ANALISIS PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DENGAN
PERSPEKTIF
MAQA>S{ID SHARI
>’
AH
DALAM
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN NASABAH PRODUK
TAKAFULINK SALAM DI PT. ASURANSI TAKAFUL
KELUARGA SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
PUTRI NUR FAIZAH NIM : C04213054
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
ANALISIS PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DENGAN
PERSPEKTIF
MAQA>S{ID SHARI
>’
AH
DALAM MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN NASABAH PRODUK TAKAFULINK SALAM
DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh :
PUTRI NUR FAIZAH NIM : C04213054
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya
iv
ABSTRAK
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menjawab prtanyaan apakah
penyelesaian klaim asuransi yang diterapkan di PT. Asuransi Takaful Keluarga
Surabaya sesuai dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah dan dengan penerapan
penyelesaian klaim tersebut apakah dapat meningkatkan kepercayaan nasabah
produk takafulink salam terhadap pelayanan perusahaan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif, dengan
mengambil judul “Analisis Penyelesaian Klaim Asuransi dengan Perspektif
Maqa>s{id Shari>’ahdalam Meningkatkan Kepercayaan Nasabah Produk Takafulink
Salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya”. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data
yang diperoleh melalui dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan sales manajer, admin, dan
nasabah produk takafulink salam yang sudah mengajukan klaim di Kantor
Representatif Office (RO) Prima Agency PT. Asuransi Takaful Keluarga
Surabaya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber lain yang berkaitan
dengan penelitian, data ini diperoleh dari buku, jurnal, skripsi maupun sumber
lainnya. Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif dengan
memberikan pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk
uraian naratif.
Hasil penelitian ini adalah PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya telah
sesuai dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah pada penyelesaian klaim asuransinya
dan telah berhasil meningkatkan kepercayaan nasabah produk takafulink salam
terhadap kinerja perusahaan. Wujud kepercayaan nasabah terhadap kinerja
perusahaan dibuktikan dengan sikap loyalitas nasabah dengan perusahaan.
Saran bagi PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya, hendaknya
menciptakan suatu aplikasi terkait pengiriman barang bukti klaim agar dapat
dilakukan dengan lebih cepat, sehingga memberikan kenyamanan lebih terhadap
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ...v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...11
C. Rumusan Masalah ...12
D. Kajian Pustaka...12
E. Tujuan Penelitian ...15
F. Kegunaan Hasil Penelitian ...15
G. Definisi Operasional...16
I. Sistematika Pembahasan...24
BAB II PENYELESAIAN KLAIM, MA QA >S{ID SHA RI>’A H, DAN KEPERCAYAAN NASABAH
A. Penyelesaian Klaim Asuransi...27
B. Maqa>s{id Shari>’ah...32
C. Kepercayaan ...41
BAB III PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI PRODUK
TAKAFULINK SALAM PT. ASURANSI TAKAFUL
KELUARGA SURABAYA
A. Gambaran Umum PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya .46
B. Takafulink Salam ...57
C. Implementasi Penyelesaian Klaim Asuransi di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya...65
BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DENGAN PERSPEKTIF MA QA >S{ID SHA RI>’A H DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN NASABAH PRODUK TAKAFULINK SALAM DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA
A. Penyelesaian Klaim Asuransi dengan Perspektif Maqa>s{id
Shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya ...76
B. Penyelesaian Klaim Asuransi dengan Perspektif Maqa>s{id
Shari>’ah dalam Meningkatkan Kepercayaan Nasabah Produk Takafulink Salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya ...85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...90
DAFTAR PUSTAKA ...93
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang serba maju ini, risiko dapat terjadi dalam segala
kemungkinan, maka masyarakat dituntut memiliki suatu jaminan untuk
menjamin kehidupan, kesehatan, kesejahteraan di hari tua, sampai pendidikan
untuk anak-anak mereka. Perusahaan asuransi merupakan salah satu tempat yang
tepat bagi masyarakat untuk memperoleh jaminan tersebut. Perusahaan asuransi
di Indonesia telah menawarkan berbagai produknya yang dapat menarik minat
masyarakat dari berbagai aspek yang mereka butuhkan.
Asuransi memiliki semangat mempersiapkan masa depan yang baik untuk
seseorang. Pesan ini telah ada pada Alquran, dalam surah An Nisa>’ ayat 9 yang
memberi gambaran bahwa seseorang hendaknya mempersiapkan, menyongsong
masa depan yang baik dan matang serta meninggalkan ahli waris penghidupan
yang sejahtera.
ا 1
Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.2
1
Alquran, 4:9.
2
2
Keberadaan asuransi saat ini sudah bukan merupakan hal yang asing bagi
masyarakat. Asuransi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
masyarakat untuk membantu mereka dalam penyediaan jaminan finansial dalam
menghadapi risiko yang tak terduga. Sebagian orang menyadari pentingnya
memiliki jaminan finansial sehingga kemudian membeli asuransi. Namun
demikian ada juga yang tidak menyadari betapa pentingnya asuransi, karena
menurut mereka memiliki asuransi berarti mempersiapkan diri sendiri atau
keluarga untuk menanggung musibah.3
Asuransi yang ditawarkan beragam sesuai dengan kebutuhan, bahkan tingkat
pendapatan masyarakat juga menjadi pertimbangan. Salah satu jenis asuransi
yang mengalami perkembangan saat ini adalah asuransi syariah atau yang sering
disebut sebagai takaful. Asuransi syariah yaitu asuransi yang dalam
penerapannya berusaha memasukkan nilai kerohanian syariah atau
nilai-nilai yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam menyelaraskan kehidupan dunia
dan akhirat.4 Syariah yang menjadi dasar merupakan karakter utamanya.
Asuransi syariah terbagi menjadi dua, yakni asuransi jiwa syariah (asuransi
keluarga atau takaful keluarga) dan asuransi kerugian syariah. Menurut Syafi’i
Antonio, yang dimaksud asuransi jiwa syariah (takaful keluarga) adalah bentuk
3
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah: Berkah Terakhir yang Tak Terduga (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2015), 4.
4
3
asuransi syariah yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah
kematian dan kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful.5
Dalam perkembangan produk asuransi, sekarang juga dikenal asuransi unit
link.6 Asuransi unit link adalah perlindungan asuransi syariah melalui usaha
saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak
melalui investasi dalam bentuk aset. Produk ini mulai diluncurkan sejak 1998.7
Produk ini bukan hanya pada asuransi konvensional, tapi juga sudah merambah
pada asuransi syariah. Contoh unit link syariah adalah produk yang dikeluarkan
oleh PT. Asuransi Takaful Keluarga, yaitu Takafulink Salam. Produk ini
merupakan program unggulan di takaful keluarga yang dirancang untuk
memberikan manfaat perlindungan jiwa dan kesehatan menyeluruh sekaligus
membantu merancang untuk berinvestasi secara optimal untuk berbagai tujuan
masa depan termasuk persiapan hari tua.
Nasabah takafulink salam bisa memilih jenis investasi sesuai dengan profil
investasi nasabah. Takafulink salam menawarkan empat jenis investasi yang
dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan yaitu Istiqomah (pasar uang dan
sukuk), Mizan (balanced), Ahsan (balanced agressive), dan Alia (agressive).
Dengan perencanaan investasi yang fleksibel, takafulink salam menawarkan
kemudahan berinvestasi untuk hasil yang lebih optimal untuk kebahagiaan
nasabah esok hari.
