• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

5

A. Landasan Teori

1. Akuntansi Syariah

a. Pengertian akuntansi syariah

Akuntansi Syariah dapat diartikan sebagai proses akuntansi untuk transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Akuntansi syariah penting karena sebagai tuntutan pelaksanaan syariah dan untuk memenuhi kebutuhan akibat dari transaksi syariah yang terus berkembang pesat (Nurhayati & Wasilah, 2015, p.2).

b. Asas Transaksi Syariah

Dalam melaksanakan transaksi syariah, suatu entitas diharapkan menerapkan beberapa prinsip. yaitu prinsip persaudaraan (ukhuwah), keadilan (‘adalah), kemashlahatan (maslahah), keseimbangan (tawazun) dan universalisme (syumuliah).

Esensi dari prinsip persaudaraan adalah nilai universal yang bertujuan untuk menata interaksi sosial dan harmonisasi antar pihak dan manfaat secara umum dengan semangat saling tolong menolong. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai sharing economics bersama-sama dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mengambil keuntungan diatas kerugian orang lain.

Esensi prinsip keadilan adalah menempatkan sesuatu pada

tempatnya dan memberikan sesuatu kepada yang berhak serta

(2)

memperlakukan sesuatu sesuai dengan posisinya. Implementasi prinsip keadilan dalam kegiatan usaha yaitu dengan menerapkan prinsip muamalah yang melarang adanya riba, kezaliman, maysir, gharar dan haram.

Esensi prinsip kemaslahatan adalah segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.

Prinsip keseimbangan esensinya terdiri dari keseimbangan antara aspek spiritual dan material, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan rill, aspek bisnis dan sosial dan aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah bukan hanya berfokus pada mendapatkan keuntungan untuk kepentingan pemilik (share holder) tetapi manfaat transaksi syariah diharapkan dapat dirasakan semua pihak akibat dari adanya suatu kegiatan ekonomi

Prinsip universalisme esensinya adalah transaksi syariah dapat dilakukan oleh semua ras, suku, golongan, agama, dengan semangat rahmatan lil alamin (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016, pp.4 - 5)

c. Asumsi dasar

Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan syariah disusun atas dasar dua asumsi yaitu dasar akrual dan kelangsungan usaha 1) Dasar Akrual

Dasar akrual berarti transaksi atau suatu peristwa diakui

pada saat terjadinya, bukan pada saat menerima atau

mengeluarkan kas. Serta dilaporkan pada laporan keuangan

periode bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas

dasar akrual tidak hanya memberikan informasi masa lalu yang

melibatkan penerimaan dan pengeluaran kas, tetapi juga berisi

informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas di masa

(3)

depan. Oleh karena itu laporan keuangan dapat digunakan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi.

Dalam menghitung pendapatan untuk tujuan bagi hasil usaha yang digunakan adalah dasar kas. Bagi hasil atau pendapatan yang dimaksud adalah keuntungan bruto (Gross Profit).

2) Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan syariah disusun atas dasar kelangsungan usaha, entitas syariah berasumsi akan melanjutkan usahanya di masa depan, tidak bermaksud untuk melikuidasi usahanya atau mengurangimaterial skala usahanya.

Jika keinginan itu timbul maka laporan keuangan mungkin akan disusun dengan dasar yang berbeda (Mutahher, 2012, pp.27 - 28).

d. Unsur-unsur laporan keuangan

Unsur-unsur laporan keuangan entitas syariah meliputi:

1) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan material:

a) Laporan posisi keuangan

b) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain c) Laporan arus kas

d) Laporan perubahan ekuitas

2) Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial:

a) Laporan sumber dan penyaluran dana zakat b) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

3) Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan

kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut

(Ikatan Akuntan Indonesia, 2016, p.12).

(4)

Berikut ini adalah laporan sumber dan penyaluran dana zakat Bank Syariah yang terdapat dalam PSAK 101 Lampiran A

BANK SYARIAH ABC

LAPORAN SUMBER DAN PENYALURAN DANA ZAKAT Periode yang berakhir pada 31 Desember 20X1

SUMBER DANA ZAKAT

Zakat dari internal bank syariah xxx

Zakat dari eksternal bank syariah xxx

Jumlah xxx

PENYALURAN DANA ZAKAT

KEPADA ENTITAS PENGELOLA ZAKAT (xxx)

KENAIKAN xxx

SALDO AWAL xxx

SALDO AKHIR xxx

(Ikatan Akuntan Indonesia, 2016, p.101.32)

2. Pengertian Zakat

Secara etimologi zakat artinya berkembang, bertambah, banyak dan berkah. Zakat juga bermakna mensucikan, yaitu mensucikan harta dan jiwa orang yang menunaikannya. Sedangkan menurut syariat, zakat adalah pengambilan harta dan kemudian menyerahkan kepada orang- orang dengan cara tertentu. (El-Madani, 2013, pp.13 - 14)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Zakat adalah harta yang wajib

dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha kepada orang-orang

yang mebutuhkan sesuai dengan ketentuan syariat. Zakat dapat

(5)

didayagunakan untuk kegiatan produktif yang bertujuan untuk penanganan fakir miskin dan meningkatkan kualitas hidup umat (Republik Indonesia, 2011, p.6).

