A. Kajian Pustaka
1. Resource Based Theory
Resources Based Theory (RBT) pertama kali disampaikan oleh Wernerfelt pada tahun 1984 dalam artikel pionernya berjudul “A Resources- based view of the firm” (Ulum, 2015). RBT menyatakan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang dapat menjadikan perusahaan memiliki keunggulan bersaing dan mampu mengarahkan perusahaan untuk memiliki kinerja jangka panjang yang baik. Barney dalam Ulum (2015) menyatakan bahwa dalam perspektif RBT, firm resources meliputi seluruh aset, kapabilitas, proses organisasional, atribut-atribut perusahaan, informasi, knowledge, dan lain-lain yang dikendalikan oleh perusahaan yang memungkinkan perusahaan untuk memahami dan mengimplementasikan strategi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.
Asumsi RBT yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan. RBT sangat tepat untuk menjelaskan penelitian tentang Intellectual Capital (IC).
Dalam perspektif IC, asset tidak berwujud perusahaan diklasifikasikan dalam tiga kategori utama yaitu human capital, structural capital, dan customer capital (Bontis dalam Ulum 2015). Resource Based Theory (RBT) adalah suatu
pemikiran yang berkembang dalam teori manajemen strategik dan keunggulan kompetitif perusahaan yang meyakini bahwa perusahaan akan mencapai keunggulan apabila memiliki sumbe daya yang unggul (Solikhah et al. dalam Widarjo, 2011).
2. Intellectual Capital
Ada banyak definisi berbeda mengenai intellectual capital. Beberapa peneliti atau penulis memberikan definisi dan pengertian yang beragam mengenai intellectual capital. Bontis (1996) dalam Ulum (2015:69) mendefinisikan IC sebagai sumber daya yang menjadi modal bagi organisasi untuk memenangkan persaingan.
Andriessen dan Stem (2004) dalam Ulum (2015:69) menyatakan bahwa IC sebagai sumber daya tak berwujud yang ada pada suatu organisasi yang menjadi keunggulan organisasi, dan dapat menciptakan keuntungan di masa yang akan datang. Lebih lanjut, Edvinsson dan Malone (1997) dalam Ulum (2015:71) mengidentifikasi IC sebagai nilai yang tersembunyi (hidden value) dari bisnis. Terminologi ‘tersembunyi’ disini digunakan untuk dua hal yang berhubungan. Pertama, IC khususnya asset intelektual atau asset pengetahuan adalah tidak terlihat secara umum seperti layaknya asset tradisional, dan kedua asset semacam itu biasanya tidak terlihat pula pada laporan keuangan.
Meskipun terdapat banyak perdebatan dalam menentukan definisi pengetahuan, namun kebanyakan membedakan pengetahuan dalam tiga kategori atau komponen, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan karyawan (disebut dengan human capital), pengetahuan yang berhubungan
dengan pelanggan (disebut dengan customer atau relational capital), dan pengetahuan yang berhubungan hanya dengan perusahaan (disebut dengan structural capital) (Yates dkk., (2002) dalam Ulum (2015)). Definisi dari masing-masing komponen modal intelektual yaitu:
a. Modal manusia (Human Capital/HC) adalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan. Yang termasuk dalam modal manusia yaitu pendidikan, pengalaman, keterampilan, kreatifitas dan attitude. Menurut Bontis, modal manusia adalah kombinasi dari pengetahuan, keterampilan, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Jika perusahaan berhasil dalam mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu dapat meningkatkan modal manusia. Modal manusia ini yang nantinya akan mendukung modal struktural dan modal pelanggan.
b. Modal structural (Structural Capital/SC) adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Yang termasuk dalam modal struktural yaitu sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merk dagang dan kursus pelatihan. Modal struktural merupakan infrastruktur pendukung dari modal manusia sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan memiliki pengetahuan yang tinggi namun bila tidak didukung oleh sarana
dan prasarana yang memadai, maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan modal intelektual.
c. Modal pelanggan (Customer Capital/CC) adalah orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan, yang menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Modal pelanggan membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak di luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan pelanggan, bagaimana loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Modal pelanggan juga dapat diartikan kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar sehingga menghasilkan hubungan baik dengan pihak luar.
3. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC )
Terbatasnya ketentuan standar akuntansi tentang IC mendorong para ahli untuk membuat model pengukuran dan pelaporan IC. Salah satu model yang sangat populer di berbagai negara adalah Value Added Intellectual Coefficient (VAIC). Metode Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangiable assets) dan aset tidak berwujud (intangiable assets) yang dimiliki perusahaan. VAIC tidak mengukur IC, tetapi ia mengukur dampak dari pengelolaan IC. Asumsinya, jika suatu perusahaan memiliki IC yang baik, dan dikelola dengan baik pula, maka tentu akan ada dampak yang ditimbulkannya. Dampak itulah yang kemudian diukur
oleh Pulic dengan VAIC, sehingga dengan demikian VAIC lebih tepat disebut sebagai ukuran kinerja IC.
Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Value added adalah indikator yang objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (Ulum, 2015:108). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.
Output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal yang terpenting dalam model ini adalah bahwa beban tenaga kerja (labour expenses) tidak termasuk dalam IN. Karena peran aktifnya dalam proses penciptaan nilai, labour expenses tidak dihitung sebagai biaya dan tidak masuk dalam komponen IN. Karena itu aspek kunci dalam Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai. Model pengukuran kinerja IC yang berbasis pada modelnya Pulic yaitu VAIC, diawali dengan menempatkan perhitungan VA sebagai titik awal, yaitu:
VA = OUT – IN
OUT : Total penjualan dan pendapatan lain
IN : Beban dan biaya-biaya lain kecuali beban karyawan
Selanjutnya adalah menghitung efisiensi dari IC dengan menggunakan model Pulic (VAIC™) yang dimodifikasi. Menurut Pulic (2004) dalam Ulum
(2015:111), VAIC™ merupakan hasil penjumlahan dari intellectual capital efficiency (ICE) dan capital employed efficiency (CEE). Dimana ICE adalah HCE (human capital efficiency) ditambah SCE (structural capital efficiency).
Formula untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
HCE= VA/HC
HCE : Human Capital Efficiency : rasio dari VA terhadap HC VA : Value Added
HC : Human Capital : total gaji dan upah; beban karyawan SCE = SC/VA
SCE : Structural Capital Efficiency : rasio dari VA terhadap SC SC : Structural Capital : VA-HC
VA : Value Added
CEE = VA/CE
CEE : Capital Employed Efficiency : rasio dari VA terhadap CE VA : Value Added
CE : Capital Employed : nilai buku dari total asset perusahaan
Sehingga dengan demikian, formula lengkap dari VAIC adalah sebagai berikut:
VAIC = 𝑉𝐴𝐻𝐶
+
𝑆𝐶𝑉𝐴
+
𝑉𝐴𝐶𝐸
4. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan merupakan indikator yang menggambarkan keadaan yang terjadi di perusahaan dilihat dari segi ekonomi. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut dapat mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya seefektif dan seefisien mungkin. Perusahaan dapat dikatakan efektivitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi dapat diartikan sebagai ratio (perbandingan) antara input dan output, yaitu dengan input tertentu akan memperoleh output yang optimal.
Ketika kinerja keuangan mengalami penurunan, salah satu cara untuk memperbaiki hal tersebut adalah mengukur kinerja keuangan dengan menganalisa laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan. Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pengelola perusahaan untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya dan dijadikan landasan dalam pemberian reward and punishment terhadap manajer dan pegawai perusahaan. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai perusahaan itu sendiri kepada para stakeholder.
5. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan profitabilitas yang mengukur jumlah profit yang diperoleh tiap aset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan memanfaatkan total aset untuk operasional perusahaan secara efisien. ROA memberikan gambaran kepada investor tentang bagaimana perusahaan mengkonversikan uang yang telah diinvestasikan dalam laba bersih. Jadi, ROA adalah indikator dari profitabilitas perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba bersih. Return On Assets (ROA) dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan total asset perusahaan.
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
ROA yang positif menunjukkan bahwa total aktiva yang digunakan untuk beroperasi mampu memberikan laba kepada perusahaan. Sebaliknya, apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa total aktiva yang digunakan perusahaan mengalami kerugian. Sehingga jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang positif maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal. Sebaliknya, jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang negatif maka pertumbuhan modal perusahaan tersebut akan terhambat.
6. Penelitian Terdahulu
Penelitian Ihyaul Ulum (2008) menguji hubungan intellectual capital terhadap kinerja keuangan (ROA, ATO dan GR). Hasilnya secara simultan, IC (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian Ayu Wahdikorin (2010) menguji hubungan intellectual capital terhadap kinerja keuangan (ROA dan CTA). Hasilnya Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap Return on Asset (ROA), sedangkan Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Value Added of Intellectual Capital (VAIC) dan Jenis Bank (GROUP) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
Penelitian Ku Nor Izah Ku Ismail dan Mahfoudh Abdul Karem (2011) menguji hubungan intellectual capital terhadap financial performance.