5
Muhammad Syafi’i Antonio, Prinsip Dasar Operasi Asuransi Takaful dalam Arbitrase Islam di Indonesia (Jakarta: Badan Arbitrase Muamalat Indonesia, 1994), 150.
6Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif MaqashidAsy-Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016),
104.
4
Dalam asuransi jiwa syariah terbagi dua rekening peserta yaitu, rekening
tabungan peserta dan rekening tabarru’.8 Rekening tabarru’ ini diniatkan untuk
derma dan digunakan untuk membayar klaim (manfaat takaful) kepada pihak
tertanggung, apabila ada di antara peserta yang ditakdirkan meninggal dunia atau
mengalami musibah lainnya. Akad yang diberlakukan dalam rekening tabarru’ ini
adalah transaksi atau perjanjian kontrak yang bersifat non profit, sehingga tidak
boleh digunakan untuk tujuan komersial. Dengan demikian, idealnya semua dana
tabarru’ maupun hasil investasinya tidak dibagihasilkan kepada peserta maupun
pengelola, namun menjadi dana abadi dalam rekening tabarru’ untuk pembayaran
klaim.
Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas
kerugian yang tersedia berdasarkan perjanjian atau bisa diartikan sebagai suatu
proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian
tersebut.9 Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru’
semua peserta. Perusahaan sebagai mud}a>rib wajib menyelesaikan proses klaim
secara cepat, tepat dan efisien dengan amanah yang diterimanya. Sebagaimana
firman Allah dalam Surah Al-Anfa>l : 27.
10
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepada kamu, sedangkan kamu mengetahui.11
8
Ibid., 106.
9
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General (Jakarta: Gema Insan Press, 2004), 259.
10
Alquran, 9: 27.
11
5
Prosedur penyelesaian klaim baik asuransi syariah maupun konvensional
hampir sama, kecuali dalam hal kecepatan dan kejujuran dalam menilai klaim.12
Prosedur penyelesaian klaim yakni pertama, pemberitahuan klaim, tertanggung
atau wakil yang tertimpa musibah wajib memberitahukan kepada perusahaan
dalam kurun waktu 3 kali 24 jam sejak terjadinya kecelakaan atau kematian.13
Kedua, bukti klaim, tertanggung atau wakil harus melengkapi segala bukti-bukti
dan semua persyaratan yang diperlukan oleh perusahaan. Ketiga, penyelidikan,
penyelidikan ini dilakukan oleh pihak perusahaan dengan maksud untuk
membuktikan kebenaran adanya risiko sesuai dengan yang telah diberitakan oleh
tertanggung atau wakil. Jika penyelidikan ini tidak dilakukan dengan teliti, maka
dikhawatirkan akan terjadinya penipuan laporan yang mengakibatkan kerugian
bagi perusahaan dan nasabah lainnya. Keempat, penyelesaian klaim, perusahaan
akan segera membayar klaim tersebut sesuai dengan ketentuan dalam polis
apabila segala persyaratan atau dokumen-dokumen yang dibutuhkan perusahaan
telah dipenuhi oleh tertanggung atau wakil.
Salah satu cara yang dilakukan perusahaan asuransi untuk meningkatkan
kualitasnya serta tetap mempertahankan loyalitas nasabah yang sudah ada adalah
dengan memberikan pelayanan yang terbaik, terutama dalam pembayaran klaim.
Pelayanan yang diberikan perusahaan asuransi kepada peserta asuransi yang
mengajukan klaim sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan
tersebut dan akan memberikan citra yang melekat di hati para nasabah.
12
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah (Jakarta: PT. Elek Media Kompetindo, 2006), 121.
13
6
Sugiarto Ranoeseminto, Direktur Eksekutif Lippo Life, mengatakan bahwa
ditengah-tengah perkembangan asuransi di Indonesia, masih tersisa adanya kesan
pada masyarakat bahwa perusahaan asuransi itu hanya mau menerima premi.
Namun ketika ada musibah yang menimpa tertanggung, perusahaan tidak
berkenan untuk membayar klaim. Ada beberapa perusahaan yang berbelit-belit
menyelesaikan klaim, bahkan ada yang sama sekali tidak mau atau tidak mampu
membayar klaim. Karena kejadian-kejadian seperti ini dilansir media massa,
maka image yang mendiskreditkan asuransi ini pun semakin meluas.14
Alasan mengapa asuransi tidak secara mudah membayar klaim tanpa
dipenuhi berbagai persyaratan yang sudah ditentukan, adalah demi kepentingan
semua pemegang polis asuransi. Perusahaan tidak boleh sembarangan
memberikan uang kepada seorang nasabah yang mengajukan klaim tanpa lebih
dahulu menyelidikinya. Jika perusahaan asuransi dengan mudah membayar klaim,
maka hal itu akan merugikan nasabah lain atau bahkan perusahaan itu sendiri.
Pendapat tersebut berbeda dengan prosedur penyelesaian klaim yang ada di
perusahaan asuransi takaful keluarga. Prosedur penyelesaian klaim asuransi yang
diterapkan disana sangat mudah dan tidak berbelit-belit seperti opini masyarakat
kebanyakan. Hanya dengan menyetorkan kartu tanda pengenal dan kartu polis
asuransi serta mengisikan form pengajuan klaim, tujuh hari pemrosesan dana
klaim itu sudah bisa dicairkan dan diterima para peserta klaim melalui rekening
14
7
masing-masing. Kemudahan dan kecepatan pelayanan ini dimaksudkan untuk
mencapai kemaslahatan bersama.
PT. Asuransi Takaful Keluarga merupakan lembaga yang berupaya
menempatkan maqa>s{id shari>’ah sebagai tujuan akhir, dengan membawa konsepsi
perlindungan terhadap kepentingan dan hak semua stakeholder ke dalam
aturan-aturan syariah. Secara etimologi, maqa>s{id shari>’ah adalah tujuan yang dituju oleh
syariah. Tujuan syariah adalah untuk membawa manusia kepada kebahagiaan
dunia dan akhirat (maslah{ah).15
Perusahaan asuransi adalah salah satu lembaga keuangan Islam yang mana
banyak terkumpul di dalamnya hak-hak nasabah yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan, salah satunya adalah melayani penyelesaian klaim. Pada kasus di
atas, takaful keluarga telah menerapkan pelayanan yang tercepat dan terbaik
dalam mencairkan dana klaim, sehingga pihak nasabah yang mendapat musibah
pada saat itu bisa segera memanfaatkan dana tabarru’ yang sudah ditanggung
oleh semua nasabah. Hal ini membuktikan bahwa mudahnya pelayanan
penyelesaian klaim tersebut sudah memberikan kemaslahatan bagi nasabah yang
mengajukan klaim. Namun tidak diketahui apakah tercapai pula kemaslahatan
bagi nasabah yang lain atau perusahaan itu sendiri.
Perusahaan asuransi yang menerapkan prinsip maqa>s{id shari>’ah dalam aspek
pengelolaan dan pelayanannya diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan
nasabah untuk mengasuransikan dananya di perusahaan tersebut. Menciptakan
15
8
dan mempertahankan kepercayaan nasabah merupakan fondasi untuk menjaga
hubungan yang baik dengan nasabah dalam jangka panjang. Kepercayaan
merupakan sikap teguh nasabah pada pendirinya tentang sesuatu, misalnya
terhadap perusahaan. Jika sudah mempercayai perusahaan, nasabah akan teguh
dan loyal, serta tidak mudah berpaling ke perusahaan lain.16
Layanan penyelesaian klaim yang cepat dan efektif ini yang merupakan
keunggulan dari perusahaan asuransi takaful keluarga. Nasabah yang mengajukan
klaim tidak perlu menunggu waktu yang sangat lama untuk pencairan dana klaim.
