• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DENGAN PERPEKTIF MAQASID SHARIAH DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN NASABAH PRODUK TAKAFULINK SALAM DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DENGAN PERPEKTIF MAQASID SHARIAH DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN NASABAH PRODUK TAKAFULINK SALAM DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DENGAN

PERSPEKTIF

MAQA>S{ID SHARI

>’

AH

DALAM

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN NASABAH PRODUK

TAKAFULINK SALAM DI PT. ASURANSI TAKAFUL

KELUARGA SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

PUTRI NUR FAIZAH NIM : C04213054

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)

ANALISIS PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DENGAN

PERSPEKTIF

MAQA>S{ID SHARI

>’

AH

DALAM MENINGKATKAN

KEPERCAYAAN NASABAH PRODUK TAKAFULINK SALAM

DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh :

PUTRI NUR FAIZAH NIM : C04213054

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah Surabaya

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

iv

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menjawab prtanyaan apakah

penyelesaian klaim asuransi yang diterapkan di PT. Asuransi Takaful Keluarga

Surabaya sesuai dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah dan dengan penerapan

penyelesaian klaim tersebut apakah dapat meningkatkan kepercayaan nasabah

produk takafulink salam terhadap pelayanan perusahaan.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif, dengan

mengambil judul “Analisis Penyelesaian Klaim Asuransi dengan Perspektif

Maqa>s{id Shari>’ahdalam Meningkatkan Kepercayaan Nasabah Produk Takafulink

Salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya”. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data

yang diperoleh melalui dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan sales manajer, admin, dan

nasabah produk takafulink salam yang sudah mengajukan klaim di Kantor

Representatif Office (RO) Prima Agency PT. Asuransi Takaful Keluarga

Surabaya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber lain yang berkaitan

dengan penelitian, data ini diperoleh dari buku, jurnal, skripsi maupun sumber

lainnya. Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif dengan

memberikan pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk

uraian naratif.

Hasil penelitian ini adalah PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya telah

sesuai dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah pada penyelesaian klaim asuransinya

dan telah berhasil meningkatkan kepercayaan nasabah produk takafulink salam

terhadap kinerja perusahaan. Wujud kepercayaan nasabah terhadap kinerja

perusahaan dibuktikan dengan sikap loyalitas nasabah dengan perusahaan.

Saran bagi PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya, hendaknya

menciptakan suatu aplikasi terkait pengiriman barang bukti klaim agar dapat

dilakukan dengan lebih cepat, sehingga memberikan kenyamanan lebih terhadap

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...11

C. Rumusan Masalah ...12

D. Kajian Pustaka...12

E. Tujuan Penelitian ...15

F. Kegunaan Hasil Penelitian ...15

G. Definisi Operasional...16

(9)

I. Sistematika Pembahasan...24

BAB II PENYELESAIAN KLAIM, MA QA >S{ID SHA RI>’A H, DAN KEPERCAYAAN NASABAH

A. Penyelesaian Klaim Asuransi...27

B. Maqa>s{id Shari>’ah...32

C. Kepercayaan ...41

BAB III PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI PRODUK

TAKAFULINK SALAM PT. ASURANSI TAKAFUL

KELUARGA SURABAYA

A. Gambaran Umum PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya .46

B. Takafulink Salam ...57

C. Implementasi Penyelesaian Klaim Asuransi di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya...65

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI DENGAN PERSPEKTIF MA QA >S{ID SHA RI>’A H DALAM MENINGKATKAN KEPERCAYAAN NASABAH PRODUK TAKAFULINK SALAM DI PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

A. Penyelesaian Klaim Asuransi dengan Perspektif Maqa>s{id

Shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya ...76

B. Penyelesaian Klaim Asuransi dengan Perspektif Maqa>s{id

Shari>’ah dalam Meningkatkan Kepercayaan Nasabah Produk Takafulink Salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya ...85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...90

(10)

DAFTAR PUSTAKA ...93

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman yang serba maju ini, risiko dapat terjadi dalam segala

kemungkinan, maka masyarakat dituntut memiliki suatu jaminan untuk

menjamin kehidupan, kesehatan, kesejahteraan di hari tua, sampai pendidikan

untuk anak-anak mereka. Perusahaan asuransi merupakan salah satu tempat yang

tepat bagi masyarakat untuk memperoleh jaminan tersebut. Perusahaan asuransi

di Indonesia telah menawarkan berbagai produknya yang dapat menarik minat

masyarakat dari berbagai aspek yang mereka butuhkan.

Asuransi memiliki semangat mempersiapkan masa depan yang baik untuk

seseorang. Pesan ini telah ada pada Alquran, dalam surah An Nisa>’ ayat 9 yang

memberi gambaran bahwa seseorang hendaknya mempersiapkan, menyongsong

masa depan yang baik dan matang serta meninggalkan ahli waris penghidupan

yang sejahtera.

ا 1

Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.2

1

Alquran, 4:9.

2

(12)

2

Keberadaan asuransi saat ini sudah bukan merupakan hal yang asing bagi

masyarakat. Asuransi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan

masyarakat untuk membantu mereka dalam penyediaan jaminan finansial dalam

menghadapi risiko yang tak terduga. Sebagian orang menyadari pentingnya

memiliki jaminan finansial sehingga kemudian membeli asuransi. Namun

demikian ada juga yang tidak menyadari betapa pentingnya asuransi, karena

menurut mereka memiliki asuransi berarti mempersiapkan diri sendiri atau

keluarga untuk menanggung musibah.3

Asuransi yang ditawarkan beragam sesuai dengan kebutuhan, bahkan tingkat

pendapatan masyarakat juga menjadi pertimbangan. Salah satu jenis asuransi

yang mengalami perkembangan saat ini adalah asuransi syariah atau yang sering

disebut sebagai takaful. Asuransi syariah yaitu asuransi yang dalam

penerapannya berusaha memasukkan nilai kerohanian syariah atau

nilai-nilai yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam menyelaraskan kehidupan dunia

dan akhirat.4 Syariah yang menjadi dasar merupakan karakter utamanya.

Asuransi syariah terbagi menjadi dua, yakni asuransi jiwa syariah (asuransi

keluarga atau takaful keluarga) dan asuransi kerugian syariah. Menurut Syafi’i

Antonio, yang dimaksud asuransi jiwa syariah (takaful keluarga) adalah bentuk

3

Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah: Berkah Terakhir yang Tak Terduga (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2015), 4.

4

(13)

3

asuransi syariah yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah

kematian dan kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful.5

Dalam perkembangan produk asuransi, sekarang juga dikenal asuransi unit

link.6 Asuransi unit link adalah perlindungan asuransi syariah melalui usaha

saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak

melalui investasi dalam bentuk aset. Produk ini mulai diluncurkan sejak 1998.7

Produk ini bukan hanya pada asuransi konvensional, tapi juga sudah merambah

pada asuransi syariah. Contoh unit link syariah adalah produk yang dikeluarkan

oleh PT. Asuransi Takaful Keluarga, yaitu Takafulink Salam. Produk ini

merupakan program unggulan di takaful keluarga yang dirancang untuk

memberikan manfaat perlindungan jiwa dan kesehatan menyeluruh sekaligus

membantu merancang untuk berinvestasi secara optimal untuk berbagai tujuan

masa depan termasuk persiapan hari tua.

Nasabah takafulink salam bisa memilih jenis investasi sesuai dengan profil

investasi nasabah. Takafulink salam menawarkan empat jenis investasi yang

dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan yaitu Istiqomah (pasar uang dan

sukuk), Mizan (balanced), Ahsan (balanced agressive), dan Alia (agressive).

Dengan perencanaan investasi yang fleksibel, takafulink salam menawarkan

kemudahan berinvestasi untuk hasil yang lebih optimal untuk kebahagiaan

nasabah esok hari.

5

Muhammad Syafi’i Antonio, Prinsip Dasar Operasi Asuransi Takaful dalam Arbitrase Islam di Indonesia (Jakarta: Badan Arbitrase Muamalat Indonesia, 1994), 150.

6Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif MaqashidAsy-Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016),

104.

(14)

4

Dalam asuransi jiwa syariah terbagi dua rekening peserta yaitu, rekening

tabungan peserta dan rekening tabarru’.8 Rekening tabarru’ ini diniatkan untuk

derma dan digunakan untuk membayar klaim (manfaat takaful) kepada pihak

tertanggung, apabila ada di antara peserta yang ditakdirkan meninggal dunia atau

mengalami musibah lainnya. Akad yang diberlakukan dalam rekening tabarru’ ini

adalah transaksi atau perjanjian kontrak yang bersifat non profit, sehingga tidak

boleh digunakan untuk tujuan komersial. Dengan demikian, idealnya semua dana

tabarru’ maupun hasil investasinya tidak dibagihasilkan kepada peserta maupun

pengelola, namun menjadi dana abadi dalam rekening tabarru’ untuk pembayaran

klaim.

Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas

kerugian yang tersedia berdasarkan perjanjian atau bisa diartikan sebagai suatu

proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian

tersebut.9 Pembayaran klaim pada asuransi syariah diambil dari dana tabarru’

semua peserta. Perusahaan sebagai mud}a>rib wajib menyelesaikan proses klaim

secara cepat, tepat dan efisien dengan amanah yang diterimanya. Sebagaimana

firman Allah dalam Surah Al-Anfa>l : 27.

10

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepada kamu, sedangkan kamu mengetahui.11

8

Ibid., 106.

9

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General (Jakarta: Gema Insan Press, 2004), 259.

10

Alquran, 9: 27.

11

(15)

5

Prosedur penyelesaian klaim baik asuransi syariah maupun konvensional

hampir sama, kecuali dalam hal kecepatan dan kejujuran dalam menilai klaim.12

Prosedur penyelesaian klaim yakni pertama, pemberitahuan klaim, tertanggung

atau wakil yang tertimpa musibah wajib memberitahukan kepada perusahaan

dalam kurun waktu 3 kali 24 jam sejak terjadinya kecelakaan atau kematian.13

Kedua, bukti klaim, tertanggung atau wakil harus melengkapi segala bukti-bukti

dan semua persyaratan yang diperlukan oleh perusahaan. Ketiga, penyelidikan,

penyelidikan ini dilakukan oleh pihak perusahaan dengan maksud untuk

membuktikan kebenaran adanya risiko sesuai dengan yang telah diberitakan oleh

tertanggung atau wakil. Jika penyelidikan ini tidak dilakukan dengan teliti, maka

dikhawatirkan akan terjadinya penipuan laporan yang mengakibatkan kerugian

bagi perusahaan dan nasabah lainnya. Keempat, penyelesaian klaim, perusahaan

akan segera membayar klaim tersebut sesuai dengan ketentuan dalam polis

apabila segala persyaratan atau dokumen-dokumen yang dibutuhkan perusahaan

telah dipenuhi oleh tertanggung atau wakil.

Salah satu cara yang dilakukan perusahaan asuransi untuk meningkatkan

kualitasnya serta tetap mempertahankan loyalitas nasabah yang sudah ada adalah

dengan memberikan pelayanan yang terbaik, terutama dalam pembayaran klaim.

Pelayanan yang diberikan perusahaan asuransi kepada peserta asuransi yang

mengajukan klaim sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan

tersebut dan akan memberikan citra yang melekat di hati para nasabah.

12

Abdullah Amrin, Asuransi Syariah (Jakarta: PT. Elek Media Kompetindo, 2006), 121.

13

(16)

6

Sugiarto Ranoeseminto, Direktur Eksekutif Lippo Life, mengatakan bahwa

ditengah-tengah perkembangan asuransi di Indonesia, masih tersisa adanya kesan

pada masyarakat bahwa perusahaan asuransi itu hanya mau menerima premi.

Namun ketika ada musibah yang menimpa tertanggung, perusahaan tidak

berkenan untuk membayar klaim. Ada beberapa perusahaan yang berbelit-belit

menyelesaikan klaim, bahkan ada yang sama sekali tidak mau atau tidak mampu

membayar klaim. Karena kejadian-kejadian seperti ini dilansir media massa,

maka image yang mendiskreditkan asuransi ini pun semakin meluas.14

Alasan mengapa asuransi tidak secara mudah membayar klaim tanpa

dipenuhi berbagai persyaratan yang sudah ditentukan, adalah demi kepentingan

semua pemegang polis asuransi. Perusahaan tidak boleh sembarangan

memberikan uang kepada seorang nasabah yang mengajukan klaim tanpa lebih

dahulu menyelidikinya. Jika perusahaan asuransi dengan mudah membayar klaim,

maka hal itu akan merugikan nasabah lain atau bahkan perusahaan itu sendiri.

Pendapat tersebut berbeda dengan prosedur penyelesaian klaim yang ada di

perusahaan asuransi takaful keluarga. Prosedur penyelesaian klaim asuransi yang

diterapkan disana sangat mudah dan tidak berbelit-belit seperti opini masyarakat

kebanyakan. Hanya dengan menyetorkan kartu tanda pengenal dan kartu polis

asuransi serta mengisikan form pengajuan klaim, tujuh hari pemrosesan dana

klaim itu sudah bisa dicairkan dan diterima para peserta klaim melalui rekening

14

(17)

7

masing-masing. Kemudahan dan kecepatan pelayanan ini dimaksudkan untuk

mencapai kemaslahatan bersama.

PT. Asuransi Takaful Keluarga merupakan lembaga yang berupaya

menempatkan maqa>s{id shari>’ah sebagai tujuan akhir, dengan membawa konsepsi

perlindungan terhadap kepentingan dan hak semua stakeholder ke dalam

aturan-aturan syariah. Secara etimologi, maqa>s{id shari>’ah adalah tujuan yang dituju oleh

syariah. Tujuan syariah adalah untuk membawa manusia kepada kebahagiaan

dunia dan akhirat (maslah{ah).15

Perusahaan asuransi adalah salah satu lembaga keuangan Islam yang mana

banyak terkumpul di dalamnya hak-hak nasabah yang wajib dipenuhi oleh

perusahaan, salah satunya adalah melayani penyelesaian klaim. Pada kasus di

atas, takaful keluarga telah menerapkan pelayanan yang tercepat dan terbaik

dalam mencairkan dana klaim, sehingga pihak nasabah yang mendapat musibah

pada saat itu bisa segera memanfaatkan dana tabarru’ yang sudah ditanggung

oleh semua nasabah. Hal ini membuktikan bahwa mudahnya pelayanan

penyelesaian klaim tersebut sudah memberikan kemaslahatan bagi nasabah yang

mengajukan klaim. Namun tidak diketahui apakah tercapai pula kemaslahatan

bagi nasabah yang lain atau perusahaan itu sendiri.

Perusahaan asuransi yang menerapkan prinsip maqa>s{id shari>’ah dalam aspek

pengelolaan dan pelayanannya diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan

nasabah untuk mengasuransikan dananya di perusahaan tersebut. Menciptakan

15

(18)

8

dan mempertahankan kepercayaan nasabah merupakan fondasi untuk menjaga

hubungan yang baik dengan nasabah dalam jangka panjang. Kepercayaan

merupakan sikap teguh nasabah pada pendirinya tentang sesuatu, misalnya

terhadap perusahaan. Jika sudah mempercayai perusahaan, nasabah akan teguh

dan loyal, serta tidak mudah berpaling ke perusahaan lain.16

Layanan penyelesaian klaim yang cepat dan efektif ini yang merupakan

keunggulan dari perusahaan asuransi takaful keluarga. Nasabah yang mengajukan

klaim tidak perlu menunggu waktu yang sangat lama untuk pencairan dana klaim.

Namun, hal ini memunculkan tanda tanya baru, apakah kemudahan pembayaran

klaim tersebut tidak akan merugikan nasabah lain yang tidak mengajukan klaim

atau bahkan merugikan perusahaan itu sendiri? Mengingat pengajuan klaim

tersebut harusnya diselidiki dulu kebenarannya agar tidak disalahgunakan oleh

pihak yang tidak bertanggungjawab. Apakah prosedur penyelesaian klaim

asuransi ini sesuai dengan perpektif maqa>s{id shari>’ah untuk seluruh stakeholder

perusahaan? Karena peneliti melihat adanya ketidakselarasan antara teori dan

praktik yang terjadi di lapangan, sehingga diperlukan kajian dari penelitian lebih

lanjut terhadap permasalahan penyelesaian klaim ini di PT. Asuransi Takaful

Keluarga Surabaya.

PT. Asuransi Takaful Keluarga yang menjadi objek penelitian ini,

merupakan perusahaan asuransi jiwa syariah yang pertama di Indonesia. Takaful

Keluarga diresmikan oleh Menteri Keuangan saat itu, Mar’ie Muhammad dan

16

(19)

9

mulai beroperasi sejak tanggal 25 Agustus 1994. Takaful Keluarga telah terdaftar

dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Guna meningkatkan kualitas

operasional dan pelayanan, lembaga ini telah memperoleh sertifikasi ISO

9001:2008 dari Dept Norske Veritas (DNV), Norwegia, pada November 2009

sebagai standar internasional mutakhir untuk sistem manajemen mutu.17

Kiprah pelayanan asuransi berbasis syariah ini terus berkembang pesat dari

tahun ke tahunnya. Takaful Keluarga mengembangkan berbagai produk untuk

memenuhi kebutuhan berasuransi sesuai syariah meliputi perlindungan jiwa,

perlindungan kesehatan, perencanaan pendidikan anak, perencanaan hari tua,

serta menjadi rekan terbaik dalam perencanaan investasi.

Kantor layanan takaful keluarga tersebar di seluruh Indonesia termasuk

kantor layanan Jawa Timur, Nusa Tenggara dan juga Bali yang terletak di

Surabaya dan sudah berdiri pada tahun 1995. Surabaya adalah kota terbesar

kedua di Indonesia setelah ibukota Jakarta, yang mana kehidupan metropolitan

antara keduanya tidaklah jauh berbeda. Jumlah nasabah produk takafulink salam

di PT. Takaful Keluarga Surabaya juga sudah menyebar hingga luar Pulau Jawa.

Prosedur penyelesaian klaim asuransi di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya

ini dikenal bisa memuaskan pelanggan karena kecepatan dan kejujurannya.

Melihat dari permasalahan yang ada maka peneliti tertarik membahas ini

lebih dalam tentang penyelesaian klaim asuransi yang ada di perusahaan tersebut.

Apakah sudah diterapkannya maqa>s{id shari>’ah sebagai landasan dasar untuk

17

(20)

10

menciptakan pelayanan yang inovatif atau hanya sekedar ide kreatif biasa,

adakah pula impact nya terhadap tingkat kepercayaan nasabah produk takafulink

salam pada perusahaan mengingat prosedur penyelesaian klaim mempunyai

keunggulan dibandingkan dengan perusahaan lain pada umumnya. Dari beberapa

pertanyaan yang muncul tersebut, peneliti mengangkat penelitian ini dengan

judul ‚ Analisis Penyelesaian Klaim Asuransi dengan Perspektif Maqa>s{id

Shari>’ah dalam Meningkatkan Kepercayaan Nasabah Produk Takafulink Salam

di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas, dapat disampaikan identifikasi

dan batasan masalahnya sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang melatarbelakangi nasabah memilih produk

takafulink salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya.

b. Prosedur pengajuan dan pembayaran klaim asuransi.

c. Penerapan penyelesaian klaim asuransi yang sesuai dengan perspektif

maqa>s{id shari>’ah.

d. Tingkat kepercayaan nasabah produk takafulink salam dalam

(21)

11

2. Batasan masalah

Agar permasalahan dalam skripsi ini lebih fokus, lebih terarah dan

tidak menyimpang dari topik utama pembahasan, maka peneliti

membatasi permasalahan untuk dibahas menjadi dua poin, yaitu:

a) Penelitian ini terfokus pada penyelesaian klaim asuransi perspektif

maqa>s{id shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya

b) Penelitian ini terfokus pada analisis penyelesaian klaim asuransi

dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah dalam meningkatkan kepercayaan

nasabah takafulink salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya,

dalam hal ini adalah kemaslahatan kemanusiaan secara umum dan

universal, bagaimana telaah konsep penyelesaian klaim dengan

perspektif maqa>s{id shari>’ah dalam upaya meningkatkan kepercayaan

nasabah yang dijalankan oleh pihak pengelola PT. Asuransi Takaful

Keluarga Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, penulis dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimana analisis penyelesaian klaim asuransi dengan perpektif maqa>s{id

shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya?

2) Bagaimana analisis penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif maqa>s{id

shari>’ah dalam meningkatkan kepercayaan nasabah produk takafulink

(22)

12

D. Kajian Pustaka

Pada penelitian-penelitian yang telah ditulis sebelumnya, ada beberapa judul

yang pembahasannya tidak jauh berbeda dengan judul yang penulis angkat

sekarang. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang

dijadikan sebagai pandangan dan juga refrensi serta acuan dalam penyusunan

skripsi ini. Adanya paparan tentang data pustaka ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya plagiat terhadap karya orang lain sehingga tidak akan

terjadi pengulangan pembahasan maupun penelitian.

Penelitian petama adalah yang dilakukan oleh Tety Anggraeni mahasiswi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul skripsi ‚Mekanisme Pengajuan

Klaim Produk Asuransi Jiwa pada PT. MAA Life Assurance Syariah‛.18 Objek

penelitiannya adalah prosedur pengajuan klaim, sedangkan pada penelitian yang

peneliti lakukan adalah membahas tentang penyelesaian klaim asuransi dengan

perspektif maqa>s{id shari>’ah.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama

mengulas tentang klaim asuransi yang diajukan kepada perusahaan asuransi jiwa

syariah. Akan tetapi perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada

penggunaan pisau analisis maqa>s{id shari>’ah dalam penyelesaian klaim asuransi

tersebut.

Penelitian kedua adalah penelitian yang ditulis oleh Nurnazli, beliau

merupakan salah satu dosen di Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung.

18

Tety Anggraeni, “Mekanisme Pengajuan Klaim Produk Asuransi Jiwa pada PT. MAA Life

(23)

13

Dengan judul penelitian ‚Penerapan Kaidah Maqashid Syariah dalam Produk

Perbankan Syariah‛ Nurnazli menyimpulkan bahwa maqa>s{id shari>’ah dan

maslah{a\h memiliki peran yang sangat urgen untuk digunakan sebagai pisau

analisis dalam menjawab persoalan yang berhubungan dengan ekonomi dan

bisnis syariah yang semakin berkembang dewasa ini. Hal tersebut sama dengan

maksud peneliti untuk melakukan penelitian ini, hanya saja sasaran yang diteliti

dalam penelitian ini lebih spesifik pada penyelesaian klaim di perusahaan

asuransi syariah yang diharapkan juga sesuai dengan konsep maqa>s{id shari>’ah.19

Penelitian ketiga adalah penelitian yang ditulis oleh Eva Fauziyah Faza

mahasiswi Fakultas Muamalah UIN Sunan Ampel Surabaya dengan Judul

‚Tinjauan Hukum Islam terhadap Klaim Asuransi dalam Akad Wakalah bil Ujrah

pada PT. Asuransi Takaful Umum Surabaya‛. 20 Dalam skripsi tersebut

dijelaskankan bahwa tidak diperbolehkannya klaim asuransi dalam akad wakalah

bil ujrah karena ada pihak yang dirugikan.

