KIAT PENGGEMUKAN SAPI POTONG
HARRY PURWANTO, DEDI MUSLIH DAN KETUT PUSTAKA Balai Penelitian Ternak Ciawi, P0 . Box . 221 Bogor 16002
PEN DAHULUAN
Seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan pertambahan jumlah penduduk, permintaan daging terutama daging sapi akan semakin meningkat . Data statistik ienunjukkan bahwa produksi nasional baru dapat memenuhi sekitar 85%
dari kebutuhan (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2003) . Kesenjangan antara produksi dan kebutuhan daging sapi, merupakan peluang bagi usaha penggernu- kan sapi potong .
Upaya-upaya peningkatan produkti- vitas sapi potong telah hanyak dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan daging sapi secara nasional . 1-lasil-hasil penelitian men unjukkan, melalui penerapan teknologi, produktivitas sapi potong dapat ditingkatkan (PUTU, et. a11 . 1997 : MORAN, 1976 ; KUSNADI, et . all . 2005 ; HENDAYANA, el . all ; SITORUS, 1992 : SIREGAR, etall . 1992 ; SABRANI, et. all . 1994 .
Tiga faktor yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktivitas ternak termasuk sapi potong yaitu faktor bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan . Penerapan teknologi hibit . pakan dan manajemen pemeliharaan adalah salah satu alternatip yang dapat dilakukan dalam usaha penggemukan sapi potong .
RINGKASAN
Suatu pengamatan yang bertujuan untuk mengevaluasi penerapan kiat penggemukan pada ternak sapi potong telah dilakukan selama 3 bulan (Juni 1999 s/d Agustus 1999) di Kandang Percobaan Ruminansia Besar, Balai Penelitian Ternak Ciawi . Kiat penggemukan yang diterapkan meliputi pemilihan bakalan, penyediaan kandang, pemberian pakan dan pengendalian penyakit . Sejumlah 16 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) jantan berumur 2 tahun dengan bobot badan rata-rata 203 kg dalam kondisi sehat, tidak gemuk dan tidak cacat telah dipilih sebagai bakalan . Bakalan dipelihara dalam kandang secara terus menerus selama 3 bulan . Pakan yang diberikan adalah hijauan (Rumput gajah) sebanyak 30 kg/hari/ekor dan kosentrat yang terdiri dari GT 03 sebanyak 4 kg/hari/ekor dan ampas tahu sebanyak 2 kg/hari/ekor . Obat cacing (valbazen) dan vitamin diberikan terhadap semua ternak pada awal penggemukan . Hasil pengamatan selama 90 hari menunjukkan rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) mencapai 82,8 kg (0,92 kg/ekor/hari) . Penerapan kiat penggemukan sapi potong mampu memberikan pendapatan bersih sebesar Rp . 26.716 .000,- dengan nilai efisiensi sebesar 1,41
Kata kunci : Kiat, pengemukan, sapi potong
Tujuan pengamatan adalah untuk mengevaluasi penerapan kiat penggemukan dan kelayakannya dalam usaha penggemukan ternak sapi potong yang dilakukan di Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor.
MATERI DAN METODE Pengamatan terhadap penerapan kiat penggemukan dilakukan selama 3 bulan (Juni 1999 s/d Agustus 1999) di kandang Percobaan Rumimansia Besar, Balai Penelitian Ternak Ciawi .
Materi yang digunakan dalam pengamatan ini meliputi sapi bakalan bangsa PO jantan berumur 2 tahun, pakan hijauan (rumput raja), konsentrat komersial GT 03 (Tabel 1) dan ampas tahu, vitamin dan obat- obatan .
(Sumber : Indonesia Formula Feed)
Kiat penggemukan yang diterapkan di kandang percobaan ruminansia besar Ciawi adalah dengan cara kereman (dry lot fattening) meliputi pemilihan bakalan, penyediaan kandang, pemberian pakan (hijauan dan konsentrat), pemberian air minum, dan pengendalian penyakit .
Data yang diamati meliputi kiat penggemukan yang diterapkan, keragaan sapi dan analisa usaha . Pengamatan dilakukan setiap hari, data diolah dan
dianalisa secara deskriptip .
