LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG
PERANAN JURU SITA PAJAK PADA SEKSI PENAGIHAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
O L E H
NAMA : YUNI NOVITA SARI SURBAKTI NIM : 132600055
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
dan karunia-Nya dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Peranan Juru Sita Pajak Pada Seksi Penagihan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur” dalam waktu yang telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini banyak bantuan yang diterima baik berupa moral maupun material serta bimbingan yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan FISIP USU
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
4. Seluruh Bapak/Ibu Staf Pegawai Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah banyak membantu dan memberikan masukan selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya laporan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.
ii
6. Bapak Henri Sibarani,SE,Ak,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.
7. Bapak Sanusi, SE, selaku Kepala Seksi Penagihan yang sudah mengarahkan penulis dan membantu dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir
8. Kakak Maria Olivia Tiara Asi Br. Tambunan, A.Md yang sudah membantu penulis baik dalam memberikan informasi dan data dalam penyusunan laporan Tugas Akhir
9. Kedua Orang Tua saya tercinta, Ibrahim Surbakti SH dan Ernawati, A.Md yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan berupa moral dan material kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
10. Kakak saya sudah memberikan semangat dan motivasi selama dalam perkuliahan hingga sampai saat ini
11. Adik saya Apri Alemta yang selalu mendukung penyelesaian laporan Tugas Akhir
12. Giovanny Legintha Perangin-angin yang selalu mendukung dan membantu penulis serta selalu memberikan semangat selama perkuliahan sampai penyusunan laporan Tugas Akhir
13. Jorianda Sitompul yang selalu membantu penulis dalam penyusunan dan penyelesaian laporan Tugas Akhir
kelemahan dan kekurangan dari segi isi, bahasa, maupun penyajiannya. Akan tetapi, penulis telah berusaha secara maksimal dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis juga memohon maaf apabila terjadi kesalahan kata - kata dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini.Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya.
Medan, Juni 2016
Penulis
Yuni Novita Sari Surbakti
iv DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Dan Manfaat ... 4
1. Tujuan ... 4
2. Manfaat ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
1. Pengertian Pajak ... 6
2. Pengertian Penagihan Pajak ... 7
3. Pengertian Penyitaan ... 8
4. Jenis Pajak ... 9
5. Fungsi Pajak ... 10
6. Dasar Hukum Penyitaan ... 11
D. Ruang Lingkup ... 12
E. Metode Penulisan ... 13
F. Metode Pengumpulan ... 14
Medan Timur ... 17
B. Visi Dan Misi Direktorat Jenderal Pajak ... 21
1. Visi Direktorat Jenderal Pajak ... 21
2. Misi Direktorat Jenderal Pajak ... 21
C. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 22
1. Visi Kantor Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 22
2. Misi Kantor Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur .... 22
D. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan timur ... 22
E. Tugas Umum dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 24
F. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 35 BAB III GAMBARAN DATA PERANAN JURU SITA PAJAK PADA SEKSI PENAGIHAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR ... 39
A. Pengertian Pajak ... 39
B. Dasar Hukum ... 39
C. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 40
D. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia ... 47
vi
1. Pengertian Penagihan Pajak ... 48
2. Dasar Hukum Penagihan Pajak ... 49
3. Tindakan Penagihan Pajak ... 49
F. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ... 50
1. Dasar Hukum ... 50
2. Pengertian Surat Paksa ... 51
3. Penerbitan Surat Paksa ... 51
4. Fungsi Surat Paksa ... 52
G. Pelaksanaan Penyitaan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 ... 52
1. Barang –Barang Penanngung Pajak Yang Dapat Disita ... 53
2. Barang Bergerak Yang Dapat Disita ... 54
3. Barang Tidak Bergerak Yang Dapat Disita ... 55
4. Barang Yang Dikecualikan Dari Penyitaan ... 55
5. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan ... 56
H. Juru Sita Pajak ... 57
1. Syarat-Syarat Juru Sita Pajak ... 57
2. Pemberhentian Juru Sita Pajak ... 57
3. Tugas Juru Sita Pajak ... 58
I. Prosedur Penyitaan Barang Terhadap Wajib Pajak ... 58
J. Penyitaan Tambahan... 64
K. Pencabutan Sita... 65
1. Pelaksanaan Penerbitan Surat Teguran Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2014 dan 2015 ... 67
2. Pelaksanaan Penerbitan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2014 dan 2015 ... 69
3. Pelaksanaan Penyitaan Barang Wajib Pajak Pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2014 dan 2015 . 70 B. Peran dan Wewenang Juru Sita Pajak Pada Seksi Penagihan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 76
C. Kendala dan Upaya Dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 78
1. Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 78
2. Upaya-Upaya Dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 80
BAB V PENUTUP ... 82
A. Simpulan ... 82
B. Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ... 38 Tabel 4.1 Jumlah Penerbitan Pelaksanaan Surat Teguran Pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Timur Tahun 2014 dan 2015 ... 68 Tabel 4.2 Jumlah Penerbitan Pelaksanaan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur Tahun 2014 dan 2015 ... 69 Tabel 4.3 Jumlah Penyitaan Barang Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Medan Timur Tahun 2014 dan 2015 ... 74 Tabel 4.4 Realisasi Pencairan Dari Surat Teguran dan Surat Paksa Pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur Tahun 2014 dan 2015 ... 75
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ... 37
Gambar 4.1 Skema Penyitaan Barang Wajib Pajak ... 72
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi hukum yang berlandaskan pada Undang–undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 dan berasaskan Pancasila. Saat sekarang ini Bangsa Indonesia sedang melakukan pembangunan secara menyeluruh baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak terkecuali Bangsa Indonesia. Untuk melaksanakan pembangunan yang sangat pesat dan menyeluruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka diperlukan dukungan dan peran serta seluruh potensi masyarakat. Agar proses pembangunan selanjutnya dapat berjalan lancar diperlukan adanya hubungan yang selaras, serasi dan berimbang antara pemerintah dengan masyarakat. Pembangunan Nasional merupakan suatu pembangunan yang terus berkelanjutan dan saling berkesinambungan yang pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintah.
Saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencar-gencarnya melaksanakan pembangunan di segala bidang baik ekonomi, sosial, politik, hukum maupun bidang pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa secara adil dan makmur. Untuk mewujudkan tujuan dari Pembangunan Nasional tersebut setiap negara harus memperhatikan masalah pembiayaan. Salah satu usaha yang harus ditempuh
pemerintah dalam mendapatkan pembiayaan yaitu dengan memaksimalkan potensi pendapatan yang berasal dari negara Indonesia sendiri yaitu salah satunya berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan dalam pembangunan nasional yang berasal dari iuran masyarakat atas pendapatan yang diperolehnya, oleh karena itu peran masyarakat dalam pembangunan nasional harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membayar pajak walaupun manfaat dari membayar pajak tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Disamping itu pajak merupakan sumber pendapatan asli negara yang mempunyai potensi besar dalam mendukung seluruh program kerja pemerintahan dalam melakukan suatu perubahan agar dimana semua tujuan yang diharapkan pemerintah dapat tercapai, maka dari itu diperlukan suatu penanganan dan perhatian yang menyeluruh dari segenap insan perpajakan dalam memaksimalkan penerimaan negara yang belum mencapai potensi maksimalnya.
Apalagi sekarang ini bangsa Indonesia sedang berusaha untuk keluar dari krisis ekonomi global yang sekarang ini baru melanda di berbagai negara.
Untuk itu kita sebagai warga negara yang baik harus turut serta membantu apa yang menjadi tujuan bangsa Indonesia salah satunya dengan cara ikut berpartisipasi dalam hal perpajakan seperti mempunyai kesadaran untuk membayar pajak secara tepat, benar dan sukarela Sehingga apabila seluruh warga negara memiliki kesadaran untuk dalam menumbuhkan dan meningkatkan penerimaan dari sektor pajak maka akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan
3
Sistem perpajakan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan yang sangat signifikan dalam hal perpajakan yaitu ketika reformasi sistem perpajakan pada tahun 1983. Sejak saat itu, sistem pemungutan pajak telah mengalami perubahan yaitu official assessment system menjadi self assessment system. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah wajib pajak di Indonesia
yang sangat pesat, tetapi tidak berbanding lurus dengan jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak ,berbeda dengan official assessment system. Dalam self assessment system, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajaknya. Dengan adanya reformasi sistem perpajakan ini, diharapkan peningkatan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya.
Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik sehingga timbul utang pajak. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi hal ini, antara lain dengan mengesahkan Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Undang-undang ini kemudian menjadi dasar bagi Direktorat Jenderal Pajak melakukan tindakan penagihan aktif, antara lain pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, pelaksanaan penyitaan, serta pelaksanaan lelang untuk melunasi utang pajaknya Pelaksanaan penagihan aktif ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak
dilaksanakan oleh Jurusita Pajak sebagai ujung tombaknya. Jurusita Pajak adalah pegawai negeri sipil dalam lingkup Kementrian Keuangan, yang diangkat oleh pejabat Direktorat Jenderal Pajak dan diberi wewenang untuk melaksanakan tindakan penagihan aktif sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Oleh karena itu, jurusita pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pengamanan penerimaan negara dari sektor pajak.
Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk memahami, dan mendalami dengan melakukan penelitian yang berjudul “Peranan Juru Sita Pajak Pada Seksi Penagihan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur “
B. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan
1.1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan wajib pajak tidak menaati ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
1.2. Untuk mengatahui pelaksanaan prosedur penyitaan terhadap barang yang bergerak atau tidak bergerak yang dilakukan oleh juru sita pajak
2. Manfaat
2.1 Bagi Mahasiswa
2.1.1 Guna mendorong mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan secara efisiensi dan efektif melalui laporan Tugas Akhir.
5
2.1.2 Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengatahui bagaimana dunia kerja yang sebenarnya dan menjadikan Mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai.
2.13 Untuk menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab, profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
2.14 Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengatahuan dan wawasan mahasiswa tentang ilmu pajak pada umumnya dan pelaksanaan prosedur penyitaan pajak pada khususnya.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
2.2.1 Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan lembaga pendidikan khususnya Universitas Sumatera Utara.
2.2.2 Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan keahlian dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.
2.2.3 Dapat dijadikan masukan dalam pembenahan kebijaksanaan yang telah dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatra Utara
2.3.1 Dengan adanya laporan Tugas Akhir dapat digunakan oleh dosen sebagai tambahan materi dalam mata kuliah yang berhubungan dengan apa yang disampaikan oleh penulis.
2.3.2 Membuka interaksi antara dosen dengan instansi yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengatahuan yang diterima mahasiswa melalui laporan Tugas Akhir.
2.3.3 Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengatahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya di bidang perpajakan.
C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Rochmat Soemitro menyatakan bahwa Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2009 dan Tata Cara Perpajakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
7
Dari definisi pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat dengan pengertian pajak yaitu :
a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaan.
b. Tanpa jasa timbal balik dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment yaitu pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Pengertian Penagihan Pajak
Menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2000 Pasal 1 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa yang dimaksud dengan Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
3.Pengertian Penyitaan
Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 Pasal 1 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa yang dimaksud dengan Penyitaan Pajak adalah tindakan Jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang- undangan.
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, walaupun fiskus telah melakukan tindakan penagihan sampai menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi masih banyak Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya. Oleh karena itu, fiskus melaksanakan tindakan penyitaan terhadap Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang tidak membayar utang pajaknya.
Adapun tujuan dari penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan penyitaan tersebut sangat diperlukan sebagai alat paksa yang dapat dilakukan oleh fiskus untuk memaksa Wajib Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya.
9
4. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.
4.1 Menurut Golongan
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.
4.2 Menurut Sifat Pajak
a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.
b. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak.
4.3 Menurut Lembaga Pemungut Pajak
a. Pajak negara (pajak pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.
b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.
5. Fungsi Pajak
Pajak yang telah dipungut dari masyarakat ke kas Negara memiliki fungsi yaitu fungsi budgeter dan fungsi regulasi.
5.1 Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara)
Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi
11
maupun intensifikasi pemotongan pajak melalui penyempurnaan peraturan perpajakan.
5.2 Fungsi Regulasi (Pengaturan)
Maksudnya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan
6. Dasar Hukum Penyitaan
Dasar hukum pelaksanaan penyitaan/penyenderaan terhadap barang wajib pajak sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP )
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
3. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penagihan dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
4. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak dan Pemberian Ganti Rugi dalam Rangka Penagihan dengan Surat Paksa.
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK 04/2000 Tentang Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada Bank dalam rangka penagihan pajak dengan surat paksa.
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 363/KMK 04/2000 Tentang Surat-Surat, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Juru Sita Pajak. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 56/KMK 04/2000 Tentang Penagihan Seketika dan Sekaligus dengan Surat Paksa.
D. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari laporan Tugas Akhir ini antara lain 1.Pelaksanaan Standar Prosedur Operasi atau Standard Operating Procedure (SOP) penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2.Faktor penghambat pelaksanaan Standar Prosedur Operasi atau Standard Operating Procedure (SOP) penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur
3.Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan Standar Prosedur Operasi atau Standard Operating Procedure (SOP) penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam laporan Tugas Akhir adalah disini penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasi atau Standard Operating Procedure (SOP) Penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat dari Utang Pajak dan
13
bahan referensi untuk mengetahui Pelaksanaan Standar Prosedur Operasi atau Standard Operating Procedure (SOP) Penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat
Utang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir adalah : 1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini penulis menyediakan persiapan yang dibutuhkan melalui pengenalan objek pajak, yang akan di bahas, pengajuan judul, persetujuan judul oleh program studi Diploma III Administrasi Perpajakan penyusunan proposal,berkonsultasi dengan dosen poembimbing yang ditunjuk oleh program studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan memohon surat pengantar laporan praktik kerja lapangan mandiri dari program studi Diploma III Administrasi Perpajakan
2. Studi Literatur (Kepustakaan)
Dalam tahap ini penulis mencari data-data informasi dengan membaca landasan teori menelaah buku-buku literatur, perundang-undangan bidang perpajakan, catatan tertulis yang ada hubungannya dengan laporan penelitian
3. Studi Observasi Lapangan
Dalam tahap ini penulis mencari data-data dengan mengikuti penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, mempelajari laporan- laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
4. Pengumpulan data
Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan oleh Penulis untuk penyusunan laporan akhir, yaitu data-data yang diperoleh dari tempat objek penelitian maupun data yang diperoleh dari studi literatur.
