• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. masalahpada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. masalahpada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia A. Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalahpada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapatmenunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan.Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah departemen sumber daya manusia ataudalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource department.Menurut A.F. Stonermanajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuanuntuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untukditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.

Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain sistem perencanaan,penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja,kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik.

Manajemen sumber dayamanusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secaralangsung sumber daya manusianya.

(2)

8 Inti dari manajemen adalah menggerakkan dan inti dari pergerakan adalah memimpin. Siapa yang dapat menggerakkan orang-orang yang di bawah kekuasaannya, berarti ia dapat menjalankan manajemen. Siapa yang dapat memimpin orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya berarti ia dapat menggerakkan orang-orang itu.

2.2. Pengertian Kepemimpinan

Orang yang mempunyai tugas menggerakkan orang atau orang-orang bawahannya sebaiknya memiliki sifat-sifat kepemimpinan yakni seni untuk menggerakkan orang lain. Menurut konsep dasarnya kepemimpinan merupakan suatu seni, sikap mempengaruhi orang-orang dalam suatu kelompok agar bisa bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi sebelumnya. Banyak ahli mengemukakan definisi tentang kepemimpinan diantaranya Malayu (2008:170), mengemukakan : kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan ,agar mau bekerja sama dan mau bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan Organisasi.kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang ng agar bekerja sama menuju suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama.”

Dengan perkataan lain kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi perilaku manusia dan mengendalikan orang-orang dalam organisasi, supaya perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh organisasi.

Kemudian R.D. Agarwal dalam Anoraga dan Suyati (2005:186) mengatakan kepemimpinan adalah :” Seni mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan kemauan mereka”. Dari definisi di atas jelas bahwa kepemimpinan

(3)

9 melibatkan kemampuan mempengaruhi.Kemampuan mempengaruhi ini mempunyai maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ada beberapa sumber kekuasaan yang dapat digunakan oleh pemimpin dalam hubungannya dalam melaksanakan kepemimpinannya, dalam Anoraga dan Suyati (2005:223) yaitu :

1. Kekuasaan Koersif (Coersive Power)

Disini pemimpin yang bersangkutan mengendalikan diri pada perasaan takut dan yang diusahakan atas perkiraan bahwa pihak bawahan menganggap bahwa hukuman diberikan karena mereka tidak menyetujui tindakan-tindakan dan keyakinan pihak atasan.

2. Kekuasaan karena diberikannya penghargaan (Reward Power)

Disini diusahakan agar diberikan penghargaan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tindakan-tindakan dan keinginan pihak atasan.

3. Kekuasaan karena memiliki suatu keahlian (Expert Power)

Kekuasaan ini timbul karena seorang individu memiliki skill khusus, pengetahuan atau keahlian tertentu.

4. Kekuasaan karena identifikasi dengan orang yang dikagumi (Referent Power)

Kekuasaan ini didasarkan atas identifikasi seorang pengikut dengan seorang pemimpin yang dikagumi dan sangat dihargai.

5. Kekuasaan karena kewenangan yang sah (legitimate Power).

Jenis kekuasaan ini dimiliki oleh seorang pemimpin karena ia di berikan kewenangan resmi untuk melaksanakan kekuasaannya.

(4)

10 Kepemimpinan yang efektif merupakan persyaratan vital bagi kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi atau perusahaan. Kepemimpinan itu dikatakan efektif atau tidak tergantung dari gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin. Karena sudah jelas bahwa gaya kepemimpinan akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap efektifitas kepemimpinannya.

2.2.1.Gaya Kepemimpinan

Telah banyak ahli mendefinisikan tentang pengertian gaya kepemimpinan, diantaranya adalah Tjiptono (2006:161), berpendapat bahwa “ Gaya Kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.

Kemudian Flippo dalam Heidjrahman dan Husnan (2000:224), mengatakan bahwa : “ Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Dari kedua definisi tersebut dapat diambil pengertian yang sama, bahwa gaya kepemimpinan ialah perilaku seorang pemimpin dalam usaha mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2.2.