Namun, hal ini memunculkan tanda tanya baru, apakah kemudahan pembayaran
klaim tersebut tidak akan merugikan nasabah lain yang tidak mengajukan klaim
atau bahkan merugikan perusahaan itu sendiri? Mengingat pengajuan klaim
tersebut harusnya diselidiki dulu kebenarannya agar tidak disalahgunakan oleh
pihak yang tidak bertanggungjawab. Apakah prosedur penyelesaian klaim
asuransi ini sesuai dengan perpektif maqa>s{id shari>’ah untuk seluruh stakeholder
perusahaan? Karena peneliti melihat adanya ketidakselarasan antara teori dan
praktik yang terjadi di lapangan, sehingga diperlukan kajian dari penelitian lebih
lanjut terhadap permasalahan penyelesaian klaim ini di PT. Asuransi Takaful
Keluarga Surabaya.
PT. Asuransi Takaful Keluarga yang menjadi objek penelitian ini,
merupakan perusahaan asuransi jiwa syariah yang pertama di Indonesia. Takaful
Keluarga diresmikan oleh Menteri Keuangan saat itu, Mar’ie Muhammad dan
16
9
mulai beroperasi sejak tanggal 25 Agustus 1994. Takaful Keluarga telah terdaftar
dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Guna meningkatkan kualitas
operasional dan pelayanan, lembaga ini telah memperoleh sertifikasi ISO
9001:2008 dari Dept Norske Veritas (DNV), Norwegia, pada November 2009
sebagai standar internasional mutakhir untuk sistem manajemen mutu.17
Kiprah pelayanan asuransi berbasis syariah ini terus berkembang pesat dari
tahun ke tahunnya. Takaful Keluarga mengembangkan berbagai produk untuk
memenuhi kebutuhan berasuransi sesuai syariah meliputi perlindungan jiwa,
perlindungan kesehatan, perencanaan pendidikan anak, perencanaan hari tua,
serta menjadi rekan terbaik dalam perencanaan investasi.
Kantor layanan takaful keluarga tersebar di seluruh Indonesia termasuk
kantor layanan Jawa Timur, Nusa Tenggara dan juga Bali yang terletak di
Surabaya dan sudah berdiri pada tahun 1995. Surabaya adalah kota terbesar
kedua di Indonesia setelah ibukota Jakarta, yang mana kehidupan metropolitan
antara keduanya tidaklah jauh berbeda. Jumlah nasabah produk takafulink salam
di PT. Takaful Keluarga Surabaya juga sudah menyebar hingga luar Pulau Jawa.
Prosedur penyelesaian klaim asuransi di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya
ini dikenal bisa memuaskan pelanggan karena kecepatan dan kejujurannya.
Melihat dari permasalahan yang ada maka peneliti tertarik membahas ini
lebih dalam tentang penyelesaian klaim asuransi yang ada di perusahaan tersebut.
Apakah sudah diterapkannya maqa>s{id shari>’ah sebagai landasan dasar untuk
17
10
menciptakan pelayanan yang inovatif atau hanya sekedar ide kreatif biasa,
adakah pula impact nya terhadap tingkat kepercayaan nasabah produk takafulink
salam pada perusahaan mengingat prosedur penyelesaian klaim mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan perusahaan lain pada umumnya. Dari beberapa
pertanyaan yang muncul tersebut, peneliti mengangkat penelitian ini dengan
judul ‚ Analisis Penyelesaian Klaim Asuransi dengan Perspektif Maqa>s{id
Shari>’ah dalam Meningkatkan Kepercayaan Nasabah Produk Takafulink Salam
di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya‛.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang diatas, dapat disampaikan identifikasi
dan batasan masalahnya sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi nasabah memilih produk
takafulink salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya.
b. Prosedur pengajuan dan pembayaran klaim asuransi.
c. Penerapan penyelesaian klaim asuransi yang sesuai dengan perspektif
maqa>s{id shari>’ah.
d. Tingkat kepercayaan nasabah produk takafulink salam dalam
11
2. Batasan masalah
Agar permasalahan dalam skripsi ini lebih fokus, lebih terarah dan
tidak menyimpang dari topik utama pembahasan, maka peneliti
membatasi permasalahan untuk dibahas menjadi dua poin, yaitu:
a) Penelitian ini terfokus pada penyelesaian klaim asuransi perspektif
maqa>s{id shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya
b) Penelitian ini terfokus pada analisis penyelesaian klaim asuransi
dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah dalam meningkatkan kepercayaan
nasabah takafulink salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya,
dalam hal ini adalah kemaslahatan kemanusiaan secara umum dan
universal, bagaimana telaah konsep penyelesaian klaim dengan
perspektif maqa>s{id shari>’ah dalam upaya meningkatkan kepercayaan
nasabah yang dijalankan oleh pihak pengelola PT. Asuransi Takaful
Keluarga Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimana analisis penyelesaian klaim asuransi dengan perpektif maqa>s{id
shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya?
2) Bagaimana analisis penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif maqa>s{id
shari>’ah dalam meningkatkan kepercayaan nasabah produk takafulink
12
D. Kajian Pustaka
Pada penelitian-penelitian yang telah ditulis sebelumnya, ada beberapa judul
yang pembahasannya tidak jauh berbeda dengan judul yang penulis angkat
sekarang. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang
dijadikan sebagai pandangan dan juga refrensi serta acuan dalam penyusunan
skripsi ini. Adanya paparan tentang data pustaka ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya plagiat terhadap karya orang lain sehingga tidak akan
terjadi pengulangan pembahasan maupun penelitian.
Penelitian petama adalah yang dilakukan oleh Tety Anggraeni mahasiswi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi ‚Mekanisme Pengajuan
Klaim Produk Asuransi Jiwa pada PT. MAA Life Assurance Syariah‛.18 Objek
penelitiannya adalah prosedur pengajuan klaim, sedangkan pada penelitian yang
peneliti lakukan adalah membahas tentang penyelesaian klaim asuransi dengan
perspektif maqa>s{id shari>’ah.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
mengulas tentang klaim asuransi yang diajukan kepada perusahaan asuransi jiwa
syariah. Akan tetapi perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada
penggunaan pisau analisis maqa>s{id shari>’ah dalam penyelesaian klaim asuransi
tersebut.
Penelitian kedua adalah penelitian yang ditulis oleh Nurnazli, beliau
merupakan salah satu dosen di Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung.
18
Tety Anggraeni, “Mekanisme Pengajuan Klaim Produk Asuransi Jiwa pada PT. MAA Life
13
Dengan judul penelitian ‚Penerapan Kaidah Maqashid Syariah dalam Produk
Perbankan Syariah‛ Nurnazli menyimpulkan bahwa maqa>s{id shari>’ah dan
maslah{a\h memiliki peran yang sangat urgen untuk digunakan sebagai pisau
analisis dalam menjawab persoalan yang berhubungan dengan ekonomi dan
bisnis syariah yang semakin berkembang dewasa ini. Hal tersebut sama dengan
maksud peneliti untuk melakukan penelitian ini, hanya saja sasaran yang diteliti
dalam penelitian ini lebih spesifik pada penyelesaian klaim di perusahaan
asuransi syariah yang diharapkan juga sesuai dengan konsep maqa>s{id shari>’ah.19
Penelitian ketiga adalah penelitian yang ditulis oleh Eva Fauziyah Faza
mahasiswi Fakultas Muamalah UIN Sunan Ampel Surabaya dengan Judul
‚Tinjauan Hukum Islam terhadap Klaim Asuransi dalam Akad Wakalah bil Ujrah
pada PT. Asuransi Takaful Umum Surabaya‛. 20 Dalam skripsi tersebut
dijelaskankan bahwa tidak diperbolehkannya klaim asuransi dalam akad wakalah
bil ujrah karena ada pihak yang dirugikan.