5. Analisis dan Evaluasi
Dalam tahap ini penulis melakukan dengan cara menganalisa permasalahan, kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Interview (Wawancara)
Dalam tahap ini penulis mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompenten untuk mendukung hasil laporan dan memperoleh data yang dibutuhkan mengenai peranan juru sita pajak dalam seksi penagihan.
2. Metode Observasi (Pengamatan)
Dalam tahap ini penulis mengumpulkan dan mencari data secara langsung terjun ke lapangan untuk mengamati dan meneliti bagaimana peranan juru sita pajak dalam seksi penagihan.
15
3. Dokumentasi
Dalam tahap ini penulis mengumpulan data yang dilakukan dengan mencari data dan mengumpulkan data dengan membuat daftar dokumentansi yang telah diperoleh dari instansi perpajakan.
G. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun yang menjadi maksud dalam membuat sistematika penulisan adalah untuk mempermudah pembahasan, pemahaman,dan penulisan laporan tugas akhir dengan sistematika penulisan dibuat dalam 5 (lima) bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini Penulis memuat dan menguraikan Latar Belakang laporan tugas akhir, tujuan dan manfaat laporan tugas akhir, ruang lingkup laporan tugas akhir, metode penulisan dan sistematika laporan.
BAB II :GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Dalam bab ini menguraikan gambaran objek lokasi penelitian meliputi sejarah singkat, uraian tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi dan gambaran data pegawai KPP Pratama Medan Timur.
BAB III : GAMBARAN DATA PERANAN JURU SITA PAJAK PADA SEKSI PENAGIHAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Dalam bab ini penulis menguraikan secara terperinci pengertian pajak secara umum,dasar hukum, hak dan kewajiban Wajib Pajak sistem pemungutan pajak di Indonesia, penagihan pajak, Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP), pelaksanaan penyitaaan, barang- barang yang dapat disita baik secara bergerak dan tidak bergerak serta yang dikecualikan dari penyitaan, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), prosedur penyitaan terhadap Wajib Pajak serta peranan juru sita pajak
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA
Dalam bab ini Penulis menguraikan data yang diperoleh dan mengevaluasi bagaimana peranan juru sita pajak pada seksi penagihan.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran yang merupakan rangkuman atau intisari mengenai masalah dari teori pelaksanaan laporan Tugas Akhir serta saran dari penulis.
17 BAB II
GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur).
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas pokok di bidang penerimaan negara yang berasal dari pajak sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Nomenklatur KPP Medan Timur diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur pada tanggal 6 Mei 2008, sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 tentang Perubahan Kedua atas PMK No.132/PMK.01/2006 Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Modern diseluruh Jajaran Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari 3(tiga) jenis, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar 2. Kantor Pelayanan Pajak Madya
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Dengan di bentuknya KPP Madya dan KPP Pratama di bawah Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah sebagian Provinsi Sumatera Utara.
19
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Timur b. Kecamatan Medan Tembung c. Kecamatan Medan Perjuangan
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Barat
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Petisah b. Kecamatan Medan Sunggal c. Kecamatan Medan Helvetia
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Kota b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Area d. Kecamatan Medan Amplas
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Polonia b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Baru d. Kecamatan Medan Tuntungan e. Kecamatan Medan Selayang f. Kecamatan Medan Johor
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Belawan b. Kecamatan Medan Marelan c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli
8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kota Binjai
b. Kabupaten Langkat
9. KPP Pratama Lubuk Pakam, dengan wilayah kerja : a. Kecamatan Deli Serdang
21
B. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak Visi Direktorat Jenderal Pajak
Menjadi Institusi Penghimpun Penerimaan Negara Yang Terbaik Demi Menjamin Kedaulatan Dan Kemandirian Negara
Misi Direktorat Jenderal Pajak
Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri dengan:
1. Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi dan penegakan hukum yang adil
2. Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan
3. Aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan professional 4. Kompensasi yang kompetitif berbasis system manajemen kinerja
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), tidak hanya membawa perubahan pradigma dan perubahan prilaku Direktorat Jenderal Pajak. Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik good governance pada institusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
C.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), tidak hanya membawa perubahan pradigma dan perubahan prilaku Direktorat Jenderal Pajak. Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik good governance pada institusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Menjadi Kantor Pelayanan Pajak terbaik tingkat nasional dalam menunjang penerimaan negara melalui pelayanan prima.
