• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DESAIN GEDUNG WHIZ HOTEL METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DESAIN GEDUNG WHIZ HOTEL METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DESAIN GEDUNG WHIZ HOTEL METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

Oleh :

LEXONO NADEAK

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG

2016

(2)

ABSTRAK

ANALISIS DESAIN GEDUNG WHIZ HOTEL METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

OLEH

LEXONO NADEAK

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) merupakan sistem dengan daktilitas tertinggi dan memiliki persyaratan yang detail dalam perhitungan penulangan komponen struktur aksial, lentur dan geser untuk elemen balok dan kolom, serta ketentuan mengenai hubungan balok kolom yang akan mempengaruhi kinerja bangunan secara keseluruhan ketika menerima beban gempa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui detail persyaratan sistem rangka pemikul momen khusus sesuai dengan SNI 2847-2013 dan evaluasi kinerja struktur dengan pushover analysis.

Berdasarkan hasil studi, level kinerja struktur sesuai dengan titik kinerja yang didapat menunjukkan nilai dari target perpindahan untuk arah x sebesar 0,048m dan arah y sebesar 0,416 m. Nilai dari titik kinerja juga menunjukkan bahwa bangunan yang di desain berada pada kondisi Immediate Occupancy dimana kondisi gedung saat menerima beban gempa diharapkan struktur tidak akan mengalami kerusakan. Distribusi sendi plastis tidak sesuai yang diharapkan yaitu kolom kuat dan balok lemah karena terbentuknya sendi plastis diawali dari elemen kolom terlebih dahulu kemudian diikuti elemen balok. Dari hasil analisis pushover didapat nilai faktor reduksi gempa (R) aktual arah x sebesar 9,0 dan arah y sebesar 7,8, sedangkan nilai faktor kuat lebih sistem (Ωo) aktual arah x sebesar 4,7 dan arah y sebesar 6,1 dan nilai faktor pembesaran defleksi (Rd) aktual arah x sebesar 6,0 dan arah y sebesar 5,2.

Kata kunci : SRPMK, titik kinerja, sendi plastis, analisis pushover

(3)

ABSTRACT

BUILDING DESIGN ANALYSIS OF WHIZ HOTEL WITH SPECIAL MOMENT RESISTING FRAME SYSTEM METHOD

By

LEXONO NADEAK

Special Moment Resisting Frame System (SMRFS) is a system with the highest ductility and that has detail requirements in the calculation of structural reinforcement components of axial, bending and shear of beam and columns elements, as well as provisions regarding the beam column connection that will affect the overall performance building when receiving earthquake load. This study aims to determine the detail requirements of special moment resisting frame system in accordance with SNI 2847-2013 and performance evaluation of structures with pushover analysis.

Based on study results, the level of structure performance in accordance with the performance point obtained shows that the values of the displacement target are 0.048 m in x-direction and 0.416 m in y-direction. The value of the performance point also shows that the building is designed in the Immediate Occupancy condition that is while the building receives the earthquake load, it is expected that the structure will not be damaged. Distribution of plastic hinge is not appropriate to the expectation that is the strong column and the weak beam because plastic hinge formation begins from the column element then the beam element. From the pushover analysis, it is obtained the value of the actual reduction factors (R) are 9.0 in x-direction and 7.8 in y-direction, while the values of the actual system over strength factor (Ωo) are 4.7 in x-direction and 6.1 in y- direction and the values of actual deflection magnification factor (Rd) are 6.0 in x-direction and 5.2 in y-direction.

Keywords : SMRFS, performance point, plastic hinge, pushover analysis

(4)

ANALISIS DESAIN GEDUNG WHIZ HOTEL METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

Oleh

LEXONO NADEAK

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidikalang, Sumatera Utara pada tanggal 25 Maret 1994 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Jalasman Nadeak dan Ibu Linceria Sihotang.

Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri 033916 Siarung-arung yang diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sidikalang yang diselesaikan pada tahun 2009, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sidikalang yang diselesaikan pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Tertulis.

Penulis telah melakukan Praktik Kerja pada Proyek Pembangunan Hotel Whiz Prime Lampung selama 3 bulan. Penulis juga telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Gedung Aji, Kecamatan Selagai Lingga, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada periode Januari-Maret 2015. Penulis mengambil tugas akhir dengan judul Analisis Desain Gedung Whiz Hotel Metode Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus.

(9)

Sipil (HIMATEKS) Universitas Lampung sebagai anggota Divisi Penelitian dan Pengembangan Masa Bakti 2014-2015. Penulis pernah mengikuti Lomba Ketekniksipilan Nasional "Inovasi Desain Emerged Breakwater" dalam DEDIKASI Himpunan Mahasiswa Sipil Universitas Hasanuddin pada tahun 2015.

(10)

MOTTO

Success needs a process.

(Anonim)

Ucapkanlah syukur dalam segala hal.

(1 Tesalonika 5 : 18)

Telling the truth is a simple way to have a peaceful of life.

(Anonim)

Always be yourself no matter what they say and never be anyone else even if they look better than you.

(Anonim)

Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana

(Amsal 19 : 21)

Anda tidak akan mencapai garis finish bila tidak meninggalkan garis start.

(Anonim)

Kesuksesan tidak pernah final, kegagalan tidak pernah fatal, keberanian yang utama.

(Anonim)

(11)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya dan membukakan jalan pikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Desain Gedung Whiz Hotel Metode Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana Teknik Sipil Universitas Lampung ini.

Secara tulus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka yang penuh kesabaran telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini :

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung.

2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung.

3. Bapak Suyadi, S.T., M.T., sebagai pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, saran, nasehat dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ir. Ratna Widyawati, M.T., sebagai pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, saran, dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Bayzoni, S.T., M.T., sebagai Dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan kritik dalam menyempurnakan skripsi ini.

(12)

6. Bapak Ir. Andi Kusnadi, M.T., selaku Pembimbing Akademik. untuk waktu konsultasi dan nasehatnya.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung atas ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

8. Keluarga tercinta, bapak Jalasman Nadeak dan Ibu Linceria Sihotang, adikku Widovo, Emelia Agata, dan Seryn Ulsi dan Kekasihku Regina Asri yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan motivasi

9. Rekan seperjuanganku yang tidak bisa kusebutkan satu persatu di Teknik Sipil Universitas Lampung Angkatan 2012, sampai bertemu di medan pertempuran yang sesungguhnya.

10. Rekan-rekan di proyek pembangunan hotel whiz, Pak Sigit, Pak Edi, Pak Doni, dan bang Ucok yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

11. Teman- teman Purken Crew yang membuat penulis selalu ceria dan tetap bersemangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tuhan Yesus Memberkati.

Bandar Lampung, Juni 2016 Penulis

Lexono Nadeak

(13)

Persembahan

Untuk Bapakku Tercinta Jalasman Nadeak Untuk Mamakku tercinta Linceria Sihotang

Untuk Adikku tersayang Widovo Nadeak, Emelia Agata Nadeak, Seryn Ulsi Nadeak dan Kekasihku

Regina Asri Cahyaningtyas.

Untuk semua guru-guru dan dosen-dosen yang telah mengajarkan banyak hal. Terima kasih untuk ilmu,

pengetahuan dan pelajaran hidup yang sudah diberikan.

Untuk sahabat-sahabat baikku, keluarga baruku, rekan seperjuanganku, Teknik Sipil Universitas

Lampung Angkatan 2012,Kalian luar biasa.

