• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI KAMPUNG KB TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGAKELURAHAN BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN TESIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI KAMPUNG KB TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGAKELURAHAN BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN TESIS."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALI SIS IMPLEM ENTA SI KAMPUNG KB TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGAKELURAHAN BELAWAN

SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

EREN HARIKASENDA 157024017

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ANALI SIS IMPLEM ENTA SI KAMPUNG KB TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGAKELURAHAN BELAWAN

SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

EREN HARIKASENDA 157024017

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

ANALI SIS IMPLEM ENTA SI KAMPUNG KB TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGAKELURAHAN BELAWAN

SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

EREN HARIKASENDA 157024017

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(4)

(5)

Telah diuji pada

Tanggal 05 Desember 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Humaizi, MA

Anggota : 1. Drs. Agus Suriadi, M.Si 2. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si 3. Hatta Ridho, S.Sos, MSP

(6)

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG KB TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA KELURAHAN BELAWAN SICANANG

KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN ABSTRAK

Kampung KB merupakan salah satu bentuk/model miniatur pelaksanaan total Program KKBPK secara utuh yang melibatkan seluruh Bidang di lingkungan BKKBN. Kampung KB diharapkan akan membuat Program KB bergema kembali dan dapat menjangkau masyarakat, terutama yang berada di desa-desa, dusun- dusun, dan kampung-kampung di seluruh Indonesia, pemerintah mencanangkan gerakan keluarga berencana pada akhir 1970an dengan tujuan meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi dan menurunkan jumlah angka kelahiran bayi. Dengan demikian kegiatan yang dilakukan pada Kampung KB tidak hanya identik dengan penggunaan dan pemasangan kontrasepsi, akan tetapi merupakan sebuah program pembangunan terpadu dan terintegrasi dengan berbagai program pembangunan lainnya. Berdasarkan latar belakang, penelitian merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana implementasi program Kampung KB terhadap kesejahteraan keluarga di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, adapun tujuan penelitian : untuk mengetahui implementasi program Kampung KB terhadap kesejahteraan keluarga di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Jenis Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan teknik pemilihan informan yaitu purposive sampling kemudian informan yang diwawancarai yaitu PLKB, Koordinator kemudian masyarakat penerima program KB keseluruhan berjumlah 12 orang. Hasil penelitian Kebijakan tentang program Kampung Keluarga Berencana di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan masih terdapat permasalahan yang menjadi kendala kurang optimalnya, Pertama :ketersediaan biaya operasional, bahwa pengelolaan dan pengawasan terhadap penggunaan ketersediaan dana operasional masih perlu ditingkatkan lagi mengingat pentingnya pengaruh terhadap motivasi kerja di lapangan, Kedua : secara umum dimensi komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan, sudah berjalan cukup baik, Ketiga : badan pelaksana pada kemampuan meningkatkan kualitas pelaksana kebijakan di lini lapangan, masih rendah.

Kata kunci : Analisis, Program, Keluarga Berencana

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tesis ini.

Tanpa pertolonganNya, penulis tidak akan mampu secara konsisten untuk terus melakukan penelitian dengan judul yang telah ditentukan oleh penulis sejak awal, mengingat banyaknya kendala teknis yang dialami penulis selama proses pengumpulan data, hingga Tesis ini selesai. Adapun penulisan Tesis dengan judul Analisis Implementasi Program Kampung KB terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Kota Medan ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan di Departemen Studi Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan Tesis ini, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badarudin, M.Si selaku Ketua Departemen Studi Pembangunan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dengan judul tersebut di atas. Dan juga selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis perihal penelitian yang dilakukan penulis.

2. Bapak Dr. Humaizi, MA selaku Ketua Komisi pembimbing yang telah membimbing penulis selama proses pengerjaan Tesis ini.

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis selama proses pengerjaan Tesis ini.

(9)

4. Bapak Hatta Ridho, S.Sos., MSP selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis perihal penelitian yang dilakukan penulis.

5. Untuk kedua Orangtua, mama yang selalu mendukung baik dari segi moril maupun materil. Almarhum papa yang dari dulu selalu mendukung. Terima Kasih untuk segala cinta kasih, doa dan harapan kalian berikan untuk aku tanpa rasa pamrih. Segalanya yang terbaik untuk kalian berdua. Semoga Allah membalas kebaikan kalian berdua dengan kebaikan dunia dan akhirat.

6. Untuk Istriku Sri Widari Zulfa dan anakku Nasha , terima kasih karena selalu mengingatkan untuk mengerjakan tesis ini, menjadi penyemangat disaat malas. Terima kasih karena kalian harapan untuk terus melangkah semakin kuat.

7. Untuk adik-adikku, terimakasih sudah mendukung abang dalam proses penelitian tesis ini. Tetap semangat terus untuk kalian agar tercapai cita – citanya, jangan sampai terlena enaknya kuliah, malasnya ngerjain skripsi, sampai lupa untuk wisuda.

Penulis menyadari masih sangat banyak kekurangan dalam Tesis ini, untuk itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca, guna perbaikan penulisan dan penulis tidak mengulangi kesalahan-kesalahan tersebut. Semoga Tesis ini mampu memberikan informasi dan bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Eren Harikasenda

Tempat / tanggal lahir : Dairi, 17 Maret 1992

Alamat : jln. Karya tani gg. Makmur no.11 Medan Johor Jenis Kelamin : Laki - Laki

Pekerjaan : wiraswasta

Agama : Islam

Status : Kawin

Nama Istri : Sri Widari Zulfa

Nama anak : 1. Nasha Malqyn Harikasenda

Riwayat Pendidikan Umum :

1. S2 magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara (2015-2018) 2. S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara (2009-2015)

