• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KARYA KERAJINAN MAKRAME. Mulyana 1, Zariul Antosa 2, Hamizi 3 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KARYA KERAJINAN MAKRAME. Mulyana 1, Zariul Antosa 2, Hamizi 3 ABSTRACT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

KARYA KERAJINAN MAKRAME

Mulyana1, Zariul Antosa2, Hamizi3 ABSTRACT

Direct study model is one of the approach teach which is designed special to support process learn student related to knowledge of deklaratif and knowledge of prosedural which is structure better able to be taught with activity pattern which in phases, a step for the shake of a step. Result of this research show uplifting of skill make student makrame with data average value early 63,54 mounting at cycle of I equal to 3,75 is so that obtained by average value 67,29 and at cycle of II also experience of the make-up of equal to 6,66 is so that obtained by average value 73,95. This matter indicate that direct study model can uplift skill masterpiece crafting/ diligence of makrame

Keyword : Direct Study, Crafting diligence of Makrame PENDAHULUAN

Secara garis besar pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di SD berperan untuk menumbuhkan daya kreativitas, daya apresiasi, serta kepekaan emosi siswa.

Dengan peningkatan pemahaman komponen–komponen tersebut mampu menumbuhkan sikap kreatif, apresiatif produktif dan mandiri, serta mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pendidikan seni kerajinan sebagai salah satu pengembangan kesenian di SD memiliki peranan penting dalam upaya pengembangan dan pembinaan kemampuan berpikir dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan kreativitas siswa.

Menurut hasil wawancara peneliti kepada Ibu Zira Keswari, A.Ma selaku wali kelas V di SDN 102 Pekanbaru, ternyata pembelajaran seni budaya dan keterampilan di sekolah ini hanya mempelajari materi saja tidak pernah praktek langsung yaitu terlihat pada materi pelajaran kerajinan makrame. Mereka hanya belajar materinya saja tidak praktek secara langsung untuk membuat kerajinan makrame. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan guru mengenai kerajinan makrame. Dalam

1. Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0805120967, e-mail nhamulyana@yahoo.com 2. Dosen pembimbing I, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail

antosiana@yahoo.com

3. Dosen pembimbing II, Staf program pengajar studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Hamizi@unri.ac.id

(2)

kegiatan belajar mengajar (KBM) guru menggunakan metode ceramah atau menerangkan materi saja. Pembelajaran seni kerajinan makrame yang dilakukan dengan metode ceramah atau menerangkan materi saja membuat anak menjadi pasif dalam belajar dan kurang paham atau tidak mengusai bagaimana membuat kerajinan makrame.

Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti, keterampilan membuat kerajinan makrame pada siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru dengan jumlah siswa 24 orang masih tergolong rendah. Sesuai data awal pada aspek karya kerajinan makrame dengan rata-rata nilai 63,54.

Berdasarkan kondisi di atas penulis melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dalam seni budaya dan keterampilan terutama pada pembelajaran karya kerajinan makrame dengan menerapkan model pembelajaran langsung. Pemilihan model ini karna siswa lebih aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran dan siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuan.

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan, sedangkan pembelajaran adalah terjemahan dari “intruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Dalam istilah “pembelajaran”yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran( sanjaya,2008: 213).

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Arends dalam Trianto (2009:41), model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu model pembelajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

Keterampilan berasal dari kata trampil. Sinonim dari trampil ialah: cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Sinonim dari ketrampilan ialah : kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat (dengan keahlian). Seseorang dikatakan terampil bila dapat melakukan sesuatu tugas pekerjaan dengan baik dan cermat.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I (pertama) dan siklus II (kedua). Siklus I terdiri dari (1) rencana, menyusun instrument penelitian yang meliputi rencana pembelajaran (RPP), (2) tindakan, pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan pembelajaran, pengambilan atau pengumpulan data hasil lembar observasi dan hasil tes. (3) observasi, mengamati hasil implementasi

(3)

tindakan yang dilakukan. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. (4) refleksi, data yang diperoleh dari kegiatan observasi akan dijadikan sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Hasil analisis dan refleksi ini akan dijadikan sebagai panduan untuk membuat rencana tindakan pada siklus berikutnya.

