• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PATEN TERHADAP INVENSI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM HAK PATEN TERHADAP INVENSI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PATEN TERHADAP INVENSI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MUHAMMAD ZIKRI NIM. 130200079

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PATEN TERHADAP INVENSI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MUHAMMAD ZIKRI NIM. 130200079

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., M.H) NIP. 195603291986011001

PEMBIMBING I : PEMBIMBING II :

(Dr. T. Keizeirina Devi. A, S.H., CN. M.Hum) (Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum) NIP. 19700212002122001 NIP. 197302202002121001

Universitas Sumatera Utara

(3)

i

Puji dan syukur Penulis kepada Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam juga senantiasa Penulis sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia menuju jalan keselamatan dan keberkahan.

Skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM HAK PATEN TERHADAP INVENSI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN” disusun untuk memenuhi tugas dan memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua saya, Ayahanda Drs. Ali Akbar dan Ibunda Juniar, S.PdI yang telah mendoakan serta memberikan cinta, kesabaran, perhatian, dukungan, bantuan dan pengorbanan yang tak ternilai sehingga saya dapat melanjutkan dan menyelesaikan studi dengan baik.

Dalam proses penyusunan skripsi ini saya juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

Universitas Sumatera Utara

(4)

ii

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Dr. OK Saidin, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H.,M.H., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi;

7. Ibu Dr. Tengku Keizeirina Devi Azwar, S.H. CN. M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih banyak atas saran, arahan, dan masukan yang membangun dalam setiap bimbingan, serta waktu yang Ibu berikan sehingga saya menyelesaikan skripsi ini;

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II.

Terimakasih atas bimbingan, saran, nasihat, dan ilmu yang Bapak berikan selama ini disetiap bimbingan dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai;

9. Seluruh Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang terbaik, serta membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

10. Seluruh staf pegawai dan tata usaha di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam urusan administrasi;

Universitas Sumatera Utara

(5)

iii

11. Kedua saudaraku tersayang Kakanda Julia Mardhiya, S.Pd dan Adinda Khalishatun Zahra, yang tidak hentinya memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

12. Terima kasih penulis ucapkan pula kepada rekan-rekan Presidium BTM Aladdinsyah, S.H. beserta seluruh pengurus periode 2014-2015 (Kabinet Chairul Alwan) yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk mengerjakan segala sesuatu dan berproses di BTM Aladdinsyah, S.H.

13. Terima kasih penulis ucapkan pula kepada rekan-rekan Presidium LPTQ USU beserta seluruh pengurus periode 2016-2017 yang telah mengajarkan Penulis perjuangan memimpin sebuah organisasi dakwah kampus dan berprestasi mengharumkan nama kampus Universitas Sumatera Utara.

14. Teman-teman Tim Delegasi Fakultas Hukum USU pada Paper Competition Accounts di Universitas Andalas Padang pada Maret 2015 yaitu Amanda Serena dan Muhammad Zikri, terimakasih telah berjuang bersama hingga babak final demi mengharumkan nama Fakultas Hukum USU yang kita cintai ini. Tim “Ali Wardhana” Delegasi Fakultas Hukum USU pada Lomba Karya Artikel Ilmiah Constitutional Law Festival Piala Mahakamah Konstitusi di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang pada Oktober 2015 yaitu Amanda Serena yang telah menjadi rekan dalam berjuang hingga babak final sampai mendapatkan hasil Juara I dan membawa Piala Bergilir MK ke kampus yang kita cintai ini. Tim “Ahmad Bin Hambal” sebagai Delegasi Fakultas Hukum USU pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Piala Mohammad Natsir UII LAW FAIR di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

(6)

iv

UII Yogyakarta pada Maret 2016 yaitu Amanda Serena dan Jaka Kelana yang telah bersama-sama berjuang sampai ke babak final dan mendapatkan hasil Juara II untuk kampus kita tercinta. Tim Delegasi Fakultas Hukum USU pada Battle of Brains Business Law Competition Piala Hafni Sjahruddin di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada September 2016 yaitu Amanda Serena dan Saufie Fitra Arrijal. Tim Delegasi Fakultas Hukum USU pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Konferensi Mahasiswa Nasional Ekonomi Bebad Korupsi di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada pada November 2016 yaitu Almunawar Sembiring dan Yudika Dwi Erwanda yang telah berjuang bersama hingga final demi mengharumkan nama Fakultas Hukum USU yang kita cintai;

Penulis menyadari skripsi ini ibarat sebutir pasir di pantai ilmu nan luas, jauh dari kata sempurna karena hanya Sang Khalik yang memiliki kesempurnaan itu, penulis berusaha memberi kontribusi pemikiran sederhana sebagai upaya latihan dan belajar guna menjadi ilmuwan yang lebih baik nantinya. Penulis berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Aamiin.

Medan, April 2017

Muhammad Zikri NIM. 130200079

Universitas Sumatera Utara

(7)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 10

D. Keaslian Penulisan ... 11

E. Tinjauan Kepustakaan ... 13

F. Metode Penelitian ... 22

G. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II PENGATURAN TENTANG HAK PATEN DI INDONESIA ... 27

A. Konvensi Internasional tentang Paten yang Diratifikasi Indonesia ... 27

B. Hak Paten ... 38

1. Sejarah dan Perkembangan Hak Paten ... 38

2. Ruang Lingkup dan Prinsip-prinsip Hak Paten ... 41

C. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten ... 48

BAB III USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI SUBJEK PEMBERIAN HAK PATEN ... 54

A. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia ... 54

1. Gambaran Umum UMKM ... 54

2. Pengaturan UMKM di Indonesia ... 56

3. Upaya dalam Rangka Pengembangan UMKM ... 58

4. Permasalahan yang dihadapi UMKM... 60

B. Invensi UMKM Sebagai Subjek Pemberian Hak Paten ... 68

1. Gambaran Umum Invensi dan Kaitannya dengan UMKM ... 68

2. Invensi UMKM Sebagai Subjek Pemberian Hak Paten ... 76

3. Dasar Hukum Atas Perlindungan Hukum Terhadap Invensi UMKM ... 81

Universitas Sumatera Utara

(8)

vi

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM HAK PATEN

TERHADAP INVENSI UMKM DI INDONESIA ... 84

A. Prosedur Kepemilikan Hak Paten yang Dapat Dilakukan Oleh UMKM ... 84

B. Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh Pemerintah Terhadap Invensi UMKM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten ... 97

C. Perkembangan dan Penerapan Pendaftaran Hak Paten Terhadap Invensi UMKM di Sumatera Utara ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

(9)

vii ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM HAK PATEN TERHADAP INVENSI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DITINJAU DARI UNDANG-

UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN Muhammad Zikri*

Tengku Keizeirina Devi Azwar **

Mahmul Siregar***

Kepemilikan hak paten khususnya untuk invensi yang dihasilkan oleh UMKM Indonesia, dapat membantu meningkatkan daya saing UMKM melalui riset dan pengembangan produk baru. Selain dalam rangka untuk peningkatan daya saing, penggunaan paten juga akan meningkatkan nilai jual serta secara tidak langsung berpotensi untuk mengembangkan produksi dari UMKM itu sendiri dan tetap kompetitif dalam pasar domestik serta pasar ekspor. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaturan hukum mengenai hak paten di Indonesia, bagaimana bentuk invensi UMKM sebagai subjek pemberian hak paten, bagaimana perlindungan hukum terhadap invensi UMKM Ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten.

Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data dikumpulkan melalui studi pustaka (library research) dan penelitian lapangan (field research), serta dianalisis secara normatif-kualitatif.

Perlindungan hukum terhadap invensi UMKM dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendaftarkan invensi tersebut untuk memperoleh kekuatan secara hukum. Dalam hal ini Dinas/Instansi/Organisasi Masyarakat membantu dengan memfasilitasi para UMKM dalam hal sosialisasi dan bantuan pendaftaran paten.

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2016 tentang Paten memberikan penyempurnakan undang-undang terdahulu terutama perihal upaya perlindungan secara preventif yaitu prosedur pendaftaran dan biaya pendaftaran. Sistem pendaftaran berbasis online (e-filing) sangat efektif dan efisien untuk meningkatkan jumlah permohonan dalam negeri dan meningkatkan perlindungan paten di tanah air mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan, dengan kondisi geografis yang luas dan terpencar. Selain itu biaya pendaftaran paten oleh inventor yang berasal dari UMKM ditetapkan lebih murah dibandingkan dengan pemohon dari kalangan umum sangat potensial bagi UMKM untuk mendaftarkan invensinya.

Kata Kunci : Hak Paten, Invensi, UMKM

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke-IV menyatakan bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pengejawantahan alinea tersebut diuraikan lebih lanjut dalam Pasal 28C ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa:

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

Ketentuan tersebut menyatakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia berkewajiban untuk memajukan kesejahteraan rakyat dan memberikan kesempatan yang luas bagi rakyat untuk memperoleh dan mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya.

Dewasa ini, penghargaan terhadap hasil pengetahuan, seni dan budaya diakomodasikan melalui pemberian hak eksklusif bagi para penemu/pendapat (uitvinder)1, yaitu pengakuan terhadap hak kekayaan intelektual (selanjutnya disebut HKI). Indonesia telah mengatur mengenai HKI melalui berbagai undang-

1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten menyebutnya dengan istilah inventor dan istilah temuan disebut dengan invensi

Universitas Sumatera Utara

(11)

undang. Berbagai pengaturan mengenai HKI tersebut juga berfungsi sebagai pelengkap dari Pasal 5 ayat (1),2 Pasal 20 ayat (2),3 dan Pasal 334 Undang-Undang UUD Negara RI Tahun 1945, serta Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).5 Dalam upaya perlindungan hukum terhadap inventor telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten dan yang terbaru ialah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten.6

Pasal 28C ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 berkaitan erat dengan pengaturan paten karena paten terjadi dari hasil olah kemampuan intelektual manusia yang memperoleh manfaat dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai invensi atau penemuan di bidang teknologi baru yang memiliki langkah inventif dan diterapkan dalam bidang industri. Jadi, sudah merupakan kewajiban bagi negara untuk memberikan perlindungan kepada (para) inventor atau pemegang hak penemuan agar invensi atau patennya itu dapat bermanfaat bagi masyarakat luas serta sekaligus meningkatkan kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan inventor. Pencantuman pasal itu merupakan pengakuan Negara

2 Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

3 Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

4 (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.’

5 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right) (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), halaman 4.

6 Indonesia, Undang-Undang tentang Paten, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016, LN Nomor 176 Tahun 2016, TLN Nomor 5922.

Universitas Sumatera Utara

(12)

3

Republik Indonesia bahwa perlindungan hak asasi manusia juga mencakup perlindungan terhadap pemegang paten.

Indonesia telah mengimplementasikan sistem paten melalui Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten yang efektif berlaku sejak tanggal 1 Agustus 1991 dan telah beberapa kali diubah. Undang-Undang Paten (selanjutnya dibaca UUP) itu telah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten sebagai implikasi keiikutsertaan Indonesia sebagai anggota WTO, dan agar ada penyesuaian dengan sistem paten yang terdapat dalam konvensi- konvensi internasional di bidang HKI termasuk TRIP’s Agreement.7

Akan tetapi, kehadiran UUP nyatanya belum dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan perlindungan inovasi atau invensi berbasis paten serta peningkatan kesejahteraan para inventor atau para pemegang paten, apalagi menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan jumlah permohonan paten yang diajukan dari dalam negeri oleh para inventor lokal masih sangat sedikit. Pengaturan paten belum dapat bermanfaat secara langsung bagi pelaku usaha dan aparat pemerintah sebagai pelaksana undang-undang itu, sehingga keberadaan UUP belum bisa menjadi faktor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Belum optimalnya pemanfaatan UUP dapat terlihat dengan jumlah permohonan paten dalam negeri yang masih sangat tergolong rendah, yaitu sebesar 7.450 pada tahun 2013, jika dibandingkan dengan

7 Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: P.T. Alumni, 2006), halaman 28.

