• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syaeful Bahri*, Ujang Hidayat Tanuwiria**, Atun Budiman** Universitas Padjadjaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Syaeful Bahri*, Ujang Hidayat Tanuwiria**, Atun Budiman** Universitas Padjadjaran"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT OLEH HAY DAUN KALIANDRA DAN UMBI SINGKONG PADA RANSUM BERBASIS RUMPUT GAJAH DAN

SILASE BIOMASSA JAGUNG TERHADAP POPULASI BAKTERI DAN PROTOZOA CAIRAN RUMEN SAPI PERAH (In Vitro)

THE EFFECT OF CONCENTRATE SUBSTITUTION BY HAY OF CALIANDRA LEAF AND CASSAVA IN RATIONS BASED ELEPHANT GRASS AND BIOMASS CORN SILAGE ON BACTERIA AND PROTOZOA

POPULATION OF RUMEN FLUID DAIRY CATTLE (In Vitro) Syaeful Bahri*, Ujang Hidayat Tanuwiria**, Atun Budiman**

Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016

**Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363

e-mail: bahry1294@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran pada tanggal 25 November-21 Desember 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi konsentrat (K) oleh hay daun kaliandra (HDK) dan umbi singkong (US) pada ransum berbasis rumput gajah (RG) dan silase biomassa jagung (SBJ) terhadap populasi bakteri dan protozoa cairan rumen sapi perah (in vitro). Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas lima perlakuan dan empat kali ulangan. Adapun perlakuan adalah R1= 15% RG + 45%

SBJ + 36% K + 4% HDK; R2= 15% RG + 45% SBJ + 34% K+ 4% HDK+ 2% US; R3= 15% RG + 45% SBJ + 32% K+ 4% HDK+ 4% US; R4= 15% RG + 45% SBJ + 30% K+

8% HDK+ 2% US; R5= 15% RG + 45% SBJ + 28% K+ 8% HDK+ 4% US. Peubah yang diamati adalah populasi bakteri dan protozoa cairan rumen sapi perah in vitro.

Data dianalisis dengan sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan R1, R2, R3, R4, dan R5 satu sama lain memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap populasi bakteri dan protozoa cairan rumen sapi perah. Disimpulkan bahwa substitusi 20% oleh hay daun kaliandra dan 10% oleh umbi singkong tidak mempengaruhi populasi bakteri dan protozoa cairan rumen sapi perah.

Kata kunci: hay daun kaliandra, umbi singkong, konsentrat, bakteri, protozoa, rumen, in vitro.

(2)

ABSTRACT

This research was conducted in the Laboratory of Ruminant Nutrition and Feed Chemical, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University on 25 November to 21 December 2015. The purpose of this research was to determine the effect of concentrate substitution by hay of caliandra leaf and cassava in rations based elephant grass and biomass corn silage on bacteria and protozoa population of rumen fluid dairy cattle (in vitro). The research used the experimental method with Completely Randomized Design (CRD) consisting of five treatments and four replicates. The experimental is R1= 15% RG + 45% SBJ+ 36% K + 4% HDK; R2= 15% RG + 45%

SBJ + 34% K + 4% HDK + 2% US; R3= 15% RG + 45% SBJ + 32% K + 4% HDK + 4% US; R4= 15% RG + 45% SBJ + 30% K + 8% HDK + 2% US; R5= 15% RG + 45%

SBJ + 28% K + 8% HDK + 4% US. Variables measured is bacteria and protozoa population of rumen fluid dairy cattle in vitro. The data was analyzed by ANOVA and Duncan test. The results showed that the threatments of R1, R2, R3, R4, and R5 each other were not significantly (P>0.05) on bacteria and protozoa population of rumen fluid dairy cattle. It was concluded that the substitution of 20% by hay of caliandra leaf and 10% by cassava did not affect on bacteria and protozoa population of rumen fluid dairy cattle.

Keywords: hay of caliandra leaf, cassava, concentrate, bacteria, protozoa, rumen, in vitro.

