• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017 ISSN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

1

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example And Non Example Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran TIK Kelas VII SMP Negeri 5 Tejakula

I Gede Sadhu Gunawan1, Ketut Agustini2, I Made Ardwi Pradnyana3 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha

Email : 1215051182@undiksha.ac.id1, ketutagustini@undiksha.ac.id 2, ardwi.pradnyana@undiksha.ac.id3 Abstrak - Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) perbedaan

hasil belajar antara menggunakan model pembelajaran Example And Non Example dan model pembelajaran konvensional kelas VII di SMP Negeri 5 Tejakula, (2) Untuk mengetahui respon siswa terhadap pengaruh model pembelajaran Example And Non Example terhadap hasil belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Tejakula.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan Post Test Only With Non Equivalent Control Group Design.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes pilihan ganda untuk mengukur ranah kognitif. Data hasil belajar dianalisis melalui uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas dengan hasil 2 kelompok berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji hipotesis yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran Example And Non Example dan konvensional.

Sedangkan untuk respon menggunakan metode angket. Hasil analisis angket model Example And Non Example diketahui 94%

respon sangat positif, 6% respon positif dan tidak ada siswa yang memiliki respon cukup positif.

Kata-kata kunci : Example And Non Example, hasil belajar, dan respon siswa

Abstract - This research aimed to know (1) The influenced about the result of students’ study used Example And Non Example learning model And conventional learning in second grade at junior high school 5 Tejakula (2) Knowing students responses to influenced Example And Non Example learning model to students learning result in second grade at junior high school 5 Tejakula.

Kind of this research was quasi experiment by Post Test Only with Non Equivalent Control Group Design. The data accumulation done by multiple choice tests to measured cognitive domain and skill test to psychomotor domain. The students’ result study analyzed by prerequisite test was normality test and homogeneity by the result of the two group which normal distribution and homogeneous, continued by hypothesis it means there are significant influenced in the used of Example And Non Example, and conventional.

Meanwhile, the respond of used questionnaire method, the result of Example And Non Example questionnaire known 94% very positive responses, 5% positive responses and there are students have a sufficient positive responses.

Keywords : Example And Non Example, the study result, students’

respond

I. PENDAHULUAN

Dalam era global, teknologi dan ilmu pengetahuan telah menyentuh segala aspek pendidikan sehingga informasi lebih mudah di peroleh, tetapi hendaknya menjadikan anak lebih aktif berpartisipasi sehingga melibatkan intelektual dan emosional siswa dalam proses belajar. Keaktifan di sini berarti fisik secara aktif dan tidak terfokus pada suatu sumber informasi yaitu guru.

Keberhasilan tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik pengetahuan, pemahaman, penalaran, keterampilan, nilai dan sikap, selain itu keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran terletak pada kemampuan mereka mengelola belajar, kondisi belajar, dan membangun struktur kognitifnya pada bangunan pengetahuan awal, serta mempresentasikannya secara benar. Salah satu hal penting yang mutlak harus dipikirkan dengan matang oleh seorang dalam mencapai tujuan pembelajarannya adalah menentukan model pembelajaran yang tepat. Untuk memberi materi pelajaran kepada siswa-siswanya dengan efektif maka seorang pendidik harus menerapkan sebuah model pembelajaran yang efektif pula.

Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran adalah bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita dan berceramah. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya

(2)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

2

tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah.

Disamping itu, media jarang digunakan dalam pembelajaran sehingga pelajaran menjadi kering dan kurang bermakna [1].

Akibatnya bagi guru melakukan pembelajaran tidak lebih hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Asal tugasnya sebagai guru dalam melakukan perintah yang terjadwal sesuai dengan waktu yang telah dilaksanakan tanpa peduli apa yang telah diajarkan itu bisa dimengerti atau tidak.

Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SMP Negeri 5 Tejakula pada kurikulum KTSP. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan perluasan dari TI dengan menggabungkan konsep Teknologi Komunikasi dalam Teknologi Informasi. Hal ini disebabkan oleh begitu kuatnya keterikatan antara Teknologi Informasi dengan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai pengertian dari dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, mempunyai pengertian luas yang meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi mempunyai pengertian segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala aspek yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media menggunakan teknologi tertentu. Salah satu peralatan TIK yang sangat diperlukan dalam berbagai bidang antara lain komputer [2].

