• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT RISIKO PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK SULSELBAR CABANG ENREKANG DI KABUPATEN ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TINGKAT RISIKO PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK SULSELBAR CABANG ENREKANG DI KABUPATEN ENREKANG"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT RISIKO PEMBERIAN KREDIT

PADA PT. BANK SULSELBAR CABANG ENREKANG

DI KABUPATEN ENREKANG

MARDIANI 105720 3094 11

Diajukan Untuk Memenuhi salah satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S, E) Jurusan Manajemen

Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Analisis Tingkat Risiko Pemberian Kredit Pada PT.BANK Sulselbar Cabang Enrekang Di Kabupaten Enrekang

Nama Mahasiswa : Mardiani

No. Induk : 10572 03094 11

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar , Mei 2015 Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE,MM Syafaruddin, SE,MM

Mengetahui

Dekan Ketua Jurusan

Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Moh. Aris Pasigai, SE, MM

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: dan telah dipertahankan di depan penguji pada hari sabtu tanggal 14 bulan Juli Tahun 2015, sebagai slah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada bJurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhmmadiyah Makassar.

2 Muharram 1437 H Makassar,

15 oktober 2015 Panitia Ujian:

1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd ( ... )

(Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA ( ... )

(Dekan Fakultas Ekonomi)

3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM ( ... )

(Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi)

4. Penguji : a) Dr. H. Rahman Rahim, SE,MM ( ... )

b) Drs. H. Sultan Sarda, MM ( ... )

c) Dr. Hj. Ruliaty, MM ( ... )

(4)

iv

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.

(Q.S Al Insyrah : 6-8)

Tidak ada masalah yang tidak bisa Diselesaikan selama ada komitmen bersama

Untuk menyelesaikannya (Mardiani)

Jadi diri sendiri, cari jati diri, dan dapatkan hidup yang mandiri, optimis karena hidup terus mengalir dan kehidupan terus berputar. Sesekali lihat kebelakang untuk melanjutkan perjalanan yang tiada berujung.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan kepada Allah SWT sang pencipta dan pemilik ilmu pengetahuan yang tiada batasnya.

Ayah dan Ibu tercinta sebagai tanda hormat dan baktiku atas setiap untaian Doa dan harapan serta segala pengorbanan yang telah

dilakukan demi keberhasilanku.

Mereka yang senantiasa mendoakan dan membantu dengan tulus. Almamater Universitas Muhammadiyah Makassar.

(6)

vi ABSTRAK

Mardiani, 2015. “Analisis Tingkat Risiko Pemberian Kredit Pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang Di Kabupaten Enrekang”.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan

menggunakan analisis Credit Risk Ratio atau resiko akibat kegagalan debitur dan atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada Bank.

Data yang dilakukan berupa laporan keuangan pada tahun 2011 sampai tahun 2014 pada PT. Bank Sulselbar di Kota Enrekang. Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa dalam kegiatan perkreditan Bank, khususnya PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang terdapat pengembalian kredit yang bermasalah baik disengaja ataupun tidak. Pengembalian ini disebut Non Performing Loan (NPL) atau pengembalian kredit bermasalah yang terdiri dari kurang lancar, diragukan dan macet.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena tiada daya dan upaya selain atas kehendak-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga sahabat-sahabat beliau, dan para pendahulu muslim yang telah mendahului semoga mendapat nikmat disisi-Nya.

Alhamdulilah rabbil „alamin, penulis dapat merampungkan penyusunan skripsi ini dengan judul : “Analisis Tingkat Risiko Pemberian Kredit Pada

PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang Di Enrekang”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat akademik yang harus dipenuhi dalam rangka menyelesaikan studi dalam mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Telah banyak tenaga pikiran dan waktu yang penulis curahkan untuk mewujudkan penyusunan hasil penelritian ini, akan tetapi, tak dapat dipungkiri bahwa penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan terutama kedua orang tua penulis yang tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan dan merawat penulis dengan penuh kasih sayang dan memberikan dukungan moral dan doa, dan telah banyak memberi saran dan petunjuk kepada penulis selama dalam perkuliahan.

(8)

viii

Terselesaikannya penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ayahanda Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ayahanda Dr. H. Mahmud Nuhung, MA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ayahanda Moh. Aris Pasigai, SE., MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ayahanda Drs. H. Abd. Rahman Rahim, SE,MM. selaku Pembimbing I. 5. Ayahanda Syafaruddin, SE, MM. selaku Pembimbing II.

6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Terkhusus, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga atas dorongan serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan manajemen 3 2011. Terima kasih untuk waktu serta kebersamaan yang telah kalian bagi kepada penulis baik dalam waktu canda maupun pada saat penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat tersayang yang selalu menemani penulis dari memakai seragam putih merah sampai sekarang ini, dan Nasrul Latif Bando yang sekarang ini lagi sibuk banget. Terima kasih sudah menjadi sahabat terindah, I realy miss you guys.

(9)

ix

10. Dahlia “Baso”, Widy, Nirma terima kasih untuk tawa dan candanya, serta motivasi dan bantuannya kepada penulis. I’m so glad to meet you guys, dunia yang baru sedang menanti kita.

11. Seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Hal ini tidak mengarungi rasa terima kasihku atas segalanya bantuannya. Akhirnya kepada Allah SWT. Penulis kembalikan semua amal baik yang diterima penulis selama ini, semoga mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin Ya Rabbal Alamin ...

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Makassar, Juni 2015

Penulis

(10)

x

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR………... x

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……… xii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah …... 1

B. Rumusan Massalah………. 4

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.……… 5

C.1. Tujuan penelitian ……….……….. 5

C.2. Manfaat Penelitian ………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 6

A. Pengertian Bank………... 6

B. Jenis–Jenis Bank..………... 9

C. Pengertian Kredit………... 13

D. Unsur –Unsur dan Jenis–Jenis Kredit…... 15

E. Analisis Kredit………... 21

F. Pengertian Risiko dan Jenis – jenis Risiko…………... 24

G. Non Performing Loan... 29

(11)

xi

I. Kerangka Fikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 32

B. Jenis Dan Sumber Data……... 32

B.1. jenis Data……….………. 32

B.1. sumber Data………..………… 32

C. Teknik Pengumpulan Data... 33

D. Metode Analisis Data…... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ………... 34

A. Sejarah Singkat PT. Bank Sulselbar……... 34

B. Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas……….. 35

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….……… 44

A. Penyajian Data Hasil Penelitian……….………… 44

B. Pembahasan……… 47

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN……….……… 52

A. Simpulan……… 52

B. Saran ………...…….. 52

DAFTAR PUSTAKA………. 54

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Kredit Non Performing PT. Bank Sulselbar Per 31 Desember 2011………....……… 48 Tabel 2. Rincian Kredit Non Performing PT. Bank Sulselbar Per 31 Desember

2012……….... 49 Tabel 3. Rincian Kredit Non Performing PT. Bank Sulselbar Per 31 Desember

2013……… 50 Tabel 4. Rincian Kredit Non Performing PT. Bank Sulselbar Per 31 Desember

(13)
(14)
(15)

1

Krisis moneter yang melanda dunia perekonomian dalam berbagai bidangnya menjadi suatu keadaan yang mengancam bagi dunia perbankan, terutama bagi perekonomian Indonesia. Sektor perbankan ini, dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara, sebagaian besar pembangunan yang dilakukan pemerintah dananya berasal dari sektor perbankan. Pada saat krisis moneter melanda seluruh negara termasuk Indonesia, membuat aspek ekonomi melumpuh. Pada perbakan suku bunga yang langsung melonjak, sehingga banyak bank yang dilikuidasi atau dimenger dengan yang lain, hal ini membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya.

Keadaaan yang menunjukkan bahwa suatu bank mulai membaik dapat dilihat dari kinerja yang dilakukan serta hasil dari kinerja tersebut yaitu dengan melihat pendapatan yang diperoleh, baik dari hasil kegiatan penyaluran kredit. Kredit merupakan salah satu bagian pembentukan modal yang dilakukan oleh lembaga keuangan dalam hal ini pihak perbankan ke masyarakat dalam upaya mendorong kinerja usaha sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas usaha sektor riil yang dilakukan oleh masyarakat secara individu maupun kelompok.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, bank seharusnya mengoptimalkan penyaluran kredit kepada para nasabah. Namun kredit yang diberikan oleh bank tidak menutup kemungkinan mengandung risiko,

(16)

2

sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat serta memiliki fundamental yang lebih kuat. Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat. Dalam SK Direksi Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 ditetapkan bahwa pedoman pemberian kredit tersebut sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok antara lain : Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, organisasi dan manajemen perkreditan, kebijakan persetujuan

pemberian kredit, dokumentasi pemberian kredit, pengawasan kredit,

penyelesaian kredit bermasalah.

Salah satu indikasi yang terkadang menjadi suatu masalah dalam perbankan adalah bahwa tidak hanya sekedar menyalurkan kredit saja melainkan bagaimana kredit tersebut dapat kembali sesuai dengan jangka waktu dan imbalan bunga yang telah disepakati kedua belah pihak karena hal itu yang menggolongkan suatu bank dikatakan sehat apabila dalam penyaluran dan pengembalian kredit, keduanya dapat berjalan lancar dan terus mengalami peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Kecenderungan kerugian yang timbul dalam usaha perkreditan akibat tingginya jumlah kredit macet karena kurangnya perhatian bank secara serius setelah kredit tersebut berjalan. Faktor lain yang cukup penting adalah sangat minimnya analisis yang dilakukan bank pada saat terjadi perubahan siklus usaha. Pemberian kredit merupakan kegiatan utama suatu bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan bank, sehingga dalam pengamanannya diperlukan tindakan-tindakan yang tepat, tertib dan teratur

(17)

terutama bagi kredit yang dikategorikan bermasalah, karena itu setiap bank harus ekstra hati-hati dan bekerja optimal agar kesehatan dan kelangsungan kepercayaan masyarakat kepada bank tersebut tetap terpelihara.

Di satu sisi, kredit merupakan bisnis utama bank, namun di sisi lain kredit juga menjadi penyebab utama bangkrutnya bank. Berdasarkan survey atas 200 bank internasional yang bangkrut pada tahun 1987 ternyata masalah perkreditan menduduki rengking pertama penyebab kegagalan bank.

Analisis kredit atau penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksud untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak.

Dengan adanya analisis kredit ini dapat mencegah kemungkinan terjadinya default oleh calon debitur. Default dalam hal ini merupakan kegagalan nasabah

dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit yang diterimanya (angsuran pokok) beserta bunga yang telah disepakati bersama.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan adalah segalah sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank

(18)

4

adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan.

Semua bank termasuk PT Bank Sulselbar merasakan dampak dari krisis moneter tahun 1998, namun secara bertahap. PT. Bank Sul-selbar merupakan perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa perbankan dan keuangan serta ingin menjadikan Bank Kebanggaan dan Pilihan Utama Membangun Kawasan Timur Indonesia.

PT. Bank Sul-selbar Cabang Enrekang merupakan salah satu lembaga keuangan yang memperoleh pendapatan berupa bunga yang diterima dari debitur. Dengan adanya kegiatan pemberian kredit, maka bank sekaligus memasarkan produk-produk bank lainnya seperti giro, tabungan, deposito, kiriman uang (Transfer) dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi dilakukan analisis kredit atau penilaian kredit terhadap kredit bermasalah atau problem loan diantaranya kredit kurang lancar, diragukan dan kredit macet.

Berdasarkan latarbelakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul "Analisis Tingkat Risiko Pemberian Kredit Pada PT. Bank

Sul-Selbar Cabang Enrekang di Kabupaten Enrekang". B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah "Bagaimana tingkat risiko pemberian kredit ditinjau dari Non Performing Loan pada PT. Bank Sul-Selbar Cabang Enrekang di Kabupaten Enrekang?"

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah "Untuk mengetahui tingkat risiko pemberian kredit ditinjau dari Non Performing Loan pada PT. Bank Sul- Selbar Cabang Enrekang di Kabupaten Enrekang".

b. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Pihak bank, sebagai bahan masukan dan informasi akan pentingnya

risiko pemberian kredit untuk dianalisis.

2. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan khususnya mengenai tingkat risiko pemberian kredit suatu bank. 3. Para pembaca atau peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi

(20)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank

Menyebut kata bank setiap orang selalu mengaitkannya dengan uang sehingga selalu saja ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu ada kaitannya dengan uang. Hal ini tidak salah karenas bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro,tabungan an deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal sebagi tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau maneriima segala macam pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik,telepon,air,pajak,uang kuliah dan pembayaran lainnya.

Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah ”Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangkameningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lain.

Menurut Pierson dalam Hasibuan bahwa bank adalah Badan yang menerima kredit, sementara Stuart dalam Hasibuan mengatakan bank merupakan badan

(21)

usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang akan kredit baik dengan uang yang diterimanya dari orang lain maupun dengan jalan mengeluarkan uang baru sebagai uang kertas atau uang logam.

Dari pengertian diatas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangaan, sehingga berbicara mengenai bank tidak lepas dari masalah keuangan.

Jenis bank dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah: 1. Berdasarkan jenis bank di Indonesia dibagi menjadi:

a. Bank Umum

Bank umum sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang Repuplik Indonesia No. 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan

(22)

8

penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dengan wilayah operasinya hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja.

2. Berdasarkan kepemilikannya: a. Bank milik pemerintah

b. Bank milik pemerintah daerah c. Bank milik swasta nasional d. Bank milik koperasi

e. Bank asing atau campuran. 3. Berdasarkan statusnya:

a. Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang berstatus devisa atau bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, pembukaan dan pembayaran letter of credit, dan transaksi luar negeri lainnya. Pengertian devisa dapat

dikategorikan secara fisik dan non fisik. Secara fisik devisa merupakan valuta asing non logam yang digunakan untuk alat pembayaran yang sah, sedangkan non fisik adalah saldo dalam bentuk valuta asing pada Bank Indonesi.

b. Bank Non-Devisa

Bank dengan non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak

(23)

dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Bank Non Devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi internasional atau dengan kata lain hanya dapat melakukan transaksi dalam negeri(domestik) saja. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksinya yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara.

4. Berdasarkan cara menentukan harga: a. Bank berdasarkan prinsip konvensional. b. Bank berdasarkan prinsip syariah.

B. Jenis-jenis Bank

1. Dilihat Dari Segi Fungsi Bank a. Bank Umum

Adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam bentuk lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya rneliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran

(24)

10

dana saja, Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah tertentu saja.

2. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya a. Bank Milik Pemerintah

Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungannya bank itu dimiliki oleh pemerintah.

b. Bank Milik Swasta Nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta nasional. Dalam bank swasta milik nasional termasuk pula bank-bank yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi.

c. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,

baik milik swasta asing maupun pemerintah asing jelas

kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. d. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

3. Dilihat Dari Segi Status

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat maka bank umum dapat dibagi kedalam 2 macam, yaitu :

(25)

a. Bank Devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran letter of credit dan transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk menjadi Bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. b. Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi sebagai bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan dari bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan rnasih dalam batas-batas Negara.

4. Dilihat Dari Segi Menentukan Harga

a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, menggunakan dua metode yaitu:

(26)

12

1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan maupun untuk produk pinjamannya juga ditentukan berdasarkan suku bunga tertentu.

2) Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank dapat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya - biaya dalam nominal atau persentase tertentu.

b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah peraturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut:

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah). 3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

(murabahab).

4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).

5. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarahwaiqtina).

(27)

C. Pengertian Kredit

Menurut Johanes (2004 : 7) kata "kredit" berasal dari bahasa Romawi "credere" yang berarti percaya atau credo atau creditum yang berarti saya

percaya. Seseorang yang mendapatkan kredit adalah seseorang yang telah

atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau mendapat kepercayaan dari kreditur.

Undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 menyebutkan pengertian kredit, Kredit adalah penyediaan uang pembagian hasil tertentu. Kredit juga didefinisikan sebagai penyerahan atas dasar kepercayaan sejumlah uang atau barang yang dipersamakan dan wajib dikembalikan sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati bersama.

Adapun menurut Hasibuan (2007:87) mengemukakan pengertian kredit yang lebih jelas bahwa: " Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati".

Selanjutnya Suyatni, (2002:12) memberikan definisi kredit sebagai berikut: Kredit dapat pula berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang atau jasa kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima kemudian dalam jangka waktu tertentu".

(28)

14

Berdasarkan pengertian diatas nampak bahwa suatu fungsi pokok dari kredit pada dasaraya adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan kegiatan usaha berbagai bidang yang semua itu untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dalam hal ini mempermudah mendapatkan modal usaha.

Jadi tujuan suatu pemberian kredit antara lain: 1. Mencari Keuntungan

Yaitu bank yang dalam kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah yang menggunakan jasa bank tersebut.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang mengalami devisit anggaran (kekurangan dana), baik dana investasi maupun dana modal kerja. Adapun dana tersebut akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Membantu pemerintah

Keuntungan bagi pemerintah dengan pemberian kredit adalah: a. Penerimaan pajak

b. Membuka kesempatan kerja

(29)

D. Unsur-Unsur dan Jenis-jenis kredit

1. Unsur-unsur kredit

Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Kasmir (2008 : 98) adalah sebagai berikut :

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberian suatu kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang atau jasa yang akan benar - benar diterima kembali dimasa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank kepada calon debitur karena sebelum dana tersebut dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan bagaimana situasi dan kondisi calon debitur sehingga dapat dinilai apakah calon debitur tersebut dipastikan memiliki kemauan dan kemampuan membayar kredit yang disalurkan, sehingga pada saat dana telah dikucurkan tidak terjadi masalah yang berpengaruh baik bagi bank maupun debitur. b. Kesepakatan

Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan, ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana

masing-masing pihak menandatangi hak dan kewajibannya,

kesepakatan kredit ini dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu bank dan nasabah disaksikan oleh notaris.

(30)

16

c. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.

d. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin bersar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai maupun oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

e. Balas Jasa

Merupakan keuntungan .atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan nama bunga bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi, dan komisi serta biaya administrasi, kredit ini merupakan keuntungan utama suatu bank. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dalam bentuk bagi hasil. Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran - ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan yang berlaku.

(31)

2. Jenis-jenis kredit

Secara umum jenis-jenis kredit yang dikeluarkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut:

a. Dari segi jangka waktu 1) Kreditt jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi dan palawija.

2) Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai tiga tahun, dan biasanya kredit ini untuk melakukan investasi.

3) Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama, yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun dan biasanya untuk keperluan investasi jangka panjang.

b. Dari segi kolektibilitas 1. Kredit lancar (pas)

Adalah kredit yang kriterianya antara lain pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu, memiliki mutasi rekening yang aktif, dan bagian dari kredit yang dijamin dengan angsuran tunai. Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila :

(32)

18

2) Memiliki mutasi rekening yang aktif.

3) Bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

2. Kredit dalam perhatian khusus (special mention)

Adalah kredit yang kriterianya antara lain terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui sembilan puluh hari, kadang-kadang terjadi cerukan, mutasi rekening relatif aktif jarang teriadi pelanggaran terhadap kontrak vang dijanjikan dan didukung oleh pinjaman baru.

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari.

b. Kadang - kadang terjadi cerukan.

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. d. Mutasi rekening relatif rendah.

e. Didukung dengan pinjaman baru. f. Kurang lancar (substandard)

Yang dimaksud kredit kurang lancar adalah kredit yang mempunyai kriteria antara lain terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui sembilan puluh hari, sering terjadi cerukan, frekuensi mutasi rekening relatif rendah, terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang telah diperjanjikan

(33)

lebih dari sembilan puluh hari dan dokumen pinjaman lemah. Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya ; 1) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau

bunga yang melampaui 90 hari. 2) Sering terjadi cerukan.

3) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari.

4) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.

5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. 6) Dokumen pinjaman yang lemah.

3. Kredit diragukan (doubtful)

Kredit diragukan adalah kredit yang kriterianya terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari, terjadi cerukan yang permanen terjadi wan prestasi lebih dari 180 hari, terjadi kapitalisasi bunga dan dokumen hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun peningkatan jaminan. Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari.

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen. c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari. d. Terjadi kapitalisasi bunga.

(34)

20

e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

4. Kredit macet

Adalah kredit yang memiliki kriteria antara lain terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari, kerugian operasional ditutupi dengan pinjaman baru, dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain :

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari.

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.

c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar.

c. Dari Segi Tujuan Dan Kegunaannya 1) Kredit investasi

Kredit yang biasanya untuk perluasan usaha atau untuk membangun proyek/pabrik dimana masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

2) Kredit modal kerja

Merupakan kredit yang dipergunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja

(35)

merupakan kredit yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.

3) Kredit konsumtif

Merupakan kredit yang dipergunakan untuk konsumsi secara pribadi, misalnya untuk perumahan, kredit mobil dan lain sebagainya.

d. Dari segi jaminan

1. Kredit Dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi oleh jaminan yang diberikan debitur.

2. Kredit Tanpa Jaminan

Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan ataupun orang tertentu. Hanya melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas sicalon debitur selama berhubungan dengan yang bersangkutan.

E. Analisis Kredit

Menurut Dendawijaya (2005 : 88), bahwa : Analisis atau nilai kredit suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible).

Pelaksanaan analisis kredit berpedoman pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, khususnya pasal 1 ayat (11),

(36)

22

pasal 8, dan pasal 29 ayat (3). Dengan adanya analisis kredit ini, dapat dicegah secara dini kemungkinan terjadinya default oleh calon debitur.

Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu kredit, perlu dilakukan

analisis kepada calon debitur yaitu analisis 5 C dan 7 P. Penilaian kredit dengan metode analisis 5 C adalah sebagai berikut:

1. Character (watak)

Analisis ini untuk mengetahui watak yang berkaitan dengan integritas dari calon nasabah, integritas ini sangat menentukan kemauan membayar kembali nasabah atas kredit yang telah dinikmatinya. Orang yang memiliki karakter yang baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara.

2. Capital (modal)

Analisis ini berkaitan dengan nilai kekayaan yang dimiliki calon nasabah yang biasanya diukur dari modal sendiri yaitu total aktiva dikurangi total kewajiban (untuk perusahaan).

3. Capacity (kemampuan)

Adalah penilaian terhadap calon debitur dan dalam kemampuan untuk memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian akad kredit yaitu melunasi utang pokok dan bunga.

4. Collateral (jaminan)

Berdasarkan ketentuan pemerintah/Bank Indonesia, setiap pemberian kredit harus didukung oleh adanya agunan yang memadai, kecuali untuk program-program pemerintah, karena kredit pada dasarnya mengandung risiko.

(37)

5. Condition of economy (kondisi ekonomi)

Kondisi perekonomian akan mempengaruhi kegiatan dan prospek usaha peminjam, dalam rangka proyeksi pemberian kredit,kondisi perekonomian harus pula dianalisis (paling sedikit selama jangka waktu kredit). Penilain kredit dengan menggunakan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut:

a. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa Iaiunya yang mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

b. Party

Mengklasiflkasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas berbeda dari bank.

c. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi sektor lainya. d. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek atau

(38)

24

sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi tetapi juga nasabah. e. Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Seperti modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif.

f. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan

semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya. g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau maupun jaminan asuransi.

F. Pengertian Risiko dan Jenis-Jenis Risiko

a. Pengertian Risiko

Pemahaman tentang risiko akan memudahkan bank dalam

mengidentiflkasi risiko maupun yang mungkin terjadi dan kemudian membangun sistem untuk mengelola risiko tersebut secara efektif.

Secara umum diartikan sebagai bentuk-bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah institusi untuk mencapai tujuannya. Risiko kredit merupakan risiko kerugian yang

(39)

diakibatkan oleh kegagalan atau default debitur yang tidak dapat diperkirakan.

Menurut Tampubolon (2004:12) Risiko bank diartikan sebagai kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi konsekuensi (dampak) potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak terjadi, dengan konsekuensi yang memberi peluang untuk untung atau mengancam sebuah kesuksesan.

b. Jenis-jenis risiko yang biasa diterima oleh bank

Untuk mengidentifikasi risiko yang sedang dan akan diambil dengan adanya penawaran produk dan jasa perbankan kepada masyarakat oleh bank, manajemen harus mengetahui jenis-jenis risiko yang biasa diserap dan telah digariskan dalam rencana strategi bank.

1. Risiko Kredit

Risiko kredit yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan memenuhi kewajibannya. Disatu sisi risiko ini dapat bersumber dari berbagai aktifitas fungsional bank seperti penyaluran kredit. Kegiatan investasi dan kegiatan pembiayaan perdagangan.

2. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (suku bunga dan nilai tukar) dari portopolio yang dimiliki oleh bank, yang berbalik arah dari apa yang diharapkan sehingga dapat menimbulkan kerugian.