Misi kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Mencapai kinerja yang optimal melalui pelayanan, penyuluhan dan pengawasan berdasarkan ketentuan perpajakan.
D. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Adapun wilayah kerja di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur antara lain:
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II
Kelurahan Sidodadi.
23
2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II
Kelurahan Sidorame Barat I dan II
Kelurahan Pahlawan
Kelurahan Sei Kera Hulu
Kelurahan Padau Hilir
Kelurahan Tegal Rejo.
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Kelurahan Bandar Selamat
Kelurahan Bantan
Kelurahan Bantan Timur
Kelurahan Indri Kasih
Kelurahan Sidorejo
Kelurahan Sidorejo Hilir
Kelurahan Printis.
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Kelurahan Durian
Kelurahan Gaharu
Kelurahan Glugur Darat I dan II
Kelurahan Gang Buntu
Kelurahan Pulo Brayan Bengkel.
E. Tugas Umum dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan, tugas KPP Pratama yang termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Timur yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas diatas, KPP Pratama termasuk KPP Pratama Medan Timur menyelenggarakan fungsi yaitu :
25
a. Pengumpulan, pencarian dan pengolaan data, pengamataan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendaftaran objek dan subjek pajak.
b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta pemberitahuan surat lainnya.
d. Penyuluhan perpajakan.
e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
f. Pelaksanaan ekstensifikasi.
g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
h. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak.
i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
k. Pelaksanaan intensifikasi.
l. Pembetulan ketetapan pajak.
m. Melaksanakan administrasi kantor.
Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menyelenggarakan tugas-tugas pokok. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor, yang mempunyai tugas mengkoordinasi penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak, mengkordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak
berdasarkan potensi yang ada dan mengkordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil.
Kepala kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan fungsional, yang gambaran tugas dari masing-masing seksi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepala KPP (Kepala Kantor)
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
1.1 Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah.
1.2 Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.
1.3 Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.
1.4 Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
1.5 Mengkoordinasi pelaksanaan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
1.6 Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
27
1.7 Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan Wajib Pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.
1.8 Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.
1.9 Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.
1.10 Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.
2. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.
Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas sebagai berikut:
2.1 Penatausahaan surat masuk dan surat keluar.
2.2 Menyusun tanggapan/tindak lanjut terhadap surat hasil pemeriksaan/laporan hasil pemeriksaan dari Ditjen/Kemenkeu/BPKP unit fungsional pemeriksa lainnya.
2.3 Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat melalui pos maupun secara langsung.
2.4 Menyusun laporan berkala KPP, meliputi laporan ketertiban pegawai, laporan penggunaan anggaran, laporan pemakaian barang – barang milik negara dan lain sebagainya.
2.5 Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.
2.6 Pengadministrasian hak – hak pegawai antara lain hak cuti, asuransi kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan pension dan sebagainya.
2.7 Pengadministrasian gaji pegawai
2.8 Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaan barang - barang kebutuhan kantor.
2.9 Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola sistem akuntansi instansi.
2.10 Membuat laporan tentang Wajib Pajak patuh 2.11 Pengawasan/kepatuhan internal
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasian, pelayanan dukungan teknis komputer,
29
pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.
Adapun tugasnya sebagaai berikut:
3.1 Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan ekonomi dan keuangan.
3.2 Menatausahaan penerimaan pajak.
3.3 Membuat laporan monitoring penerimaan pajak dan extra effort.
3.4 Perbaikan komputer dan aplikasi komputer.
3.5 Penatausahaan alat keterangan.
3.6 Penatausahaan surat-surat masuk pada seksi pengolaan data dan informasi.
3.7 Pengaturan jaringan komputer keseluruh pegawai serta pengawasan terhadap penggunaan jaringan komputer.
4. Seksi Pelayanan
Melaksaanakan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. Adapun tugasnya sebagai berikut:
4.1 Menatausahakan surat-surat permohonan dari wajib pajak dan surat- surat lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)
4.2 Menatausahakan surat-surat masuk untuk Seksi Pelayanan.
4.3 Penatausaahakan arsip/berkas perpajakan.
4.4 Menyelesaikan registrasi Wajib Pajak dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta permohonan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
4.5 Menyelesaikan permohonan penghapusan NPWP dan pengukuhan PKP.
4.6 Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum.
