• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENERASI MUDA SIAGA BENCANA MTS AL-MA ARIF TERAMPIL P3K DAN PPGD DASAR. *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GENERASI MUDA SIAGA BENCANA MTS AL-MA ARIF TERAMPIL P3K DAN PPGD DASAR. *"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Edukasi Masyarakat Sehat Sejahtera (EMaSS) : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat

2656-0364 (Online)

Journal Homepage: http://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/EMaSS/index

GENERASI MUDA SIAGA BENCANA MTS AL-MA’ARIF TERAMPIL P3K DAN PPGD DASAR

Yanyan Bahtiar

1

, Tetet Kartilah

2

, dan Peni Cahyati

3

1,2,3

Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya, Indonesia

*e-mail: yanyan.bahtiar@dosen.poltekkestasikmalaya.ac.id

ABSTRACT

This community partnership program aims to improve the degree of public health through increased knowledge of MTs Al-Ma'arif Cijeurah Kota Tasikmalaya. Basic health problems, especially in adolescents, both physically and psychologically or socially often occur in daily life, including in the school environment and surroundings, so school health needs to get serious attention. This service program activity seeks to remedy the problem jointly by involving the community and local health workers. The service method is quasi experiment. Interventions conducted in the form of health education and training in 44 student samples. The results of the training showed that the knowledge score rose by 33,87 points compared to the previous score. Statistically (paired-t test) there are differences in the average knowledge score before and after the PPGD Basic training, with a significance level of = 0,000 ( < 0,05). Disaster preparedness is the process of forming individuals from the aspects of knowledge, attitudes, and skills in dealing with disaster threats, including the prevention and response to disasters they face. This service activity as a whole is given the theme

"GEGANA", Disaster prepared young generation with an approach to school health efforts and community participation based. The involvement of community leaders, educational foundations, health centers, teachers and students of the Al-Ma'arif Cijeurah school is the key to the success of the program.

Keywords : Gegana, School health cadres, Knowledge

ABSTRAK

Program kemitraan masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan kader remaja sekolah MTs Al-Ma’arif Cijeurah Kota Tasikmalaya. Masalah kesehatan dasar terutama pada remaja, baik fisik maupun psikis atau sosial sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pada lingkungan sekolah dan sekitarnya, sehingga kesehatan sekolah perlu mendapatkan perhatian serius. Kegiatan program pengabdian ini berupaya untuk memperbaiki masalah tersebut secara bersama-sama dengan melibatkan masyarakat dan petugas kesehatan setempat.

Metode pengabdian adalah quasi ekperiment. Intervensi yang dilakukan berupa pendidikan dan pelatihan kesehatan pada 44 sampel siswa. Hasil pelatihan menunjukkan skor pengetahuan naik sebensar 33,87 poin diabdingkan sebelumnya. Secara statistic (uji paired-t) terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan PPGD Dasar, dengan taraf signifikansi  = 0,000 (<0,05).

Kesiapsiagaan bencana merupakan proses membentuk individu dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam menghadapi ancaman bencana, meliputi tindakan pencegahan dan penanggulangan bencana yang dihadapi. Kegiatan pengabdian ini secara keseluruhan diberi tema “GEGANA”, Generasi muda siaga bencana dengan pendekatan pada upaya kesehatan sekolah dan berbasis partisipasi masyarakat. Keterlibatan tokoh masyarakat, yayasan pendidikan, puskesmas, guru dan siswa sekolah Al- Ma’arif Cijeurah menjadi kunci keberhasilna program.

Kata Kunci : Gegana, Kader kesehatan sekolah, Pengetahuan

(2)

I. PENDAHULUAN

Kementrian kesehatan memiliki arah kebijakan sampai tahun 2019 ini yaitu penerapan pendekatan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan untuk dapat melaksanakan pelayanan kesehatan yang holistic terhadap siklus hidup manusia. Pelayanan kesehatan harus dilakukan terhadap seluruh tahapan kehidupan manusia (life cycle), sejak masa kandungan, masa remaja sampai lanjt usia.

Masa remaja merupakan masa storm atau stress, kerena masa remaja mengalami banyak tantangan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungannya. Apabila para remaja tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, maka dapat berakhir pada berbagai masalah kesehatan yang kompleks sebagai akibat dari perilaku beresiko yang dilakukan, misalnya kasus kecelakaan lalu lintas pada anak sekolah.

Kasus cedera pada anak sekolah dan remaja semakin meningkat. Data laporan Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi cedera pada anak usia 5-14 tahun sebesar 9,7% dan 11,7% pada anak usia 15-24 tahun. Penyebab kasus cedera yang dominan karena jatuh (40,9%) dan transportasi motor (40,6%). Penyebab kematian pada remaja paling banyak karena kecelakaan lalulintas. Penyebab lainnya karena penyakit syaraf, Tb paru, dan jantung iskemik. (Kemenkes, 2018).