Hasilnya secara simultan, IC (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Secara parsial, Human Capital Efficiency (HCE) and Capital Employeed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan Structural Capital Efficiency (SCE) tidak berpengaruh positif terhadap ROA.
Penelitian Rizky Filhayati Rambe (2012) menguji hubungan intellectual capital terhadap kinerja keuangan yaitu Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Growth Revenues (GR). Hasilnya Intellectual capital berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE, sedangkan GR tidak dipengaruhi secara signifikan oleh IC.
Penelitian Ajeng Satiti dan Nur Fadjrih Asyik (2013) menguji hubungan intellectual capital terhadap kinerja keuangan yaitu Return On Asset (ROA).
Hasilnya Intellectual Capital secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara parsial, Human Capital Efficiency (HCE) tidak berpengaruh terhadap ROA, Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhadap ROA, dan Capital Employeed Efficiency (CEE) tidak berpengaruh terhadap ROA.
Penelitian Hamidah, Dian Puspita Sari, dan Umi Mardiyati (2014) menguji hubungan intellectual capital terhadap Earning per Share (EPS), Return On Assets (ROA). Hasilnya modal intelektual yang diproksikan dengan VACA, VAHU mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap EPS namun STVA mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap EPS pada bank go public yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012. Sedangkan modal intelektual yang diproksikan dengan VACA, VAHU dan STVA mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap ROA pada bank go public yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012.
Penelitian Marfuah dan Maricha Ulfa (2014) menguji hubungan intellectual capital terhadap kinerja keuangan (ROA, ATO dan GR). Hasilnya Intellectual capital berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas dan produktivitas, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan. Capital employed yang mengandalkan physical capital (ekuitas dan laba bersih) terbukti berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan perusahaan. Human capital berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas dan pertumbuhan perusahaan. Structural capital tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan perusahaan.
Penelitian Andini Permata Untara dan Titik Mildawati (2014) menguji hubungan intellectual capital terhadap Return On Assets (ROA). Hasilnya VAHU, VACA, dan STVA berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian Gatot Ahmad Sirojudin dan Ietje Nazaruddin (2014) menguji hubungan intellectual capital terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Hasilnya Modal intelektual berpengaruh positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Modal intelektual berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Penelitian Janeth N. Isanzu (2015) menguji hubungan intellectual capital terhadap kinerja keuangan yaitu Return On Asset (ROA). Hasilnya Secara simultan, IC (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Secara parsial, Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan Structural Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employeed Efficiency (CEE) tidak berpengaruh positif terhadap ROA.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Variabel
Independen Variabel
Dependen Alat
Analisis Hasil
1. Ihyaul Ulum (2008)
IC (HCE, SCE dan CEE)
kinerja keuangan (ROA, ATO dan GR)
Analisis regresi Linier berganda
Secara simultan, IC (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
2. Ayu
Wahdikorin (2010)
Intellectual
Capital Return on asset (ROA), Dan Cost to Asset (CTA)
Analisis regresi Linier berganda
Capital Employeed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap Return on Asset (ROA), sedangkan Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), Value Added of Intellectual Capital (VAIC) dan Jenis Bank (GROUP) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
3. Ku Nor Izah Ku Ismail d an Mahfoud h Abdul Kar em (2011)
Intellectual
Capital Financial Performan ce
Analisis regresi Linier berganda
Secara simultan, IC (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Secara parsial, Human Capital Efficiency (HCE) and Capital Employeed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan Structural Capital Efficiency
(SCE) tidak
berpengaruh positif terhadap ROA.
4. Rizky Filhayati Rambe (2012)
Intellectual
Capital Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE),
Analisis regresi Linier berganda
Intellectual capital berpengaruh positif terhadap ROA dan ROE, sedangkan GR tidak dipengaruhi secara signifikan oleh
dan Growth Revenues (GR)
IC.
5. Ajeng Satiti dan Nur Fadjrih (2013)
Intellectual
Capital Return on asset (ROA).
Analisis regresi Linier berganda
Intellectual Capital secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara parsial, Human Capital Efficiency (HCE) tidak berpengaruh terhadap ROA, Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh terhadap ROA, dan Capital Employeed Efficiency (CEE) tidak berpengaruh terhadap ROA.
6. Hamidah, Dian Puspita Sari, dan Umi Mardiyati (2014)
Intellectual
Capital Earning per Share (EPS), Return On Assets (ROA)
Analisis regresi Linier berganda
Modal intelektual yang diproksikan dengan
VACA, VAHU
mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap EPS namun STVA mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap EPS pada bank go public yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012. Sedangkan modal intelektual yang diproksikan dengan VACA, VAHU dan STVA mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap ROA pada bank go public yang terdaftar di BEI tahun 2009-2012.