Sehingga harapan untuk meningkatkan keterampilan siswa melalui model pembelajaran langsung dapat tercapai. Siklus tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber : Arikunto, dkk (2007:16)

Penelitian dilakukan pada minggu keempat bulan April 2012 hingga minggu pertama bulan Mei 2012 yaitu pertemuan pertama pada tanggal 24 April 2012, pertemuan kedua pada tanggal 27 April 2012, pertemuan ketiga pada tanggal 2 Mei 2012 dan pertemuan keempat pada tanggal 4 Mei 2012. Tempat Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 102 Pekanbaru Tahun ajaran 2011-2012. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru dengan jumlah siswa 24 orang. Siswa perempuan berjumlah 10 orang dan siswa laki-laki berjumlah 14 orang. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Perencanaan

Pelaksanan

Refleksi Siklus `1

Pengamatan Perencanaan

Pelaksanan

Refleksi Siklus 2

Pengamatan

?

(4)

Silabus adalah rancangan program pembelajaran satu atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, pokok materi yang harus dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya dan bagaimana cara untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang telah ditentukan. Dengan kata lain silabus mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, alokasi waktu dan sumber belajar.

RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan berdasarkan silabus. RPP ini disusun sesuai langkah-langkah model pembelajaran langsung. RPP memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, model pembelajaran, langkah- langkah pembelajaran, media dan sumber belajar dan penilaian.Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar pengamatan (observasi)Terdiri dari lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa. Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengamati aktivitas guru yang dilakukan oleh observer (wali kelas). Yang mana pada lembar pengamatan aktivitas guru mengacu kepada model pembelajaran langsung.

Indikator pengamatan aktivitas guru yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, mendemonstrasikan cara pembuatan makrame dengan tehnik yang benar, memberikan latihan terbimbing kepada siswa dalam pembuatan makrame, menanyakan tehnik membuat makrame kepada siswa dan memberikan tugas rumah untuk pelatihan lanjutan. Lembar pengamatan ini diisi sesuai deskriptor, yang mana skor tertiggi 4 dan terendah 1. Sedangkan lembar pengamatan aktivitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh observer (wali kelas). Lembar pengamatan aktivitas siswa ini juga mengacu pada model pembelajaran langsung.

Indikator lembar pengamatan aktivitas siswa yaitu memperhatikan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan persiapan dalam belajar, memperhatikan dan mengikuti langkah- langkah pembuatan makrame yang didemonstrasikan guru, berlatih dalam pembuatan benda makrame, maju kedepan mencontohkan tehnik dalam pembuatan benda makrame dan mengerjakan tugas lanjutan di rumah. Lembar pengamatan ini diisi sesuai deskriptor, yang mana skor tertiggi 4 dan terendah 1.

Penilaian hasil ini digunakan untuk menilai hasil dari kerajian makrame yang dibuat siswa. Yang mana Indikator penilaian hasil yaitu Kesiapan benda kerajinan makrame dan Kerapian benda kerajinan makrame. Rubrik penilaian hasil ini diisi sesuai deskriptor dengan skor tertinggi 4 dan terendah 1. Penilaian proses digunakan untuk menilai proses belajar siswa dalam membuat kerajinan makrame. Indikator penilaian proses yaitu keseriusan, ketepatan dan kelengkapan. Rubrik penilaian hasil ini diisi sesuai deskriptor dengan skor tertinggi 4 dan terendah 1.