3. SMA Negeri 9 Medan (2006-2009)

4. SMP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Medan (2003-2006)

5. SD Darma Medan (1997-2003)

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 19

1.3. Tujuan Penulisan………... 19

1.4. Manfaat Penelitian... 20

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ………... 21

2.2. Keluarga... 23

2.2.1. Pengertian Keluarga... 23

2.3. Fungsi Keluarga... 25

2.4. Defenisi Kesejahteraan Keluarga... 26

2.4.1. Tujuan Keluarga Sejahtera... 30

2.4.2. Tahapan Keluarga Sejahtera... 30

2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesejahteraan... 34

2.4.4. Peran Perawat dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera... 36

2.5. Tujuan tentang Kelurga Berencana (KB)... 38

2.5.1. Peran Pemerintah... 40

2.5.2. Peran Masyarakat... 43

2.5.3. Tujuan Kelurga Berencana... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian…..………... 53

3.2 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional... …...………... 53

3.2.1. Defenisi Konsep... 53

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 54

3.3.1. Teknik Pemilihan Informan... 56

3.4 Teknik Analisa Data...……… 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kampung KB ………... 60

4.1.1. Pengertian dan Sejarah Kampung KB... 60

4.1.2. Sturktur Organisasi... 62

4.1.3. Operasionalisasi Kampung KB... 64

4.1.4. Tujuan Kampung KB... 71

4.2 Gambaran Umum Program Kampung KB... 73

4.2.1. Bagaimana Membentuk Kampung KB... 73

4.2.2. Sumber Pembiayaan Kampung KB... 75

4.3. Implementasi Program Kampung Keluarga Berencana Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Belawan Sicanang... 81

(12)

4.3.1. Identifikasi Permasalahan Program Kampung Keluarga Berencana pada Bidang Kesejahteraan Keluarga Berencana Kelurahan Belawan Sicanang... 84 4.3.2. Isu – isu Strategis Pelayanan Program Pengendalian

Penduduk, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga pada Kampung Keluarga Berencana di Kelurahan Belawan Sicanang... 86 4.4. Pembahasan... 82

4.4.1. Implementasi Kebijakan Tentang Program Kampung Keluarga Berencana oleh Bidang Keluarga Kelurahan Belawan Sicanang... 91 BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan... 100 5.2. Saran... 102 DAFTAR PUSTAKA………... 103

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Informan yang diwawancara………..………..62

2. Struktur Pokja Kampung KB……….………..67

3. Demografi Kampung KB Sicanang………..82

4. Data Kesertaan Ber KB...……….………82

5. Kelompok Kegiatan………..83

6. Data Jumlah Pegawai Bidang Keluarga Sejahtera dan Advokasi pada Dinas Pengendalian Penduduk dan Kleuarga Berencana Keluraha Belawan Sicanang………...88

(14)

SURAT PERNYATAAN Judul Tesis

“ANALISIS IMPLEMENTASI KAMPUNG KB TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGAKELURAHAN BELAWAN

SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN”

Dengan ini Peneliti menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan dalam Program Studi S-2 Studi Pembangunan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya peneliti sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang peneliti lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah peneliti cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian pada tesis ini yang bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian- bagian tertentu, maka peneliti bersedia untuk menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang telah berlaku.

Medan, 5 Desember 2018 Peneliti,

Eren Harikasenda

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang apabila dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi jika terlalu tinggi jumlah penduduk akan menyebabkan sempitnya sumber daya alam yang tersedia, maka perlu ada sebuah program untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Disinilah sebuah program Keluarga Berencana (KB) memiliki andilnya yakni menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang pengaturannya dapat menggunakan alat kontrasepsi.

Indonesia dari tahun 2012 (baseline) FP2020 sampai 2017 berkontribusi sekitar 2 juta new additional users yang targetnya secara global 120 juta. Berdasar laporan FP2020 Rasio penggunaan kontrasepsi modern di Indonesia pada 2016 adalah 44,3%, artinya jumlah perempuan yang menggunakan kontrasepsi meningkat sekitar 1,2 juta ketimbang 2012. Sementara kebutuhan yang belum terpenuhi sekitar 13,8%.Sebagian besar atau 45% perempuan Indonesia lebih

(16)

banyak menggunakan kontrasepsi suntik, sementara sisanya mengkonsumsi pil (22,6%), implan (7,5%), intrauterine device (IUD) atau dikenal dengan KB Spiral (8,1%), KB steril (6.4%), sementara sisanya menggunakan kondom (2.6%).

Dengan penggunaan alat kontrasepsi ini, 8,8 juta kehamilan yang tidak diinginkan bisa dicegah, 3 juta aborsi yang tidak sehat dan 13.000 kematian maternal juga juga bisa dicegah.

Provinsi di Indonesia bagian timur, seperti di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat mencatat angka cukup tinggi, 2.5. Di beberapa provinsi lain, seperti di DKI Jakarta, Jawa Timur dan DI Yogyakarta, angka kelahiran menyentuh angka dibawah 2. Sementara angka pengguna kontrasepsi masih sekitar 57% dengan dominasi penggunaan KB jangka pendek, dan fertilitas remaja dengan usia berkisar 15-19 tahun masih tinggi, yaitu 48 kelahiran per 1.000 wanita.

Pada 2019, Indonesia menargetkan sedikitnya 2,8 juta pengguna tambahan dengan rasio penggunaan alat kontrasepsi modern mencapai 65%. Dengan begitu, kebutuhan kontrasepsi modern perlu ditingkatkan sebesar 0,7% tiap tahunnya.

Adapun saat ini pengguna kontrasepsi di Indonesia mencapai 30 juta. Dengan upaya-upaya ini, angka kelahiran ditargetkan bisa ditekan menjadi 2,33 per anak per ibu, kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi sebesar 10,26%, peserta KB aktif 21,7% dan tingkat putus pakai kontrasepsi 25,3%.

Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk

(17)

Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih.

Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa (Andy: 2011).

Pada awal tahun 70-an seorang wanita di Indonesia rata-rata memiliki 5 – 6 anak selama masa reproduksinya. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan angka TFR (Total Fertility Rate) pada periode 2002 sebesar 2,6 artinya potensi rata–rata kelahiran oleh wanita usia subur berjumlah 2-3 anak. Pada tahun 2007, angka TFR stagnan pada 2,6 anak.

Sekarang ini di samping keluarga muda yang ketat membatasi anak, banyak pula yang tidak ingin menggunakan KB dengan alasan dominan yakni anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki. Artinya ada dua pandangan yang berseberangan, yang akan berpengaruh pada keturunan atau jumlah anak masing- masing (Andy: 2011).

Menurut SDKI 2002 – 2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 %), pil (23,3 %), IUD/spiral (10,9 %), implant (7,6 %), MOW (6,5 %), kondom (1,6 %), dan MOP (0,7 %). Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya.

Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia.

Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.

(18)

Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda. Salah satu contoh acuan yang dapat dijadikan model program KB untuk memenuhi sasaran pemerintah dalam hal kependudukan adalah Kampung KB.

