• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan Untuk Semua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Pendidikan Untuk Semua"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 4 No 4

Hal 47- 56

Jurnal Pendidikan Untuk Semua

Tahun

2020

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN MAHESA INSTITUTE PARE KEDIRI

Noer Syaban Diyah Rohmatillah

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

[email protected]

Yatim Riyanto

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

[email protected]

Info Artikel ________________

Sejarah Artikel:

Diterima 09/2020 Disetujui 09/2020 Dipublikasikan10/2020

________________

Kata kunci:

kurikulum berbasis kompetensi, pembelajaran bahasa inggris, kursus bahasa

inggris.

Abstrak

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kopetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, hasil implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, faktor penghambat dan faktor pendukung implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam pembelajaran bahasa Inggris di lembaga kursus dan pelatihan Mahesa Institute. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subyek penelitian adalah direktur, manajer program, tutor Speaking 3, dan peserta didik Speaking 3. Teknik pengumpulan data melalui observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Hasil penelitian ini adalah: implementasi kurikulum berbasis kompetensi dalam pembelajaran bahasa Inggris di lembaga kursus dan pelatihan Mahesa Institute sudah baik, hasil implementasi kurikulum berbasis kompetensi diperoleh dari hasil ujian, terdapat faktor pengahambat, dan faktor pendukung.

Abstract

curriculum based on competency is a set of plans and arrangements regarding competencies and learning outcomes that students must achieve, assessements, teaching and learning activities and the empowerment of educational resources in developing school curricula. This study aimed to describe and analyze the implementation of curriculum based on competency, the result of the application, also the obstacle and supportive factors of the implementation at course and training institution Mahesa Institute. This research used descriptive qualitative approach. The subject of this study are the director, the program manager, the tutor and the students of speaking 3 class as well. Observation of the participants, deep interview and also documentation are applied in this research in collecting and analyzing the data. Data validity used credibility, transferability, dependability, and confirmability. The result showed that: implementation of Curriculum Based on Competency in English learning process at Course and Training Institution Mahesa Institute is good, the result of implementation of Curriculum Based on Competency was gotten from the exam, there are obstacle factors, and supportive factors.

Alamat Penyunting dan Tata Usaha:

Laboratorium Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Gedung O-1 Lantai 2 Jalan Lidah Wetan Sby Kode Pos 60213 Telp. 031-7532160 Fax. 031-7532112

E-mail: [email protected]

E- ISSN 2580-8060

(2)

Kemajuan suatu bangsa sangatlah ditentukan oleh kualitas dari kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki.

Sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat besar dalam memajukan suatu bangsa yang maju dan berkualitas. Zaman yang terus berkembang dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada, menjadi penyebab agar kita sebagai bangsa harus terus meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Pendidikan menjadi aspek paling penting dalam pengembangan sumber daya manusia yang akan bersaing di pertarungan global. Peran pendidikan sangatlah penting guna meningkatkan kualitas manusia di masa depan.

Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan sangat penting sesuai dengan cita – cita kemerdekaan Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi acuan bagi kesejahteraan masyarakat. Peran dari pemerintah tentu sangat diharapkan menjadi sentral akan peningkatan kualitas pendidikan di indonesia. Kebijakan yang diterapkan tentulah harus berorientasi jangka pendek dan jangka panjang. Tentu, pendidikan membutuhkan usaha keras dari seluruh elemen dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan yang ada.

Pendidikan kita saat ini harus terus berorientasi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan berbagai cara, karena pendidikan merupakan sebuah kebutuhan yang bagi manusia bukan hanya saat ini saja, tapi selamanya, sejak dalam kandungan hingga ke liang lahat manusia membutuhkan pendidikan.

Pendidikan itu bersifat sepanjang hayat. Karena itu dalam masa pembangunan secara periodik program-program di bidang pendidikan selalu ditinjau ulang agar mampu mengimbangi laju pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian bidang pendidikan dapat menjadi salah satu pendukung dalam perwujudan tujuan pembangunan nasional.

UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan memiliki makna yang kompleks mulai dari meningkatkan spiritualitas ketaqwaan hingga menjadikan manusia yang bertanggung jawab atas segenap ilmunya. Tujuan dari pendidikan kita ialah mewujudkan peserta didik yang unggul dari berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, harapan besar bertumpu pada pendidikan untuk membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas dan

unggul sehingga mampu berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa ke depan. Bangsa indonesia merupakan bangsa dengan beranekaragam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman ini tentulah harus dimanfaatkan sebaik mungkin melalui pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan kita sudah tersirat secara gamblang dalam undang – undang yang telah berlaku.

Tinggal bagaimana implementasinya kedepan.