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tegas sekali disampaikan dalam UU Sisdiknas tersebut bahwa tujuan dari diselenggarakannya pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Berkaitan dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru TIK di SMPN 5 Tejakula, dalam melakukan proses pembelajaran di dalam kelas maupun di laboratorium sekolah guru masih cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional atau pembelajaran langsung, hasil dari wawancara sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi berfikirnya terutama pada level kognitif tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi, melainkan bergerak pada level kognitif rendah saja seperti pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

Tabel.1 Rata-rata nilai uts siswa kelas VII SMPN 5 Tejakula

Kelas Nilai Rata- rata UTS

Jumlah

Siswa Tuntas Tidak

Tuntas

VII A 61.71 37 7 28

VII B 63.34 35 9 26

VII C 65.00 35 9 26

Total siswa 106 25 80

Berdasarkan table diatas, rata-rata nilai terlihat masih rendah, hal ini diduga karena siswa kurang memahami dan sulit menguasai konsep-konsep komputer dan masih banyaknya siswa yang nilai hasil belajarnya masih rendah. Dari hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti terlihat guru lebih sering menggunakan model pembelajaran Direct Instruction sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi berfikirnya terutama pada level kognitif tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi, melainkan bergerak pada level kognitif rendah saja seperti pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

Melihat permasalahan di atas, diperlukan satu alternatif untuk memecahkan permasalahan pada proses pembelajaran TIK tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang memiliki karakteristik sesuai dengan keinginan siswa . Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya . Model pembelajaran yang dipilih harus bisa mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Example And Non Example adalah tipe model pembelajaran bagian dari Kooperatif Learning. Model pembelajaran Example And Non Example dipilih karena karakteristiknya sesuai dengan permasalahan di sekolah juga sesuai dengan keinginan siswa, yaitu siswa lebih suka belajar secara berkelompok dan siswa lebih suka berdiskusi dengan temannya daripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru, dengan berdiskusi atau berkelompok siswa lebih leluasa bertukar pikiran dan bertanya dengan teman kelompoknya tentang hal yang belum mereka pahami.

Model pembelajaran Example and Non Example dipilih, karena melihat dari karakteristik model pembelajaran ini yang hampir sama, dan harapkan dapat memberikan solusi terhadap masalah yang ada dilapangan. Model pembelajaran Example and Non Example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran yang mana siswa akan diberikan contoh gambar oleh guru yang berkaitan dengan materi, dan juga contoh gambar yang tidak ada kaitannya dengan materi yang disampaikan, dan melalui contoh gambar yang ditampilkan, siswa akan menganalisa gambar tersebut secara berkelompok. Dari hasil analisa siswa, maka guru mulai mengarahkan siswa pada konsep materi yang

(3)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

3

disampaikan. Model pembelajaran ini dapat menggeser penerapan model pembelajaran konvensional (metode cermah) menjadi suatu metode baru yang dapat mengupayakan siswa lebih aktif dan kritis dalam berfikir, sehingga siswa tidak diposisikan sebagai penerima materi yang pasif.

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai.

Siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan gambar adalah suatu model pembelajaran yang merupakan suatu inovasi yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar TIK untuk mempercepat suatu pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan penjelasan mengenai masalah-masalah yang telah diuraikan sebelumnya, kiranya peneliti menemukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan, yaitu model pembelajaran Example and Non Example yang dikaitkan dengan hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini akan membantu peneliti untuk dapat menstimulus kemampuan dan keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan- pertanyaan di dalam kelas sehingga siswa dapat belajar lebih baik dan mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan memberi judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example And Non Example Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Tik Kelas VII Smp Negeri 5 Tejakula.”

II. KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok- kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.[3] Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar [4]. mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

pembelajaran koopratif memiliki ciri-ciri sebagai berikut [5]:

a. Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki tinggi, sedang, dan rendah.

c. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,, suku, jenis kelamin berbeda–beda berkembang individu.

Agar pembelajaran terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi tersebut. Kemudian diminta mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saatnya tes akhir harus diusahakan agar siswa tidak bekerja sama pada saat mengerjakan tes. Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan Model pembelajaran kooperatif adalah : Meningkatkan siswa, meningkatkan percaya diri, menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang ada dan memperbaiki hubungan antar kelompok. Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif adalah memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya dalam kelompok akan terjadi kesenjangan sehingga usaha kelompok tidak berjalan semestinya.

1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Dalam mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi [3]. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang pro-akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:

1. Meningkatkan hasil belajar akademik

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.

2. Penerimaan terhadap keragaman

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.

3. Pengembangan ketrampilan sosial

(4)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

4

Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.

2. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif

Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut [5].

a. para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka

“ tenggelam atau berenang bersama”.

b. para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam zmempelajari materi yang dihadapi.

c. para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d. para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

e. para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Roger dan David mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut [6].

1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif) Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok.

Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok.

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri–ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota) Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam

pencapaian tujuan siswa harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.

5) Group processing (pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.

B. Model Pembelajaran Examples Non Examples

Santoso mengemukakan Model examples non examples adalah model yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh- contoh gambar yang disajikan [8].

Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk dikripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar. Penggunaan model pembelajaran examples non examples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa.

Model ini biasa digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah.

Strategi yang diterapkan dari model ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan dua

(5)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

5

hal yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada, yaitu berupa: (1) Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan (2) Non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Gambar juga mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, yakni untuk mempermudah dan membantu siswa dalam membangkitkan imajinasinya dalam belajar. Selain itu dengan mengggunakan gambar siswa dapat melatih mencari dan memilih urutan yang logis sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian dalam Model Pembelajaran Examples And Non Examples tercakup teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini menyatakan siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan- aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan segala sesuatu untuk dirinya, berusahadengan susah payah dengan ide-ide [3]. Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut [9].

Examples And Non Examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, persentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi [4]. Model Pembelajaran Example Non Examples menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

Penggunaan Model Pembelajaran Examples And Non Examples ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa.

Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah

seperti ; kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa Examples And Non Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.

1. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Example And Non Example

Kelebihan dari model Examples And Non Examples antara lain [10]:

a) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.

b) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari examples dan non examples.

c) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.

Kelemahan dari model Examples And Non Examples antara lain [10]:

a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

b) Memakan waktu yang lama C. Hasil Belajar

Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil belajar harus harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku melalui stimulus respon [11].

Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran.

Salah satu ahli mengemukakan, “hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan” [12]. Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya [7]. Penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran merupakan implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (SNP). Penetapan SNP membawa implikasi terhadap model dan 12 teknik penilaian pembelajaran yang

(6)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

6

mendidik. Perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran mencakup penilaian eksternal dan internal.

Langkah perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran mencakup rencana penilaian proses pembelajaran dan rencana penilaian hasil belajar peserta didik. Rencana penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran merupakan rencana penilaian yang akan dilakukan oleh guru untuk memantau proses kemajuan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan.

Faktor penting lainnya yang harus diperhatikan adalah faktor pemilihan model pembelajaran yang menarik untuk siswa, dengan model pembelajaran yang menarik dan tepat dapat meningkatkan minat belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Variasi cara mengajar pun perlu untuk diperhatikan, sehingga mengurangi tingkat kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran.

Selain faktor pemilihan model, factor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa, dan faktor yang ada diluar diri siswa. Faktor internal berasal dari dalam diri anak bersifat biologis, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang sifatnya dari luar diri siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, akan dijabarkan sebagai berikut.

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi faktor psikologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi psikologis. Faktor psikologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah. Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar.

Faktor-faktor tersebut diantaranya:

a) Adanya keinginan untuk tahu

b) Agar mendapatkan simpati dari orang lain.

c) Untuk memperbaiki kegagalan.

d) Untuk mendapatkan rasa aman.

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.

a) Faktor yang berasal dari orang tua

Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah endidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada pula

kekurangannya. Tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe- tipe diatas. Karena orang tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam. Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.

a) Faktor yang berasal dari sekolah

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.

b) Faktor yang berasal dari masyarakat

Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan metode angket.

Metode test ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas VII. Dalam penelitian ini dilakukan test pada 2 kelompok kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang disebut dengan post-test.

Metode angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode angket atau kuisioner yang digunakan untuk menghimpun data-data dengan menggunakan daftar pertanyaan dan pilihan yang sudah disediakan oleh peneliti.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

(7)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

7

dan kualitatif. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik inferensial untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk pupolasi dimana sampel diambil. Kemudian data kualitatif dianalisis dengan memberi makna terhadap deskripsi data uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas, serta uji hipotesis.

Uji normalitas menggunakan analisis Chi-Square, Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F, sedangkan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan uji t.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian pembahasan ini dibahas lebih lanjut mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh. Hasil penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik yang mengungkap pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Example And Non Example dan Kovensional, kemudian variabel terikatnya adalah hasil belajar mata pelajaran TIK. Sebelum ditentukannya anggota sampel untuk penelitian ini, terlebih dahulu ditentukan anggota populasinya.

Anggota populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Tejakulayang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas VII A berjumlah 37, kelas VII B berjumlah 35, dan kelas VII C berjumlah 37.

Data penelitian dari 72 anggota sampel yang terdiri dari 35 siswa dikelas eksperimen dengan model pembelajaran Example And Non Example, 37 siswa dikelas kontrol, didapatkan hasil bahwa rata-rata posttest hasil belajar TIK yang dicapai siswa pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Example And Non Example adalah 38,37, rata-rata posttest pada kelompok kontrol adalah 34,49. Dengan demikian, rata-rata posttest hasil belajar TIK pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Example And Non Example lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.

Perhitungan normalitas dan homogenitas kedua kelas memiliki data yang normal dan homogen, berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, di peroleh bahwa distribusi data dari kedua kelas normal, dimana hasil perhitungan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran Example And Non Example memperoleh Xhitung sebesar 8,008, sedangkan pada kelas kontrol memperoleh Xhitung sebesar 5,280 dengan Xtabel sebesar 11,070, karena Xhitung dari kedua kelas lebih kecil dari Xtabel maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data dari kedua kelas normal. Sedangkan dari uji homogenitas yang telah dilakukan diperoleh bahwa varians antara kelas eksperimen model pembelajaran Example And Non Example,

dan kelas kontrol homogen, dimana diperoleh nilai Fhitung

sebesar 1,00 dengan Ftabel sebesar 1,74, karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel makadapat dinyatakan bahwa varians dari kedua kelas homogen.

Setelah diketahui bahwa sebaran data pada kedua kelas normal, kemudian varians dari kedua kelas homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan rumus Uji T dimana dari perhitungan tersebut memperoleh Fhitung sebesar 3,809 dengan Ftabel sebesar 1,67, karena Fhitung lebih besar dari

Ftabel maka hipotesis yang telah diajukan diterima yang artinya

terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran Example And Non Example dan model pembelajaran Konvensional, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yaitu rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Example And Non Example lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran Konvensional.

Hasil belajar kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Example And Non Example pada pokok bahasan Simulasi Digital, ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (38,37> 34,49). Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran Example And Non Example yang mampu untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan, dengan cara memanfaatkan unsur yang ada pada siswa, suasana serta lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Dalam model pembelajaran Example And Non Example.

Selanjutnya untuk menentukan model pembelajaran yang lebih tinggi dilihat dari rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 2. Nilai rata-rata hasil belajar

Model Pembelajaran Rata-rata Example And Non Example 38,37

Konvensional 34,49

Berdasarkan tabel 2 rata-rata diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen dengan model pembelajaran Example And Non Example sebesar 38.73, dan kelas kontrol dengan model pembelajaran Konvensional sebesar 34,49.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar TIK pada kelompok eksperimen dengan model pembelajaran Example And Non Example lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran Konvensional. Keadaan tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Example And Non Example yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari, karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya.

(8)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

8

Dalam melakukan analisis terhadap respon siswa kelompok eksperimen yang diterapkan Model Pembelajaran Example And Non Example, digunakan angket dalam skala Likert dengan pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dan untuk respon negatif pemberian skor berbanding terbalik dengan item positif.

Angket respon tersebut diberikan kepada siswa kelompok eksperimen pada akhir penelitian untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Example And Non Example, yang telah diberikan pada saat penelitian berlangsung. Hasil yang diperoleh dari angket respon yang disebar pada siswa kelompok eksperimen memiliki jumlah skor respon ratarata sebesar 106,771

Skor rata-rata respon siswa yang dianalisis dengan rumus:

= 3737 35

= 106,771

Total item pernyataan respon adalah 25 item.

Berdasarkan total item tersebut maka ditentukan skor tertinggi ideal adalah 125 dan skor terendah ideal adalah 25.Respon siswa terhadap pembelajaran dikategorikan menjadi 5 yaitu sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif dan sangat kurang positif. Dengan demikian dapat dihitung mean ideal (MI) dan standar diviasi ideal (SDI) adalah :

Mi = 1

2 x (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) = 1

2 x (125+25) = 75.

SDi = 1

6 x (skor maksimal ideal - skor minimal ideal) = 1

6 x (125-25) = 17

Dari mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi), maka didapatkan kategori respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Example And Non Example yang dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3. Kategori Rentang Interval Respon Siswa.

