• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Menganalisis Q.S Ali Imran ayat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH Menganalisis Q.S Ali Imran ayat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Menganalisis Q.S Ali Imran ayat 190-191

Disusun oleh :

1. DESSY KUSUMA 2. DWI AJENG NURUL 3. ELENA NURUL A.

4. HANIFAH FAUZIYAH 5. NUR SUCI R.

Kelas : XII IPA 2 Tugas : Agama Islam

SMA Negeri 14 Tangerang

Jl.pembagunan I, darusalam II, Batusari, Batuceper,

Kota Tangerang, Banten 15121

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT., atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Menganalisis Q.S Ali Imran ayat 190-191.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian tugas ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.

Akhir kata, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar- besarnya.

Tangerang, 07 Agustus 2015

Penulis

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1

B. Rumusan masalah... 1

C. Tujuan penelitian... 1

BAB II PEMBAHASAN A. Lafal dan Terjemah Q.S Ali Imran Ayat 190-191... 2

B. Tajwid dan Mufrodat Q.S Ali Imran 190-191... 3

C. Asbabun Nuzul... 5

D. Penafsiran Ayat Ali-Imran 190-191... 6

E. Kandungan Hukum... 8

F. Aspek Tarbawi... 9

BAB III PENUTUP Kesimpulan... 10

Daftar Pustaka... 11

(4)

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menyerukan manusia untuk memperhatikan, merenung dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit, bumi maupun diantara keduanya. Diantara ayat-ayat yang menerangkan tentang hal tersebut yaitu Q.S Ali Imran ayat 190-191.

Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca dan merenungkan ayat-ayat-Nya, serta mensyukuri apa yang terbentang di alam semesta. Allah menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi.Langit yang melindungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup. Juga memperhatikan pergantian siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Lafadz dan Terjemah Q.S Ali Imran ayat 190-191 ? 2. Bagaimana Mufrodat dan Tajwid Q.S Al Imran 190-191 ? 3. Bagaimana Asbabun Nuzul Q.S Ali Imran ayat 190-191 ? 4. Bagaimana Penafsiran dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

5. Apa saja Kandungan Hukum yang terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 190-191 ? 6. Bagaimana Aspek Tarbawi dari Q.S Ali Imran ayat 190-191 ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Lafadz dan Terjemah Q.S ali imran ayat 190-191 2. Untuk mengetahui Tajwid dan Mufrodat Q.S Ali Imran ayat 190-191 3. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul Q.S Ali Imran ayat 190-191 4. Untuk mengetahui Penafsiran dari Q.S Ali Imran ayat 190-191

5. Untuk mengetahui Kandungan Hukum yang Q.S Ali Imran ayat 190-191

6. Untuk mengetahui Aspek Tarbawi dari Q.S Ali Imran ayat 190-191

(5)

BAB II Pembahasan

A. Lafal dan Terjemah Q.S Ali Imran Ayat 190-191

1

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (190)

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (191)

1

Al-Qur’an dan Terjemah. 2014. Solo, Tiga Serangkai.

(6)

B. Tajwid dan Mufrodat Q.S Ali Imran ayat 190-191 1. Tajwid

2

Keterangan Warna :

• Garis Merah Muda : Gunnah

• Lingkaran Biru : Qalqalah Kubra

• Garis Ungu : Mad Thabi’i

• Lingkaran Kuning : Mad Badal

• Garis Hijau : Alif Lam Qamariyah

• Lingkaran Merah : Tafhim

• Garis Kuning : Mad Lin

• Lingkaran Merah Muda : Idgham Bigunnah

• Garis Abu-abu : Alif Lam Syamsyiah

• Garis Coklat : Mad Aridh Lissukun

• Garis Biru : Qalqalah Sugra

• Garis Merah : Mad Iwad

2

www.masrozak.com

(7)

• Garis Oranye : Idzhar Syafawi 2. Mufrodat

• Ayat 190

• Ayat 191

(8)

C. Asbabun Nuzul

As- Suyuti dalam kitabnya menyebutkan mengenai asbabun nuzul surah Ali- Imran ayat 190 dengan mengutip hadits riwayat Ath-Thabrani. Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “hai orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang yahudi dan bertanya kepada mereka, “apa tanda- tanda yang dibawa Musa kepada kalian? Orang-orang yahudi itu menjawab, Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya. Lalu orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang nasrani, lalu bertanya kepada mereka, apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa? Mereka menjawab, dia dulu menyembuhkan orang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati. Lalu mereka mendatangi nabi SAW. Lalu mereka berkata kepada beliau, berdoalah kepada tuhanmu untuk mengubah bukit shafa dan marwah menjadi emas untuk kami. Lalu beliau berdoa, maka turunlah firman ALLAH :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda(kebesaran Allah) bagi orang yang berakal” (HR.Ath-Thabrani) Antara ayat 190 dan 191 asbabun nuzulnya sama-sama berkaitan.