PENDAHULUAN

Pakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah. Hal ini disebabkan dalam pakan terdapat komponen zat makanan untuk memenuhi kebutuhan produktivitas sapi perah. Pakan sapi perah terdiri atas hijauan dan konsentrat. Ransum untuk sapi perah umumnya terdiri atas campuran 60% pakan hijauan dan 40% pakan konsentrat. Kebutuhan pakan hijauan dapat dipenuhi oleh berbagai sumber pakan hijauan baik berupa rumput- rumputan maupun hijauan yang diperoleh dari tanaman pangan. Jenis rumput yang

umum digunakan sebagai pakan hijauan untuk sapi perah adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum), sedangkan hijauan yang diperoleh dari tanaman pangan adalah biomassa jagung.

Biomassa jagung merupakan bagian aerial tanaman jagung keseluruhan (termasuk bagian buah) pada fase pertumbuhan tertentu (100-110 hari).

Upaya untuk memperpanjang masa penggunaan biomassa jagung dapat dilakukan dengan pembuatan silase.

Penggunaan silase biomassa jagung tidak bisa diberikan 100% sebagai pakan sumber serat dalam ransum sapi perah,

(3)

sehingga penggunaannya dicampur dengan pakan hijauan yang lain seperti rumput lapang atau rumput gajah. Silase biomassa jagung memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah sehingga persentase pemberian silase biomassa jagung bersama dengan rumput gajah dapat diberikan dengan imbangan lebih besar.

Berdasarkan hasil prelium didapatkan dengan pemberian 45% silase biomassa jagung, 15% rumput lapang, dan 40%

konsentrat menunjukan hasil terbaik terhadap ekosistem rumen (Tanuwiria, dkk., 2015).

Penyediaan pakan konsentrat biasanya didapatkan dengan membeli hasil buatan pabrik pakan yang harganya kini relatif mahal dengan kualitas yang masih belum memenuhi harapan karena masih terdapatnya bahan pakan penyusun konsentrat yang kualitasnya tidak sesuai standar. Seperti halnya konsentrat yang dijual di KSU Tandangsari memiliki kandungan protein kasar 14% dengan harga Rp. 2.750,00. Konsentrat yang diberikan pada ternak sapi perah laktasi minimal mempunyai kandungan PK 16%

dan TDN 70% (SNI, 2009). Biaya penyediaan konsentrat yang besar menyebabkan dilakukan upaya alternatif

memanfaatkan bahan pakan yang memiliki kualitas yang baik seperti daun kaliandra (Calliandra calothyrsus) sebagai sumber protein, dan umbi singkong (Manihot esculenta) sebagai sumber karbohidrat mudah dicerna dan sumber energi.

Pemanfaatan daun kaliandra sebagai bahan pakan ternak masih kurang berkembang di kalangan peternak, hal ini disebabkan karena adanya faktor pembatas pemanfaatannya yaitu zat anti nutrisi berupa tanin. Walaupun tanin bersifat merugikan, hal ini tidak akan berpengaruh bila pemberiannya berkisar 30–40% dalam ransum. Daun kaliandra memiliki kandungan protein kasar berkisar 20-25%. Penyediaan daun kaliandra sebagai bahan pakan tentu saja sebaiknya melalui pengolahan terlebih dahulu, karena dengan cara ini memberikan keuntungan terutama dari cara pemberian pada ternak lebih praktis.

Cara pengolahan yang umum dilakukan adalah pengeringan dengan cara diangin- anginkan. Pengeringan dengan cara diangin-anginkan (hay) merupakan salah satu alternatif pengawetan untuk memperpanjang nilai kegunaan dari daun kaliandra.

(4)

Bahan pakan lainnya untuk menggantikan konsentrat adalah umbi singkong (Manihot esculenta) yang sangat potensial sebagai sumber karbohidrat mudah dicerna dan sumber energi.

Potensi produksi tanaman umbi singkong yang terus meningkat memungkinkan pemanfaatannya sebagai pakan ternak semakin luas. Hal ini disebabkan karena tanaman umbi singkong mudah tumbuh di segala kondisi tanah dan pada waktu musim panen harganya murah.