Pendidikan bukanlah suatu hal yang bisa dikerjakan secara instan. Dalam pengembangannya, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan agar kualitas pendidikan semakin berkembang dan maju sesuai dengan amanat undang - undang. Yoyon (2008: 125) menyebutkan bahwa pendidikan di indonesia mengalami penurunan peringkat yang saat ini menjadi peringkat 62 dari 130 negara yang ada didunia. Tentu ini menjdi evaluasi penting bahwa pendidikan bukanlah hal yang bisa disepelekan begitu saja.

Ada faktor-faktor yang menjadi pemicu menurunnya kualitas pendidikan yang ada di indonesia

Faktor ekonomi masyarakat merupakan suatu aspek yang sangat berpengaruh pada menurunnya kualitas pendidikan. Kondisi ekonomi masyarakat yang memburuk akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Pendidikan yang murah dan berkualitas masih menjadi harapan semu bagi beberapa lapisan masyarakat yang memiliki penghasilan yang masih minim. Saat ini untuk memeperoleh pendidikan yang bermutu haruslah merogoh kantong yang cukup dalam. Hal ini merupakan sebuah wujud atas pentingnya faktor ekonomi dalam pendidikan.

Perkembangan zaman yang begitu pesat, menuntut seluruh komponen pemerintah dan masyarakat saling bahu membahu untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada. Sesuai dengan isi UU sisdiknas, tantangan pendidikan kedepan ialah peningkatan mutu secara berlanjut. Pemerintah dalam hal ini haruslamh menentukan standart nasional dan kebijakan nasional yang sesuai dengan kondisi pendidikan di lapangan.

Sehingga, mampu menjadi rujukan dalam pembangunan pendidikan saat ini.

Harus dipahami bersama bahwasanya seluruh komponen bangsa dan negara. Peran aktif bukan hanya di pegang oleh pemerintah, tetapi juga seluruh komponen masyarakat dan penyelenggara program kependidikan.

(3)

Untuk mewujudakan tujuan pendidikan Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, dibutuhkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas sesuai standar yang ditetapkan. Peningkatan potensi seluruh masyarakat menjadi penting sebagai langkah nyata untuk membentuk manusia yang mandiri, kreatif, cerdas, dan berkemajuan.

Perlu kita ketahui bahwa pendidikan tidak hanya pendidikan formal saja, tetapi juga ada penidikan nonformal dan informal seperti yang tertuang pada UU Sisdiknas. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang pelaksanaannya diluar jalur pendidikan persekolahan/formal dan dilakukan secara sadar, terstruktur, dan berjenjang Axin (1976). Menurut Soedomo (1989) meneyebutkan bahwa pendidikan nonformal merupakan penyelenggaran pendidikan yang memiliki struktur dan berjenjang. Pendidikan Nonformal merupakan pendidikan pendidikan yang dilaksanakan dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Hasil dari pendidikan Nonformal bisa disetarakan dengan pendidikan formal sesuai dengan prosedur yang telah diatur dalam standar pendidikan nasional. Contoh satuan pendidikan Nonformal ialah Kelompok Belajar (KB), majelis Taklim, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Taman Baca Masyarakat (TBM), dan Lembaga Kurusu Pelatihan (LKP).

LKP merupakan salah satu satuan program Pendidikan Nonformal yang berfungsi sebagai sarana penambah ilmu, wawasan, dan keterampilan dalam berbagai bidang kursus dan pelatihan yang diinginkan, mulai dari kursus bahasa, menjahit, mengemudi, design, dan berbagai macam kursus dan pelatihan lainnya.

Pendidikan Nonformal kini bukan hanya berperan sebagai penambah, pelengkap, dan pengganti saja, akan tetapi Pendidikan Nonformal telah mampu menjadi alternatif pilihan bagi pendidikan yang ada di Indonesia. Program kursus dan pelatihan tentunya diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan kemahiran atau keterampilan secara spesifik tentang suatu bidang tertentu.

Penyelenggara kursus dan pelatihan tentunya harus memiliki kompetensi yang memadai sesuai bidangnya agar apa yang telah diajarkan kepada masyarakat benar – benar mampu menjadikan masyarakat yang memiliki keterampilan yang memadi untuk menuju dunia kerja.

Program kursus dan pelatihan tidak terbatas usia,

tergantung disesuaikan dengan kemampuan dan kemungkinan yang bisa dicapai oleh peserta didik.

Pare adalah salah satu kecamatan kota yang terletak di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kota seluas 4.721 ha dengan jumlah penduduk kurang lebih 98.456 jiwa tersebut lebih dikenal sebagai Kampung Bahasa atau Kampung Inggris. Penamaan tersebut tidak luput dari banyaknya lembaga kursus bahasa yang berdiri di Pare, utamanya lembaga kursus bahasa Inggris yang mulai berdiri dari tahun 1977. Setiap lembaga kursus di Pare memiliki strategi-strategi berbeda mengingat bahwa konsumen lembaga kursus berasal dari latar belakang, pendidikan, dan usia yang berbeda.

