PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN KELAS XI SMA
1*Ninah Wahyuni, 2Nurul Hasanah
1*Program Studi Pendidikan Biologi, STKIP Pembangunan Indonesia
2Mahasiswa Jurusan Biologi, STKIP Pembangunan Indonesia
E-mail*: [email protected]
ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (R&D). Model yang digunakan adalah model Borg and Gall,pada penelitian ini hanya digunakan 5 tahap, yaitu (1) Analisi penelitian;
(2) Perencanaan; (3) Pengembangan Produk Awal; (4) Uji coba dan revisi produk awal; (5) Uji coba dan revisi produk akhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar biologi berbasis problem based learning pada materi sistem pencernaan kelas XI Sekolah Menengah Atas yang bersifat valid dan praktis . Instrumen yang digunakan adalah instrumen kevalidan produk dan instrumen kepraktisan produk. Uji kevalidan produk dilakukan oleh dua validator ahli di Jurusan Biologi PMIPA STKIP-PI Makassar dengan nilai rata-rata keseluruhan yaitu 4.34. Nilai tersebut masuk ke dalam kategori valid (4 ≤ Va ≤ 4,5). Uji kepraktisan produk dilakukan oleh 3 praktisi di SMA Negeri 10 Gowa dengan menunjukkan bahwa hasil respon guru terhadap bahan ajar pembelajaran termasuk dalam kategori sangat praktis dengan rata-rata nilai keseluruhan yaitu 87.92% dengan melihat kategori kepraktisan 81% – 100%, dapat dinyatakan bahwa bahan ajar berbasis PBL bersifat sangat praktis jika ditinjau dari respon guru. Sedangkan hasil instrumen respon siswa terhadap bahan ajar termasuk dalam kategori sangat praktis dengan nilai rata-rata keseluruhan yaitu 94,29% dengan melihat kategori kepraktisan 81% – 100%, sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar berbasis PBL ini bersifat praktis jika ditinjau dari respon siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan bersifat valid dan praktis.
Kata kunci: Pengembangan bahan ajar biologi SMA, Problem Based Learning
PENDAHULUAN
Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kurikulum terbaru di Indonesia memberikan nuansa baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Nuansa tersebut
dirasakan untuk semua mata pelajaran khususnya mata pelajaran biologi.
Nuansa baru ini sangat terasa oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Selain pembelajaran yang tematik, dan pendekatannya yang saintifik, guru juga harus mampu berkreasi dan berinovasi untuk memberikan hal-hal baru dan berbeda dari pembelajaran-pembelajaran sebelumnya, baik dalam model pembelajaran, metode, media, sumber belajar maupun penilaiannya.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Proses belajar mengajar dalam
pendidikan merupakan salah satu aspek
yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
manusia. Pembelajaran yang baik dapat dilihat dari penggunaan kurikulum yang representatif, salah satunya dapat diwujudkan dengan mendayagunakan fasilitas dan sumber belajar yang tersedia untuk mencapai suatu kompetensi.
Sumber belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran untuk mempermudah dalam prosesnya. Sumber belajar dalam pengertian ini menjadi sangat luas maknanya, segala sesuatu yang dialami peserta didik dianggap sebagai sumber belajar, sepanjang hal itu memberi pengalaman. AECT (Association of Education and Communication Technology) (2008), menyatakan bahwa sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Salah satu yang menjadi sumber belajar yaitu buku serta bahan ajar yang dimiliki oleh guru
.Buku peserta didik yang banyak beredar dan digunakan oleh banyak SMA masih belum sesuai dengan kurikulum 2013. Dalam buku tersebut belum secara lengkap mencantumkan langkah-langkah metode ilmiah sebagai karakter kurikulum 2013 dan juga tidak mendorong peserta didik untuk menjadi lebih aktif bahkan tidak membuat peserta didik menemukan solusi dalam setiap permasalahan. Menurut Sitepu (2012), acuan utama menyusun buku pelajaran adalah kurikulum yang berlaku, karena sasaran, tujuan materi, dan metode penyajian materi terdapat pada kurikulum. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa, itu tidak terjadi di lingkungan sekolah karena proses pembelajaran selama ini hanya berpsat pada guru dengan acuan materi
yang sudah disiapkan guru . jadi proses interaksi didalam pemebelajaran tidak terjadi atau jaang terjadi secara multi arah. Penelitian oleh Arjudin (2015), menunjukan bahwa aktivitas menanya, mencoba, dan membuat jejaring dalam pendekatan saintifik pada buku peserta didik matematika sekolah menengah pertama masih sangat kurang. Selain itu, penelitian Asduqi (2014), memaparkan pada beberapa bab dalam buku peserta didik agama islam tingkat sekolah dasar tidak mencantumkan aktivitas padahal dalam konteks pembelajaran sangat diperlukan (Susianti, 2016).