INTERVAL SKOR KATEGORI

94<X Sangat Positif

73<X<94 Positif

52<X<73 Cukup Positif

31<X<52 Kurang

X<31 Sangat Kurang

Berdasarkan hasil perhitungan, data respon siswa yang diperoleh pada akhir penelitian disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Tabel 4. Kategori Data Hasil Respon Siswa

Interval

Skor Kategori Frekuensi Persentase

94<X Sangat Positif 33 94

73<X<94 Positif 2 6

52<X<73 Cukup Positif 0 0

31<X<52 Kurang 0 0

X<31 Sangat Kurang 0 0

Data respon siswa dapat divisualisasikan kedalam bentuk grafik akan tampak seperti Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Respon Siswa

Jadi hasil analisis respon siswa kelompok eksperimen menunjukkan hasil respon yang sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran Example And Non Example dengan presentase sebanyak 33 siswa (94%) merespon sangat positif, 2 siswa (6%) merespon positif, dan tidak ada siswa yang merespon cukup positif, dan yang merespon kurang positif. Hal ini juga ditegaskan dengan sebagian besar siswa yang memilih pernyataan poin ke-3 didalam angket respon siswa yang menyatakan bahwa belajar TIK dengan model pembelajaran Example And Non Example membuat siswa lebih mudah memecahkan masalah dalam pembelajaran.

Selanjutnya terdapat temuan-temuan yang berharga di dalam melakukan penelitian ini. Peneliti menemukan beberapa temuan baik temuan yang bersifat postif, maupun negative.

Temuan tersebut dapat disampaikan sebagai berikut Pertama, sebagai calon tenaga pendidik yang professional melalui penelitian ini dihadapkan dengan berbagai macam karakteristik siswa didalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan membantu peneliti dalam memahami karakteristik setiap siswa untuk mampu mengikuti proses pembelajaran di kelas. Kedua, temuan yang didapatkan selama penelitian ini adalah guru mata

0 50 100

Sangat Positif Positif Cukup Positif Kurang Sangat Kurang

Persentase

Kategori

Respon Siswa Kelompok

Example and Non Example

(9)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

9

pelajaran dalam melakukan penelitian masih sering melewatkan sintaks proses pembelajaran yang diberikan kepada siswa, hal ini tentunya akan mengakibatkan tidak maksimalnya penyampaian materi kepada siswa dengan model pembelajaran yang digunakan, baik menggunakan model pembelajaran konvensional ataupun menggunakan model pembelajaran eksperimen. Temuan ini dapat memberikan informasi kepada peneliti sendiri maupun kepada peneliti yang lain untuk menekankan kembali kepada guru mata pelajaran yang diteliti untuk lebih memahami sintaks model pembelajaran yang digunakan saat melakukaan penelitian.

Ketiga, temuan yang diperoleh peneliti adalah mata pelajaran yang diteliti sangat sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu mata pelajaran TIK dengan model pembelajaran Example And Non Example. Kesesuaian yang dimaksudkan adalah dengan digunakannya model Example And Non Example ini siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menjadi lebih antusias dan bersemangat, selain itu siswa juga lebih memiliki keberanian dalam mengajukan permasalahan ataupun bertanya didalam kelas. Dengan adanya temuan ini maka peneliti dapat menyampaikan bahwa model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan mata pelajaran yang akan ditelliti, hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan secara teoritik dan operasional, kendala-kendala yang dihadapi serta temuan-temuan yang diperoleh selama melakukan penelitian, maka implikasi dari penilitian ini adalah pembelajaran harus berjalan secara efektif dan menyenangkan sehingga pemahaman siswa meningkat yang akan berdampak pada pencapaian hasil belajar yang maksimal dan proses belajar mengajar yang akan menjadi lebih baik. Maka model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan hal tersebut adalah model pembelajaran Example And Non Example.

V. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Adanya pengaruh yang siginifikan dalam penerapan model pembelajaran Exzmple And Non Example terhadap hasil belajar TIK siswa kelas VIII SMP N 5 Tejakula tahun ajaran 2016/2017, yang dapat dilihat dari hasil perolehan thitung sebesar 3,809 dan ttabel

sebesar 1,67. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dari perhitungan yang didapat 3,809 > 1,67 dengan demikian berarti H0 ditolak dan Ha diterima.

Sehingga model pembelajaran Exzmple And Non Example berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar TIK, untuk materi Sistem Operasi siswa kelas VII SMP Negeri 5 Tejakula Tahun Ajaran 2016/2017

yaitu nilai hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai hasil belajar siswa kelompok kontrol.