7. Marfuah dan Maricha Ulfa (2014)
Intellectual
Capital kinerja keuangan (ROA, ATO dan GR)
Analisis regresi Linier berganda
Intellectual capital berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas dan produktivitas, namun
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
perusahaan.
Capital employed yang mengandalkan physical capital (ekuitas dan laba bersih) terbukti berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan
perusahaan.
Human capital
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas,
namun tidak
berpengaruh signifikan terhadap produktivitas dan pertumbuhan perusahaan.
Structural capital tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan
perusahaan.
8. Andini Permata Untara dan Titik
Mildawati (2014)
Intellectual
Capital Return On Asset (ROA)
Analisis regresi Linier berganda
VAHU, VACA, dan STVA berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
9. Gatot Ahmad Sirojudin dan Ietje Nazaruddin (2014)
Intellectual
Capital Kinerja Perusahaa n dan nilai perusahaa n
Partial Least Square (PLS)
Modal intelektual berpengaruh
positif secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Modal intelektual berpengaruh positif secara
signifikan terhadap kine rja perusahaan
10. Janeth N.
Isanzu (2015)
Intellectual
Capital Return On Asset (ROA)
Analisis regresi Linier
Secara simultan, IC (HCE, SCE dan CEE) berpengaruh signifikan
berganda positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Secara parsial, Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap ROA, sedangkan Structural Capital Efficiency (SCE) dan Capital Employeed Efficiency
(CEE) tidak
berpengaruh positif terhadap ROA.
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2016
B. Rerangka Pemikiran
Rerangka penelitian ini akan menguji pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran intellectual capital menggunakan metode VAIC yang terdiri dari Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE), sedangkan kinerja keuangan perusahaan diukur oleh Return On Asset (ROA).
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Human Capital Efficiency (HCE)
Structural Capital Efficiency (SCE)
Capital Employed Efficiency (CEE)
Return On Asset (ROA)
C. Hipotesis
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil penelitian sebelumnya, maka disusun hipotesis untuk masing-masing variabel yang akan diuji, yaitu sebagai berikut:
1. Pengaruh human capital efficiency (HCE) terhadap return on asset
Perusahaan yang dapat memanfaatkan sumber daya strategisnya dengan baik dan mampu untuk menciptakan suatu nilai tambah dan keunggulan kompetitif, nantinya akan bermuara pada peningkatan kinerja perusahaan.
Menurut resource based view, IC merupakan sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif tentunya akan dapat bersaing dengan lawan bisnisnya dan keberlanjutan perusahaan akan terjamin. Dalam proses penciptaan nilai perusahaan membutuhkan pemanfaatan optimal dari seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya yang dimiliki perusahaan adalah karyawan (human capital).
Apabila karyawan-karyawan tersebut diberlakukan dengan baik dan kesejahteraan terjamin serta diiringi oleh pengelolaan SDM yang baik seperti pelatihan dan pengembangan karyawan, maka sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif, maka nilai tambah akan dapat dihasilkan guna menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Dengan demikian maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset.
2. Pengaruh structural capital efficiency (SCE) terhadap return on asset Menurut resource based theory, IC merupakan sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif tentunya akan dapat bersaing dengan lawan bisnisnya dan keberlanjutan perusahaan akan terjamin. Dalam proses penciptaan nilai perusahaan membutuhkan pemanfaatan optimal dari seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Structural capital salah satunya sumber daya yang juga berpengaruh dalam suatu perusahaan. Apabila sumber daya tersebut dimanfaatkan dengan baik dan dilaksanakan secara baik dengan cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting, maka nilai tambah akan dapat dihasilkan guna menciptakan kelangsungan kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Dengan demikian maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H2: Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset.
3. Pengaruh capital employed efficiency (CEE) terhadap return on asset Menurut resource based view, IC merupakan sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingg dapat meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik dan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif tentunya akan dapat bersaing dengan lawan bisnisnya dan keberlanjutan perusahaan akan terjamin. Dalam proses penciptaan nilai perusahaan membutuhkan pemanfaatan optimal dari seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang dimiliki perusahaan salah satunya adalah capital employed. Apabila dimanfaatkan dengan baik dan dapat digunakan secara efektif, maka nilai tambah akan dapat dihasilkan guna menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan. Dengan demikian maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H3: Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset.