• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU PENUNTUN DESKRIPSI TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS V SD INPRES PERUMNAS I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU PENUNTUN DESKRIPSI TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS V SD INPRES PERUMNAS I"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS V SD INPRES PERUMNAS I MAKASSAR

EFFECTIVENESS MEDIA CARD DESCRIPTION OF LEARNING OUTCOMES DESCRIPTION WRITING CLASS V

SD INPRES PERUMNAS I MAKASSAR

Tesis

Oleh

RINDA HIOLA NIM 105.04.09.019.14

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2016

(2)

KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU PENUNTUN DESKRIPSI TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI

SISWA KELAS V SD INPRES PERUMNAS I MAKASSAR

Tesis

Sebagai Salah Satu syarat untuk Mencapai Magister Program Studi

Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun dan Diajukan oleh

RINDA HIOLA NIM 105.04.09.019.14

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2016

(3)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

Judul : KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU PENUNTUN

DESKRIPSI TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS V SD INPRES PERUMNAS I MAKASSAR

Nama : RINDA HIOLA

NIM : 105.04.09.019.14

Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Ujian Hasil Penelitian pada tanggal 23 Mei 2016 dan tesis ini telah memenuhi syarat untuk diseminarkan pada ujian tutup sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, 11 Juli 2016 TIM PENGUJI

Prof. Dr. H. M. IDE SAID D.M., M.Pd.

(Ketua/Pembimbing I / Penguji)

(...)

Prof. Dr. ABDUL RAHMAN GETTENG (Ketua/Pembimbing II / Penguji)

(...)

Dr. H. ANDI SUKRI SYAMSURI, M.Hum

(Penguji) (...)

Dr. A. RAHMAN RAHIM, M.Hum

(Penguji) (...)

(4)
(5)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU PENUNTUN DESKRIPSI TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS V SD INPRES PERUMNAS I MAKASSAR

Nama Mahasiswa : RINDA HIOLA

Nim : 105.04.09.019.14

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, tesis ini dinyatakan memenuhi syarat untuk ujian tutup

Makassar, Juni 2016 . Komisi Pembimbing,

Pembimbing I

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd.

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng

Mengetahui, Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia

Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum

Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd.

NBM: 988 463

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Rinda Hiola Nomor Pokok : 105.04.09.019.14

Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apa bila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 05 November 2016 Yang menyatakan,

Rinda Hiola

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DEPAN i

HALAMAN JUDUL DALAM ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

PRAKATA iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

ABSTRAK xi

ABSTRACT xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinajauan Pustaka 9

B. Kerangka Pikir 47

C. Hipotesis 48

BAB III METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian 50

B. Definisi Operasional Variabel 51

C. Populasi dan Sampel Penelitian 51

D.Teknik Pengumpulan Data 52

E Teknik Analisis Data 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian dan Hasil Analisi Data 54

B. Pembahasan 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 68

(8)

B. Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 70

LAMPIRAN 72

RIWAYAT HIDUP 95

(9)

DAFTAR TABEL

No Deskripsi tabel Halaman

1 Deskripsi Keadaan Populasi 51

2 Deskripsi Keadaan Sampel 52

3 Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Siswa Kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar Menggunakan Media Penuntun Deskripsi

55

4

Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Siswa Kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar Menggunakan Metode Konvensional

57

5 Tabel Kerja Uji t 59

6

Skor Mentah Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa

Kelas V Menggunakan Media Penuntun Deskripsi 71

7 Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa V

Menggunakan Metode Konvensional 73

8 Tabel Kerja Uji t 75

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Skor Mentah Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas V Menggunakan Media Penuntun Deskripsi

71

2 Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa V Menggunakan Metode Konvensional

73

3 Tabel Kerja Uji t 75

4 Rencana Persiapan Pembelajaran 77

5 Insrumen Penelitian (Tes Mengarang Deskripsi) 81

6 Tabel Konversi uji t 82

(11)

ABSTRACT

(12)

ABSTRAK

Rinda Hiola 2016. Tesis. ““Keefektifan Media Kartu Penuntun Deskripsi terhadap Hasil Belajar Menulis Deskripsi Siswa Kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar.”, dibimbing oleh H. M. Ide Said D.M pembimbing I dan H. Abd. Rahman Getteng pembimbing II.

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh, mengenalisis, dan mendeskripsikan data mengenai (1) Tingkat hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar menggunakan kartu penuntun deskripsi (2) Tingkat hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar menggunakan teknik konvensional (3)Keefektifan media kartu penuntun deskripsi terhadap hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan teknik eksperimen semu. Adapun populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar tahun pelajaran 2015/2016 sejumlah 70 orang dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tingkat kemampuan menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar menggunakan media penuntun berada pada kategori sedang. Hal ini terlihat skor perolehan pada rentang nilai 1-100, nilai tertinggi adalah 82 dan skor terendah adalah 50, serta rata-rata skor perolehan siswa adalah 65,71.

(2) Tingkat kemampuan menulis deskripsi siswa siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar menggunakan tehnik konvensional berada pada kategori kurang. Hal ini terlihat skor perolehan pada rentang nilai 1-100, nilai tertinggi adalah 70 dan skor terendah adalah 40 , serta rata-rata skor perolehan siswa adalah 60,00. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa menggunakan media penuntun deskripsi efektif dalam pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar.

Kata kunci: Penuntun deskripsi dan hasil belajar menulis deskripsi

(13)

(14)
(15)
(16)
(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa.

Kemampuan itu terlihat di dalam empat aspek keterampilan. Keempat aspek itu adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Kemampuan mendengarkan dan membaca disebut kemamampuan reseptif sedangkan kemampuan berbicara dan menulis dinamakan kemampuan produktif. Kemampuan reseptif dan kemampuan produktif dalam berbahasa merupakan dua sisi yang saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Seseorang yang ingin mengembangkan kemampuan berbicara dan menulis, mestilah banyak mendengar dan membaca. Oleh karena itu, dengan mendengar dan membaca akan diperoleh informasi untuk dibicarakan dan dituliskan. Mengembangkan kemampuan mendengar dan membaca, seyogyanya pula diawali dengan kegiatan berbicara dan menulis. Begitulah keempat aspek berbahasa itu saling mendukung.