Secara garis besar zakat terbagi menjadi dua macam yaitu zakat fitrah (zakat jiwa) dan zakat mal (harta/kekayaan). Zakat fitrah adalah pengeluaran wajib bagi setiap muslim yang memiliki kelebihan makanan pada saat idul fitri. Oleh karenanya bayi yang lahir pada akhir bulan ramadhan sebelum matahari terbenam wajib dikeluarkan zakat fitrahnya. Zakat mal adalah zakat yang dikenakan pada harta sesorang untuk diberikan kepada orang tertentu, jumlah minimal tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu (Fakhruddin, 2008, p.40).

3. Kondisi Zakat Kekayaan

Berdasarkan buku yang ditulis oleh Yusuf Qardhawi banyak terdapat informasi mengenai zakat kekayaan yang relevan dengan kondisi sekarang. Berikut kondisi suatu kekayaan yang wajib dan tidak wajib dibayarkan zakatnya.

a. Wajib zakat

1) Kekayaan yang tumbuh

Kekayaan harus benar-benar tumbuh atau memiliki potensi untuk tumbuh. Pertumbuhan berarti sesuatu yang memberi keuntungan bagi pemilik. Kekayaan ini dapat menjadi objek zakat.

2) Dana pensiun karyawan

Zakat untuk dana pensiun tergantung dari kondisinya. Jika karyawan sudah berhenti bekerja atau sudah menerima dana pensiun tersebut maka dana tersebut bisa menjadi objek zakat.

b. Tidak wajib zakat

1) Aset yang tidak memiliki pemilik tertentu

(6)

Kekayaan seperti ini tidak bisa dijadikan objek zakat karena kekayaan ini untuk kepentingan masyarakat, contohnya seperti pajak.

2) Properti dalam kepercayaan publik

Orang miskin, masjid, anak yatim, sekolah tidak dapat ditagih zakat karena tidak ada artinya jika memaksakan zakat pada kekayaan ini untuk kepentingan fakir miskin. Terdapat dua alasan tidak dapat ditagih zakatnya yaitu kepemilikannya tidak lengkap dan mereka tidak wajib dizakati tetapi lebih sebagai penerima zakat.

3) Kekayaan yang diperoleh dengan melanggar hukum

Para ahli menyatakan bahwa kekayaan hasil dari kejahatan tidak dapat ditagih zakat karena semua kekayaan tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya atau kepada ahli warisnya dan jika tidak ada ahli warisnya, maka kekayaan tersebut diberikan kepada orang miskin atau orang yang membutuhkan.

4) Zakat pada hutang

Hutang tidak dapat dijadikan objek zakat, para ahli menyetujui hal tersebut karena debitur tidak memiliki kekayaan itu sedangkan kreditur tidak memiliki kendali atas kekayaan itu.

5) Dana pensiun karyawan

Zakat untuk dana pensiun tergantung dari kondisinya. Jika

karyawan masih dalam masa kerja dan belum memiliki kuasa

pada dana tersebut maka karyawan tidak perlu membayarkan

zakatnya (Al-Qardawi, n.d., pp.57 - 59).

(7)

4. Kekayaan wajib zakat

Menurut Yusuf Al-Qardawi terdapat beberapa jenis kekayaan yang dapat dipungut zakatnya, yaitu:

a. Zakat untuk ternak.

1) Nisab

Nisab binatang ternak adalah lima unta berdasarkan kesepakatan umat Islam selama berabad-abad. Tidak ada zakat wajib untuk apapun di bawah lima unta, nisab untuk domba adalah empat puluh domba. Nisab untuk sapi bervariasi dari lima hingga tiga puluh dua hingga lima puluh ekor.

2) Berlalu satu tahun

3) Hewan ternak harus digembalakan secara alami

4) Hewan ternak yang bisa dizakati bukan hewan yang dipekerjakan. (Al-Qardawi, n.d., p.82).

b. Zakat emas dan perak

Emas dan perak dapat digunakan sebagai uang suatu negara dan sebagai perhiasan. Karena adanya perbedaan dalam menggunakan emas dan perak ini, maka ketentuan zakatnya juga berbeda.

1) Emas dan perak sebagai uang

Pada zaman Rasulullah SAW emas dan perak digunakan

sebagai uang. Emas digunkan untuk dinar dan perak digunakan

untuk dirham. Emas dan perak menjadi subjek dalam syariah

yang dapat digunakan untuk transaksi yang berkaitan dengan

masalah sipil dan komersial, selain itu emas dan perak dapat

digunakan sebagai langkah dalam menentukan nilai, seperti

mas kawin, tebusan dan nisab dalam zakat. ijma muslim

seluruh generasi sepakat bahwa mata uang emas dan perak

dapat dipungut zakatnya.