Persamaan penelitian tersebut dan penelitian ini adalah tinjauan kaidah
maqa>s{id shari>’ah atau Hukum Islam yang ada pada proses penyelesaian klaim
asuransi. Akan tetapi perbedaan antara keduanya terletak pada pencapaian yang
dituju. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang meningkatnya rasa
kepercayaan nasabah ketika penyelesaian klaim asuransi tersebut sesuai dengan
konsep maqa>s{id shari>’ah.
19
Nurnazli, ‚Penerapan Kaidah Maqashid Syariah dalam Produk Perbankan Syariah‛, Ijtima>iyyah, Vol. 7, No. 1 (Februari, 2014).
20 Eva Fauziyah Faza, ‚Tinjauan Hukum Islam terhadap Klaim Asuransi dalam Akad Wakalah bil
14
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang ditulis oleh Ririn Tri Puspita
Ningrum, salah satu dosen di STAINU Madiun, dengan judul ‚Asuransi Syariah
(Analisa Historis Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah Perspektif Manhaj al-Kully),
dapat diketahui hasil penelitiannya bahwa asuransi syariah merupakan hasil
ijtihad kontemporer yang termanifestasikan di dalamnya tujuan kemaslahatan.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
memaparkan praktek asuransi syariah yang dilihat dari kacamata maqa>s{id
shari>’ah. Namun perbedaannya adalah dalam penelitian ini lebih dikhususkan
pada pembahasan penyelesaian klaim asuransi yang berimplementasikan
kemaslahatan dan impact nya terhadap kepercayaan nasabah.21
Berikutnya penelitian yang ditulis oleh Eva Muzlifah mahasiswa
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul ‚Maqa>shid
al-Syari>’ah sebagai Paradigma Dasar Ekonomi Islam‛. 22 Artikel yang
mengelaborasi secara mendalam keterkaitan antara ekonomi islam dan maqa>s{id
shari>’ah. Maqa>s{id shari>’ah dalam dataran idealnya juga harus berimplikasi pada
perilaku ekonomi individu muslim, baik dalam posisinya sebagai konsumen
maupun produsen. Kesemua aktivitas ekonomi tersebut harus menuju kepada
kemaslahatan, salah satunya adalah praktek asuransi syariah.
Persamaan penelitian tersebut dan penelitian ini adalah menjadikan maqa>s{id
shari>’ah sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan transaksi ekonomi. Letak
21
Ririn Tri Puspita Ningrum, ‚Asuransi Syariah (Analisa Historis Prinsip-prinsip Perspektif
Manhaj al-Kully‛, Studi Agama, Vol. 1, No. 1 (2013).
22 Eva Muzlifah, ‚Maqa>shid al-Syari>ahsebagai Paradigma Dasar Ekonomi Islam‛, Ekonomi dan
15
perbedaannya ada pada penjelasan jurnal ini yang bersifat global, sedangkan pada
penelitian ini lebih di spesifikkan objek penelitiannya pada lembaga asuransi
takaful keluarga.
Dari pemaparan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas,
membuktikan bahwa penelitian ini terlihat jelas bukanlah suatu pengulangan
atau duplikasi dari penelitian yang telah ada.
E. Tujuan Penelitian
Terkait dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan
dibahas adalah:
1) Untuk mendeskripsikan penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif
maqa>s{id shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya
2) Untuk menganalisis penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif
maqa>s{id shari>’ah dalam meningkatkan kepercayaan nasabah takafulink
salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan hasil penelitian yang penulis harapkan dari skripsi ini adalah agar
bermanfaat untuk:
1) Secara teoretis
Penelitian ini akan sangat berguna bagi kalangan civitas akademika
16
syariah terutama yang berkaitan tentang prosedur penyelesaian klaim
asuransi yang sesuai dengan perpektif maqa>s{id shari>’ah.
2) Secara praktis
a) Pedoman bagi para praktisi perusahaan asuransi syariah atau bisnis
keuangan islam lainnya, agar lebih berhati-hati dalam pelayanan
penyelesaian klaim, sehingga maqa>s{id shari>’ah yang diamanahkan
dapat terpenuhi dengan maksimal
b) Sebagai informasi dan pedoman konseptual tentang penyelesaian
klaim pada perusahaan asuransi serta menjadi bahan analisis untuk
menyiapkan strategi pemasaran yang lebih efisien.
G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, perlu ada definisi
operasional yang jelas untuk menghindari kesalah pahaman sehubungan dengan
judul diatas, yaitu:
1. Penyelesaian Klaim
Penyelesaian klaim dapat dipahami sebagai kewajiban pihak
penanggung dalam memenuhi hak-hak tertanggung ketika tertanggung
tertimpa musibah. Setelah nasabah mengajukan klaim kepada PT. Asuransi
Takaful Keluarga Surabaya, pelayanan penyelesaian klaim harus segera
dituntaskan sesuai dengan prosedur yang ada agar nasabah dapat segera
17
2. Maqa>s{id Shari>’ah
Maqa>s{id shari>’ah adalah tujuan atau rahasia yang ditetapkan oleh Sha@ri’
(pembuat hukum) pada setiap hukum dari hukum-hukum syariah. Tujuan
syariah adalah untuk membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan
akhirat (maslah{ah).23 Lebih lanjut, ditegaskan bahwa Allah menciptakan
hukum untuk mewujudkan dan melindungi maslah{ah dengan memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dan dalam penelitian ini lebih
ditekankan pada perlindungan harta, meskipun harta berada di urutan paling
bawah dari susunan maqa>s{id shari>’ah, namun ketiadaan harta juga akan
berpengaruh pada rusaknya aspek-aspek lainnya.
3. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan rasa percaya pihak tertentu terhadap yang lain
dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa
orang yang dipercayainya tersebut akan memenuhi segala kewajibannya
secara baik sesuai yang diharapkan.24 Dan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan teori faktor-faktor yang mempengaruhi keercayaan seseorang
yag dikembangkan oleh Mayer dan Ken Blanchard.
4. Takafulink Salam
Takafulink salam merupakan salah satu produk di PT. Takaful Keluarga
yang menawarkan program unggulan yang dirancang untuk memberikan
manfaat perlindungan jiwa dan kesehatan menyeluruh sekaligus membantu
23
Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif Maqashid..., 125.
24Dibyo Iskandar, “Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Nasabah dengan K
18
seseorang untuk berinvestasi secara optimal untuk berbagai tujuan masa
depan termasuk persiapan hari tua.
5. PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya
PT. Asuransi Takaful Keluarga merupakan perusahaan asuransi jiwa
syariah pertama di Indonesia yang mulai beroperasi sejak tahun 1994. Kantor
Layanan takaful keluarga tersebar di seluruh indonesia termasuk kantor
layanan Jawa timur, Nusa Tenggara dan juga Bali yang terletak di Surabaya
yang sudah berdiri pada tahun 1995. Kantor pelayanan asuransi syariah
cabang Surabaya berlokasi di Jl. Jemur Andayani 1G No.48 Surabaya.