Menurut Anoraga (2007:8), ada tiga pendekatan kepemimpinan secara umum, yaitu :

Pendekatan Kepemimpinan

1. Studi Kepemimpinan Menurut Teori Sifat.

(5)

11 Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pimpinan ditentukan oleh situasi, perangai atau ciri yang dimiliki oleh seorang pimpinan.Sifat-sifat tadi berupa sifat fisikologis maupun psikologis.Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi.

2. Studi Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku.

Teori ini bertitik tolak bahwa perilaku kepemimpinan sangat erat sekali dengan fungsi utama kepemimpinan yaitu menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Ada dua kecenderungan perilaku kepemimpinan yaitu :

1. Perilaku yang cenderung bersifat konsiderasi.

Yaitu sikap pemimpin yang berorientasi pada karyawan. Pemimpin ini mempunyai sikap sebagai berikut :

- Ramah tamah - Membela bawahan

- Memikirkan kesejahteraan tenaga kerja.

1. Perilaku yang cenderung bersifat inisiasi.

Yaitu perilaku kepemimpinan yang sangat berorientasi dan mementingkan tercapainya tujuan organisasi. Struktur inisiasi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

- Selalu mengkritik para bawahan - Selalu memerintah

(6)

12 - Selalu memberitahu

- Standar pekerjaan keras

- Selalu mengawasi tenaga kerja 3. Studi Kepemimpinan Kontingensi.

Teori ini mempunyai dua hal yang perlu diperhatikan:

1. Faktor-faktor yang penting dalam suatu situasi 2. Gaya kepemimpinan

Pemimpin yang baik menurut kepemimpinan kontingensi :

1. Dapat mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi

2. Memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan yang berbeda-beda

Miftah Thoha (2010) mendefinisikan: “Gaya kepemimpinan Otoriter yakni gaya kepemimpinan yang sangat memaksakan kehendak,cita dan kekuasaan nya pada bawahannya.Pemimpin disini cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, pemimpin melaksanakan pengawasan seketat mungkin dengan maksud agar pekerjaan tersebut dilaksanakan sesuai dengan rencana”.

2.2.3. Kepemimpinan Otoriter

Menurut Kartono (2000:71), gaya kepemimpinan otoriter berdasarkan pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi, pemimpin selalu ingin berperan sebagai pemain tunggal. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.

Kepemimpinan Otoriter mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(7)

13 1. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan

2. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan 3. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

5. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya selalu dilakukan secara ketat.

6. Prakarsa selalu datang dari pimpinan 7. Kaku dalam bersikap

8. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan 9. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,

pertimbangan atau pendapat.

Miftah Thoha (2010), mengemukakan kepemimpinan demokratis adalah kesadaran bahwa pemimpin mengatur manusia yang berderajat sama,maka ia tetap menghormati dan memperhitungkan pendapat dan saran bawahannya.kepemimpinan yang bersifat kerakyatan atau persaudaraan, dimana seorang bawahan tidak dipandang sebagai alat tetapi dianggap sebagai manusia.

Artinya, hubungan antara pimpinan dan bawahan bukan sebagai majikan dan buruh, akan tetapi sebagai saudara terhadap teman sekerjanya.

2.2.4 Kepemimpinan Demokratis

Menurut Tjiptono (2006:161),mengemukakan kemepimpinan demoktaris adalah gaya kemempimpinan menempatkan manusia sebagai faktor pendukung terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi.

(8)

14 Inti dari demokrasi adalah keterbukaan dan keinginan memposisikan pekerjaan dari, oleh dan untuk bersama.Tipe kepemimpinan demokratis bertolak dari asumsi bahwa hanya dengan kekuatan kelompok, tujuan-tujuan yang bermutu dapat dicapai.Pemimpin yang demokratis berusaha lebih banyak melibatkan anggota kelompok dalam memacu tujuan-tujuan.