(8)

Nisab perak adalah lima uqqiyah, uqiyyah sama dengan 40 dirham menurut banyak teks dan ijma. Dengan demikian, lima uqiyyah sama dengan 200 dirham atau 595 gram. Terdapat perdebatan dalam penentuan nisab emas, namun mayoritas ulama berpendapat bahwa nisab emas adalah 20 dinar atau sama dengan 85 gram emas murni. pemiliknya tidak wajib berzakat jika kekayaannya dibawah dari nisab tersebut karena pemiliknya tidak dianggap kaya. (Al-Qardawi, n.d., p.126)

Saat ini penggunaan uang berbahan dasar emas dan perak jarang ditemukan, kebanyakan negara mengunakan kertas sebagai bahan dasar uang, berikut beberapa pendapat mazhab tentang zakat pada uang kertas.

a) Mazhab Syafi’i

Mazhab syafi'i menganggap uang kertas sebagai wesel yang mewakili hutang bank penerbit. sejak bank sepenuhnya mampu membayar dan aturan zakat pada hutang berlaku. Oleh karenanya mazhab ini menyatakan uang kertas dapat ditagih zakatnya.

b) Mazhab Hanafi

Mazhab hanafi menganggap uang kertas sebagai klaim di bank yang beredar di antara individu dan dapat ditagih zakatnya.

c) Mazhab Maliki

Mazhab maliki menganggap uang kertas ini adalah alat tukar dan dapat mewakili emas dan perak. Uang kertas dapat dikonversi menjadi logam sesuai permintaan.

Mereka bisa ditagih zakatnya.

d) Mazhab Hambali

(9)

Mazhab hambali menganggap mata uang kertas tidak dapat ditagih zakatnya sampai dikonversi menjadi emas atau perak dan kemudian syarat zakat dari emas dan perak berlaku.

Mata uang kertas sekarang menjadi tulang punggung transaksi.

Mata uang kertas diterbitkan dan dijamin oleh negara merupakan ukuran dari nilai saat ini dan masa depan. Uang kertas digunakan untuk melakukan semua kegiatan dan fungsi moneter emas dan perak. Logam mulia memiliki nilai sendiri, yang kadang berbeda dari nilai moneter, nilai yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan untuk dua logam ini, hanya dengan alasan industri dan nilai komersial.

Uang harus dimiliki selama satu tahun, zakat pada uang ini merupakan kewajiban tahunan dan tidak bisa dikenakan pada interval yang lebih pendek (Al-Qardawi, n.d., pp.133 - 134).

Tarif zakat uang yang wajib dibayarkan adalah 1/40 (2,5%) jika menggunakan penanggalan hijriah. Adapun jika menggunakan penanggalan masehi maka tarifnya adalah sebesar 2,575% (Kurnia

& Hidayat, 2008, p.187).

2) Emas dan perak sebagai perhiasan

Perhiasan yang terbuat dari emas dan perak disimpan sebagai harta dan merupakan salah satu komponen dari kekayaan seseorang, dapat ditagih zakatnya. Sama seperti jika itu disimpan dalam bentuk batang atau koin. Perhiasan diperoleh untuk penggunaan pribadi sebagai ornamen seperti dekorasi rumah, peralatan dapat ditagih zakatnya.

Emas dan perak yang dimiliki untuk digunakan sebagai

perhiasan oleh wanita tanpa berlebihan dan penggunaan cincin

perak oleh pria, tidak dapat ditagih zakat. Karena tidak

(10)

ditujukan untuk mencari keuntungan. Tetapi perhiasan yang digunakan secara berlebihan meski oleh wanita dapat ditagih zakatnya. (Al-Qardawi, n.d., p.149)

c. Zakat atas aset komersial.

Allah mengizinkan umat Islam untuk terlibat dalam bisnis untuk mendapatkan keuntungan, asalkan tidak terlibat dalam perdagangan yang dilarang dalam islam dan tetap menerapkan nilai- nilai etika saat bertransaksi seperti kejujuran, kebenaran dan kebaikan. Kemudian keterlibatan bisnis tidak boleh menjadi penghalang untuk mengingat Allah seperti menunaikan kewajiban spiritual.

Mempraktikan bisnis adalah hal yang diizinkan Allah, maka normal bahwa Islam menetapkan zakat pada aset yang diinvestasikan dalam bisnis dan perdagangan serta pada pendapatan yang diperoleh. Sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan atas karunia-Nya dengan memperhatikan hamba-Nya yang membutuhkan (Al-Qardawi, n.d., p.161).

Ibn Rushd menyebutkan bahwa aset perdagangan adalah kekayaan yang dimaksudkan untuk pertumbuhan, seperti bentuk kekayaan yang disepakati dianggap dapat ditagih zakatnya, yaitu:

produk pertanian, ternak dan emas dan perak. Dengan demikian

analogi ini jelas dan sesuai. Alasan yang mendukung premis ini,

aset perdagangan seperti aset moneter. Mereka dapat ditukar, dinilai

dan disiapkan untuk investasi dan pertumbuhan. jika zakat tidak

dikenakan pada aset perdagangan, orang kaya akan selalu menjaga

kekayaan mereka dalam bentuk barang dagangan dan inventaris dan

menghindari menyimpan uang tunai, untuk menghindari

pembayaran zakat. Wajar jika pengusaha menyimpan sedikit uang

(11)

karena sebagian besar transaksi bisnis terjadi melalui kredit atau melalui transfer bank dan cek (Al-Qardawi, n.d., p.164)

Dalam menentukan aset perdagangan dapat diambil dari salah satu dari tiga bentuk berikut:

1) Persediaan barang dagangan untuk dijual 2) Uang tunai atau uang di bank

3) Piutang dan utang (Al-Qardawi, n.d., p.168)

Kemudian ditambahkan dengan apa yang dimilikinya, baik itu modal, laba, tabungan, setelah itu membayar 2,5% dari total.

d. Zakat di bidang pertanian.