Kandungan nutrisi dalam umbi singkong terutama proteinnya sangat rendah, sehingga penggunaannya dalam ransum harus diimbangi dengan bahan pakan yang memiliki kandungan protein lebih tinggi seperti daun kaliandra. Pemanfaatan umbi singkong dalam bentuk tepung paling banyak digunakan sebagai bahan pakan konsentrat.

Pemenuhan kebutuhan pakan pada dasarnya adalah pemenuhan kebutuhan nutrien untuk ternak. Kebutuhan nutrien ternak ruminansia sebagian besar memenuhi terlebih dahulu kebutuhan mikroba dalam rumen untuk dapat dimanfaatkan oleh ternak. Jumlah dan kualitas nutrien dalam pakan sangat berpengaruh pada aktivitas populasi mikroba rumen. Populasi mikroba rumen

terdiri atas bakteri, protozoa dan jamur.

Populasi bakteri dan protozoa akan tinggi di dalam rumen ketika pakan yang diberikan memiliki kualitas yang baik.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh substitusi konsentrat oleh hay daun kaliandra dan umbi singkong pada ransum berbasis rumput gajah dan silase biomassa jagung terhadap populasi bakteri dan protozoa cairan rumen sapi perah (in vitro).

BAHAN DAN METODE

Bahan penelitian yang digunakan terdiri dari rumput gajah, silase biomassa jagung, konsentrat, hay daun kaliandra, umbi singkong, molases, cairan rumen sapi perah betina FH, saliva buatan, gas karbondioksida (CO2), NaCl fisiologis, aquadest, dan alkohol.

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan terdiri atas lima perlakuan yang diulang sebanyak empat kali. Ransum umum sapi perah terdiri atas campuran 15% rumput gajah (RG), 45% silase biomassa jagung (SBJ), dan 40% pakan konsentrat (K).

Sedangkan bahan pensubstitusi konsentrat

(5)

terdiri atas hay daun kaliandra (HDK) dan umbi singkong (US). Ransum perlakuan terdiri atas: R1= 15% RG + 45% SBJ + 36% K + 4% HDK; R2= 15% RG + 45%

SBJ + 34% K+ 4% HDK+ 2% US; R3= 15% RG + 45% SBJ + 32% K+ 4%

HDK+ 4% US; R4= 15% RG + 45% SBJ + 30% K+ 8% HDK+ 2% US; R5= 15%

RG + 45% SBJ + 28% K+ 8% HDK+ 4%

US. Peubah yang diamati adalah populasi bakteri dan protozoa cairan rumen sapi perah in vitro. Data dianalisis dengan sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan. Kandungan nutrien ransum penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

No Kandungan Nutrien Perlakuan

R1 R2 R3 R4 R5

---%---

1 Bahan Kering 81,74 81,74 81,74 81,12 81,12

2 Abu 8,85 8,88 8,90 8,76 8,78

3 Protein Kasar 13,11 12,82 12,52 13,12 12,83

4 Lemak Kasar 5,04 4,88 4,72 4,61 4,45

5 Serat Kasar 21,76 21,66 21,56 21,69 21,59

6 Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen 51,23 51,76 52,29 51,82 52,35 7 Total Digestible Nutrient 67,63 67,52 67,41 67,30 67,19 HASIL DAN PEMBAHAHASAN

Rataan hasil penelitian mengenai pengaruh substitusi konsentrat oleh hay daun kaliandra (HDK) dan umbi singkong (US) pada ransum berbasis rumput gajah

(RG) dan silase biomassa jagung (SBJ) terhadap populasi bakteri dan protozoa cairan rumen sapi perah (in vitro) disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Populasi Bakteri dan Protozoa Cairan Rumen Sapi Perah In Vitro Peubah yang

Diamati

Perlakuan

R1 R2 R3 R4 R5

….………x 109 sel/mililiter cairan rumen………

Populasi Bakteri 2,20ab 2,85ab 5,20b 2,53ab 1,43a ….………x 106 sel/mililiter cairan rumen………

