1
Pada hakikatnya anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai tindakan yang menimbulkan kerugian mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang dalam kehidupan dirinya, mengingat situasi dan kondisinya. Anak perlu mendapat perlindungan agar tidak mengalami kerugian fisik, mental maupun sosial.1 Anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial. Anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dengan wajar.
Dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 menyebutkan mengenai hak dan kewajiban antara orang tua dan anak. Disebutkan dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 Pasal 45 ayat 1 yaitu:
“Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya”
Sedangkan ayat 2 disebutkan yaitu:
“Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat 1 berlakusampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antar keduanya putus”
Berdasarkan pasal tersebut berarti bahwa walaupun kedua orang tua anak telah berpisah atau bercera, tetapi kewajiban sebagai orang tua untuk memberikan haknya kepada anaknya tidaklah putus. Anak harus tetap
1 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan, (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2012), hlm. 69.
mendapatkan hak-haknya sebagai seorang anak sebagaimana dimaksud oleh Pasal 45 ayat 1 Undang-undang No 1 tahun 1974.2
Desa karangtengah merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Subah Kabupaten Batang, salah satu masalah yang ada di desa tersebut adalah kasus perceraian yang berujung pada pemenuhan hak-hak anak.
Berikut tabel Data Perceraian Kecamatan Subah Kabupaten Batang Tahun 2015.3
Tabel 1.1
Data Perceraian Kecamatan Subah Kabupaten Batang Tahun 2015
NO DESA Jumlah data
perceraian
1 MANGUNHARJO 5
2 GONDANG 8
3 KEMIRI TIMUR 7
4 SENGON 10
5 SUBAH 7
6 ADINUSO 6
7 KARANGTENGAH 12
8 MENJANGAN 3
9 DURENOMBO 4
10 KEMIRI BARAT 3
11 JATISARI 3
12 KURIPAN 2
13 KALIMANGGIS 3
14 CLAPAR 2
15 KEBORANGAN 0
16 KUMEJING 1
17 TENGGULANGHARJO 1
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa desa yang paling banyak kasus perceraian di kecamatan Subah adalah desa Karangtengah.
2 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana 2007), hlm. 327.
3 Data perceraian KUA Kecamatan Subah Kabupaten Batang tahun 2015
Desa Karangtengah merupakan desa yang berpenduduk padat dengan taraf pendidikan rendah yang masyarakatnya hanya berpendidikan sampai pada sekolah menengah pertama. Berikut grafik pendidikan masyarakat Desa Karangtengah Kecamatan Subah pada Tahun 2015.4
Gambar 1.1
Data pendidikan desa Karangtengah Kecamatan Subah Kabupaten Batang Tahun 2015
Tabel. 1.2
Keterangan grafik data pendidikan:
Tingkatan Sekolah
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
SD 951 963 1904
SMP 164 137 401
SMA 27 36 63
S1 12 16 28
4 Jurnal Desa Karangtengah Kecamatan Subah Kabupaten Batang tahun 2015
Dari gambar grafik di atas, kebanyakan pendidikan yang ditempuh masyarakat desa Karangtengah paling banyak pada tingkat SD (Sekolah Dasar), dikarenakan taraf pendidikan yang rendah tersebut, para remaja melakukan pernikahan dini. Namun dalam pernikahannya sering terjadi ketidakcocokan dengan pasangannya karena pada usia tersebut pola pikir mereka masih labil, artinya mereka belum bisa memecahkan permasalahan keluarga secara bijaksana. Oleh karena itu berdampak pada perceraian padahal mereka masih memiliki anak di bawah umur yang seharusnya masih membutuhkan pengasuhan dan memberikan segala hak-hak anak oleh kedua orang tuanya.
Kasus ibu Kustiyah (nenek), dimana anaknya yang sudah bercerai selama 2 tahun dan di karuniai anak laki-laki, namun dalam kasus tersebut anak dirawat oleh keluarga ayah dan selama dirawat oleh keluarga ayah, anak belum menerima hak yang semestinya dia terima, misalkan kasih sayang, perhatian dan kedisiplinan anak yang kurang karena ayah pergi kerja dan menikah lagi.5 Dalam kesehariannya nenek yang memenuhi kebutuhan anak, selama menikah ayah tidak memberikan nafkah kepada anak. Selama anak dirawat oleh nenek, anak kurang perhatian, karena nenek dari pagi sampai sore bekerja sebagai petani. Dari kasus ini pihak dari keluarga ibu tidak boleh menemui bahkan tidak mau menerima uang atau barang dari ibunya, karena takut kalau anak tersebut dibawa pergi dan dirawat oleh pihak ibu. Setiap anak
5 Kustiyah, masyarakat desa Karangtengah , Wawancara Pribadi, pada hari Senin 4 Januari 2016 pukul 17.00 wib
pasti menginginkan hal yang terbaik buat ayah dan ibu, setiap anak tidak mau menjadi korban dari kedua orang tuanya apalagi korban perceraian.