Kepemimpinan demokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Wewenang pimpinan tidak mutlak

2. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan 3. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

4. Kebijaksanaan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

5. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara pimpinan dan bawahan maupun antara sesama bawahan

6. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan

7. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat

8. Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan saling menghargai

9. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan.

Winardi (2000:64), mengemukakan dalam kepemimpinan laissez faire seorang pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya pada para pengikutnya 2.2.5 Kepemimpinan Laissez Faire

(9)

15 dalam menentukan aktifitas-aktifitasnya.Pemimpin tidak berpartisipasi, atau apabila hal itu dilakukan maka partisipasi tersebut tidak berarti.

Merurut Effendi (2005:32), kepemimpinan laissez faire dengan kata lain kepemimpinan yang bebas menunjukkan suatu gaya kepemimpinan dimana si pemimpin berlaku pasif. Selain menghindari dirinya dari kekuasaan ia pun menghindari diri dari tanggung jawab kepada para pengikutnya atau bawahannya, ia hanya menyerahkan alat-alat dan bahan-bahan saja untuk melaksanakan suatu tugas, sedangkan ia sendiri tidak mengambil prakarsa apa-apa.

Kepemimpinan Laissez Faire mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pimpinan melimpahkan wewenang lebih banyak sepenuhnya kepada bawahan

2. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan

3. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh para bawahannya 4. Hampir tidak ada pengawasan tehadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau

kegiatan yang dilakukan oleh para bawahan 5. Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan 6. Kebijaksanaan banyak dibuat oleh para bawahan 7. Prakarsa banyak dibuat oleh bawahan

8. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

9. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang perorang.

Apakah seorang pimpinan itu otoriter, demokratis dan laissez faire dapat dilihat dari gaya kepemimpinan mana yang sering ditonjolkan atau dominan dipakai dalam kepimpinannya. Ada enam aspek dalam suatu gaya kepemimpinan

(10)

16 yaitu: aspek kewenangan, pengambilan keputusan, proses komunikasi, pelaksanaan pekerjaan, pengawasan dan sikap dalam menghadapi bawahan. Yang mana keenam aspek tersebut akan nampak pada perilaku pimpinan dalam menghadapi bawahan.

Motivasi adalah keinginan yang timbul dari dalam diri pribadi individu ataupun dari pihak luar dalam upaya untuk mencapai tujuan hidupnya.

2.2.6 Pengertian Motivasi

Sumber motivasi menurut Sukanto Reksohadiprodjo dan T. Hani Handoko (1997:257), yaitu :

1. Motivasi Internal yaitu motivasi yang timbul dari keinginan dan kebutuhan dari dalam diri seseorang. Motivasi ini merupakan kekuatan yang akan mempengaruhi pikirannya, yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Penggolongan motivasi internal ini adalah :

1. Motivasi Fisiologis yaitu motivasi alamiah (biologis), seperti sandang, pangan dan papan.

2. Motivasi Psikologis dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

- Motivasi kasih sayang (Affectional Motivation) yaitu motivasi yang berhubungan dengan emosional dalam interaksi dengan orang lain.

- Motivasi mempertahankan diri (Ego Devensive Motivation) yaitu motivasi untuk tidak disakiti dan dihina oleh orang lain.

(11)

17 - Motivasi memperkuat diri (Ego Bolstring Motivation) yaitu motivasi untuk mengembangkan kepribadian, berprestasi dan memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap orang lain.

1. Motivasi Eksternal yaitu motivasi yang berasal dari luar individu yang dikendalikan oleh manajer, yang meliputi gaji, kondisi kerja dan hubungan kerja.

1. Gaji atau pendapatan adalah besarnya pendapatan yang diterima oleh karyawan.

2. Kondisi kerja yaitu kondisi atau keadaan lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi dirinya.

3. Hubungan kerja adalah hubungan antar karyawan dengan rekan sekerjanya dan hubungan karyawan dengan pimpinannya.

T. Hani Handoko (2002:193) mendefinisikan: ”Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana karyawan memandang pekerjaan mereka”. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.Ini tampak dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungannya.