Sedangkan alamat Kantor Representative Office (RO) Prima Regency
PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya terletak di Perum Permata Regency
E5 Waru Sidoarjo. Representative Office adalah kantor perwakilan
pemasaran asuransi takaful keluarga sekaligus tempat perkumpulan mitra
kerja (agen) yang bekerjasama dengan perusahaan takaful keluarga.25
Dengan demikian definisi operasional judul ini sebagai berikut: Analisis
penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah dalam
meningkatkan kepercayaan nasabah produk takafulink salam di PT. Asuransi
Takaful Keluarga Surabaya adalah menganalisis prosedur penyelesaian klaim
yang dijalankan sesuai dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah, yang kemudian dapat
memenuhi aspek-aspek kemaslahatan penerima manfaat dana klaim dan nasabah
lainnya dalam hal melindungi jiwa, akal, agama, harta dan keturunan, serta untuk
25
19
meningkatkan kepercayaan nasabah produk takafulink salam terhadap pelayanan
perusahaan PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya.
H. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang lebih menekankan
analisisnya pada proses penyimpulan induktif serta terdapat dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.26 Agar dalam
penulisan skripsi ini mencapai hasil yang maksimal, dibutuhkan sebuah metode
penelitian dalam penulisannya, yaitu:
1. Data yang dikumpulkan
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, adapun data yang
menunjang penelitian sebagai berikut:
a. Data mengenai profil PT. Asuransi Takaful Keluarga,
produk-produk, mekanisme operasional, peraturan asas-asas tujuan dan
fungsi hukum, visi, misi dan prospek pengembangan PT. Asuransi
Takaful Keluarga Surabaya.
b. Data mengenai prosedur penyelesaian klaim asuransi yang diajukan
oleh nasabah produk takafulink salam di PT. Asuransi Takaful
Keluarga Surabaya.
2. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli (tidak melalui perantara). Sumber data primer diperoleh
26
20
oleh para peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data
purposive sampling. Peneliti memasuki situasi tertentu, melakukan
observasi, dan melakukan wawancara kepada beberapa pihak terpilih
dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang dipandang tahu tentang
permasalahan tersebut. Informan dalam penelitian ini bersumber dari
hasil wawancara dengan sales manajer, admin Representatif Office (RO)
Prima Agency PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya dan hasil
wawancara dengan nasabah yang mengajukan klaim.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber pendukung dan pelengkap yang
diambil dari buku, jurnal, artikel, atau wacana yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas, meliputi:
1) Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif Maqa>shid Asy-Syari>ah,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)
2) Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqa>shid Bisnis dan
Keuangan Islam, (Jakarta: Rajawali, 2015)
3) Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General,
(Jakarta: Gema Insan Press, 2004)
4) Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi
Islam Perspektif Maqa>shid Al-Syari>ah, (Jakarta: Kencana, 2014)
5) Ketut Silvanita Margani, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
21
6) Etta Mamang Sangadji, Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Andi,
2013)
7) Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2013)
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
menggali data dari lapangan adalah:
a. Teknik Wawancara (interview)
Teknik wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.27Teknik wawancara dilakukan jika
peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan informan.
Teknik wawancara dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu bisa
melalui tatap muka, telepon, atau melalui sosial media.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan cara wawancara
langsung baik secara struktur maupun bebas dengan pihak PT. Asuransi
Takaful Keluarga Surabaya. Dengan cara menganalisis penyelesaian
klaim dari keterangan yang dipaparkan pihak sales manajer, serta
keterangan yang dijelaskan nasabah takafulink salam yang dihubungi
melalui telepon atau kunjungan secara langsung seputar penyelesaian
klaim di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya.
27
22
b. Teknik Pengamatan (Observasi)
Teknik Pengamatan (Observasi) yaitu suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan observasi non partisipatif, yaitu pengamat tidak ikut serta
dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut
dalam kegiatan, atau bisa juga disebut observasi pasif.28Peneliti terjun
langsung ke lokasi penelitian sehingga diperoleh kebenaran data tentang
prosedur penyelesaian klaim di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya.
c. Teknik Dokumentasi
Yaitu cara penggalian data terhadap masalah-masalah yang
diinginkan melalui cara pemahaman serta penelitian terhadap data yang
berada pada dokumentasi-dokumentasi yang dimiliki oleh bagian
pelayanan penyelesaian klaim di PT. Asuransi Takaful Keluarga
Surabaya dan beberapa buku yang ada hubungannya dengan
permasalahan diatas.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan, maka
peneliti menggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan
28
23
antara data yang ada dan relevansi dalam penelitian.29 Dalam hal ini
peneliti akan mengambil data yang akan dianalisis sesuai dengan
rumusan masalah.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.30Peneliti
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis
dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan
peneliti dalam menganalisa data.
c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh
dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran
fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban
dari rumusan masalah.31
5. Teknik Analisis Data
Data yang telah berhasil dihimpun selanjutnya akan dianalisis secara
deskriptif analitis, yaitu mendeskripsikan data-data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
dengan metode yang telah ditentukan, kemudian data-data tersebut akan
dianalisis oleh peneliti untuk memecahkan suatu permasalahan.32
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung: Alfa Beta, 2008), 243.
30
Ibid., 245.
31
Ibid., 246.
32
24
Tujuan dari metode ini adalah mendiskripsikan, membahas dan
menganalisis gambaran mengenai pokok-pokok yang diteliti terkait dengan
penerapan penyelesaian klaim asuransi di PT. Asuransi Takaful Keluarga
Surabaya. Kemudian data implementasi penyelesaian klaim asuransi di PT.
Asuransi Takaful Keluarga Surabaya tersebut diolah dan dianalisis dengan
menggunakan teori perspektif maqa>s{id shari>’ah, selanjutnya dianalisis
menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan seseorang
terkait penyelesaian klaim asuransi yang diterapkan di PT. Asuransi Takaful
Keluarga Surabaya.
Data yang sudah dianalisis, diolah dan disimpulkan sehingga pemecahan
persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan
penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dibagi dalam
beberapa bab. Pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, sehingga pembaca
dapat memahaminya dengan mudah. Adapun sistematika pembahasannya
adalah :
Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, metodologi penelitian
(meliputi data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
25
Bab kedua adalah landasan teori, yang memuat tentang konsep asuransi jiwa
serta mekanisme penyelesaian klaim di perusahaan asuransi syariah, konsep
maqa>s{id shari>’ah sebagai dasar-dasar ekonomi, dan perilaku konsumen perihal
kepercayaan nasabah.
Bab ketiga adalah deskripsi hasil yang meliputi gambaran umum tentang PT.
Asuransi Takaful Keluarga Surabaya, deskripsi produk takafulink salam, dan
implementasi penyelesaian klaim asuransi di PT. Asuransi Takaful Keluarga
Surabaya.
Bab keempat adalah analisis penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif
maqa>s{id shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya, analisis
penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah dalam
meningkatkan kepercayaan produk takafulink salam di PT. Asuransi Takaful
Keluarga Surabaya. Analisis ini dilakukan agar peneliti menemukan solusi yang
tepat dalam menentukan kebijakan strategi pemasaran, serta meningkatkan mutu
pelayanan perusahaan terhadap nasabah.
Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran-saran yang sebaiknya dilakukan perusahaan asuransi dalam
menentukan kebijakan strategi pemasaran produk takafulink salam, serta
26 BAB II
PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI, MAQA>S{ID SHARI>’AH, DAN KEPERCAYAAN NASABAH
A. Penyelesaian Klaim Asuransi
1. Pengerti\\\an Klaim
Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian,
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.1
Penggantian dari penanggung kepada tertanggung itulah yang disebut
dengan klaim.
Klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang
berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu.2 Sedangkan klaim menurut
Amrin merupakan pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada
penanggung untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian
berdasarkan perjanjian atau akad yang telah dibuat.3 Semua usaha yang
diberikan untuk menjamin hak-hak tersebut wajib dihormati sepenuhnya
1
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_1992.htm, ‚diakses pada‛ tanggal 30 Oktober 2016. 2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/klaim, ‚diakses pada‛ tanggal 30 Oktober 2016.
3
27
sebagaimana yang seharusnya. Oleh karena itu, penting bagi pengelola
asuransi untuk menyelesaikan klaim secara efisien.
Pada semua perusahaan asuransi, termasuk yang berdasarkan konsep
asuransi syariah, sebenarnya tidak ada alasan untuk memperlambat
penyelesaian klaim yang diajukan tertanggung. Tindakan memperlambat itu
tidak boleh dilakukan, karena klaim adalah kewajiban yang sudah dijanjikan
sejak awal oleh perusahaan asuransi. Salah satu letak perbedaan antara
asuransi konvensional dengan asuransi syariah adalah pada sumber dana
pembayaran klaim.
Pada asuransi konvensional, terdapat kerancuan akad dalam sumber
dana pembayaran klaimnya. Nasabah tidak mengetahui dari mana dana
pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi berasal. Nasabah hanya
mengetahui jumlah pembayaran klaim yang akan diterimanya. Berbeda
dengan asuransi syariah, sejak perjanjian awal nasabah sudah diberi
penjelasan bahwasanya sumber dana klaim itu berasal dari dana tabarru’
yang merupakan kumpulan infak para nasabah sebagai dana kebajikan yang
diberikan kepada nasabah yang tertimpa musibah.4
Klaim adalah hak peserta, dan dananya diambil dari tabarru’ semua
peserta. Karena itu, wajib bagi pengelola untuk melakukan proses klaim
secara cepat, tepat dan efisien sebagaimana mestinya. Seperti yang
4
28
dijelaskan dalam Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah, bahwasanya ketentuan klaim diantarnya adalah:5
a. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal
perjanjian.
b. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang
dibayarkan.
c. Klaim atas akad tija>rah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan
merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
d. Klaim atas akad tabarru’, merupakan hak peserta dan merupakan
kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
Klaim merupakan pembayaran santunan yang dilakukan oleh perusahaan
jika peserta mengalami risiko. Jenis klaim asuransi jiwa syariah terbagi
menjadi empat jenis,6 yaitu:
a. Klaim karena kontrak habis, perusahaan akan memberikan santunan
kepada peserta yang telah menyelesaikan kontrak dalam
pembayaran premi, yaitu berupa tabungan beserta hasil keuntungan
investasi.
b. Klaim kesehatan, perusahaan akan membayar biaya pemulihan
kesehatan peserta, baik itu santunan untuk rawat inap, biaya operasi,
obat-obatan dan biaya perawatan lain sesuai akad yang sudah
disepakati.
5
http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=fatwa, diakses pada tanggal 10 Januari 2017.
6
29
c. Klaim kecelakaan, diberikan kepada peserta jika mengalami
kecelakaan, baik yang mengakibatkan cacat tetap maupun tidak.
d. Klaim meninggal, perusahaan akan menyerahkan santunan peserta
yang meninggal dunia kepada ahli waris dengan besar santunan
sesuai akad sebelumnya. Ahli waris tidak hanya mendapatkan
santunan sesuai dengan akad yang dijanjikan, tetapi juga berhak
mendapatkan tabungan peserta beserta hasil keuntungan dari
investasi (dengan catatan peserta memiliki akad mud{a>rabah{ atau
sistem tabungan).
2. Prosedur Pengajuan Klaim
Secara umum prosedur klaim pada tiap perusahaan asuransi itu hampir
sama, baik asuransi syariah atau konvensional. Adapun yang membedakan
dari masing-masing perusahaan adalah kecepatan dan kejujuran dalam
menilai suatu klaim. Dalam penentuan apakah perusahaan harus membayar
atau menolak suatu klaim, penilai mengikuti prosedur penyelesaian klaim
dengan empat langkah pokoksebagai berikut:7
a. Pemberitahuan Klaim
Segera setelah peristiwa yang sekiranya membuat tertanggung
mengalami musibah, tertanggung atau pihak yang mewakilinya segera
melaporkan kepada penanggung. Laporan lisan harus dipertegas dengan
laporan tertulis. Pada tahap awal ini tertanggung akan mendapat
7
30
petunjuk lebih lanjut mengenai apa yang harus dilakukan oleh
tertanggung, dan dokumen apa yang harus dilengkapi oleh tertanggung.
Kondisi ini diterapkan untuk memungkinkan pengelola mengambil
tindakan apa yang diperlukan mengenai klaim yang muncul. Nasabah
dapat memberitahukan klaim baik secara personal kepada pengelola
maupun melalui otoritas atas namanya seperti pengacara, broker, atau
agen.
b. Bukti Klaim
Peserta yang mendapat musibah diminta menyediakan fakta-fakta
yang utuh dan bukti-bukti yang diharuskan perusahaan, karena pada
prakteknya masing-masing perusahaan mempunyai kebijakan sendiri
dalam menentukan dokumen bukti klaim yang dibutuhkan. Untuk tujuan
ini, penting bagi peserta yang mendapat musibah untuk menyerahkan
klaim tertulis dengan melengkapi form permohonan klaim. Penting juga
penuntut untuk melengkapi dokumen-dokumen yang diajukan
sebagaimana yang dipersyaratkan secara standar dalam industri asuransi
di Indonesia.
c. Penyelidikan
Setelah laporan yang dilampiri dengan dokumen pendukung
diterima oleh penanggung, selanjutnya dilakukan analisa administrasi.
Misalnya, mengenai apakah premi sudah dibayar atau belum. Apabila
31
melakukan survei lapangan atau menunjuk independent adjuster, jika hal
itu diperlukan.
d. Penyelesaian Klaim
Setelah terjadinya kesepakatan mengenai jumlah penggantian sesuai
peraturan perundangan yang berlaku, diisyaratkan bahwa pembayaran
klaim tidak boleh lebih 30 hari sejak terjadi kesepakatan tersebut.8
B. Maqa>s}id Shari>’ah 9
1. Pengertian Maqa>s}id Shari>’ah
Maqa>s}id shari>’ah terdiri dari dua unsur kata, pertama kata maqa>s}id,
maq}a>s}id adalah bentuk jama’ takthi>r yang bentuk mufrad-nya adalah maqs}ad
yang berarti tujuan atau tempat yang dituju.10 Kata yang kedua, shari>’ah
yang berarti jalan menuju sumber air (al-mawa>d{i’ tah}dar ila> al-ma>’ ).11 Jalan
menuju air bisa dikatakan sebagai jalan menuju ke arah sumber kehidupan.
Jadi secara etimologi, Maqa>s}id shari>’ah adalah sesuatu tujuan untuk datang
menuju tempat sumber air sebagai sarana kebutuhan kehidupan pokok
manusia, dan dengan air tersebut seseorang akan hidup tenang, merasa
nikmat, dan menyegarkan tubuh.12
8
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General (Jakarta: Gema Insan Press, 2004), 261-262.
9
Maqa>s}id shari>’ah, maqa>s}id ash-sha>ri’ dan al-maqa>s}id ash-shar’iyyah adalah ketiga istilah sinonim (bermakna sama). Dalam praktiknya, para ulama sering menggunakan istilah hikmah dan makna, kedua istilah tersebut juga bermakna maqa>s}id al-shari>’ah.