Universitas Sumatera Utara

(13)

negara-negara lain seperti Tiongkok sebesar 825.136 permohonan paten dan negara tetangga (Singapura) sebesar 9.722 permohonan paten. 8

Pentingnya suatu perlindungan dan pengakuan kepada inventor merupakan wujud nyata bagi negara dalam meningkatkan kesejahteraan negara dan meningkatkan kualitas hidup inventor. Sehingga dengan perlindungan dan pengakuan itu dapat meningkatkan kemampuan inventor untuk menghasilkan sesuatu (invensi) dan memicu lahirnya inventor-inventor lain. Disahkannya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten memberikan angin segar bagi perlindungan hukum terhadap inventor lokal melalui revolusi sistem dan menjadi instrumen serta payung hukum yang menegaskan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM) dan Kementerian Riset dan Teknologi (KEMENRISTEK) sebagai institusi yang memberikan pelayanan publik.

Menghadapi era globalisasi saat ini terutama dalam rangka menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang membuka sekat kendala perdagangan antar negara menjadi era perdagangan bebas, menciptakan pasar tunggal, basis produksi yang stabil, dan daya saing serta integrasi dengan regulasi, efektif untuk perdagangan dan investasi yang mana terdapat kebebasan aliran pelaku usaha dan tenaga kerja serta arus bebas barang, jasa, investasi dan juga modal. Akan memberi manfaat bagi Indonesia apabila kita mampu menghasilkan inovasi dan invensi yang dipatenkan, memiliki kemampuan penerapan teknologi yang efektif dan kemampuan berbisnis yang efisien sehingga produk-produk barang, dan atau

8 Diolah dari Data Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, http://e-statushki.dgip.go.id/index.php/penelusuran diakses pada selasa 31 Januari 2017 pukul 20.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

(14)

5

jasa Indonesia yang berbasis paten memiliki daya saing yang kuat di pasar mancanegara dan tentunya diharapkan ekspor produk Indonesia tidak sekedar mengandalkan sumber daya alam yang tidak tergantikan.9

Permasalahan yang sering dihadapi kebanyakan permohonan paten yang diajukan oleh inventor lokal dengan kemampuan ekonomi yang masih sangat terbatas pada paten sederhana yaitu invensi di bidang teknologi yang memiliki kegunaan praktis, biaya lebih murah, dan proses pendaftarannya relatif singkat.

Adanya kewajiban biaya pemeliharaan paten sederhana yang berjumlah puluhan juta, masih merupakan kendala bagi pemohon paten dalam negeri karena kemampuan ekonomi yang terbatas dan hasil penerapan paten yang belum bisa memberikan keuntungan yang memadai. Belum maksimalnya permohonan paten diakibatkan karena teknologi-teknologi yang dipatenkan biasanya hanya untuk diikutsertakan pada pameran-pameran teknologi yang diselenggarakan oleh suatu lembaga. Jarang sekali teknologi yang dipatenkan tersebut digunakan oleh industri terutama invensi yang diajukan oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UMKM). Adanya kekhawatiran akan gagal bila menggunakan teknologi dalam negeri atau invensi yang diajukan oleh inventor UMKM dan kurangnya komersialitas terhadap teknologi atau invensi yang dipatenkan merupakan alasan dari kurangnya pemberdayaan paten tersebut.

Pemberdayaan paten ini dimaksudkan untuk mengkomersialkan teknologi yang dipatenkan oleh inventor terutama invensi yang diajukan oleh UMKM. Dalam pemberdayaan paten ini sangat diperlukan peran aktif dari Direktorat Kerjasama

9 Wangke, Humphrey, Peluang Indonesia dalam Masyarakat ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional. Vol. VI, No.10/II/P3DI/Mei: 5-8. Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

(15)

yang berada dalam Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (JDKI). Bukan hanya sosialisasi mengenai pendaftaran paten tetapi juga pengkomersialan teknologi atau invensi yang dipatenkan agar dapat digunakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang industri.10

Kegiatan UMKM merupakan salah satu bidang usaha yang dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian nasional. UMKM menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang produktif. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja, dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana. UMKM masih memegang peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha, segi penciptaan lapangan kerja, maupun dari segi pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dengan PDB.11

Kementerian Koperasi dan UMKM menyebutkan bahwa UMKM yang berkembang saat ini terbagi menjadi beberapa kategori yaitu pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, listrik, gas, air bersih, perdagangan, hotel, restoran, jasa-jasa swasta, dan industri pengolahan yang salah satunya mencakup industri kreatif. Sektor industri kreatif diyakini mampu bertahan ketika berbagai sektor lain dilanda krisis keuangan global. Pemerintah mulai melirik industri kreatif sebagai alternatif roda penggerak ekonomi yang akan terus berputar.

Industri kreatif meliputi 14 subsektor, yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, busana, video, film, dan fotografi, permainan interaktif,

10 Candra Purnama, Perlindungan Hukum Produk Umkm Melalui HKI (Hak Kekayaan Intelektual), (Jakarta: Staf Dinas Koperasi Dan UMKM, 2010), halaman 49.

11 Tulus Tambunan, UMKM di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2012) halaman 3.

Universitas Sumatera Utara

(16)

7

musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan peranti lunak, televisi dan radio, serta riset dan pengembangannya.12

Departemen Perdagangan menyebutkan industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif dapat dikatakan sebagai sistem transaksi penawaran dan permintaan yang bersumber pada kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif. Pemerintah menyadari bahwa ekonomi kreatif yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia merupakan wujud optimisme serta luapan aspirasi untuk mendukung mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi negara yang maju.13 Pemerintah Indonesia pun mulai melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan karena bangsa Indonesia mempunyai sumber daya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya. Selain itu, industri kreatif juga dapat memberikan kontribusi di beberapa aspek kehidupan.

Industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia karena memiliki peranan penting dalam pengembangan ekonomi negara dan daerah. Pertama, sektor industri kreatif memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan seperti peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ekspor, dan sumbangannya terhadap PDB. Kedua, menciptakan Iklim bisnis positif yang berdampak pada

12 Kementerian Koperasi dan UKM, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012.

13 Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Studi Industri Kreatif Indonesia.

(Jakarta: Kementerian Perdagangan RI, 2007)

Universitas Sumatera Utara

(17)

sektor lain. Ketiga, membangun citra dan identitas bangsa seperti turisme, ikon nasional, membangun budaya, warisan budaya, dan nilai lokal. Keempat, berbasis kepada sumber daya yang terbarukan seperti ilmu pengetahuan dan peningkatan kreatifitas. Kelima, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa. Terakhir, dapat memberikan dampak sosial yang positif seperti peningkatan kualitas hidup dan toleransi sosial.14

Skripsi ini membahas mengenai bagaimana pengaruh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten terhadap perlindungan hukum dan pengembangan UMKM di Indonesia khususnya di Sumatera Utara melalui pendaftaran Paten terhadap hasil-hasil temuan/invensi para pelaku usaha yang bergerak di bidang UMKM guna mensejahterakan masyarakat banyak serta penerapannya secara khusus di Sumatera Utara. Beberapa masalah yang berkembang saat ini di masyarakat dikarenakan tidak memadai lagi pengaturannya dalam UUP yang berlaku terdahulu, adanya kondisi yang menyebabkan pemerintah tidak mampu menyediakan berbagai kemudahan kepada inventor dalam negeri, UMKM, dan peneliti dalam pengurusan paten sehingga berdampak pada rendahnya peningkatan permohonan paten dalam negeri.

Dengan disahkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, di antaranya memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap transaksi yang dilaksanakan melalui sistem elektronik (online). Perkembangan hukum baru itu selayaknya mampu meningkatkan pelayanan Pemerintah di bidang paten dengan menggunakan transaksi elektronik

14 Kementerian Perdagangan. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 (Jakarta:

2008)

Universitas Sumatera Utara

(18)

9

atau e-filing sebagaimana yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Ditjen AHU) dalam memberikan pelayanan dibidang pendirian badan hukum, dan aktifitasnya.

Disisi lain permohonan paten melalui e-filing merupakan hal yang lazim diterapkan oleh negara-negara lain, misal: Jepang, Uni Eropa, dan sebagainya.

Penerapan e-filing dalam permohonan paten sangat sesuai dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, dengan kondisi geografis yang luas dan terpencar. Pelayanan secara e-filing akan sangat efektif dan efisien untuk meningkatkan jumlah permohonan dalam negeri dan meningkatkan perlindungan paten di tanah air. Permohonan paten secara e-filing merupakan suatu kebutuhan yang belum diatur secara tegas dalam Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 dan diperbaiki melalui Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 yang membawa suatu new system dalam pengaturan tentang Paten sehingga dapat mencapai cita-cita bangsa dalam kesejahteraan sosial atau welfare state.

Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten yang merivisi UUP sebelumnya menghadirkan wajah baru paten dalam negeri, dan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan paten di Indonesia. upaya tersebut tercermin dalam UUP baru dengan cara, yaitu e- filing, pemberian insentif, proses pemeriksaan yang efisien dan cara pembayaran biaya pemelirahaan paten yang lebih mudah.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Hak Paten Terhadap Invensi Usaha Mikro Kecil dan

Universitas Sumatera Utara

(19)

Menengah (UMKM) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah mengenai hal-hal berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai hak paten di Indonesia?

2. Bagaimana bentuk invensi UMKM sebagai subjek pemberian hak paten?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap invensi UMKM ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Penulisan ini bertujuan:

a. Memahami pengaturan HKI terutama dalam bidang hak paten di Indonesia b. Mengetahui bentuk invensi UMKM sebagai subjek pemberian hak paten c. Memberikan gambaran bentuk perlindungan hukum terhadap invensi

UMKM Ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten

2. Manfaat Penulisan:

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitia ini dapat memberikan

Manfaat sebagai berikut:

a. Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

(20)

11

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan untuk meningkatkan pengetahuan Pemerintah dalam melakukan efisiensi terhadap UUP

b. Profesi Pelaku usaha

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam pengembangan penelitian selanjutnya, dan dapat dijadikan sebagai informasi untuk melakukan pengkajian tentang peraturan perundang- undangan yang isinya mengenai Paten dan UMKM serta prosedur pendaftaran paten.

c. Masyarakat Umum

Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan Hukum HKI terutama dibidang Paten dan secara tidak langsung masyarakat dituntut untuk berkreativitas menciptakan invensi-invensi baru yang dapat mensejahterakan masyarakat.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemeriksaan di Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka diketahui bahwa belum pernah dilakukan penulisan yang serupa mengenai “Perlindungan Hukum Hak Paten Terhadap Invensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten”. Pada dasarnya belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki

Universitas Sumatera Utara

(21)

keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tersebut sebagai berikut:

1. Penelitian (Tesis) yang dilakukan oleh Tri Harjo Wibisono pada tahun 2011, Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dengan judul: “Pendaftaran Paten Sederhana : Studi Mengenai Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pendaftaran Paten Sederhana Di Bidang Teknologi Alat-Alat Pertanian Di Kota Medan”.