4.7 Pemberitahuan wajib pajak keluar/ pindah masuk.
4.8 Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN atau SPT masa PPh pemotong dan pemungut yang telah diterima kembali dalam rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.
4.9 Menyelesaikan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.
4.10 Melayani peminjaman/ pengiriman berkas dari/ ke KPP lain.
4.11 Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.
4.12 Mencetak surat teguran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh, SPT masa PPh, SPT masa PPN, yang tidak di sampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
4.13 Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP).
4.14 Melaksanakan penyuluhan perpajakan.
31
4.15 Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak.
5. Seksi Penagihan
Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Adapun tugasnya sebagai berikut:
5.1 Menatausahakan surat masuk ke Seksi Penagihan.
5.2 Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan angsuran/pelunasan pajak.
5.3 Menerbitkan dan menyampaikan surat teguran kepada Wajib Pajak.
5.4 Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa.
5.5 Menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan melaksanakan penyitaan.
5.6 Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening Wajib Pajak kepada pimpinan bank.
5.7 Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggakan pajak yang telah disita.
5.8 Melakukan penelitian administratif dan penelitian setempat terhadap piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak mungkin ditagih lagi.
5.9 Melakukan penelitian atas usulan penghapusan piutang pajak.
5.10 Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak.
6. Seksi Pemeriksaan
Pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. Adapun tugasnya sebagai berikut:
6.1 Menatausahakan surat masuk ke Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal.
6.2 Mengusulkan Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.
6.3 Menerbikan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2), Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pemeriksaan pajak dan surat pemanggilan pemeriksaan pajak.
6.4 Menatausahakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) dan Nota Perhitungan (Nothit).
6.5 Mengusulkan dilakukannya penyidikan pajak.
7. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan
Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan subjek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi dan penyuluhan perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adapun tugasnya sebagai berikut:
33
7.1 Menatausahakan surat yang masuk ke seksi ekstensifikasi dan penyuluhan perpajakan.
7.2 Menerbitkan surat himbauan ber-NPWP.
7.3 Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan data perpajakan.
7.4 Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan monografi fiskal.
7.5 Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Melaksanakan pengawasan kepatuhan Wajib Pajak (PPh, PPN, dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).
8.1 Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak yang belum menyampaikan surat pemberitahuan (SPT).
8.2 Melaksanakan peneliatian dan analisa kepatuhan material Wajib Pajak.
8.3 Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar.
8.4 Pengusulan Wajib Pajak / PKP fiktif.
8.5 Pengusulan Wajib Pajak patuh.
8.6 Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF).
8.7 Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai.
8.8 Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada Wajib Pajak.
8.9 Mengirimkan himbauan perbaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).
8.10 Melakukan kunjungan kerja ke lokasi Wajib Pajak dalam rangka pengawasan dan Wajib Pajak.
8.11 Melaksanakan rekonsiliasi data Wajib Pajak (data maching).
8.12 Membuat surat keterangan bebas (SKB).
9. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksaan Pajak
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.
9.1 melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap.
9.2 Melakukan pemeriksaan sederhana kantor.
35
9.3 Membuat Nota Perhitungan (Nothit) pajak, Daftar Kesimpulan Hasil Pemeriksaan (DKHP) dan Alat Keterangan (Alket).
9.4 Membuat laporan hasil pemeriksaan.
F. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dimana masing-masing diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab sesuai jabatannya.
hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian berdasarkan susunan tingkat hierarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.
Setiap instansi atau perusahaan menggunakan struktur organisasi dalam fungsi dan tugasnya masing-masing. Sedangkan definisi struktur organisasi itu sendiri adalah kerangka yang menyeluruh menghubungkan suatuorganisasi dan menerapkan hubungan yang ditetapkan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur sendiri menerapkan struktur organisasi lini dan staf Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dipimpin oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur terdiri dari 1 (satu) Sub bagian dan 10 (sepuluh) seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative (AR).