Terdapat banyak lembaga kursus dan pelatihan yang ada memang baik dalam rangka menyediakan layanan pendidikan vokasional bagi masyarakat. akan tetapi, pertumbuhan jumlah lembaga kursus dan pelatihan kini tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Hingga tenaga pendidik yang belum berkompeten dalam bidangnya. Kurikulum yang cenderung stagnan dan tidak adanya penyesuaian dengan perkembangan zaman tentu menjadi evaluasi penting dalam penyelenggaraan program kursus dan pelatihan di Indonesia.

Kurikulum yang baik tentunya memiliki dampak positif pada penyelenggaraan program kursus dan pelatihan. Konsep kurikulum setiap tahun selalu memiliki perkembangan yang berbeda. Kurikulum dalam aspek subtansi merupakan sebuah rencana dari sebuah pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Kurikulum dalam aspek sistem dapat diartikan sebagai masyarakat, pendidik, tenaga kependidikan, dan murid yeng menjadi bagian dari sistem perssekolahan.

Kurikulum dalam aspek bidang studi berarti berbagai ilmu pengetahuan yang dikembangkan untuk memperbaiaki sistem.

Kurikulum tentu tidak hanya berupa sejumlah mata pelajaran, akan tetapi kurikulum merupakan berbagai aspek persiapan, ide, pengalaman, proses belajar yang mampu memberikan pengaruh kepada siswa dalam kepribadiannya. Kurikulum tidak serta merta dikerjakan seenaknya. Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan zaman agar mencapai hasil pmbelajaran yang optimal.

(4)

Kurikulum merupakan sebuah alat bagi seorang murid untuk mampu memahami ilmu pengetahuan secara baik dan utuh. Kurikulum harus mampu membentuk karakter dan kepribadian murid/siswa sebagai pembelajar yang berorientasi pada pengembangan bakat dan minta yang dimilikinya sebagai seorang murid/siswa.

Kurikulum juga harus menjadi pemicu agara murid dapat memhami apa potensi dirinya, dan juga sekaligus kelemahan dan kelebihan yang di mlikinya agar mampu menyusun rencana jangka panjang bagi kehidupannya mendatang. Namun, saat ini kurikulum yang ada masih belum mampu menjadi solusi atas perkembangan pesefta didik yang di barengi dengan perkembangan zaman yang semakin cepat. Terdapat banyak masalah pada kurikulum yang masih menjadi pertimbangan sehingga permasalahan – permasalahan yang ada belum bisa teratasi dengan baik.

Menurut Nasution (2012) setiap kurikulum mencerminkan keinginan, cita-cita, tuntutan, dan kebutuhan masyarakat. Lembaga Kursus dan Pelatihan didirikan oleh dan untuk masyarakat, sudah sewajarnya pendidikan memerhatikan dan merespon masyarakat.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Puskur (2002:55) menyebutkkan bahwa kompetensi ialah sebuah kemampuan memahami nilai – nilai, pengetahuan, serta kepribadian dalam berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi juga diartikan sebagai kemampuan untuk menghadapi suatu hal sesuai dengan dasar – dasar ilmu pengetahuan yang berlaku. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.

Penyelenggaraan kurikulum yang baik pada Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan upaya untuk mendidik atau melatih para peserta didik agar memiliki keterampilan tertentu untuk meningkatkan peranannya terutama dalam dunia kerja. Tujuan dari Lembaga Kursus dan Pelatihan adalah untuk dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kecakapan pribadi, sosial dan vokasional

sehingga benar-benar menjadi manusia berkualitas, menjadi sumber daya manusia yang memiliki skill dan keterampilan untuk memasuki dunia kerja.

Mahesa Institute berdiri sejak tahun 1998, mendapatkan izin pada tahun 2014 dan terakreditasi – A.

Menawarkan program pendidikan keterampilan berbahasa Inggris, baik aktif maupun pasif, untuk segala kalangan masyarakat dan pelajar, santri, mahasiswa, dan tenaga professional sebagai upaya peningkatan kwalitas dalam berkomunikasi dan keilmuan menjadi pribadi yang profesional dan handal. Mahesa Institute menyajikan program belajar menyenangkan, terdesain secara terarah, berjenjang dan berkualitas, memadukan pengetahuan bahasa serta CCU (Cross Cultural Understanding), dibantu tenaga pengajar dengan kualifikasi akademik dan professional. Sistem pengajaran yang senantiasa uptodate sehingga mampu menjawab kebutuhan gvzaman dan jenjang pendidikan serta karier kerja.