2.2.7 Pengertian Kepuasan Kerja

Gibson (2001:67) mendefinisikan: “Kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaan mereka. Sikap ini berasal dari persepsi mereka tentang pekerjaanya, maksudnya sejauh mana faktor dalam pekerjaannya dapat memenuhi kebutuhan pribadinya”.Kepuasan kerja merupakan suatu reaksi emosional yang

(12)

18 komplek yang merupakan akibat dari dorongan keinginan, tuntutan dan harapan- harapan karyawan terhadap pekerjaan yang dihubungkan dengan kenyataan- kenyataan yang dirasakan karyawan sehingga menimbulkan rasa senang, puas ataupun tidak puas.

Wexley dan Yulk (2000:129), mendefinisikan: “Kepuasan kerja adalah cara seorang pekerja mengerjakan pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaannya yang didasarkan atas aspek-aspek pekerjaannya yang bermacam-macam”.

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu kepuasan kerja adalah sikap seorang pekerja terhadap pekerjaannya yang bisa dicerminkan oleh sikap menyenangkan atau tidak menyenangkan melalui aspek pekerjaannya.

Menurut Wexley dan Yulk (2000:129), faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja adalah gaji, kondisi kerja, pengawasan, teman sekerja, isi pekerjaan, jaminan kerja, dan kesempatan promosi. Gibson mengatakan bahwa dari sejumlah dimensi yang dihubungkan dengan kepuasan kerja, lima diantaranya memiliki karakteristik yang sangat penting. Kelima dimensi itu adalah upah, pekerjaan, kesempatan promosi, penyelia (supervisi) dan rekan sekerja (co-workwer).

2.2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Kemudian Gilmer dalam As’ad (2007:115), mengemukakan bahwa faktor- faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja adalah kesempatan untuk maju,

(13)

19 keamanan kerja, aspek social dalam pekerjaan, komunikasi (antara pimpinan dan bawahan), dan fasilitas. Sedangkan As’ad (2007;119), berpendapat bahwa kepuasan kerja ditimbulkan karena faktor yang memiliki hubungan dengan pekerjaan, kondisi kerja, teman sekerja, pengawasan, promosi dan upah.

Dalam prakteknya, ciri-ciri kepemimpinan yang menonjol dan perilaku seorang pimpinan dalam menghadapi situasi tertentu tergantung pada apa yang ingin dicapai oleh seorang pimpinan yang bersangkutan. Menurut Siagian (2003:132) serangkaian penelitian oleh para ahli dan banyak pengalaman praktisi menunjukkan bahwa apabila kepuasan kerja dikalangan para bawahan atau karyawan yang ingin dikejar oleh seorang pimpinan, maka gaya kepemimpinan demokratis sebagai salah satu ciri-ciri gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk diterapkan, karena dengan merasa dihargai para karyawan didorong untuk berusaha sekuat tenaga yang pada akhirnya melahirkan kepuasan kerja.

Dari keterangan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan juga merupakan salah satu faktor penentu terciptanya kepuasan kerja bagi bawahan atau para karyawan yang dalam penerapannya tergantung dengan situasi dan kondisi tertentu dari masing-masing organisasi dan perusahaan.

Setiap pemimpin dari organisasi atau perusahaan yang satu dengan yang lain mempunyai perbedaan dalam penerapan gaya kepemimpinan, yang mana penerapan gaya kepemimpinan itu memberikan pengaruh kepada para bawahan 2.2.9 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja

(14)

20 terutama terhadap kepuasan kerja yang dinyatakan dengan sikap bawahan terhadap pekerjaannya.

Menurut penelitian yang diakukan oleh Branca dalam Efendi (2004:33), pada gaya kepemimpinan demokratis bawahan bekerja dengan penuh kegairahan.

Sedangan pada gaya kepemimpinan otoriter bawahan bekerja penuh dengan perasaan tertekan dan bahkan sering terjadi ketegangan antara bawahan, dan pada gaya kepemimpinan laissez faire bawahan bekerja secara tidak teratur. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa penerapan gaya kepemimpinan akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja bawahan.

