalah:
Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh majalah dinding terhadap tindakan berkreasi bagi siswa SMP Negeri 9 Medan.
Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh majalah dinding terhadap tindakan berkreasi bagi siswa SMP Negeri 9 Medan.