Saat ini, perdagangan bebas mulai diterapkan di berbagai penjuru dunia tidak terkecuali negara yang tergabung negara Asean seperti Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand dan negara - negara lain. Hal ini tentu menjadi sebuah tantangan bagi bangsa kita. Selain harus mempelajari berbagai ilmu Eknomi, kita juga harus mampu menguasai bahasa inggris sebagai bahasa internasional yang ditetapkan dan dipakai oleh seluruh bangsa yang lain. Peran bahasa Inggris sebagai bahasa global yang harus dipelajari dan dijadikan alat komunikasi di berbagai Negara. Seperti yang dikemukakan oleh Crystal (2003: 3) bahwa bahasa Inggris berperan sebagai bahasa global atau dunia karena bahasa inggris dipelajari dan dijadikan sarana berkomunikasi di berbagai negara baik sebagai bahasa pertama, bahasa kedua, maupun sebagai bahasa asing.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Creswell (dalam Sugiyono, 2018:4) penelitian kualitatif merupakan proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian mencakup pembuatan pertanyaan dan prosedur penelitian yang masih bersifat sementara, mengumpulkan data pada seting partisipan, analisis data secara induktif,

(5)

membangun data yang parsial ke dalam tema, dan memberikan interpretasi terhadap makna suatu data. Dan kegiatan yang terakhir adalah membuat laporan ke dalam struktur yang fleksibel. Riyanto (2007) menyebutkan bahwa metode deskriptiff adalah metode yang menekankan pada pemusatan perhatian terhadap gejala dan fakta yang muncul dilapangan.

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Mahesa Institute Pare, Kedri, Jawa Timur pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2020.

Subyek penelitian yang dipilih adalah Bapak Adi Nugrogo selaku direktur Mahesa Institute, Bapak Anas selaku manajer akademik, Bapak Arik selaku tutor speaking 3, dan warga belajar yang berjumlah 3 orang. Sedangkan objek penelitian ini adalah implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam pembelajaran bahasa Inggris di Lembaga Kursus dan Pelatihan Mahesa Institute Pare Kediri.

1.1 Daftar Subyek Penelitian

No Nama Informan Profesi Kode

1 Ngadiono, S.Pd. Direktur NGA

2 Miftahul Anas, S.Pd.

Manajer Akademik MA

3 Setyo Aribowo, S.Pd.

Instruktur speaking 3

SA

4 Gian Kusgiantoro Pesdik speaking 3 GK 5 Krisharyanto

Umbu Deta

Pesdik speaking 3 KD 6 Dodi ferdinand Pesdik speaking 3 DF

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data observasi akan mengamati mengenai implementasi KBK pada materi pembelajaran, strategi pembelajran, model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, silabus, RPP, dan indikator pembelajaran speaking 3 public speaking dan debate. Teknik wawancara akan menggali data mengenai implementasi KBK pada materi pembelajaran, strategi pembelajran, model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, silabus, RPP, indikator pembelajaran speaking 3 public speaking dan debate, faktor penghambat, dan faktor pendukung, serta hasil implementasi KBK dalam pembelajaran bahasa Inggris. Dokumentasi akan

memperjelas data mengenai materi pembelajaran, media pembelajaran, silabus, rpp, jadwal kegiatan pembelajaran, data peserta didikspeaking 3, data tutor speaking 3, data pengurus dan profil LKP Mahesa Institute.

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dijelaskan melalui beberapa langkah, yaitu kondensasi data, penyajian data, verivikasi dan simpulan.

1. Kondensasi data

Dalam kondensasi data merujuk kepada proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi dan mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan maupun transkip (Miles dan Huberman, 2014:10). Dalam hal ini, peneliti mnentutkan dimensi-dimensi yang lebih penting, informasi yang dapat dikumpulkan dan dianalisis. Peneliti hanya membatasi data berdasarkan rumusan masalah. Data yang telah terkumpul dievaluasi dan dibuat rangkuman.

Selanjutnya disederhanakan menjadi ringkasan atau uraian singkat.

2. Penyajian data

Milles dan Huberman dalam Riyanto (2007:33) menyebutkan bahwa penyajian data merupakan proses menampilkan data – data yang ditemukan kemudian di deskripsikan dalam bentuk narasi sehingga mampu di ambil kesimpulan atau informasi yang terdapat dari data – data tersebut dengan valid.

Dalam melakukan penelitian di LKP Mahesa Institute Pare Kediri hal yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitiannya adalah dengan menampilkannya dalam teks yang bersifat naratif.

Jadi penelitian yang dibuat benar-benar dengan informasi yang banyak.

