• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA BIJI- BIJIAN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA BIJI- BIJIAN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA BIJI- BIJIAN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

1

Nijma Hidayati,

2

I Komang Sudarma,

3

I Wayan Romi Sudhita

1

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja,Indonesia e-mail:

1

hnijma@gmail.com,

2

darma_to@yahoo.co.id,

3

romisudhita@yahoo.com

Abstrak

Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini mengenai rendahnya perkembangan fisik motorik terutama pada fisik motorik halus anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus anak setelah diterapkan metode demonstrasi berbantuan media biji-bijian pada anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 10 orang anak TK pada Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang perkembangan motorik halus dikumpulkan dengan metode observasi dan instrumen berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus dengan penerapan metode demonstrasi pada siklus I sebesar 57,5% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,5% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terdapat peningkatan perkembangan motorik halus pada anak setelah diterapkan metode demonstrasi berbantuan media biji-bijian sebesar 25%.

Kata kunci: metode demonstrasi, media biji-bijian, perkembangan motorik halus

Abstract

The Problems that got to research this about its low of development physical motorik especially to physical motorik soft of child. This Research have go to to to know development leveling motorik soft of child after to be applied method demonstration have assist of media of the seeds to B group children the second semester or the academic Year Lesson 2013/2014 in TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura district of Karangasem Karangasem Regency. This research Type is the class action research that to be executed in two cycles. Research Subjek this is 10 child's people TK to B group children the second semester or the academic Lesson 2013/2014. Research Data about motorik's development soft to be collected with observation method and facy instrument. Research result Data be analyzed with to use it the statictic analysiical method descriptive and method the quantitative descriptive analysiical. Data analysiical Result show that happen leveling motorik's development soft with method implement demonstration to cycle I as big as 57,5% that be to low category obviously to undergo leveling to cycle II become 82,5% that grouped to high category. So, got development leveling motorik soft to child after to be applied method demonstration have assist of media of the as big as seeds 25%

key Word: demonstrating method, media of the seeds, motorik's development soft

(2)

PENDAHULUAN

Anak Usia Dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersamaan dengan golden age (masa emas). Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Di masa peka,kecepatan pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mecapai 50 persen dari keseluruhan perkemangan otak anak selama hidupnya. Artinya, golden age merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya.

Di indonesia usia dini disepakati antara 0-6 tahun.

Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berabagai bentuk layanan dan bantuan orang dewasa, dari kebutuhan jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pertumbuhan sebagai peletakan dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai nilai, norma, serta harapan masyarakat. Dalam kegiatannnya, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) memiliki prinsip yang mendasari pendidikan Anak Usia Dini. Pertama, bersifat holistik dan terpadu. Kedua, berbasis keilmuan.

Ketiga, berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Keempat, berorientasi kepada masyarakat (Aisyah, dkk 2011).

PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak- anak usia dini. NAEYC (National Association for The Education of Young Children), mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD. NAEYC (Dalam Aisyah, dkk 2011).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Undang-Undang, 2003). Sedangkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Pasal 28 ayat 2 menyatakan bahwa “ Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Disamping itu sudah ada standar PAUD (Permen Diknas no. 58 tahun 2009 yang menjelaskan tentang PAUD dilihat dari umur 0-2 tahun masuk dalam tempat penitipan anak, 2-4 tahun kelompok bermain, dan 4-6 tahun masuk dalam kategori taman kanak-kanak.

Perkembangan pada anak usia dini mencakup perkembangan fisik motorik, nilai moral agama, kognitif, sosial emosional dan bahasa. Anak usia dini sering dikatakan sebagai anak emas (golden age). Pada masa ini seorang anak memiliki potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan yang ada pada dirinya. Perkembangan dalam suatu aspek dapat bersifat membatasi atau mendukung perkembangan pada aspek lainnya seperti perkembangan fisik dan motorik.

Misalnya, perkembangan fisik motorik anak dalam hal kematangan alat-alat ucap (artikulator),akan memudahkan anak dalam perkembangan bahasa khususnya dalam pengucapan berbagai kosakata.

Sebaliknya, ketika anak sedang fokus untuk belajar berjalan maka perkembangan bicaranya seolah-olah terhenti sejenak. Selain kematangan (keadaan individu dalam perkembangan sepenuhnya yang ditandai oleh kemampuan aktual), perkembangan fisik motorik dapat dioptimalkan dengan memberikan berbagai intervensi, seperti pemberian gizi yang baik, pemenuhan berbagai kebutuhan fisik anak dan memberikan pelatihan terhadap kemampuan anak (Aisyah, dkk 2011)

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 bahwa “Tujuan Pendidikan Taman Kanak- kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral, fisik/motorik, kognitif, bahasa, serta sosial emosional kemandirian”.

