• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

IZIN PRINSIP PEMANFAATAN RUANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PANDEGLANG,

Menimbang

Mengingat :

:

a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam P a s a l 6 4 a y a t ( 6 ) Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011–2031, telah ditetapkan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 36 Tahun 2012 tentang Izin Pemanfaatan Ruang;

b. bahwa Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 36 Tahun 2012 sebagaimana dimaksud pada huruf a sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan penataan ruang di daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Bupati tentang Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang;

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 51 Prp Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 1583, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2106);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4726) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5059);

8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5068);

9. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

(3)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5185);

15. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 156) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014;

16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

18. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah;

19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;

20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha/Kegiatan Yang Wajib Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup;

(4)

22. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010 – 2030 (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Banten Nomor 32);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Memuat Ketentuan Pidana di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Tahun 1986 Nomor 5 Seri D);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Garis Sempadan di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Tahun 1997 Nomor 4 Seri C);

25. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Izin Lokasi dan Penetapan Lokasi (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 Nomor 22);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2008 Nomor 2);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011 Nomor 3);

28. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011 Nomor 10);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan PERATURAN BUPATI PANDEGLANG TENTANG IZIN PRINSIP PEMANFAATAN RUANG.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang.

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

(5)

3. Bupati adalah Bupati Pandeglang.

4. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disingkat BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

5. Badan P e n a n a m a n M o d a l d a n P e l a y a n a n Perizinan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat BPMPPTSP merupakan unsur penyelenggara pemerintah kabupaten di bidang penanaman modal pelayanan perizinan terpadu satu pintu, yang dipimpin oleh Kepala Badan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

6. Pemohon adalah orang/perseorangan/badan/perusahaan.

7. Izin Prinsip Pemanfaatan ruang yang selanjutnyya disingkat IPPR adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Perseorangan adalah yang berkaitan dengan orang secara pribadi.

9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

10. Perusahaan adalah badan hukum yang telah memperoleh izin untuk melakukan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

11. Industri M e n e n g a h adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

12. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

13. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan dan aspek-aspek lainnya sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2031.

14. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

(6)

15. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

16. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

17. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang yang untuk selanjutnya disingkat RTRW adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

18. Rencana Detail Tata Ruang yang untuk selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten Pandeglang yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten.

19. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang untuk selanjutnya disingkat RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan atau kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan atau kawasan.

20. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang untuk selanjutnya disingkat RZ-WP3K adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.

21. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

22. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan yang untuk selanjutnya disingkat SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/

atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/ atau kegiatannya diluar usaha dan/ atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL.

23. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang untuk selanjutnya disingkat AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/ atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan.

24. Upaya Pengelolaan Lingkungan – Upaya Pemantauan Lingkungan yang untuk selanjutnya disingkat UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/ atau kegiatan yang tak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan.

(7)

25. Sistem Koordinat adalah sistem koordinat dipermukaan bumi yang dipakai di Wilayah Republik Indonesia sesuai dengan Undang-undang.

BAB II

IZIN PRINSIP PEMANFAATAN RUANG Pasal 2

(1) IPPR berupa persetujuan pendahuluan yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk menanamkan modal atau mengembangkan kegiatan atau pembangunan di wilayah Kabupaten.

(2) Substansi dari IPPR, merupakan pertimbangan pemanfaatan lahan berdasarkan aspek teknis, politis, dan sosial budaya sebagai dasar dalam pemberian izin lokasi.

(3) IPPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipakai sebagai kelengkapan persyaratan teknis permohonan izin lainnya meliputi:

a. Izin lokasi;

b. Izin mendirikan bangunan.

(4) IPPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan izin untuk memperoleh tanah dan untuk melakukan produksi komersial serta bukan izin untuk melaksanakan pembangunan fisik.

(5) IPPR diberikan oleh Bupati setelah mendapatkan rekomendasi pemanfaatan ruang dari BKPRD dan/atau Persetujuan kesesuaian tata ruang dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi urusan Penataan ruang dengan bentuk Keputusan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Bupati ini.

(6) Lingkup pemanfaatan penggunaan ruang untuk pesisir dan laut mengacu pada peraturan daerah RZWP3K yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Banten.

Pasal 3

(1) IPPR tidak diperlukan untuk usaha/kegiatan yang luas pemanfaatan tanahnya dibawah 1 Hektar dan/atau kegiatan yang masuk kedalam kategori wajib menyusun SPPL .

(2) IPPR tidak diperlukan di wilayah/kawasan yang sudah memiliki RDTR dan RTBL beserta peraturan zonasinya.