Dan

Almamater Tercinta

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR ISTILAH ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Peneletian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Balok ... 5

B. Detail Penulangan Komponen Struktur Pemikul Lentur ... 8

C. Kolom ... 12

D. Komponen Struktur Pemikul Kombinasi Lentur dan Aksial ... 16

E. Sambungan Balok Kolom ... 20

F. Komponen Struktur Joint Balok Kolom ... 21

G. Pembebanan ... 24

H. Kombinasi Pembebanan ... 39

(15)

I. Analisa Beban Dorong Statik (Static Push Over Analysis) ... 40

J. Evaluasi Kinerja Struktur dengan Metode Capacity Spectrum ... 44

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 52

B. Lokasi Penelitian ... 52

C. Data Penelitian ... 52

D. Prosedur Penelitian ... 55

E. Kerangka Penelitian ... 57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konfigurasi Gedung ... 58

B. Material Struktur ... 59

C. Detail Elemen Struktur ... 59

D. Jenis Pembebanan………... ... 62

E. Kombinasi Pembebanan ... 76

F. Pemodelan Struktur ... 76

G. Perencanaan Penulangan Lentur ... 79

H. Kontrol Syarat Komponen Lentur Sesuai SRPMK ... 93

I. Perencanaan Penulangan Kolom ... 95

J. Kontrol Syarat Komponen Lentur dan Aksial sesuai SRPMK ... 112

K. Perencanaan Sambungan Balok Kolom ... 113

L. Perhitungan Kapasitas Dengan Metode Pushover ... 129

(16)

vii

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 146 B. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung ... 25

Tabel 2. Beban Hidup Pada Lantai Gedung ... 25

Tabel 3. Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur ... 27

Tabel 4. KDS Parameter Respon Percepatan Periode Pendek ... 28

Tabel 5. KDS Parameter Respon Percepatan Periode 1 detik ... 28

Tabel 6. Klasifikasi Kelas Situs ... 29

Tabel 7. Faktor R, Ωo dan Cd Untuk Sistem Penahan Gaya Seismik ... 30

Tabel 8. Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan X ... 32

Tabel 9. Penentuan Nilai K ... 33

Tabel 10. Faktor Amplifikasi Fa Percepatan Respons Spektrum Faktor ... 34

Tabel 11. Faktor Amplifikasi Fv Percepatan Respons Spektrum Faktor ... 34

Tabel 12. Batasan Tipe Bangunan ... 51

Tabel 13. Batasan Rasio Drift Atap ... 51

Tabel 14. Konfigurasi Elevasi Bangunan ... 58

Tabel 15. Jenis dan Dimensi Balok Struktur ... 60

Tabel 16. Pembagian Kode Struktur Kolom ... 60

Tabel 17. Beban Dinding Pada Balok ... 64

Tabel 18. Data N-SPT Whiz Prime Lampung ... 66

Tabel 19. Hasil Perhitungan Respon Spektrum Bandar Lampung ... 68

(18)

ix

Tabel 20. Akumulasi Berat Lantai Struktur ... 70

Tabel 21. Distribusi Gaya Lateral Gempa ... 71

Tabel 22. Pembacaan Beban Angin Untuk Dinding A ... 73

Tabel 23. Pembacaan Beban Angin Untuk Dinding B ... 75

Tabel 24. Momen Maksimum Pada Balok ... 79

Tabel 25. Nilai Momen Ultimate Balok Terpasang ... 90

Tabel 26. Momen M1, M2 dan Gaya Aksial Pada Kolom K1B1 ... 96

Tabel 27. Gaya dan Momen Beton Tekan Menentukan ... 102

Tabel 28. Gaya dan Momen Pada Keadaan Seimbang ... 103

Tabel 29. Gaya dan Momen Tarik Menentukan ... 104

Tabel 30. Hasil Hitungan Nilai Q dan R Untuk Perencanaan Kolom ... 107

Tabel 31. Data Tulangan Longitudinal Balok ... 131

Tabel 32. Data Tulangan Longitudinal Kolom ... 131

Tabel 33. Perbandingan Hasil Penulangan Balok Manual dan SAP 2000... 132

Tabel 34. Perbandingan Hasil Penulangan Kolom Manual dan SAP 2000 ... 133

Tabel 35. Nilai Performance Point Arah X dan Y ... 143

Tabel 36. Hasil Perhitungan Faktor Daktilitas Struktur... 145

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Faktor Penting Dalam Desain Balok ... 5

Gambar 2. Distribusi Tegangan Regangan Balok Beton Bertulang ... 6

Gambar 3. Detail Penulangan Sengkang ... 10

Gambar 4. Detail Penulangan Geser ... 11

Gambar 5. Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Kolom ... 13

Gambar 6. Jenis Kolom Berdasarkan Letak Beban Aksial ... 13

Gambar 7. Penampang Kolom, Diagram Tegangan dan Regangan ... 14

Gambar 8. Detail Tulangan Transversal Kolom ... 18

Gambar 9. Geometris Sambungan Balok Kolom Interior ... 20

Gambar 10. Luas Joint Efektif ... 23

Gambar 11. Response Spectrum Berdasarkan SNI 1726:2012 ... 36

Gambar 12. Pembagian Tekanan Angin Pada Dinding ... 38

Gambar 13. Posisi Sumbu Lokal Balok ... 41

Gambar 14. Posisi Sumbu Lokal Kolom ... 42

Gambar 15. Sendi Plastis Pada Balok dan Kolom ... 42

Gambar 16. Kurva Kapasitas ... 45

Gambar 17. Modifikasi Kurva Kapasitas Menjadi Spektrum Kapasitas ... 46

Gambar 18. Perubahan Format Respon Percepatan Menjadi ADRS ... 47

Gambar 19. Reduksi Grafik Respon Spektrum ... 47

(20)

xi

Gambar 20. Menentukan Performance Point ... 49

Gambar 21. Defenisi Faktor Daktilitas Struktur dari kurva ADRS ... 49

Gambar 22. Denah Gedung Whiz Prime... 53

Gambar 23. Tampak Potongan Gedung Whiz Prime ... 54

Gambar 24. Kerangka Penelitian ... 57

Gambar 25. Tampak Potongan Gedung Whiz Prime Lampung ... 61

Gambar 26. Respon Spektra Kota Bandar Lampung ... 69

Gambar 27. Transfer Beban Angin Tipe A ... 72

Gambar 28. Transfer Beban Angin Tipe B ... 72

Gambar 29. Transfer Beban Angin Tipe C ... 74

Gambar 30. Transfer Beban Angin Tipe D ... 74

Gambar 31. Pemodelan Material Beton f’c 35 ... 77

Gambar 32. Pemodelan Material Baja Tulangan ... 77

Gambar 33. Penampang Balok Tumpuan Kiri ... 83

Gambar 34. Penampang Balok Lapangan ... 86

Gambar 35. Penampang Balok Tumpuan Kanan ... 89

Gambar 36. Detail Penulangan Sengkang ... 93

Gambar 37. Nomogram Komponen Struktur ... 98

Gambar 38. Diagram Interaksi Penulangan Kolom ... 107

Gambar 39. Penulangan Penampang Kolom ... 108

Gambar 40. Detail Penulangan Sengkang Kolom ... 111

Gambar 41. Input Data Penulangan Balok ... 130

Gambar 42. Input Data Penulangan Kolom ... 130

Gambar 43. Input Grav Case ... 134

(21)

Gambar 44. Input Push Respon Spektrum arah X dan Y ... 135

Gambar 45. Input Push Statik Ekivalen arah X dan Y ... 135

Gambar 46. Kurva Kapasitas Respon Spektra Arah X ... 136

Gambar 47. Kurva Kapasitas Respon Spektra Arah Y ... 136

Gambar 48. Sendi Plastis Akibat Beban Respon Spektrum arah X ... 137

Gambar 49. Sendi Plastis Akibat Beban Statik Ekivalen arah X ... 138

Gambar 50. Sendi Plastis Akibat Beban Respon Spektrum arah Y ... 139

Gambar 51. Sendi Plastis Akibat Beban Statik Ekivalen arah Y ... 140

Gambar 52. Titik Kinerja Arah X ... 142

Gambar 53. Titik Kinerja Arah Y ... 142

(22)

DAFTAR ISTILAH

a = Tinggi blok tegangan persegi Ab = Luas dasar struktur

Ach = Luas inti penampang kolom

Ag = Luas penampang beton

Aj = Luas efektif dari penampang suatu joint As = Luas tulangan tarik

As’ = Luas tulangan tekan

Ash = Luas tulangan transversal yang diisyaratkan Ast = Luas total tulangan longitudinal

b = Lebar muka tekan komponen struktur

bc = Lebar inti kolom yang diukur dari as tulangan longitudinal bj = Lebar efektif hubungan balok kolom

bw = Lebar badan

C = Resultan gaya tekan pada beton Cc = Kuat tekan akibat beton Cd = Koefisien Pembesaran Momen Cs = Koefisien response seismic Cs = Kuat tekan akibat tulangan

Ct = Koefisien

D = Beban Mati

d = Jarak serat tekan ke pusat tulangan tarik d’ = Jarak serat tekan ke pusat tulangan tekan

db = Diameter tulangan

(23)

di = Ketebalan lapisan

dh = Tambahan kedalaman air pada atap pada lubang sistem drainase ds = kedalaman air atap ke lubang masuk sistem drainase sekunder

E = Modulus Elastisitas

E = Beban gempa

Fa = Faktor amplifikasi Fv = Faktor amplifikasi f’c = Kuat tekan beton fy = Kuat leleh tulangan baja

H = Tinggi

h = Panjang penampang

hc = Tinggi efektif kolom pada hubungan balok kolom hi/hx = Tinggi dari dasar tingkat I atau x

hj = Tinggi joint

hn = Ketinggian struktur h1,h2 = Tinggi kolom

I = Momen Inersia

I = Faktor keutamaan

K = Kekakuan

k = eksponen yang terikat pada struktur

L = Beban hidup

Ldh = Panjang penyaluran

Lr = Beban hidup atap

Mn = Momen nominal

Mpr+ = Kekuatan lentur komponen struktur balok tulangan tarik Mpr- = Kekuatan lentur komponen struktur balok tulangan tekan

= Nilai N-SPT rata-rata Nn = Gaya aksial nominal kolom

(24)

xv

Pn = Kekuatan aksial nominal penampang

Po = Kekuatan aksial

Pu = Gaya aksial terfaktor R = Faktor modifikasi respon

R = beban air hujan pada atap yang tidak melendut s = Jarak antar tulangan transversal

S = Beban salju

Sa = Spectrum response

Sds = Parameter percepatan response spectrum periode pendek Sd1 = Parameter percepatan response spectrum periode 1 detik Smax = Besarnya gaya geser dasar struktur saat mengalami leleh Sms = Parameter response spectrum periode pendek

Sm1 = Parameter response spectrum periode 1 detik SMT = Nilai Sa dari gempa periode ulang 2500 tahun T = Kuat tarik tulangan

T = Periode fundamental

Ta = Periode fundamental pendekatan

T0 = Periode awal

V = Gaya geser dasar

Vc = Gaya geser

Ve = Gaya geser desain pada penampang Vn = Tegangan geser nominal

Vu = Gaya geser terfaktor

W = Berat lantai

W = Beban angin

Wi/Wx = Bagian seismik efektif total struktur pada tingkat I dan x Wu = Beban terfaktor per satuan panjang balok

x = Jarak serat atas ke garis netral

(25)

ԑs = Regangan pada baja ℓn = Panjang bentang bersih

ρ = Rasio tulangan

Ø = Faktor reduksi

Ωo = Faktor kuat lebih sistem

(26)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian gempa bumi menjadi suatu fenomena yang menarik untuk diteliti.

Hingga saat ini dengan perkembangan teknologi yang cukup pesat namun belum satu pun gempa bumi yang dapat diprediksi kapan dan seberapa besar intensitas gempa yang terjadi. Fenomena ini menjadi bagian penting dan menarik bagi perencana teknik sipil dalam mendesain bangunan yang dapat bertahan dari pergerakan tanah yang disebabkan oleh gempa bumi.

Konsep terbaru dalam perencanaan gempa saat ini adalah perencanaan berbasis kinerja yang dikenal dengan Performance Based Earthquake Engineering (PBEE). Konsep perencanaan berbasis kinerja merupakan kombinasi dari aspek tahanan dan aspek layan. Konsep PBEE dapat digunakan untuk mendesain bangunan baru (Performanced Based Seismic Design) maupun mengevaluasi bangunan yang sudah ada (Performanced Based Seismic Evaluation). Dalam mendesain suatu struktur bangunan beton bertulang tahan gempa pada umumnya menggunakan konsep daktilitas, dimana dengan konsep ini suatu taraf pembebanan dengan faktor reduksi terhadap beban gempa maksimum dapat dipakai sebagai beban gempa rencana, sehingga struktur dapat di desain secara lebih ekonomis.

(27)

Peraturan gempa yang berlaku saat ini yaitu SNI 03-1726-2012 mengatur daktilitas berdasarkan faktor modifikasi respon (R), faktor pembesaran simpangan lateral (Cd), dan faktor kuat lebih (Ωo). Dalam analisis ini akan mengkaji kapasitas aktual struktur gedung yang di desain menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). SRPMK merupakan sistem dengan daktilitas tertinggi dan memiliki persyaratan yang detail dalam perhitungan penulangan komponen struktur aksial, lentur dan geser untuk elemen balok dan kolom, serta ketentuan mengenai hubungan balok-kolom yang akan mempengaruhi kinerja bangunan secara keseluruhan ketika menerima beban gempa.

Metode analisis pushover menjadi pilihan yang menarik dalam mengkaji kapasitas aktual struktur bangunan karena menggunakan konsep PBEE sehingga dapat diketahui kinerja seismik dari suatu struktur. Prosedur analisis pushover sesuai konsep PBEE yaitu Capacity Spectrum Method (CMS) berdasarkan tata cara ATC-40 dan Displacement Coefficient Method (DCM) berdasarkan tata cara FEMA 356 dan FEMA 440. Dari hasil analisis, dapat digambarkan hubungan antara base shear dan roof displacement, hubungan tersebut kemudian dipetakan sebagai kurva kapasitas struktur. Selain itu, analisis pushover juga dapat memperlihatkan secara visual perilaku struktur saat kondisi elastis, plastis dan sampai terjadi keruntuhan pada elemen strukturnya.

