• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SENYAWA BORAKS YANG TERKANDUNG DALAM MIE MERAH X. Program Studi Farmasi Universitas Sari Mulia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SENYAWA BORAKS YANG TERKANDUNG DALAM MIE MERAH X. Program Studi Farmasi Universitas Sari Mulia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

85 ANALISIS SENYAWA BORAKS YANG TERKANDUNG DALAM

MIE MERAH X

Tuti Alawiyah1, Iwan yuwindry2, Paul Joae Brett Nito

1,2 Program Studi Farmasi Universitas Sari Mulia

3Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Sari Mulia Telepon: 0511-3268105, Fax: 0511-3270134, E-mail:

[email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang : Makanan yang dijajakan sekarang ini tidak terlepas dari zat atau bahan yang mengandung unsur berbahaya dan pengawet misalnya makanan yang mengandung logam berat (Pb, Cd, Hg, Ra, dsb),dan bahan pengawet (boraks, formalin, alkohol) yang berbahaya bagi tubuh

Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah Agar dapat mengetahui apakah boraks terkandung pada mie merah X yang biasa dijual dipasaran dengan menggunakan metode uji nyala api, uji kertas tumerik dan titrasi Asidi Alkalimetri

Metode : Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, metode kuantitatif dilakukan identifikasi uji nyala api dan uji warna kertas,Uji terhadap anion Ba3- Uji dengan BaCl2, sedangkan uji kuantitatif dilakukan dengan uji titrasi asidi alkalimetri

Hasil : Dari hasil uji kualitatif identifikasi uji nyala api dan uji warna kertas,Uji terhadap anion Ba3- Uji dengan BaCl2 menunjukkan hasil yang positif dan kuantitatif sampel uji mengandung boraks dengan % kadar yaitu sebanyak 1,30% boraks yang terkandung didalam sampel uji.

Kesimpulan : Sampel mie X positif mengandung boraks sebanyak 1,30% dan ini tidak boleh digunakan karenaa menurut BPOM boraks sama sekali dilarang penggunaan nya dalam makanan ataupun minuman.

Kata Kunci: Boraks, Mie merah, Kualitatif, Kuantitatif

(2)

86 Abstract

Background: Foods currently sold cannot be separated from substances or ingredients that contain harmful elements and preservatives such as foods containing heavy metals (Pb, Cd, Hg, Ra, etc.), and preservatives (borax, formalin, alcohol) that are harmful to the body

Objective: The purpose of this study was to be able to find out whether borax is contained in red X noodles which are usually sold in the market using the flame test method, turmeric paper test and titration of Asidi Alkalimetry

Method: The method used is qualitative and quantitative, the quantitative method is the identification of the flame test and the colour test of the paper, Test of the Ba3-Test anion with BaCl2, while the quantitative test is carried out with the alkalimetry asidi titration test

Results: From the results of the qualitative test identification of the flame test and the colour test of the paper, the Test of Ba3-anion Test with BaCl2 showed a positive and quantitative result of the test sample containing borax with% content 1.30% borax contained in the test sample

Conclusion: The positive sample of X noodles contains borax as much as 1.30% and this should not be used because according to BPOM it is totally prohibited to use it in food or drink.

Keywords: Borax, red noodles, qualitative, quantitative

(3)

87 Pendahuluan

Makanan berasal dari bahan pangan yang sudah atau tanpa mengalami proses pengolahan. Makanan adalah suatu produk yang di konsumsi manusia baik dalam bentuk bahan mentah, setengah jadi atau jadi, yang meliputi produk-produk industri, restoran, katering, serta makanan tradisional atau jajanan (Afrianti, 2008).

Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik dari perkotaan maupun pedesaan. Keunggulan dari makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya yang cocok dengan selera kebanyakan masyarakat.

Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulankeunggulan, ternyata makanan jajanan juga beresiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis, yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak diizinkan (Anonim, 2005).

Makanan yang dijajakan sekarang ini tidak terlepas dari zat atau bahan yang mengandung unsur berbahaya dan pengawet yang dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Jika suatu bahan makanan mengandung bahan yang sifatnya berbahaya bagi kesehatan, maka makanan tersebut dikategorikan sebagai bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi.