HASIL DAN PEMBAHASAN Kiat Penggemukan
Pemilihan Bakalan
Sapi bakalan yang digunakan adalah bangsa sapi yang memiliki potensi pertumbuhan yang cepat seperti Sapi Peranakan Ongole (PO), jenis kelamin jantan berumur 2 tahun dengan berat badan rata-rata 203 kg . Pemilihan jenis kelamin jantan didasarkan kepada hasil penelitian, dimana sapi-sapi jantan pertumbuhannya
lebih cepat dibanding betina. Disamping itu kondisi kesehatan dan postur tubuh juga diperhatikan dalam memilih sapi bakalan Sapi yang dipilih adalah sapi yang sehat dan tidak gemuk namun memiliki postur tubuh yang tinggi besar. Badan panjang dan tinggi
serta bentuk tubuh yang akan membentuk pantat dan paha supaya berisi . Dari samping sapi terlihat panjang dan rata sedangkan dari belakang terlihat lebar dan nampak berisi kalau sudah gemuk, bentuk mulut dan rahang kokoh . Sapi yang memiliki kelainan (cacat) terutama pada kaki, misalnya pincang tidak dipilih .
Produk akhir dari penggemukan adalah berupa daging yang diperoleh apabila ternak tersebut dipotong . Oleh karena itu
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
Tabel 1 . Komposisi konsentrat komersial (GT 03)
pemilihan sapi bakalan menjadi sangat penting dan menentukan hasil yang akan diperoleh .
Penyediaan kandang
Selama masa penggemukan sapi dipelihara di dalam kandang yang cukup kokoh, aman dan nyaman . Kondisi kandang yang tidak nyaman akan membuat sapi gelisah dan dapat menyebabkan kegagalan . Luas kandang disesuaikan dengan kebutuhan (3 m 2/ekor) . Lantai kandang dibuat agak miring sehingga air kencing cepat mengalir dan kotoran mudah dibersihkan . Tempat pakan dibuat sedemikian rupa sehinga memudahkan petugas dalam pelayanan pemberian pakan .
Pemberian pakan
Pakan yang diberikan terdiri atas hijauan dan konsentrat . Hijauan yang diberikan adalah rumput gajah sebanyak 30 kg/ekor/hari dalam bentuk segar dan telah terpotong-potong (chopped) . Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat komersial GT 03 . Pemberian konsentrat dilakukan secara gradual (bertahap) atau secara berturut-turut masing-masing sebanyak 2 kg/ekor/hari, 3 kg/ekor/hari dan 4 kg/ekor/hari pada 0 -30 hari, 31-60 hari dan 61-90 hari periode penggemukan . Ampas tahu diberikan dalam bentuk segar sebanyak 2 kg/ekor/hari pada 0-90 hari periode penggemukan . Jumlah pemberian pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan bahan kering untuk sapi potong yaitu sebesar 2,5-3% dari bobot badan (TILMAN et. al . 1983) .
Pemberian air minum
Pemberian air minum dilakukan setiap hari secara adlibitum (tak terbatas)
Nutrisi Kandungan (%) Bahan
Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum,
Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang kedelai,
Serat kasar 2 bunkil kelapa, vitamin dan mineral
Abu 8
Protein DD 12
TDN 68
karena air minum sangat diperlukan oleh ternak didalam memperlancar proses pencernaan . Kebutuhan air minum ternak sapi sebanyak 20-40 liter/ekor/hari .
Pengendalian penyakit
Pengendalian penyakit dilakukan melalui perawatan ternak, pemeliharaan kebersihan/sanitasi kandang dan lingkungan . Untuk meningkatkan nafsu makan ternak sapi diberi vitamin seperti hematovan/B12/B komplek sebanyak 10 cc/ekor . Obat-obatan yang diberikan adalah obat cacing (Valbazen) untuk mengendalikan penyakit cacingan pada sapi yang digemukan . Obat cacing diberikan pada saat awal ternak datang (mulai digemukan) . Antibiotik (Kaloxy) diberikan pada ternak yang terinfeksi bakteri (mencret, luka dll) .
Pengendalian penyakit pada ternak sapi yang digemukan perlu dilakukan selama periode penggemukan . Pertambahan bobot badan akan terganggu apabila ternak tersebut mengalami gangguan kesehatan .