Dari uraian tentang filsafat, sejarah dan perkembangan program KB, dapat disimpulkan bahwa hakikat Kampung KB adalah :

a. Membumikan dan Menggelorakan kembali Program KB b. Mendekatkan pelayanan KKBPK kepada keluarga

c. Memantapkan 8 fungsi Keluarga dalam aplikasi kehidupan

d. Mengintegrasikan program pembangunan lintas sektor dalam memberikan pelayanan kepada keluarga

e. Membangun rasa memiliki Keluarga dan masyarakat terhadap program KKBPK, dan

f. Menumbuhkan semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

(19)

Sejak dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 14 Januari 2016, Kampung KB terus tumbuh pesat. Semangat membentuk dan mendirikan Kampung KB di seluruh Nusantara telah menghasilkan ratusan Kampung KB.

Lantas kenapa kampung KB ini dibentuk, ada beberapa hal yang melatar belakanginya, yaitu :

1. Program KB tidak lagi bergema dan terdengar gaungnya seperti pada era Orde Baru,

2. Untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui program KKBPK serta pembangunan sektor terkait dalam rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas,

3. Penguatan program KKBPK yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat,

4. Mewujudkan cita-cita pembangunan Indonesia yang tertuang dalam Nawacita terutama agenda prioritas ke 3 yaitu “Memulai pembangunan dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan" serta Agenda Prioritas ke 5, yaitu "Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia",

5. Mengangkat dan menggairahkan kembali program KB guna menyongsong tercapainya bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2010 – 2030.

Pada pemerintahan Presiden Ir. H. Joko Widodo Kampung KB mendapat perhatian dan apresiasi yang tinggi, sehingga program ini dijadikan salah satu

(20)

strategi dalam pengentasan kemiskinan. Pada tanggal 14 Januari 2016, Presiden telah berkenan mencanangkan Kampung KB di Dusun Jenawi Desa Mertasinga Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Sebagai tujuan yang ingin dicapai dari Kampung KB adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat yang ada di wilayah-wilayah miskin, padat penduduk, pinggiran. Selain itu, Kampung KB juga dilakukan sebagai salah satu upaya melaksanakan prioritas pembangunan nasional yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memprioritaskan daerah-daerah dan Desa dalam kerangka NKRI Kampung KB juga merupakan wujud dari pelaksanaan agenda prioritas pembangunan Nawacita ke 3, 5, dan 8. Nawacita ketiga yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Nawacita kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta Nawacita kedelapan yaitu melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

Dengan mendukung nawacita tersebut pemerintah secara keseluruhan diharapkan dapat menghadirkan satu Kampung KB di setiap satu kecamatan di seluruh Indonesia. Artinya, sepanjang tahun 2017 ini bakal ada sekitar 7166 Kampung KB di seluruh Indonesia. Hingga April 2017, Kampung KB yang sudah terbentuk baru 633. Masih ada sekitar 9 bulan lagi untuk mengejar sekitar 6000 Kampung KB.

(21)

Meski demikian, tidak semua kampung bisa masuk program Kampung KB. Ada kriteria yaitu utama wilayah dan khusus. Dalam hal kriteria utama, sebuah kampung harus memiliki syarat-syarat seperti jumlah keluarga miskin diatas rata-rata tingkat desa dimana Kampung/RW tersebut berada. Bagi yang membentuk setara Desa, jumlah keluarga miskin di Desa tersebut harus diatas rata-rata Kecamatan dimana Desa itu berada. Selain itu, syarat utama lainnya adalah pencapaian KB di desa tersebut sangat rendah.

Dalam hal kriteria wilayah, setiap kampung KB harus memenuhi unsur seperti berada di wilayah kumuh, kampung pesisir atau nelayan, berada di Daerah Aliran Sungai (DAS), di daerah bantaran Kereta Api, Kawasan Miskin (termasuk miskin perkotan), Terpencil, Wilayah Perbatasan, Kawasan Industri, Kawasan Wisata, Tingkat Kepadatan Penduduk Tinggi. Sedangkan dalam hal kriteria khusus, dibutuhkan intervensi lintas sektor. Kampung KB wajib memiliki unsur antara lain pendidikan rendah dan infrastruktur kurang memadai. Untuk memenuhi kriteria tersebut, intervensi dari sektor lain sangat diperlukan.

.(Direktorat Advokasi dan KIE – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional/BKKBN dan Tim Komunikasi Pemerintah Kemkominfo) terutama dalam integrasi kegiatan yang akan dilaksanakan di Kampung KB.

Inisiatif Kampung KB diimplementasikan sebagai kolaborasi multi sektor untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar sekaligus untuk mengubah pola pikir masyarakat. Seperti diketahui, pemerintah mencanangkan gerakan keluarga berencana pada akhir 1970an dengan tujuan meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi dan menurunkan jumlah angka kelahiran bayi. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah

(22)

dua. Meski telah dijalankan selama sekitar 30 tahun, nilai-nilai keluarga kecil sejahtera tampaknya tidak hidup, terbukti dengan fertilitas penduduk Indonesia yang berada pada tingkat 2,6 per ibu, tergolong relatif tinggi.

Kampung KB diharapkan menjadi salah satu “senjata pamungkas” baru pemerintah dalam mengatasi masalah kependudukan, terutama di wilayah – wilayah yang jarang “terlihat” oleh pandangan pemerintah. Apabila harapan tersebut menjadi kenyataan maka Kampung KB, kedepannya akan menjadi ikon program kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) dengan tujuan mewujudkan keluarg kecil sejahtera. Oleh karena itu cukup beralasan apabila pembangunan kependudukan dimulai dari wilayah-wilayah pinggiran yaitu kampung. Karena kampung merupakan cikal bakal terbentuknya desa, dan apabila pembangunan pada seluruh kampung maju, maka desapun akan maju. Dan apabila seluruh desa maju maka sudah barang tentu negarapun akan menjadi maju.

Walaupun pembentukan Kampung KB diamanatkan kepada BkkbN, akan tetapi pada prinsipnya Kampung KB merupakan perwujudan dari sinergi antara beberapa kementerian terkait dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, mitra kerja, dan pemangku kepentingan, serta tidak ketinggalan partisipasi langsung masyarakat setempat. Oleh sebab itu Kampung KB ini diharapkan menjadi miniatur atau gambaran (potret) dari sebuah desa yang didalamnya terdapat keterpaduan dari program pembangunan Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga yang disinergikan dengan program pembangunan sektor terkait yang dilaksanakan secara sistemik dan sistematis. Hal ini sesuai dengan definisi dari Kampung KB itu sendiri yaitu ”satuan wilayah setingkat RW, dusun, atau yang

(23)

setara, yang memiliki kriteria tertentu, di mana terdapat keterpaduan Program KKBPK dan pembangunan sektor terkait yang dilaksanakan secara sistemik dan sistematis.