Kasus diatas merupakan gambaran terhadap permasalahan yang ada di desa karangtengah salah satunya adalah masalah perceraian yang berujung pada pemenuhan hak anak. Dimana hak-hak anak pasca perceraian tidak sesuai dengan hak yang semestinya diberikan kepada orang tua, hak anak bukan hanya pendidikan saja akan tetapi perhatian dan kasih sayang sangat penting terhadap anak pasca perceraian orang tuanya. Dimana setiap kasus perceraian yang ada di desa karangtengah anak akan dirawat oleh salah satu orang tua (nenek) dari ibu atau ayah kandungnya dengan alasan kedua orang tuanya tidak mau merawat dan memperhatikan. Selama dirawat oleh nenek maupun ibu kandungnya anak belum sepenuhnya menerima hak, sehingga bisa berdampak pada pola pikir anak dan mengakibatkan anak terjerumus ke pergaulan bebas bahkan merasa hidupnya sendiri.
Dari penjelasan kasus diatas, berikut alasan penulis memilih lokasi penelitian di desa Karangtengah sebagai berikut:
1. Desa karangtengah merupakan salah satu desa dari 17 desa yang ada di kecamatan Subah, dimana banyak perceraian di lihat dari angka perceraian terbanyak pada tahun 2015 di KUA Kecamatan Subah Kabupten Batang yang kemudian berdampak pada pelaksanaan pemenuhan hak anak yang terabaikan.
2. Orang tua pasca perceraian lebih memilih bekerja bahkan menikah lagi, seharusnya orang tua berkewajiban merawat, mendidik dan
melindungi anaknya, sehingga tumbuh kembang anak baik dan anak bisa melakukan kesehariannya dengan senang tanpa ada beban.
Anak-anak pasca perceraian orang tua yang kurang perhatian dan pengawasan berdampak pada perkembangan fisik dan mentalnya. Maka sebagai orang tua baik dalam keadaan rukun maupun berpisah anak tetep utama. Sehingga anak tidak merasakan bahwa dia adalah korban dari perceraian orang tuanya. Orang tua tetap memperhatikan dan memotivasi, supaya anak bisa berkepribadian baik dan berakhlak mulia.
Perceraian yang terjadi di desa Karangtengah adalah bentuk tanggung jawab orang tua kepada anaknya tidak terhenti pada suatu perceraian. Orang tua masih berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawabnya seperti menanggung biaya hidup bagi anaknya, memberikan tempat tinggal yang layak, serta memberikan kiswah bagi anak-anaknya sehingga anak dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana mestinya, tidak terhalangi oleh akibat suatu perceraian yang terjadi terhadap kedua orang tua mereka. Sebagaimana diatur dalam Pasal 41 Undang-undang No 1 tahun 1974 bahwa akibat suatu perceraian kedua orang tua tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak- anaknya semata-mata berdasarkan kepentingan anak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diambil judul mengenai
“HAK-HAK ANAK PASCA PERCERAIAN ORANG TUA MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (KASUS DI DESA KARANGTENGAH KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG)”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pemenuhan hak anak pasca perceraian orang tua menurut Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan di desa Karangtengah kecamatan Subah kabupaten Batang?
C. Tujuan Penelitian
Melihat pokok permasalahan di atas, sebagai arahan yang tepat dalam penulisan maka peneliti bertujuan.
1. Untuk menjalaskan mengenai tanggung jawab terhadap pemenuhan hak anak setelah perceraian dan menyadarkan kepada orang tua yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap anak sehingga anak bisa hidup dengan baik, penuh perhatian dan kasih sayang.
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara ilmiah
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan kotribusi pemikiran bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan hukum Islam pada khususnya, terutama yang berkaitan dengan praktik pelaksanaan hak asuh anak dan pemenuhan hak-hak yang akan diberikan kepada anak pasca perceraian kedua orang tuanya.
2. Secara praktis
Memberikan informasi kepada pembaca tentang pentingnya hak asuh dan pelaksanakan terhadap pemenuhan hak anak pasca perceraian orang tua penting karena menyangkut masa depan sang anak.Dari skripsi ini dapat dijadikan sebagai pedoman dasar serta landasan awal untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hak anak pasca perceraian orang tua menurut Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang masing- masing bab terdapat sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut.
Bab I : Pendahuluan, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan Penelitian.
Bab II : Landasan Teori yang berisi tentang Teori-teori yang berkaitan dengan hadhanah di dalamnya membahas tentang: pengertian hadhanah, permasalahan hak asuh anak, hak dan kewajiban sebagai anak, Kerangka Berpikir, Penelitian yang relevan.
Bab III : Metode Penelitian meliputi: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Tempat penelitian, Waktu penelitian, subjek dan objek penelitian dan Langkah-langkah penelitian.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab V : Penutup yang meliputi: simpulan, saran, biografi penulis dan lampiran.