Persamaan penelitian tersebut dan penelitian ini adalah tinjauan kaidah

maqa>s{id shari>’ah atau Hukum Islam yang ada pada proses penyelesaian klaim

asuransi. Akan tetapi perbedaan antara keduanya terletak pada pencapaian yang

dituju. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang meningkatnya rasa

kepercayaan nasabah ketika penyelesaian klaim asuransi tersebut sesuai dengan

konsep maqa>s{id shari>’ah.

19

Nurnazli, ‚Penerapan Kaidah Maqashid Syariah dalam Produk Perbankan Syariah‛, Ijtima>iyyah, Vol. 7, No. 1 (Februari, 2014).

20 Eva Fauziyah Faza, ‚Tinjauan Hukum Islam terhadap Klaim Asuransi dalam Akad Wakalah bil

(24)

14

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang ditulis oleh Ririn Tri Puspita

Ningrum, salah satu dosen di STAINU Madiun, dengan judul ‚Asuransi Syariah

(Analisa Historis Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah Perspektif Manhaj al-Kully),

dapat diketahui hasil penelitiannya bahwa asuransi syariah merupakan hasil

ijtihad kontemporer yang termanifestasikan di dalamnya tujuan kemaslahatan.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama

memaparkan praktek asuransi syariah yang dilihat dari kacamata maqa>s{id

shari>’ah. Namun perbedaannya adalah dalam penelitian ini lebih dikhususkan

pada pembahasan penyelesaian klaim asuransi yang berimplementasikan

kemaslahatan dan impact nya terhadap kepercayaan nasabah.21

Berikutnya penelitian yang ditulis oleh Eva Muzlifah mahasiswa

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul ‚Maqa>shid

al-Syari>’ah sebagai Paradigma Dasar Ekonomi Islam‛. 22 Artikel yang

mengelaborasi secara mendalam keterkaitan antara ekonomi islam dan maqa>s{id

shari>’ah. Maqa>s{id shari>’ah dalam dataran idealnya juga harus berimplikasi pada

perilaku ekonomi individu muslim, baik dalam posisinya sebagai konsumen

maupun produsen. Kesemua aktivitas ekonomi tersebut harus menuju kepada

kemaslahatan, salah satunya adalah praktek asuransi syariah.

Persamaan penelitian tersebut dan penelitian ini adalah menjadikan maqa>s{id

shari>’ah sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan transaksi ekonomi. Letak

21

Ririn Tri Puspita Ningrum, ‚Asuransi Syariah (Analisa Historis Prinsip-prinsip Perspektif

Manhaj al-Kully‛, Studi Agama, Vol. 1, No. 1 (2013).

22 Eva Muzlifah, ‚Maqa>shid al-Syari>ahsebagai Paradigma Dasar Ekonomi Islam‛, Ekonomi dan

(25)

15

perbedaannya ada pada penjelasan jurnal ini yang bersifat global, sedangkan pada

penelitian ini lebih di spesifikkan objek penelitiannya pada lembaga asuransi

takaful keluarga.

Dari pemaparan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas,

membuktikan bahwa penelitian ini terlihat jelas bukanlah suatu pengulangan

atau duplikasi dari penelitian yang telah ada.

E. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan

dibahas adalah:

1) Untuk mendeskripsikan penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif

maqa>s{id shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya

2) Untuk menganalisis penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif

maqa>s{id shari>’ah dalam meningkatkan kepercayaan nasabah takafulink

salam di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan hasil penelitian yang penulis harapkan dari skripsi ini adalah agar

bermanfaat untuk:

1) Secara teoretis

Penelitian ini akan sangat berguna bagi kalangan civitas akademika

(26)

16

syariah terutama yang berkaitan tentang prosedur penyelesaian klaim

asuransi yang sesuai dengan perpektif maqa>s{id shari>’ah.

2) Secara praktis

a) Pedoman bagi para praktisi perusahaan asuransi syariah atau bisnis

keuangan islam lainnya, agar lebih berhati-hati dalam pelayanan

penyelesaian klaim, sehingga maqa>s{id shari>’ah yang diamanahkan

dapat terpenuhi dengan maksimal

b) Sebagai informasi dan pedoman konseptual tentang penyelesaian

klaim pada perusahaan asuransi serta menjadi bahan analisis untuk

menyiapkan strategi pemasaran yang lebih efisien.

G. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, perlu ada definisi

operasional yang jelas untuk menghindari kesalah pahaman sehubungan dengan

judul diatas, yaitu:

1. Penyelesaian Klaim

Penyelesaian klaim dapat dipahami sebagai kewajiban pihak

penanggung dalam memenuhi hak-hak tertanggung ketika tertanggung

tertimpa musibah. Setelah nasabah mengajukan klaim kepada PT. Asuransi

Takaful Keluarga Surabaya, pelayanan penyelesaian klaim harus segera

dituntaskan sesuai dengan prosedur yang ada agar nasabah dapat segera

(27)

17

2. Maqa>s{id Shari>’ah

Maqa>s{id shari>’ah adalah tujuan atau rahasia yang ditetapkan oleh Sha@ri’

(pembuat hukum) pada setiap hukum dari hukum-hukum syariah. Tujuan

syariah adalah untuk membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan

akhirat (maslah{ah).23 Lebih lanjut, ditegaskan bahwa Allah menciptakan

hukum untuk mewujudkan dan melindungi maslah{ah dengan memelihara

agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dan dalam penelitian ini lebih

ditekankan pada perlindungan harta, meskipun harta berada di urutan paling

bawah dari susunan maqa>s{id shari>’ah, namun ketiadaan harta juga akan

berpengaruh pada rusaknya aspek-aspek lainnya.

3. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan rasa percaya pihak tertentu terhadap yang lain

dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa

orang yang dipercayainya tersebut akan memenuhi segala kewajibannya

secara baik sesuai yang diharapkan.24 Dan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan teori faktor-faktor yang mempengaruhi keercayaan seseorang

yag dikembangkan oleh Mayer dan Ken Blanchard.

4. Takafulink Salam

Takafulink salam merupakan salah satu produk di PT. Takaful Keluarga

yang menawarkan program unggulan yang dirancang untuk memberikan

manfaat perlindungan jiwa dan kesehatan menyeluruh sekaligus membantu

23

Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif Maqashid..., 125.

24Dibyo Iskandar, “Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Nasabah dengan K

(28)

18

seseorang untuk berinvestasi secara optimal untuk berbagai tujuan masa

depan termasuk persiapan hari tua.

5. PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya

PT. Asuransi Takaful Keluarga merupakan perusahaan asuransi jiwa

syariah pertama di Indonesia yang mulai beroperasi sejak tahun 1994. Kantor

Layanan takaful keluarga tersebar di seluruh indonesia termasuk kantor

layanan Jawa timur, Nusa Tenggara dan juga Bali yang terletak di Surabaya

yang sudah berdiri pada tahun 1995. Kantor pelayanan asuransi syariah

cabang Surabaya berlokasi di Jl. Jemur Andayani 1G No.48 Surabaya.

Sedangkan alamat Kantor Representative Office (RO) Prima Regency

PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya terletak di Perum Permata Regency

E5 Waru Sidoarjo. Representative Office adalah kantor perwakilan

pemasaran asuransi takaful keluarga sekaligus tempat perkumpulan mitra

kerja (agen) yang bekerjasama dengan perusahaan takaful keluarga.25

Dengan demikian definisi operasional judul ini sebagai berikut: Analisis

penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah dalam

meningkatkan kepercayaan nasabah produk takafulink salam di PT. Asuransi

Takaful Keluarga Surabaya adalah menganalisis prosedur penyelesaian klaim

yang dijalankan sesuai dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah, yang kemudian dapat

memenuhi aspek-aspek kemaslahatan penerima manfaat dana klaim dan nasabah

lainnya dalam hal melindungi jiwa, akal, agama, harta dan keturunan, serta untuk

25

(29)

19

meningkatkan kepercayaan nasabah produk takafulink salam terhadap pelayanan

perusahaan PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya.

H. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang lebih menekankan

analisisnya pada proses penyimpulan induktif serta terdapat dinamika hubungan

antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.26 Agar dalam

penulisan skripsi ini mencapai hasil yang maksimal, dibutuhkan sebuah metode

penelitian dalam penulisannya, yaitu:

1. Data yang dikumpulkan

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, adapun data yang

menunjang penelitian sebagai berikut:

a. Data mengenai profil PT. Asuransi Takaful Keluarga,

produk-produk, mekanisme operasional, peraturan asas-asas tujuan dan

fungsi hukum, visi, misi dan prospek pengembangan PT. Asuransi

Takaful Keluarga Surabaya.

b. Data mengenai prosedur penyelesaian klaim asuransi yang diajukan

oleh nasabah produk takafulink salam di PT. Asuransi Takaful

Keluarga Surabaya.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari sumber asli (tidak melalui perantara). Sumber data primer diperoleh

26

(30)

20

oleh para peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data

purposive sampling. Peneliti memasuki situasi tertentu, melakukan

observasi, dan melakukan wawancara kepada beberapa pihak terpilih

dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang dipandang tahu tentang

permasalahan tersebut. Informan dalam penelitian ini bersumber dari

hasil wawancara dengan sales manajer, admin Representatif Office (RO)

Prima Agency PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya dan hasil

wawancara dengan nasabah yang mengajukan klaim.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu sumber pendukung dan pelengkap yang

diambil dari buku, jurnal, artikel, atau wacana yang berhubungan dengan

permasalahan yang dibahas, meliputi:

1) Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif Maqa>shid Asy-Syari>ah,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)

2) Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqa>shid Bisnis dan

Keuangan Islam, (Jakarta: Rajawali, 2015)

3) Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General,

(Jakarta: Gema Insan Press, 2004)

4) Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi

Islam Perspektif Maqa>shid Al-Syari>ah, (Jakarta: Kencana, 2014)

5) Ketut Silvanita Margani, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,

(31)

21

6) Etta Mamang Sangadji, Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: Andi,

2013)

7) Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2013)

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

menggali data dari lapangan adalah:

a. Teknik Wawancara (interview)

Teknik wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi atau ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu.27Teknik wawancara dilakukan jika

peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan informan.

Teknik wawancara dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu bisa

melalui tatap muka, telepon, atau melalui sosial media.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan cara wawancara

langsung baik secara struktur maupun bebas dengan pihak PT. Asuransi

Takaful Keluarga Surabaya. Dengan cara menganalisis penyelesaian

klaim dari keterangan yang dipaparkan pihak sales manajer, serta

keterangan yang dijelaskan nasabah takafulink salam yang dihubungi

melalui telepon atau kunjungan secara langsung seputar penyelesaian

klaim di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya.

27

(32)

22

b. Teknik Pengamatan (Observasi)

Teknik Pengamatan (Observasi) yaitu suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan observasi non partisipatif, yaitu pengamat tidak ikut serta

dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut

dalam kegiatan, atau bisa juga disebut observasi pasif.28Peneliti terjun

langsung ke lokasi penelitian sehingga diperoleh kebenaran data tentang

prosedur penyelesaian klaim di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya.

c. Teknik Dokumentasi

Yaitu cara penggalian data terhadap masalah-masalah yang

diinginkan melalui cara pemahaman serta penelitian terhadap data yang

berada pada dokumentasi-dokumentasi yang dimiliki oleh bagian

pelayanan penyelesaian klaim di PT. Asuransi Takaful Keluarga

Surabaya dan beberapa buku yang ada hubungannya dengan

permasalahan diatas.

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penulisan, maka

peneliti menggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai

berikut :

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan

28

(33)

23

antara data yang ada dan relevansi dalam penelitian.29 Dalam hal ini

peneliti akan mengambil data yang akan dianalisis sesuai dengan

rumusan masalah.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.30Peneliti

melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis

dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan

peneliti dalam menganalisa data.

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang diperoleh

dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran

fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban

dari rumusan masalah.31

5. Teknik Analisis Data

Data yang telah berhasil dihimpun selanjutnya akan dianalisis secara

deskriptif analitis, yaitu mendeskripsikan data-data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

dengan metode yang telah ditentukan, kemudian data-data tersebut akan

dianalisis oleh peneliti untuk memecahkan suatu permasalahan.32

29

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung: Alfa Beta, 2008), 243.

30

Ibid., 245.

31

Ibid., 246.

32

(34)

24

Tujuan dari metode ini adalah mendiskripsikan, membahas dan

menganalisis gambaran mengenai pokok-pokok yang diteliti terkait dengan

penerapan penyelesaian klaim asuransi di PT. Asuransi Takaful Keluarga

Surabaya. Kemudian data implementasi penyelesaian klaim asuransi di PT.

Asuransi Takaful Keluarga Surabaya tersebut diolah dan dianalisis dengan

menggunakan teori perspektif maqa>s{id shari>’ah, selanjutnya dianalisis

menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan seseorang

terkait penyelesaian klaim asuransi yang diterapkan di PT. Asuransi Takaful

Keluarga Surabaya.

Data yang sudah dianalisis, diolah dan disimpulkan sehingga pemecahan

persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan

penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dibagi dalam

beberapa bab. Pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, sehingga pembaca

dapat memahaminya dengan mudah. Adapun sistematika pembahasannya

adalah :

Bab pertama adalah pendahuluan. Dalam bab ini terdiri dari latar belakang

masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, metodologi penelitian

(meliputi data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

(35)

25

Bab kedua adalah landasan teori, yang memuat tentang konsep asuransi jiwa

serta mekanisme penyelesaian klaim di perusahaan asuransi syariah, konsep

maqa>s{id shari>’ah sebagai dasar-dasar ekonomi, dan perilaku konsumen perihal

kepercayaan nasabah.

Bab ketiga adalah deskripsi hasil yang meliputi gambaran umum tentang PT.

Asuransi Takaful Keluarga Surabaya, deskripsi produk takafulink salam, dan

implementasi penyelesaian klaim asuransi di PT. Asuransi Takaful Keluarga

Surabaya.

Bab keempat adalah analisis penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif

maqa>s{id shari>’ah di PT. Asuransi Takaful Keluarga Surabaya, analisis

penyelesaian klaim asuransi dengan perspektif maqa>s{id shari>’ah dalam

meningkatkan kepercayaan produk takafulink salam di PT. Asuransi Takaful

Keluarga Surabaya. Analisis ini dilakukan agar peneliti menemukan solusi yang

tepat dalam menentukan kebijakan strategi pemasaran, serta meningkatkan mutu

pelayanan perusahaan terhadap nasabah.

Bab kelima merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran-saran yang sebaiknya dilakukan perusahaan asuransi dalam

menentukan kebijakan strategi pemasaran produk takafulink salam, serta

(36)

26 BAB II

PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI, MAQA>S{ID SHARI>’AH, DAN KEPERCAYAAN NASABAH

A. Penyelesaian Klaim Asuransi

1. Pengerti\\\an Klaim

Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian,

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.1

Penggantian dari penanggung kepada tertanggung itulah yang disebut

dengan klaim.

Klaim adalah tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang

berhak (memiliki atau mempunyai) atas sesuatu.2 Sedangkan klaim menurut

Amrin merupakan pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada

penanggung untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian

berdasarkan perjanjian atau akad yang telah dibuat.3 Semua usaha yang

diberikan untuk menjamin hak-hak tersebut wajib dihormati sepenuhnya

1

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_2_1992.htm, ‚diakses pada‛ tanggal 30 Oktober 2016. 2

Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/klaim, ‚diakses pada‛ tanggal 30 Oktober 2016.

3

(37)

27

sebagaimana yang seharusnya. Oleh karena itu, penting bagi pengelola

asuransi untuk menyelesaikan klaim secara efisien.