Populasi Protozoa 0,98a 1,03a 1,13a 1,00a 1,15a

Keterangan:

R1 = 15% RG + 45% SBJ + 36% K+ 4% HDK

R2 = 15% RG + 45% SBJ + 34% K+ 4% HDK+ 2% US R3 = 15% RG + 45% SBJ + 32% K+ 4% HDK+ 4% US R4 = 15% RG + 45% SBJ + 30% K+ 8% HDK+ 2% US R5 = 15% RG + 45% SBJ + 28% K+ 8% HDK+ 4% US

(6)

Pengaruh Perlakuan terhadap Populasi Bakteri

Berdasarkan data Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan menghasilkan populasi bakteri yang bervariasi antara 1,43 dan 5,20 x 109 sel/mililiter cairan rumen. Populasi ini termasuk normal dimana bakteri di dalam rumen berkisar 109-1011 sel/mililiter cairan rumen (McDonald, 1988). Hal ini sejalan pula dengan pernyataan dari Yokoyama dan Johnson (1988) bahwa populasi mikroba rumen dan proporsi spesiesnya tidak tetap tetapi dalam keadaan yang berubah-ubah, perubahan ini akan mencapai suatu keseimbangan baru sesuai dengan perubahan makanan.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap populasi Bakteri.

Demikian pula hasil uji Duncan menunjukkan bahwa populasi bakteri perlakuan R5 lebih rendah (P<0,05) dari pada populasi bakteri perlakuan R1, sedangkan populasi bakteri pada perlakuan R1, R2, R3, dan R4 satu sama lain berbeda tidak nyata (P>0,05).

Demikian pula antara perlakuan R1, R2, R4

dan R5 satu sama lain berbeda tidak nyata (P>0,05).

Berdasarkan Tabel 2, populasi bakteri rumen pada perlakuan R3 lebih tinggi dari pada perlakuan R5 (5,20 vs 1,43 x109 sel/mililiter cairan rumen). Hal ini diduga karena peningkatan pemberian HDK dalam ransum sebesar 4%. Ransum perlakuan R3 mengandung 4% HDK sedangkan perlakuan R5 mengandung 8%

HDK. Kedua ransum perlakuan tersebut sama-sama mengandung 4% US. Dengan demikian faktor penyebab terjadinya perbedaan populasi bakteri rumen diduga efek dari tingkat penggunaan HDK yang berbeda. Hal ini terkait dengan zat anti nutrisi dari HDK yaitu tanin yang dapat mempengaruhi populasi bakteri. Menurut Tangendjaja dkk., (1998) kandungan tanin daun kaliandra antara 1,5% dan 11,3%.

Muslim dkk., (2014) menyatakan bahwa bakteri rumen mampu hidup atau toleran terhadap konsentrasi tanin dalam ransum sampai 2%. Pada perlakuan R3

yaitu ransum yang mengandung 4% HDK mengandung tanin sebesar 0,45%, sedangkan perlakuan R5 yaitu ransum yang mengandung 8% HDK mengandung tanin sebesar 0,9%. Secara umum semua ransum perlakuan mengandung tanin berkisar 0,45% sampai 0,9% masih berada di bawah batas toleransi 2% menurut Muslim dkk (2014), namun hasil

(7)

penelitian ini menunjukkan bahwa kadar tanin 0,9% dalam ransum sudah memberikan respon menurunkan populasi bakteri seperti yang terjadi pada ransum perlakuan R5.

Hal ini diduga karena tanin dan bakteri saling berinteraksi, tanin mengikat protein yang banyak terdapat pada sel bakteri sehingga berdampak terhadap menurunnya populasi bakteri.

Berdasarkan pernyataan Barry dkk., (1986) bahwa kemampuan tanin untuk bereaksi dengan protein disebabkan karena adanya sejumlah gugus fungsional yang dapat membentuk ikatan kompleks yang sangat kuat dengan protein, sehingga dapat menghambat kerja beberapa enzim serta menurunkan kecernaan protein dengan aktivitas enzimatik. Protein yang berikatan dengan tanin tidak hanya protein mikroba tetapi juga protein ransum.