Jadi Kampung KB sebenarnya dirancang sebagai upaya membumikan, mengangkat kembali, merevitalisasi program KKBPK guna mendekatkan akses pelayanan kepada keluarga dan masyarakat dalam upaya mengaktualisasikan dan mengaflikasikan 8 (delapan) fungsi keluarga secara utuh dalam masyarakat.

Dengan demikian kegiatan yang dilakukan pada Kampung KB tidak hanya identik dengan penggunaan dan pemasangan kontrasepsi, akan tetapi merupakan sebuah program pembangunan terpadu dan terintegrasi dengan berbagai program pembangunan lainnya. Sehingga wadah Kampung KB ini dapat kita jadikan sebagai wahana pemberdayaan masyarakat melalui berbagai macam program yang mengarah pada upaya merubah sikap, prilaku dan cara berfikir (mindset) masyarakat kearah yang lebih baik, sehingga kampung yang tadinya tertinggal dan terbelakang dapat sejajar dengan kampung-kampung lainnya, masyarakat yang tadinya tidak memiliki kegiatan dapat bergabung dengan poktan-poktan yang ada, keluarga yang tadinya tidak memiliki usaha dapat bergabung menjadi anggota UPPKS yang ada.

Dasar Program KKBPK melalui Peraturan Pemerintah No 87 Tahun 2014 yang ingin mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera dengan melaksanakan delapan fungsi keluarga. Yakni:

(24)

1. Fungsi Agama

Keluarga menjadi tempat dimana nilai agama diberikan, diajarkan, dan dipraktikkan. Disini, orangtua berperan menanamkan nilai agama sekaligus memberi identitas agama kepada anak. Keluarga yang berhasil menerapkan nilai-nilai agama melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari mampu memberikan fondasi yang kuat bagi setiap anggota keluarganya.

2. Fungsi Kasih Sayang

Sejak bayi dilahirkan, sejak itu pula ia mengenal kasih sayang.

Perasaan disayangi sangat penting bagi seorang anak, karena kelak ia akan tumbuh menjadi seseorang yang mampu menyayangi pula. Hal ini akan menjadi modal bagi semua anggota keluarga untuk menumbuhkan rasa kasih sayang dalam konteks yang lebih luas dan mampu mengurangi munculnya bibit permusuhan dan anarkisme dalam masyarakat.

3. Fungsi Perlindungan

Idealnya, keluarga mampu menjadi tempat yang membuat anggotanya merasa aman dan tentram. Karena itu, seburuk apapun konflik yang terjadi di dalam keluarga, hindari terjadinya tindak kekerasan verbal maupun fisik, diskriminasi, dan pemaksaan kehendak.

(25)

4. Fungsi Sosial Budaya

Keluarga juga punya peran penting dalam memperkenalkan anak kepada nilai-nilai sosial budaya yang ada di masyarakat. Terlebih lagi di Indonesia, sopan santun sangat dijunjung tinggi, dengan berbagai macam norma, adat istiadat, dan budi pekerti yang berlaku di masyarakat. Dari anggota keluarga yang lebih tua lah anak bisa belajar bagaimana harus bersikap terhadap orang yang lebih tua dan mempelajari hal-hal yang pantas dan tidak pantas dalam budayanya.

5. Fungsi Reproduksi

Salah satu tujuan sebagian besar umat manusia untuk berkeluarga adalah untuk mendapatkan keturunan. Melalui pernikahan yang sah, keluarga menjadi entitas yang mampu menghasilkan generasi penerus bangsa. Pendidikan seks sejak dini dan sikap menghargai lawan jenis perlu ditanamkan dalam keluarga.

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Keluarga menjadi tempat pertama seorang anak belajar bersosialisasi dengan orang lain, yaitu orangtua dan saudara-saudaranya. Di dalam keluarga pula proses pendidikan untuk pertama kalinya diterima oleh anak. Semua ini disebabkan oleh interaksi intensif yang terjadi sehingga proses pendidikan terjadi secara natural dan efektif.

(26)

7. Fungsi Ekonomi

Kondisi ekonomi sebuah keluarga biasanya mempengaruhi keharmonisan keluarga. Karena itu, mengajarkan anak untuk berhemat dan menumbuhkan jiwa wirausaha akan membuat mereka kelak dapat cerdas secara finansial.

8. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Gaya hidup ramah lingkungan dapat terwujud jika ditanamkan sejak dini dalam keluarga. Begitu juga dengan kebiasaan peduli dengan lingkungan sekitar seperti tetangga dan masyarakat secara umum.

Tanamkan sifat cinta lingkungan, tidak memboroskan listrik, air bersih, makanan, juga membiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya sedari dini, karena hanya dari alam manusia dapat hidup.

Menjalankan keseluruhan fungsi tersebut dengan baik tentu membutuhkan usaha yang tidak mudah. Karena itu, sebaiknya setiap pasangan baik yang berencana untuk menikah maupun yang sudah berumah tangga perlu menentukan visi dan misi keluarga. Visi dan misi tidak hanya menyangkut masalah keuangan, namun juga meliputi pembagian peran dalam keluarga, nilai-nilai yang dianut, maupun aturan yang harus ditaati. Dengan mengetahui fungsi keluarga sedini mungkin, setiap pasangan mampu mendapat gambaran nyata peran mereka kelak saat berumah tangga. Pesta pernikahan, memiliki rumah, kendaraan, dan anak bukanlah esensi dari sebuah pernikahan, melainkan menjalankan kedelapan fungsi keluarga tadi. Jika sebuah keluarga tidak mampu berfungsi sebagaimana

(27)

mestinya, tidak hanya anggota keluarga yang bersangkutan yang menjadi tidak bahagia, namun berimbas pula pada karakter generasi muda secara keseluruhan.

Jadi, sebuah perencanaan jumlah anak juga merupakan salah satu cara.

Perencanaan yang matang memungkinkan kita dan pasangan untuk mengukur kemampuan mewujudkan keluarga bahagia.