Menurut Nopianti (2014), sampai saat ini bahan ajar yang paling banyak digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah buku teks.
Berkenaan dengan buku teks yang setiap
semester atau setiap tahun berganti buku,
tidak sedikit materi dari buku tersebut
yang tidak sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Karena isi buku teks yang
beredar luas di pasaran tersebut
disamakan untuk semua peserta didik di
Indonesia. Baik yang tinggal di daerah
perkotaan, pedesaan, pegunungan,
maupun yang ada di daerah pantai. Selain
itu, bahan ajar yang berupa buku teks
tersebut dominannya mengutamakan
hasil dan mengabaikan proses. Jadi,
kemampuan akhir yang dimiliki peserta
didik lebih banyak pada aspek
pengetahuan, yaitu menghafal. Hal ini
sejalan dengan observasi awal peneliti di
SMA Negeri 10 Gowa. Dari hasil
observasi dan wawancara tersebut , siswa
mengatakan bahwa mereka tidak
memiliki buku pegangan atau sumber
belajar lainnya sehingga sulit untuk
melakukan pembelajaran mandiri di
rumah dengan hanya mengandalkan buku
catatan. Dan diperoleh informasi bahwa
pemaparan langkah-langkah kerja pada
kegiatan praktikum khususnya untuk
materi kelas XI, didapat dari penjelasan
guru mata pelajaran, sehingga sering
menimbulkan pertanyaan ataupun multiinterpretasi oleh siswa. Kondisi ini tentunya akan menghambat kelancaran kegiatan praktikum. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa guru Biologi di SMA Negeri 10 Gowa bahwa buku yang tersedia merupakan pegangan guru yang ternyata itu adalah milik sekolah sehingga siswa hanya berpegang pada catatannya masing- masing. Guru juga belum pernah mengembangkan bahan ajar yang dapat membuat siswa dapat belajar secara mandiri. Selain itu, buku pegangan yang dimiliki guru belum terdapat panduan praktikum yang dapat membuat peserta lebih didik aktif dan mampu menarik kesimpulan secara mandiri.
Produk bahan ajar hasil pengembangan, dapat menjadi dokumen kurikulum yang lebih berkualitas dan mendorong terlaksananya kegiatan pembelajaran yang lebih aktif karena disertai praktikum. Selain itu, beberapa hasil penelitian, juga menunjukkan keunggulan kegiatan pembelajaran melalui praktikum, antara lain yang dilaporkan oleh Grumbine (2010), bahwa
aktivitas mengumpulkan,
mentransformasi, dan mendeskripsikan data pada kegiatan praktikum dapat memberikan pengalaman yang lebih luas dan nyata kepada siswa mengenai kompleksitas data dalam ilmu pengetahuan. Aktivitas tersebut juga menyenangkan dan dapat memotivasi siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Research and Development (R & D) atau merupakan penelitian dan pengembangan dengan menggunakan model Borg and Gall. Penelitian dan pengembangan pendidikan adalah model pembangunan berbasis industri di mana temuan penelitian yang digunakan untuk merancang produk baru dan prosedur,
yang kemudian secara sistematis dilakukan lapangan, dievaluasi, dan disempurnakan sampai temuan penelitian tersebut memenuhi kriteria valid dengan kualitas tertentu, atau standar tertentu).
Subjek dalam penelitian pengembangan ini adalah Dosen Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai validator dan siswa kelas XI SMAN 10 Gowa serta guru biologi SMA.
Pengembangan produk bahan ajar berbasis masalah memerlukan beberapa langkah dalam prosesnya. Prosedur pengembangan yang dikembangkan oleh Borg & Gall (2007), meliputi: (1) Analisis penelitian; (2) Perencanaan (desain produk); (3) Pengembangan produk awal; (4) Uji coba awal; (5) Revisi produk hasil uji coba awal; (6) Uji coba lebih luas; (7) Revisi produk hasil uji coba lebih luas; (8) Uji coba operasional;
(9) Revisi produk akhir; (10) Diseminasi dan implementasi. Pada penelitian ini hanya digunakan 5 tahap, yang mengacu pada penelitian Cunningham (dalam Gall et al, 2003) yaitu: (1) Analisis penelitian;
(2) Perencanaan (desain produk); (3) Pengembangan produk awal; (4) Uji coba dan revisi produk awal; (5) Uji coba dan revisi produk akhir.
Adapun teknik pengumpulan data menggunakan instrumen format validasi instrumen penilaian kevalidan produk, instrumen kevalidan produk oleh validator ahli, format validasi instrumen penilaian kepraktisan produk untuk guru dan siswa, instrumen penilaian kepraktisan produk oleh guru dan siswa.
Data yang akan diperoleh dalam bentuk skor kriteria angket penelitian menggunakan skala likert (1 sampai 5).