Analisa Usaha Biaya produksi
Total biaya produksi selama 90 hari penggemukan sebesar Rp . 64 .744 .000 yang meliputi pembelian bakalan, pakan, vitamin, obat-obatan, tenaga kerja dan sewa kandang . Sapi bakalan merupakan komponen biaya terbesar (Rp . 45 .472 .000) diikuti oleh konsentrat Rp . 8 .640 .000 dan rumput gajah Rp . 6 .480 .000 . Komponen biaya lainnya
Keragaan Sapi
Pertambahan bobot badan
Sapi PO yang digemukan selama tiga bulan, sebanyak 16 ekor mencapai rata-rata bobot hidup hidup sebesar 285,80 kg dari rata-rata bobot awal sebesar 203,00 kg dengan pertambahan rata-rata bobot hidup sebesar 82,80 kg/90 hari atau 0,92 kg/ekor/hari . Hasil ini lebih tinggi dibanding kajian HENDAYANA dan YUSUF (2003) dimana pertambahan bobot hidup sapi PO hanya sebesar 64 kg/ekor/90 hari atau 0,71 kg/ekor/hari dalam periode penggemukan yang sama dengan pemberian starbio, hay rumput dan jerami disamping pakan penguat . Sementara HIDAYAT et. all (2005) melaporkan pertambahan bobot hidup harian dapat mencapai 0,80 kg/hari/ekor pada sapi PO yang diberi pakan jerami padi fermentasi dan dedak padi . Perbedaan ini erat kaitannya dengan adanya faktor genetik, kualitas maupun kuantitas pakan yang diberikan disamping faktor lingkungan lainnya .
KUSNADI, et . all (1992) melaporkan penggemukan tanpa pemberian konsentrat menghasilkan rata-rata pertambahan bobot badan sebesar 0,52 kg/ekor/hari pada sapi PO dan 0,40 kg/ekor/hari pada sapi turunan FH
Tabel 2 . Keragaan sapi Peranakan Ongole (PO) yang digemukan selama 3 bulan di Kandang Percobaan Balai Pcnelitian Ternak Ciawi .
vitamin, obat-obatan, sewa kandang dan tenaga keria relatip tidak terlalu besar . (Tabel 2) .
Nilai produksi
Nilai produksi ternak sapi sebesar Rp . 91 .460 .000 diperoleh dari penjualan 16 ekor sapi yang digemukan dengan total bobot hidup pada akhir penggemukan sebesar 4 .573 kg dengan harga bobot hidup sebesar Rp . 20 .000/kg . Nilai produksi dari
Parameter Hasil pengukuran
Rataan bobot hidup awal (kg/ekor) 203,00
Rataan bobot hidup akhir (kg/ekor) 285,80
Rataan Pertambahan bobot hidup (kg/ekor/90 hari) 82,80
Rataan Pertambahan bobot hidup (kg/ekor/hari) 0,92
Pertambahan bobot hidup (%/90 hari) 40,78
limbah kotoran ternak tidak diperhitungkan pada analisa ini . (Tabel 2) .
Pendapatan bersih
Pendapatan bersih sebesar Rp . 26 .716 .000, diperoleh dari penjualan ternak sapi sebesar Rp . 91 .460 .000 dikurangi dengan total masukan (biaya produksi) sebesar Rp . 64 .744 .000 . faktor-faktor yang menunjang terhadap besarnya penerimaan (nilai produksi) adalah pertambahan nilai jual sapi pada akhir penggemukan dan adanya selisih harga bobot hidup dimana harga bobot hidup sapi bakalan (sapi kurus)
Tabel 2 . Analisa Usaha Penggemukan sapi PO
KESIM PULAN
Penerapan kiat penggemukan sapi potong yang meliputi pemilihan bakalan, penyediaan kandang, pemberian pakan, pemberian air minum dan pengendalian penyakit, meningkatkan pertambahan bobot badan harian sebesar 0,92 kg/ekor/hari dengan keuntungan (pendapatan bersih) sebesar Rp . 26 .716 .000,- dan angka efisiensi sebesar 1,41 .