Kemampuan motorik merupakan perkembangan unsur kematangan pengendalian gerak dan tubuh. Proses perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Menurut Hildayani, dkk 2007 Perkembangan motorik anak, baik motorik kasar maupun motorik halus berbeda-beda pada anak sesuai dengan karakteristik dan tingkat kecerdasan masing-masing anak, oleh karena itu pemahaman tentang karakteristik anak didik dalam proses belajar harus dikuasai oleh guru agar mampu melaksanakan pembelajaran yang

(3)

menarik ,sehingga merangsang anak didik untuk gemar belajar dan perkembangan motorik anak dapat meningkat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas yang mengajar di kelompok B TK Bhayangkari 7 Amlapura Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem diperoleh informasi bahwa hasil belajar pada perkembangan motorik halus kelompok B masih sangat rendah. Data persentase perkembangan motorik halus anak di TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem pada semester I sebesar 49,16%.

Data persentase tersebut membuktikan bahwa tingkat keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran khususnya dalam perkembangan motorik halus masih kurang.

Disamping itu kegiatan pembelajaran dalam memahami konsep-konsep yang berlangsung masih belum memenuhi peningkatan untuk aspek perkembangan motorik khususnya motorik halus anak. Sehingga kegiatan pembelajaran belum mencapai tujuan perkembangan anak. Berdasarkan observasi tersebut bahwa hambatan yang sering ditemui ataupun dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah ketepatan untuk mengerjakan kegiatan menempel, cara anak dalam menerima pembelajaran yang diterangkan guru, kurang tepatnya anak dalam mengkoordinasikan mata dan tangan saat melakukan kegiatan menempel, menulis, ataupun mewarnai gambar.

Metode dalam kegiatan pembelajaran khususnya di TK, memiliki peranan yang cukup penting untuk menciptakan suasana kelas yang aktif kreatif dan menyenangkan.

Menurut Sujiono (2007:7.2) “metode adalah cara menyampaikan/ mentransfer ilmu yang tepat sesuai dengan anak usia TK sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara/jalan/alat yang digunakan oleh guru maupun orang tua untuk melakukan hubungan dengan siswa/anak dalam penyampaian pesan pelajaran agar tercapai tujuan yang diharapkan.

Jenis-jenis metode yang terdapat dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut. “1) metode bermain, 2) metode pemberian tugas, 3) metode demonstrasi, 4) metode Tanya jawab, 5) metode mengucapkan syair, 6) metode percobaan/eksperimen, 7) metode berbicara, 8) metode karyawisata, dan 9) metode dramatisasi” (Sujiono, 2007:7.5).

Salah satu metode yang dapat diberikan pada anak usia dini adalah metode metode demonstrasi. Karena metode demonstrasi merupakan cara belajar yang cepat dicontoh anak. Karena dengan metode demonstrasi para guru akan memperagakan langsung pembelajaran yang akan di berikan, sehingga anak akan lebih mudah mengerti

Metode demontrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuaan melihat dan mendengarkan yang diikuti denga meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Metode demonstrasi dapat juga dikatakan sebagai suatu metode untuk mempergakan serangkaian tindakan berupa gerakan yang menggambarkan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa/kejadian.

Menurut Musfiroh, (2012)Agar anak dapat meniru contoh perbuatn yang didemonstrasikn guru, ada beberapa hal penting yag harus diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai berikut.

(1), Sesuatu yang ditunjukkan dan dilakukan guru harus dapat diamati secara jelas oleh anak. Oleh karna itu sebaiknya menggunakan media berukuran besar dan kegiatan harus dapat diulang secara perlahan-lahan. (2), Penjelasan guru harus dapat didengar denga jelas. Intonasi suara guru hendaknya tepat dan menarik sehingga anak tidak bosan. (3), Demonstrasi harus diikuti dengan kegiatan anak utuk menirukan apa yang telah ditunjukkan dan dilakukan guru. Guru perlu memperhatikan anak-anak yang mengalami kesulitan dalam meniru apa yang dicontohkan guru.

Menurut Musfiroh, (2012) Tujuan metode demonstrasi adalah memberikan pengalaman belajar melalui penglihatan dan pendengaran.

Dalam menetapkan tujuan demonstrasi guru mengidentifikasikan perbuatan-perbuatan apa yang akan diajarkan kepada anak dalam pernyataan-peryataan yang spesifik dan operasioanl (teknis). Dalam menetapkan tema yang dekat dengan kehidupan anak, menarik dan menantang aktivitas belajar anak.

Aspek perkembangan anak di TK dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, apabila ditunjang dengan adanya alat permainan atau media yang mendidik bagi anak. Seorang pendidik perlu memahami kriteria-kriteria pemilihan media agar dapat membantu perkembangan anak secara optimal, baik fisik maupun psikis.

Menurut Gerlach (dalam Sanjaya, 2006:161) “secara umum media meliputi orang,bahan peralatan,atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan anak

(4)

didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap”.

Media pendidikan sangat berperan penting dalam perencanaan dan pelakasanaan secara sistematis. Media sendiri adalah orang, benda atau kejadian yang menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Salah satu media yang digunakan dala proses pembelajaran adalah media dengan menggunakan biji-bijian.

Anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu di fasiltasi oleh orang dewasa termasuk para orang tua dan para guru. Anak dapat belajar atau mengenal apa saja tanpa adanya paksaan dari pihak orang tua dan guru dan selalu dalam pengawasan orang tua. Termasuk didalamyna pembelajaran sains pada anak. Belajar sains sejak dini dimulai dengan memperkenalkan alam dengan melibatkan lingkungan untuk memperkaya pengalaman anak. Menurut Supriharyanti,dkk (2013:13) pendidik bisa menggunakan biji-bijian untuk melakukan pembelajaran kepada anak. Dengan menggunakan biji-bijian pendidik mulanya bisa mengenalkan macam-macam biji-bijian yang ada di lingkungan sekitar anak.

Dari beberapa kegiatan pembelajaran yang mendukung peningkatan perkembangan motorik halus pada anak, seperti menggambar bebas, mewarnai, menggunting, menempel, meronce dsb. Peneliti menggunakan kegiatan menempel dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Menurut Suryani,(2012) Menempel Merupakan salah satu kegiatan yang menunjang perkembanan seni anak usia dini khususnya pada perkembangan fisik motorik anak yang lebih tepatnya fisik motorik halus anak. Seni pada anak-anak lebih dari pada sekedar mebuat objek atau melukis gambar.

Melalui seni anak dapa mengekspresikan pikiran, perasaan, individualitas dan menggambarkan dunia mereka sendiri.

Seni adalah kesempatan dimana anak

dapat menggunakannya utuk

mengkomunikasikan dan menyampaikan ide-ide tentang dirinya sendiri serta dunianya dan harapan untuk bekerja dengan cara mereka sendiri. Adapun penyajian seni dibagi menjadi seni dua dimensi dan tiga dimensi. Pada kesempatan ini peneliti akan mebahas sedikit mengenai Seni dua dimensi khusunya pada seni menempel.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan suatu penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Biji-Bijian untuk

Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Kemala Bhyangkari 7 Amlapura Kecamatan Karangasem Kabupaten Karngasem”.

Atas dasar penentuan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka pada penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. “Apakah Metode Demonstrasi Berbantuan Media Biji-Bijian Dapat Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B di TK Kemala Bhyangkari 7 Amlapura Tahun Pelajaran 2013/2014?”.

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura tahun pelajaran 2013/2014 setelah menerapkan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Biji- Bijian.

METODE

Penelitian ini tergolong jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Agung, (2012:2) menyatakan “PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional”. Menurut Wardhani, (2009:1.4) “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang dimunculkan di kelas untuk memperbaiki praktik pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura Kecamatan Karangasem Kabupaten karangasem pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014 pada anak kelompok B. Subjek penelitian ini sebanyak 10 orang anak dengan 6 orang anak laki-laki dan 4 orang anak perempuan.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan tahapan yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

(5)

Model penelitian tindakan kelas (PTK) dapat di gambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk 2012:16)

Pada tahap perencanaan tindakan dilakukan kegiatan, Menyamankan persepsi dengan guru mengenai penerapan metode demonstrasi dengan media biji-bijian, menyiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan RKH. Menyiapkan media biji-bijian yang di gunakan sesuai dengan tema yang digunakan. Menyusun instrumen penelitian yaitu format penilaian observasi.

Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dalam suatu penelitian diperlukan metode tertentu untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah metode observasi. Menurut Agung (2012:61) menyatakan, “metode Observasi suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu”.