Teknik Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses belajar mengajar. Pembelajaran dikatakan

(5)

berhasil jika aktivitas guru dan siswa berlangsung sesuai dengan skenario pembelajaran. Analisis pengamatan aktivitas guru dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Untuk penilaian tertinggi 4 dan penilaian terendah 1. Data aktivitas guru yang diamati digunakan rumus:

P = X 100 ( Arikunto dalam julia, 2011:23 )

Keterangan :

P = Nilai aktivitas guru

F = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan guru N = Skor maksimal yang di dapat dari aktivitas guru Kriteria aktivitas guru disajikan dibawah ini :

Jumlah kategori ada 4 yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Untuk melihat kategori aktivitas guru dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

I = ( Iraini dalam Julia 2011:24 ) Sehingga dapat dihitung dengan cara :

NA = Jumlah indikator x Skor tertinggi

= 5 X 4

= 20

NB = Jumlah indikator x Skor terendah

= 5 X 1

= 5

Konversikan ke 100 sehingga dapat dihitung dengan cara:

NA =

X 100 = 100

NB =

X 100 = 25 Jadi,

I =

=

(6)

= Keterangan : I = interval NA= nilai atas NB= nilai bawah K = kategori

jadi kriteria aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 Kategori Aktivitas Guru

Interval Kategori

81,25 ≥ - <100 Sangat Baik

62,5 ≥ - < 81,25 Baik

43,75 ≥ - < 62,5 Cukup

25 ≥ - <43,75 Kurang

Analisis Pengamata aktivitas siswa dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Untuk penilaian tertinggi 4 dan penilaian terendah 1. Data aktivitas siswa yang diamati digunakan rumus:

P = X 100% ( Arikunto dalam julia, 2011:23 )

Keterangan :

P = Persentase aktivitas siswa

F = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan siswa N = Skor maksimal yang di dapat dari aktivitas siswa Kriteria aktivitas siswa disajikan dibawah ini :

Jumah kategori ada 4 yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Untuk melihat kategori aktivitas siswa dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

I = ( Iraini dalam Julia 2011:24 )

Sehingga dapat dihitung dengan cara :

NA = Jumlah indikator x Skor tertinggi

= 5 X 4

= 20

(7)

NB = Jumlah indikator x Skor terendah

= 5 X 1

= 5

Konversikan ke 100 sehingga dapat dihitung dengan cara:

NA =

X 100 = 100

NB =

X 100 = 25 Jadi,

I =

=

=

Keterangan : I = interval NA= nilai atas NB= nilai bawah K = kategori

Untuk kriteria aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Kategori Persentase Aktivitas Siswa

Interval Kategori

81,25% ≥ <100% Sangat Baik

62,5% ≥ < 81,25% Baik

43,75% ≥ < 62,5% Cukup

25% ≥ < 43,75% Kurang

Analisis Keterampilan Siswa

Tujuan dari analisis ini ialah untuk mengetahui peningkatan keterampilan makrame yang dicapai siswa setelah pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung. Penentuan ketuntasan siswa dalam membuat kerajinan makrame diambil dari penilaian hasil makrame sebanyak 40%

dan penilaian proses sebanyak 60%. Rumus yang digunakan dalam penilaian ini ( Per Siklus) adalah :

(8)

Penilaian Proses

Nilai Proses =

x 60

Penilaian Hasil

Nilai hasil =

x 40

(KTSP, 2006:226)

Nilai Akhir (nilai keterampilan membuat makrame) Nilai Akhir= Nilai proses + Nilai hasil

Kriteria dalam keterampilan membuat makrame siswa disajikan dibawah ini:

Jumlah kategori ada empat yaitu sangat terampil, terampil, cukup terampil dan kurang terampil. Untuk melihat interval penilaian keterampilan membuat makrame dapat digunakan rumus sebagai berikut:

I = ( Iraini dalam Julia 2011:24 ) Sehingga dapat dihitung dengan cara:

I =

=

=

Keterangan:

I = interval NA = nilai atas NB = nilai bawah K = kategori

(9)

jadi kriteria aktivitas guru dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3 Kategori Penilaian Keterampilan Membuat Makrame

Interval Kategori

81,25 ≥ < 100 Sangat terampil

62,5 ≥ < 81,25 Terampil

43,75 ≥ < 62,5 Cukup Terampil

25 ≥ < 43,75 Kurang Terampil HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I Pertemuan Pertama Perencanaan Tindakan

Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran langsung untuk meningkatkan keterampilan kerajinan makrame. Adapun yang dipersiapkan sebelum tindakan dilaksanakan adalah menyiapkan silabus. Rancangan silabus yang dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Adapun standar kompetensinya adalah Membuat karya kerajinan dan benda permainan, dengan kompetensi dasar Membuat karya kerajinan makrame dan indikator menjelaskan karya kerajinan makrame, mengenal karya kerajinan makrame.