Terdapat beberapa pandangan mengenai zakat pada bidang pertanian, yaitu:

1) Pandangan bahwa zakat hanya diwajibkan pada empat item makanan, yaitu: gandum (terigu), gandum (sereal), kurma, kismis.

2) Pandangan bahwa zakat pertanian dapat dikenakan pada barang-barang yang bisa dimakan

3) Pandangan bahwa tanaman yang tidak mudah busuk yang dapat dikeringkan dan diukur dapat ditagih zakatnya

4) Pandangan bahwa segala sesuatu yang berasal dari tanah dapat dizakatkan (Al-Qardawi, n.d., pp.178 - 180)

Nisab untuk zakat barang pertanian adalah 5 wasaq. Pada zaman Rasulullah SAW, 1 wasaq sama dengan 60 Sha’. Menurut Dairatul Maarif Islamiyah 1 Sha’ sama dengan 3 liter, Jadi 5 wasaq

= 60 x 3 x 5 = 900 liter atau jika diubah ke ukuran kilogram menjadi 653 kg.

Ukuran zakat barang pertanian adalah 1/10 (10%) dan 1/20

(5%). Jika pengairan lahan pertanian menggunakan air hujan atau

mata air maka menggunakan 1/10 (10%). namun jika pengairannya

(12)

menggunakan air sendiri maka menggunakan 1/20 (5%) (Fakhruddin, 2008, p.97).

e. Zakat madu dan produk hewani.

Yusuf Qardhawi berpendapat madu seperti tanaman lainnya yang diproduksi untuk mendapatkan keuntungan, oleh karena itu madu dapat ditagih zakatnya.

Tarif zakat untuk madu adalah 10% dari pendapatan yang telah dikurangi biaya produksi. Nisab madu dapat diperlakukan dengan analogi, tarif zakat untuk madu sama dengan tarif barang pertanian (10%), nisabnya juga sama yaitu 5 wasaq.

Saat ini banyak industri berputar di sekitar produk hewani seperti susu, sutra, telur dan daging. Sebagian besar industri ini bukan bisnis skala besar pada zaman Nabi SAW, para sahabat dan ulama besar. Oleh karena itu zakat untuk industri ini tidak dapat diketahui secara jelas. tetapi, zakat pada industri ini dapat diketahui dengan mengutip pendapat para ahli hukum yang menetapkan zakat pada madu dan untuk membebaskan zakat pada susu dari hewan yang digembalakan. Madu dan susu sama-sama berasal dari hewan, yang membedakannya adalah hewan tersebut merupakan hewan yang wajib dibayarkan zakatnya atau tidak (Al-Qardawi, n.d., p.217)

Terdapat sebagian ahli fikih yang berpendapat bahwa tarif zakat madu sebesar 2,5% dari penghasilan bersih. Sebagaimana zakat tunai lainnya (Kurnia & Hidayat, 2008, p.237).

f. Zakat mineral dan produk laut

Manusia memerlukan mineral untuk kehidupan sehari-hari.

Seperti halnya zakat untuk pertanian yang wajib zakat, mineral juga

wajib zakat karena sama-sama berasal dari bumi.

(13)

Terdapat perbedaan tarif zakat untuk mineral, perbedaan penentuan tarif ini disebabkan adanya perbedaan biaya ekstraksi mineral. Jika biaya ekstraksi tinggi, maka tarif zakat yang dikenakan adalah 2,5%, namun jika biaya ekstraksi rendah, maka tarif zakat yang dikenakan adalah 20%. Nisab mineral sama dengan nisab yang diberlakukan pada emas dan perak. Tetapi tidak perlu dimiliki selama satu tahun (Al-Qardawi, n.d., p.228)

Abu 'Ubaid melaporkan dari Yunus bin' Ubaid, "'Umar bin' Abd al 'Aziz menulis kepada gubernurnya' Oman, 'Jangan mengambil apa pun dari ikan sampai mencapai dua ratus dirham yang nilainya mirip dengan nisab uang. Setelah menjadi dua ratus dirham, ambil zakat darinya. " (Al-Qardawi, n.d., p.232)

g. Zakat untuk aset yang dieksploitasi atau disewakan

Menurut Yusuf Al-Qardawi, Perbedaan antara aset yang digunakan untuk eksploitasi dan yang digunakan untuk perdagangan adalah bahwa yang pertama sebagai modal permanen, sementara yang kedua berpindah tangan. Aset yang dieksploitasi yang digunakan dalam sektor industri, transportasi dan jasa, mewakili sebagian besar dari ekonomi kontemporer (Al-Qardawi, n.d., p.256).

Nisab yang digunakan pada aset yang dieksploitasi adalah

nisab uang, selama pendapatan yang diterima dari aset ini berupa

uang. Pendapatan yang digunakan yaitu pedapatan sewa selama satu

tahun dan pendapatan tersebut sudah diterima (Al-Qardawi, n.d.,

p.244). Kemudian, tarif zakat aset yang disewakan adalah 2,5% dari

pendapatan sewa stelah dikurangi dengan pajak, upah, utang dan

biaya pemeliharaan (The Zakat Foundation of America, 2007,

p.44).