Metode observasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data tentang perkembangan motorik halus pada anak, pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan metode demonstrasi berbantuan media biji-bijian.

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikatagorikan kedalam kualitas yang sesuai dengan pedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu, 1) bintang ( ) belum berkembang, 2) bintang ( ) mulai berkembang, 3) bintang ( ) berkembang sesuai harapan, dan 4) bintang ( ) berkembang sangat baik.

Instrumen yang di perlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah PTK, dalam penelitian ini data yang diperlukan dari hasil adalah perkembangan motorik halus pada anak.

Berikut ini kisi-kisi instrument penelitian penerapan metode demonstrasi melalui media biji-bijian untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak.

Tabel 01 kisi-kisi Instrumen Perkembangan Motorik Halus Pada Anak

Variabel Indikator

Perkembangan Motorik Halus Berbantuan Media Biji-Bijian

1. Membuat/menempel gambar dengan berbagai media /biji

2. Membuat berbagai bunyi dengan berbgai media/

biji membentuk irama

3. Permainan warna dengan berbgai media (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repuplik indonesia Nomer 58, 2009)

Setelah data dalam penelitian terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data.

Dalam menganalisis data ini di gunakan yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Dalam Buku Metodologi Penelitian dinyatakan bahwa “Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti:

distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi

untuk menggambarkan suatu objek atau variabel tertentu sehingga di peroleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67).

Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung modus, c) menghitung median, d) menghitung SIKLUS I Pelaksana

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaa

Pengamatan

?

Perencanaan

Refleksi

(6)

angka rata-rata (mean), e) menyajikan data ke dalam grafik polygon.

Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya

perkembangan bahasa anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan

Patokan (PAP) skala lima.

Tabel 02 Pedoman Konversi Skala Lima tentang Perkembangan Motorik Halus Pada Anak

Persentase Kriteria Perkembangan

Motorik Halus 90-100

80-89 65-79 55-64 0-54

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Apabila dalam proses kegiatan pembelajaran anak-anak mampu mendapatkan nilai tinggi berupa bintang yang berjumlah empat ( ), maka anak-anak tersebut sudah mampu dan kemampuan motorik halus terutama dalam motivasi dan kekreatifan pun meningkat. Dan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II yang di ukur melalui kriteria PAP Skala Lima. Yakni presentase mencapai 80-89 yang bisa dikatakan kriteria hasil belajar tinggi, maka pembelajaran telah mencapai kriteria keberhasilan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem, dengan jumlah anak sebanyak 10 orang. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari tanggal 7 April sampai 12 Mei 2014. Kegiatan penelitian tersebut

dilaksanakan dalam dua siklus, dimana masing- masing siklus dilakukan 6 kali pertemuan.

Pertemuan pada minggu pertama dan minggu kedua adalah untuk proses pembelajaran ( memberikan tindakan) dan pertemuan pada minggu ke tiga dilakukan evaluasi. Data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan perkembangan motorik halus dalam ketepatan anak melalui kegiatan menempel.

Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut Data yang dikumpulkan yaitu penerapan metode demonstrasi berbantuan media biji- bijian untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan

metode yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut.

0 1 2 3 4

5 6 7 8 9

fr e k u e n si ( f)

Skor (X)

Perkembangan Motorik Halus

Grafik 1. Grafik Polygon Data Perkembangan Motorik Halus anak TK Kemala Bhayangkari pada Siklus I.

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo = Me < M, (6 = 6 < 6,9)

sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data aspek perkembangan motorik halus pada

Siklus I merupakan kurva juling positif.

Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor perkembangan motorik halus pada anak kelompok B semester II di TK Kemala Bhayangkari Tahun Pelajaran 2013/2014 cenderung rendah. Berdasarkan rata-rata persentase, Nilai M% = 57,5% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 3.5 berada pada tingkat penguasaan 55-69% yang berarti bahwa

(7)

perkembangan motorik halus anak berada pada kriteria rendah.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I adalah sebagai berikut.

(1). Banyak anak yang tidak fokus dalam kegiatan pembelajaran. Anak masih asik dengan teman sebayanya untuk bermain. Hal ini disebabkan karena guru kurang membimbing dan mendampingi anak saat kegiatan pembelajaran berlangsung. (2)Anak belum terbiasa dengan adanya guru baru yang mengajar. Sehingga anak masih malu-malu dan cenderung diam. (3). Kemampuan anak dalam menempel dengan tepat dalam satu kelas belum merata, sehingga anak yang mempunyai tingkat kemampuan lebih suka mengganggu temannya.