(28)

3

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran gaya dalam, detail penulangan dan kapasitas aktual struktur yang didesain dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Desain penulangan sistem SRPMK menggunakan Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847 : 2013

2. Pembebanan menggunakan Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain SNI 1727 : 2013.

3. Beban gempa yang digunakan berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726 : 2012.

4. Perhitungan struktur menggunakan bantuan program SAP 2000 Ver. 14.

5. Data struktur bangunan yang digunakan merupakan data struktur pembangunan hotel Whiz Prime Lampung.

6. Dinding tembok adalah non-struktural dan hanya berfungsi sebagai pemisah ruangan.

7. Pondasi dianggap jepit sempurna

8. Penulangan balok dan kolom dengan dimensi yang sama dirancang memiliki jumlah tulangan yang sama.

9. Tinjauan yang dianalisis pada joint balok kolom yaitu joint eksterior, roof eksterior, interior, roof interior, corner dan roof corner

(29)

10. Penulangan lentur tidak didesain dengan Probable Moment Capacities.

11. Data struktur hotel whiz hanya digunakan sebagai model untuk konfigurasi pemodelan saja dan bukan merupakan kondisi aktual lapangan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pemodelan struktur gedung yang didesain dengan metode sistem rangka pemikul momen khusus.

2. Untuk mengetahui detail dan persyaratan dalam penentuan sistem rangka pemikul momen khusus

3. Untuk merencanakan dimensi dan komponen struktur gedung beton bertulang tahan gempa dengan sistem rangka pemikul momen khusus 4. Untuk memperlihatkan kurva kapasitas dan pola keruntuhan yang terjadi

sehingga dapat diketahui bagian struktur yang mengalami kerusakan

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan informasi dalam melakukan desain dengan sistem rangka pemikul momen khusus.

2. Menambah pengetahuan serta memberikan alternatif dalam perencanaan struktur tahan gempa.

3. Memberikan pengetahuan mengenai kinerja seismik suatu gedung yang direncanakan dengan sistem rangka pemikul momen khusus

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Balok

Balok beton adalah bagian dari struktur yang berfungsi sebagai penyalur momen menuju struktur kolom. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan gaya geser. Menurut Daniel L. Schodek dalam buku “Struktur”

tinggi suatu elemen struktur juga akan mempengaruhi kemampuannya untuk menahan beban lentur, semakin tinggi suatu elemen maka semakin kuat kemampuannya menahan lentur seperti terlihat pada Gambar 1(a). Kondisi tumpuan juga sangat penting, elemen struktur yang ujung-ujungnya dijepit lebih kaku daripada yang ujung-ujungnya dapat berputar bebas dapat dilihat Gambar 1(b).

Gambar 1. Faktor Penting Dalam Desain Balok

(31)

Pada Gambar 2 dapat dilihat distribusi tegangan dan regangan, dimana apabila kapasitas batas kekuatan beton terlampaui dan tulangan baja mencapai leleh, balok akan mengalai keruntuhan. Ada dua jenis keruntuhan balok beton bertulang yaitu:

1. Keruntuhan Lentur

Gambar 2. Distribusi Tegangan Regangan Balok Beton Bertulang Keterangan: As = Luas Tulangan tarik

C = Resultan gaya tekan pada beton T = Resultan gaya tarik pada tulangan a = Tinggi blok tegangan persegi Resultan gaya tekan pada beton:

C = 0,85.f’c.b.a ...2.1 Dimana: C = Resultan gaya tekan pada beton

f’c = Kuat tekan beton

b = Lebar muka tekan komponen struktur a = Tinggi tegangan pada beton

Resultan gaya tarik pada tulangan:

T = As.fy ………...2.2 Dimana: T = Resultan gaya tarik pada tulangan

(32)

7

As = Luas tulangan tarik

fy = Kuat leleh tulangan baja (tulangan kondisi leleh) Ditinjau dalam kondisi under reinforced, keruntuhan lentur dimulai dari tulangan baja yang mengalami leleh.

Dengan nilai C = T didapat persamaan:

= .fy ( – /2) ...2.3 Dimana: As = Luas tulangan tarik

fy = Kuat leleh tulangan baja

d = Jarak serat tekan ke pusat tulangan tarik a = Tinggi blok tegangan persegi

Dengan:

= 0,85 ′ ……….. 2.4

Dimana: a = Tinggi balok tegangan persegi ekivalen As = Luas tulangan tarik

fy = Kuat leleh tulangan baja f’c = Kuat tekan beton

b = Lebar muka tekan komponen struktur 2. Keruntuhan Geser

Gaya geser pada balok sepenuhnya dipikul oleh beton, sedangkan gaya setelah terjadi retak geser lentur maka retak akan merambat sepanjang tulangan lentur, keretakan ini akan melepaskan lekatan tulangan memanjang dengan beton. Balok akan berperilaku seperti busur dua sendi, yang kemudian diakhiri dengan hancurnya beton tekan.

Geser nominal yang dapat disumbangkan beton adalah:

(33)

=1/6√ ’ …………..……… 2.5 Dimana: Vc = Gaya geser

f’c = Kuat tekan beton bw = Lebar badan

d = Jarak dari serat tekan ke pusat tulangan tekan

B. Detail Penulangan Komponen Struktur Pemikul Lentur

Berikut ini adalah beberapa ketentuan yang berlaku untuk komponen- komponen struktur pada sistem rangka pemikul momen khusus yang memikul gaya akibat gempa dan direncanakan untuk memikul lentur sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 21.5.

1. Ruang Lingkup

Komponen struktur lentur pada SRPMK harus memenuhi syarat-syarat dibawah ini:

1. Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur, Pu < Agf’c/10.

2. Bentang bersih komponen untuk komponen struktur, Ln ≥ 4d.

3. Lebar komponen, bw ≥ 0,3h dan 250 mm.

4. Lebar komponen struktur, bw ≤ C2 ditambah suatu jarak pada masing- masing sisi komponen struktur penumpu yang lebih kecil atau sama dengan :

a. Lebar komponen struktur penumpu, C2

b. 0,75 kali dimensi keseluruhan komponen struktur penumpu, C1.

(34)

9

2. Tulangan Longitudinal

1. Jumlah tulangan atas maupun bawah:

a. Tidak boleh kurang dari 1,4bwd/fy

b. Rasio tulangan ρ tidak boleh melebihi 0,025.

c. Paling sedikit 2 batang tulangan harus disediakan menerus pada kedua sisi atas dan bawah.

2. Kekuatan M+ pada muka joint > ½ kuat lentur n[egatif pada muka joint tersebut. Baik kekuatan M+ atau M- pada penampang > ¼ Mmax pada muka salah satu joint tersebut.

3. Sambungan lewatan tulangan lentur hanya diizinkan jika ada tulangan spiral atau sengkang disediakan sepanjang panjang sambungan. Spasi tulangan transversal tidak melebihi d/4 atau 100 mm.

Sambungan lewatan tidak boleh digunakan:

a. Dalam joint;

b. Dalam jarak dua kali tinggi komponen struktur dari muka joint;

c. Bila analisis menunjukkan pelelehan lentur diakibatkan oleh perpindahan lateral inelastis rangka.

3. Tulangan Transversal

Sengkang harus dipasang pada daerah komponen struktur rangka berikut seperti terlihat pada Gambar 3 :

a. Sepanjang dua kali tinggi komponen struktur penumpu ke arah tengah bentang, di kedua ujung komponen struktur lentur.

(35)

b. Sepanjang dua kali tinggi komponen struktur di kedua sisi penampang dimana pelelehan lentur terjadi.

c. Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak melebihi 50 mm dari muka komponen struktur penumpu.

d. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi:

1. d/4;

2. 6d terkecil tulangan lentur utama;

3. 150 mm.

e. Spasi batang tulangan lentur yang tertumpu secara transversal tidak boleh melebihi 350 mm.

f. Pada daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, kait gempa pada kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi < d/2

g. Sengkang atau pengikat yang diperlukan untuk menahan geser harus dipasang di sepanjang komponen struktur.

h. Sengkang terbentuk dari dua potong tulangan, yaitu: sengkang dengan kait gempa pada kedua ujung dan ditutup oleh pengikat silang.