Dapat dilihat pula pada Tabel 2 bahwa peningkatan kandungan tanin terjadi juga pada perlakuan R4 yaitu ransum yang mengandung 8% HDK sama seperti perlakuan R5. Namun populasi bakteri pada perlakuan R4 menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan populasi bakteri pada perlakuan R1, R2

dan R3. Hal ini diduga karena pada perlakuan R4 walaupun mengandung

HDK dalam ransum sebanyak 8%, tetapi diikuti oleh penambahan US sebanyak 2% lebih rendah dari pada ransum perlakuan R5 yaitu 4%. Umbi singkong merupakan sumber karbohidrat mudah dicerna berupa pati, yang mana di dalam rumen akan didegradasi oleh mikroba menjadi VFA yang mengarah ke asam propionat.

Tanin asal HDK tidak saja akan berikatan dengan protein ransum tetapi juga dengan karbohidrat terutama karbohidrat yang berasal dari US. Hal ini sejalan dengan pernyataan Goldstein dan Swain (1991) bahwa tanin tidak hanya mengikat protein, tetapi juga mempengaruhi metabolisme karbohidrat dengan mengikat pati sehingga sukar dicerna oleh enzim amilase. Berdasarkan hal tersebut, diduga pada perlakuan R4 dan R5 karena terjadi kenaikan kandungan tanin dari HDK, maka tanin tersebut juga mengikat karbohidrat dari US sehingga menyebabkan terjadinya penurunan populasi bakteri. Namun pada perlakuan R5 dikarenakan adanya penambahan US sebanyak 2%, maka ketersediaan karbohidrat mudah dicerna lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan R4 sehingga pada perlakuan R5 tanin dari HDK lebih banyak mengikat karbohidrat dan

(8)

menyebabkan semakin menurunnya populasi bakteri.

Pengaruh Perlakuan terhadap Populasi Protozoa

Berdasarkan data Tabel 2 menunjukkan bahwa populasi protozoa cairan rumen pada berbagai perlakuan bervariasi antara 0,98 dan 1,15 x 106 sel/mililiter cairan rumen. Menurut McDonald dkk., (2002), populasi protozoa sekitar 105-106 sel/mililiter cairan rumen.

Secara umum populasi protozoa pada penelitian ini berada pada kisaran normal.

Ogimoto dan Imai (1981) menyatakan bahwa populasi protozoa sangat tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi. Selain itu, Dehority (2004) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi populasi protozoa rumen yaitu kurangnya asupan nutrien dan kondisi pH rumen. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap populasi protozoa. Demikian pula hasil uji Duncan menunjukkan bahwa populasi protozoa antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).

Hasil yang tidak berbeda nyata terhadap populasi protozoa dipengaruhi oleh nutrien yang terkandung dalam ransum, protozoa lebih cepat tumbuh pada

ransum kaya akan pati dan gula-gula sederhana yang dalam analisis proksimat pati dan gula-gula sederhana termasuk ke dalam komponen BETN. Berdasarkan pernyataan dari Tyas (2009) bahwa BETN merupakan karbohidrat mudah dicerna yang banyak mengandung gula dan pati, dimana zat tersebut sangat dibutuhkan oleh protozoa. Protozoa mencerna zat pati dan gula untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Sutardi, 2001). Kandungan BETN pada masing-masing ransum perlakuan menunjukkan persentase yang tidak jauh berbeda (Tabel 1), sehingga diduga akan memberikan kesempatan yang sama bagi protozoa rumen dalam memanfaatkan nutrien tersebut untuk pertumbuhannya, sehingga pertumbuhan populasi protozoa dari tiap perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata.

Hal ini diduga substitusi US terhadap konsentrat tidak menyebabkan meningkatnya populasi protozoa, hal ini mengiindikasikan bahwa kandungan BETN atau karbohidrat mudah dicerna dalam konsentrat kualitasnya setara dengan yang terdapat dalam US.