3. Verivikasi dan Simpulan

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2018:141) mengemukakan bahwa langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah Verifikasi dan Simpulan. Pada tahap ini peneliti memberikan sejumlah simpulan – simpulan sementara yang kemudian di verifikasi kembali agar mendapatkan kesimpulan yang matang dan mantap dengan melakukan pengecekan – pengecekan secara terus menerus. Peneliti mengumpulkan data dari direktur, manajer program peserta didik dan tutor. Mencatat semua poin yang disampaikan, kemudian diolah kembali dalam sebuah kalimat, dianalisis sehingga hasilnya sesuai

(6)

dengan penelitian yang telah dilakukan yang dapat diuktikan kebenarannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan dari data penelitian yang peneliti dapatkan dengan metode wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi mengenai implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam pembelajaran bahasa Inggris di LKP Mahesa Institute Pare Kediri:

1. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pelaksanaan implementasi KBK dalam pembelajaran bahasa Inggris di LKP Mahesa Institute, meliputi:

a. Materi pembelajaran

Materi pembelajaran di LKP Mahesa Institute kelas speaking 3 sudah disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Terbukti materi membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2001, bahwa terdapat 3 prinsip dalam menentukan materi yaitu keterkaitan, keajigan, dan adequacy.

Tutor menggunakan materi terupdate dari kehidupan sehari-hari. Tutor memberikan gambaran secara umum, peserta didik merespon, dan akan muncul pertanyaan. Adanya pertanyaan tersebut membuat siswa terdorong untuk mencari jawaban dan menemukan jawaban yang tepat. Siswa akan segera mendapatkan jawaban jika dari pertanyaan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sagala (2010: 203) bahwa pertanyaan pembangkit motivasi yang dapat merangsang peserta didik untuk berpikir.

Kompetensi dasar speaking 3 adalah public speaking dan debate diharapkan peserta didik dapat aktif berbicara di luar maupun di dalam kelas. Terbukti pada speaking 3 lebih sering mgnggunakan diskusi. Menurut Djamarah (2001: 159), diskusi bertujuan untuk mengekplorasi gagasan, dapat menilai dan dan memecahkan masalah, serta mendorong pengembangan pemikiran. Menurut Hamalik (2004: 12) dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami,

memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan.

b. Strategi pembelajaran

Garlach & Ely (1980) mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Strategi pembelajaran yang efektif harus memperhatikan: 1) Pengetahuan dan keahlian professional. LKP Mahesa Institute telah menerapkan strategi pembelajaran yang efektif terbukti tutor lulus uji kompetensi, menguasai materi pembelajaran dan memiliki keahlian untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran, akan tetapi tutor dibatasi dengan metode yang ditetapkan lembaga.

Tutor mengetahui cara memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan peserta didik yang memiliki latar belakang beragam karena peserta didik Mahesa Institute berasal dari seluruh daerah di Indonesia.

Tutor memahami cara menggunakan dan memanfaatkan berbagai perangkat teknologi. Terbukti, tutor terlebih dahulu memberikan awalan dikaitkan dengan fenomena terupdate di Indoneisa sehingga peserta didik dapat menggunakan HP dan internet untuk mencari informasi terlebih dahulu. Dari awalan akan terjadi diskusi yang nantinya akan di sambungkan kedalam materi pembelajaran. 2) komitmen, motivasi, dan kesabaran.

Terbukti tutor tidak merasa sulit ataupun terbebani melainkan merasa senang ketika mengajar.

c. Model pembelajaran

Johnson (2007) menyatakan bahwa kontekstual melakukan lebih dari menuntun peserta didik dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan keadaan mereka sendiri. Sedangkan Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008) mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Untuk memperkuat pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri, dan bahkan tidak hanya sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Hal tersebut sesuai dengan kompetensi dasar speaking 3 yang mengharapkan peserta didik lancar berbicara bahasa Inggris di depan orang dan memberikan feed back yang baik. Terbukti lembaga mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa, dimana siswa harus aktif, kritis, kreatif, dan dapat memecahkan masalah.

(7)

Tutor speaking 3 juga menggunakan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah program yang paling efektif untuk mengukur pencapaian keahlian dasar, keahlian dalam memahami suatu materi dan konsep diri sendiri (Hamzah, 2008).

Tutor memberikan kerangka pelajaran dengan memberikan kegiatan pendahuluan, memberikan arahan, dan menginformasikan tujuan pembelajaran kepada peserta didi,k sehingga pada fase ini tutor dapat menggabungkannya dengan model pembelajaran diskusi.