(14)

Menurut Dr. Main Al-Qudah, Investasi jangka panjang dalam bentuk saham dapat dikategorikan dalam aset yang dieksploitasi.

Kadar zakatnya adalah 2,5% dari laba atau pendapatan (Al-Qudah, n.d., p.33).

h. Zakat gaji, upah dan pendapatan profesional.

Yusuf Al-Qardhawi berpendapat bahwa sangat penting untuk menetapkan aturan yang kuat tentang zakat gaji, upah dan pendapatan profesional karena pendapatan yang diperoleh adalah kategori utama kekayaan di zaman sekarang. Pendapatan yang diperoleh mungkin hanya peningkatan dalam aset zakat, seperti keuntungan dari aset perdagangan atau peningkatan jumlah sapi atau domba. Kenaikan ini ditambahkan ke pokok dan menjadi subjek zakat pada akhir tahun fiskal pokok tersebut. Di sisi lain, pendapatan yang diperoleh mungkin merupakan nilai yang diperoleh dari aset yang sudah ditunaikan zakatnya, seperti tanaman yang dijual setelah zakat dibayarkan. Penghasilan yang diperoleh ini tidak dikenakan zakat sampai satu tahun berlalu, untuk menghindari duplikasi.

Al Ghazali menentukan nisab zakat penghasilan setara dengan nisab biji-bijian dan buah-buahan (produk pertanian). Tetapi nisab zakat penghasilan juga dapat diambil dari nisab uang, yaitu 200 dirham perak, 20 dinar emas atau setara dengan itu 85 gram emas karena penghasilan yang diperoleh biasanya dibayarkan dan dihitung dalam bentuk uang. Dan tarif zakatnya adalah 2,5% (Al- Qardawi, n.d., pp.264 - 265).

Dalam menentukan kewajiban zakat profesi, BAZNAS

mengacu pada UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

Pasal 4 ayat 2 huruf h (Pendapatan dan Jasa) dan Peraturan Menteri

Agama (PMA) No. 52 tahun 2014 tentang Syariat dan Tata Cara

(15)

Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif. Dalam penentuan nisab dan kadar zakat profesi, BAZNAS memberikan tiga alternatif, yaitu:

1) Zakat profesi dianalogikan dengan zakat emas-perak dan zakat perdagangan

2) Zakat profesi dianalogikan dengan zakat pertanian

3) Zakat profesi dianalogikan dengan kedua zakat di atas (qiyas syabah) yaitu nishab disamakan dengan zakat pertanian dan kadar disamakan dengan zakat emas dan perak (BAZNAS, 2017)

.

Beberapa ulama kontemporer menolak adanya zakat profesi.

Pihak yang menolak umumnya adalah ulama Arab Saudi, alasan mereka menolak adalah tidak adanya konsistensi dalam menganalogikan zakat profesi karena terdapat pendapat yang menyatakan jika nishab zakat profesi dianalogikan dengan zakat pertanian dan kadarnya dianalogikan dengan zakat emas dan perak.

Kemudian alasan lain tidak menyetujui adanya zakat profesi yaitu:

a. Zakat adalah ibadah Mahdhah

b. Tidak ada nash dari Al-Quran dan As-Sunnah

c. Tidak pernah ada sepanjang 14 abad (Trigiyatno, 2016, pp.144 - 145).

i. Zakat pada saham dan obligasi

Dalam syariah islam, tidak semua saham wajib dibayarkan zakatnya, penentuaan ini berdasarkan sifat kegiatan ekonomi suatu perusahaan. Saham perusahaan industri murni yang tidak mempraktikkan kegiatan perdagangan apa pun, seperti hotel, iklan, transportasi umum, pengiriman dan industri maskapai penerbangan.

Saham perusahaan ini tidak perlu ditunaikan zakatnya karena

kegiatan ekonomi perusahaan ini bukan perdagangan. Namun,

(16)

dividen yang dibagikan pada saham-saham ini ditambahkan ke aset lain dari para pemegang saham dan dapat ditagih pada akhir tahun, menurut aturan zakat.

Saham perusahaan yang dapat ditagih zakatnya adalah perusahaan dagang karena kegitan ekonominya berupa pembelian dan penjualan komoditas, seperti impor / ekspor dealer dan perdagangan ritel, bersama dengan perusahaan yang memiliki campuran perdagangan dan industri, seperti perusahaan yang mengolah bahan baku atau perusahaan yang membeli barang dari tempat lain, kemudian menjual produk akhir mereka, dapat dikenakan zakat. Dengan demikian, kriteria untuk zakatabilitas saham adalah tergantung pada penggunaan asetnya. Saham dievaluasi pada nilai sekarang. Pengurangan dilakukan untuk persentase modal yang digunakan dalam bangunan, mesin dan peralatan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan ini. Setelah dikurangi persentase ini dari nilai sekarang saham, nilai saham tersebut bisa dikenakan zakat (Al-Qardawi, n.d., p.270).