(40)

26

3. Risiko Operasional

Risiko ini timbul karena adanya ketidak cukupan atau tidak berfungsinya proses internal, juga adanya kesalahan sistem dalam mencatat, membukukan dan melaporkan transaksi secara lengkap, tepat waktu.

4. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah yang timbul antara lain karena bank yang tidak mampu memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Hal ini disebabkan karena risiko likuiditas dapat melekat pada aktivitas rungsional perkreditan (penyediaan dana), investasi dan penanaman lainnya, serta kegiatan pendanaan penerbitan surat utang.

5. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah yang muncul karena bank yang tidak mematuhi atau tidak melaksanakan perturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem pengendalian intern secara konsisten.

6. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah yang timbul karena adanya kelemahan, aspek yuridis, antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau lemahnya perikatan. 7. Risiko Strategik

Risiko strategik adalah yang muncul karena penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan

(41)

bisnis yang tidak atau kurang respontif bank terhadap perubahan eksternal.

Beberapa jenis risiko diatas yang sering menimbulkan masalah adalah kredit yang tidak dapat terselesaikan dengan baik. Secara umum bank akan memperlakukan risiko dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Dihindari, apabila risiko tersebut masih dalam pertimbangan bank untuk diambil, misalnya karena tidak masuk kategori risiko yang tidak diinginkan bank atau karena kemungkinan ruginya jauh lebih besar dibandingkan keuntungan yang diharapkan.

b. Dinaikkan, diturunkan dan dihilangkan, apabila risiko dapat dikendalikan dengan tata kelola yang baik.

c. Diterima dan diharapkan, apabila risiko pada tingkat paling ekonomis. d. Dikurangi, misalnya dengan mendiversifikasi portopolio yang ada atau

membagi risiko-risiko dengan pihak lain.

e. Dipagari, Apabila risiko dapat dilindungi secara artifical, misalnya risiko dinetralisir sampai batas tertentu dengan instrument derivative.

f. Dilikudasi atau diasuransikan, apabila risiko yang ada dapat ditransfer kepihak lain tanpa kewajiban untuk menjamin.

Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat risiko kredit antara lain: 1. Kemauan

Kemauan adalah niat seseorang untuk melakukan/ menjalankan sesuatu, yang tercermin pada tingkah laku, kepribadian/integritas, serta usaha-usaha yang serius dalam mewujudkan keinginan. Dengan demikian

(42)

28

aspek kemauan merupakan bagian dari character dalam aspek 5 C, dimana kita ketahui bahwa aspek ini merupakan faktor yang paling urgen yang sangat mempengaruhi tingkat risiko kredit. Jadi semakin besar kemauan seorang debitur/calon debitur, maka semakin rendah tingkat risikonya. 2. Kemampuan

Kemampuan adalah kapasitas/kapabilitas, kesanggupan seseorang dalam melakukan/menjalankan sesuatu, yang dinilai dari potensi yang dimilikinya (skill, pengalaman, pengetahuan, materi). Dengan demikian aspek kemampuan masuk dalam wilayah Capacity dan Capital serta Condition Of Economi dalam prinsip 5C. apabila calon debitur adalah

sebuah perusahaan yang termasuk kemampuan adalah modal, manajemen, kelayakan usahanya dan lain sebagainya. Sedangkan jika calon debitur adalah perseorangan maka yang termasuk kemampuannya adalah sumber dan jumlah penghasilannya. Semakin besar kemampuan debitur/calon debitur, maka semakin rendah tingkat risikonya.

3. Keandalan Agunan

Keandalan agunan adalah ukuran nilai dari sebuah jaminan, yang dipastikan atau diperkirakan dapat menutupi risiko kerugian. Dalam analisis risiko kredit keandalan agunan adalah sejauh mana jaminan yang diserahkan atau ditawarkan oleh calon debitur dapat menutupi kerugian bilamana terjadi ketidak mampuan debitur menyelesaikan kreditnya. Dengan demikian aspek keandalan agunan termasuk dalam wilayah Collateral dan Condition Of Economi dalam prinsip 5C. Suatu agunan

(43)

harus marketable, dapat dimiliki oleh seluruh masyarakat, sebaiknya memiliki standar harga, serta tidak mengalami penurunan harga. Maka semakin handal agunannya maka semakin rendah tingkat risikonya.

G. Non Performing Loan (NPL)

Istilah kredit bermasalah sering juga dipakai untuk kredit macet yang sudah dihapus dari pembukuan bank. Agar tidak terjadi kerancuan untuk selanjutnya dipakai istilah yang lebih teknis yaitu Non Performing Loan (NPL). yang termasuk dengan NPL adalah debitur atau kelompok debitur golongan kurang lancar, dan Macet. Karena itu harus diusahakan dicegah. Early warning system, serta pemantauan yang efektif akan memudahkan bank dalam mengambil langkah yang diperlukan apabila suatu nasabah akan mengalami penurunan kualitas atau peningkatan risiko kredit.

Terhadap kredit yang mengarah menjadi NPL bahkan kredit NPL sendiri dapat diterapkan beberapa teknik penyehatan. Cara penyelesaian atau penyelamatan kredit bermasalah yang dapat ditempuh bank antara lain :

1. Penjadwalan ulang (Rescheduling)

Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk tenggang dan perubahan besarnya angsuran kredit. Fasilitas ini hanya diberikan kepada nasabah yang berkarakter jujur serta menurut bank usahanya tidak memerlukan tambahan dana atau likuidasi. 2. Persyaratan Ulang (Recondition)

Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku

(44)

30

bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya. Fasilitas ini diberikan kepada nasabah yang jujur dan usahanya masih biasa beroperasi dengan menguntungkan.

3. Penataan Ulang (Restructuring)

Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut: a. Penambahan dana bank

b. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru.

c. Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner yang lain untuk menambah penyertaan.

4. Likuidasi (Likuidation)

Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan hutang. Pelaksanaan likuidasi ini dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-benar menurut bank sudah tidak dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha tidak memiliki prospek untuk dikembangkan.

H. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan penulis adalah diduga, bahwa tingkat risiko pemberian kredit pada PT. Bank Sul-Selbar Cabang Enrekang ditinjau dari Non Perfoming Loan (NPL) adalah risiko tergolong tinggi.