Setelah merancang silabus, langkah berikutnya ialah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi pokok kerajinan makrame. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Lembar Observasi Aktivitas Siswa untuk setiap kali pertemuan serta penilaian proses.

Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada materi pokok kerajinan makrame di kelas VB dengan jumlah siswa 24 orang. Pertemuan pertama ini peneliti laksanakan selama 2 jam pelajaran (2 X 35 menit ) dan peneliti berpedoman pada RPP-1 ( lamp B1 ). Fase 1 guru mengawali pelajaran dengan mempersiapkan siswa, berdoa dan mengabsen kehadiran siswa, siswa yang diabsen hadir semua. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu dapat menjelaskan sejarah kerajinan makrame serta dapat mengenal bentuk-bentuk kerajinan makrame. Kemudian guru menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis.

Pada fase 2 kegiatan inti, guru mendemonstrasikan pengetahuan yaitu menyampaikan sejarah kerajinan makrame serta mendemonstrasikan tehnik atau cara membuat macam- macam simpul, pertama guru mendemonstrasikan tehnik membuat simpul awal dengan menggunakan alat pembantu seperti gelang plastik dan tali koor.

Setelah siswa paham membuat simpul awal, selanjutnya guru mendemonstrasikan tehnik membuat simpul dasar. Setelah paham, guru melanjutkan mendemonstrasikan tehnik membuat simpul kombinasi. Terakhir guru mendemostrasikan tehnik membuat simpul mati. Karena masih banyak siswa yang kurang paham membuat macam- macam simpul pada pembuatan makrame, maka Pada fase 3 guru membimbing pelatihan, guru membimbing siswa dalam membuat macam- macam simpul. Guru

(10)

mengamati siswa satu persatu kemudian membimbing siswa yang belum paham membuat macam- macam simpul yang didemonstrasi guru.

Pada fase 4 peneliti mengecek pemahaman siswa dalam membuat simpul. Guru meminta beberapa siswa maju ke depan untuk mendemonstrasikan tehnik menyimpul. Sewaktu salah satu siswa maju ke depan mendemonstrasikan tehnik menyimpul dan siswa yang lain memperhatikan. Pada fase 5 peneliti ingin mengetahui sejauh mana siswa memahami pelajaran yang diberikan maka dari itu peneliti memberikan latihan lanjutan. Guru meminta siswa untuk melatih keterampilan tehnik membuat simpul dirumah masing-masing. Kemudian kegiatan akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.

Siklus I Pertemuan Kedua Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan pada pertemuan ke 2 ini yaitu mempersiapkan Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP lampiran B2 ) dengan materi pokok membuat kerajinan makrame keranjang bola, Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Lembar Observasi Aktivitas Siswa yang sesuai dengan model pembelajaran langsung.

Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan saran observer pada pertemuan sebelumnya maka pada pertemuan kedua ini peneliti lebih jelas dan terperinci menyampaikan langkah- langkah pembelajaran dan banyak bertanya kepada siswa agar siswa lebih aktif. Pada pertemuan ini kegiatan pembelajarannya yaitu membuat benda kerajinan makrame keranjang bola. Pada kegiatan awal fase 1 peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu mampu membuat kerajinan makrame. Siswa menyediakan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan makrame keranjang bola.Yang mana untuk warna tali koor bahan untuk membuat makrame keranjang bola yang laki-laki warna abu-abu sedangkan perempuan warna merah muda. Berikutnya pada fase 2 guru mendemonstrasikan tehnik membuat makrame keranjang bola. Siswa melakukan langkah- langkah cara atau tehnik pembuatan makrame keranjang bola yang didemonstrasikan guru di depan kelas. Setelah guru mendemonstrasikan pengetahuan, guru bertanya apakah ada siswa yang belum paham dalam pembutan makrame keranjang bola.

Untuk fase 3 guru membimbing siswa dalam pembuatan makrame keranjang bola/buah sampai selesai. Kemudian untuk fase 4 guru mengecek pemahaman siswa dengan mengumpulkan hasil makrame keranjang bola/buah yang dibuat di depan kelas, Karena guru akan menilai hasil dari makrame keranjang bola dibuat. Pada fase 5 guru meminta kepada siswa untuk membuat kerajinan makrame lainnya yang mempunyai nilai fungsi pakai.

Refleksi Siklus Pertama

Dari hasil pengamatan observer selama pelaksanaan siklus I dengan 2 kali pertemuan terlihat sebagian siswa masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Ada beberapa siswa yang tidak mau mengikuti aktivitas sesuai dengan yang

(11)

dianjurkan guru. Selanjutnya dari hasil diskusi peneliti dengan observer, untuk siklus I dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa peneliti sudah melakukannya dengan baik. Namun pada saat mendemonstrasikan pengetahuan, langkah-langkah yang dilakukan kurang dimengerti oleh siswa. Untuk selanjutnya peneliti diharapkan dapat memotivasi dan lebih melatih keterampilan siswa agar siswa mampu membuat kerajinan makrame sesuai dengan langkah-langkah yang didemonstrasi guru.

Perbaikan yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki tindakan adalah peneliti lebih terperinci dalam menyampaikan langkah- langkah pembelajaran agar siswa lebih paham mengikuti langkah- langkah pembelajaran. Peneliti harus lebih banyak bertanya agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Siklus II Pertemuan Pertama Perencanaan Tindakan

Pada siklus kedua peneliti masih menerapkan tahap-tahap pembelajaran pada siklus pertama, selanjutnya peneliti berusaha melakukan pembelajaran dengan lebih baik lagi seperti yang telah direncanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama. Tahap perencanaan pada siklus kedua pertemuan pertama ialah dengan mempersiapkan Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Lembar Observasi Aktivitas Siswa yang sesuai dengan model pembelajaran langsung dan penilaian proses.

Pelaksanaan Tindakan

Pada pertemuan ini peneliti berpedoman pada RPP-3 ( lampiran B3 ), pada kegiatan awal fase 1 peneliti mengawali dengan mempersiapkan siswa dan mengabsen kehadiran siswa dan siswanya hadir semua. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini yaitu siswa dapat menjelaskan karya kerajinan makrame hiasan foto, mengenal dan membuat kerajinan makrame hiasan foto.

Selanjutnya untuk kegiatan fase 2 guru mengulang kembali mendemonstrasi mengenai teknik simpul yang akan dipakai dalam pembuatan makrame hiasan foto, karena simpul yang akan dipakai dalam pembuatan hiasan foto agak sulit. Kemudian siswa mengikuti demonstrasi yang dilakukan guru di bangku masing-masing.

Pada fase 3 siswa diberi kesempatan untuk berlatih tehnik simpul yang digunakan dalam pembuatan makrame hiasan foto dengan menggunakan alat dan bahan bantu seperti gelang plastik dan tali koor. Pada fase 4 guru meminta siswa untuk maju ke depan kelas mendemostrasikan tehnik simpul yang digunakan dalam pembutan makrame hiasan foto. Kemudian fase 5 guru memberikan pelatihan lanjutan kepada siswa di rumah untuk menggabungkan beberapa simpul awal. Dalam kegiatan akhir siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran.

Siklus II Pertemuan kedua Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan pada pertemuan kedua siklus kedua ini yaitu mempersiapkan Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi

(12)

pokok membuat kerajinan makrame hiasan foto, Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Lembar Observasi Aktivitas Siswa yang sesuai dengan model pembelajaran langsung.

Pelaksanaan Tindakan

Pada pertemuan ini peneliti berpedoman pada RPP-4 ( lampiran B4 ), pada fase 1 guru mempersiapkan siswa dan mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru memberikan appersepsi tentang pelajaran yang lalu dan menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini yaitu agar siswa mampu membuat karya kerajinan makrame hiasan foto. Sebelum masuk ke fase 2 siswa menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat hiasan foto. Yang mana warna tali koor bahan untuk membuat makrame hiasan foto yang laki- laki warna abu- abu dan perempuan warna merah muda.