Pokok masalah dari penelitian adalah:

a. Bagaimana kriteria invensi di bidang teknologi alat-alat pertanian sehingga termasuk dalam paten sederhana?

b. Bagaimana kesadaran hukum inventor di bidang teknologi alat-alat pertanian untuk mendaftarkan paten sederhana atas invensinya tersebut?

c. Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam pendaftaran paten sederhana di bidang teknologi alat-alat pertanian di Kota Medan?

2. Penelitian (Tesis) yang dilakukan oleh alexander dumont l. Tobing Pada Tahun 2010, Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan Judul: “Perlindungan Hukum Terhadap Paten Asing Yang Telah Didaftarkan Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten”. Pokok masalah dari penelitian adalah:

a. Bagaimana syarat-syarat dan prosedur pendaftaran paten asing di Indonesia?

b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap paten asing di Indonesia?

Universitas Sumatera Utara

(22)

13

c. Bagaimana penegakan hukum pidana terhadap paten asing di Indonesia ?

E. Tinjauan Pustaka

1. Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Istilah HKI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right (selanjutnya disebut IPR) yang dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. IPR sendiri pada prinsipnya merupakan perlindungan hukum atas HKI yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah lembaga hukum yang disebut "Intellectual Property Right".15 Konsepsi mengenai HKI didasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang telah dihasilkan manusia memerlukan pengorbanan tenaga, waktu, dan biaya. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang telah dihasilkan memiliki nilai ekonomi karena manfaat yang dapat dinikmati. Berdasarkan konsep tersebut maka mendorong kebutuhan adanya penghargaan atas hasil karya yang telah dihasilkan berupa perlindungan hukum bagi HKI. Tujuan pemberian perlindungan hukum ini untuk mendorong dan menumbuhkembangkan semangat berkarya dan mencipta.

Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.16 Sementara pendapat lain mengemukakan bahwa HKI adalah pengakuan dan penghargaan pada seseorang atau badan hukum atas penemuan atau penciptaan karya

15 Andriana Krisnawati dan Gazalba Saleh, Perlindungan Hukum Varietas Ban Tanaman dalam Perspektif Hak Paten dan Hak Pemulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), halaman 13-14.

16 Bambang Kesowo, "Pengantar Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia", makalah pada Pelatihan Teknis Yustisial Peningkatan Pengetahuan Hukum bagi Wakil Ketua/Hakim Tinggi seIndonesia yang diselenggarakan oleh Mahkamah Agung RI, Semarang, 20 - 24 Juni 1995, halaman 206.

Universitas Sumatera Utara

(23)

intelektual mereka dengan memberikan hak-hak khusus bagi mereka baik yang bersifat sosial maupun ekonomis.17

Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa HKI adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan intelektual manusia yang mempunyai manfaat ekonomi. Menurut para pakar hak kekayaan intelektual adalah:

a. Rehnalekem Ginting

Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak mikik yang berada dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan sastra. Pemilikan bukan terhadap barangnya melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual manusia, yaitu diantaranya berupa ide.18

b. R. B. Simatupang bahwa

Hak kekayaan intelektual merupakan hak yang timbul dari intelektual manusia, sebab sebagai inti atau obyek pengaturannya meliputi ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan sastra.19

HKI adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada seseorang atau sekelompok orang atau entitas untuk memegang monopoli dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari karya intelektual yang mengandung

17 Ismail Saleh, Hukum dan Ekonomi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1990) halaman 45.

18 Rehnalekem Ginting, Pemikiran Teoritik Kriminallistik Terhadap Pelaku Pelanggaran HKI, Makalah Seminar HKI, 6 Desember 1997, halaman 1

19 R. B. Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), halaman 84.

Universitas Sumatera Utara

(24)

15

HKI tersebut. HKI terdiri dari jenis-jenis perlindungan atau rezim yang berbeda, tergantung pada objek (bentuk karya intelektual) yang dilindungi.20

Hak milik intelektual (Intellectual Property Right) merupakan istilah yang seringkali dipakai, namun dalam IPR bidang yang khusus berkenaan dengan industri dan pengetahuan juga disebut orang sebagai hak milik industri, yang paling diutamakan adalah hasil penemuan atau ciptaan di bidang ini dapat dipergunakan untuk maksud-maksud tertentu dalam industri.21

Untuk lebih memperjelas jenis-jenis HKI dikelompokkan atas dua jenis, yaitu:22

a. Hak Cipta (Copyright) 1). Seni

2). Sastra

3). Ilmu pengetahuan

b. Hak Kekayaan Industri (Intellectual Property Right) terdiri dari:

1). Paten (Patent) 2). Merek (Merk)

3). Desain produk industri (Industrial Design)

4). Penanggulangan praktek persaingan curang (Repession Of Unfair Competitien Practise)

5). Desain tata letak sirkuit terpadu (Layout Design Of Integrated Circuit).

Instrumen perlindungan karya intelektual pada sistem HKI meliputi:23 a. Hak Cipta (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002), berlaku untuk karya

seni, musik, literatur, drama, film, tari, fotografi dan program komputer.

b. Paten (Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016), berlaku untuk karya penemuan (solusi teknis terhadap suatu masalah).

20 Helianti Hilman, dalam Emmy Yuhassarie, Hak Kekayaan Intelektual dan Perkembangannya, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004) halaman 6.

21 Sudargo Gautama, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual, (Bandung: PT. Erasco, 1990) halaman 5.

22 Saidin, Op, Cit., halaman 13.

23 Ibid, halaman 17.

Universitas Sumatera Utara

(25)

c. Merek dan Indikasi Geografis (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016), berlaku untuk merek usaha dan perlindungan indikasi geografis.

d. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000), berlaku untuk varietas baru tanaman.

e. Rahasia Dagang (Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000), berlaku untuk informasi rahasia bernilai komersial.24

2. Paten

Paten adalah Industrial Property Right yang terangkai dalam hak milik intelektual (Intellectual Property Rights). Ruang lingkup hukum hak milik intelektual tidak hanya melingkupi perlindungan dan pengawasan wujud akhir karya intelek yang bernilai ekonomis, tetapi sekaligus hak yang melekat pada manusia itu sendiri.25

Paten merupakan hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya.26

Pengertian paten dijelaskan dalam perundang-undangan di Indonesia, yaitu:27

“Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan tujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya”.