Gambar 3. Detail Penulangan Sengkang

(36)

11

4. Persyaratan Kuat Geser 1. Gaya Desain

Gaya geser desain, Ve ditinjau dari gaya statis pada bagian komponen struktur antara dua muka-muka joint. Dapat dilihat pada Gambar 4, momen-momen dengan tanda berlawanan yang berhubungan dengan kekuatan momen lentur yang mungkin, Mpr bekerja pada muka-muka joint, dan komponen struktur tersebut dibebani dengan beban gravitasi terfaktor disepanjang bentangnya.

2. Tulangan Transversal

Tulangan transversal sepanjang daerah yang ditentukan harus dirancang untuk menahan geser gempa dengan menganggap Vc = 0, bila:

a. Gaya geser akibat gempa yang dihitung sesuai dengan gaya rencana mewakili setengah atau lebih daripada kuat geser perlu maksimum.

b. Gaya aksial tekan terfaktor, Pu termasuk akibat gempa, <

Agf’c/20.

Gambar 4. Detail Penulangan Geser

(37)

Keterangan: Ve = Gaya geser desain pada penampang

Mpr = Kekuatan lentur mungkin komponen struktur Pu = Gaya aksial terfaktor

Wu = Beban terfaktor per satuan panjang balok ℓn = Panjang bentang bersih

C. Kolom

Pada suatu konstruksi bangunan gedung, kolom berfungsi sebagai pendukung beban-beban dari balok dan pelat, dan diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan serta momen lentur. Ali Asroni Dalam buku “Kolom Pondasi & Balok T Beton Bertulang” menjelaskan jenis-jenis kolom pada struktur beton bertulang antara lain:

Kolom dibedakan beberapa jenis menurut bentuk dan susunan tulangan, letak/posisi beban aksial pada penampang kolom. Juga dibedakan menurut ukuran panjang pendeknya kolom dalam hubungan dengan dimensi lateral.

a. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan

1. Kolom segi empat, baik berbentuk empat persegi panjang maupun bujur sangkar, dengan tulangan memanjang dan sengkang

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan sengkang atau spiral 3. Kolom komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil baja

struktural yang berada dalam beton

(38)

13

Gambar 5. Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Kolom b. Jenis kolom berdasarkan letak/posisi beban aksial

Berdasarkan letak beban aksial yang bekerja pada penampang kolom, kolom dibedakan menjadi 2 macam,yaitu :

1. Kolom dengan posisi beban sentris, berarti kolom ini menahan beban aksial tepat pada sumbu kolom. Pada keadaan ini seluruh permukaan penampang beton menahan beban tekan seperti pada Gambar 5(a).

2. Kolom dengan beban eksentris, berarti beban aksial bekerja di luar sumbu kolom dengan eksentrisitas sebesar e. Beban aksial P dan eksentrisitas e ini akan menimbulkan momen sebesar M= P.e. seperti terlihat pada Gambar 5(b).

Gambar 6. Jenis Kolom Bedasarkan Letak Beban Aksial

(39)

c. Jenis kolom berdasarkan panjang kolom

Berdasarkan ukuran panjang dan pendeknya, kolom dibedakan atas 2 macam:

1. Kolom panjang (Kolom langsing)

Beban yang terjadi pada kolom panjang, menyebabkan terjadi kegagalan kolom akibat kehilangan stabilitas lateral karena bahaya tekuk.

2. Kolom pendek

Kehilangan stabilitas lateral karena tekuk Kegagalan pada kolom pendek sering disebabkan oleh kegagalan materialnya.

Istimawan Dipohusodo dalam buku “ Struktur Beton Bertulang “ menjelaskan hampir tidak pernah ditemukan kolom yang menopang beban aksial secara konsentris, bahkan kombinasi beban aksial dengan eksentrisitas kecil jarang ditemukan. Namun untuk mengetahui dasar perilaku kolom pada waktu menahan beban dan timbulnya momen pada kolom, maka perlu ditinjau kolom dengan beban aksial tekan eksentrisitas kecil sesuai Gambar 7.

Gambar 7. Penampang Kolom, Diagram Tegangan dan Regangan

(40)

15

Keterangan: As = Luas tulangan tarik baja tulangan As’ = Luas tulangan tekan baja tulagan Cc = Kuat tekan akibat beton

Cs = Kuat tekan akibat tulangan T = Kuat tarik tulangan

Pada kondisi beban sentris (Po) dengan menganggap baja tulangan dalam kondisis leleh dapat di analisis seperti berikut :

C1 = 0,85 f’c (Ag-Ast) ………...………..………. 2.6 C2 = fy.As ………..……….………. 2.7 C3 = fy.As’………..………. 2.8 Dimana: C = Resultan gaya

fy = Kuat leleh baja tulangan As = Luas tulangan tarik baja As’ = Luas tulangan tekan baja Ast = Luas total tulangan longitudinal f’c = Kuat tekan beton bertulang

Karena kesetimbangan gaya vertikal harus nol, maka diperoleh : Po = C1+C2+C3

Po = 0,85 f’c (Ag-Ast) + Ast.fy. ……….… 2.9 фPn maks = 0,85ф[0,85 f’c (Ag-Ast) + fy.Ast] untuk tulangan spiral .... 2.10 фPn maks = 0,80ф[0,85 f’c (Ag-Ast) + fy.Ast] untuk sengkang ….…… 2.11 dimana: Pn = Kekuatan aksial nominal penampang

Po = Kekuatan aksial nominal f’c = Kekuatan tekan beton

(41)

fy = Kekuatan leleh baja tulanagan Ag = Luas penampang beton

Ast = Luas total tulangan longitudinal

D. Komponen Struktur Pemikul Kombinasi Lentur dan Aksial

Berikut ini adalah ketentuan yang berlaku untuk komponen-komponen struktur pemikul kombinasi lentur dan aksial pada sistem rangka pemikul momen khusus sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 21.6.

1. Ruang Lingkup

Persyaratan dalam pasal ini berlaku untuk SRPMK harus membentuk bagian sistem penahan gaya gempa dengan syarat sebagai berikut:

a. Menahan gaya tekan aksial terfaktor, Pu ≥ Agf’c/10.

b. Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik pusat geometris penampang, tidak kurang dari 300 mm;

c. b berbanding h ≥ 0,4.

2. Kuat Lentur Minimum Kolom

1. Kuat lentur kolom harus memenuhi

Σ ≥ (1,2) Σ …….……...………...2.12 Σ Jumlah kuat lentur nominal kolom yang merangka ke dalam joint, yang dievaluasi di muka-muka joint. Kuat lentur kolom dihitung untuk gaya aksial terfaktor, dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau.

Σ Jumlah kekuatan nominal balok yang merangka ke dalam joint yang dievaluasi di muka-muka joint.

(42)

17

2. Jika persamaan tersebut tidak dipenuhi pada hubungan balok-kolom dipasang tulangan transversal disepanjang tinggi kolom.

3. Tulangan Memanjang

1. Luas tulangan memanjang, 0,01 ≤ A ≤ 0,06 .

2. Pada kolom dengan sengkang tertutup bulat, jumlah batangan tulangan longitudinal minimum harus 6.

4. Tulangan Transversal

1. Harus dipasang sepanjang panjang ℓ dari setiap muka joint dan pada kedua sisi sebarang penampang. Panjang ℓ tidak boleh kurang dari:

a. Tinggi komponen struktur pada muka joint;

b. Seperenam bentang bersih komponen struktur;

c. 450 mm.