Berbeda dengan pendapat Yusuf Al-Qardhawi yang kecenderungan menyatakan perusahaan bertanggung jawab untuk membayar zakat saham. Tanggung jawab membayar zakat juga dapat diwajibkan kepada pemegang saham jika perusahaan tidak membayar zakat. kemudian, mengenai metode perhitungan zakat atas saham adalah 2,5% sesuai dengan harga saat ini pada akhir jangka waktu zakat yang ditransaksikan (Abdullah, 2018, p.37).

Obligasi merupakan bentuk hutang spesifik yang memiliki

jaminan hukum. selain bunga yang mereka peroleh, harus dapat

ditagih zakatnya setiap tahun. Fakta bahwa bunga dilarang bukan

menjadi alasan untuk membebaskan ikatan-ikatan ini dari zakat

(17)

karena seseorang yang melakukan hal yang dilarang tidak boleh diberi hak istimewa (Al-Qardawi, n.d., p.271)

5. Zakat Perusahaan

Zakat perusahaan diharapkan dapat menjadi pemicu pertumbuhan dan distribusi ekonomi yang semakin baik, hal ini tentu saja harus disertai dengan pengelolaan zakat yang tepat dan benar (Nasir, 2015, p.4).

Terdapat beberapa landasan hukum yang dapat dijadikan rujukan berkenaan dengan zakat perusahaan adalah firman Allah Swt., “Hai, orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu ....” (Q.s. al-Baqarah: 267) (Hadi, 2016, p.233). Kemudian Allah SWT berfirman dalam Surah At-taubah ayat 103 “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui (Fakhruddin, 2008, p.145).

Sementara itu, landasan hukum zakat perusahaan yang berasal dari hadits adalah hadits riwayat Imam Bukhari (1450 dan 1451) dari Anas bin Malik bahwa Abu Bakar telah menulis surat yang berisikan kewajiban zakat yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW kepadanya yang berisikan pendapat tentang zakat: “Janganlah digabungkan sesuatu yang terpisah dan jangan pula dipisahkan sesuatu yang tergabung (berserikat) karena takut mengeluarkan zakat. Dan apa apa yang telah digabungkan dari dua orang yang telah berserikat (berkongsi), maka keduanya harus dikembalikan (diperlakukan) secara sama” (H.R.

Bukhari) Hadits tersebut pada awalnya hanya berkaitan dengan

perkongsian hewan ternak. Tetapi para ulama mengaplikasikannya

(18)

sebagai qiyas (analogi) untuk perkongsian atau persekutuan (Nasir, 2015, p.39).

Zakat perusahaan dimulai dengan prakarsa para ulama, pengusaha dan manajer muslim modern untuk mengeluarkan zakat perusahaan.

Karena zakat perusahaan adalah sebuah fenomena baru. Boleh jadi, konsep ini mengikuti konsep pajak, yang membedakan antara pajak perseorangan (individual tax) dan pajak perusahaan (corporate tax) (Hadi, 2016, p.233).

6. Perhitungan Zakat Perusahaan

AAOIFI (The Accounting Auditing and Auditing Organization for Islamic Financial Institution) telah merumuskan dua pendekatan untuk menghitung zakat perusahaan untuk lembaga keuangan, pendekatan ini nantinya akan memberikan hasil yang sama asalkan diklasifikasikan dengan tepat (Adnan & Bakar, 2009, p.36). berikut adalah dua pendekatan untuk menghitung zakat perusahaan:

a. Metode Aktiva Bersih (Net Asset)

Zakat yang wajib ditunaikan = [(Kas dan setara kas + piutang bersih + aktiva yang diperdagangkan + pembiayaan (mudharabah, musyarakah, salam, istishna) – (Utang lancar + modal investasi tak terbatas + penyertaan minoritas + penyertaan pemerintah + endowment + penyertaan lembaga sosial + lembaga nonprofit)]

b. Metode Dana Investasi Bersih (Net Invested Funds)

Zakat yang wajib ditunaikan = [(Modal disetor (tambahan modal) + cadangan + cadangan yang tidak dikurangi aktiva + laba ditahan + laba bersih + utang jangka panjang) - (Aktiva tetap + investasi yang tidak diperdagangkan + kerugian)] (Fakhruddin, 2008, p.150).

FAS (Financial Accounting Standards) No 9 merumuskan tarif

zakat perusahaan yaitu sebesar 2,5% bagi yang menggunakan kalender

(19)

islam dan lunar dan 2,5775% bagi yang menggunakan kalender masehi.

Perbedaan persentase ini sebagai kompensasi karena adanya perbedaan jumlah hari pada kalender-kalender tersebut (Bakar, n.d., p.79).

Menurut FAS paragraf 5 merekomendasikan zakat diperlakukan sebagai beban non-operasional dan dapat mengurangi laba bersih perusahaan. kemudian, pada FAS paragraf 9 merekomendasikan bahwa zakat yang tidak dibayar harus diperlakukan sebagai liabilitas (Bakar, n.d., p.80)

Terdapat sumber lain yang berpendapat bahwa perlakuan akuntansi zakat sebagai beban kurang tepat, hal ini karena zakat bebeda dalam hal konsep dan implikasinya dengan beban atau pengeluaran yang lain (Adnan & Bakar, 2009, pp.38 - 39). Pembayaran zakat memiliki tujuan khusus yaitu diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya. dari tujuan khusus tersebut kategori yang mendekati pembayaran zakat adalah dividen karena dividen tidak dianggap sebagai beban non- operasional perusahaan (Adnan & Bakar, 2009, p.40)

Sementara itu, MASB TR i-1 merekomendasikan perhitungan zakat perusahaan melalui dua metode yaitu adjusted working capital method yaitu berdasarkan aset lancar bersih dan adjusted growth method yaitu berdasarkan ekuitas/modal pemilik dan kewajiban jangka panjang kemudian dikurangi dengan aset tetap dan aset tidak lancar. Sebelum menghitung zakat menggunakan metode-metode tersebut, dasar perhitungan zakat harus disesuaikan terlebih dahulu, Aset yang wajib ditunaikan zakatnya tidak boleh dimasukan ke dalam perhitungan.

Penggunaan metode ini harus konsisten setiap periodenya walaupun

kedua metode ini akan menghasilkan hasil yang sama (Adnan & Bakar,

2009, p.36). kemudian sebagaimana telah ditetapkan oleh Dewan Fatwa

Nasional Malaysia, tarif zakat perusahaan adalah 2,5% dari basis zakat

(Malaysian Accounting Standar Board, 2006, p.8).

(20)

Dalam Technical Release i-1 zakat diakui sebagai beban dan sebagai pengurang dari laba bersih dalam laporan laba rugi entitas.

Perlakuan ini sesuai karena mencerminkan pelepasan kewajiban keuangan entitas (Malaysian Accounting Standar Board, 2006, p.15).

BAZNAS merumuskan zakat perusahaan dengan menggunakan pendapat Abu Ubaid, perhitungan zakat perusahaan didasarkan pada laporan keuangan (neraca) perusahaan, yaitu aset lancar (selain sarana dan prasarana) ditambah keuntungan dikurangi pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% (Badan Amil Zakat Nasional, n.d.).

SOCPA (Saudi Organization of Certified Public Accountants) memberikan informasi mengenai akuntansi zakat yang termuat dalam Accounting Standard for Zakat (AS-013) yang didalamnya berisi informasi mengenai panduan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian dan pengungkapan zakat prusahaan (Obaidullah, 2016, p.10).

Menurut hukum di Arab Saudi, semua badan usaha harus mendaftar ke Departemen Zakat dan Pajak Penghasilan (DZIT) di bawah Kementerian Keuangan. Zakat perusahaan dihitung berdasarkan kekayaan bersih badan yaitu 2,5 persen dari basis zakat (modal, laba ditahan, cadangan tertentu dan laba bersih tetapi tidak termasuk aset tetap). Kemudian, untuk persyaratan lainnya yaitu kekayaan harus memenuhi nisab dan kepemilikan lebih dari satu tahun lunar (Haul).

Dengan demikian dasar pengenaan zakat sama dengan modal kerja bersih yang disesuaikan (Obaidullah, 2016, p.7).

Hukum di Kuwait yaitu yang tercantum pada Law No. 46 (2006) tentang zakat dan kontribusi perusahaan dalam anggaran negara. Dalam peraturan ini zakat dan pajak penghasilan diatur secara bersamaan.

Menurut Pasal 1, perusahaan harus membayar 1% dari laba bersih

tahunan mereka kepada negara (Obaidullah, 2016, p.7).

(21)

Perusahaan memiliki hak untuk mengalokasikan jumlah ke Kuwait Zakat House atau sebagai kontribusi terhadap anggaran pemerintah dan dialokasikan untuk sektor publik tertentu seperti layanan kesehatan.

Semua perusahaan yang terkena zakat di Kuwait diharuskan untuk menyerahkan pernyataan yang diaudit oleh salah satu kantor akuntan publik yang disetujui oleh Departemen Keuangan pada atau sebelum hari ke 15 dari bulan keempat setelah berakhirnya periode (Deloitte, n.d., p.26)..

7. Perhitungan Zakat Perusahaan di Indonesia

DSN-MUI belum menetapkan fatwa tentang membenarkan praktik zakat perusahaan, oleh karenanya IAI tidak bisa merumuskan standar akuntansi untuk zakat perusahaan. Bank Umum Syariah masih banyak kekurangan dalam aspek kelengkapan dan comparability informasi zakat perusahaan (Atmahadi & Dewi, 2013, p.22). Walaupun demikian, beberapa perusahaan di Indonesia ada yang menjalankan zakat perusahaan dengan menggunakan metode perhitungan yang berbeda- beda, yaitu:

a. Perhitungan zakat perusahaan berdasarkan aset

Dari penelitian yang dilakukan pada CV Minakjinggo, Nisab, haul, bebas hutang dan kepemilikan aset adalah beberapa syarat zakat yang tidak diperhatikan. CV Minakjinggo menghitung zakat dari 2,5% omzet dan aset yang dimiliki perusahaan. Zakat pada CV Minakjinggo juga dibayarkan setiap bulan (Farhan & Triyuwono, 2012, p.21).

Dompet Dhuafa dan Pos Keadilan Peduli Umat menghitung

zakat perusahaan menggunakan metode (Aktiva Lancar – utang

lancar) x 2,5% (Harahap & Yusuf, 2002, p.21).