Kompleksitas permasalahan pada remaja tentu perlu penanganan yang komprehensif dan terintegrasi yang melibatkan semua unsur terkait, lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan perguruan tinggi kesehatan terdekat. Permenkes nomor 25 tahun 2014 mengatakan bahwa pelayanan kesehatan ditujukan agar setiap anak memiliki kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat, memiliki keterampilan hidup sehat, dan keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

(Kemenkes, 2018). Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pembentukan kader kesehatan remaja yang menjadi stimulan dalam memahami permasalahan kesehatan remaja dan menemukan alternative pemecahan masalah, terutama bagi remaja di sekolah MTs Al-Ma’arif Cijeurah yang masih terbatas akses pelayanan kesehatannya.

.

II. METODE

Desain penelitian pada program pengabdian ini adalah quasi-eksperimen dengan pendekatan pretest-posttest one group design. Intervensi yang dilakukan berupa pendidikan dan pelatihan kesehatan pada 44 sampel siswa MTs Al-Ma’arif Cijeurah, Kawalu, Kota Tasikmalaya dari bulan Maret sampai September 2019. Instrumen menggunakan kuesioner yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.

Pengumpulan data dilakukan sebelum pelatihan dan setelah pelatihan P3K dan PPGD Dasar. Data berjenis numerik dan dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas data dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai Statistic Skewness dibagi dengan Std Error Skewness, jika skor berada antara -2 dan 2 maka distribusi data normal. Hasil uji diperoleh nilai (-1,09) untuk pengetahuan sebelum pelatihan dan (-0,95) untuk pengetahuan setelah pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa kedua variabel berdistribusi normal. Analisis data untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan P3K dan PPGD Dasar dilakukan uji paried t test, karena data berdistribusi normal.

Jika pada uji paried-t menghasilkan nilai signifikasi p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna.2 (Dahlan, 2009)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengabdian masyarakat ini menunjukan dampak perubahan pengetahuan bagi khalayak sasaran. Berdasarkan analisa data ditunjukkan table 1., yaitu adanya peningkatan skor pengetahuan setelah pelatihan sebesar 33,87 poin, dan secara statistik terdapat perbedaan signifikan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan PPGD Dasar. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian

(3)

Murtaqib dan Widayati, (2017) yang menunjukan bahwa dari 92 siswa, sebanyak 54% mengalami peningkatan nilai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, sebanyak 20% tidak ada perubahan, dan sebanyak 24% mengalami penurunan. Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara kesiapsiagaan sebelum dan setelah pelatihan ( = 0,000)3. Begitu juga dengan hasil pengabdian sebelumnya yang dilakukan tim, menunjukan peningkatan skor pengetahuan setelah pelatihan sebesar 29,19 poin.

Tabel 1. Perbedaan Rerata Skor Pengetahuan Sebelum dan Setelah Pelatihan P3K dan PPGD Dasar

Intervensi

Pelatihan Rerata Skor

Pengetahuan SD Rerata

(Post - Pre) 95% CI  -value

Sebelum 25,68 12,46 33,87 28,49 – 39,24 0,000

Setelah 59,55 19,28

Perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan P3K dan PPGD Dasar dapat dilihat dalam tabel 1. Hasil analisis data didapatkan bahwa skor pengetahuan setelah pelatihan naik 33,87 point. Berdasarkan hasil uji paired-t (Uji-T berpasangan) diperoleh nilai signifikansi  = 0,000 (

< 0,05), berarti H0 ditolak atau terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan P3K dan PPGD Dasar.

Metode pembelajaran mini group discussion dalam pelatihan mampu meningkatkan pemahaman peserta terhadap materi serta memfasilitasi masing-masing individu dalam mempraktekkan keterampilan yang telah diperoleh. Kegiatan dalam kelompok kecil diawali dengan review materi oleh fasilitator, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab untuk menggali pemahaman peserta. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk mempraktekkan keterampilan yang telah dipelajari (Afiani dan Subhi, 2017). Semua fasilitator dalam kegiatan IbM ini bersertifikat dan terampil dalam tanggap bencana, P3K dan memberikan bantuan hidup dasar (PPGD).

Wulandini dan Sartika, (2018) mengungkapkan bahwa sebelum diberikan pelatihan bantuan hidup dasar (BHD), siswa-siswi belum mengetahui, bagaimana cara memberikan bantuan henti nafas dan henti jantung. Para siswi juga belum dapat memperagakan bagaimana keterampilan-nya. Setelah diberikan pelatihan, maka semua siswa-siswi mampu mampraktekkan bagaimana cara memberikan bantuan henti nafas dan henti jantung dengan menggunakan phantom. Kognitif atau pengetahuan sangat berpengaruh kepada sikap dan psikomotor siswa dalam memeraktekkan BHD.