2. Setiap ujung pengikat silang harus memegang batang tulangan longitudinal terluar. Spasi pengikat silang atau kaki-kaki sengkang persegi ℎ dalam komponen struktur ≤ 350 mm dari pusat ke pusat, dapat dilihat pada Gambar 11.

3. Spasi tulangan transversal sepanjang panjang ℓ komponen struktur tidak boleh melebihi yang terkecil dari:

a. 1/4 dimensi komponen struktur minimum

b. 6 kali diameter batang tulangan longitudinal terkecil c. seperti didefenisikan oleh persamaan berikut

= 100 + ………...……...2.13

Nilai 100 ≤ ≤ 150 mm.

(43)

Gambar 8. Detail Tulangan Transversal Kolom

4. Luas total penampang tulangan sengkang persegi tidak boleh kurang dari persamaan dibawah ini

= 0,3 − 1 …..………..…2.14

= 0,09 ………..………...…...…...2.15

5. Diluar panjang ℓ yang ditetapkan kolom harus mengandung tulangan spiral atau sengkang dengan spasi pusat ke pusat, S ≤ 6Ø tulangan kolom longitudinal terkecil dan 150 mm.

6. Kolom yang menumpu reaksi dari komponen struktur kaku yang tak menerus seperti dinding, harus memenuhi:

a. Tulangan transversal disediakan sepanjang tinggi keseluruhannya jika gaya tekan aksial terfaktor melebihi Agf’c/10. Bilamana gaya desain telah diperbesar untuk kekuatan lebih elemen vertikal sistem penahan gempa maka batasan harus ditingkatkan menjadi Agf’c/4.

(44)

19

b. Tulangan transversal harus menerus sejarak sama dengan ℓ , bilamana ujung bawah kolom berhenti pada suatu dinding tulangan transversal harus menerus kedalam dinding paling sedikit ℓ dari batang tulangan kolom longitudinal terbesar di titik pemutusan.

7. Bila selimut beton diluar tulangan transversal pengekang yang ditetapkan diatas melebihi 100 mm, tulangan transversal tambahan harus disediakan. Selimut beton untuk tulangan transversal tambahan tidak boleh melebihi 300 mm.

5. Persyaratan Kuat Geser 1. Gaya-gaya rencana

Gaya geser rencana, Ve, harus ditentukan dari peninjauan gaya-gaya maksimum di muka-muka pertemuan (joints) di setiap ujung komponen struktur. Gaya-gaya pada joint tersebut harus ditentukan menggunakan kuat momen maksimum, Mpr, dari komponen struktur tersebut yang terkait dengan rentang beban-beban aksial terfaktor Pu yang bekerja pada komponen struktur. Gaya geser rencana, Ve, tidak boleh lebih kecil daripada geser terfaktor hasil perhitungan analisis struktur.

2. Tulangan transversal sepanjang panjang ℓ , harus direncanakan untuk memikul geser dengan menganggap Vc = 0, bila:

a. Gaya geser akibat gempa mewakili 50% kuat geser maksimum b. Gaya tekan aksial terfaktor Pu tidak melampaui Agf’c/10.

(45)

E. Sambungan Balok Kolom

Pada pertemuan sambungan balok kolom tersebut memiliki konsentrasi tegangan yang tinggi dari gaya gempa yang ada. Tulangan atas balok pada suatu sisi kolom mengalami tegangan tarik dan bersamaan dengan itu tulangan atas balok pada sisi yang lain mengalami tulangan tekan. Dengan memberikan perhatian yang sebaik-baiknya pada pertemuan balok dan kolom akan mencegah terbentuknya sendi plastis dan terjadinya kehancuran pada daerah pertemuan tersebut. Gambaran geometris pertemuan balok dan kolom dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Geometris Sambungan Balok Kolom Interior Keterangan: Mux = Momen terfaktor pada penampang arah x

Muy = Momen terfaktor pada penampang arah y Vux = Gaya geser terfaktor pada penampang arah x Vuy = Gaya geser terfaktor pada penampang arah y Pu = Gaya aksial tekan kolom

(46)

21

F. Komponen Struktur Joint Balok Kolom

Berikut ini adalah ketentuan yang berlaku untuk komponen struktur joint balok dan kolom pada sistem rangka pemikul momen khusus sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 21.7.

1. Ketentuaan Umum

1. Tegangan pada tulangan tarik lentur adalah 1,25fy.

2. Tulangan longitudinal balok harus diteruskan hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom terkekang dan diangkur dalam kondisi tarik.

3. Dimensi kolom yang sejajar terhadap tulangan longitudinal balok >

20 kali Ø terbesar tul. longitudinal balok untuk beton normal.

2. Tulangan Transversal

1. Tulangan berbentuk sengkang tertutup harus dipasang dalam daerah hubungan balok-kolom.

2. Pada hubungan balok-kolom, dengan lebar setidak- tidaknya sebesar

¾ lebar kolom, merangka pada keempat sisinya, harus dipasang tulangan transversal setidak-tidaknya sejumlah ½ dari yang ditentukan. Pada daerah tersebut, spasi tulangan transversal diperbesar menjadi 150 mm.

3. Pada hubungan balok-kolom, tulangan transversal harus dipasang untuk memberikan kekangan terhadap tulangan longitudinal balok yang berada diluar daerah inti kolom.

3. Kuat Geser

1. Untuk beton berat normal, Kuat geser nominal Vn joint tidak boleh diambil lebih besar daripada ketentuan berikut ini:

(47)

Untuk joint yang terkekang oleh balok-balok pada semua empat muka

1,7 ′ ………..……...………2.16

Untuk joint yang terkekang oleh balok-balok pada tiga muka atau dua muka yang berlawanan

1,2 ′ ……….………...………....2.17

Untuk kasus kasus lainnya

1,0 ′ …….………...………2.18

Dimana : f’c = Mutu beton bertulang

Aj = Luas efektif dari penampang suatu joint

Suatu balok yang merangka pada suatu balok-kolom dianggap memberikan kekangan bila setidak-tidaknya ¾ bidang muka joint tersebut tertutupi oleh balok yang merangka tersebut. Luas joint efektif dapat dilihat pada Gambar 12. Lebar joint efektif harus lebih besar dari:

a. Lebar balok ditambah tinggi joint

b. Dua kali jarak tegak lurus yang lebih kecil dari sumbu longitudinal balok ke sisi kolom.

2. Untuk beton ringan, kuat geser nominal hubungan joint tidak boleh diambil lebih besar daripada ¾ nilai-nilai ketentuan kuat geser.

(48)

23

Gambar 10. Luas Joint Efektif 4. Panjang Penyaluran Tulangan Tarik

1. Untuk ukuran batang tulangan Ø 10 mm - D 36 mm, panjang penyaluran tulangan tarik ℓ untuk tulangan dengan kait standar 90° ≥ 8db, 150 mm, dan nilai yang ditentukan oleh persamaan 2.22 : ℓ = 0,3

, ………...………...…….2.19

Dimana ℓ : Panjang penyaluran fy : Mutu baja tulangan db : Diameter tulangan f’c : Mutu beton

2. Untuk ukuran batang tulangan Ø 10 mm - D 36 mm, panjang penyaluran tulangan ℓ tidak boleh diambil lebih kecil daripada a. 2½ ℓ , bila ketebalan pengecoran beton < 300 mm, b. 3½ ℓ , bila ketebalan pengecoran beton > 300 mm.