Menulis termasuk aspek kegiatan berbahasa yang dianggap sulit.

Hal itu dikeluhkan oleh banyak orang. Peserta didik di pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa di pendidikan tinggi, dan bahkan orang-orang yang sudah menamatkan perguruan tinggi pun banyak mengeluhkan sulitnya menulis. Akibat keluhan itu akhirnya menjadi opini umum, bahwa menulis itu memang sulit.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang memerlukan kompetensi yang paling tinggi dibandingkan dengan tiga keterampilan berbahasa lainnya. (menyimak, berbicara, dan membaca). Keterampilan

1

(18)

menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif, mempersyaratkan penguasaan ketatabahasaan, kosakata, keterampilan menyusun dan merangkaikan gagasan, serta mengembangkan gagasan dalam suatu yang logis, padat, dan mudah dipahami. Siswa dikatakan mempunyai keterampilan menulis jika ia mampu mengemukakan ide dalam suatu tulisan yang sudah padu dengan bahasa yang lugas. Untuk mendapatkan ide yang akan ditulis dapat diperoleh dari kegiatan membaca referensi dan mendiskusikan topik. Mengingat betapa banyak persyaratan dalam menulis itulah, keterampilan menulis tergolong keterampilan yang paling kompleks.

Dalam kegiatan menulis diperlukan adanya bentuk ekspresi gagasan yang memunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan tata bahasa yang baik dan benar sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika dia dapat mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga pembaca dapat memahami maksud atau hal yang diungkapkannya.

Tarigan, dkk. (1994) mengatakan bahwa, untuk menjadi seseorang penulis yang baik sekuang-kurangnya harus memiliki kepekaan terhadap teknik penulisan yang tepat dan penggunaan bahasa yang baku agar tujuan penulisannya dapat dipahami oleh pembaca.

Standar kompetensi menulis dalam pembelajaran bahasa

Indonesia merupakan penentu untuk menunjukkan jati diri sebagai pribadi

yang mampu karena siswa yang mampu menerangkan ide/gagasannya,

perasaannya, dan pendapatnya dalam bentuk tulisan sesuai dengan

keinginannya. Sejalan dengan kenyataan tersebut. Syafi’ie (1988:12)

(19)

mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, keinginan, dan informasi ke dalam bentuk tulisan mengirimkannya kepada pembaca atau orang lain. Oleh karena itu, menulis dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa yang produktif.

Di era modern ini, keterampilan menulis masih ditempatkan pada tingkatan yang paling tinggi dalam aktivitas kebahasaan manusia. Meskipun ada anggapan, terutama dari kalangan ahli komunikasi modern, menyatakan pada zaman elektronik sekarang ini manfaat belajar menulis sudah mulai tergeser. Akan tetapi, tidak sedikit ahli bahasa yang merasa cemas, terutama dari dunia barat, bahwa seakan-akan kemajuan di bidang elektronik dalam hubungannya dengan bahasa dewasa ini, seakan menggiring mereka kembali ke zaman semi buta huruf.

Maraknya dunia elektronik yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern, dengan jangkauan yang sangat luas, menyita banyak waktu yang biasa digunakan orang untuk membaca. Akan tetapi, bagaimanapun kondisi aktivitas manusia, kegiatan menulis tidak bisa diabaikan. Kenyataan memperlihatkan, bahwa dari berbagai aspek kehidupan manusia. Kegiatan menulis hampir setiap hari disaksikan, seperti menulis surat, laporan, buku, makalah, artikel, berita, iklan, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia hampir tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan menulis.

Pentingnya menulis dikemukakan oleh Sumarmo (2000:34) yang

menyatakan, bahwa kegiatan menulis mendorong perkembangan

intelektual seseorang sehingga belajar menulis diidentikkan dengan belajar

berfikir kritis. Demikian halnya dengan asumsi Nafiag (1998:45)

(20)

menyatakan, bahwa masyarakat yang mampu mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisan tidak akan tertinggal jauh dari berbagai kemajuan.

Ada anggapan yang menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dapat diukur dengan melihat maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Hal itu dapat dilihat pada kualitas hasil cetakan dan penerbitan, seperti majalah, suarat kabar, buku, dan sebagainya. Untuk mengetahui hal itu, keterampilan menulis harus diupayakan sedini mungkin. Upaya tersebut terlihat dalam kurikulum mulai sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengajaran menulis masih menjadi salah satu mata sajian yang diprioritaskan.

Menulis deskripsi merpakan salah satu jenis menulis yang harus dikuasai siswa termasuk di sekolah dasar. Menulis deskripsi dapat menunjang keterampilan menulis lainnya seperti menulis cerita, menulis reportase, iklan, dan sebagainya. Masalahnya, secara umum siswa masih mempunyai berbagai kesulitan dalam menulis deskripsi sebagaimana yang terungkap dalam penelitian yang diuraikan di atas. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi, metode atau media yang efektif dalam mengembangkan keterampilan menulis deskripsi siswa khususnya di sekolah dasar.

Menulis seperti halnya kegiatan berbahasa lainnya, merupakan keterampilan. Setiap keterampilan hanya akan diperoleh melalui berlatih.

Berlatih secara sistematis, terus-menerus, dan penuh disipilin merupakan

resep yang selalu disarankan oleh praktisi untuk dapat atau terampil

menulis. Tentu saja bekal untuk berlatih bukan hanya sekadar kemauan,

melainkan juga ada bekal lain yang perlu dimiliki. Bekal lain itu adalah

pengetahuan, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus ditempuh dalam

(21)

kegiatan menulis. Jadi, ada dua hal yang diperlukan untuk mencapai keterampilan menulis yakni pengetahuan tentang tulis-menulis dan berlatih untuk menulis.

Namun, disayangkan, keterampilan menulis hingga saat ini belum menggembirakan. Solusi alternatif masih selalu dicarikan untuk memudahkan siswa dalam menulis. Hasil penelitian Agus (2004) bahwa siswa SD di Makassar mempunyai kemampuan menulis yang belum memadai.” Sejalan dengan itu, Adinita (2001) mengemukakan, bahwa siswa sekolah dasar di Kabupaten Pinrang belum mampu menulis deskripsi dengan baik.”

Hasil penelitian di atas ternyata tergambar pula pada hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru SD Inpres Perumnas I Makassar menunjukkan bahwa guru kurang dalam upaya mencari startegi kreatif dalam pembelajaran menulis deskripsi. Selain itu, hasil belajar siswa tentang menulis deskripsi di sekolah dasar tersebut masih rendah yakni tahun 2015/2016 hanya mencapai standar nilai KKM 62 yang dapat dicapai dengan proses remedial dari 64 peserta didik yang mengikuti pembelajaran menulis deskripsi, hasil belajar menulis deskripsi pada proses awal, peserta didik yang memperoleh nilai melebihi KKM hanya 32 orang atau sekitar 50,7% dengan nilai rata-rata 58,6. Pencapaian KKM secara keseluruhan diperoleh setelah dilakukan proses remedial dengan nilai rata-rata 62,26. Demikian halnya peserta didk masih banyak yang menyatakan menulis deskripsi itu sangat sulit. Hal ini tampak pada karya siswa yang tidak menarik, kalimat-kalimat deskripsi belum terlihat baik,

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan

penelitian berkaitan dengan pemanfaatan media untuk mengembangkan

(22)

kemampuan menulis deskripsi yaitu media kartu penuntun deskripsi. Media ini dianggap dapat membantu siswa dalam mendeskripsikan tulisannya karena siswa kesulitan dalam menentukan rincian yang mau ditulis, sehingga dengan bantuan kartu deskripsi, maka siswa akan mudah dalam menulis deskriptif.

Penelitian ini berusaha mengungkap keefektifan media kartu penuntun deskripsi terhadap hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa di sekolah dasar

Penelitian terdahulu mengenai menulis deskripsi sudah cukup banyak terungkap dalam penelitian. Namun, terdapat perbedaan mendasar dari media yang digunakan. Hasil penelitian Agung (2009) mengenai mind mapping dalam keterampilan menulis deskripsi menunjukkan keterampilan menulis menggunakan model tersebut efektif bagi siswa kelas rendah.

Demikian pula hasil penelitian Abdullah (2012) menunjukkan bahwa strategi tangkap panorama efektif dalam menulis siswa SD Tunas Bangsa Makassar. Hal senada juga diungkap oleh Syukur (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan kartu lacak efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa SD Negeri 3 Pinrang.

Kesemua penmelitian ini memiliki persamaan, namun berbeda dari strategi dan media yang disodorkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah dalam

bentuk pertanyaan yaitu:

(23)

1. Bagaimana tingkat hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar menggunakan kartu penuntun deskripsi?

2. Bagaimana tingkat hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar menggunakan teknik konvensional?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengumpulkan , mengolah dan menyajikan data mengenai

1. Tingkat hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar menggunakan kartu penuntun deskripsi.

2. Tingkat hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas V SD Inpres Perumnas I Makassar menggunakan teknik konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang bersifat teoretis dan praktis:

1. Manfaat teoretis

a. Menambah khazanah keilmuan bagi siswa tentang keterampilan menulis deskripsi dengan menggunakan media penuntun deskripsi b. Diharapkan mampu memberikan sumbangan teoretis dalam

pembelajaran menulis secara umum.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada rekan

guru untuk diterapkan dalam pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan proses dan hasil pembelajaran menulis siswa.

(24)

b. Selain itu, dapat menjadi bahan perbandingan bagi guru sehingga

termotivasi untuk mengembangkan strategi atau teknik yang

menarik dan inovatif lainnya.

(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA,

KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

Pentingnya menulis ditegaskan dalam Al-Quran pada surat Al Alaq ayat 1-5 berikut.

Terjemahannya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Deprtemen Agama RI, 2015)

Tafsiran ayat tesebut adalah sebagai berikut. Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta.” (ayat 1). Dalam waktu pertama saja, yaitu “bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi besar Muhammad sallalahu alaihi wasallam disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama Allah, Tuhan yang telah mencipta. Yaitu “Menciptakan manusia dari segumpal darah.” (ayat 2). Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya, air itu telah menjelma jadi

9

(26)

segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging (Mudhghah). Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca. Beliau adalah ummi, yang boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak pula pandai membaca yang tertulis. Akan tetapi, Jibril mendesaknya juga sampai tiga kali supaya dia membaca. Meskipun dia tidak pandai menulis, namun ayat-ayat itu akan dibawa langsung oleh Jibril kepadanya, diajarkan, sehingga dia dapat menghapalnya di luar kepala, dengan sebab itu akan dapatlah dia membacanya. Tuhan Allah yang menciptakan semuanya. Rasul yang tidak pandai menulis dan membaca itu akan pandai kelak membaca ayat-ayat yang diturunkan kepadanya. Sehingga bilamana wahyu-wahyu itu telah turun kelak, dia akan diberi nama Al-Qur’an. Al-Qur’an itu pun artinya ialah bacaan. Seakan-akan Tuhan berfirman: “Bacalah, atas qudrat-Ku dan iradat-Ku.” “Bacalah! Dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia.” (ayat 3).

Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca di atas nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruhnya membaca di atas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah Yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada Makhluk-Nya. “Dia yang mengajarkan dengan qalam.” (ayat 4). Itulah keistimewaan Tuhan itu lagi.

Itulah kemuliaan-Nya yang tertinggi. Yaitu diajarkan-Nya kepada manusia berbagai ilmu, dibuka-Nya berbagai rahasia, diserahkan-Nya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena!

Di samping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa

dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan kaku,

tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang

(27)

dapat difahamkan oleh manusia “Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu.” (ayat 5). Lebih dahulu Allah Ta’ala mengajar manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya (http://tafsir.cahcepu.com.):

1. Pengertian Menulis

Menurut Tarigan (1995: 117) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimegerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti.

Sejalan dengan itu, menurut Lado (dalam Darmadi, 1999:67) menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain. Jadi, orang lain dapat membaca simbol grafis itu, jika mengetahui bahwa itu menjadi bagian dari ekspresi bahasa. Semi (1990:8) juga mengatakan bahwa menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa.