Pada penelitian Murtaqib dan Widayati, (2017) didapatkan beberapa siswa yang nilainya tidak berubah atau bahkan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan siswa kurang serius dalam mengikuti pelatihan dan mengisi lembar kuesioner yang diberikan. Kurang optimalnya pelaksanaan pelatihan dimana pelatihan dilaksanakan dengan jumlah siswa yang cukup besar sehingga perhatian ke tiap siswa tidak bisa diberikan secara optimal akibatnya didapatkan beberapa siswa selama pelatihan menjadi gaduh dan ramaI. Begitu juga yang terjadi pada pelatihan ini, dari 44 peserta terdapat satu peserta hasil evaluasi akhirnya tidak berubah. Dalam hal ini perlu pembinaan yang dilakukan secara berkala, untuk itu perlu dijalin kemitraan antara MTs Al-Ma’arif dengan Puskesmas Karanganyar dan Perguruan tinggi kesehatan.

Berdasarkan informasi pihak MTs, belum pernah ada kunjungan untuk pelatihan kesehatan (Progam UKS) dari pihak Puskesmas Karanganayar ke Pesantren/MTs Al-Ma’arif. Kemitraan antara pihak sekolah MTs Al-Ma’arif dengan Puskesmas Karanganyar belum terjalin secara maksimal, walapun pihak Puskesmas sudah memberikan pelayanan UKS. Muzakkiroh, dkk. (2005) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa hubungan kerja antara Puskesmas Jabon dengan sekolah dasar binaannya belum bisa dikatakan sebagai hubungan kemitraan, karena kerjasama yang terjalin masih

(4)

sebatas pembagian kerja, dalam hal ini belum sepenuhnya mengacu pada konsep kemitraan. Puskesmas dan pendidikan tinggi merupakan mitra penting dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat pesantren dalam kesehatan (Susanto, dan Sulistyorini, 2015).

Kemitraan merupakan kebersamaan antar pelaku untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat yang didasarkan atas kesepakatan tentang peranan dan prinsif masing-masing pihak (Ozy, 2015). Kemitraan bidang kesehatan masyarakat perlu dibangun guna meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mencapai derajat kesehatan yang tinggi, termasuk dalam mengantisifasi dan meghadapi bencana dan kecelakaan sehari-hari.

Kapasitas masyarakat sekitar sekolah MTs Al-Ma’arif dalam menangani bencana masih kurang.

Hal tersebut dapat menjadi risiko bahaya bencana di sekitar sekolah MTs Al-Ma’arif Kelurahan Karanganyar. Masyarakat masih pasif dalam menghadapi ancaman bencana yang bisa datang kapan saja dan di mana saja. Sikap pasif inilah yang justru semakin berbahaya bagi keselamatan jiwa dan harta dari masyarakat itu sendiri. Agar resiko bencana bisa dikurangi maka diperlukan langkah nyata mitigasi (mengurangi resiko) bencana bagi masyarakat.

Pada kondisi potensi bencana, maka pendidikan kebencanaan mutlak diperlukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan menjadi sarana yang tepat untuk memberikan pengetahuan, penanaman sikap hingga melahirkan perilaku cepat tanggap terhadap bencana. Sekolah dan pesantren sebagai ruang publik memiliki peran nyata dalam membangun ketahanan masyarakat. Sekolah secara terencana melakukan upaya mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. Sekolah sebagai wahana efektif dalam membangun budaya bangsa, termasuk membangun budaya kesiapsiagaan bencana.

Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebagai sebuah institusi pendidikan yang khas dengan ajaran Islam sebagai dasarnya memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam upaya membangun kesiapsiagaan bencana. Para generasi muda (siswa MTs) harus mampu bersikap dan berperilaku siap siaga menghadapi bencana. Semakin mengerti dan memahami tentang kesiapsiagaan bencana, semakin besar pula keterampilan dalam menghadapi bencana (Al-Nashr, 2018).

Kesiapsiagaan bencana merupakan proses membentuk individu dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam menghadapi ancaman bencana, meliputi tindakan pencegahan dan penanggulangan bencana. Mental individu yang diharapkan yaitu sadar bencana (mengerti dan memahami tentang bencana), siaga bencana (sikap mencegah terjadinya ancaman bencana dan kesiapan menghadapi bencana), serta tanggap bencana (memiliki keterampilan dalam menghadapi dan mengatasi bencana) (Al-Nashr, 2018). Kesiapsiagaan menjadi sangat penting untuk mengurangi resiko banyaknya korban jiwa akibat bencana. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai terkait kesiapsiagaan bencana akan menjadi modal penting dalam upaya menyelamatkan jiwa dan harta benda sebanyak mungkin. Yang lebih penting adalah mencegah terjadinya bencana dengan menanamkan sikap dan perilaku sadar bencana.