(49)

G. Pembebanan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pembebanan berarti proses, cara, perbuatan membebani atau membebankan. Dalam hal ini yaitu suatu proses atau cara membebankan suatu elemen struktur terhadap tinjauan tertentu.

1. Beban Mati

Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan, termasuk segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya. Dalam hal ini dapat berupa:

a. Beban mati akibat berat sendiri

Beban mati didefinisikan sebagai beban yang ditimbulkan oleh elemen-elemen struktur bangunan yang terdiri dari balok, kolom,dan pelat lantai. Beban ini akan dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000 Versi. 14.

b. Beban mati tambahan

Beban mati tambahan didefinisikan sebagai beban mati yang diakibatkan oleh berat dari bahan bangunan dan komponen gedung tambahan atau finishing yang bersifat permanen. Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung dapat dilihat pada Tabel 1.

(50)

25

Tabel 1. Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung

Sumber : Standart Nasional Indonesia 1727-2013 2. Beban Hidup

Beban hidup didefinisikan sebagai beban yang sifatnya tidak membebani struktur secara permanen. Beban hidup dapat terjadi akibat penghuni atau penggunaan suatu gedung termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian gedung.

Tabel 2. Beban Hidup Pada Lantai Gedung

No Hunian atau Penggunaan Beban Merata

1 Rumah tinggal semua ruang kecuali tangga dan balkon 200 kg/m²

2 Tangga dan jalan keluar 500 kg/m²

3 Sistem lantai akses Ruang kantor Ruang komputer

250 kg/m² 500 kg/m² 4 Sekolah

Ruang kelas

Koridor diatas lantai pertama Koridor lantai pertama

200 kg/m² 400 kg/m² 500 kg/m² 5 Rumah sakit

Ruang operasi Ruang pasien

300 kg/m² 200 kg/m² 6 Perpustakaan

Ruang baca 300 kg/m²

Beban Mati Besar Beban

Batu Alam 2600 kg/m³

Beton Bertulang 2400 kg/m³

Spesi per cm tebal 21 kg/cm²

Dinding Pasangan ½ Bata 250 kg/m²

Langit-langit + penggantung 18 kg/m² Penutup lantai dari Semen Portland 24 kg/m²

(51)

Ruang penyimpanan 800 kg/m² 7 Pabrik

Ringan Berat

650 kg/m² 1300 kg/m² 8 Gedung Perkantoran

Lobi dan koridor lantai pertama Kantor

Koridor diatas lantai pertama

500 kg/m² 250 kg/m² 400 kg/m² 12 Tempat rekreasi

Kolam renang Ruang dansa Stadium dan tribun

400 kg/m² 500 kg/m² 300 kg/m² Sumber : Standart Nasional Indonesia 1727-2013

3. Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan dari pergerakan tanah akibat gempa itu. Pengaruh gempa pada struktur ditentukan berdasarkan analisa dinamik, maka yang diartikan dalam beban gempa itu gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh tanah akibat gempa itu sendiri. Beban gempa yang dimaksud meliputi:

a. Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Bangunan

Standar ini menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanan struktur gedung serta berbagai bagian dan peralatannya secara umum. Akibat pengaruh gempa rencana, struktur gedung secara keseluruhan harus masih berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan. Untuk berbagai kategori resiko bangunan gedung dan non gedung, pengaruh gempa rencana harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan (I).

(52)

27

Tabel 3. Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Bangunan

Jenis Pemanfaatan Kategori

Resiko

Faktor Keutamaan Gedung dan non gedung yang memiliki resiko terhadap

jiwa manusia pada saat kegagalan, termasuk tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:

- Fasilitas pertanian, perkebunan dan peternakan - Fasilitas Sementara,

- Gedung penyimpanan

- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

I 1,0

Semua gedung dan struktur lain kecuali yang termasuk dalam kategori I,II,IV termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:

- Perumahan,

- Rumah toko dan rumah kantor - Pasar

- Gedung Perkantoran - Apartemen/ rumah susun - Bangunan Industri

II 1,0

Gedung dan non gedung yang memiliki i resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk

- Bioskop,

- Gedung pertemuan - Stadion

- Penjara

Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori IV yang memili potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan atau gangguan masal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari jika terjadi kegagalan tapi tidak dibatasi untuk

- Pusat pembangkit listrik biasa - Fasilitas penanganan air - Fasilitas penanganan limbah - Pusat telekomunikasi

III 1,25

Gedung dan non gedung yang ditunjukan sebagai fasilitas penting, termasuk tetapi tidak dibatasi untuk bangunan monumental, Gedung sekolah, Rumah sakit dan fasilitas kesehatan, Fasilitas pemadam kebakaran, tempat

perlindungan terhadap gempa bumi

IV 1,50

Sumber: Standart Nasional Indonesia 1726-2012

(53)

b. Kategori Desain Seismik

Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik.

Struktur dengan kategori resiko I, II, atau III dimana parameter S1 ≥ 0,75 ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik E.

Struktur yang berkategori resiko IV dimana S1 ≥ 0,75 ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik F. Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain seismiknya berdasarkan kategori resikonya dan parameter respon spektral percepatan desainnya ( SDS dan SD1). Kategori desain seismik dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 4. KDS Parameter Respon Percepatan Periode Pendek

Nilai SDS Kategori Resiko

I atau II atau III IV

SDS < 0,167 A A

0,167 ≤ SDS < 0,33 B C

0,33 ≤ SDS < 0,50 C D

0,50 ≤ SDS D D

Sumber : Standar Nasional Indonesia 1726-2012

Tabel 5. KDS Parameter Respon Percepatan Periode 1 detik

Nilai SD1

Kategori Resiko I atau II atau III IV

SD1 < 0,167 A A

0,167 ≤ SD1 < 0,133 B C

0,133 ≤ SDS < 0,20 C D

0,20 ≤ SDS D D

Sumber : Standar Nasional Indonesia 1726-2012

(54)

29

c. Klasifikasi Situs Struktur

Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus di klasifikasikan sesuai Tabel 4 berdasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas.

Jenis tanah dikelompokkan menjadi 6 bagian, dengan pembagiannya berdasarkan besaran kecepatan rambat gelombang geser rata-rata (Vs), nilai hasil test penetrasi standar rata-rata (N), dan kuat geser niralir rata-rata ̅u.

Tabel 6. Klasifikasi Kelas Situs

Kelas Situs s (m/detik) atau ch u (kPa)

SA (batuan keras) >1500 N/A N/A

SB (batuan) 750 sampai 150 N/A N/A

SC(tanah keras,sangat

padat dan batuan lunak) 350 sampai 750 >50 ≥ 100 SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100

SE (tanah lunak)

< 175 <15 <50 Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih

dari 3m tanah dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Indeks plastisitas, PI > 20 2. Kadar air, w ≥ 40 % 3. Kuat geser niralir ̅u < 25 kPa

SF Dibutuhkan investigasi khusus

Sumber : Standart Nasional Indonesia 1726-2012

(55)

d. Sistem Struktur

Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah satu dari tipe yang ditunjukkan dalam Tabel 7.

Pembagian setiap tipe berdasarkan pada elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem struktur dan batasan ketinggian struktur.

Koefisien modifikasi respon (R), faktor kuat lebih sistem (Ωo), dan koefisien amplifikasi defleksi (Cd) harus digunakan dalam penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antar lantai desain.