Pada fase 2 guru mendemonstrasikan kembali tehnik simpul awal yang digunakan untuk membuat makrame hiasan foto. Siswa melakukan tehnik simpul yang didemontrasikan guru di depan kelas. Pada fase 3 guru meminta siswa untuk melanjutkan membuat makrame hiasani foto di tempat duduk maisng- masing sambil dibimbing hingga pembuatan makrame hiasan foto selesai. Pada fase 4 guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil dari pembutan makrame hiasan foto ke depan kelas.

Guru akan menilai hasil dari makrame hiasan foto yang dibuat. Guru memberikan pengarahan kepada siswa yang masih salah dalam menyimpul. Kemudian pada fase 5 Guru meminta siswa untuk membuat kerajinan makrame lainnya yang mempunyai fungsi hias.setelah itu siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan pelajaran hari ini.

Hasil Keterampilan Membuat Makrame

Peningkatan keterampilan siswa dalam membuat kerajinana makrame. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa aktivitas guru dan aktivitas siswa mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat mengalami peningkatan, sehingga nilai keterampilan juga mengalami peningkatan. Nilai keterampilan makrame diperoleh dari jumlah antara nilai proses dan nilai hasil. Peningkatan keterampilan makrame siswa pada siklus pertama ke siklus kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4 Peningkatan Nilai Keterampilan Makrame Siswa Dalam Membuat Kerajinan Makrame Pada Data Awal, Siklus I dan Siklus II

Interval Kategori Jumlah Siswa Data

Awal

Siklus I Siklus II

81,25 ≥ < 100 Sangat Terampil - - 5

62,5 ≥ < 81,25 Terampil 14 18 18

43,75 ≥ < 62,5 Cukup Terampil 10 6 1

25 ≥ < 43,75 Kurang Terampil - - -

Jumlah Nilai Siswa 1525 1615 1775

Rata- Rata nilai Siswa 63,54 67,29 73,95

(13)

Peningkatan keterampilan siswa dalam membuat kerajinan makrame dari data awal hingga siklus II mengalami peningkatan yaitu dari data awal nilai rata-rata 63,54 meningkat sebesar 3,75 hingga pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 67,29. Pada siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 6,66 hingga diperoleh nilai rata-rata 73,95. Secara keseluruhan keterampilan dalam membuat kerajinan makrame mengalami peningkatan dari data awal dengan nilai rata-rata 63,54 meningkat sebesar 10,41 hingga pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 73,95. Secara keseluruhan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan keterampilan karya kerajinan makrame. Untuk lebih jelasnya peningkatan keterampilan membuat makrame pada data awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik I

Peningkatan Keterampilan Siswa Membuat Makrame Dari Data Awal, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan grafik 4.3 keterampilan membuat makrame pada setiap siklus mengalami peningkatan dibandingkan dengan data awal. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung dikatakan berhasil karena dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam pembuatan makrame sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran langsung dapat meningkat keterampilan kerajinan makrame siswa kelas V SDN 102 Pekanbaru.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan keterampilan membuat kerajinan makrame siswa kelas V SD Negeri 102 Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian keterampilan makrame pada data awal dengan nilai rata-rata 63,54 mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 3,75 sehingga diperoleh nilai rata-rata

63.54

67.29

73.95

58 60 62 64 66 68 70 72 74 76

Data Awal Siklus 1 Siklus II

(14)