(45)

I. Kerangka Fikir

Berdasarkan masalah yang ada, maka dapat dibuat sutatu kerangka fikir mengenai analisis kebijakan pemberian pada Non Perfoarming Loan pada PT. BANK Sulselbar cabang Enrekang secara sistematis pada gambar berikut : PT. Bank Sulselbar Pemberian Kredit Kolektibitas Kredit Pelunasan Kredit Credit Risk Ratio

(46)

32

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Sul-Selbar Cabang Enrekang yang

berlokasi di Jl. Sultan Hasanuddin No. 4 Enrekang. Penelitian ini di lakukan kurang

lebih 2 bulan, dari bulan Maret sampai April 2015.

B. Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis Data

a) Data kualitatif

Merupakan data yang diperoleh dalam bentuk keterangan/informasi lisan maupun tulisan, berupa Prosedur dan Pedoman Pelaksanaan Kredit (PPK) Bank Sul-Selbar.

b) Data kuantitatif

Merupakan data statistik bentuk angka-angka, baik baik secara langsung digali dari hasil penelitian maupun hasil pengelolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif, berupa laporan perkembangan PT. Bank Sul-Selbar Cabang Enrekang.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari PT. Bank Sul-Selbar Cabang Enrekang. Melalui wawancara langsung dengan karyawannya.

(47)

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui kepustakaan dan dari laporan tahunan PT. Bank Sul-Selbar Cabang Enrekang, PPK Sul- Selbar dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mempermudah pengumpulan data, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu teknik mengimpulkan data melalui pengamatan langsung terhadap objek penelitian untuk mendapatkan data yang akurat.

2. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa laporan data kredit yang bersumber dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Sidrap. 3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data melalui Tanya jawab (Interview) langsung dengan pimpinan, karyawan dan nasabah sesuai

dengan data yang diperlukan obyek yang dibahas.

D. Metode Analisis Data

Sebagai jawaban atas hipotesis dalam penelitian ini, maka metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif menurut Kasmir (2004:79) yaitu dengan menggunakan analisis Credit Risk Ratio. ;

Credit Risk Ratio = 𝐵𝑎𝑑𝑑𝑒𝑏𝑡𝑠

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠 X 100%

Dimana:

1. Bad debts adalah jumlah kredit Non Performing. 2. Total loans adalah jumlah kredit yang disalurkan.

(48)

34 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT. Bank Sulselbar

PT. Bank Sulselbar (dahulu BPD Sulawesi Selatan) didirikan atas dasar Surat Keputusan penguasa daerah Sulawesi Selatan – Tenggara No. 044/KPTS/PerPerda/61, tertanggal 02 Januari 1961 dan ditandatangani oleh Panglima Komando Daerah Militer atau Kodam XIV Hasanuddin, yakni Kol. Inf. M. Yusuf.

PT. Bank SulSel semula berbentuk Perseroan Terbatas dengan PT. Bank SulSel – Tenggara berdasarkan akte notaris A. Raden Kardiman di Jakarta No. 95 tanggal 23 Januari 1961 berkedudukan di Makassar. Kemudian berdasarkan akte notaris A. Raden Kardiman di Jakarta No, 67 tanggal 17 Juli, nama PT. PT. Bank SulSel – Tenggara statusnya diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah TK I Sulawesi Selatan – Tenggara, yang memiliki modal besar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah).

Peraturan Daerah No. 002 Tahun 1964 untuk pertama kalinya diadakan perubahan dengan Peraturan Daerah No. 002 Tahun 1964 dengan isi perubahan :

1. Nama Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan – Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah TK I Sulawesi Selatan.

2. Modal dasar sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) diubah menjadi Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

(49)

Hal ini sebagai akibat pemisahan antara provinsi Daerah TK. I Sulawesi Selatan dengan Daerah TK. I Sulawesi Tenggara.

Sesuai dengan Peraturan Daerah No. 002 tahun 1964 untuk ketiga kalinya diadakan perubahan dengan Peraturan Daerah Propinsi Tk. I Sulawesi Selatan No. 11 tahun 1963 dengan perubahan tersebut modal dasar sebesar Rp. 6.000.000.000,- (enam milyar rupiah) menjadi sebesar Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima milyar rupiah).

Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Selatan didirikan atas dasar

Keputusan Penguasa Daerah Sulawesi Selatan – Tenggara No.

004/KTPS/PerPerda/61, tertanggal 02 Januari 1961 yang berlokasi di jalan Dr. Ratulangi No. 16 Makassar. Begitu pesatnya perkembangan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Selatan sehingga dirasakan perlu untuk membuka kantor cabang, cabang pembantu dan kantor kas, di mana letak kantor Cabang Utama di jalan Dr. Ratulangi No. 16 Makassar sedangkan kantor cabang terletak di beberapa Kabupaten, antara lain Maros, Pare-Pare, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Polmas, Makale, Mamuju, Palopo, Sengkang, Bone, Sinjai, Bulukumba, Jeneponto, dan Bantaeng. Kantor cabang pembantu terletak di kabupaten Majene, Soppeng, Barru, Pangkep, Gowa, Takalar, Enrekang dan kantor kas terletak di Kantor Dipenda TK I. Sulawesi Selatan, Kantor Gubernur Tk. I Kantor gabungan dinas-dinas, kantor PU Tk I Sulawesi Selatan dan BPD Selayar.

B. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Setelah diuraikan sejarah singkat berdirinya Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Selatan, maka untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan,

(50)

36

mutlak diperlukan adanya suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena struktur organisasi menggambarkan fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi perusahaan tersebut serta menjelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab, suatu fungsi dengan fungsi lainnya sehingga sasaran perusahaan dapat dicapai secara efisien dan efektif.

Sebagaimana lazimnya dalam sebuah organisasi, yang di dalamnya terdapat berbagai macam aktivitas yang memerlukan adanya koordinasi yang mantap

untuk mencapai tujuan, maka diperlukan adanya pembagian atau

pengorganisasian kerja yang baik, demikian pula halnya dalam perusahaan ini, bahwa untuk mencapai tujuan jangka pendek sangat diperlukan adanya struktur organisasi. Struktur organisasi Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Selatan didasarkan kepada Surat Keputusan Direksi No. 041/KPTS/DIR-BPDSS/1997. Dengan pengalihan operasional kantor pusat ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Selatan cabang utama Makassar, maka ruang lingkup struktur organisasi tersebut lebih diperjelas dengan Surat Keputusan Direksi No. 045/KPTS/DIR-BPDSS/1990 tanggal 18 September 1990 dan kaitannya dengan perubahan kelengkapan lebih lanjut dengan Surat Keputusan Direksi No. 060/KPTS/DIR-BPDSS/1990 tanggal 25 Oktober 1990.