(3) IPPR tidak diperlukan bagi orang/badan/perusahaan yang tanah untuk melaksanakan rencana penanaman modalnya adalah tanah yang sudah dipunyai oleh orang/badan/ perusahaan yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa tanah-tanah tersebut terletak di lokasi yang menurut RTRW, diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman modal yang bersangkutan.

(8)

BAB III

TATA CARA PENGURUSAN IZIN PRINSIP PEMANFAATAN RUANG

Pasal 4

(1) Setiap orang atau badan mengajukan permohonan IPPR secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala BPMPPTSP.

(2) Permohonan IPPR diajukan dengan melampirkan persyaratan umum sebagai berikut :

a. Fotocopy surat bukti kepemilikan/penguasaan tanah, yang berupa sertifikat/girik/surat bukti penguasaan tanah bagi yang sudah melakukan pembebasan tanah;

b. Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Surat Tanda Terima Setoran (STTS) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terakhir;

c. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku;

d. Surat Kuasa (bermaterai) apabila permohonan pengurusan izin dilakukan oleh bukan pemilik lahan;

e. Persetujuan warga;

f. Sketsa/Peta Lokasi Tanah yang dimohon ataupun direncanakan untuk dibebaskan dimiliki lengkap dengan sistem koordinat pada batas-batas tanahnya;

g. Proposal rencana Usaha/Kegiatan (paling sedikit memuat rencana penggunaan lahan, status lahan/rencana perolehan lahan, rencana perekrutan tenaga kerja, business process/rencana aktivitas usaha/proses produksi, nilai investasi);

h. Surat Pertimbangan Teknis Pertanahan dari Kantor Pertanahan.

Pasal 5

Tata cara permohonan IPPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sebagai berikut :

a. Pemohon mengajukan permohonan IPPR dengan melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2);

b. Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan pemeriksaan administrasi terhadap kelengkapan persyaratan pengajuan IPPR oleh BPMPPTSP;

c. Dalam hal berkas permohonan dinyatakan lengkap secara administrasi dan secara hukum terjamin keabsahannya selanjutnya didaftarkan di loket pendaftaran dan dibuatkan tanda terima berkas;

d. Setelah berkas didaftarkan, BPMPPTSP meneruskan berkas tersebut ke BKPRD ataupun SKPD yang membidangi tata ruang.

(9)

BAB IV

REKOMENDASI BKPRD DAN PERSETUJUAN KESESUAIAN TATA RUANG

Bagian Kesatu Rekomendasi BKPRD

Pasal 6

(1) Rekomendasi pemanfaatan ruang yang diperoleh dari BKPRD diberikan kepada orang, perusahaan atau badan yang melakukan usaha dan/atau kegiatan :

a. Yang berlokasi di kawasan penyangga (buffer Zone) kawasan ekonomi khusus;

b. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL;

c. Yang berbatasan dengan daerah kawasan lindung.

(2) Tata cara dan syarat-syarat pengurusan rekomendasi BKPRD, Bentuk Berita Acara Rapat Koordinasi Pokja Pengendalian Pemanfaatan Ruang BKPRD serta Bentuk Rekomendasi BKPRD sebagaimana tercantum dalam lampiran II, Lampiran III dan Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 7

Rekomendasi pemanfaatan ruang BKPRD dikecualikan bagi :

(1) Orang, perusahaan dan/atau badan yang melakukan usaha di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

(2) Usaha atau kegiatan yang tidak masuk sebagai kriteria wajib rekomendasi BKPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

(3) Proses pemilahan kegiatan yang wajib AMDAL ataupun tidak, dilaksanakan oleh pihak BPMPPTSP atas dasar pertimbangan dan masukan dari anggota tim teknis perizinan yang membidangi masalah lingkungan hidup.

(4) Usaha atau Kegiatan yang tidak masuk Kategori wajib AMDAL.

Bagian Kedua

Persetujuan Kesesuaian Tata Ruang Pasal 8

(1) Persetujuan kesesuaian tata ruang dikeluarkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi penataan ruang.

(10)

(2) Persetujuan kesesuaian tata ruang diberlakukan pada orang dan perusahaan yang jenis kegiatan usahanya masuk dalam kategori wajib menggunakan UKL-UPL.

(3) Proses pemilahan kegiatan yang wajib amdal, UKL-UPL, dan SPPL dilaksanakan oleh pihak BPMPPTSP.

(4) Dalam melaksanakan proses pemilahan kegiatan wajib AMDAL ataupun tidak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), BPMPPTSP dapat meminta pertimbangan dari anggota tim teknis perizinan yang membidangi masalah lingkungan hidup.