Menurut Gere (dalam Sumarmo, 2000:54), menulis dalam arti komunikasi ialah menyampaikan pengetahuan atau informasi tentang subjek. Menulis berarti mendukung ide. Tompkins (1990:34) mengatakan bahwa menulis tidak hanya membuat satu kalimat atau hanya beberapa hal yang tidak berhubungan, tetapi menghasilkan serangkaian hal yang teratur, yang berhubungan satu dengan yang lain, dan dalam gaya tertentu.

Rangkaian kalimat itu bisa pendek, mungkin hanya dua atau tiga kalimat,

(28)

tetapi kalimat itu diletakkan secara teratur dan berhubungan satu dengan yang lain, dan berbentuk kesatuan yang masuk akal

Lebih lanjut Rusyana (1984:191), memberikan batasan bahwa kemampuan menulis atau mengarang adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam tampilan tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan. Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan, seperti kemampuan menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan serta tanda baca.

Mulyati (2002:23) mengemukakan hakikat menulis adalah menyampaikan ide atau pesan dengan menggunakan lambang grafik (tulisan) kepada orang lain. Dalam kegiatan menulis seseorang juga dituntut untuk menguasai komponen-komponen tulisan yang meliputi isi (materi) tulisan, organisasi tulisan, kebahasaan, (kaidah bahasa tulis), gaya penulisan, dan mekanisme tulisan

Sementara itu, Syafi’ie (1988:182) menyatakan, menulis adalah rangkaian proses berpikir. Proses berpikir berkaitan erat dengan kegiatan penalaran. Penalaran yang baik dapat menghasilkan tulisan yang baik pula , bahkan tanpa penalaran tidak akan ada pengetahuan yang benar, salah satu substansi retorika menulis adalah penalaran yang baik. Dalam hal ini, berarti untuk menghasilkan kesimpulan yang benar harus dilakukan penalaran secara cermat dengan berdasarkan pikiran yang logis. Penalaran yang salah akan menuntun kepada kesimpulan yang salah.

Pada dasarnya menulis merupakan proses pengungkapan ide atau

gagasan, pikiran, pengalaman, perasaan dengan menggunakan bahasa

sebagai medianya. Hal-hal yang dikemukakan dalam tulisan bersumber dari

(29)

pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, atau dari membaca buku.

menulis seperti halnya berbicara, merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Perbedaannya, kegiatan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (tidak langsung), sedangkan berbicara merupakan tatap muka (langsung) (Tarigan, 2000:56).

Tarigan, dkk. (1994:21) menyatakan, ”Menulis adalah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafem yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafen tersebut, jika mereka memahami bahasa atau gambaran grafen itu.” Selanjutnya Enre (1994:5) memberikan pengertian bahwa: ”Menulis merupakan kegiatan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.”

Menurut Tarigan, dkk. (1994:3) bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, sedangkan kegiatan menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medianya. Pesan yang dimaksud berupa isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.

Tulisan merupakan sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan lambang-lambang yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Jadi menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif.

Akhadiah dkk. (1996:2) menjelaskan pemerolehan Keterampilan

menulis dilakukan melalui proses karena hal ini merupakan kegiatan yang

produktif. Sebagai suatu proses, merupakan suatu rangkaian aktivitas yang

terjadi dari beberapa tahap, yaitu pramenulis, menulis, dan revisi.

(30)

Selanjutnya dikatakan bahwa dalam kegiatan menulis ini seseorang penulis harus memanfaatkan pengetahuan tentang struktur bahasa, kosakata, dan pengetahuan yang mendukung tulisannya.

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, melainkan dengan cara mengungkapkan ide atau gagasan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan kosakata dan struktur kalimat dengan lebih baik sehingga karya tulisnya dapat dimengerti orang lain.

Alwi, dkk. (2001: 1219) menjelaskan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Tarigan (1995:43) mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafik tersebut sepanjang mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa menulis adalah pengungkapan pikiran dan perasaan melalui tulisan. Tentu saja tulisan yang dipakai harus dipahami dan merupakan kesepakatan pemakai bahasa.

2. Tujuan Menulis

Seorang tergerak menulis karena memiliki tujuan-tujuan objektif yang

bisa dipertanggungjawabkan dihadapan publik pembacanya. Karena tulisan

pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau

gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan

demikian menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan

(31)

efesien untuk menjangkau khalayak masa yang luas. Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuan menulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks pengembangan peradaban dan kebudayaan mesyarakat itu sendiri. Adapun tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang dapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.

b. Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.

c. Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan.

Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.

d. Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan

monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat

(32)

pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan- tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas.

3. Pentingnya Keterampilan Menulis

Menulis adalah bagian yang sangat urgen bagi anak (peserta didik) dan merupakan keterampilan yang harus diajarkan kepada peserta didik . Hal tersebut ditegaskan oleh Nabi besar Muhammad Saw dalam hadistnnya:

Hal ini juga disiratkan dalam surat Maryam ayat: 7 sebagai berikut.

ﺎًّﯾِﻣ َﺳ ُلْﺑَﻗ ْنِﻣ ُﮫَﻟ ْل َﻌ ْﺟَﻧ ْمَﻟ ﻰَﯾ ْﺣَﯾ ُﮫُﻣ ْﺳا ٍمﻼُﻐِﺑ َك ُرﱢﺷَﺑُﻧ ﺎﱠﻧِإ ﺎﱠﯾ ِرَﻛ َز ﺎَﯾ

“Wahai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia” [QS. Maryam : 7]. (Deprtemen Agama RI, 2015)

Memberi nama yang baik untuk anak-anaknya sebagai wujud menulis merupakan perintah atau anjuran Nabi Muhammad saw. Hal ini didasarkan pada hadist yang mengatakan :

artinya:

“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan

nama-nama kalian dan nama-nama ayah kalian. Oleh sebab itu,

(33)

perindahlah nama-nama kalian.”(HR.Abu Dawud dari Abu Darda’).(dalam http://buletinmi.com.