Penambahan US akan menaikan kandungan BETN tetapi kenaikan ini dianggap relatif kecil, hal ini terlihat pada

(9)

kandungan BETN setiap perlakuan yang relatif sama.

Kandungan nutrien dalam setiap ransum perlakuan diduga cukup untuk memenuhi kebutuhan perkembangan protozoa tanpa harus memangsa bakteri, hal ini dibuktikan dengan populasi bakteri tidak berkurang. Berdasarkan pernyataan Arora (1989) bahwa secara umum makanan protozoa adalah bakteri, sehingga populasi protozoa bergantung pada jumlah bakteri yang terdapat di dalam cairan rumen. Pada pemberian ransum berserat dan rendah kadar proteinnya, kehadiran protozoa memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan ternak. Hal ini karena protozoa memangsa bakteri untuk kelangsungan hidupnya akibat tidak diperoleh makanan berupa karbohidrat yang mudah difermentasi. Selain itu juga diduga tanin dari hay daun kaliandra dan HCN dari umbi singkong tidak mengganggu aktivitas protozoa dan menghalangi pemanfaatan nutrien terutama protein dan BETN oleh protozoa untuk kelangsungan hidupnya. Sehingga hal ini menyebabkan populasi protozoa tidak mengalami perbedaan yang nyata (P>0,05).

Dore dan Gouet (1991) menyatakan bahwa peranan protozoa cukup penting dalam mempertahankan pH rumen.

Protozoa dengan cepat dapat memanfaatkan karbohidrat yang mudah difermentasi untuk kebutuhan hidupnya dan memberikan keuntungan untuk memperlambat laju konversi karbohidrat fermentabel menjadi asam laktat oleh bakteri rumen, sehingga pH rumen dapat dikontrol.

KESIMPULAN

Substitusi konsentrat oleh hay daun kaliandra dan umbi singkong pada ransum berbasis rumput gajah dan silase biomassa jagung tidak memberikan pengaruh terhadap populasi bakteri dan protozoa cairan rumen sapi perah. Secara kuantitatif populasi bakteri dan protozoa cairan rumen sapi perah pada substitusi 10%

sampai 20% konsentrat oleh hay daun kaliandra dan substitusi 10% konsentrat oleh umbi singkong menunjukkan hasil yang paling baik.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, substitusi 10% sampai 20% konsentrat oleh hay daun kaliandra dan substitusi 10% konsentrat oleh umbi singkong

(10)

menunjukkan hasil yang paling baik, maka perlu dilakukan kajian penerapan secara langsung pada ternak (in vivo) untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada BOPTN Universitas Padjadjaran yang telah memberikan dana bantuan penelitian melalui penelitian unggulan perguruan tinggi (PUPT) tahun 2015 yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. H.

Ujang Hidayat Tanuwiria, M.Si.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S .P . 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Diterjemahkan oleh R. Murwani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Barry, T. N ., T. R. Manley, and S. J Duncan. 1986. The Role of Condensed Tannins in the Nutritive Value of Lotus pendunculatus for sheep 4 Sites of Carbohydrate and Protein Digestion as Influenced Reactive Protein Concentration. Br.

J. Nut. 55-123-137.

Dehority, B. A. 2004. In Vitro Determination of Generation Times for Entodinium exigum, Ophryoscolex purkynjei and Eudiplodinium maggii.

Journal of Eukaryotic Microbiology.

51: 333-338.

Dore, J. and P. H. Gouet. 1991. Microbial Interaction in the Rumen. In: Jouany, ed. Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. INRA, Paris. pp.

71-88.

Goldstein, J. L., and T. Swain. 1991. The Inhibition of Enzymes by Tannin.

Phytochemistry. An International J.

Plant Biochemistry 1(1): 185 – 192.

McDonald. P., R. A. Edwards, and J. F. D.

Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition.

4th ed. John Willey and Sons Inc., New York. p. 96−105.