Tabel 7. Faktor R, Ωo, dan Cd Untuk Sistem Penahan Gaya Seismik

Sistem Penahan Gaya Seismik

Koefisien Modifikasi

Respon (R)

Faktor Kuat Lebih Sistem (Ωo)

Faktor Pembesa

ran Defleksi

(Cd)

Kategori Desain Seismik B C Dd Ed Fd C. Sistem Rangka Pemikul Momen

1. Rangka baja pemikul

momen khusus 8 3 5½ TB TB TB TB TB

2. Rangka baja pemikul

momen menengah 4½ 3 4 TB TB 10h,i TIh TIh 3. Rangka baja pemikul

momen biasa 3½ 3 3 TB TI TIh TIh TIi

4. Rangka beton bertulang

pemikul momen khusus 8 3 5½ TB TB TB TB TB

5. Rangka beton bertulang

pemikul momen menengah 5 3 4½ TB TB TI TI TI 6. Rangka beton bertulang

pemikul momen biasa 3 3 2½ TB TI TI TI TI

Sumber: Standart Nasional Indonesia 1726-2012

(56)

31

e. Analisa Statik Ekivalen

Analisa statik ekivalen pada prinsipnya adalah menggantikan beban gempa dengan gaya-gaya statik yang bertujuan menyederhanakan dan memudahkan perhitungan. Metode ini disebut juga Metode Gaya Lateral Ekivalen (Equivalent Lateral Force Method), yang mengasumsikan besarnya gaya gempa berdasarkan hasil perkalian suatu konstanta massa dari elemen tersebut.

Berdasarkan SNI 1726-2012 Gaya geser horisontal akibat gempa yang bekerja pada struktur bangunan dalam arah sumbu X (Vx) dan sumbu Y (Vy), ditentukan dari persamaan :

= . ………2.20

Dimana : V = Gaya geser dasar

Cs = Koefisien Response Seismic W = Berat lantai

Koefisien respon seismik ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

= ………...……...……….…2.21

Nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi :

= ………..…2.22

Dan Cs harus tidak kurang dari:

= 0,044 . ≥ 0,01 ………..…2.23 Sedangkan daerah dimana s1 ≥ 0,6 g maka Cs harus tidak kurang:

(57)

= , ……….…2.24

Dimana: Sds = Parameter percepatan respon spektrum desain pendek

Sd1 = Parameter percepatan respon spektrum periode 1detik

I = Faktor keutamaan gedung R = Faktor modifikasi response T = Perioda fundamental struktur Cs = Koefisien response seismic

Periode fundamental pendekatan (T) harus ditentukan dari persamaan berikut:

Ta= Ct hnx

…….……….…2.25 dimana: Ta = Perioda fundamental pendekatan

Ct = Koefisien (Tabel 8) x = Koefisien (Tabel 8) hn = Ketinggian struktur

Tabel 8. Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan X

Tipe Struktur Ct X

Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,8

Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,9

Rangka baja dengan brecing eksentris 0,0731a 0,75 Rangka baja dengan brecing terkekang

terhadap tekuk 0,0731a 0,75

Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75 Sumber: Standart Nasional Indonesia 1726-2012

(58)

33

Gaya gempa lateral (Fx) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dari persamaan berikut:

Fx = Cvx V………..………..…2.26 Untuk menentukan Cvx menggunakan persamaan berikut:

Cvx =

………..…..…2.27

Dimana : Cvx = faktor distribusi vertikal

V = Gaya lateral desain total atau geser dasar struktur

wi dan wx = bagian seismik efektif total struktur W yang dikenakan pada tingkat I dan x hi dan hx = tinggi dari dasar tingkat I atau x k = eksponen yang terikat pada struktur Tabel 9. Penentuan Nilai k

Sumber: Standart Nasional Indonesia 1726:2012 f. Desain Spektra

Desain spektra untuk beban gempa SNI 2012 dihasilkan melalui pengolahan nilai respons spektra di batuan dasar pada periode 0,2 detik (Ss) dan 1 detik (S1). Nilai ini diperoleh melalui pembacaan peta gempa SNI 2012 untuk 0,2 detik dan 1 detik.

Perioda k

Kurang dari 0,5 detik 1

2,5 detik atau lebih 2

0,5 detik – 2,5 detik Interpolasi

(59)

Untuk menghasilkan respons spektra di permukaan, nilai Ss dan S1 kemudian dikalikan dengan faktor amplifikasi sehingga dihasilkan nilai respons spektra permukaan SMS dan SM1.

= . ………..…2.28

1 = . 1 ………..2.29

Dimana = Sms = parameter response spectrum perioda pendek Sm1 = parameter response spectrum perioda 1 detik Fa = Faktor amplifikasi (Tabel 8)

Fv = Faktor amplifikasi (Tabel 9)

Tabel 10. Faktor Amplifikasi Fa Percepatan Respons Spektrum Faktor Site Class Ss < 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1 Ss > 1,25

A 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

B 1 1 1 1 1

C 1,2 1,2 1,1 1 1

D 1,6 1,4 1,2 1,1 1

E 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9

Sumber : Standart Nasional Indonesia 1726:2012

Tabel 11. Faktor Amplifikasi Fv Percepatan Respons Spektrum Faktor Site Class S1 < 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 > 0,5

A 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

B 1 1 1 1 1

C 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3

D 2,4 2 1,8 1,6 1,5

E 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4

Sumber : Standart Nasional Indonesia 1726:2012

(60)

35

Nilai SMS dan SM1 terlebih dahulu dikalikan dengan 2/3, menghasilkan nilai respons spektra baru dengan sebutan SDS dan SD1. Sd1= 2

3 . Sm1 ………...……2.30 Sds= 2

3 . Sms………...2.31

Dimana : Sds= Parameter percepatan response spectrum perioda pendek

Sd1= Parameter percepatan response spectrum perioda 1 detik

Untuk menentukan desain spektra harus mengetahui periode fundamental struktur bangunan dengan persamaan sebagai berikut:

0 = 0.2 ………2.32

= ………...………...2.33 Dimana : To = Periode awal

Ts = Periode Fundamental Struktur

Setelah mengetahui priode fundamental struktur tersebut maka Untuk menentukan kurva response spectrum desain menggunakan ketentuan:

1. Untuk perioda < To,

= 0.4 + 0.6 ……….2.34

2. Untuk perioda Ts ≥ T ≤ T0, response spectrum percepatan desain Sa sama dengan Sds

3. Untuk perioda > Ts,

= ………...………2.35

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi hormon NAA dan FAP terhadap keberhasilan pembentukan kalus, waktu pembentukan kalus,

Proses pengujian dilakukan dengan melakukan panggilan antara kedua SIP Client yang telah terigester pada SIP server, kemudian laptop sniffer melakukan proses

Penelitian ini menggambarkan secara sistematis dan komprehensif tentang strategi STAINU Temanggung dalam membendung dinamika Islamofobia melalui penguatan kurikulum

Pernyataan-pernyataan informan tersebut tanpa variasi jawaban dan mengandung nilai responsibilitas yang sesuai dengan kata kunci yaitu informan menjadikan agama

keharmonisan sebagai pandangan hidup orang Jawa menyebabkan kompromi peran gender ini jelas berbeda dengan kegelisahan maskulin seperti yang terjadi di Barat. Tidak

sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat) untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut, meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan, dan

Hal ini dikarenakan proses pembelajaran oleh guru dan penggunaan metode tanya jawab belum optimal berdasarkan analisis dari refleksi dan observasi kolaborator

[r]