Teknik ananalisis data
dalam penelitian ini terdiri dari 2 yaitu uji
kevalidan dan uji kepraktisan. Hasil
validasi dari validator dianalisis untuk
mengetahui tingkat kevalidan dari produk
yang dikembangkan. Menurut Hobri
(2010) dalam proses analisis data kevalidan menggunakan skala Likert berdasarkan langkah-langkah yang telah ditentukan, sedangkan Untuk mengukur tingkat kepraktisan produk pengembangan, digunakan teknik analisis sebagai berikut
:P =
∑ 𝑥𝑖5 𝑖=1
∑5 𝑥𝑗 𝑗=1
× 100%
Keterangan:
P : presentase pilihan
Xi : skor jawaban penilaian oleh ahli (guru dan/peserta didik)
x j : jumlah skor jawaban tertinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengembangan bahan ajar Biologi berbasis Problem Based Learning (PBL) materi sistem pencernaan kelas XI di SMA Negeri 10 Gowa yang telah dilakukan mengacu pada model pengembangan Borg and Gall pada penelitian Cunningham dalam Gall et al (2003).
1. Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis PBL
a. Pengembangan Produk
Pada tahap ini, produk mulai dibuat sesuai yang telah direncanakan pada tahap design. Komponen-komponen prototipe disiapkan secara terpisah dan bertahap selama proses penyusunan bahan ajar. Penyiapan teks dilakukan untuk dengan mengumpulkan beberapa sumber relevan yang mendukung isi bahan ajar yang akan dikembangkan, selanjutnya menyiapkan gambar/ilustrasi yang berkualitas tinggi. Penyusunan teks berupa materi ajar dan gambar/ilustrasi menjadi satu kesatuan menghasilkan prototipe bahan ajar berbasis Problem Based Learning (PBL). Tata letak (layout) pada bahan ajar dilakukan setelah semua bahan terkumpul dan dilakukan sentuhan akhir dengan
mengonversi majalah format PDF yang menjadi prototipe yakni bahan ajar pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL).
Hasil pembuatan bahan ajar yang disusun oleh peneliti terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
1. Sampul, Adapun sampul bahan ajar merupakan tampilan awal dari buku bahan ajar yang mencakup judul dari bahan ajar
2.
Kata pengantar, Kata pengantar dibuat oleh peneliti untuk menjelaskan secara singkat isi dari bahan ajar sekaligus menyampaikan rasa syukur dan terima kasih peneliti terhadap pihak yang mendukung pembuatan bahan ajar
3. Daftar isi berisi nomor-nomor halaman untuk menunjukkan susunan halaman untuk setiap bagian materi.
4. Standar Isi, merupakan halaman yang memuat informasi berupa Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari di kelas XI SMA berdasarkan Silabus K13 5. Halaman sub bab, merupakan
halaman yang berfungsi menunjukkan batasan antara lingkup materi. Pada halaman bab terdapat judul, Kompetensi dasar, Indikator dan Tujuan Pembelajaran pada bab tersebut
6. Kegiatan pembelajaran, berisi kata kunci pembelajaran serta uraian materi yang disisipi pertanyaan yang berbasis masalah.
7. Rangkuman menyajikan poin-poin penting pada tiap sub bab materi.
8. Lembar kerja siswa, berisi tentang Latihan soal-soal yang dapat menguji pengetahuan siswa.
9. Asah kemampuan, Asah kemampuan
berisi kumpulan soal-soal essai yang
melingkupi semua sub bab
10. Kunci jawaban, berisi jawaban dari soal-soal yang terdapat pada bagian asah kemampuan.
11. Daftar Pustaka, menunjukkan sumber yang digunakan.
2. Hasil Validasi
Instrumen penelitian yang divalidasi oleh validator ahli meliputi lembar instrumen penilaian kevalidan produk, lembar instrumen penilaian kepraktisan produk oleh guru dan lembar instrumen penilaian kepraktisan oleh siswa.
Tabel 1. Hasil analisis kevalidandan instrumen
Adapun hasil validasi dari ketiga instrumen tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, hasil validasi ahli menunjukkan bahwa seluruh instrumen tersebut berada pada kategori valid. Adapun perolehan rerata total V
a(nilai kevalidan) dari instrumen penelitian seluruhnya berada pada rentang 4 ≤ V
a< 5, yakni termasuk dalam kategori valid. Berdasarkan penilaian dari validator ahli, maka kedua instrumen tersebut dapat digunakan untuk menilai produk yang dikembangkan.