Pada semua perusahaan asuransi, termasuk yang berdasarkan konsep

asuransi syariah, sebenarnya tidak ada alasan untuk memperlambat

penyelesaian klaim yang diajukan tertanggung. Tindakan memperlambat itu

tidak boleh dilakukan, karena klaim adalah kewajiban yang sudah dijanjikan

sejak awal oleh perusahaan asuransi. Salah satu letak perbedaan antara

asuransi konvensional dengan asuransi syariah adalah pada sumber dana

pembayaran klaim.

Pada asuransi konvensional, terdapat kerancuan akad dalam sumber

dana pembayaran klaimnya. Nasabah tidak mengetahui dari mana dana

pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi berasal. Nasabah hanya

mengetahui jumlah pembayaran klaim yang akan diterimanya. Berbeda

dengan asuransi syariah, sejak perjanjian awal nasabah sudah diberi

penjelasan bahwasanya sumber dana klaim itu berasal dari dana tabarru’

yang merupakan kumpulan infak para nasabah sebagai dana kebajikan yang

diberikan kepada nasabah yang tertimpa musibah.4

Klaim adalah hak peserta, dan dananya diambil dari tabarru’ semua

peserta. Karena itu, wajib bagi pengelola untuk melakukan proses klaim

secara cepat, tepat dan efisien sebagaimana mestinya. Seperti yang

4

(38)

28

dijelaskan dalam Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman

Umum Asuransi Syariah, bahwasanya ketentuan klaim diantarnya adalah:5

a. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal

perjanjian.

b. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang

dibayarkan.

c. Klaim atas akad tija>rah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan

merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.

d. Klaim atas akad tabarru’, merupakan hak peserta dan merupakan

kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.

Klaim merupakan pembayaran santunan yang dilakukan oleh perusahaan

jika peserta mengalami risiko. Jenis klaim asuransi jiwa syariah terbagi

menjadi empat jenis,6 yaitu:

a. Klaim karena kontrak habis, perusahaan akan memberikan santunan

kepada peserta yang telah menyelesaikan kontrak dalam

pembayaran premi, yaitu berupa tabungan beserta hasil keuntungan

investasi.

b. Klaim kesehatan, perusahaan akan membayar biaya pemulihan

kesehatan peserta, baik itu santunan untuk rawat inap, biaya operasi,

obat-obatan dan biaya perawatan lain sesuai akad yang sudah

disepakati.

5

http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=fatwa, diakses pada tanggal 10 Januari 2017.

6

(39)

29

c. Klaim kecelakaan, diberikan kepada peserta jika mengalami

kecelakaan, baik yang mengakibatkan cacat tetap maupun tidak.

d. Klaim meninggal, perusahaan akan menyerahkan santunan peserta

yang meninggal dunia kepada ahli waris dengan besar santunan

sesuai akad sebelumnya. Ahli waris tidak hanya mendapatkan

santunan sesuai dengan akad yang dijanjikan, tetapi juga berhak

mendapatkan tabungan peserta beserta hasil keuntungan dari

investasi (dengan catatan peserta memiliki akad mud{a>rabah{ atau

sistem tabungan).

2. Prosedur Pengajuan Klaim

Secara umum prosedur klaim pada tiap perusahaan asuransi itu hampir

sama, baik asuransi syariah atau konvensional. Adapun yang membedakan

dari masing-masing perusahaan adalah kecepatan dan kejujuran dalam

menilai suatu klaim. Dalam penentuan apakah perusahaan harus membayar

atau menolak suatu klaim, penilai mengikuti prosedur penyelesaian klaim

dengan empat langkah pokoksebagai berikut:7

a. Pemberitahuan Klaim

Segera setelah peristiwa yang sekiranya membuat tertanggung

mengalami musibah, tertanggung atau pihak yang mewakilinya segera

melaporkan kepada penanggung. Laporan lisan harus dipertegas dengan

laporan tertulis. Pada tahap awal ini tertanggung akan mendapat

7

(40)

30

petunjuk lebih lanjut mengenai apa yang harus dilakukan oleh

tertanggung, dan dokumen apa yang harus dilengkapi oleh tertanggung.

Kondisi ini diterapkan untuk memungkinkan pengelola mengambil

tindakan apa yang diperlukan mengenai klaim yang muncul. Nasabah

dapat memberitahukan klaim baik secara personal kepada pengelola

maupun melalui otoritas atas namanya seperti pengacara, broker, atau

agen.

b. Bukti Klaim

Peserta yang mendapat musibah diminta menyediakan fakta-fakta

yang utuh dan bukti-bukti yang diharuskan perusahaan, karena pada

prakteknya masing-masing perusahaan mempunyai kebijakan sendiri

dalam menentukan dokumen bukti klaim yang dibutuhkan. Untuk tujuan

ini, penting bagi peserta yang mendapat musibah untuk menyerahkan

klaim tertulis dengan melengkapi form permohonan klaim. Penting juga

penuntut untuk melengkapi dokumen-dokumen yang diajukan

sebagaimana yang dipersyaratkan secara standar dalam industri asuransi

di Indonesia.

c. Penyelidikan

Setelah laporan yang dilampiri dengan dokumen pendukung

diterima oleh penanggung, selanjutnya dilakukan analisa administrasi.

Misalnya, mengenai apakah premi sudah dibayar atau belum. Apabila

(41)

31

melakukan survei lapangan atau menunjuk independent adjuster, jika hal

itu diperlukan.

d. Penyelesaian Klaim

Setelah terjadinya kesepakatan mengenai jumlah penggantian sesuai

peraturan perundangan yang berlaku, diisyaratkan bahwa pembayaran

klaim tidak boleh lebih 30 hari sejak terjadi kesepakatan tersebut.8

B. Maqa>s}id Shari>’ah 9

1. Pengertian Maqa>s}id Shari>’ah

Maqa>s}id shari>’ah terdiri dari dua unsur kata, pertama kata maqa>s}id,

maq}a>s}id adalah bentuk jama’ takthi>r yang bentuk mufrad-nya adalah maqs}ad

yang berarti tujuan atau tempat yang dituju.10 Kata yang kedua, shari>’ah

yang berarti jalan menuju sumber air (al-mawa>d{i’ tah}dar ila> al-ma>’ ).11 Jalan

menuju air bisa dikatakan sebagai jalan menuju ke arah sumber kehidupan.

Jadi secara etimologi, Maqa>s}id shari>’ah adalah sesuatu tujuan untuk datang

menuju tempat sumber air sebagai sarana kebutuhan kehidupan pokok

manusia, dan dengan air tersebut seseorang akan hidup tenang, merasa

nikmat, dan menyegarkan tubuh.12

8

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General (Jakarta: Gema Insan Press, 2004), 261-262.

9

Maqa>s}id shari>’ah, maqa>s}id ash-sha>ri’ dan al-maqa>s}id ash-shar’iyyah adalah ketiga istilah sinonim (bermakna sama). Dalam praktiknya, para ulama sering menggunakan istilah hikmah dan makna, kedua istilah tersebut juga bermakna maqa>s}id al-shari>’ah.

10

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Yogyakarta: PP Krapyak, 2000), 1209.

11

Ibn Manzur al-Afriqi, Lisan al-Arab, Jld. Ke 8 (Beirut: Dar al-Sadr, tt.), 175.