Adapun solusi yang diberikan untuk mengatasi kendala pada siklus I sebagai berikut, Membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran serta memberikan stimulus untuk memotivasi siswa agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai bintang pada lembar tugasnya.

Nilai yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang diberikan selain itu bisa juga diberikan sebuah reward seperti memberikan anak pujian jika anak mampu melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik. Melakukan penedekatan dengan anak, agar anak mulai terbiasa dengan adanya guru baru. Memberikan arahan kepada anak yang memiliki kemampuan yang lebih untuk mengajarkan anak yang kemampuannya masih kurang

Siklus II dilakukan sama seperti siklus I. Data perkembangan motorik halus pada penelitian siklus II disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung modus, c) menghitung median, d) menghitung angka rata-rata (mean), e) menyajikan data ke dalam grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau Mean dengan model PAP skala lima.

.

0 1 2 3 4 5

8 9 10 11 12

fr ek u en si ( f)

Skor (X)

Perkembangan Motorik Halus

Grafik 2. Grafik Polygon Data Perkembangan Motorik Halus Anak kelas B TK Kemala Bhayangkari pada Siklus II.

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo > Me > M, (11 > 10

> 9,9 ), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data aspek perkembangan motorik halus pada Siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor perkembangan motorik halus pada anak kelompok B semester II di TK Kemala Bhayangkari Tahun Pelajaran 2013/2014 pada kriteria Cenderung Tinggi.

Nilai M% = 82,25% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat pada tabel 3.7 berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa perkembangan motorik halus anak berada pada kriteria tinggi.

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut.

(1). Secara garis besar proses pembelajaran di kelompok B dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan. Hal ini disebabkan karena guru sudah membimbing dan mendampingi anak ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

Selain itu terlihat perolehan bintang (****) pada anak di siklus II lebih banyak dibandingkan perolehan bintang (****) di siklus I. (2). Siswa yang awalnya kurang aktif dan tidak fokus dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran menjadi aktif dan fokus dalam kegiatan pembelajaran. (3). Pemberian motivasi pada anak selalu diberikan apabila ada anak yang belum bisa mengerjakan tugas yang diberikan pada saat kegiatan. Pemberian reward juga dilakukan bagi anak yang mampu melakukan dan menyelesaikan tugasnya dengan baik.

(8)

Secara umum proses pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi dengan berbantuan media biji-bijian melalui kegiatan menempel untuk meningkatakan perkembangan motorik halus sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata nilai perkembangan motorik halus dari sikus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode demonstrasi berbantuan media biji-bijian ternyata dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan motorik halus pada anak dapat diuraikan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase perkembangan motorik halus pada anak kelompok B semester II di TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem pada siklus I 57,5% dan rata-rata persentase perkembangan motorik halus pada anak kelompok B semester II di TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem pada siklus II sebesar 82,5%, ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan motorik halus pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 25% dan berada pada kriteria tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, penerapan metode demonstrasi berbantuan media biji-bijian dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak sehingga mencapai kriteria tinggi, tetapi karena adanya keterbatasan waktu baik dari pihak peneliti maupun pihak sekolah maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya untuk mencapai kriteria sangat tinggi.

Terjadinya peningkatan perkembangan motorik halus pada anak saat penerapan metode demonstrasi dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebabkan oleh rasa tertarik anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru sehingga kemampuan anak dalam perkembangan motorik halusnya semakin meningkat dan kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Penerapan metode demonstrasi dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak didik. Metode demonstrasi merupakan suatu cara mengajar yang dicirikan melalui bermacam-macam bentuk kegiatan yang

memberikan kesenangan atau kepuasan pada anak yang bersifat nonserius.

Hal ini sependapat dengan Muhibbin Syah (2000), menyebutkan bahwa : “Metode Demonstrasi adalah metode mengajar dengan

cara memperagakan

barang,kejadian,aturan,dan urutan melakkan suatu kegiatan,baik secara langsung maupun melalu penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan”.

Penerapan metode bermain dalam penelitian ini dibantu dengan media biji- bijian.Media biji-bijian merupakan salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak.

Menurut Supriharyanti,dkk (2013:13) pendidik bisa menggunakan biji-bijian untuk melakukan pembelajaran kepada anak.