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006
sebesar Rp . 14 .000/kg sedangkan harga bobot hidup pada kondisi setelah penggemu- kan sebesar Rp . 20.000/kg . (Tabel 2) . Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha merupakan ratio nilai produksi sebesar Rp . 91 .460 .000 dibagi oleh biaya produksi sebesar Rp . 64 .744 .000 . Pada pengamatan ini diperoleh nilai yang efisiensi yang cukup tinggi atau sebesar
1,41 . Dilihat dari nilai efisiensi, penerapan kiat penggemukan ternak sapi potong cukup efisien dan menguntungkan . (Tabel 2) .
DAFTAR BACAAN
Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan . 2003 . Laporan Pembangunan Peternakan tahun 2002 . Departemen Pertanian . Jakarta . HENDAYANA, R . DAN YUSUF . 2003 . Kajian
Adopsi Teknologi Penggemukan Sapi Potong mendukung pengembangan agribisnis peternakan di Nusa Tenggara Timur . Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dean Veteriner . Pusat Penelitian dan
No Uraian Vol . Satuan
Nilai satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
I Biaya Produksi
- Sapi Bakalan 16 ekor 3 .248 kg 14 .000 45 .472 .000 - Pakan
- Rumput Gajah 16 x 30 x 90 43 .200 Kg 150 6 .480 .000
- Konsentrat GT 03 4 .320 Kg 2000 8 .640 .000
- Ampas tahu 2 .880 Kg 200 576 .000
- Vitamin 96 Cc 1000 96 .000
- Obat-obatan
- Obat cacing (valbazen) 4 Lt 30 .000 120 .000
- Kaloxy 2 Btl 60000 120 .000
- Tenaga Kerja (HOK) 180 HOK 10 .000 1 .800.000
Sewa kandang (ekor/hari) 1 .440 Hari ekor 1 .000 1 .440.000
Total 64.744 .000
11 Nilai Produksi
Penjualan sapi 4 .573 Kg 20 .000 91 .460 .000
III Pendapatan bersih 26 .716 .000
IV R/C ratio 1,41
Usaha penggemukan sapi potong dataran tinggi Wonosobo . Pertemuan pengolahan dan komunikasi hasil- hasil penelitian Balitnak Ciawi . 22-23 Januari . 1992, Cisarua Bogor.
PUTU, I .G . , K . DIWYANTO, P . SITEPU DAN T .D . SOEDJANA, 1997 . Ketersediaan dan Kebutuhan Teknologi Produksi Sapi Potong . Prosiding Seminar Nasional Pcternakan dan Veteriner . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian .
SABRANI, M . , M . WINUGROHO, A . THALIB, K . DIWYANTO DAN Y . SAEPUDIN . 1994 . Teknologi Pengembangan Sapi Sumha Ongole . Balai Penelitian Ternak . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian .
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungstonal Pertanian 2006
Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Bengkulu .
TILMAN, A .D . , H . HANADI, S .
REKSOHADIPROJO, S .
PRAWIROKUSUMO, S . LEBDOSUKOYO.
1983 . Ilmu Makanan Ternak Dasar . Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada . Gadjah Mada University Press . Yogyakarta . Pengembangan Peternakan . 29-30
September 2003 .
SIREGAR, A . R . DAN CHALID THALIB . 1992 . Gelar Teknologi Penggemukan Sapi di Sulawesi Tengah . Prosiding Gelar Teknologi Program Keterkaitan Penelitian -Penyuluhan . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
HIDAYAT DAN R . DENI PIJRNAMA, 2005 . Pemanfaatan jerami padi fermentasi ( .IPF) sebagai pakan penggemukan sapi PO di Kecamatan Banyu Resmi Kabupaten Garut . Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan .
SITORUS, MARUDIN . 1992 . Teknologi penggemukan sapi dan tatalaksana kandang. Teknologi komoditas utama di Propinsi Bengkulu . Prosiding Perakitan Teknologi Program Keterkaitan Penelitian-Penyuluhan . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Kantor MORAN, J .B . 1978 . Perbandingan
performance jenis sapi daging di Indonesia .
Ruminansia . KUSNADI, U . , WINUGROHO,
Proc . Seminar
M . U . 1992 . M .
S .
SABRANI, ISKANDAR, SUGANDI . NUSCHATI, DAN D .