(5) Tata cara dan syarat-syarat permohonan persetujuan kesesuaian tata ruang, bentuk formulir permohonan IPPR, bentuk formulir persyaratan, bentuk formulir sketsa lokasi tanah yang dimohon, Berita Acara Peninjauan Lapangan, Bentuk Persetujuan Teknis Tata Ruang serta Bentuk Berita Acara Penilaian Teknis Tata Ruang sebagaimana tercantum dalam Lampiran V, Lampiran VI, Lampiran VII, Lampiran VIII, Lampiran IX, Lampiran X dan Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisdahkan dari Peraturan Bupati ini

BAB V

MASA BERLAKU IZIN PRINSIP PEMANFAATAN RUANG Pasal 9

(1) IPPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diberikan untuk masa berlaku selama 1 (satu) tahun.

(2) Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir, IPPR bisa diperpanjang dengan persyaratan:

a. Perolehan tanah tidak dapat diselesaikan, maka IPPR dapat diperpanjang jangka waktunya selama 1 (satu) tahun berikutnya;

b. Perpanjangan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus diajukan tertulis kepada Bupati, disertai alasan-alasan yang jelas 1 (satu) bulan sebelum izin berakhir;

c. Kepala BPMPPTSP menerbitkan persetujuan atau perolehan permohonan IPPR setelah mendapat rekomendasi dari BKPRD dan setujui oleh Bupati selambat-lambatnya dalam waktu (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan dinyatakan lengkap.

(3) Dalam melaksanakan kegiatannya, pemegang IPPR wajib menyampaikan laporan kemajuan kegiatannya setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Kepala BPMPPTSP dengan tembusan BKPRD.

(11)

(4) IPPR dikeluarkan dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan dinyatakan lengkap dan aspek teknis terpenuhi.

(5) IPPR bisa dikeluarkan melebihi jangka waktu dari 14 (empat belas) hari, bilamana BKPRD ataupun SKPD yang membidangi tata ruang, menganggap diperlukan waktu untuk pembahasan yang lebih mendalam dan komprehensif tentang suatu pembahasan/ajuan.

BAB VI BIAYA

Pasal 10

Biaya yang dibebankan kepada pemohon yaitu biaya untuk Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf g serta Pasal 45 sampai dengan Pasal 49 Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum.

BAB VII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 11

(1) Terhadap setiap orang atau badan yang melakukan pemalsuan dokumen persyaratan IPPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), dikenakan sanksi administrasi berupa pembekuan IPPR dan dapat dicabut perizinan terkait lainnya.

(2) Pemegang IPPR yang tidak melakukan pelaporan kemajuan kegiatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), akan diberikan teguran tertulis melalui BPMPPTSP.

(3) Pemegang IPPR yang tidak melaksanakan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan dalam klausul Izin yang dikeluarkan, maka Izin Prinsip pemanfaatan Ruang yang diberikan dapat dicabut dan dibekukan.

BAB VIII PENUTUP

Pasal 12

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 36 Tahun 2012 tentang Izin Pemanfaatan Ruang, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(12)

Pasal 13

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pandeglang.

Ditetapkan di Pandeglang pada tanggal 22 Mei 2015

BUPATI PANDEGLANG,

CAP/TTD

ERWAN KURTUBI Diundangkan di Pandeglang

pada tanggal 22 Mei 2015

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG,

CAP/TTD

AAH WAHID MAULANY

BERITA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2015 NOMOR 27

Referensi

Dokumen terkait

Baik Tersedia data dan informasi mengenai pola penguasaan dan pemanfaatan SDA/SDH setempat dan identifikasi hak-hak dasar masyarakat setempat yang dimuat pada

The effect of work environment, leadership style, and organizational culture towards job satisfaction and its implication towards employee performance in Parador

Dalam Penelitian ini masalah dibatasi pada mengkaji pengujian model p g j p g j regresi spasial dengan keberadaan korelasi error spasial menggunakan statistik uji LM dan Robust LM

Flux airgap dari motor induksi mengandung banyak harmonisa. Pengamatan terhadap flux memberikan informasi yang akurat mengenai kondisi mesin. Adanya perubahan pada

Kesamaan pembilang yang dibandingkan dalam proses perhitungan recall dan precision (number of relevant items retrieved) memiliki arti bahwa hanya dokumen yang relevan

mengunduh informasi pornografi adalah bertentangan dengan keyakinan (belief) terhadap pornografi, namun karena rasa ingin tahu yang besar terhadap informasi seksualitas yang mereka

Perubahan sitem pemerintahan pada tahun ini dibuktikan dengan adanya dua kepala pemerintahan didalam kerajaan Gorontalo yang pertama adalah; pengangkatan seorang

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2012) yang menyatakan bahwa adaptasi dalam teman sebaya tidak memiliki pengaruh yang signifikan