Dengan menggunakan biji-bijian pendidik mulanya bisa mengenalkan macam-macam biji- bijian yang ada di lingkungan sekitar anak

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas mengenai penerapan metode demonstrasi berbantuan media biji-bijian dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura, Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem, dan oleh karenanya metode pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura, Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan motorik halus pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian perkembangan motorik halus 57,5%

menjadi 82,5% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Dengan demikian penerapan metode demonstrasi berbantuan media biji- bijian dapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Kemala Bhayangkari 7 Amlapura, Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem.

Sehingga dinyatakan bahwa hasil penelitian ini mampu mencapai target yang di harapkan

(9)

peneliti yaitu penelitian ini di harapkan mampu meningkatkan kemampuan penguasaaan belajar anak mencapai 80-89 % dengan kriteria tinggi atau aktif.

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada siswa disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih kreatif, dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak.

Kepada guru disarankan dalam mengembangkan pembelajaran untuk anak di harapkan dapat mengembangkan pembelajaran yang bervariasi dengan metode yang tepat dan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar pada proses pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kreativitas anak dan perkembangan kemampuan anak.

Kepada mahasiswa lulusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, agar selalu inovatif dalam hal menerapkan metode pembelajaran sehingga dapat dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kepada peneliti lain, disarankan Bagi peneliti lain, hal- hal yang belum tercapai dalam penelitian ini agar bisa disempurnakan dalam penelitian selanjutnya, karena pencapaian perkembangan motorik halus dalam penelitian ini baru tercapai pada kriteria tinggi. Oleh karena itu diharapkan kepada peneliti lain untuk mengoptimalkan pembelajaran dalam bidang perkembangan motorik halus dengan menggunakan metode serta media pembelajaran yang tepat agar tercapai hasil yang optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.

Aisyah, Siti. dkk. 2011. Pengembangan Dan Konsep Dasar pengembangan Anak Usia Dini.Jakarta:Universitas Terbuka Arikunto Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Dhieni, Nurbiana. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Unversitas Terbuka.

Djamarah dan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin: Rineka Cipta.

Gunarti, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hildayani,Rini.dkk. 2007. Psikologi

Perkembangan Anak.

Jakarta:Universitas

Terbuka.http://riau.kemenag.go.id/file/

dokumen/uuno23tahun2003perlindung ananak.pdf. (diakses pada tanggal 4 februari 2014).

Khasanah,dkk. (2011). ”Permainan Tradisional Sebagai Media Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Usia Dini”. Volume 1, Nomor 1. (hlm. 91-103)

Musfiroh, Tadkiroatun. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk.Tangerang Selatan:Universitas Terbuka

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomer 58 Tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan.Jakarta:Kencana

Prenada Media.

Sujiono Yuliani Nurani, dkk. 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta.

Universitas terbuka.

Supriharyanti, Dwi.dkk. 2013. Makananku Sehat

dan bergizi Tema

9.Klaten.PT.Intan Pariwara Suryani, Alinini. 2012. Peningkatan Motorik

Halus Anak Melalui Mengisi Pola Gambar Dengan Daun Kering Di TK ANDESSA PARIAMAN: Jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Padang

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional RI.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Tersedia pada.

Wardhani, I GAK dan Kuswaya Wihardit. 2009.

Penelitiian Tindakan Kelas. Jakarta:

Universitas Terbuka

(10)

Zaman Badru, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gambar

Gambar  1.  Rancangan  Penelitian  Tindakan  Kelas (Arikunto, dkk 2012:16)
Tabel 02 Pedoman Konversi Skala Lima tentang Perkembangan Motorik Halus Pada Anak
Grafik  2.  Grafik  Polygon  Data  Perkembangan  Motorik  Halus    Anak  kelas  B  TK  Kemala Bhayangkari pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah membimbing dan memberi contoh kepada anak agar dapat mengerjakan tugasnya secara mandiri

Kelemahan ini yang menyebabkan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media mozaik untuk meningkatkan perkembangan motorik halus

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan melipat kertas (origami) dapat meningkatkan

Dalam situasi hukum perundang-undangan yang mengatur tentang Hukum Pidana, dimana bersifat elitis, maka apabila penerapan hukum perundang-undangan dilakukan dengan menggunakan

Hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Damayanti dan Tridahus (2015) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari

Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang menggunakan capaian perkembangan

terletak pada pola interaksi. Metode drill memposisikan guru sebagai subjek dan siswa sebagai objek, sehingga interaksi yang terjadi hanya antara guru dan siswa. Pada

Tujuan survei ini adalah untuk memperoleh informasi tentang perilaku terkait dengan penggunaan napza dan perilaku seks penasun yang telah dijangkau atau memanfaatkan layanan