Pada dasarnya mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan berbahasa merupakan pelajaran yang variatif dan sangat menyenangkan dipelajari. Hal itu disebabkan oleh banyaknya wahana, sarana, alat, ataupun lingkungan di sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Melalui pembelajaran keterampilan berbahasa yang kreatif dan inovatif, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga secara tidak langsung dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa untuk memahami, mengkaji, mengeksplorasi, dan menganalisis materi pelajarannya. Siswa memiliki banyak kesempatan untuk dapat mengungkapkan gagasan-gagasannya berdasarkan pengalaman yang diperoleh di lapangan, baik secara lisan maupun tulisan.

Dengan demikian, secara tidak langsung terjadi pembelajaran lintas bidang studi antara bahasa Indonesia dengan bidang studi yang lain.

Hal itu menunjukkan bahwa tujuan berbahasa melalui pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk membina kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat keterampilan ini biasanya dilaksanakan secara terpadu.

Sehubungan dengan hal tersebut, keempat keterampilan berbahasa menurut Syafi’ie (2001: 17) bersumber dari kemampuan kebahasaan (language competence) dan kemampuan komunikatif (communicative competence).

Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan,

dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain, baik sebagai salah satu

bentuk komunikasi verbal maupun melalui lambang-lambang

(34)

kebahasaan/bahasa tulis lainnya. Terkait dengan hal tersebut Akhadiah dkk, (1995: 16) menyatakan banwa menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Menurut Akhadiah dkk, menulis dapat diartikan sebagai aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan/bahasa tulis.

Terkait dengan hal tersebut, Syafi’ie (2001: 42) menambahkan bahwa menulis merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sudah diajarkan sejak siswa berada pada jenjang sekolah dasar. Hal itu disebabkan, menulis sebagai salah satu bentuk keterampilan berbahasa tentu saja diharapkan dapat dikuasai seseorang.

Menurut Tarigan (1995:4) menulis adalah menirukan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang tersebut. Terkait dengan hal tersebut, Dimiyati (2002: 26) mengatakan bahwa antara membaca dan menulis terdapat hubungan yang saling menunjang dan melengkapi.

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Pada umumnya keterampilan menulis diperoleh seseorang melalui sekolah formal. Sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa, keterampilan menulis harus dilatihkan agar siswa dapat mengungkapkan ide atau gagasan tertulisnya secara kohesif dan koherensif.

Apabila dihayati hakikat pembelajaran keterampilan menulis ada

baiknya guru menganut paham bahwa mengajarkan siswa menulis ibarat

(35)

melatih seorang pemain catur. Siswa tidak cukup diperkenalkan fungsi setiap anak catur dan teori bermain catur yang andal, akan tetapi siswa harus diterjunkan langsung merasakan permasalahan yang dihadapi dalam bermain catur, disertai dengan pengetahuan dan pengalaman pelatih. Oleh karena itu, siswa harus diberikan peluang sebesar-besarnya untuk terlibat secara emosional dalam seluruh proses pembelajaran menulis.

Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca. Hal ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit.

Meskipun keterampilan menulis sulit, namun peranannya dalam kehidupan manusia sangat penting. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis surat, laporan, buku, artikel, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa kehidupan menusia hampir tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan menulis.

Peranan menulis yang sangat tinggi sejalan dengan pendapat

Tompkins, seorang ahli keterampilan berbahasa, yang menyatakan bahwa

masyarakat yang tidak mampu mengekspresikan pikiran dalam bentuk

tulisan, akan tertinggal jauh dari kemajuan karena kegiatan menulis dapat

mendorong perkembangan intelektual seseorang sehingga mampu berpikir

kritis Hal ini diungkapkan oleh Tarigan (2000:89) bahwa indikasi kemajuan

suatu bangsa dapat dilihat dari maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu.

(36)

Kenyataan di atas mengharuskan pembelajaran keterampilan menulis digalakkan sedini mungkin. Tidak mengherankan jika dalam kurikulum mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, pembelajaran keterampilan menulis menjadi aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang mendapat porsi yang cukup besar. Hal ini terlihat pada banyaknya porsi kegiatan keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam pembelajaran keterampilan menulis. Meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang memengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis, namun diakui bahwa peranan guru sangat menentukan. Kenyataan dewasa ini adalah pembelajaran keterampilan menulis yang banyak diterapkan di sekolah adalah pendekatan tradisional yakni bagaimana mengajar siswa menulis secara langsung dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu. Siswa disuruh mengembangkan kerangka dengan penekanan pada aspek hasil tulisan.

Menulis yang lebih dikenal istilah ”mengarang” merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa (languange skill) yang diajarkan kepada siswa yang belajar bahasa pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya.

Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang produktif di mana

penulis menghendaki siswa untuk menggali, menuangkan dan

mengungkapkan gagasannya, perasaannya, dan pengalamannya, dengan

penggunaan bahasa yang tepat. Namun pada kenyataannya tidak semua

siswa dapat menunjukkan keterampilan tersebut. Di dalam menulis, siswa

merasa kurang keyakinan, dan minat, serta motivasi yang memadai untuk

menulis.

(37)

Mengingat pentingnya menulis bagi siswa, guru seharusnya membangkitkan dan mempertahankan kegairahan siswa untuk menulis serta menjadikan menulis itu merupakan pekerjaan yang alami dan menyenangkan dengan memanfaatkan berbagai strategi atau teknik mengajar yang kondusif.

4. Kriteria tulisan yang baik

Menurut Thomkins (1990:15), untuk mengukur kriteria tulisan yang baik, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Kesesuaian topik yang meliputi: (1) relevansi, dan (2) akurasi.

2. Kesesuaian antarparagraf yang meliputi: (1) pengaruh terhadap pembaca, (2) kerekatan, argumen, dan butir (3) mudah dimengerti, (4) informasi diatur dengan terstruktur, (5) hubungan antarkalimat berjalan dengan lembut, (6) menukik langsung ke persoalan, (7) ide logis, dan (8) ide dan bukti relevan satu dengan yang lain.

3. Perolehan kata dan rangkaian kalimat yang meliputi: (1) tidak

ada kesalahan ”spelling”, (2) formasi kata teratur dengan baik, (3) pilihan kata bervariasi, dan (4) model kalimat bervariasi.