10
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Yogyakarta: PP Krapyak, 2000), 1209.
11
Ibn Manzur al-Afriqi, Lisan al-Arab, Jld. Ke 8 (Beirut: Dar al-Sadr, tt.), 175.
12
32
Secara konseptual, maqa>s}id shari>’ah adalah tujuan atau rahasia yang
ditetapkan oleh Sha>ri’ (pembuat hukum) pada setiap hukum dari
hukum-hukum syariah. Maqa>s}id shari>’ah berarti sebagai tujuan akhir yang ingin
dicapai oleh syariah dan merupakan rahasia-rahasia di balik setiap ketetapan
hukum-hukum syariah. Sedangkan tujuan syariah adalah untuk membawa
manusia mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat
(maslah{ah).13
Menurut Dr. Oni Syahroni dan Ir. Adiwarman A. Karim, maqa>s}id
shari>’ah adalah memenuhi hajat manusia dengan cara merealisasikan
maslahatnya dan menghindarkan mafsadah dari mereka. 14 Sedangkan
menurut Satria Effendi M. Zein, maqa>s}id shari>’ah adalah tujuan Allah dan
Rasul-Nya dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan itu dapat
ditelusuri dalam ayat-ayat alquran dan hadith sebagai alasan logis bagi
rumusan suatu hukum yang berorientasi kepada kemaslahatan manusia.15
Imam al Shatibi memaparkan hasil penelitian para ulama terhadap
ayat-ayat alquran dan hadith, bahwa hukum-hukum yang disyariatkan Allah itu
untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, baik di dunia maupun di
akhirat. Dengan demikian, mustahil Allah menurunkan hukum tanpa tujuan
tertentu, dan tujuan tersebut adalah untuk manusia.16 Tujuan dari adanya
13
Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif Maqashid Asy-Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 125.
14
Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqashid Bisnis & Keuangan Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 3.
15
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana, 2005), 233.
16
33
konsep maqa>s}id shari>’ah ada tiga, yaitu membina setiap individu agar
menjadi sumber kebaikan bagi orang lain, menegakkan keadilan dalam
masyarakat baik sesama muslim ataupun non muslim, dan merealisasikan
kemaslahatan.17
2. Konsepsi Maqa>s}id Shari>’ah
Mayoritas ulama us}u>l membagi kemaslahatan menjadi dua macam,
kemaslahatan akhirat yang dijamin oleh akidah dan ibadah, sedangkan yang
kedua adalah kemaslahatan dunia yang dijamin oleh muamalah.18 Tetapi
dalam pembahasan ini, tidak ditemukan korelasi yang mengharuskan untuk
memperhatikan pembagian ini, karena pada hakekatnya segala hal yang
terkait dengan akidah, ibadah, dan muamalah dalam syariat Islam menjamin
segala kemaslahatan umat baik di dunia maupun di akhirat.
Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep maslah{ah. Dalam
kamus bahasa Indonesia maslahat berarti sesuatu yang mendatangkan
kebaikan (keutamaan).19 Maslah{ah digunakan pada sesuatu yang dianggap
sebagai perbuatan yang mengandung kemaslahatan. Kemaslahatan manusia
yang menjadi tujuan syara’ dihasilkan dari penelitian (istiqro’) terhadap
alquran dan hadith. Menurut Imam al Shatibi, ada dua aspek ketentuan
hukum yang merupakan bentuk pemeliharaan kemaslahatan manusia, yaitu
17 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 223-225. 18
Muhammad Said Romadlon al Buthi, Dowabit al Maslahah fi al Syariah al Islamiyah (Beirut: Dar al Muttahidah, 1992), 71.
19 Departemen Pendidikan dan Budaya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
34
aspek positif (ija>biyah) dan aspek negatif (salbiyah).20 Sebab inti dari
maqa>s}id shari>’ah adalah mencegah kerusakan dan mendatangkan
kemanfaatan.21
Para ulama salaf dan khalaf bersepakat bahwa setiap hukum syariah
pasti memiliki alasan (‘illah) dan juga ada tujuan (maqa>s{id)
pemberlakuannya. Tujuan dan alasannya adalah untuk membangun dan
menjaga kemaslahatan manusia.22 Jadi, satu titik awal yang harus digaris
bawahi adalah maqa>s}id shari>’ah bermuara pada kemaslahatan. Bertujuan
untuk menegakkan kemaslahatan manusia sebagai makhluk sosial, yang
mana ia harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri dan pada akhirnya nanti
pada Allah. Shari>’ah diturunkan untuk dilaksanakan sesuai dengan
maqa>s{id-nya agar kehidupan yang adil dapat ditegakkan, kebahagiaan sosial dapat
diwujudkan, dan ketenangan dalam bermasyarakat dapat dipertahankan.23
3. Perwujudan al-Kulliyyah al-Khams
Imam al Shatibi menjelaskan ada 5 (lima) bentuk maqa>s}id shari>’ah atau
yang biasa disebut al-kulliyyah al-khams (lima prinsip umum). Kelima
prinsip tersebut merupakan misi yang harus dilindungi dalam upaya untuk
mencapai kemaslahatan. Atas dasar itu pula al Shatibi menyimpulkan:24
20
Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif..., 126.
21
Ibid., 152.
22
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Persepektif Maqa>shid al-Syari>’ah (Jakarta: Kencana, 2014), 44.
23
Ibid., 45-46.
24
35
‚Maslah{ah adalah memenuhi tujuan Allah SWT. Yang ingin dicapai pada setiap makhluknya. Tujuan tersebut ada 5 (lima), yaitu melindungi agamanya, jiwanya, akalnya, keturunannya dan hartanya. Standarnya, setiap usaha yang merealisasikan lima maqa>s{id tersebut, maka itu termasuk maslah{ah. Dan sebaliknya setiap usaha yang menghilangkan lima maqashid tersebut, maka temasuk mad{arat.‛
Untuk memperjelas substansi dan ragam maqa>s}id diatas, berikut
penjelasannya:
a. Memelihara Agama (h{ifz{ al-di>n)
Agama adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh manusia supaya
martabatnya terangkat lebih tinggi dari martabat makhluk lain, untuk
memenuhi hajat rohaninya. Dalam Islam, prinsip utama dalam
kehidupan manusia adalah Allah Swt.25Tiga aspek penting agama
menghendaki pelaksanannya yang sempurna yakni, akidah, syariah serta
akhlak adalah aspek yang selalu terkait satu sama lainnya.
Ketauhidan seseorang tidak akan nampak nyata jika tidak
terlaksananya syariah, begitu juga dengan akhlak sebagai perangai
kemuliaan manusia. Perintah untuk menyembah Allah sama halnya
dengan mematuhi semua perintahNya dan menjauh seluruh
laranganNya.26 Oleh karena itu, pengakuan iman, pengucapan kalimat
25
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), 3.
26
36
syahadat, pelaksanaan salat, puasa, haji, dan memertahankan kesucian
agama, merupakan bagian dari aplikasi pemeliharaan agama.27
b. Memelihara Jiwa (h{ifz{ al-nafs)
Letak kemaslahatan jiwa adalah adanya rasa aman dalam jiwa, rasa
aman yang tidak merusak badan. Perwujudan perlindungan jiwa sebagai
aspek positif (ija>biyah) diantaranya mengkonsumsi makanan yang sehat
untuk mempertahankan hidup. Perwujudan kemaslahatan jiwa juga bisa
dilakukan dari aspek negatif (salbiyah), cara kerjanya seperti melakukan
penolakan maupun pencegahan dari hal-hal yang akan merusak raga.