Penerapan fungsi keluarga ini membantu keluarga lebih bahagia dan sejahtera, terbebas dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

Keberhasilan program KKBPK dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:

1. aspek pengendalian kuantitas penduduk,

2. aspek peningkatan kualitas penduduk yang dalam hal ini diukur dengan peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarganya.

Pembangunan keluarga sejahtera maknanya identik dengan pengentasan kemiskinan, karena tujuannya sama meningkatkan derajat kesejahteraan individu, keluarga dan masyarakat. Secara sederhana keluarga itu akan sejahtera, apabila Bebannya tidak berat, ekonominya kuat, dan ketahanannya mantap.

Program pembangunan keluarga yang terakumulasi dalam KKBPK dengan empat pokok garapan yaitu Pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pemantapan ketahanan keluarga dan pemberdayaan ekonomi keluarga serta ditambah dengan pengendalian, pemantauan, pengamatan serta pembinaan penduduk merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan.

Agar keluarga tidak mempunyai beban yang berat diawali dengan membentuk keluarga kecil yang kemudian diukur dengan rata-rata punya anak (total fertility rate). Pembentukan keluarga kecil sangat dipengaruhi oleh dua

(28)

faktor, yaitu perkawinan dan pengaturan kelahiran. Perkawinan yang menunjang pembentukan keluarga kecil ditentukan oleh usia dan pola perkawinan sedangkan pengaturan kelahiran melalui pemakaian kontrasepsi ditentukan oleh 3 hal yaitu tingkat kesertaan, tingkat kelangsungan KB dan efektivitas kontrasepsi dalam berKB.

Kestabilan dan peningkatan ekonomi keluarga tidak selalu harus berpenghasilan tinggi, akan tetapi lebih cenderung pada keseimbangan antara pengeluaran tidak melebihi pendapatan, menggali sumber ekonomi baik individual, keluarga maupun dalam lingkungan kelompok masyarakat sehingga tercapai rendahnya beban ketergantungan atau dalam istilah demografi disebut dependencyratio. Kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga dalam program KKBPK adalah memantapkan jiwa wirausaha, permodalan, produksi dan pengemasan, pemasaran, kemitraan, dan kemandirian yang dikemas dalam kelompok UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) adalah bagian dari pengentasan kemiskinan keluarga.

Ketahanan keluarga harus diawali dengan kualitas masing-masing anggota keluarga terdiri dari bapak, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai akhlak, nilai-nilai moral yang baik dan tentunya harus dilandasi dengan pendidikan dan pemahaman agama yang kuat untuk diimplementasikan dalam keluarga dan masyarakat, hal tersebut sebagai landasan keluarga menjadi keluarga yang baik, harmonis, tidak mudah tercerai-berai sehingga terwujudnya ketahanan keluarga yang tangguh.

(29)

Ketiga unsur diatas baik perkawinan dan pengaturan kelahiran, ekonomi keluarga dan ketahanan keluarga bisa tercapai apabila keluarga melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik. Pelaksanaan delapan fungsi keluarga tidak bisa hanya dilaksanakan masing-masing keluarga, akan tetapi ada keterkaitan antara satu keluarga dengan keluarga yang lain yang terhimpun dalam kesatuan di lingkungan terdekat. Itulah makna pembentukan Kampung KB masa kini dan masa yang akan datang. Selain itu, manfaat Kampung KB selain bisa mengentaskan kemiskinan, juga mendekatkan pembangunan kepada masyarakat. Intinya program ini melibatkan semua sektor pembangunan. Dengan kata lain, Kampung KB tak hanya berbicara soal membatasi ledakan penduduk, tapi juga memberdayakan potensi masyarakat agar berperan nyata dalam pembangunan.

Manfaat lain adalah membangun masyarakat berbasis keluarga, menyejahterakan masyarakat, serta memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pelaksanaan integrasi program lintas sektor. Pembangunan lintas sektor dan kemitraan melibatkan peran berbagai pihak seperti swasta, provider, dan pemangku kepentingan lainnya. Integrasi lintas sektor berupa pelayanan terpadu antar sektor yang menjadi kebutuhan masyarakat, seperti pelayanan KB, pelayanan pembuatan akta, pembangungan jalan dan jembatan, pembuatan ktp, penyediaan buku-buku bacaan, posyandu, PAUD, P2WKSS, dan sebagainya.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dan 2012 menunjukkan stagnasi program KB dilihat dari beberapa indikator capaian,.

Indikator capaian tersebut, antara lain angka kelahiran rata-rata tetap berada pada level 2,6 pada 2012, angka pengguna kontrasepsi masih berkisar 57 persen dengan

(30)

dominasi penggunaan KB jangka pendek, angka "unmet need" masih tinggi sebesar 8,5 dan fertilitas remaja (ASFR 15-19) masih tinggi, yakni 48 kelahiran per 1.000 wanita. Berdasar suvei PMA 2020 yang dilakukan atas kerjasama BKKBN, Universitas Sumatra Utara dan Universitas Hasanudin atas bantuan Bill Melinda Gate Foundation melalui John Hopkins, Amerika Serikat, angka kelahiran rata-rata di Indonesia berada di level 2,3. Angka ini sama dengan angka SUPAS 2015 dan Susenas 2016, seperti apa yang pernah disampaikan oleh Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN.

Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana menekan kewenangan kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk tidak memfokuskan hanya pada masalah Pengendalian Penduduk saja namun masalah Pembangunan Keluarga juga harus mendapatkan perhatian. Karena itu, dalam rangka penguatan program KKBPK tahun 2015-2019, BKKBN diharapkan dapat menyusun suatu kegiatan yang dapat memperkuat upaya pencapaian target atau sasaran yang secara langsung bersentuhan dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Tidak terkecuali Kota Medan yang memiliki Kampung KB di Kelurahan Belawan Sicanang Medan Belawan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Studi peneltian ini menarik diambil karena ingin mengetahui bagaimana dan sejauh mana manfaat program kampung KB yang dilaksanakan oleh pemerintahan Kota Medan.

(31)

1.2. Rumusan Masalah

Penelitian pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian dimana peneliti mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari untuk memecahkan suatu masalah dalam kegiatan penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis dalam melakukan penelitian merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana implementasi program Kampung KB terhadap kesejahteraan keluarga di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraanya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu : Untuk mengetahui implementasi program Kampung KB terhadap kesejahteraan keluarga di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah atau fenomena sosial yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(32)

1. Manfaat secara ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis, baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan ilmiah pada Magister Studi Pembangunan dalam kaitannya dengan masalah kependudukan kususnya terkait dampak implentasi program Keluarga Berencana (KB) terhadap kondisi sosial ekonomi keluarga.

2. Manfaat secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan stake holder terkait dalam mengambil keputusan terkait masalah kependudukan di Kota Medan.

3. Manfaat secara akademis

Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah kemampuan berfikir secara ilmiah dan memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Magister Studi Pembangunan.

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai perbandingan hasil penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti, berikut beberapa penelitian terdahulu yang mendukung judul penelitian ini dalam bentuk tabel;

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ken Sudarti, Puji Prasetyaningtyas (2011) Judul “Peningkatan Minat Dan Keputusan Berpartisipasi Akseptor Kb”. Mengunakan metode Kuantitatif (Regresi linier Berganda).hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas layanan program konseling dan budaya lingkungan dalam program keluarga berencana mempunyai dampak positif terhadap ketertarikan dan keputusan untuk berpartisipasi terhadap program keluarga berencana.

Kualitas layanan ditemukan sebagai kontribusi terbesar terhadap peningkatan ketertarikan dan partisipasi dalam program keluarga berencana.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Gita Sari dan Ahmad Hidir (2013)

“Peningkatan Sosial ekonomi Peserta Keluarga Berencana”.

Mengunakan Metode penelitian survey (Regresi linier Berganda).hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh pelaksanaan program KB dan partisipasi terhadap sosial ekonomi masyarakat peserta program KB di Kecamatan Rengat Kabupaten Kabupaten Indragiri Hulu adalah

(34)

signifikan dan pelaksanaan KB yang baik merupakan faktor yang dominan dibandingkan dengan partisipasi KB.

3. Menurut Suandi (2010) “Hubungan antara Karakteristik Rumah Tangga dengan Partisipasi dalam Keluarga Berencana di Provinsi Jambi” Menggunakan Metode crosstab analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Factor karakteristik umur, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal,dan factor karakteristik indeks kesejahteraan PUS tidak berhubungan dengan kesertaan KB.

4. Niken Septihandini Puspaningtyas, Hardi Warsono, Aufarul Marom

“Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan Pedurungan” Menggunakan metode Kuantitatif (Regresi linier Berganda) hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat pendidikan dan buta huruf pada masyarakat, jenis kelamin, dan faktor eksternal yang berasal dari UPTB Kecamatan Pedurungan dan Bapermasper dan KB Kota Semarang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat terhadap program keluarga berencana di Kecamatan Pedurungan.

5. Penelitian yang dilakukan Selamet Makmur (2013) “Pelaksanaan Keluarga Berencana (KB) terhadap tingkat Kesejahteraan Keluarga”

menggunakan penelitian deskriktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Kradenan antara lain dapat dilihat dari indicator : Lama menjadi peserta KB, jumlah anak, tempat pemeriksaan/pelayanan KB, alat kontrasepsi yang digunakan, alat kontrasepsi yang pernah dipakai, jangka waktu

(35)

KB, keluhan selama ikut KB, kegagalan pemakaian kontrasepsi, pengaruh fisikalat kontrasepsi, pengaruh psikis alat kontrasepsi, pengaruh, pengaruh terhadap anak, usia pada saat menikah, usia pasangan saat menikah, jarak pada waktu nikah dengan memiliki anak, perencanaan kelahiran anak.

6. Penelitian yang dilakukan Nurhafifah Zultha (2017) “Implementasi Program Kampung KB dalam upaya penanggulangan kemiskinan”

menggunakan penelitian deskriktif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan implementasi program kampung KB di kelurahan kota Karang Raya, kecamatan Teluk betung timur, Bandar lampung dalam pelaksanan program Kampung KB sudah berjalan dengan baik. Para pelaksana kebijakan mempunyai sikap dan motivasi yang tinggi terhadap program tersebut. Serta masyarakat mendukung adanya program Kampung KB dan merupakan salah satu kegiatan untuk menanggulangi angka kemiskinan.

2.2. Keluarga

2.2.1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum dan undang-undang perkawinan yang sah hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masin- masing yang merupakan bagian dari keluarga (Efendi & Makhfudli, 2009;

Mansyur, 2009). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

(36)

kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman, 2013).

Tipe Keluarga Menurut Setiadi (2008) tipe keluarga terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :

1) Tradisional Tipe keluaraga tradisional dikelompokan menjadi 2 yaitu:

a) Keluarga inti (Nuclear Family)

pada keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya dan keluarga besar.

b) (Extended Family) pada keluarga besar terdiri dari keluarga inti ditambah dengan anggota keluarga yang lain seperti paman, bibi, kakek, nenek, keponakan yang masih memiliki hubungan darah.

2) Modern

Pada tipe keluarga modern terbagi menjadi bermacam-macam tipe kecil antara lain:

 Traditional Nuclear merupakan keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam satu ikatan perkawinan.

 Dual Carrier merupakan Suami istri yang sama-sama berkarier atau mencari

(37)

satu orang tua didalamnya akibat perceraian atau kematian pasangan dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah. Tipe yang lain disebut dengan

 Dyadic Nuclear dimana pada keluarga ini suami istri yang sudah berumur dan

tidak memiliki anak dari hubungan perkawinannya maupun adopsi yang keduanya atau salah satunya bekerja di luar rumah.

 Three Generation adalah tiga generasi yang tinggal dalam satu rumah.

 Terakhir disebut dengan Cohibing Couple merupakan dua orang yang tinggal bersama dalam satu rumah tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah.

2.3. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2013), fungsi keluarga dibagi menjadi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan fungsi kesehatan. Fungsi afektif adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, saling menghargai dan kehangatan di dalam keluarga.

Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, saling mengasuh, dan menerima, cinta kasih, mendukung, menghargai sehingga kebutuhan psikososial keluarga terpenuhi. Fungsi sosialisasi adalah interaksi atau hubungan dalam keluarga, bagaimana keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan perilaku berhubungan dengan interaksi. Fungsi ekonomi adalah keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan. Fungsi kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk bertanggung jawab merawat anggota keluarga

(38)

dengan penuh kasihsayang serta kemauan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

2.4. Definisi Kesejahteraan Keluarga

Sesuai dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan program Pembangunan jangka panjang tahap II Pelita VI bahwa pembangunan ditujukan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang maju dan mandiri. Pembangunan manusia seutuhnya dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung sepanjang masa hidupnya dan tidak dapat dilepaskan dari seluruh segi kehidupan keluarga di mana ia dibesarkan.