Menurut Enre (1994:5) tulisan yang baik memiliki ciri-ciri, yaitu: (1)

tulisan yang baik selalu bermakna; tulisan yang baik harus mampu

menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan

memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan itu, (2) tulisan yang baik

selalu jelas; sebuah tulisan dapat disebut jelas jika pembaca yang

kepadanya tulisan itu ditunjukkan dapat membacanya dengan kecepatan

yang tetap dan menangkap maknanya sesudah ia berusaha dengan cara

yang wajar, (3) tulisan yang baik selalu padu dan utuh; sebuah tulisan

(38)

dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan mudah karena ia diorganisasikan dengan jelas menurut suatu perencanaan dan karena bahagian-bahagiannya dihubungkan satu dengan lainnya, baik dengan perantaraan pola yang mendasarinya atau dengan kata atau frasa penghubung, (4) tulisan yang baik selalu ekonomis; penulis yang baik selalu tidak akan membiarkan waktu pembaca hilang dengan sia-sia, sehingga ia akan membuang semua kata yang berlebihan dari tulisannya. Seorang penulis yang ingin memikat perhatian pembacanya harus berusaha terus untuk menjaga agar karangannya padat dan lurus ke depan, (5) tulisan yang baik selalu mengikuti kaidah gramatika; di sini biasa juga disebut tulisan yang menggunakan bahasa yang baku, yaitu bahasa yang dipakai oleh kebanyakan anggota masyarakat yang berpendidikan dan mengharapkan orang lain juga menggunakannya dalam komunikasi formal dan informal khususnya dalam bentuk tulisan, (6) penyaksian akhir; tulisan dikatakan mantap atau kuat jika penulis memilih kata-kata yang menunjukkan kepada pembaca apa yang terjadi melalui gambaran yang jelas dengan menggunakan contoh-contoh dengan perbandingan yang menggugah, kongkrit, langsung dan efisien. Keperibadian penulis muncul dari tulisannya, sehingga menjadikan pembaca merasakan dan berusaha mengkonfirmasikan ide-ide dan informasi yang terdapat dalam tulisan yang dibacanya.

Menurut Nursito (2000:49) ciri-ciri karangan yang baik adalah: (1)

berisi hal-hal yang bermanfaat, (2) pengungkapan jelas, (3) penciptaan

kesatuan dan pengorganisasian, (4) efektif dan efisien, (5) ketepatan

penggunaan bahasa, (6) ada variasi kalimat, (6) vitalitas, (7) cermat, dan

(8) objektif.

(39)

5. Proses Menulis

Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri dari beberapa tahapan. Tompkins (1990): menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pramenulis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis dan kerangka tulisan, setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan sistimatika tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada pengendapan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar.

Pada tahap perbaikan, siswa merevisi drafan yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelompok untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanis (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan guna memperbaiki karangan sendiri maupun teman kelompok atau teman sekelas. Pada tahap publikasi siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas, agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurnah.

Pada dasarnya, menulis merupakan proses kreatif. Proses itu mulai munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan menuangkan ide tersebut, mematangkan ide tersebut dan menatanya kemudian diakhiri dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk tulisan.

Penulis yang mampu menghasilkan tulisan sebenarnya hanyalah

kebiasaan saja. Karena terlalu seringnya proses tersebut dilakukannya,

(40)

maka setiap kali melakukan proses kreatif, seolah-olah proses tersebut berlangsung begitu cepat dan singkat. Namun pada dasarnya, tahapan proses tersebut tetap dilakukannya, hanya saja tahap yang satu dengan tahap yang berikutnya begitu berhimpitan (Tarigan, 1995).

Cepat atau lambat proses kreatif berlangsung sangat bergantung pada tingkat keterampilan penulis, semakin rendah tingkat keterampilan penulis, semakin lama proses tersebut berlangsung. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat keterampilan seorang penulis semakin cepat proses tersebut berlangsung.

Kegiatan menulis yang dilakukan sesungguhnya merupakan suatu kegiatan tunggal jika yang ditulis hanyalah tulisan sederhana, pendek, dan bahasanya sudah dikuasai. Akan tetapi, sebenarnya jika diamati secara cermat kegiatan menulis adalah suatu proses. Artinya, kegiatan itu melalui tiga tahap yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi.

1. Tahap Prapenulisan

Tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan menulis. Yang pertama dilakukan adalah menentukan topik tulisan. Kemudian, membatasi topik itu jika masih luas. Setelah itu menentukan tujuan. Selanjutnya mempersiapkan atau mengumpul bahan penulisan dan sumbernya. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah menyusun kerangka tulisan

Penyusunan kerangka tulisan merupakan kegiatan terakhir pada tahap prapenulisan masuk ke tahapan menulis yang sebenarnya. Untuk itu, perlu menilai kembali persiapan yang sudah dibuat dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai penulisan tujuan, kelengkapan kerangka, kelogisan kerangka dan sebagainya.

2. Tahap penulisan

(41)

Pada tahap ini, penulis membahas setiap butir topik yang ada dalam kerangka tulisan yang disusun. Hal ini berarti bahwa hendaknya menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasi. Kadang-kadang pada saat ini disadari bahwa masih diperlukan bahan lain.

Dalam pengembangan gagasan menjadi suatu tulisan yang utuh diperlukan bahasa. Itulah sebabnya, seorang penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kata- kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif.

Selanjutnya, kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf yang memenuhi persyaratan. tetapi itu saja belum cukup, tulisan harus menggunakan ejaan yang berlaku dan disertai tanda baca yang tepat.

3. Tahap revisi

Jika sudah selesai, tulisan yang dibuat dibaca kembali. Tulisan tersebut perlu direvisi (diperbaiki, dikurangi, atau diperluas) sebenarnya revisi sudah dilakukan pada tahap penulisan berlangsung, revisi yang dilakukan pada tahap ini adalah revisi secara menyeluruh sebelum naskah ini diketik.

Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenai, sistematika penulisan, topik, menemukan gagasan, mengembangkan ide, pilihan kata, hubungan antarkalimat dalam paragraf, dan hubungan antarparagraf dalam karangan, ejaan, tanda baca, jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi persyaratan, maka selesailah tulisan tersebut.