67,29 dan juga mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 6,66 sehingga diperoleh nilai rata-rata 73,95. Dapat juga dilihat pada peningkatan aktivitas guru yaitu pada siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 11 dengan nilai 55 meningkat sebesar sebesar 3 point atau sebesar 15 sehingga pada pertemuan kedua diperoleh jumlah skor 14 dengan nilai 70, kemudian pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua yaitu sebesar 3 poin atau sebesar 15 sehingga diperoleh jumlah skor 17 dengan nilai 85. Pada pertemuan keempat juga mengalami peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebesar 2 point atau sebesar 10 sehingga diperoleh jumlah skor 19 dengan nilai 95. Dapat juga kita lihat peningkatan pada aktivitas siswa yaitu pada pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 9 dengan persentase 45% kemudian meningkat pada pertemuan kedua sebesar 3 point atau sebesar 15% sehingga diperoleh jumlah skor 12 dengan persentase 60%, Kemudian pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua yaitu sebesar 4 point atau sebesar 20% sehingga diperoleh jumlah skor 16 dengan persentase 80%

dan pada pertemuan keempat juga mengalami peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebesar 3 poin atau 15% sehingga diperoleh jumlah skor 19 dengan persentase 95%.

Saran

Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut :Bagi sekolah model pembelajaran langsung dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif memperbaiki kualitas proses pembelajaran terutama untuk meningkatkan keterampilan membuat kerajinan makrame di sekolah dasar. Bagi guru hendaknya membiasakan siswa untuk lebih mengembangkan pengetahuan dan keterampilamampuannya dan hendaknya guru memahami langkah-langkah pembelajaran dengan baik agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif.

Bagi peneliti yang berminat menindaklanjuti penelitian ini diharapkan untuk lebih mengembangkan model pembelajaran langsung. Bagi siswa untuk lebih rajin berlatih bagaimana tehnik membuat simpul dalam membuat makrame.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharjono. Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Palembang: Depdiknas.

Julia. 2011. Penerapan Tehnik Menempel Untuk Meningkatkan Keterampilan Kolase Siswa Kelas 1 Seni Budaya dan Keterampilan SDN 013 Bukit Raya

Pengertian karya. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2168299-pengertian- karya-sastra/. Diakses 20 maret 2012.

Pengertian kerajinan http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajinan. Diakses taggal 20 maret 2012.

Pengertian model

http://www.damandiri.or.id/file/abdwahidchairulahunairbab2.pdf.Diakses tanggal 21 maret 2012.

Pengertian Model Pembelajaran. http://belajarpsikologi.com/pengertian-model- pembelajaran. Diakses tanggal 21 maret 2012.

(15)

Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Indeks.

Sanjaya W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group.

Satria. 2008. Pengertian ketrampilan dan jenisnya. http://id.shvoong.com/business- management/human-resources/2197108-pengertian-keterampilan-dan-

jenisnya/#ixzz1pEZ9A1Ry, Diakses tanggal 16 maret 2012.

Sumanto. 2006. Pengembangan Kreatifitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta:

Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Tim Bina Karya Guru. 2006. Seni Budaya dan Keterampilan (untuk Sekolah Dasar Kelas V). Erlangga.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik.

Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari clustering yang dilakukan diperoleh hasil yaitu nilai fungsi obyektif selama iterasi, pusat cluster atau center serta derajat keanggotaan lulusan untuk

Ikon gambar lampu yang bercahaya ditandai dengan adanya tiga garis di atas gambar lampu tersebut. Gambar lampu bercahaya merupakan simbol pencahayaan bagi orang

Hasil analisa ragam terhadap pertumbuhan biomassa benih ikan nila srikandi, diketahui bahwa nilai F hitung &gt; dari F tabel 1% dan 5% yang artinya presentase penambahan

Berdasarkan analisis ketuntasan hasil belajar individual didapatkan bahwa setiap siswa sudah mencapai ketuntasan individu, kemudian dari hasil analisis ketuntasan

Pembagian tugas terkait pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surabaya tahun 2010-2015 dilakukan oleh beberapa SKPD antara lain adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan,

Pada Karya Ilmiah ini penulis mengangkat dan memfokuskan mengenai Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang memiliki peranan sebagai salah satu pihak dalam penyelesaian

maka tekan tombol start pada aplikasi dan sistem akan berjalan (instrument pendulum terbalik akan beroperasi jikalau sudah menerima data dan perintah dari

49 mempengaruhi tinggi rendahnya kecemasan seseorang dalam proses persalinan pertamanya, tetapi juga adanya faktor-faktor diluar variabel penelitian yang dapat