__________________. 2002. Animal Nutrition. 6th ed. Longman Scientific and Technical, New York.

Muslim, G., J. E. Sihombing, S. Fauziah, A. Abrar, dan A. Fariani. 2014.

Aktivitas Proporsi Berbagai Cairan Rumen dalam Mengatasi Tannin dengan Tehnik In Vitro. Jurnal Peternakan Sriwijaya. ISSN 2303- 1093.Vol. 3 No: 1 pp. 25-36.

Ogimoto, K. and S. Imai. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Societies Press, Tokyo.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2009.

Pakan Konsentrat Sapi Perah. Badan Standar Nasional, Jakarta.

Sutardi, T. 2001. Revitalisasi Peternakan Sapi Perah melalui Penggunaan Ransum Berbasis Limbah Perkebunan dan Suplemen Mineral Organik. Laporan Akhir RUT VIII. 1 IPB. Bogor.

Tangendjaja, B., E. Wina, and B. Palmer.

1998. Free and Bound Tannin Analysis in Legume Forage. In:

(11)

Brooker, ed. Tannins in Livestock and Human Nutrition. ACIAR.

Tanuwiria, U.H., A. Budiman, dan D. S.

Tasripin. 2015. Upaya Meningkatkan Produksi Susu Sapi Perah melalui Pemberian Hay Daun Kaliandra dan Umbi Singkong pada Ransum Berbasis Silase Biomas Jagung.

Laporan Tahunan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Fakultas

Peternakan Universitas Padjadjaran.

Sumedang.

Tyas, W. 2009. Kinerja Pencernaan dan Efisiensi Penggunaan Energi pada Sapi Peranakan Ongole (PO) yang Diberi Pakan Limbah Kubis Dengan Suplemen Mineral Zn dan Alginat.

Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

(12)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Syaeful Bahri NPM : 200110120159

Judul Skripsi : Pengaruh Substitusi Konsentrat oleh Hay Daun Kaliandra dan Umbi Singkong pada Ransum Berbasis Rumput Gajah dan Silase Biomassa Jagung terhadap Populasi Bakteri dan Protozoa Cairan Rumen Sapi Perah (In Vitro)

Menyatakan bahwa tulisan dalam artikel ilmiah ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya-sebenarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyataan ini.

Dibuat di Sumedang, Mei 2016 Menyetujui:

Pembimbing Utama, Penulis,

Prof. Dr. Ir. H. Ujang Hidayat T, M.Si Syaeful Bahri Pembimbing Anggota,

Ir. Atun Budiman, M.Si

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan evaluasi kinerja sistem supply udara untuk area FFL menggunakan CDT- 2.2 dan CDT-2.1 yang telah dilakukan perbaikan untuk mengetahui kondisi operasi VAC

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan (1) struktur novel, (2) bentuk kekerasan berbasis ketidakadilan gender (3) bentuk emansipasi (4) pendidikan

136, Bandung, berdasarkan surat kuasa Khusus tertanggal 15 Maret 2012 (terlampir) bertindak untuk dan atas nama serta mewakili TERGUGAT, dengan ini

Tulisan ilmiah ini juga tidak lepas dari karuniaNya sehingga penulis dapat menjaga semangat dalam menyusun Tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi

Setelah melaksanakan kegiatan layanan konseling behavioral dengan operant conditioning sebagai media bimbingan dan konseling yang dilakukan sebanyak 6 kali pada

Salah satu tujuan penggunaan ragam sopan dalam pembicaraan adalah agar hubungan baik dengan lawan bicara dapat terjaga. Apalagi dalam bahasa Jepang, hal ini menjadi

Berdasarkan data-data dan tabel-tabel tersebut diatas terlihat bahwa Indomie memang masih diunggulkan dan masih paling banyak diminati konsumennya karena produk

(asetat) berpengaruh nyata terhadap keempukan (p &lt; 0.05).. Dari gambar 9 terlihat bahwa semakin tinggi level asam yang diberikan.. semakin empuk daya putus Warner