6. Konsep pembelajaran menulis

Pembelajaran menulis hendaklah diarahkan ke pengembangan

potensi diri siswa sendiri . Segala masalah kebahasaan yang perlu

(42)

dimainkan di sekolah haruslah juga sesuai dengan zamannya. Kata, kalimat, paragraf, bahkan tulisan harus bernuansa kekinian. Sumber bahasa yang digunakan oleh guru juga harus mengacu ke minat dan harapan siswa. Dengan demikian siswa dapat tertarik dengan pembelajaran bahasa Indonesia.

Siswa sudah semestinya dapat berpikir, berkreasi, dan berkomuikasi baik lisan maupun tulisan dengan bahasa Indonesia secara logis, langsung, dan lancar. Dengan begitu, suatu saat akan dihasilkan karya-karya besar dari orang Indonesia dengan bahasa yang mantap. Hal itu tentunya harus menjadi obsesi guru bahasa Indonesia.

Guru berperan dalam menentukan pembelajaran bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, guru dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia dan pembelajarannya sehingga menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa. Kemenarikan ini akhirnya membawa siswa ke tingkat komunikasi yang lancar. Komunikasi yang didasari oleh minat yang kuat dari siswa.

Guru berperan besar dalam hal itu. Peran tersebut didasari oleh kekuatan konsep dan kekuatan mengembangkan strategi pembelajaran.

Dalam pembelajaran bahasa, banyak strategi pembelajaran yang tersedia. Namun, mengapa banyak guru bahasa Indonesia yang masih kesulitan dalam memvariasikan strategi pembelajaran bahasa Indonesia.

Mereka banyak berkutat dengan ceramah, diskusi, dan penugasan.

Padahal hal tersebut merupakan teknik pengelolaan kelas. Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Adapun strategi meliputi pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan

adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan cakupan teoritis

(43)

tertentu. Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode adalah prosedur pembelajaran yang dapat yang fokuskan kepada pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikasi. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran. Di bawah ini dijelaskan beberapa metode dan teknik pembelajaran menulis.

7. Karakteristik pembelajaran menulis

Setiap guru keterampilan menulis harus sudah memahami karakteristik keterampilan menulis karena sangat menentukan dalam ketepatan penyusunan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian keterampilan menulis. Sudah dapat dipastikan tanpa memahami karakteristik keterampilan menulis guru yang bersangkutan tak mungkin menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran menulis yang akurat, bervariasi, dan menarik. Ada empat karakteristik keterampilan menulis yang sangat menonjol, yakni;

1) keterampilan menulis merupakan kemampuan yang komplek;

2) keterampilan menulis condong ke arah skill atau praktik;

3) keterampilan menulis bersifat mekanistik;

4) penguasaan keterampilan menulis harus melalui kegiatan yang bertahap atau akumulatif.

Keterampilan menulis menuntut kemampuan yang kompleks.

Penulisan sebuah karangan yang sederhana sekalipun menuntut kepada

penulisnya kemampuan memahami apa yang hendak ditulis dan

bagaimana cara menulisnya. Persoalan pertama menyangkut isi karangan

dan persoalan kedua menyangkut pemakaian bahasa serta bentuk atau

struktur karangan. Pembelajaran keterampilan menulis yang tidak

(44)

memperhatikan kedua hal tersebut di atas pasti akan mengalami ketidakberesan atau kegagalan.

Keterampilan menulis lebih condong ke arah praktik ketimbang teori.

Ini tidak berarti pembahasan teori menulis ditabukan dalam pengajaran menulis. Pertimbangan antarpraktik dan teori sebaiknya lebih banyak praktek dari teori.

Keterampilan menulis bersifat mekanistik. Ini berarti bahwa penguasaan keterampilan menulis tersebut harus melalui latihan atau praktik. Dengan perkataan lain semakin banyak seseorang melakukan kegiatan menulis semakin terampil menulis yang bersangkutan.

Karakteristik keterampilan menulis seperti ini menuntut pembelajaran menulis yang memungkinkan siswa banyak latihan, praktek, atau mengalami berbagai pengalaman kegiatan menulis.

Di samping kegiatan menulis harus bervariasi juga sistematis, bertahap, dan akumulatif. Berlatih menulis yang tidak terarah apalagi kurang diawasi guru membuat kegiatan siswa tidak terarah bahkan sering membingungkan siswa. Mereka tidak tahu apakah mereka sudah bekerja benar, atau mereka tidak tahu membuat kesalahan yang berulang. Latihan mengarang terkendali disertai diskusi di mana sangat diperlukan dalam memahami dan menguasai keterampilan menulis.

8. Metode pembelajaran menulis 1) Metode langsung

Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk

mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan

pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari

selangkah demi selangkah. Metode tersebut didasari anggapan bahwa

(45)

pada umumnya pengetahuan dibagi dua, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Deklaratif berarti pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Dalam metode langsung, terdapat lima fase yang sangat penting.

Guru mengawali dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Hal itu disebut fase persiapan dan motivasi. Fase berikutnya adalah fase demontrasi, pembimbingan, pengecekan, dan pelatihan lanjutan.

Pada metode langsung bisa dikembangkan dengan teknik pembelajaran menulis dari gambar atau menulis objek langsung dan atau perbandingan objek langsung. Teknik menulis dari gambar atau menulis objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan gambar kebakaran yang melanda sebuah desa atau melihat langsung kejadian kebakaran sebuah desa, Dari gambar tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar.

2) Metode komunikatif

Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua

keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam

pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan kongkret

yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini dimaksudkan sebagai

sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diusahakan, atau disajikan

ke dalam nonlinguistik. Sepucuk surat adalah sebuah produk. Demikian

pula sebuah perintah, pesan, laporan atau peta juga merupakan produk

yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut

dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.

(46)

Metode komunikatif dapat dilakukan dengan teknik menulis berita.

Siswa menulis berita tentang yang mereka lakukan dalam sebuah aktivitas berdasarkan prinsip-prinsip sebuah berita ( 5W dan 1H) alur yang dibutuhkan adalah kertas kerja. Kegiatan ini dapat dilaksanakan perseorangan maupun kelompok.

3) Metode integratif

Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses.

Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi.

Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan membaca dan berbicara. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya; antarabahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.

Integratif sangat diharapkan oleh Kurikulum Bahasa Indonesia Berbasis Kompetensi. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan.

Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.

(47)

Metode inregratif dapat dilaksanakan dalam pembelajaran mambaca dengan memberi catatan bacaan. Siswa dapat membuat catatan yang diangap penting atau kalimat kunci sebuah bacaan. Dalam melakukan kegiatan membaca sekaligus siswa menulis.

4) Metode tematik

Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual.

Tema yang telah ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka menjadi perhatian. Begitu pula isi tema yang disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas.

Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.

5) Metode konstruktivistik

Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah belajar itu mnemukan.

Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka

melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu agar informasi

tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Konstuktivistik dimulai dari

masalah (sering muncul dari siswa sendiri) dan selanjutnya membantu

(48)

siswa menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.

Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).

6) Metode kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Ardina, 2001).

Pembelajaran dengan menggunakan metode ini akan memudah dalam pembelajaran menulis. Anak dimotivasi agar mampu menulis.

Menurut Nur (2001) pengajaran kontekstual memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengatahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalah dunia nyata atau masalah yang disimulasikan. Sebenarnya siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di bumi yang selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana alam dan masyarakatnya.

Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk mengembangkan

pembelajaran adalah metode kontekstual (Contextual Teaching and

Learning).

(49)

Adapun metode ini dapat diterapkan dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam situasi dunia nyata tidak dalam dunia awang-awang.

9. Media pembelajaran menulis

Media pembelajaran memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar. Tampaknya masih sedikit guru yang mempergunakan media dalam mengajarkan menulis. Sebaiknya guru harus mempersiapkan berbagai macam media yang dapat dipergunakan untuk memotivasi pembelajaran menulis sehingga menjadi pembelajaran yang menyenangkan.

Berbagai bentuk pemakaian bahasa dapat dijadikan media pembelajaran menulis. Misalnya, ketika akan belajar menulis surat pribadi, guru dapat membawakan beberapa contoh surat pribadi atau siswa disuruh membawanya. Guru dapat mendiskusikan dengan siswa mengenai segi isi, bentuk dan bahasanya.

10. Penilaian pembelajaran menulis a. Landasan filosofis

Penilaian merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi, meraih tingkat dan level yang setinggi-tingginya sesuai dengan potensi peserta didik. Potensi peserta didik sangat beragam sehingga sulit untuk dapat secara tepat mengakomodasi kebutuhan setiap individu peserta didik dalam proses pendidikan.

b. Landasan yuridis

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 57 ayat (1) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam

(50)

rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pasal 57 ayat (2) menyatakan evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga pendidikan, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.

Pasal 58 ayat (1) menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Pasal 58 ayat (2) menyatakan bahwa evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.

Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I ayat 17 penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil peserta didik.

c. Landasan konseptual

Evaluasi merupakan salah satu sarana penting untuk menilai

keberhasilan proses pembelajaran melalui penilaian pencapaian

kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Melalui evaluasi, guru

sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan

yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode pembelajaran yang digunakan

dan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi sebagai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan informasi ini, guru dapat

mengambil keputusan yang tepat, dan langkah apa yang harus dilakukan

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka peningkatan

pencapaian kompetensi yang merupakan indikator penting dari mutu

(51)

pendidikan. Informasi tersebut juga dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk berprestasi lebih baik.

d. Penilaian pembelajaran menulis

Secara yuridis berdasarkan PP No, 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian pendidikan terdapat beberapa istilah standar penilaian pendidikan, penilaian pendidikan, ulangan , ulangan harian, ulangan tengah smester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikkan kelas,ujian sekolah dan ujian nasional. peserta didik. Pengertian penilaian yang dimaksud dalam penilaian pendidikan adalah penilaian proses dan penilaian hasil.

Penilaian pendidikan adalaah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Menulis adalah kegiatan memilih gagasan dan bahasa untuk menuangkan gagasan pikiran, hasil kegiaan ini dapat dikategorikan bentuk karangan yang bebas. Penilaian terhadap hasil karangan bebas mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitaas. Unsur subjektivitas penilai pasti berpengaruh dalam menilai karangan jenis ini.

Sebuah karangan yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan sama skornya. Bahkan sebuah karangan dinilai oleh hanya satu orang penilai pun jika kondisinya berlaiinan ada kemungkinan berbeda skor yang diberikan. Masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana kita mendapatkan atau memilih model teknik penilaian yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektiivitas dirinya.

Penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistis, impresif, dan selintas. Jadi, penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas.

Penilaian yang demikian jika dilakukan oleh orang yang ahli dan

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1. Deskripsi Keadaan Populasi
Tabel 2.  Deskripsi Keadaan Sampel
Tabel 5. Tabel Kerja Uji t
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak sehingga dapat membangun untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini di kemudian hari, sehingga hasil dari penyusunan

Fraktur linier dapat terjadi pada kubah kranium atau basis kranium, tergantung pada beban energi yang terjadi dengan arah jarak deselerasi, dan bentuk

Untuk dapat mengkaji lebih lanjut mengenai pembentukan Induk Perusahaan (holding) dalam BUMN Indonesia terutama dalam hal status anak perusahaan pada holding maka

Halaman ini terdapat form-form yang digunakan sebagai inputan data kas berupa pemasukkan dan pengeluaran yaitu setoran bulanan, pasang baru sebagai inputan

Wisata Bahari Tlocor ini didalamnya terdapat pulau atau yang biasa dikenal, Pulau Lusi, Pulau Lusi merupakan pulau buatan yang terbentuk dari endapan lumpur Sidoarjo yang

Peta konsep (Mind Mapping) dapat mengubah informasi menjadi pengetahuan, wawasan, dan tindakan informasi yang disajikan pada bagan-bagan penting sehingga dapat mendorong

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rezeki dan pertolongan serta menyertakan perlindungan-Nya, sehingga penulis mampu

KLINIK KOPERASI dan UMKM dijalankan melalui mekanisme yang secara administratif diusulkan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Koperasi dan UMKM. Usulan tersebut telah