Kemudian tutor menyajikan materi pelajaran, memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk melakukan latihan awal, dan peserta didik melatih pengetahuannya. Tutor dapat melihat kemampuan peserta didik dengan mengecek apakah tugas berhasil dikerjakan dengan baik atau tidak. Terakhir peserta didik melakukan kegiatan latihan secara mandiri. Hal tersebut sesuai dengan tahapan model pembelajaran langsung yang diungkapkan oleh Bruce dan wel (1996) bahwa terdapat 5 fase dalam suatu pembelajaran yaitu orientasi, presentasi, latihan terstruktur, latihan terbimbing, dan latihan mandiri.

d. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang seringkali juga terkait dengan pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan (Suyono dan Hariyanto, 2011). Dalam melaksanakan pembelajarannya, Mahesa Institute menggunakan metode Joyful & Innovative Learning. Ditunjang dari penelitian yang dilakukan oleh Diah Nur Kholifah (Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2014) dengan judul skripsi “Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Bahasa Inggris (Studi Kasus di Mahesa Institute Pare Kediri)”

menyatakan bahwa konsep pembelajaran di Mahesa Institute adalahenjoy for learning. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran speaking 3 di LKP Mahesa Institute dilakukan dengan metode pembelejaran berpusat pada siswa antara lain: debat, diskusi dan tanya jawab.

Pembelajaran berpusat pada siswa mengharuskan peserta didik memiliki keinginan dan keterampilan untuk menjadi pembelajar yang mandiri dan bertanggung jawab atas proses belajar mereka. Menurut Theobald (2006: 1), “Helping students find value in learning through the implementation of various instructional strategies and multiple alternative and authentic forms of assessments, while maintaining high standards of student performance in an

environment which encourages students to do their best work by effective, nurturing teachers, will help increase the motivational levels of all students”.

Gordon Pask (1976) dalam publikasinya berjudul Conversation Teory, Applications in Education and Epitomology, menyatakan bahwa interaksi percakapan termasuk tanya jawab antara guru dengan murid, akan terjadi konstruksi pengetahuan atau proses untuk tahu.

Sedangkan diskusi menurut Mulyasa diartikan sebagai percakapan responsive yang dijalin oleh pertanyaan - pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Hal tersebut sejalan dengan pengertian yang dikemukakan dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan (Mulyasa, 2007:116).

Dari tanya jawab yang dilakukan membuat para peserta didik dan tutor berdiskusi. Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, dan belajar berpartisipasi dalam pembicaraan. Setelah 2 metode tersebut berjalan memungkinkan terjadinya debat, sebab dalam diskusi dan tanya jawab akan muncul perbedaan pendapat.

e. Media pembelajaran

Menurut Gegne dalam Priansa (2017:130) mneyatakan bahwa media pembelajaran ialah sebuah komponen yang mampu memberikan dorongan belajar kepada peserta didik. Penggunaan alat bantu media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar mengajar seperti yang dikemukakakan Hamalik (dalam Arsyad, 2007:15) bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis siswa.

Media pembelajaran yang digunakan di LKP Mahesa Institute bermacam-macam tergantung pada materi yang akan disampaikan. Pada kelas speaking 3 media pembelajaran yang digunakan adalah buku, proyektor, dan audio. Media audio merupakan alat bantu yang dikaitkan dengan indra pendengaran. Media ini membantu para siswa agar dapat berfikir dengan baik, menumbuhkan daya ingat serta mempertajam pendengaran. Hal tersebut sudah cukup sesuai dengan enam jenis dasar dari media pembelajaran yang

(8)

dikemukakan oleh Heinich and Molenda (2009) merupakan sebuah benda baik visual maupun audiovisual, teks maupun bacaan, benda, gerak, hingga manusia.

f. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar (Sanjaya, 2007). LKP mahesa Institute menyediakan lesson plan (rencana belajar) untuk semua program yang ada. Lesson planspeaking 3 terdiri dari: class, meeting , topic, time allotment, objective of studies, activities pre teaching - whilst teaching - post teaching, assessment, learning resource and media, and references. Pelaksanaan pembelajaran di dilakukan pada hari Senin sampai dengan Jumat dengan durasi 90 menit setiap pertemuan. Lesson plan (rencana belajar) di LKP Mahesa Institute di susun oleh tim yang memang khusus membuat silabus, dimana bagian dari tim adalah beberapa tutor, tim marketing, dan tim menejemen.

Seperti yang dinyatakan Wolfson (1997), “states in Curriculum Implementations, the teacher must play a more significant role in designing the curriculum. Teachers must be involved in curriculum planning and development so that they can implement and modify the curriculum for the benefit of their learners”.

g. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, yaitu suatu rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan ataupun lebih. RPP brekembang dari silabus untuk lebih mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik untuk mencapai Kompetensi Dasar.Whitaker (1979), “asserts that the teachers view their role in curriculum implementation as an autonomous one. They select and decide what to teach from the prescribed syllabus or curriculum”. Pelaksanaannya di LKP Mahesa Institute RPP disediakan lembaga, tutor tidak menyusun RPP sendiri. Tutor akan berkelompok untuk berdiskusi jika ada RPP baru.

h. Pengembangan kurikulum

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pedoman dan alat pendidikan bagi guru, didasarkan pada tiga asas pokok, yaitu asas filosofis, asas psikologis, dan asas sosiologis teknologis (Sanjaya, 2008:18). Harus diingat bahwa kompetensi bersifat terus berkembang sesuai dengan tuntunan dunia

kerja atau dunia profesi maupun dunia ilmu (Suyanto, 2005).