24 Saidin, Op.Cit., halaman 14

25 Endang Purwaningsih, Seri Hukum Hak Kekayaan Intelektual HAK PATEN, (Bandung:

Mandar Maju: 2015) halaman 1

26 Budi Agus Riswandi, “Hukum dan Hak Cipta”, Bahan Ajar, (Yogyakarta: UII, 2006) halaman 11.

27 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten, Pasal 1

Universitas Sumatera Utara

(26)

17

Suatu invention adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan proses. HKI berupa ide atau pikiran yang dapat dilindungi hukum harus bersifat patentable, baru, applicable dan inventive step.28

World Intellectual Property Organization (WIPO) memberikan definisi paten sebagai berikut:29

“A patent is legally enforceable right granted by virtue of a law to a person to exlude, for a limited time, other from certain acts in relation to describe new invention; the privilege is granted by a government authority as a matter of right ti the person who is entiled to apply for it and who fulfils the prescribed condition”.

Pengertian di atas dapat dikaji unsur penting paten, yaitu hak paten adalah hak yang diberikan oleh pemerintah untuk melaksanakan penemuan dan bersifat eksklusif. Untuk mendapatkan paten, suatu penemuan harus memiliki syarat substantif tertentu, yaitu kebaruan (novelty), bisa dipraktikkan dalam industri (industrial applicability), mempunyai nilai langkah inventif (inventif step), dan memenuhi syarat formal.30

Dalam sistem hukum Indonesia, pembentukan suatu bentuk hak yang baru memiliki sifat yang tertutup (absolute), artinya bentuk hak yang baru itu harus dinyatakan dengan undang-undang. Paten sebagai suatu hak khusus adalah bentuk baru dari suatu hak, atas suatu dasar hukum yang diakui, yaitu suatu penemuan

28 Endang Purwaningsih, Loc.Cit., halaman 2

29 Endang Purwaningsih, Intellectual Property Rights: Kajian Hukum terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum Paten, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), halaman 27.

30 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

(27)

baru. Sementara itu bila paten dianggap sebagai suatu perjanjian, seharusnya adalah bahwa hak dan kewajiban yang terdapat dalam hukum paten itu berupa bentuk-bentuk hak yang sudah ada sebelumnya.31

Kenyataannya adalah bahwa dalam paten, hak itu adalah merupakan bentuk yang baru. Selain dari pada itu, bagi seorang penemu yang tidak memintakan paten atas penemuannya itu tetap mendapatkan perlindungan juga dari hukum bahkan terhadap pemegang paten dari suatu produk atau proses yang sama dengan yang tidak dimintakan patennya tersebut.32

Bagi penemunya hak paten memberikan arti penting kepadanya yaitu:33 a. Kemanfaatan bagi diri sendiri, artinya sebagai pemegang suatu hak milik.

Penemu memiliki wewenang untuk mengambil manfaat dari penemuan itu bagi keuntungannya sendiri dengan cara-cara yang dibenarkan oleh hukum. Kemanfaatan itu dapat meliputi kemanfaatan di bidang materiil maupun di bidang immateriil.

b. Mengalihkan kemanfaatannya kepada orang lain, dalam bentuk mengizinkan, menyewakan, menjual, menghibahkan, ataupun mewariskan isi hak paten itu kepada orang lain.

c. Melarang orang lain yang tanpa hak memanfaatkan penemuan pemegang paten yang sah.

31 Retna Gumanti, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Paten Di Indonesia, Jurnal Al- Mizan, Volume 11 Nomor 1 Juni 2015 Halaman 198.

32 Ibid

33 World Intellectual Property Organization, Penemuan Masa Depan: Pengantar Paten untuk Usaha Kecil dan Menengah. Intellectual Property for Business Series 3. Diterbitkan dan diterjemahkan oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (2008), dan WIPO adalah pemegang hak cipta dalam versi asli berbahasa Inggris (2006).

Universitas Sumatera Utara

(28)

19

d. Melarang importasi atau eksportasi hasil dari penemuan itu yang dilindungi hak patennya, tanpa persetujuan dari pemegang paten yang sah.

Larangan semacam ini justru dimungkinkan setelah perdagangan/pasar Indonesia berkembang secara pesat, tidak hanya terbatas pada pasar domestik saja melainkan juga telah memasuki pasar di luar negeri

e. Memproduksinya di luar negeri, prinsip pemberian paten di Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, oleh karena itu paten yang diberikan di Indonesia sudah seharusnya dilaksanakan di Indonesia, agar manfaat dari penemuan tersebut dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia. Namun, bilamana karena alasan-alasan finansial, dan teknologi pemprosesannya belum mampu diadakan di dalam negeri sendiri, UUP memberikan kelonggaran kepada si pemegang paten untuk memproduksinya di luar negeri.

3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:34

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

34 Indonesia, Undang-Undang tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008, LN Nomor 93 Tahun 2008, TLN Nomor 4486.

Universitas Sumatera Utara

(29)

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Berdasarkan kekayaan dan hasil penjualan, menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 pasal 6, kriteria usaha mikro yaitu:35

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

35 Mukti Fajar ND, UMKM di Indonesia Perspektif Hukum Ekonomi, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2016) halaman 116

Universitas Sumatera Utara

(30)

21

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sedangkan kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 Orang.36

Disamping itu, definisi UMKM memiliki beragam variasi yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara yaitu:37

a. World Bank: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang, pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.

b. Amerika: UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.

c. Eropa: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang, dikategorikan usaha rumah tangga.

36 Tulus T.H Tambunan. Pasar Bebas ASEAN: Peluang, Tantangan dan Ancaman Bagi UMKM Indonesia (Jakarta: Kementerian Koperasi dan UMKM, 2012), halaman 1.

37 http://www.kemenkeu.go.id/strategipemberdayaanumkm/ diakses pada hari Kamis tanggal 26 Januari 2017 pukul 19.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara

(31)

d. Jepang: UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing dan retail/ service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥ 50 juta-300 juta.

e. Korea Selatan: UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang dan aset ≤ US$ 60 juta.

f. Beberapa Asia Tenggara : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5-10 orang (Malaysia), atau 10-99 orang (Singapura), dengan modal ± US$ 6 juta.

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan mengadakan analisa dan konstruksi.38

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif, karena untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat.39 Penelitian

38 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), halaman 20.

39 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), halaman 54.

Universitas Sumatera Utara

(32)

23

normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi penulis.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperolah gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang hak paten yang dapat diperoleh oleh UMKM yang mempunyai invensi dikaitan dengan ketentuan- ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku.

2. Sumber data

Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.40 Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, antara lain:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten

c. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

d. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

40Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), halaman 30.

Universitas Sumatera Utara

(33)

2014 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia.

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3. Teknik pengumpulan data

1. Penelitian kepustakaan (library reseacrh) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca, menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.41

2. penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara interview atau wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber, yaitu

41 Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Op.Cit., halaman 24

Universitas Sumatera Utara

(34)

25

Kantor Wilayah Sumatera Utara KEMENKUMHAM (Kepala Sub Bidang Pelayanan Administrasi Hukum Umum dan Kekayaan Intelektual, Bapak Jawasmer, S.H., M.Kn) dan Dinas Koperasi, UKM dan Penanaman Modal Kabupaten Langkat (Kepala Seksi Kemitraan dan Fasilitas, Bapak Taruli Simamora dan Kepala Bidang UKM, Bapak Usman Ali).

4. Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.42

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB I: Mengenai pendahuluan yang merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

42 Ibid., halaman 24-25

Universitas Sumatera Utara

(35)

penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan.

BAB II: Mengenai pengaturan tentang hak paten di Indonesia menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten. Berisikan tentang Konvensi Internasional tentang HKI yang dirativikasi Indonesia, Sejarah dan ruang lingkup hak paten, fungsi hak paten serta membahas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten.

BAB III: Mengenai UMKM sebagai subjek pemberian hak paten.

Berisikan mengenai gambaran umum UMKM di Indonesia, pengaturan UMKM di Indonesia, upaya dalam Pengembangan UMKM, permasalahan yang dihadapi UMKM, gambaran umum invensi serta kaitannya dengan UMKM, invensi sebagai subjek pemberian hak paten, dan dasar hukum atas perlindungan hukum terhadap invensi UMKM.

BAB IV: Mengenai perlindungan hukum hak paten terhadap invensi UMKM di Indonesia, berisikan bagaimana prosedur kepemilikan hak paten yang dapat dilakukan oleh UMKM, perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah terhadap invensi umkm berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten, perkembangan dan penerapan pendaftaran hak paten terhadap invensi UMKM di sumatera utara.

BAB V: Mengenai kesimpulan dan saran merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara

(36)

27 BAB II

PENGATURAN TENTANG HAK PATEN DI INDONESIA

A. Konvensi Internasional tentang Paten yang Diratifikasi Indonesia

Kedudukan paten dalam kerangka hukum internasional dapat dilihat dalam sejarah perkembangan HKI secara umum. Perkembangan pengaturan hukum tentang HKI dimulai pada tahun 1883 dengan dibentuknya suatu badan yang bernama “the World Intellectual Property Organization (WIPO)”,43 organisasi ini memberikan perlindungan atas adanya penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat itu. Misalnya ketika Johannes Brahms mampu menggabungkan simponi yang ketiganya, Robert Louis Stevenson menulis perbendaharaan pulau, dan John and Emily Roebling yang melengkapi konstruksi atas jembatan di Brooklyn New York. Penemuan- penemuan tersebut dirasakan perlunya adanya jaminan proteksi secara hukum.44

Pemberlakuan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan HKI dimulai dengan telah dicapainya kesepakatan General Agreement on Tariff and Trade (GATT),45 kemudian setelah Konferensi Marakesh pada bulan April 1994 disepakati pula kerangka GATT akan diganti dengan sistem perdagangan

43 H.S. Kartadjoemena, GATT, WTO dan hasil Uruguay Round, (Jakarta: Penerbit UI Press, 1997)

44 Yoyon M Darusman, kedudukan serta perlindungan hukum bagi pemegang hak paten dalam kerangka Hukum nasional indonesia dan hukum internasional, Yustisia Edisi 94 Januari – April 2016, halaman 114.

45 Negosisasi pada putaran Uruguay (GATT) akhirnya memutuskan Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia di Geneva pada tanggal 25 Desember 1993.

Universitas Sumatera Utara

(37)

dunia yang dikenal dengan World Trade Organization (WTO)46. Indonesia sendiri telah meratifikasi konvensi pendirian WTO melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia 1994 Nomor: 57 tanggal 2 Nopember 1994.47

Dalam struktur lembaga WTO terdapat Dewan Umum (General Council) yang berada di bawah Dirjen WTO. Dewan Umum ini selanjutnya membawahi tiga dewan yang salah satu diantaranya adalah Dewan TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights).48 TRIPs ini dapat dikatakan sebagai isu baru dalam kancah perekonomian internasional, di mana bahwa dimasukannya TRIPs dalam kerangka WTO menjadi mekanisme yang sangat efektif untuk mencegah alih teknologi, yang memainkan peranan kunci dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.49

Pent ingnya perlindungan internasional atas Kekayaan Intelektual menjadi bukti ketika dalam suatu pameran diluar negeri beberapa pemikir yang telah menemukan invensi dan inovasi baru yang menolak untuk hadir pada “the International Exhibition of Invention in Vienna” pada tahun 1873. Hal mana

46 World Trade Organization (WTO) merupakan satu-satunya organisasi internasional yang mengatur perdagangan internasional. Terbentuk sejak tahun 1995, WTO berjalan berdasarkan serangkaian perjanjian yang dinegosiasikan dan disepakati oleh sejumlah besar negara di dunia dan diratifikasi melalui parlemen. (http://www.kemlu.go.id/id).

47 Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights “Kajian Hukum Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komparatif Hukum Paten”. (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2005) halaman 3.

48 Indonesia, Undang-Undang Pengesahan Agreeement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, LN Nomor 57 Tahun 1994, TLN Nomor 3564.

49 Achmad Zein Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, (Bandung: P.T.

Alumni, 2005) halaman 21.

Universitas Sumatera Utara

(38)

29

disebabkan suatu kekhawatiran bahwa ide-ide mereka akan dicuri dan disebarluaskan secara komersil ke negara-negara lain. Merupakan sesuatu hal yang wajar jika para penemu tidak bersedia memamerkan penemuannya sebelum adanya suatu jaminan atas keamanannya. Karena bagaimanapun harus diakui bahwa setiap ide-ide yang cemerlang dan kreatif yang datang dari seseorang atau sekelompok orang merupakan bentuk dari kemampuan intelektual manusia yang tidak semua orang bisa memiliki atau mempunyainya. Apalagi karya intelektual itu nantinya berguna dan memberi dampak baik dari berbagai aspek kehidupan.

Dari itu, perlu adanya jaminan keamanan dan perlindungan. Jaminan keamanan inilah yang diharapkan agar terdapat perlindungan secara menyeluruh.50

Berkenaan dengan kepentingan tersebut, maka pada tahun 1883 ditetapkan sebagai lahirnya “the Paris Convention for Protection of Industrial Property”, keputusan internasional yang pertama dibuat untuk membantu orang pada suatu negara dapat diberikan perlindungan pada negara-negara lain dalam bentuk

“Hak Kekayaan Industri (industrial property rights)”, seperti:51 a. Invention (patents),

b. Trademarks, c. Industrial designs.

Pada tahun 1884 “the Paris Convention” telah memiliki 14 negara- negara anggota, yang dibentuk dalam suatu “Biro Internasional” untuk melakukan tugas-tugas administrasi, seperti melakukan pertemuan-pertemuan organisasi

50 Yoyon M Darusman, Op, Cit., halaman 115

51 Endang Purwaningsih, Paten Sebagai Kontruksi Hukum Perlindungan Terhadap Invensi dibidang Teknologi dan Industri, Jurnal Hukum Pro Justitia, April 2006, Vol. 24 Nomor 2, halaman 131

Universitas Sumatera Utara

(39)

dengan negara-negara anggota dalam rangka melakukan koordinasi tentang pentingnya perlindungan atas kekayaan industry, dan dalam perkembangan selanjutnya keanggotaan dalam “the Paris Convention” terus bertambah sesuai dengan meningkatnya kebutuhan akan perlindungan kekayaan industri di negara masing-masing.52

Pada tahun 1886, dengan berkembangnya industri yang sangat cepat lahirlah ketentuan tentang hak cipta (copyrights) termasuk ke dalam arena internasional dengan “Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works”.53 Isi dari konvensi ini telah membantu kepentingan nasional dari negara-negara anggota yang memberikan perlindungan internasional atas hak-hak mereka dalam mengontrol, dan untuk menerima pembayaran, pada saat menggunakan kreativitas kerja mereka. Isi dari hak cipta seperti;

Pertama, novel-novel, cerita-cerita pendek, syair-syair, sajak-sajak; Kedua, lagu- lagu, opera, music, sonata, dan; Ketiga, gambar-gambar, lukisan-lukisan, seni pahat, pekerjaan arsitektur.54

Hal yang sama seperti “the Paris Convention”, “the Berne Convention”

dilengkapi dengan “Biro Internasional” untuk melakukan tugas-tugas administrasinya. Tahun 1893 telah dilakukan penyatuan dua biro-biro kecil untuk membentuk suatu organisasi internasional yang disebut “the United International Bureau for the Protection of Intellectual Property (yang disebut dalam nama Prancis sama dengan BIRPI). Yang bertempat di Berne, Switzerland, dengan

52 Achmad Zein Umar Purba, Op, Cit., halaman 56.

53 Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works, biasanya dikenal sebagai Konvensi Berne, merupakan hak cipta perjanjian yang mengatur secara internasional, pertama kali diterima di Berne, Swiss, pada tahun 1886.

54 Endang Purwaningsih, Op, Cit., halaman 20.

Universitas Sumatera Utara

Gambar

Tabel 3.1: Kekuatan dan Kelemahan UMKM

Referensi

Dokumen terkait

Di sisi lain, multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, di mana media tersebut dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video,

Jika seseorang pelaku telah memenuhi syarat untuk dapat dimintai pertanggungjawaban pidananya, dan dalam hal ini adalah terkait dengan kesengajaannya untuk

Kesimpulan yang didapatkan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu, terdapat perubahan yang signifikan terhadap nilai pre test dan post test dari siswa kelas 4

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Indikator mutu buah yang diamati di antaranya kadar vitamin C, keberadaan kapang serta susut berat buah tomat varietas Servo pasca panen.. Jenis penelitian ini eksperimen

Setelah berlalunya masa taqlid di mana para mujtahid memilih mengikuti para imam mereka tanpa perkembangan dalam ijtihad, yang dalam sebuutan Imam Ghazali mereka

Tonggak sejarah pengembangan refrigerasi adalah pada tahun 1834 ketika Jacob Perkins, berkebangsaan Amerika, mendapatkan paten nomer 6662 dari Inggris untuk mesin

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam tugas akhir ini akan dibuat sebuah alat yang dapat mengangkut sampah dari kanal banjir secara otomatis dengan menggunakan