IV. SIMPULAN

Terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum dan setelah pelatihan P3K dan PPGD Dasar ( < 0,05).

Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa MTs Al-Maarif mengenai P3K dan PPGD Dasar setelah mengikuti pelatihan.

Disarankan supaya pihak sekolah MTs Al-Ma’arif menjalin kemitraan dengan Puskesmas Karanganyar untuk membentuk PKPR (Pelayananan Kesehatan Peduli Remaja).

(5)

V. UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada :

 Direktur Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya yang sudah mendukung terlaksananya pengabdian masyarakat ini

 Kepala Puskesmas Karanganyar yang telah memberikan akses pelayanan kesehatan sekolah di MTs Al-Ma’arif Cijeurah.

 Kepala sekolah MTs Al-Ma’arif Cijeurah beserta jajaran dan siswa-siswinya yang telah bermitra dalam pengabdian masyarakat ini.

 Semua pihak yang telah terlibat dan belum bisa disebutkan semua dalam laporan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Afiani, N., & Subhi, M. (2017). Ibm Posaka (Pos Siaga Keluarga) di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Research report, 1151-1160.

Al-Nashr, M.S., (2018). Integrasi pendidikan siaga bencana dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah.

Magistra: media pengembangan ilmu pendidikan dasar dan keislaman, 6(2).

Dahlan, M.S., 2009. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Kemenakertrans, 2008. Permenakertrans No. PER15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Diunduh pada tanggal 27 Pebruari 2017 dari http://www.kesehatankerja.com

Kemenkes, 2018. Petunjuk teknis penyelenggaraan posyandu remaja. Jakarta: Kemenkes RI.

Murtaqib, M., & Widayati, N. (2017). Pengaruh pelatihan terhadap kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir pada siswa di Pondok Pesantren Al Hasan I Dan Al Hasan II Panti Jember. Prosiding Hefa (health events for all), 1(1).

Muzakkiroh, U., Suparmanto, P., Pranata, S., & Wardhani, Y. F. (2005). Kemitraan antara puskesmas dengan Sekolah Dasar dalam kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS): studi kasus di wilayah kerja Puskesmas Jabon, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang Jawa timur, tahun 2004.

Buletin penelitian sistem kesehatan, 8(2 des).

Ozy, O., (2015). Kemitraan Bidang Kesehatan. Diunduh pada tanggal 05 Oktober 2018 dari http://prezi.com

Susanto, T., & Sulistyorini, L. (2015). Ipteks bagi Masyarakat (IbM) PHBS kelompok santri poskestren. Diundul pada tanggal 21 September 2018.

Wulandini, P., Roza, A., & Sartika, W., (2018). Simulasi bantuan henti nafas, henti jantung guna pencegahan kematian mendadak bagi siswi di Ponpes Babusalam. Dinamisia: jurnal pengabdian kepada masyarakat, 2(1), 1-5.

Referensi

Dokumen terkait

Tanggal 5 Desember 2005, Obar Sobarna menjabat Bupati Bandung untuk kali kedua didampingi oleh H. Yadi Srimulyadi sebagai wakil bupati, melalui proses pemilihan langsung. Pada

Agenda keagamaan di Desa Pliwetan yang lain yaitu dzibaan yang dilakukan setiap satu minggu sekali pada malam jumat dengan beranggotakan pemuda dan pemudi desa.. Akan

Tujuan penelitian adalah mengetahui efek bubuk biji kopi Robusta terhadap waktu penutupan luka pada mencit jantan yang diinduksi Aloksan.. Desain penelitian: prospektif eksperimental

3 0018057402 SYOFIARTI Kebijakan Pemerintah Dalam Pemanfaatan Tanah Ulayat Untuk Kegiatan Pertambangan Dalam Rangka Perlindungan Hak Masyarakat Hukum Adat Di Sumatera Barat.

Maka dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif untuk menjelaskan tentang penerapan metode yang digunakan dosen dalam

Dari penelitian sebelumnya mengatakan bahwa pada pekerjaan pembesian merupakan kegiatan yang mempunyai risiko kecelakaan kerja paling tinggi [1].. Oleh karena itu

While the shallow water around the lake edge doesn’t make for good water sports there is still plenty of room in the open water to enjoy any type of water sport that interests

Pelaksanaan siklus III penelitian dilakukan peneliti dengan mengintegrasikan strategi yang telah direncanakan, yaitu penulisan jurnal dan pemilihan ketua kelompok