Motivasi adalah keinginan yang timbul dari dalam diri pribadi ataupun pihak luar dalam upaya untuk mencapai tujuan hidupnya. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan dalam rangka pencapaian kepuasan. Namun seberapa jauh motivasi itu sendiri mempengaruhi upaya karyawan dalam mencapai kepuasan kerja pada setiap pribadi karyawan tersebut dan juga apakah kepuasan kerja itu sendiri berhubungan timbal balik pada motivasi kerja karyawan, belum dapat diketahui secara pasti sebelum dilakukan pengukuran langsung kepada karyawan yang bersangkutan.

2.2.10 Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja

Menurut Susilo Martoyo (2007:155) mengatakan bahwa tidak akan ada motivasi jika tidak dirasakan dengan adanya kebutuhan dan kepuasan serta

(15)

21 ketidakseimbangan. Pekerjaan yang dilakukan seorang manager dalam memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal karyawannya, untuk mengambil tindakan-tindakan.Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan karyawan agar bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana yang dikehendaki karyawan tersebut.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya motivasi merupakan kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah pada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan.

1. Gaya kepemimpinan adalah perilaku seorang pemimpin dalam usahanya mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.3. Definisi Operasional

Gaya kepemimpinan tersebut terdiri dari:

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah perilaku seorang pemimpin dalam usahanya mempengaruhi dan mengarahkan bawahannya untuk melaksanakan perintahnya dan memberlakukan peraturan serta sangsi secara ketat. Dengan indikator sebagai berikut:

- Wewenang pimpinan mutlak

- Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan - Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

(16)

22 - Komunikasi berlangsung satu arah

- Pengawasan dilakukan secara ketat - Prakarsa selalu datang dari pimpinan - Kaku dalam bersikap

- Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh pimpinan - Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis adalah perilaku seorang pemimpin dalam usahanya mempengaruhi serta mengarahkan bawahannya untuk bekerja sama, segala sesuatu yang dilakukan atau diputuskan dilaksanakan dengan musyawarah. Dengan indikator sebagai berikut:

- Wewenang pimpinan tidak mutlak

- Pimpinan melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan - Keputusan dibuat bersama

- Kebijaksanaan dibuat bersama

- Komunikasi berlangsung timbal balik

- Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan

- Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran - Terdapat suasana saling percaya

- Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama

1. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire adalah perilaku seorang pemimpin dalam usaha mempengaruhi dan mengarahkan bawahan dengan mempercayakan tanggung jawab sebagai pimpinan kepada bawahan, dan pimpinan bersifat pasif. Dengan indikator sebagai berikut:

(17)

23 - Pimpinan melimpahkan wewenang kepada bawahan

- Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan

- Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya

- Hampir tidak ada pengawasan

- Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan - Kebijaksanaan dibuat oleh bawahan

- Prakarsa dibuat oleh bawahan

- Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

- Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang

2. Motivasi adalah keinginan yang timbul dari dalam diri pribadi individu ataupun dari pihak luar dalam upaya untuk mencapai tujuan hidupnya.

Dengan indikator sebagai berikut:

- Gaji/upah - Kondisi kerja - Hubungan kerja

3. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana karyawan memandang pekejaan mereka. Dengan indikator sebagai berikut:

- Promosi - Kondisi kerja - Teman sekerja

(18)

24 - Pengawasan

- Gaji/upah

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi kerja adalah sikap dan nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai kebutuhan, sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang memberikan kekuatan untuk

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan sehingga keputusan terhadap hipotesis yang

Gaya kepemimpinan Demokratis adalah kesadaran bahwa pemimpin mengatur manusia yang berderajat sama, maka ia tetap menghormati dan memperhitungkan pendapat dan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan perilaku atau kemampuan yang terdapat pada seorang pemimpin mempengaruhi, pemimpin yang bisa menggerakkan