No Aspek yang dinilai Rerata Aspek (Ai)
Struktur Isi Bahasa Rerata Total Keterangan 1. Analisis Instrument
Penilaian Kepraktisan (Respon Siswa)
5 4 4 4.45 Valid
2
Analisis Instrument Penilaian Kepraktisan (Respon Siswa)
5 4.37 4 4.33 Valid
Adapun hasil validasi ahli terhadap bahan ajar berbasis problem based learning pada materi pertumbuhan dan perkembangan dapat dilihat pada Tabel 2.
Validasi bahan ajar dilakukan oleh validator dari Jurusan Biologi STKIP-PI Makassar. Hasil dari validasi bahan ajar bertujuan untuk menilai kelayakan bahan ajar yang dikembangkan,ke dalam lembar validasi terdiri dari 23 pernyataan, yang terdiri dari 6 aspek penilaian kevalidan yaitu pada Tabel 2 terdapat enam kriteria penilaian yang masing-masing mewakili setiap pernyataan yang diberikan dalam instrumen penilaian bahan ajar, yaitu:
objek pembelajaran 4.5, perorganisasian konsep 4.5, evaluasi 4.75, desain 4.5, kebahasaan 4, kesesuaian dengan problem based learning 3,25 sedangkan untuk nilai rata- rata keseluruhan yaitu 4.34. Nilai tersebut
masuk ke dalam kategori valid (4 ≤ Va ≤
4,5). Jadi, setelah ditinjau dari
keseluruhan aspek, dapat disimpulkan
bahan ajar yang berbasis problem based
learning (PBL) pada materi sistem
pencernaan yang dikembangkan
dinyatakan layak untuk digunakan setelah
dilakukan revisi sesuai saran yang
diberikan oleh kedua validator karena ini
menunjukkan bahwa bahan ajar berbasis
PBL ini termasuk dalam kategori “valid”.
Tabel 2. Hasil analisis kevalidan bahan ajar
No. Aspek Penilaian Penilaian Validator Rata-rata Keterangan Validator I Validator II
1 Objek Pembelajaran 4.2 4.6 4.5 Valid
2 Pengorganisasian Konsep 4.4 4.6 4.5 Valid
3 Evaluasi 4.5 5 4.75 Valid
4. Desain 4 5 4.5 Valid
5 kebahasaan 3.8 4..2 4 Valid
6 Kesesuaian konsep PBL 3.3 4.3 3.8 Valid
Rata-rata Keseluruhan 4.34 Valid
3. Analisis Kepraktisan
Tahap evaluasi dilakukan setelah produk pengembangan selesai diimplementasikan. Tahap evaluasi dalam penelitian ini merupakan tahap analisis kepraktisan bahan ajar. Analisis kepraktisan dilakukan dengan menganalisis data hasil respon guru dan respon siswa.
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa hasil respon guru terhadap bahan ajar pembelajaran termasuk dalam kategori sangat praktis dengan rata-rata nilai keseluruhan yaitu 80.05% dengan melihat kategori kepraktisan 61%– 80%
dapat dinyatakan bahwa bahan ajar berbasis PBL bersifat praktis jika ditinjau dari respon guru.
Tabel 3. Hasil analisis data respon guru
No. Aspek Penilaian Rata-rata Nilai (%) Keterangan
1 Kemenarikan dan tampilan bahan ajar Biologi berbasis Problem based learning (PBL)
80.00 Praktis
2. Kemudahan penggunaan 85.00 Sangat Praktis
3 Kemudahan memahami isi bahan ajar 80.00 Praktis
4 Penyjian materi dan pembelajaran 75.23 Praktis
Rata-rata Keseluruhan 80.05 Praktis
Tabel 4. Hasil analisis data respon siswa
No. Aspek Penilaian Rata-rata Nilai (%) Keterangan
1 2 3 4
Kualitas isi Bahasa Daya Tarik
Manfaat
95,38 93,07 93,84 94,87
Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis Sangat Praktis
Rata-rata Keseluruhan 94,29 Sangat Praktis
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil instrumen respon siswa terhadap bahan ajar pembelajaran termasuk dalam kategori sangat praktis dengan nilai rata-rata keseluruhan yaitu 94,29% dengan melihat kategori kepraktisan 81% –
100%, sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar berbasis PBL ini bersifat praktis jika ditinjau dari respon siswa.
Hasil dari analisis kepraktisan
produk menunjukkan bahwa guru dan
siswa memberikan respon sangat praktis
terhadap penggunaan bahan ajar berbasis
PBL. Hal ini disebabkan karena bahan ajar ini melatih siswa untuk menyelesaikan sebuah masalah secara berkelompok maupun pribadi. Selain itu, dengan adanya bahan ajar ini dapat memberi kemudahan kepada siswa untuk mempelajari kembali hal-hal yang kurang dipahaminya tanpa dibatasi waktu. Para siswa juga sangat merasa terbantu dengan adanya bahan ajar ini sebagai pendukung pembelajaran pada materi sistem pencernaan.
KESIMPULAN