(22)

b. Perhitungan zakat perusahaan berdasarkan laba

Pada tahun 2013 terdapat 3 Bank Umum Syariah yang menerapkan zakat perusahaan yaitu BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. namun, yang memberikan informasi mengenai metode perhitungan zakat perusahaan hanya bank syariah mandiri yaitu 2,5% dari pendapatan sebelum pajak (Andriani et al., 2017, p.10).

Dalam mengalokasikan zakat perusahaaan Bank Syariah Mandiri menggunakan perhitungan 2,5% dari laba sebelum pajak walaupun masih terdapat perbedaan pendapat tentang zakat perusahaan (Hadi, 2016, p.235).

Perhitungan zakat perusahaan yang dilaksanakan oleh Bosowa Group adalah 2,5% dari laba sebelum pajak. ketika perusahaan tidak mendapatkan laba, maka perusahaan Bosowa Group tetap menunaikannnya tetapi hanya dianggap sebagai sedekah (Rahim &

Sahrullah, 2017, p.210).

PT Syarikat Takaful, PT BPRS Harta Insan Karimah dan Koperasi BMT Citra Hasanah menghitung zakat perusahaan dengan menggunakan rumus 2,5% x laba bersih setelah pajak (Harahap &

Yusuf, 2002, p.21).

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Berikut ini terdapat beberapa penelitian penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagaimana ditunjukan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Aspek Rakhmawati (2015) Nasir (2015) Andika (2017) Judul Analisis Potensi Zakat

Entitas pada Bank Umum Syariah (BUS)

Analisis Perhitungan Zakat Perusahaan (Studi Kasus Pada

Analisis Metode Perhitungan Zakat Perusahaan Dagang

(23)

Di Indonesia Masing-Masing Sektor Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia)

(Studi Kasus Di Perusahaan Dagang Zm Grosir & Market) Institusi

yang diteliti

Bank Umum Syariah Di Indonesia

9 Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia

Perusahaan Dagang Zm Grosir & Market Periode

Analisis

2015 2015 2017

Permasalaha n

Bagaimana potensi zakat perusahaan Bank Umum Syariah dengan Metode Perhitungna Zakat Perusahaan menurut AAOIFI?

Bagaimana model perhitungan zakat 9 perusahaan pada masing-masing sektor perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

- Bagaimana metode perhitungan zakat pada perusahaan dagang ZM Grosir

& Market dan perlakuan

akuntansinya?

- Metode apakah yang lebih baik untuk

diaplikasikan?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui potensi zakat perusahaan Bank Umum Syariah dengan Metode Perhitungna Zakat Perusahaan menurut AAOIFI

Untuk mengetahui model-model

perhitungan zakat perusahaan sesuai dengan sektor-sektor perusahaan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

- Untuk mengetahui metode perhitungan dan perlakuan akuntansi zakat perusahaan pada Perusahaan Dagang ZM Grosir &

Market.

- Untuk mengetahui aplikasi metode perhitungan zakat yang terbaik pada Perusahaan Dagang ZM Grosir &

Market.

Metode Penelitian

Penelitian kualitatif Penelitian kualitatif Yuridis Empiris Hasil

Penelitian

Penggunaan metode net asset method akan menghasilkan jumlah zakat yang lebih besar

Perhitungan zakat perusahaan dengan hasil yang paling besar menggunakan metode T.E Gambling dan R.A Karim. Sedangkan hasil perhitungan zakat perusahaan yang paling rendah adalah

metode yang

digunakan Bank Muamalat Indonesia

PD. ZM Grosir &

Market menggunakan metode perhitungan zakat dengan tingkat tetap (fixed rate), dengan mengambil zakat dari laba bersih setiap bulannya dengan nominal tetap dan disalurkan secara langsung kepada mustahiq

Sumber: (Andika, 2017; Nasir, 2015; Rakhmawati, 2015).

(24)

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Kesamaan tersebut dapat terlihat dalam beberapa hal: topic yang digunakan yaitu tentang zakat dan zakat perusahaan dan objek penelitian secara umum yaitu BUS di Indonesia.

Sementara itu, perbedaannya adalah penelitian terdahulu terfokus pada simulasi perhitungan zakat perusahaan oleh suatu instansi/perusahaan berdasarkan metode perhitungan yang telah dirumuskan oleh suatu lembaga.

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan terfokus pada penerapan zakat

perusahaan yang terjadi pada BUS di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun

(2013-2017).

Gambar

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

juga ingin menjelaskan apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah dan kita semua untuk memajukan ekonomi syariah di Indonesia.. Sedangkan yang ketiga adalah, apa yang perlu

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan Numbered Heads Together diduga dapat meningkatkan

Linear video courses, multi-day training programs, full-length books: these all provide the narratives that beginners need to build structural literacy. Such training programs

NO NAMA JK KLASIFIKASI PENDIDIKAN ALAMAT/NO HP KET 1 Raden Delfi Kurniawan L Staf Tata Usaha

Obyek Retribusi adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan tidak

Sehingga penyemprotan pestisida organic yang tidak terlalu sering yaitu dengan interval 6 hari sekali lebih disukai oleh Plutella xylostella yang dilihat dari lebih banyaknya

Empat huruf itu memang merupakan rahasia terbesar dikolong langit.” - TAMAT -.. *) Piauw adalah barang berharga jang dilindungi oleh perusahaan pengawal jang anggauta2nya terdiri