12

(42)

32

Secara konseptual, maqa>s}id shari>’ah adalah tujuan atau rahasia yang

ditetapkan oleh Sha>ri’ (pembuat hukum) pada setiap hukum dari

hukum-hukum syariah. Maqa>s}id shari>’ah berarti sebagai tujuan akhir yang ingin

dicapai oleh syariah dan merupakan rahasia-rahasia di balik setiap ketetapan

hukum-hukum syariah. Sedangkan tujuan syariah adalah untuk membawa

manusia mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat

(maslah{ah).13

Menurut Dr. Oni Syahroni dan Ir. Adiwarman A. Karim, maqa>s}id

shari>’ah adalah memenuhi hajat manusia dengan cara merealisasikan

maslahatnya dan menghindarkan mafsadah dari mereka. 14 Sedangkan

menurut Satria Effendi M. Zein, maqa>s}id shari>’ah adalah tujuan Allah dan

Rasul-Nya dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan itu dapat

ditelusuri dalam ayat-ayat alquran dan hadith sebagai alasan logis bagi

rumusan suatu hukum yang berorientasi kepada kemaslahatan manusia.15

Imam al Shatibi memaparkan hasil penelitian para ulama terhadap

ayat-ayat alquran dan hadith, bahwa hukum-hukum yang disyariatkan Allah itu

untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, baik di dunia maupun di

akhirat. Dengan demikian, mustahil Allah menurunkan hukum tanpa tujuan

tertentu, dan tujuan tersebut adalah untuk manusia.16 Tujuan dari adanya

13

Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif Maqashid Asy-Syariah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), 125.

14

Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqashid Bisnis & Keuangan Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 3.

15

Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana, 2005), 233.

16

(43)

33

konsep maqa>s}id shari>’ah ada tiga, yaitu membina setiap individu agar

menjadi sumber kebaikan bagi orang lain, menegakkan keadilan dalam

masyarakat baik sesama muslim ataupun non muslim, dan merealisasikan

kemaslahatan.17

2. Konsepsi Maqa>s}id Shari>’ah

Mayoritas ulama us}u>l membagi kemaslahatan menjadi dua macam,

kemaslahatan akhirat yang dijamin oleh akidah dan ibadah, sedangkan yang

kedua adalah kemaslahatan dunia yang dijamin oleh muamalah.18 Tetapi

dalam pembahasan ini, tidak ditemukan korelasi yang mengharuskan untuk

memperhatikan pembagian ini, karena pada hakekatnya segala hal yang

terkait dengan akidah, ibadah, dan muamalah dalam syariat Islam menjamin

segala kemaslahatan umat baik di dunia maupun di akhirat.

Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep maslah{ah. Dalam

kamus bahasa Indonesia maslahat berarti sesuatu yang mendatangkan

kebaikan (keutamaan).19 Maslah{ah digunakan pada sesuatu yang dianggap

sebagai perbuatan yang mengandung kemaslahatan. Kemaslahatan manusia

yang menjadi tujuan syara’ dihasilkan dari penelitian (istiqro’) terhadap

alquran dan hadith. Menurut Imam al Shatibi, ada dua aspek ketentuan

hukum yang merupakan bentuk pemeliharaan kemaslahatan manusia, yaitu

17 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 223-225. 18

Muhammad Said Romadlon al Buthi, Dowabit al Maslahah fi al Syariah al Islamiyah (Beirut: Dar al Muttahidah, 1992), 71.

19 Departemen Pendidikan dan Budaya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,

(44)

34

aspek positif (ija>biyah) dan aspek negatif (salbiyah).20 Sebab inti dari

maqa>s}id shari>’ah adalah mencegah kerusakan dan mendatangkan

kemanfaatan.21

Para ulama salaf dan khalaf bersepakat bahwa setiap hukum syariah

pasti memiliki alasan (‘illah) dan juga ada tujuan (maqa>s{id)

pemberlakuannya. Tujuan dan alasannya adalah untuk membangun dan

menjaga kemaslahatan manusia.22 Jadi, satu titik awal yang harus digaris

bawahi adalah maqa>s}id shari>’ah bermuara pada kemaslahatan. Bertujuan

untuk menegakkan kemaslahatan manusia sebagai makhluk sosial, yang

mana ia harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri dan pada akhirnya nanti

pada Allah. Shari>’ah diturunkan untuk dilaksanakan sesuai dengan

maqa>s{id-nya agar kehidupan yang adil dapat ditegakkan, kebahagiaan sosial dapat

diwujudkan, dan ketenangan dalam bermasyarakat dapat dipertahankan.23

3. Perwujudan al-Kulliyyah al-Khams

Imam al Shatibi menjelaskan ada 5 (lima) bentuk maqa>s}id shari>’ah atau

yang biasa disebut al-kulliyyah al-khams (lima prinsip umum). Kelima

prinsip tersebut merupakan misi yang harus dilindungi dalam upaya untuk

mencapai kemaslahatan. Atas dasar itu pula al Shatibi menyimpulkan:24

20

Kuat Ismanto, Asuransi Perspektif..., 126.

21

Ibid., 152.

22

Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Persepektif Maqa>shid al-Syari>’ah (Jakarta: Kencana, 2014), 44.

23

Ibid., 45-46.

24

(45)

35

‚Maslah{ah adalah memenuhi tujuan Allah SWT. Yang ingin dicapai pada setiap makhluknya. Tujuan tersebut ada 5 (lima), yaitu melindungi agamanya, jiwanya, akalnya, keturunannya dan hartanya. Standarnya, setiap usaha yang merealisasikan lima maqa>s{id tersebut, maka itu termasuk maslah{ah. Dan sebaliknya setiap usaha yang menghilangkan lima maqashid tersebut, maka temasuk mad{arat.‛

Untuk memperjelas substansi dan ragam maqa>s}id diatas, berikut

penjelasannya:

a. Memelihara Agama (h{ifz{ al-di>n)

Agama adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh manusia supaya

martabatnya terangkat lebih tinggi dari martabat makhluk lain, untuk

memenuhi hajat rohaninya. Dalam Islam, prinsip utama dalam

kehidupan manusia adalah Allah Swt.25Tiga aspek penting agama

menghendaki pelaksanannya yang sempurna yakni, akidah, syariah serta

akhlak adalah aspek yang selalu terkait satu sama lainnya.

Ketauhidan seseorang tidak akan nampak nyata jika tidak

terlaksananya syariah, begitu juga dengan akhlak sebagai perangai

kemuliaan manusia. Perintah untuk menyembah Allah sama halnya

dengan mematuhi semua perintahNya dan menjauh seluruh

laranganNya.26 Oleh karena itu, pengakuan iman, pengucapan kalimat

25

Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), 3.

26

(46)

36

syahadat, pelaksanaan salat, puasa, haji, dan memertahankan kesucian

agama, merupakan bagian dari aplikasi pemeliharaan agama.27

b. Memelihara Jiwa (h{ifz{ al-nafs)

Letak kemaslahatan jiwa adalah adanya rasa aman dalam jiwa, rasa

aman yang tidak merusak badan. Perwujudan perlindungan jiwa sebagai

aspek positif (ija>biyah) diantaranya mengkonsumsi makanan yang sehat

untuk mempertahankan hidup. Perwujudan kemaslahatan jiwa juga bisa

dilakukan dari aspek negatif (salbiyah), cara kerjanya seperti melakukan

penolakan maupun pencegahan dari hal-hal yang akan merusak raga.

Oleh karenanya Islam melarang pembunuhan, penganiyaan, dan pelaku

pembunuhan tersebut diancam dengan hukum qis{a>s{ (hukum setimpal).28

c. Memelihara Akal (h{ifz{ al ‘Aql)

Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah manusia

diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dibanding dengan

makhluk lain, karena manusia dianugerahi Allah dengan adanya akal.

Oleh karena iu, akal perlu dipelihara, dan yang merusak akal harus

dihindarkan. Aplikasi pemeliharaan akal ini antara lain larangan minum

minuman yang memabukkan (khamr), karena minuman tersebut dapat

merusak akal dan menghilangkan fungsi akal manusia.

27

Anita Marwing, Komunikasi Kultural Antar Umat Beragama dalam Perspektif Maqashid Syariah (Studi Kearifan Lokal Pela Gandong), Al Ahkam, Vol. 5, No. 2 (Desember, 2015), 125.