2. Hasil dari angket respon siswa yang diberikan pada kelompok eksperimen dari penerapan model pembelajaran Exzmple And Non Example adalah

“Sangat Positif” dilihat dari analisis angket respon siswa yang dilakukan menyatakan bahwa belajar system operasi dengan menggunakan model pembelajaran Exzmple And Non Example membuat siswa merasa termotivasi untuk menunjukkan potensi atau kemampuan yang dimilikinya

SARAN

Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Kepada siswa agar nantinya lebih memotivasi diri dan meyakinkan dirinya, bahwa bertanya itu tidaklah salah bertanyalah terkait mata pelajaran yang belum kalian mengerti. Dengan bantuan model pembelajaran Exzmple And Non Example ini akan membantu siswa untuk terbiasa dalam mengajukan permasalahan dan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum dimengerti.

2. Kepada guru mata pelajaran agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajaran Exzmple And Non Example untuk meningkatkan kualitas Nilai Kognitif siswa, karena dengan menggunakan model ini siswa merasa lebih termotivasi untuk menunjukkan potensi atau kemampuan yang mereka miliki sesuai dengan analisis respon siswa yang telah dilakukan.

3. Kepada kepala sekolah selaku pengawas proses pembelajaran disekolah, disarankan untuk mengambil suatu kebijakan untuk memberikan kesempatan kepada para guru-guru disekolahnya untuk mengimplementasikan Model Pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif seperti model pembelajaran Exzmple And Non Example guna meningkatkan hasil belajar siswa dilingkungan SMP Negeri 5 Tejakula.

4. Kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Model pembelajaran Exzmple And Non Example dalam bidang IT maupun bidang ilmu lainnya, agar memperhatikan kendala- kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

REFERENSI

(10)

ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika

(KARMAPATI) Volume 6, Nomor 1, Februari 2017

10

[1] Hamzah, U. B. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Yang Kreatif dan Efektif. Bandung: Bumi Aksara.

[2] Depdiknas. (2007). Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis kompetensi SMA. Jakarta: Depdiknas

[3] Slavin, R. (2008). Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik.

Bandung: Nusa Media.

[4] Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo:

Masmedia Buana Pustaka.

[5] Ibrahim, Muhsin dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:

University Press.

[6] Riadi, Muchlisin. 2012. Pengertian Motivasi Belajar. Diakres [7] Agus, Suprijono, (2009). Cooverative Learning Teori dan Aplikasi

PAIKEM. Yogyakarta Pustaka Pelajar.

[8] Anggita, Irawati, (2013). Keefektifan Model Examples And Non Examples Terhadap Hasil Belajar Materi Pengelolaan Sumber Daya Alam Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Toyareka Purbalingga. Program Study Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNPAK.

[9] Nur M. & Wikandari, P. (2000). Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivistik dalam pengajaran. Universitas Negeri Surabaya.

[10] Kurniadi, Hary. 2010. Model Pembelajaran Examples NonExamples.http://www.papantulisku.com/2010/01/model‐

pembelajaran‐ examples‐ non.html. Diakses 28 Desember 2015.

[11] Sudjana. (2012). Metode Statistika, edisi keenam. Bandung: Tarsito.

[12] Hamalik, O. (2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta:

Bumi Aksara.

[13] Agustini, Ketut. 2011. Pengembangan Simulasi Binary Tree berbasis CAI dalam pembelajaran Matematika Diskrit. Jurnal Teknologi Pendidikan. 13(2): 125-135.

Gambar

Tabel 4. Tabel 4. Kategori Data Hasil Respon Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan secara garis besar bahwa (1) siswa memiliki respon yang baik terhadap pembelajaran kooperatif dengan pengembangan bahan ajar sejarah

Penelitian ini termasuk hukum normatif yaitu penelitian yang membahas hanya bahan pustaka atau data sekunder,yang mungkin mencakup bahan hukum primer,sekunder,tersier yang

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, pengajuan hipotesis dan analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Adanya pengaruh

Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Melakukan Perawatan Personal Computer (PC) khususnya untuk kelas X program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan,

ganda, variabel yang berpengaruh adalah pendidikan orang tua dengan nilai OR= 3,303 artinya siswa berkadar timbal darah tinggi berpeluang 3,3 untuk memiliki tingkat

Muslim dan SDIT Al Hidayah harus menyertakan pendidikan gizi ketika siswa makan dan di dalam kelas yang dilakukan oleh seorang ahli gizi agar konsumsi serat, vitamin A dan vitamin

Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data tersebut normal atau tidak normal terhadap hasil

Kelas VIII G dengan jumlah siswa 31 orang diberikan perlakuan berupa penggunaan metode pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) dan