Makanan yang tidak layak dikonsumsi misalnya makanan yang mengandung logam berat (Pb, Cd, Hg, Ra, dsb), mengandung mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh, mengandung bahan pengawet (boraks, formalin, alkohol dsb), serta makanan yang mengandung zat pewarna berbahaya (Rhodamin B, Methanyl yellow atau Amaranth) (Effendi, 2004).

Boraks adalah salah satu bahan pengawet yang banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada beberapa produk makanan, seperti bakso tusuk, jajanan anak sekolah, tahu, dll. Penambahan boraks

(4)

88 bertujuan untuk memberikan tekstur padat,

meningkatkan kekenyalan, kerenyahan, dan memberikan rasa gurih serta bersifat tahan lama terutama pada makanan yang mengandung pati, dan makanan tersebut dapat dengan mudah ditemukan di pasar- pasar tradisional maupun swalayan- swalayan. Padahal konsumsi boraks dalam jangka panjang memiliki efek yang sangat berbahaya seperti depresi sirkular, sianosis, kejang hingga koma. Beberapa penelitian pada hewan melaporkan boraks dengan konsentrasi 6.700 ppm dapat menurunkan kuantitas sperma dan atrofi testis sehingga mengakibatkan terjadinya infertilitas pada pria. Selain itu, juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat, kelainan kutaneus dan retardasi pertumbuhan serta toksisitas pada embrio atau fetus. Tujuan dari penelitian ini adalah Agar dapat mengetahui apakah boraks terkandung pada mie merah X yang biasa dijual dipasaran dengan menggunkan metode uji nyala api, uji kertas tumerik dan titrasi Asidi Alkalimetri.

Bahan dan Metode

Pengambilan sampel yang di lakukan dengan metode purposive. Sambel mie habang diambil dilokasi satelite dengan ciri- ciri mie habang yang memiliki tekstur kekenyalan tinggi, tidak mudah untuk dipotong manual dan penampilan dasar dari sampel tersebut sangat menarik.

Alat – alat yang digunajan dalam penelitian yaitu : Labu Ukur, Erlenmeyer, Batang pengaduk, Spatula, Kaca arloji, Kertas Saring, buret, statif dan klem, gelas ukur, pipet voleme, timbangan analitik, tabung reaksi, corong pisah.

Prinsip kerja dalam identifikasi dan penetapan kadar boraks dalam mie habang di kota Banjarmasin dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif, metode kuantitatif dilakukan identifikasi uji nyala api dan uji warna kertas,Uji terhadap anion Ba3- Uji dengan BaCl2, sedangkan uji kuantitatif dilakukan dengan uji titrasi asidi alkalimetri Metode Uji nyala api

Uji nyala api merupakan uji yang dilakukan dengan bantuan kawat Nikel yang sudah di

(5)

89 bersihkan, adapun prosedur uji nyala api

adalah:

a. Timbang 50 mg sampel yang sebelumnya sudah di haluskan dan dikeringkan

b. Tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat dan 2 ml methanol, bakar larutan sampel (warna hijau menunjukkan sampel (+) mengandung boraks)

c. Bakar larutan sampel, apabila berwarna hijau artinya sampel

mengandung borat

Metode Uji kertas turmerik

a. Kurang lebih 5 g sampel di gerus masukkan ke kurs porselin

b. Tambahkan 5 ml Natrium Karbonat 10

% dan aduk rata

c. Diuapkan diatas tangas air samai kering atau mengering

d. Dimasukkan ke dalam tanur dan dipijarkan

e. Setelah dingin tambahlan 5 ml air panas

f. Tambahkan HCl 5 ml

g. Saring sampai dapat filtratnya

h. Kertas tumerik celupkan ke dalam filtrat

i. Jika berwarna merah maka positif mengandung boraks (depkes,1993) Metode uji terhadap anion Ba3-

a. Timbang 25 mg sampel, larutkan dengan 2 ml aquadest

b. Tambahkan 1 ml AgNO3, akan terjadi endapan putih

c. Panaskan hasil reaksi, jika endapan berubah menjadi hitam artinya sampel (+) mengandung boraks.

Metode Uji dengan BaCl2

a. Timbang 25 mg sampel, larutkan dengan 2 ml aquadest

b. Tambahkan 1 ml BaCl2, jika terjadi endapan putih artinya sampel (+) mengandung boraks.

Metode Uji Titrasi Asidi Alkali a. Menimbang asam oksalat sebanyak

0,31 g larutkan dalam 50 ml aquadest (titrat)

b. Ambil 10 ml NaOH, masukkan dalam Erlenmeyer + 3 tetes indikator PP

(6)

90 c. Titrasi dengan asam oksalat sampai

TAT (warna pink seulas menjadi bening), lakukan 2 x replikasi dan hitung Normalitas NaOH

d. Timbang 25 mg sampel dan larutkan dalam 25 ml aquadest

e. Masukan larutan dalam Erlenmeyer + 3 tetes indicator PP titrasi dengan NaOH sampai TAT

Hasil

Pemeriksan kualitatif pada borang menunjukan hasil positif pada identifikasi Uji nyala api, ini ditandai dengan adanya warna hijau pada kawat identifikasi dan munjukkan bahwa sampel tersebut mengandung boraks.

Tabel a. Hasil Uji Nyala Api

No Perlakuan Hasil

01 Sampel + H2SO4 P + Metanol bakar

Api berwarna hijau (+)

Uji warna pada kertas tumerik dengan cara membuat kontrol positif untuk membandingkan hasil uji pada sampel, hasil yang didapatkan yaitu sampel menunjukkan sedikit warna merah kecoklatan, sama dengan

kontrol posistif yang dibuat yaitu berwarna merah kecoklatan, artinya sampel (+) mengandung boraks.

Tabel c. Hasil Uji Warna Kertas Tumerik

No Bahan Hasil

01 Kontrol uji merah kecoklatan 01 Sampel uji merah kecoklatan (+)

Gambar hasil uji kertas

Uji terhadap anion Ba3- dilakukan dengan dua cara, pertama 25 mg sampel dilarutkan dengan 2 ml aquadest kemudian ditambahkan 1 ml AgNO3 menghasilkan endapan putih, kemudian dibakar endapan berubah menjadi hitam yang menunjukkan sampel (+) mengandung boraks, kedua 25 mg sampel dilarutkan dengan 25 ml air kemudian ditambahkan BaCl2 1 N menghasilkan endapan putih yang menunjukkan sampel (+) mengandung boraks.

Tabel c. Hasil Uji Warna Kertas Tumerik

No Bahan Hasil Foto

(7)

91 01 Uji dengan

BaCl2 1 N

Endapan putih

02 Uji dengan AgNO3

Endapan hitam setelah dibakar

1. Titrasi Asam-Basa a. Standarisasi NaOH

Dik : Replikasi 1 = 10,3 ml Replikasi 2 = 9,9 ml - Replikasi 1 : V1 x N2 = V2 x N2

10,3 ml x N1 = 10 ml x 0,1 N N1 = 10 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁

10,3 𝑚𝑙 = 0,097 N

Replikasi 2 : V1 x N2 = V2 x N2 9,9 ml x N1 = 10 ml x 0,1 N N1 = 10 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁

9,9 𝑚𝑙 = 0,1 N

Rata-rata = 0,097 N + 0,1 = 0,098 N 2

b. Penetapan Kadar Boraks pada Sampel Uji

Dik : Vtitran =3,5 ml Ntitran = 0,098 N BE = 190,685

Berat sampel = 50 mg

% b/b = 𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝐸

𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%

= 3,5 𝑚𝑙 𝑥 0,098 𝑁 𝑥 190,685

50 𝑚𝑔 x 100%

= 1,30%

Pembahasan

Analisis terhadap sampel makanan yang diduga mengandung bahan kimia natrium tetraborat atau yang lebih dikenal dengan nama boraks. Seperti yang kita ketahui, boraks merupakan senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk membuat deterjen atau antiseptik. Natrium tetraborat atau boraks, menurut BPOM sendiri boraks sama sekali dilarang penggunaan nya dalam

makanan ataupun minuman.

Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan kerusakan namun akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi terus akan menyebabkan mal fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan tubuh.

Penggunaan boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, demam, anuria, dan dalam jangka panjang akan menyebabkan radang kulit merangsang SPP, apatis, depresi, slanosis, pingsan, kebodohan dan karsinogen, bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh sebab itu berdasarkan peraturan Menteri

(8)

92 Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88

dilarang menggunakan boraks sebagai bahan campuran dan pengawet makanan.

Boraks beracun terhadap semua sel, bila tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada SSP, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama ekskresi. Ginjal merupakan organ paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan orang lain.

Dosis fatal untuk dewasa 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g (Simpus, 2005). Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya boraks dalam makanan secara kualitatif, dan apabila sampel makanan positif mengandung boraks, dilakukan uji kuantitatif untuk mengetahui kadar boraks yang terkandung dalam makanan tersebut. Dalam hal ini, sampel yang digunakan adalah sampel mie merah yang didapat dari komplek satelit.

Analisis diawali dengan preparasi sampel mie merah yang didapat. Preparasi sampel diawali dengan menggerus sampel, kemudian di panaskan di atas api bunsen dengan cawan penguap hingga sampel benar- benar kering. Analisis yang pertama

dilakukan adalah analisis kualitatif yaitu dilakukan uji nyala api dengan cara sebanyak 50 mg sampel yang telah dikeringkan, ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat dan 2 ml methanol kemudian bakar larutan sampel, hasil yang didapatkan yaitu positif mengandung boraks karena nyala api pada sampel yang dibakar berwarna hijau. Uji kualitatif yang kedua yaitu uji terhadap ion Ba3+ , pertama sampel di timbang sebanyak 25 mg kemudian dilarutkan dalam 2 ml aquadest dan ditambahkan 1 ml BaCl 1N, hasil yang didapatkan juga positif mengandung boraks karena terdapat endapan berwarna putih didalam sampel uji setelah direaksikan dengan BaCl 1N, selanjutnya sampel di timbang sebanyak 25 mg kemudian dilarutkan dalam 2 ml aquadest dan ditambahkan 1 ml AgNO3 maka akan membentuk endapan putih, kemudian larutan dipanaskan, hasil yang didapatkan juga positif mengandung boraks karena endapan setelah dipanaskan menjadi warna hitam.

Uji warna dengan kertas tumerik (kertas kunyit), pertama-tama dilakukan

(9)

93 pembuatan kertas tumerik dengan cara

menghaluskan kunyit sampai menghasilkan cairan kemudian celupkan kertas saring pada cairan kunyit dan keringkan. Kedua membuat kontrol positif dengan cara 1 dendok teh boraks dilarutkan dalam aquadest sampai benar-benar larut, teteskan pada kertas tumerik yang sudah dikeringkan dan amati perubahan warna dan jadikan perbandingan pada sampel uji, hasil warna kertas tumerik sebagai control uji yaitu berwarna merah kecoklatan. Ketiga sebanyak 50 mg sampel dolarutkan dalam 6 ml aquadest, kemudian teteskan pada kertas tumerik yang sudah dikeringkan, hasil yang didapatkan kertas tumerik sampel uji berwarna sedikit merah kecoklatan, hasil kontol uji dengan hasil sampel sama-sama menunjukkan perubahan warna merah kecoklatan, namun pada kertas sampel uji lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol uji.

Hasil yang positif pada sampel uji selanjutnya dilakukan uji kuantitatif untuk menentukan kadar boraks yang terkandung pada sampel uji. Pertama-tama dilakukan

standarisasi NaOH dengan cara 0,2 gram sampe dilarutkan dalam 50 ml aquadest sebagai titrat, kemudian 0,31 gram asam oksalat dilarutkan dalam 50 ml aquadest sebagai titran. Ambil 10 ml NaOH, masukkan kedalam Erlenmeyer tambahkan 3 tetes indikator PP kemudian titrasi dengan asam oksalat hingga mencapai TAT, perubahan warna dari pink seulas menjadi bening, dilakukan 2 kali replikasi kemudian dihitung normalitas NaOH, selanjutnya dilakukan penetapan kadar boraks dengan cara 50 mg sampel dilartkan dalam 25 ml aquadest, masukkan kedalam Erlenmeyer tambahkan 3 tetes indikator PP kemudian titrasi dengan NaOH hingga mencapai TAT, perubahan warna dari pink bening hingga ungu seulas.