28

(47)

37

d. Memelihara Keturunan (h{ifz{ an-nasl)

Persoalan keturunan di dalam Islam menjadi perhatian penting,

termasuk juga dalam maqa>s}id shari>’ah. Persoalan ini di atur di dalam

pernikahan sebagai aspek positif (ija>biyah) guna melestarikan keturunan.

Dalam aspek negatif (salbiyah), Islam melarang perzinaan dan

menetapkan tata cara pernikahan. Salah satu tujuan dari disyariatkannya

pernikahan adalah untuk melindungi keturunan, karena makna penting

dari perlindungan keturunan adalah tetap terjaganya keturunan yang

berkualitas dari bahaya kepunahan.

e. Memelihara harta (h{ifz{ al-ma>l)

Harta merupakan salah satu aspek al-kulliyyah al-khams yang harus

dilindungi oleh syariah. Meskipun pada dasarnya harta milik Allah

tetapi manusia memiliki hak kepemilikian dan kewajiban untuk

mengelolanya dengan baik. Harta merupakan salah satu kebutuhan inti

dalam kehidupan, dimana manusia tidak akan bisa terpisah darinya.

29

‚Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia‛ 30

Manusia termotivasi untuk mencari harta demi menjaga

eksistensinya dan demi menambah kenikmatan materi dan religi. Namun,

semua motivasi itu dibatasi dengan tiga syarat yaitu harta yang

dikumpulkannya dengan cara halal, dipergunakan untuk hal-hal yang

29

Alquran, 18:46.

30

(48)

38

halal, serta dari harta itu harus dikeluarkan hak Allah dan hak

masyarakat yang berhak menerimanya.

Islam memperbolehkan umatnya untuk menjalankan semua jenis

muamalah sebelum adanya dalil yang mengharamkannya dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu, bentuk

perekonomian seperti jual beli, rahn, mud}a>rabah, musha>rakah, dan

lain-lainnya menjadi halal.

Nilai kemaslahatan harta dalam Islam terletak pada terjaganya harta

dari kerusakan, kepunahan, maupun gangguan dari orang lain, seperti

pencurian dan perampokan. Aplikasi kemaslahatan harta antara lain

perolehan, pengelolaan, pendistribusian harta haruslah sesuai dengan

syariat Islam. Pemeliharaan harta juga bisa dengan pengaplikasian

pengharaman jual beli yang mengandung unsur riba, spekulasi tinggi,

g{arar (penipuan), maisir (judi) dan lain sebagainya.

Perlindungan harta yang baik itu tampak dalam dua hal berikut: 31

Pertama, memiliki hak untuk dijaga dari para musuhnya baik dari

tindakan pencurian, perampasan atau tindakan lain memakan harta

orang lain (baik dilakukan kaum muslimin atau non muslim) dengan cara

yang ba>t{il, seperti merampok, menipu, atau memonopoli.

Kedua, harta tersebut dipergunakan untuk hal-hal yang mubah,

tanpa ada unsur mubazir atau menipu untuk hal-hal yang dihalalkan

31

(49)

39

Allah. Maka harta ini tidak dinafkahkan untuk kefasikan, minuman

keras, dan berjudi.

Dalam mewujudkan kelima pokok tersebut, ulama us{u>l fiqh

mengkategorikannya dalam beberapa tingkatan sesuai dengan kualitas dan

kebutuhannya. Tiga kategori tersebut antara lain:

a. Al-D{aru>riyyah (Kebutuhan Primer), yaitu keharus-harusan yang

harus ada demi kelangsungan hidup manusia. D{aru>riyyah juga

merupakan keadaan dimana suatu kebutuhan wajib untuk dipenuhi

dengan segera, jika diabaikan maka akan menimbulkan suatu

bahaya yang berisiko pada rusaknya kehidupan manusia. Apabila

semua aspek al-kulliyyah al-khams terwujud, maka tercapai suatu

kehidupan yang mulia dan sejahtera di dunia dan akhirat, atau

dalam ekonomi Islam biasa dikenal dengan istilah fala>h{.32

b. Al-H{a>jiyyah (Kebutuhan Sekunder), yaitu sesuatu itu dibutuhkan

bagi kelangsungan kehidupan manusia. H{a>jiyyah juga didefinisikan

sebagai keadaan dimana jika suatu kebutuhan tersebut dapat

terpenuhi, maka akan menambah value kehidupan manusia. Hal

tersebut bisa menambah efisiensi, efektivitas, dan value added (nilai

tambah) bagi kehidupan manusia.33

c. Al-Tah{si>niyyah (Kebutuhan Tersier), yaitu ketiadaan hal-hal

dekoratif-ornamental ini tidak akan menghancurkan tujuan d{aru>ri>,

32

Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi IslamPerspektif Maqa>shid al-Syari>’ah (Jakarta: Kencana, 2014), 67.

33

(50)

40

tetapi kehadirannya akan memperindah pencapaian d{aru>ri>. 34

Tah{si>niyyah juga didefinisikan sebagai kebutuhan yang tidak

mengancam eksistensi salah satu dari al-kulliyyah al-khams dan

tidak pula menimbulkan kesulitan jika tidak dipenuhi.35

Terpenuhinya tiga kepentingan diatas, akan menyempurnakan

kehidupan manusia. Manusia yang bisa memenuhi kepentingan primer maka

kehidupannya tidak akan mengalami kehancuran. Bila ia mampu memenuhi

kepentingan sekunder maka hidupnya akan mengalami kesulitan. Sedangkan

bila ia mampu memenuhi kebutuhan tersier maka ia akan mengalami

kesempurnaan dalam hidupnya.36 Dengan demikian, jelaslah bahwa tujuan

diturunkannya syariat Islam adalah untuk kepentingan, kebahagiaan,

kesejahteraan, dan keselamatan umat manusia di dunia dan akhirat.

C. Kepercayaan

1. Pengertian Kepercayaan

Ketika seorang nasabah mempercayakan untuk menitipkan

kelebihan dananya kepada suatu lembaga, maka lembaga harus mampu

menjaga kepercayaan tersebut. Kepercayaan adalah kekuatan

pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang

dibuat konsumen bahwa produk mempunyai objek, atribut, dan

34

Anita Marwing, Komunikasi Kultural antar Umat Beragama dalam Perspektif Maqashid Syariah (Studi Kearifan Lokal Peta Gandong), Al Ahkam, Vol. 5, No. 2 (Desember, 2015), 125.

35 Sukmawati Assaad, Kehujjahan Maqashid Al-Syariah, Al Ahkam, Vol. 5, No. 2 (2015), 238. 36

Gambar

 Gambar 3.1
  Gambar 2.2 Runtutan Penutupan Polis
 Gambar 2.3
Tabel 3.1  Minimum Kontribusi Dasar
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan anestesi spinal telah aktif dalam usaha mengurangi kejadian sakit kepala postspinal. Mengurangi ukuran jarum spinal telah memberi dampak signifikan

1) Dalam hal perencanaan penilaian sikap pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MIS Hidayatul Muhajirin Palangka Raya, guru merumuskan indikator pembelajara,

Untuk mengetahui lebih jauh tentang keberadaan kecerdasan spiritual (SQ) yang sudah bekerja secara efekftif atau bahwa SQ itu sudah bergerak ke arah perkembangan yang

penyimpanan bahan makanan pada RSUD Ungaran sudah sesuai dengan aturan

Hasil penentuan aktivitas antioksidan dengan DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gendola mempunyai daya aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan

Penelitian bertujuan melihat bagaimana model kepemimpinan kepala sekolah kelas menengah muslim Yogyakarta dalam upaya meningkatkan, mengembangkan dan menjaga mutu lembaga

Dari Tabel di atas terlihat bahwa hanya satu koefisien yang lebih kecil dari 0,49 yaitu GKT2 dan GKT3 memiliki nilai koefien yang negative atau memiliki hubungan negative,

memadai, sesuai dengan observawai peneliti di kantor Badan Lingkungan Hidup bahwa kantor tidak adanya pembaharuan gedung dan terkesan jelek. Hal ini juga menjadi