(51)

Struktur Organisasi Bank Sulselbar:

1. Susunan Organisasi

a. Organisasi Bank disusun berdasarkan fungsi, tugas dan kebutuhan Bank dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas di semua bidang. b. Dalam melakukan fungsi organisasi sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal

ini, maka tata kerja yang merupakan rincian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing unit kerja akan diatur lebih lanjut dalam suatu Surat Keputusan Direksi yang disesuaikan dengan Kebutuhan Bank.

c. Susunan Organisasi Bank yang terdiri dari Kantor Pusat dan Kantor-Kantor cabang di bawahnya (terlampir) adalah sebagai berikut :

RUPS

Dewan Komisaris

KOMITE

Direktur Utama

Direktur Umum Direktur Pemasaran Direktur Kepatuhan Dewan Pengawas Syariah KLP Jabatan Fungsional KOMITE Satker Manj. Risiko Wakil Satker Kepatuhan Wakil Div.Akun. & Tek Info Wakil Div. Sek & Umum Wakil Div. SDM Wakil Div. Treasury Wakil Div. Kredit Wakil Unit Usaha Syariah Wakil SKAI Wakil Dv. Pernc. & Pengemb. Wakil B ag . P ems & Tr ea su ry B ag . A ku n. & Pel ap or an B ag . K re dit K hu su s B ag . K re dit Pr og ra m B ag . K re dit U M K M B ag . M od al & Ja sa B ag . P as ar U an g B ag . D an a SYARIAH B ag . A dm B ag . S D M B ag . H uma s B ag . L og isti k B ag . R T B ag . A ku n. & La po ra n B ag Te kn olo gi In fo rma si B ag . H K B ag . P R B ag . P en ge nd l. R isi ko B ag . A dm. Pel ap or an SYARIAH B ag . P en lt. & Pe ng emb an ga n B ag . P er en c. A ng ga ra n

Sumber: Bank Sulselbar Tahun: 2011

(52)

38

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) b. Dewan Pengawas

c. Direksi

d. Divisi Administrasi Keuangan dan Pengolahan Data Elektronik (PDE)

e. Divisi Sekretariat dan Umum

f. Divisi Sumber Daya Manusia

g. Divisi Treasuri h. Divisi Kredit

i. Divisi Perencanaan, Pengembangan dan Kepatuhan

j. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)

k. Kelompok Jabatan Fungsional

l. Pembina Provinsi

m. Penasehat Ahli

n. Kantor-kantor di bawah Kantor Pusat Bank o. Pembina Kabupaten/Kota

p. Satuan-satuan Struktural

d. Tugas dan fungsi dari masing-masing Susunan Organisasi dapat dilihat pada pasal 5 sampai dengan pasal 20 dalam Surat Keputusan ini.

e. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas-tugas, divisi/SKAI serta kantor cabang dibantu oleh satuan-satuan struktural dan/atau fungsional yang disesuaikan dengan kebutuhan dan bertanggung jawab kepada masing-masing Pemimpin Divisi/SKAI dan Pemimpin Cabang.

(53)

2. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah pemegang kekuasaan tertinggi pada Organisasi Bank.

b. Untuk merumuskan Kebijakan umum, menjalankan pengawasan, pengendalian dan pembinaan Bank dibentuk Dewan Pengawas yang bertanggung jawab kepada pemegang saham.

c. Direksi Bank mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bank yang bertanggung jawab kepada para pemegang saham melalui Dewan Pengawas.

d. Dewan Pengawas dan Direksi Bank diangkat dan dipilih oleh RUPS. 3. Dewan Pengawas

a. Dewan Pengawas terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang anggota dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang anggota, dimana salah seorang diantaranya ditunjuk sebagai ketua.

b. Dewan Pengawas mempunyai tugas menetapkan Kebijakan Umum Bank dan melakukan Pengawasan, Pengendalian dan Pembinaan terhadap Bank.

4. Direksi

a. Direksi terdiri dari 4 (empat) orang Direktur utama, Direktur Umum, Direktur Pemasaran, dan Direktur Kepatuhan.

b. Direktur Utama mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dalam pelaksanaan tugas-tugas antara anggota Direksi dan melakukan

(54)

40

pembinaan serta pengendalian terhadap SKAI/Divisi/Cabang

berdasarkan Azas keseimbangan dan keserasian.

c. Direktur lainnya mempunyai tugas melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap Divisi/Cabang.

5. Divisi SKAI

a. Divisi dan SKAI merupakan unsur pembantu utama Direksi yang jumlah, nama serta tugas-tugasnya disesuaikan dengan kebutuhan yang ditetapkan oleh intern Bank.

b. Kedudukan antara Divisi-divisi dan SKAI adalah sama dan setingkat. 6. Divisi Administrasi Keuangan dan Pengolahan Data Elektronika (PDE)

Divisi Administrasi Keuangan dan Pengolahan Data Elektronika (PDE) mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi dalam bidang Administrasi Keuangan dan PDE.

7. Divisi Sekretariat dan Umum

Divisi Sekretariat dan Umum mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi dalam bidang Kesekretariatan, Kearsipan, Bidang Hubungan Masyarakat, Hukum, Bidang Logistik, dan Kerumahtanggaan.

8. Divisi Sumber Daya Manusia

Divisi Sumber Daya Manusia mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi dalam bidang Sumber Daya Manusia termasuk administrasi personalia serta pengembangan sumber daya manusia.

(55)

9. Divisi Treasuri

Divisi Treasuri mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi dalam bidang Treasuri dan Pelayanan Jasa Perbankan baik dalam negeri maupun hubungan luar negeri.

10. Divisi Kredit

Divisi Kredit mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi bidang perkreditan termasuk pengendalian dan penyelamatan kredit.

11. Divisi Perencanaan, Pengembangan dan Kepatuhan

Divisi Perencanaan, Pengembangan dan Kepatuhan mempunyai tugas pokok merencanakan dan merumuskan Kebijakan Umum Direksi dalam bidang Perencanaan dan Pengembangan serta menetapkan langkah-langkah yang diperlukan guna memastikan kepatuhan Bank terhadap Peraturan Bank Indonesia peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dan perjanjian serta komitmen dengan Bank Indonesia.

12. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)

Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) mempunyai tugas pokok membantu Direktur Utama dan Dewan Pengawas dalam melakukan pengawasan dengan cara menjabarkan secara operasional, baik perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan atas hasil audit serta mengidentifikasi segala kemungkinan memperbaiki dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.

(56)

42

13. Kelompok Jabatan Fungsional

a. Kelompok Jabatan Fungsional adalah satuan fungsional dan merupakan gabungan dari beberapa Kelompok Kerja yang masing-masing memiliki keahlian di bidang tertentu yang penempatannya dalam divisi/SKAI ditetapkan oleh Direksi.

b. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas membantu

Divisi/SKAI, yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Pemimpin Divisi / SKAI dimana anggota Kelompok Kerja tersebut ditempatkan.

14. Pembina Provinsi dan Pembina Kabupaten/Kota

a. Pembina Provinsi dan Pembina Kabupaten/Kota masing-masing terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang disesuaikan dengan kebutuhan. b. Tugas Pembina Provinsi adalah memberikan pembinaan terhadap

Dewan Pengawas dan Direksi, sedangkan tugas Pembina

Kabupaten/Kota adalah memberikan pembinaan kepada cabang yang berada dalam wilayahnya.

15. Penasehat Ahli

Penasehat Ahli mempunyai tugas pokok memberikan nasihat kepada Dewan Pengawas dan Direksi dalam melaksanakan tugas-tugasnya, serta wajib memberikan pandangan, saran dan atau pertimbangan dalam bidang hukum, ekonomi dan sosial lainnya jika dibutuhkan oleh bank.

(57)

16. Kantor-kantor Di bawah Kantor Pusat Bank

Kantor-kantor di bawah Kantor Pusat Bank terdiri dari Kantor Cabang Utama, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas dan atau Unit/Jaringan Pelayanan lainnya dengan jumlah, nama serta tugas-tugasnya sesuai dengan hierarki yang ditetapkan oleh Direksi.

17. Satuan-Satuan Struktural

Satuan-satuan Struktural pada Bank di bawah Divisi/SKAI dan Kantor Cabang, jumlah serta tugas-tugasnya disesuaikan dengan kebutuhan dan berada di bawah supervisi masing-masing Divisi/SKAI dan Kantor Cabang.

(58)

44 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data Hasil Penelitian

Dalam kegiatan perkreditan bank, khususnya PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang terdapat pengembalian kredit yang bermasalah baik disengaja atau tidak. Pengembalian ini disebut Non Performing Loan (NPL) atau pengembalian kredit bermasalah yang terdiri dari kurang lancar, diragukan dan macet.

Berikut perhitungan tingkat risiko kredit dengan menggunakan analisis Credit Risk Ratio, berdasarkan kolektibilitas kredit dari neraca PT. Bank Sulselbar

Cabang Enrekang, maka akan diperoleh sebagai berikut:

Credit Risk Ratio = 𝐵𝑎𝑑𝑠 𝐷𝑒𝑏𝑡𝑠

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑜𝑎𝑛𝑠

𝑥 100%

a. Credits Risk Ratio tahun 2011

1) Bad Debts

a) Kurang lancer = 0

b) Diragukan = 8.000.000

c) Macet = 230.000.000

2) Total Loans = 77.537.000.000

Credit Risk Ratio tahun 2011 = 238.000.000

77.537.000.000

x 100%

(59)

Diketahui tingkat risiko pada tahun 2011 yang ada sebesar 238.000.000 dengan total loans 77.537.000.000 atau 0,30%.

b. Credit Risk Ratio tahun 2012

1) Bad Debts

a) Kurang Lancar = 0

b) Diragukan = 0

c) Macet = 257.000.000

2) Total Loans = 72.474.000.000

Credit Risk Ratio tahun 2012 = 257.000.000

72.474.000.000

x 100%

= 0,35%

Diketahui tingkat risiko pada tahun 2012 yang ada sebesar 257.000.000 dengan total loans 72.474.000.000 atau sebesar 0,35%.

c. Credit Risk Ratio tahun 2013

1) Bad Debts

a) Kurang lancer = 0

b) Diragukan = 241.000.000

c) Macet = 307.000.000

2) Total Loans = 103.000.000.000

Credit Risk Ratio tahun 2013 = 548.000.000

103.000.000.000

x 100%

(60)

46

Diketahui tingkat risiko pada tahun 2013 yang ada sebesar 548.000.000 dengan total loans 103.000.000.000 atau sebesar 0,52%.

d. Credit Risk Ratio tahun 2014

1) Bad Debts

a) Kurang Lancar = 27.000.000

b) Diragukan = 54.000.000

c) Macet = 673.000.000

2) Total Loans = 72.474.000.000

Credit Risk Ratio tahun 2014 = 754.000.000

130.117.000.000

𝑥 100%

= 0,57%

Diketahui tingkat risiko pada tahun 2011 yang ada sebesar 754.000.000 dengan total loans 130.117.000.000 atau sebesar 0,57%.

Dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek Non Performing Loan (NPL) kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet yang rata-rata persentasenya 1,74% atau tidak lebih dari 2% dilihat dari tolak ukur tingkat kesehatan bank, maka tingkat risiko PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang berada pada kategori rendah sesuai ketetapan Bank Indonesia.

Gambar

Tabel 1. Rincian Kredit Non Performing PT. Bank Sulselbar Per 31 Desember  2011…………………………………………………………....………  48  Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Uji statistik menunjukkan responden sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang definisi narkoba sebanyak 48 responden (55,2%), pengetahuan

Guna terlaksananya tugas sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BNSP dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi yang memenuhi

Pengumpulan semua informasi yang berguna untuk melakukan penilaian terhadap mutu jurusan dan unit harus dilakukan melalui beberapa tahapan proses audit memerlukan

Banks mengatakan bahwa pendidikan multikultural merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa seluruh peserta didik tanpa memperhatikan dari kelompok mana mereka berasal,

Peran Dinas Kehutanan dalam pengembangan hutan rakyat di Desa Lekopancing yaitu dengan memfasilitasi masyarakat melalui petugas teknis di lapangan yang mengajarkan para

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 17 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agama Nomor 74 Tahun 2015 tentang Penerimaan

Tujuan dari penerapan model ini yakni sebagai upaya mencegah kerusakan hutan CAPC, menumbuhkan kawasan hutan CAPC yang lestari, merumuskan alternatif kebijakan pengelolaan CAPC