D. Penafsiran Ayat Ali-Imran 190-191

(9)

Allah Swt pada ayat 190 surah Ali Imran mengajak manusia untuk berpikir dan merenungi tentang penciptaan langit-langit dan bumi. Kemudian pada ayat berikutnya Allah Swt menjelaskan hasil dan buah dari berpikir ini.

Ayat ini menjelaskan tentang keesaan Tuhan Sang Pencipta dan menyatakan bahwa apabila manusia memikirkan dengan cermat dan menggunakan akalnya terkait dengan proses penciptaan langit-langit dan bumi, silih bergantinya siang dan malam, maka ia akan menemukan tanda-tanda jelas atas kekuasaan Allah Swt maha karya dan rahasia-rahasia yang menakjubkan yang akan menuntun para hamba kepada Allah Swt dan hari Kiamat serta menggiring mereka pada kekuasaan Ilahi yang tak terbatas.

1. Tafsir Ibnu Katsir

Ayat 190-191 surat Ali Imran merupakan penutup surat Ali Imran. Ini antara lain terlihat pada uraian-uraiannya yang bersifat umum. Setelah dalam ayat-ayat lalu menguraikan hal-hal yang rinci, sebagaimana terbaca pada ayat 189 yang menegaskan kepemilikan Allah Swt. Atas alam raya. Maka pada ayat yang ke-190- 191 Allah menguraikan sekelumit dari penciptaan-Nya, serta memerintahkan agar memikirkannya.

3

Salah satu bukti kebenaran bahwa Allah merupakan Sang Pemilik atas alam raya ini, dengan adanya undangan kepada manusia untuk berpikir, karena sesungguhnya dalam penciptaan, yakni kejadian benda-benda angkasa, seperti matahari, bulan dan jutaan gugusan bintang-bintang yang terdapat dilangit, atau dalam pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada porosnya yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang, perbedaannya baik dalam masa maupun panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda kemahakuasaan Allah bagi ulul albab , yakni orang orang yang memiliki akal yang murni.

Kata (ﺏﺎﺒﻟﺍ ) al-bab adalah bentuk jamak dari (ﺐﻟ ) lub yaitu “ saripati ” sesuatu.

Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai lub. Ulul albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh “ kulit ”, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir.

3

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha

Putra, 1993), Cet 2, hlm. 288

(10)

Orang yang merenungkan tentang penomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah Swt.

Ayat ini mirip dengan ayat 164 surat Al-Baqarah. Disisi lain, ayat 164 Al- Baqarah ditutup dengan menyatakan bahwa yang demikian itu merupakan “tanda- tanda bagi orang-orang yang berakal ” ( ﺖﻳﻻ ﻡﻮﻘﻟ ﻥﻮﻠﻘﻌﻳ ) la ayatin liqaumin ya’qilun , sedangkan pada ayat ini, karena mereka telah berada pada tahap yang lebih tinggi dan juga telah mencapai kemurnian akal, maka sangat wajar ayat ini ditutup dengan ( ﺖﻳﻻ ﻲﻟﻻ ﺏﺎﺒﻟﻻﺍ ) la ayatin liulil albab .

Ibnu Mardawaih juga meriwayatkan melalui Atha bahwa, “ Suatu ketika ia bersama rekannya, mengunjungi Aisyah Ra. istri Nabi Saw, untuk bertanya tentang peristiwa apa yang paling mengesankan beliau dari rasul Saw. Aisyah menangis sambil berkata: “Semua yang beliau lakukan mengesankan kalau hanya menyebut satu, maka satu malam, yakni di malam giliran beliau tidur berdampingan denganku, kulitnya menyentuh kulitku lalu beliau bersabda,”wahai aisyah, izinkanlah aku beribadah kepada Tuhanku” dan aku berkata berkata, “demi Allah, aku senang berada disampingmu, tetapi aku senang juga engkau beribadah kepada Tuhan.” Maka beliau pergi berwudhu, tidak banyak air yang beliau gunakan lalu berdiri melaksanakan shalat dan menangis hingga membasahi jenggot beliau lalu sujud dan menangis hingga membasahi lantai, lalu berbaring dan menangis. Setelah itu bilal datang untuk adzan subuh bilal bertanya kepada rasul tentang apa gerangan yang membuat beliau menangis sedang Allah telah mengampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang.

Rasul Saw menjawab, “aduhai bilal, apa yang dapat membendung tangisku sedang semalam Allah telah menurunkan ayat, “inna fil khalkissama waati.., sungguh celaka siapa yang membaca tapi tidak memikirkannya ” .