37
Sumber : KPP Pratama Medan Timur Seksi Sub Bagian Umum Pada Tahun 2016 Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur Pada Tahun 2016
No. Unit
Jumlah Pegawai
(Orang) 1 Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal 8 2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 7
3 Seksi Pelayanan 13
4 Seksi Pemeriksaan 11
5 Seksi Penagihan 5
6 Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 10
7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6
8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 10
9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 12
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11
Jumlah 93
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Pada Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal Tahun 2016
39 BAB III
GAMBARAN DATA PERANAN JURU SITA PAJAK PADA SEKSI PENAGIHAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MEDAN TIMUR
A. Pengertian Pajak
Menurut Undang-undang Ketentuan Umum dan Perpajakan No 16 Tahun 2009 Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi (OP) atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
B. Dasar Hukum
1. Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
2. UU Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
3. Pasal 48 PP 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
4. Pasal 27 PP 80 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2007
5. PMK-24/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubah dengan PMK 85/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
C. Hak Dan Kewajiban Wajib Pajak
Dalam rangka untuk lebih memberikan keadilan di bidang perpajakan yaitu antara keseimbangan hak negara dan hak warga Negara pembayar pajak, maka Undang-Undang Perpajakan yaitu Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengakomodir mengenai hak dan kewajiban WajibPajak. Dalam melaksanakan kewajiban pajak akan terasa mudah jika Wajib Pajak (WP) memahami hak dan kewajiban Wajib Pajak.
Adapun hak Wajib Pajak adalah sebagai berikut : 1.Hak atas kelebihan pembayaran pajak.
Menurut (Mardiasmo 2011) hak atas kelebihan pembayaran pajak terjadi jika pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit pajak, atau dengan kata lain pembayaran pajak yang dibayar atau dipotong atau dipungut lebih besar dari yang seharusnya terutang, maka Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapatkan kembali kelebihan tersebut.
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap. Khusus untuk Wajib Pajak yang masuk kriteria Wajib Pajak Patuh, pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan paling lambat 3 bulan untuk
41
Pengembalian ini dilakukan tanpa pemeriksaan. Wajib Pajak dapat melakukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak melalui dua cara:
1.1 Melalui Surat Pemberitahuan (SPT)
1.2 Dengan mengirimkan surat permohonan yang ditujukan kepada Kepala KPP.
2.Hak dalam hal dilakukan pemeriksaan.
2.1 Meminta Surat Perintah Pemeriksaan 2.2 Melihat tanda pengenal pemeriksa
2.3 Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan 2.4 Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT
2.5 Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan
2.6 Meminta review kepada Kantor Wilayah DJP terkait hasil pemeriksaan. 3.Hak untuk mengajukan keberatan, banding atau gugatan, serta
peninjauan kembali.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Jika Wajib Pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan keberatan atas surat ketetapan tersebut. Selanjutya jika belum puas dengan keputusan keberatan tersebut maka Wajib Pajak dapat mengajukan banding atau gugatan. Langkah terakhir yang
dapat dilakukan oleh Wajib Pajak dalam sengketa pajak adalah peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.
4. Hak kerahasiaan Wajib Pajak.
Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Tahun 1983 Pasal 34 Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala sesuatu informasi yang telah disampaikannya kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan.
Disamping itu pihak lain yang melakukan tugas di bidang perpajakan juga dilarang mengungkapkan kerahasiaan Wajib Pajak, termasuk tenaga ahli, sepert ahli bahasa, akuntan, pengacara yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak untuk membantu pelaksanaan undang-undang perpajakan..
5. Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Dalam hal-hal atau kondisi tertentu, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak.
6. Hak untuk penundaan pelaporan SPT Tahunan.
Dengan alasan-alasan tertentu, Wajib Pajak dapat menyampaikan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan baik PPh Badan maupun PPh Orang Pribadi.
Adapun kewajiban Wajib Pajak adalah sebagai berikut : 1. Kewajiban Pembayaran Pajak.
Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No 6 Tahun 1983 Dalam hal kewajiban pembayaran, ada 4 hal yang harus diperhatikan
43
1.1 Wajib Pajak wajib membayar sendiri pajak terutang, meliputi: pembayaran angsuran Pajak Penghasilan setiap bulan (PPh Pasal 25) dan pembayaran kekurangan PPh selama setahun (PPh Pasal 29)
1.2 Wajib Pajak wajib membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain, meliputi PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2), PPh Pasal 15 serta PPh Pasal 26 untuk Wajib Pajak Luar Negeri 1.3 Wajib Pajak wajib membayar PPN kepada pihak penjual atau pemberi jasa
ataupun kepada pihak yang ditunjuk pemerintah 2. Kewajiban pemungutan/pemotongan pajak.
Selain pembayaran yang dilakukan sendiri, terdapat mekanisme pembayaran lainnya, yaitu dengan mekanisme pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan. Pihak pemberi penghasilan adalah pihak yang ditunjuk berdasarkan ketentuan perpajakan untuk memotong/memungut, antara lain yang ditunjuk tersebut adalah bendahara pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Apabila Wajib Pajak tergolong sebagai subjek pajak badan dalam negeri, maka diwajibkan juga sebagai pemotong/pemungut pajak. Adapun jenis pemotongan/pemungutan adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat 2, PPh Pasal 15 dan PPN dan PPn BM.