Dari penelitian yang dilakukan diketahui pengembangan kurikulum di LKP Mahesa Institute secara umum sudah memperhatikan asas filososfis, psikologis, sosiologis dan teknologis. Terbukti LKP Mahesa Institute selalu mengikuti perkembangan zaman, namun lembaga lebih meninjau kurikulum melalui analisis kebutuhan kompetensi dunia kerja. Ditunjang dari penelitian yang dilakukan oleh Peni Anggraini dengan judul skripsi

“Implementasi Program Kursus Bahasa Inggris untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada Masyarakat Desa di Kabupaten Banyuwangi” juga menyimpulkan bahwasannya Program kursus bahasa Inggris memiliki pengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup sehingga mampu mengikuti daya saing global.

2. Hasil Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Hasil implementasi KBK dalam pembelajaran bahasa Inggris di LKP Mahesa Institute kelasspeaking 3 diperoleh dari ujian setelah pertemuan ke 10 dan pertemuan ke 20.

Menurut Pratt (1998), “In directing instruction, assessment is a means to diagnose learning difficulties; it helps the instructor identify the learner’s areas of strength and weakness so that he/she plans instruction to build on the one and remediate the other in formal and informal ways. Secondly, assessment provides feedback about success of a study program. Information from the assessment of student learning utilized in program evaluation”.

Patokan penilaian antara lain: kelancaran, pronunciation, structure, susunan kalimat, vocabulary, dan logatnya sudah memenuhi standar atau belum. Speaking 3 merupakan program lanjutan yang didesain untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris dan memahami tentang perbedaan antar budaya, karena tingkatan speaking 3 adalah advance maka lembaga memfokuskan bagaimana peserta didik nantinya dapat berbicara dan memberikan feed back yang benar kepada lawan bicaranya.

3. Faktor Penghambat Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Faktor penghambat dalam KBK dalam pembelajaran bahasa Inggirs di LKP Mahesa Institute yakni:

(9)

a. Peserta didik yang beragam dengan tingkatan kemampuan dan usia yang berbeda.

b. Kurang sesuainyapretest dan hasil pretest peserta didik.

c. Tutor terkadang ingin mencoba menerapkan metode pembelajaran yang baru.

d. Tutor terlalu nyaman dengan model pembelajaran learing for fun sehingga kurikulum tidak terpakai.

4. Faktor Pendukung Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Faktor pendukung implementasi KBK dalam pembelajaran bahasa Inggirs di LKP Mahesa Institute yakni:

a. Management program yang sudah baik (lesson plan – presentasi – penerapan – controlling).

b. Jadwal pembelajaran yang efektif dan intens.

c. Model pembelajaran yang menyenangkan membuat peserta didik tidak merasa terbebani.

d. Sarana dan prasarana yang memadai (terdapat lab bahasa dan ruang audio-visual).

e. Kualitas kinerja tutor. Tutor lulusan S1 bahasa Inggris dengan nilai Toefl lebih dari 480 dan sudah lulus uji kompetensi.

f. Tutor yang bersahabat sehingga kedekatan peserta didik dengan tutor seperti teman.

g. Niat sungguh – sungguh yang dimiliki peserta didik, karena mereka memiliki tujuan untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan ataupun mencari pekerjaan.

PENUTUP

1. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi dalam pembelajaran bahasa Inggris di Lembaga Kursus dan Pelatihan Mahesa Institute sudah baik terbukti LKP terakreditasi (A). Materi disesuaikan dengan standar kompetensi yang diterbitkan pendidikan non formal.

Strategi pembelajaran tidak jauh dari RPP.

Menggunakan model pembelajaran kontekstual, langsung, dan diskusi. Menggunakan metode pembelajara debat, diskusi dan tanya jawab. Media pembelajaran yang digunakan adalah buku, proyektor, dan audio. Silabus dan RPP sudah disediakan oleh lembaga. Untuk pengembangan kurikulum di LKP Mahesa Institute secara umum

sudah memperhatikan asas filososfis, psikologis, sosiologis dan teknologis, namun lembaga lebih meninjau kurikulum melalui analisis kebutuhan kompetensi dunia kerja.

2. Hasil implementasi KBK dalam pembelajaran bahasa Inggris di LKP Mahesa Institute kelas speaking 3 diperoleh dari hasil ujian. Speaking 3 merupakan tingkatan speaking advance. Lembaga memfokuskan peserta didik nantinya dapat berbicara dan memberikan feed back yang benar kepada lawan bicara.

3. Faktor penghambat implementasi KBK dalam pembelajaran bahasa Inggris di LKP Mahesa Institute, antara lain: (a) Peserta didik yang beragam, (b) Kurang sesuainya pretest dan hasil pretest peserta didik, dan (c) Instruktur ingin mencoba metode pembelajaran baru.