2. Quraisy Shihab

Ayat ini dan ayat-ayat selanjutnya menjelaskan sebagian dari ciri-ciri orang

yang dinamai ulul albab yang telah disebutkan pada ayat yang lalu. Mereka adalah

orang-orang baik laki-laki maupun perempuan yang terus mengingat Allah dengan

ucapan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja sambil berdiri

atau duduk atau keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka memikirkan

tentang penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu

berkata sebagai kesimpulan. Tuhan kami tiadalah engkau menciptakan alam raya dan

segala isinya ini dengan sia-sia tanpa tujuan yang hak. Apa yang kami alami, atau

dengar dari keburukan atau kekurangan, Maha Suci Engkau dari semua itu. Itu adalah

ulah atau dosa dan kekurangan kami yang dapat menjerumuskan kami kedalam siksa

neraka, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Karena, Tuhan kami “Kami tahu

(11)

dan sangat yakin bahwa sesungguhnya siapa yang engkau masukan kedalam neraka, maka sungguh telah engkau hinakan ia dengan mempermalukannnya di hari kemudian seabagai seorang serta menyiksanya dengan siksa yang pedih. Tidak ada satupun yang dapat membelanya, dan tidak ada bagi orang-orang yang dzalim.

Siapapun ia, satu penolongpun ”

Di atas terlihat bahwa objek dzikir adalah Allah, sedang objek pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti bahwa pengenalan kepada Allah lebih banyak dilakukan oleh kalbu. Sedangkan pengenalan alam raya didasarkan pada penggunaan alam, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas- luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah. Hal ini dipahami dari sabda Rasullah Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibnu Abbas: “ Berpikirlah tentang makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Allah“.

Quraish Shihab memahami kalimat tersebut sebagai hasil dzikir dan pikir, dengan demikian ia tidak dapat dihadang oleh keberatan di atas. Di sisi lain, hasil itu akan sangat serasi dengan permohonan mereka selanjutnya. Yakni karena semua makhluk tidak diciptakn sia-sia, karena ada makhluk yang baik dan yang jahat, ada yang durhaka dan ada pula yang taat, di mana tentu saja yang durhaka akan dihukum maka mereka memohon perlindungan dari siksa neraka mereka selanjutnya berusaha untuk menjadi makhluk yang baik dan taat.

E. Kandungan Hukum

Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum yaitu Allah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta pergantian siang dan malam. Yang demkian ini menjadi tanda- tanda bagi orang yang berpikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya.

Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta ilmu pengetahuan.

F. Aspek Tarbawi

• Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

• Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, dan

menafsirkan segala ciptaan Allah.

(12)

• Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia mempunyai keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus dalam berpikir yang tidak sesuai.

• Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara.

• Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua penciptaan Alah tidak ada yang sia-sia.

BAB III Penutup

Kesimpulan

Allah menegaskan kepada umat manusia dengan memberikan perumpamaan agar dapat dipetik hikmah atau pelajaran dengan menjelaskan sebagian dari ciri-ciri orang yang dinamai-Nya ulul albab , yakni

(1) orang orang yang memiliki akal yang murni baik laki-laki maupun perempuan yang merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah Swt.

(2) Orang-orang yang terus mengingat Allah dengan ucapan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja sambil berdiri atau duduk atau keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka memikirkan tentang penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi.

(3) Orang-orang setelah melihat dan memikirkan itu semua, mereka berkata sebagai

kesimpulan terhadap ciptaan-Nya, yakni “Tuhan kami tiadalah engkau menciptakan

alam raya dan segala isinya ini dengan sia-sia tanpa tujuan yang hak”.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi Juz IV, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), Cet 2, hlm. 288

Departemen Agama, Kitab Suci Alqur’an, Alqur’an dan Terjemahannya

www.masrozak.com

Referensi

Dokumen terkait

Tasawuf tarekat Alawiyah yang menggunkan konsep Tasawuf al akhlaki/al ‘amali dan diterapkan di Madrasah Diniyah, menanamkan nilai-nilai pendidikan tasawuf yang rahmatan li

Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas eksperimen adalah 73,24 sedangkan rata-rata kelas kontrol adalah 63,33 Perbedaan tersebut disebabkan karena pada kelas

Untuk memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anak TKI, pemerintah Indonesia melalui Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar (P2TK Dikdas)

Beberapa hal yang disepakati dalam pertemuan adalah sebagai berikut: adalah (1) penyuluhan tentang pembuatan pupuk organik dan organik plus serta keunggulan bertanam

memberikan gambaran mengenai Proyek Akhir Arsitektur periode 71 yang berjudul “ Asrama Atlet GOR Jatidiri Kota Semarang ”.. Penulis menyadari bahwa penyusunan LTP ini

Itu inisiatif dari saya mas, dulu mak Anik tanya enaknya kapan pengajiannya. Saya tanyakan biasanya pas sepi pelanggan hari apa? Katanya rata-rata hari selasa

Permasalahan atau kondisi yang tidak normal terjadi jika kebocoran pada Port B terjadi ketika tekanan angin belum mencapai maksimal atau ketika compressor sedang dalam

Adapun eksistensi dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak terlepas dari keberhasilan daerah dalam mengelola potensi- potensi yang dimiliki oleh daerah