Selanjutnya dilakukan perhitungan penetapan kadar boraks dengan rumus %b/b dan didapatkan hasil 1,30% kadar boraks yang terdapat didalam sampel mie merah.

Dari hasil uji kualitatif dan kuantitatif sampel uji mie merah positif mengandung boraks dengan % kadar yaitu sebanyak 1,30%

boraks yang terkandung didalam sampel uji.

(10)

94 Seperti yang sudah dijelaskan pada

pembahasan pertama bahwa

menurut BPOM sendiri boraks sama sekali dilarang penggunaan nya dalam makanan ataupun minuman.

Ucapan Terima Kasih

Kami selaku peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Pimpinan dan seluruh Civitas Akademika Universitas Sari Mulia atas bantuan dan perhatiannya kepada kami dan kepada mahasiswa yang telah terlibat atas lancarnya penelitian ini

Daftar Pustaka

Afrianti, L.H. 2008. Teknologi Pengawet pangan. Bandung: Alfabeta.

Anonim. 2005. Makanan Berboraks juga di Makassar. Makassar.

Departeman Kesehatan RI. 1993. Pedoman Pengujian dan Pengembagan Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta : Depkes RI pp 15-17

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur.

Penebar swadya. Jakarta.

Hermana. (1991). Iradiasi Pangan. Bandung.

Penerbit ITB.

Neviranto, R. 1991. Ancaman Boraks Lewat Bakso. P.T. Grafiti Pers; Jakarta.

Nurhadi, M. 2012. Kesehatan Masyarakat Veteriner (Higiene Bahan Pangan Asal Hewan dan Zoonosis).

Yogyakarta (ID): Gosyen Publishing.

Simpus. 2005. Bahaya Boraks. Pengantar Teknologi Pangan. Intisari Pustaka Utama; Jakarta.

Subiyakto. 1991. Pengantar Seranggan, Hama, Penyakit , dan Gulma padi.

Kanisius : Yogyakarta

Tumbel, M. 2010. Analisa Kandungan Boraks dalam Mie Basah yang Bredar di Kota Makassar. Jurnal Chemica (internet). (diunduh 24 Mei 2016) 11 (1). Hal. 57-64.

Tubagus I, Citraningtyas G, Fatimawali.

2013. Identifikasi dan Penetapan Kadar Boraks Dalam Bakso Jajanan di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi (Internet). (diunduh 18 Mei 2016). (24). Tersedia Pada : http.//ejournal.unsrat.ac.id/index.php/

pharmacon/article/download/3104/2

Gambar

Tabel a. Hasil Uji Nyala Api

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan IbM ini adalah kemudahan anggota pengrajin dalam menyanting dengan menggunakan kompor batik elektrik (listrik), menambah desain

 Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks di enam kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 1,94 persen; kelompok makanan

Dalam melakukan percobaan dilaboratorium atau bekerja dalam laboratorium, seseorang akan selalu dihadapkan pada hal-hal yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia,

Tunas-tunas yang terlalu banyak harus dijarangkan, terutama mendekati saat-saat tanaman berbuah (perempalan). Dengan pemangkasan, rumpun tanaman salak tidak terlalu rimbun

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat profesionalisme pegawai, akan semakin baik dan meningkat pula kualitas layanan yang diberikan kepada

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan

Tujuan penelitian ini adalah (a) Membuat kulkas yang bekerja dengan siklus kompresi uap standar dengan pipa kapiler melilit pipa keluar dari evaporator (b)

Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang pekerjaan umum, bidang perumahan, bidang tata ruang dan