4. Faktor pendukung implementasi KBK dalam pembelajaran bahasa Inggris di LKP Mahesa Institute, antara lain: (a) Management program yang sudah baik, (b) Jadwal pembelajaran yang efektif dan intens, (c) Model pembelajaran yang menyenangkan, (d) sarana dan prasarana yang memadai, (e) Kualitas kinerja tutor, dan (f) Tutor yang bersahabat.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mawardi DKK. 2018. Penerapan Metode Diskusi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Murid pada Pelajaran Fiqh. Jurnal Al-Hikmah Vol. 15 No. 1 April 2018

Anggraini, Peni. 2016.Implementasi Program Kursus Bahasa Inggris untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada Masyarakat Desa di Kabupaten Banyuwangi. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya.

Chaudhary, Gautam Kumar. 2015. Factors Affecting Curriculum Implementation for Students.

International Journal of Applied Research 2015;

1(12): 984-986

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Depdiknas. (2003).UU Sisdiknas RI Nomor 20 Tahun 2003.

Surabaya: Media Centre.

Hasibuan, M Idrus. 2014. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Logaritma Vol.

II, No.01 Januari 2014

(10)

Mikre, Fisseha. 2010. The Roles of Assessment in Curriculum Practice and Enhancement Of Learning. Ethiop. J.

Educ. & Sc. Vol. 5 No 2 March 2010

Irmawan, Elsa. 2015. Implementasi Teori Andragogi dalam Pembelajaran Pelatihan di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Fennyke Sidokarto Godean, Sleman.

Skripsi diterbitkan (online).

Kholifah, Diah Nur. 2014. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran pada Lembaga Kursus dan Pelatihan Bahasa Inggris (Studi Kasus di Mahesa Institute Pare Kediri). Skripsi diterbitkan (online).

Mullamaa, Kristina. 2010. Going 100% On-line with Language Courses: Possible?. Journal of Language Teaching and Research, Vol. 1, No. 5, pp. 531- 539, September 2010

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:

PT Remaja Posdakarya.

Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muzamiroh. Mida. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013.

Jakarta: Kata Pena.

Priansa, Donni Juni. 2017. Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ratnasari, Ni Ketut DKK. 2016. Penerapan Metode Simak Ulang-Ucap Berbantuan Media Audio untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II. e- Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016.

Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif dan Kuantitatif). Surabaya: Unesa University Press.

Rosyanafi, Riyanto, dan Atmaja. 2018. “Pengembangan Modul Programme Life Cycle (PLC) untuk Meningkatkan Profitabilitas di LKP Buana Bordir Course (BCC)”. Jurnal Pendidikan untuk Semua.

Vol 2 No 1. Hal 35 – 44.

Rusman. 2012. Model - model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.

Sugiyono. 2018.Metode Penelitian Kualitatif (untuk penelitian yang bersifat: eksploratif, enterpretif, interaktif dan konstruktif). Bandung: Alfabeta, CV.

Suyono, Hariyanto. 2015. Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Posdakarya.

Syahputra, Idham. 2014. Strategi Pembelajaran Bahasa Inggris Sebagai Bahasa Asing dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Siswa. Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.1 Januari-Juni 2014

Referensi

Dokumen terkait

o Diskusi antara tim audit mengenai kerentanan laporn keuangan perusahan terhadap adanya salah saji yang material karena kesalahan (error) dan fraud. o Pemahaman yang

Ito ang nasang lagì sa panimdim, na napapanaginip, ang karañgalan ñg babaying kabiak ñg pusó at karamay sa tuá ó hirap ñg buhay: kung dalaga, ay sintahin ñg binatá, di

Selain mengkritik emotikon dari media sosial “Line” terkait dengan bentuknya yang tidak sesuai dengan kebudaayan, mahasiswa semester dua juga berpendapat bahwa

Berat kering tajuk pada tanaman padi Burungan, Superwin, Temo dan Ombong yang diairi sampai kapsitas lapang lebih besar daripada tanaman yang tidak diairi

Suryosubroto (2009: 212) menyatakan bahwa, langkah-langkah pembelajaran problem posing yaitu (1) membuka kegiatan pembelajaran, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran,

Lakukan perulangan untuk variabel j mulai dari 1 sampai numstock Jika nilai i sama dengan nilai j maka..

Solusi untuk mengatasi kendala yang ada yaitu mengadakan lomba-lomba termasuk Engklek agar anak-anak bisa bermain dengan teman-temannya, orang tua harus banyak

Melalui pendekatan saintifik dengan menggunakan model Discovery Learning, peserta didik dapat mengidentifikasi penyebab pergaulan tidak sehat, menganalisis kondisi