3. Kewajiban pelaporan pajak.
Pajak yang telah dibayar tersebut wajib dilaporkan. Pelaporan pajak dapat disampaikan di tempat-tempat berikut:
3.1 Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungannya
3.2 Drop Box adalah layanan penyedia data berbasis web yang dioperasikan oleh Dropbox yang menggunakan sistem jaringan untuk menyimpan data serta berkas dengan pengguna lain di internet yang menggunakan sinkronisasi data.
3.3 E-Filing/e-SPT adalah suatu cara penyampaian SPT atau penyampaian pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online yang realtime (www.pajak.go.id)
3.4 Mobil Pajak atau Pojok Pajak, adalah layanan dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk memudahkan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) yang hadir di tempat- tempat strategis seperti di pusat perbelanjaan, gedung perkantoran dan sebagiannya.
Wajib Pajak menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) sebagai sarana pelaporan dan pertanggungjawaban penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, Surat Pemberitahuan Tahunan juga digunakan
45
Wajib Pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak pemotong/pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan. SPT terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu SPT Tahunan dan SPT Masa.
4. Kewajiban pembukuan/pencatatan.
Menurut (Mardiasmo 2011) Pembukuan diwajibkan bagi Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, dengan pengecualian apabila omsetnya dalam satu tahun di bawah Rp4,8 milyar. Sedangkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan omset di bawah Rp4,8 milyar setahun atau tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, diwajibkan untuk melakukan pencatatan. Pembukuan dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Pencatatan dilaksanakan untuk mengumpulkan data tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
5. Kewajiban dalam hal diperiksa.
5.1 Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan
5.2 Waktu yang ditentukan khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor
5.3 Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak. Khusus untuk Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib memberikan kesempatan kepada pemeriksa untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelolah secara elektronik
5.4 Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan lainnya guna kelancaran pemeriksaan
5.5 Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
5.6 Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor
5.7 Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.
47
6. Kewajiban memberi data.
Kewajiban terakhir dari WP adalah kewajiban untuk memberi data dan informasi. Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang ketentuannya diatur pada Pasal 35A UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU Nomor 16 Tahun 2009.
D. Sistem Pemungutan Pajak Di Indonesia
Menurut (Mardiasmo 2011) dalam sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut Self Assessment System adalah pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
Sistem pemungutan pajak Self Assessment System adalah :
1. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
2. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak, sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan
dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat Wajib Pajak.
E. Penagihan Pajak
1. Pengertian Penagihan Pajak
Menurut UU No. 19 Tahun 2000, Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita atau melelangnya.
Tujuan pelaksanaan Penagihan Pajak adalah guna melunasi utang pajak oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Dalam ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, bagi setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi ketentuan perpajakannya diwajibkan untuk membayar pajak terutangnya.
Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran masyarakat akan ketentuan perpajakan
49
2. Dasar Hukum Penagihan Pajak
2.1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah kali diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
2.2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
2.3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang Cara Penagihan Seketika dan sekaligus dan pelaksanaan surat paksa tanggal 26 desember 2000
2.4 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 149/KMK.04/1998 Tentang syarat- syarat, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Juru Sita Pajak
2.5 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE -13/PJ.75/1998 Tentang Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak
3. Tindakan Penagihan Pajak
Tindakan penagihan utang pajak secara teoritis dapat dilakukan dengan dua langkah yaitu :
3.1 Penagihan Pasif
Penagihan Pajak Pasif dilakukan dengan menggunakan Surat tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar,
Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari Wajib Pajak belum melunasi, maka 7 (tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan Surat Teguran.
3.2 Penagihan Aktif
Penagihan Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pasif dimana dalam upaya ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim Surat Tagihan dan Surat Ketetapan Pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
F. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP) 1. Dasar Hukum
1.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
1.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
1.3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1998 tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
1.4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang
51
1.5 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 147/KMK.04/1998 tentang Penunjukan Pejabat Untuk Penagihan Pajak Pusat, Tata Cara dan Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak.
1.6 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 148/KMK.04/1998 tentang Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak Yang Tersimpan Pada Bank Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
1.7 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 149/KMK.04/1998 tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan Dan Pemberhentian Juru Sita Pajak.
2. Pengertian Surat Paksa
Surat Paksa adalah Surat Perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak (UU No. 19 Tahun 2000 Pasal 1 angka 12).
3. Penerbitan Surat Paksa
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Pasal 8 Surat Paksa diterbitkan apabila :
1. Penanggung Pajak tidak melunasi Utang Pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.
2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.