Pembangunan masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan keluarga yang menjadi bagian inti dari masyarakat itu, sehingga keluarga memiliki nilai strategis dalam pembangunan nasional serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya.

Masalah yang kita hadapi saat ini masih banyaknya keluarga di Indonesia ini yang berada dalam kondisi prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk meningkatkan mereka sehingga mencapai keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga dari berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat dengan perannya sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai andil yang cukup besar dan sangat diharapkan dalam mewujudkan upaya pembinaan keluarga tersebut sehingga terciptalah suatu keluarga sejahtera yang pada akhirnya akan membentuk masyarakat dan Negara yang sejahtera pula.

Teori kesejahteraan menurut ekonomi secara umum dapat diklasifikasikan

(39)

new contractarian approach (Albert dan Hahnel, dalam Darussalam 2005: 77).

Pendekatan classical utilitarian menekankan bahwa kesenangan (pleasure) atau kepuasan (utility) seseorang dapat diukur dan bertambah. Tingkat kesenangan yang berbeda yang dirasakan oleh individu yang sama dapat dibandingkan secara kuantitatif. Prinsip bagi individu adalah meningkatkan sebanyak mungkin tingkat kesejahteraannya, sedangkan bagi masyarakat, peningkatan kesejahteraan kelompoknya merupakan prinsip yang dipegang dalam kehidupannya.

Neoclassical welfare theory merupakan teori kesejahteraan yang mempopulerkan prinsip Pareto Optimality. Prinsip Pareto Optimality menyatakan bahwa the community becomes better off if one individual becomes better off and non worse off. Prinsip tersebut merupakan necessary condition untuk tercapainya keadaan kesejahteraan sosial maksimun. Selain prinsip Pareto Optimality, neoclassical welfare theory juga menjelaskan bahwa fungsi kesejahteraan merupakan fungsi dari semua kepuasan individu.

Berikutnya adalah new contractarian approach. Prinsip ini adalah bahwa individu yang rasional akan setuju dengan adanya kebebasan maksimun dalam hidupnya. Berdasarkan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan seseorang sangat terkait dengan tingkat kepuasan dan kesenangan yang dapat diraih dalam hidupnya. Guna mencapai tingkat kesejahteraan yang diinginkan, maka dibutuhkan suatu perilaku yang dapat memaksimalkan tingkat kepuasannya sesuai dengan sumber daya yang tersedia.

Untuk golongan menengah ke bawah yang memiliki karakteristik miskin, kesehatan, gizi, dan pendidikan yang rendah, peningkatan pendapatan dapat meningkatkan dan memperbaiki kesejahteraan mereka. Peningkatan pendapatan

(40)

ini juga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan seluruh perekonomian (Todaro, 2003: 252).

Todaro juga menyampaikan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai oleh terentaskannya kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan peningkatan produktivitas masyarakat. Kesemuanya itu merupakan cerminan dari peningkatan tingkat pendapatan masyarakat golongan menengah ke bawah.

Adapun pengertian mengenai kesejahteraan keluarga di Indonesia oleh pemerintah selama ini dikelompokkan ke dalam dua tipe (Suyoto, 2004), yaitu Pertama, Tipe Keluarga Pra-sejahtera adalah keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa sandang, pangan, dan papan. Keluarga pra-sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak dapat menempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belum memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai masalah tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.

Kedua, Tipe Keluarga Sejahtera. Keluarga sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya dua atau tiga, mampu menempuh pendidikan secara layak, memiliki penghasilan tetap, sudah menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan lingkungan, tidak rentan terhadap penyakit, mempunyai tempat tinggal dan tidak perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.

Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas, 2001:1011). “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang

(41)

dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)

Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhikebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa,memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.

Dalam rencana pembangunan nasional memberikan petujuk bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada terwujudnya keluarga sebagai wahana persmian nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga serta membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan.

UU No.10/1992 pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada pembangunan ku kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian, ketahanan keluarga dan kemandirian keluarga .

(42)

2.4.1 Tujuan Keluarga Sejahtera

bertujuan untuk mengembangkan keluarga agar timbul rasa aman, tentram dan harapan masa depanyang lebih baik merupakan salah satu pembentuk ketahanan keluarga dalam membangun keluarga sejahtera.

Pelaksanaan pembangunan dalam keluarga sejahtera Dalam PP No. 21 Th 1994, pasal 2: pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga diselenggarakan secaramenyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan keluarga.Tujuan : Mewujudkan keluarga kecil bahagia, sejahtera bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri dan lingkungannya.

2.4.2 Tahapan Keluarga Sejahtera

Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan, berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah mengadakan program yang disebut dengan Pendataan Keluarga. Yang mana pendataan ini bertujuan untuk memperoleh data tentang dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Adapun pentahapan keluarga sejahtera tersebut ialah sebagai berikut:

1. Keluarga pra sejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.

(43)

· Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga. Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari. Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau berpergian. Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.

Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I

Keluarga memang memiliki peran yang penting dalam kehidupan kita.

Dari keluarga kita mampu bertahan dari segala keadaan yang ada dan yang sedang kita hadapi. Dari keluarga kita mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungan sosial.

Banyak hal yang belum kita ketahui tentang keluarga, salah satunya ialah pengkategorian jenis keluarga. Secara kasat mata keluarga hanya dibedakan dengan dua kategori saja, yaitu keluarga miskin dan keluarga kaya. Salah satu kategori keluarga ialah, keluarga sejahtera I.

Keluarga sejahtera I merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri dan anaknya dan pembentukannya dilakukan berdasarkan proses perkawinan. Dalam keluarga sejahtera I disebut juga keluarga kecil karena hanya ada inti keluarga saja.

Pada saat membentuk suatu keluarga tentu saja banyak hal yang harus diperhatikan. Salah satunya ialah kemampuan dalam memenuhi setiap kebutuhan

(44)

rumah tangga. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan agar kebutuhan hidup serta kelangsungan hidup dapat berjalan dengan baik.

Selain pemenuhan materi pemenuhan kebutuhan kerohanian juga merupakan unsur terpenting dalam pembentukkan suatu keluarga. Dari adanya kebutuhan rohani akan tercipta suatu kedamaian yang seimbang dan selaras terhadap satu anggota dngan anggota keluarga lainnya.

Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dikatakan mampu memenuhi kebutuhannya dengan tata cara yang mendasar, akan tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi lainnya. Sehingga dalam penyebutannya keluarga sejahtera I merupakan pembentukan dasar suatu keluarga.

Dalam mengukur uatu keberhasilan tentu saja dibutuhkan suatu pengukuran. Dalam melakukan pengukuran dibentuk atau disususn sebuah indikator keberhasilan, tak terkecuali pada keluarga sejahtera I yang memiliki indikator, meliputi:

1. Pelaksanaan ibadah sesuai kepercayaan yang dianut 2. Memnuhi kebutuhan makan sehari dua kali

3. Seluruh anggota keluarga memiliki jenis-jenis pakaian sesuai kepentingan 4. Alas rumah terbuat dari lantai bukan tanah

5. Memiliki kemampuan untuk melakukan pelayanan kesehatan

Dalam pembentukkkan keluarga sejahtera tentu saja dilakukan berdasarkan pengembangan yang berkualitas yang pelaksanaannya dilakukan secara menyeluruh. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan untam dari

(45)

1. Menjadikan keluarga kecil yang harmonis 2. Memiliki derajat

3. Bertakwa pada Tuhan YME 4. Produktif

5. Memiliki kemampuan membangun diri dengan lingkungannya 6. Mandiri dalam segala hal

Dari keenam poin tersebut harus mampu dipenuhi oleh seluruh anggota keluarga.

Selain itu penerapan yang dilakukan juga atas dasar keinginan hati bukan paksaan dari orang lain. Karena hakikat dari keluarga sesuangguhnya ialah memberikan kenyamanan untuk menjembatani sebuah kedamaian.

3. Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:

 Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.

 Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.

 Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.

(46)

 Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.

 Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.

 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah.

4. Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

2.4.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

1. Faktor intern keluarga a. Jumlah anggota keluarga

Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi.

Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota

(47)

b. Tempat tinggal

Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga.

Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.

c. Keadaan sosial ekonomi keluarga.

Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.

d. Keadaan ekonomi keluarga.

Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber

(48)

keuangan/ pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.

2. Faktor ekstern

Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.

2.4.4 Peran Perawat dalam pembinaan Keluarga Sejahtera

Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan sejahtera tahap I. Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat mempunyai beberapa peran antara lain:

1. Pemberi informasi

Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala sesuatu, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.

2. Penyuluh : Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang kesehatan dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan penyuluhan baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun kelompok dalam masyarakat.

(49)

3. Pendidik : Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat hares mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.

4. Motivator : Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang. Dalam hal inilah perawat berperan sebagai motivator.

5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi setiap perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada keluarga khususnya untuk yang belum pernah menggunakan sarana pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih anggota keluarga perlu dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.

6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah kesehatan yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor lain. Dalam hal ini perawat harus menghubungi sektor terkait.

7. Pemberi pelayanan kesehatan : Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan masyarakat.

Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbataan

(50)

pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif',

`preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta penampilan dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras dalam penampilan dan mendemontrasikan "sence of ethics ".

8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan kekuatan mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya

9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

2.5. Tinjauan Tentang Keluarga Berencana (KB)

Pelopor gerakan Keluarga Berencana di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia atau PKBI yang didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957 dan diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak secara silent operation. Dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela, usaha Keluarga Berencana terus meningkat

(51)

terutama setelah pidato pemimpin negara pada tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana di Indonesia memasuki era peralihan jika selama orde lama program gerakan Keluarga Berencana dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi secara diam-diam karena pimpinan negara pada waktu itu anti kepada Keluarga Berencana maka dalam masa orde baru gerakan Keluarga Berencana diakui dan dimasukkan dalam program pemerintah.

Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana juga mengalami perubahan tanggal 17 Oktober 1968 didirikanlah LKBN yaitu Lembaga Keluarga Berencana Nasional sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi BKKBN atau Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang merupakan badan resmi pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program Keluarga Berencana di Indonesia.

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi. Keluarga Berencana yaitu membatasi jumlah anak dimana dalam satu keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua atau tiga anak saja. Keluarga berencana yang diperbolehkan adalah suatu usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan keluarga, masyarakat, maupun negara.

Dengan demikian KB disini mempunyai arti yang sama dengan pengaturan keturunan. Penggunaan istilah keluarga berencana juga sama artinya dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning

(52)

atau planned parenthood, sepert yang digunakan oleh International Planned Parenthood Federation (IPPF) nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan di London.

KB juga berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuan serta sesuai dengan situasi masyarakat dan negara. Dengan demikian KB berbeda dengan birth control yang artinya pembatasn atau penghapusan kelahiran. Istilah birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi atau sterilisasi (pemandulan).

Perencanaan keluarga merujuk kepada pengguanaan metode - metode kontrasepsi oleh suami istri atas persetujuan bersama diantara mereka, untuk mengatur kesuburan mereka dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan dan ekonomi dan untuk memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyususan daan penjagaan kesehatan ibu dan anak

b) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yang aman

c) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga malainkan juga untuk kemampuan fisik, financial, pendidikan dan pemeliharaan anak.

2.5.1 Peran Pemerintah

Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program keluarga berencana nasional telah di ubah

Referensi

Dokumen terkait

D Printing Supremacy, a trusted information resource for 3D printing, provides you most of the most well liked information, opinions, observe improvements and makes use of as

Syaiful Bahri & Zain, Aswan, Strategi Belaiar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006..

Dari hasil uji diketahui bahwa pengaruh yang nyata pada karakter pertumbuhan tinggi dan jumlah daun hanya disebabkan oleh adanya perbedaan dalam dua kelompok

1998 (UU Perbankan) mendefnisikan kredit sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

Gambar yang terdapat pada skema rangkaian penerima radio AM merupakan simbol komponen …... Gambar yang terdapat pada skema rangkaian penerima radio AM merupakan simbol

 Setiap kolompok diminta untuk menggelompokan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi energi dan penggunaannya sesuai dengan tugas yang ada di lembar kerja

Dengan berlakunya Undang-Undang No 7 tahun 2017 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 yang terkait dengan pengawasan yaitu Bahwa Bawaslu (Badan

 Board mikrokontroler jenis Arduino Uno yang terhubung dengan modul sensor IR, PIR, RFID reader, saklar tekan, dan buzzer.  Relay 5V yang terhubung dengan power