Oleh karenanya Islam melarang pembunuhan, penganiyaan, dan pelaku
pembunuhan tersebut diancam dengan hukum qis{a>s{ (hukum setimpal).28
c. Memelihara Akal (h{ifz{ al ‘Aql)
Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah manusia
diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dibanding dengan
makhluk lain, karena manusia dianugerahi Allah dengan adanya akal.
Oleh karena iu, akal perlu dipelihara, dan yang merusak akal harus
dihindarkan. Aplikasi pemeliharaan akal ini antara lain larangan minum
minuman yang memabukkan (khamr), karena minuman tersebut dapat
merusak akal dan menghilangkan fungsi akal manusia.
27
Anita Marwing, Komunikasi Kultural Antar Umat Beragama dalam Perspektif Maqashid Syariah (Studi Kearifan Lokal Pela Gandong), Al Ahkam, Vol. 5, No. 2 (Desember, 2015), 125.
28
37
d. Memelihara Keturunan (h{ifz{ an-nasl)
Persoalan keturunan di dalam Islam menjadi perhatian penting,
termasuk juga dalam maqa>s}id shari>’ah. Persoalan ini di atur di dalam
pernikahan sebagai aspek positif (ija>biyah) guna melestarikan keturunan.
Dalam aspek negatif (salbiyah), Islam melarang perzinaan dan
menetapkan tata cara pernikahan. Salah satu tujuan dari disyariatkannya
pernikahan adalah untuk melindungi keturunan, karena makna penting
dari perlindungan keturunan adalah tetap terjaganya keturunan yang
berkualitas dari bahaya kepunahan.
e. Memelihara harta (h{ifz{ al-ma>l)
Harta merupakan salah satu aspek al-kulliyyah al-khams yang harus
dilindungi oleh syariah. Meskipun pada dasarnya harta milik Allah
tetapi manusia memiliki hak kepemilikian dan kewajiban untuk
mengelolanya dengan baik. Harta merupakan salah satu kebutuhan inti
dalam kehidupan, dimana manusia tidak akan bisa terpisah darinya.
29
‚Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia‛ 30
Manusia termotivasi untuk mencari harta demi menjaga
eksistensinya dan demi menambah kenikmatan materi dan religi. Namun,
semua motivasi itu dibatasi dengan tiga syarat yaitu harta yang
dikumpulkannya dengan cara halal, dipergunakan untuk hal-hal yang
29
Alquran, 18:46.
30
38
halal, serta dari harta itu harus dikeluarkan hak Allah dan hak
masyarakat yang berhak menerimanya.
Islam memperbolehkan umatnya untuk menjalankan semua jenis
muamalah sebelum adanya dalil yang mengharamkannya dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu, bentuk
perekonomian seperti jual beli, rahn, mud}a>rabah, musha>rakah, dan
lain-lainnya menjadi halal.
Nilai kemaslahatan harta dalam Islam terletak pada terjaganya harta
dari kerusakan, kepunahan, maupun gangguan dari orang lain, seperti
pencurian dan perampokan. Aplikasi kemaslahatan harta antara lain
perolehan, pengelolaan, pendistribusian harta haruslah sesuai dengan
syariat Islam. Pemeliharaan harta juga bisa dengan pengaplikasian
pengharaman jual beli yang mengandung unsur riba, spekulasi tinggi,
g{arar (penipuan), maisir (judi) dan lain sebagainya.
Perlindungan harta yang baik itu tampak dalam dua hal berikut: 31
Pertama, memiliki hak untuk dijaga dari para musuhnya baik dari
tindakan pencurian, perampasan atau tindakan lain memakan harta
orang lain (baik dilakukan kaum muslimin atau non muslim) dengan cara
yang ba>t{il, seperti merampok, menipu, atau memonopoli.
Kedua, harta tersebut dipergunakan untuk hal-hal yang mubah,
tanpa ada unsur mubazir atau menipu untuk hal-hal yang dihalalkan
31
39
Allah. Maka harta ini tidak dinafkahkan untuk kefasikan, minuman
keras, dan berjudi.
Dalam mewujudkan kelima pokok tersebut, ulama us{u>l fiqh
mengkategorikannya dalam beberapa tingkatan sesuai dengan kualitas dan
kebutuhannya. Tiga kategori tersebut antara lain:
a. Al-D{aru>riyyah (Kebutuhan Primer), yaitu keharus-harusan yang
harus ada demi kelangsungan hidup manusia. D{aru>riyyah juga
merupakan keadaan dimana suatu kebutuhan wajib untuk dipenuhi
dengan segera, jika diabaikan maka akan menimbulkan suatu
bahaya yang berisiko pada rusaknya kehidupan manusia. Apabila
semua aspek al-kulliyyah al-khams terwujud, maka tercapai suatu
kehidupan yang mulia dan sejahtera di dunia dan akhirat, atau
dalam ekonomi Islam biasa dikenal dengan istilah fala>h{.32
b. Al-H{a>jiyyah (Kebutuhan Sekunder), yaitu sesuatu itu dibutuhkan
bagi kelangsungan kehidupan manusia. H{a>jiyyah juga didefinisikan
sebagai keadaan dimana jika suatu kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi, maka akan menambah value kehidupan manusia. Hal
tersebut bisa menambah efisiensi, efektivitas, dan value added (nilai
tambah) bagi kehidupan manusia.33
c. Al-Tah{si>niyyah (Kebutuhan Tersier), yaitu ketiadaan hal-hal
dekoratif-ornamental ini tidak akan menghancurkan tujuan d{aru>ri>,
32
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi IslamPerspektif Maqa>shid al-Syari>’ah (Jakarta: Kencana, 2014), 67.
33
40
tetapi kehadirannya akan memperindah pencapaian d{aru>ri>. 34
Tah{si>niyyah juga didefinisikan sebagai kebutuhan yang tidak
mengancam eksistensi salah satu dari al-kulliyyah al-khams dan
tidak pula menimbulkan kesulitan jika tidak dipenuhi.35
Terpenuhinya tiga kepentingan diatas, akan menyempurnakan
kehidupan manusia. Manusia yang bisa memenuhi kepentingan primer maka
kehidupannya tidak akan mengalami kehancuran. Bila ia mampu memenuhi
kepentingan sekunder maka hidupnya akan mengalami kesulitan. Sedangkan
bila ia mampu memenuhi kebutuhan tersier maka ia akan mengalami
kesempurnaan dalam hidupnya.36 Dengan demikian, jelaslah bahwa tujuan
diturunkannya syariat Islam adalah untuk kepentingan, kebahagiaan,
kesejahteraan, dan keselamatan umat manusia di dunia dan akhirat.
C. Kepercayaan
1. Pengertian Kepercayaan
Ketika seorang nasabah mempercayakan untuk menitipkan
kelebihan dananya kepada suatu lembaga, maka lembaga harus mampu
menjaga kepercayaan tersebut. Kepercayaan adalah kekuatan
pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang
dibuat konsumen bahwa produk mempunyai objek, atribut, dan
34
Anita Marwing, Komunikasi Kultural antar Umat Beragama dalam Perspektif Maqashid Syariah (Studi Kearifan Lokal Peta Gandong), Al Ahkam, Vol. 5, No. 2 (Desember, 2015), 125.
35 Sukmawati Assaad, Kehujjahan Maqashid Al-Syariah, Al Ahkam, Vol. 5, No. 2 (2015), 238. 36