TUGAS AKHIR
PERBANDINGAN MEDIA PEMBIAKAN Corcyra Cephalonica Staint.
SEBAGAI SUMBER PAKAN PADA Trichogramma sp. DI PTP.
NUSANTARA XIV (Persero) PG. Takalar Desa. Pa rappunganta Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Provinsi Sulawesi Selatan
OLEH YANDRIANI
11 22 015
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2014
i
HALAMAN PENGESAHAN
PERBANDINGAN MEDIA PEMBIAKAN Corcyra cephalonica Staint.
SEBAGAI SUMBER PAKAN PADA Trichogramma sp. DI PTP. NUSANTARA XIV (Persero) PG. Takalar Desa. Pa rappunganta Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Oleh YANDRIANI
11 22 015
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Pada
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Dan Kepulaun
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Syatrawati, S.P., M.P.
Sri Muliani, S.P., M.P.
NIP 197304302003122001 NIP 197302071998032007
Mengetahui:
Direktur Ketua Jurusan
Ir.Andi Asdar Jaya, M.Si. Rahmad.D,SP.,M.Si.
NIP 196306101988031003 NIP 197112012003121003
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Judul Laporan Tugas Akhir : Perbandingan Media Pembiakan Corcyra cephalonica Staint. Sebagai Sumber Pakan (Trichogramma sp). Di PTP. NUSANTARA XIV (Persero). PG. Takalar Desa Pa rappunganta Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.
Nama Mahasiswa : Yandriani Nomor Induk Mahasiswa : 11 22 015
Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Hari/Tgl Ujian Tugas Akhir : Rabu/02 Juli 2014
Disahkan Oleh Tim Penguji
1. Syatrawati, S.P., M.P. ( )
2. Sri Muliani, S.P., MP. ( )
3. Nildayanti, S.P., M.Si. ( )
4. Andi Ridwan, S.P., M.P. ( )
iii
ABSTRAK
Y A N D R I A N I, ( 11 22 015 ), Perbandingan Media Pembiakan Corcyra cephalonica Staint. Sebagai Sumber Pakan (Trichogramma sp.) di PTP.
Nusantara XIV (Persero) PG Takalar, Sulawesi Selatan dibawah bimbingan Ibu Syatrawati, SP., MP. dan Ibu Sri Mulyani, SP., MP.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui teknik Pembiakan Parasitoid Trichogramma sp. Dengan menggunakan Corcyra cephalonica Staint.
Sebagai inang pengganti di PTPN. XIV (Persero) PG Takalar. Sebagai bahan untuk penulisan tugas akhir ini di laksanakan kegiatan dalam bentuk magang yaitu terlibat langsung dalam tahapan pelaksanaan kegiatan pembiakan parasitoid Trichogramma sp. Di PTPN XIV (Persero) PG Takalar, di samping mengadakan studi literatur pustaka. Dalam proses pembiakan parasitoid Corcyra Cephalonica Staint. Ini terbagi atas dua tahap kegiatan pembiakan yaitu kegiatan 1. Meliputi tahap persiapan ruang pemeliaharaan inang, persiapan media, penebaran telur, penangkapan ngengat dan pengumpulan telur inang.
Selanjutnya pada kegiatan 2 yaitu pembiakan parasitoid Tricogramma sp.meliputi tahap persiapan inang, persiapan starter, proses inokulasi,pembersihan pias, dan proses seleksi pias yang akan di lepas.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan Judul Pengamatan Tingkat Serangan Hama Penggerek Buah Kopi Arabika (Hypothenemus hampei). Shalawat dan salam tak lupa pula penulis kirimkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Laporan tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Dalam penyusunan Laporan ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan kepulauan.
2. Bapak Rahmad D., S.P, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.
3. Ibu Syatrawati, S.P., M.P dan Ibu Sri Muliani, S.P., M.P selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Laporan tugas Akhir ini.
4. Para Staf Dosen, pegawai dan Teknisi Jurusan Budidaya tanaman Perkebunan.
5. Ayahanda, Ibunda dan Suprianto, SH. Serta semua keluarga.
v
6. Teman-teman dan para sahabat yang tidak bosan-bosan memberi dukungan dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan Laporan ini.
Pangkep, JUNI 2014
penulis
vi
DAFTAR ISI
JUDUL Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... ii
RINGKASAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Corcyra Cephalonica Staint. Dan Trichogramma sp. ... 3
2.2 Bioekologi Corcyra Cephalonica Staint. Dan Trichogramma sp. ... 3
2.3 Peranan Corcyra Cephalonica Staint. Dan Trichogramma sp. ... 5
2.4 Manfaat Trichogramma sp. ... 6
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 7
3.2 Alat dan Bahan ... 7
3.3 Metode Pelaksanaan ... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 15
4.2 Pembahasan ... 17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
vii
5.1 Kesimpulan ... 20 5.2 Saran ... 21 DAFTAR PUSTAKA ... 22 RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Trichogramma sp ... 4
2. Corcyra cephalonica Staint ... 4
3. media beras pada kotak pembiakan parasitoid Trichogramma sp .... 9
4. media jagung pada kotak pembiakan Trichogramma sp ... 10
5. Penebaran telur pada kotak pembiakan Trichogramma sp ... 10
6. Pembuatan kertas pias Trichogramma sp ... 12
7. Penyiapan starter pada pembuatan kertas pias Trichogramma sp... 13
ix
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Ngengat Corcyra cephalonica Staint. . ... 15
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rata-rata tingkat kerusakan oleh penggerek pucuk pada perkebunan tebu adalah 50 persen (Han, 1961 dalam samoedi dan Wiriatmojo,1974). Larva penggerek tebu mampu menyerang tanaman tebu sekitar satu bulan setelah tanam. Tunas tebu yang terserang larva penggerek pucuk pada umumnya mati karena titik tumbuhnya rusak, sedangkan pada tanaman yang telah beruas dapat mengakibatkan batang yang tetap hidup akan membentuk tunas samping (Suhartawan,1989).
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu cara pengendalian yang memadukan berbagai cara pengendalian yang diarahkan pada pendekatan yang mengandalkan peran agro-ekosistem. Dengan konsep berdasarkan pada pertimbangan ekologi dan efesiensi dalam pengelolaan agro-ekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Sasarannya bukan hanya mengupayakan agar populasi atau serangan organisme pengganggu tumbuhan terkendali dan produktifitas meningkat, tetapi juga mengupayakan peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani serta mengurangi resiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida.
Parasitoid merupakan musuh alami hama dan dapat di gunakan sebagai agen pengendalian secara biologis. Dalam siklus hidupnya parasitoid dapat menyerang inang baik pada stadia telur, larva, nimfa, kepompong atau inang dewasa. Dari hasil penelitiannya yang dilakukan di lima daerah utama
2
pertanaman padi filiphina melaporkan bahwa terjadi tingkat parasitasi yang cukup berarti terhadap spesies penggerek padi. Parasitoid tersebut akan bermanfaat bila digunakan sebagai agen pengendalian biologis (Kamras dan Raros, 1968 ).
Salah satu alternatif dalam pengendalian hama yang aman, murah dan dapat di kombinasikan dengan cara pengendalian lainnya adalah pengendalian secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami minsalnya parasitoid.
Parasitoid yang dapat menyerang telur penggerek pucuk salah satunya adalah Trichogramma japonicum Ashm. (Han,1961 dalam Suhartawan, 1989). Jenis
parasitoid ini mudah di kembangbiakkan dengan menggunakan Corcyra cephalonica Staint. Sebagai inang pengganti.
Oleh karena itu di lakukan penelitian untuk mengetahui media perkembangbiakan Corcyra cephalonica Staint. Sebagai sumber pakan pada Trichogramma sp.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media pembiakan pada perkembangan Corcyra cephalonica Staint. Sebagai sumber pakan Trichogramma sp. Di laboratorium. Di harapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna sebagai bahan informasi dalam rangka usaha perbanyakan atau
3
pembiakan Corcyra cephalonica Staint. Khususnya dalam pemanfaatan pembiakan parasitoid Trichogramma sp. Sebagai agens pengendali hama penggerek pucuk tebu (Tryporyza nivella F.)
4
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Corcyra cephalonica Staint.
Klasifikasi Corcyra cephalonica Stainton, adalah:
Kingdom: Animalia Phillum: Arthopoda Kelas: Insekta Ordo: Lepidoptera
Subordo: Mikrolepidoptera Family: Pyralididae
Genus: Corcyra
Spesies: Corcyra cephalonica Stainton synonym Anerastia lineate.
Daur Hidup
Ngengat Corcyra cephalonica merupakan salah satu hama penting pada penggilingan beras dan tepung sering pula disebut tawny. Serangga ini toleran pada kelembapan tinggi dan ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah tropika. Walaupun mampu memakan biji utuh, hama ini lebih sering ditemukan cepat berbiak sebagai hama sekunder. Daur hidup optimum selama 26-27 hari pada 30-32,5 OC dengan kelembapan 70% (Tripod, 2009). Imago berwarna cokelat agak pucat dengan ukuran panjang tubuhnya sekitar 11-12 mm. Panjang sayap apabila direntangkan sekitar 11-15 mm. Tepi bagian atas dari sayapnya ini sama sekali tidak ada bercak tetapi mempunyai vena yang berwarna agak gelap.
Tepi atas bagian sayap yang belakang dari kupu-kupu jantan dapat dikatakan berwarna agak gelap. Palpi lialis tampak melengkung ke atas atau lurus di depan kepala . Serangga biasanya terbang pada malam hari atau nokturnal .
5
Hama ini bertelur sebanyak 400 butir . Warna telur putih dan bertekstur halus. Bentuknya lonjong dengan panjang sekitar 0,3 x 0,5 mm, menempel pada bahan pangan atau serat karung di penyimpanan. setelah 10 hari, telur akan menetas dan menjadi larva. Larva berwarna krem sampai putih kecuali bagian kapsul kepala dan protoraks berwarna coklat . Panjang tubuh lebih kurang 17 mm. biasanya larva membuat pintalan yang mengandung kotoran dan sisa-sisa makanan. Warna pintalan tersebut sesuai dengan objek yang diserangnya, apabila yang diserangnya beras putih, warna pintalannya juga putih. Selanjutnya, ulat tersebut menjadi kepompong setelah 9 hari. Kepompongnya berwarna kuning coklat, panjangnya sekitar 8 mm. kepompong terletak dalam kokon yang warnanya putih. Kepompong kemudian akan menjadi ngengat setelah 7 hari.
2.1 Klasifikasi Trichogramma Sp.
Phyllum : Athropoda Class : Insecta Ordo : Hymenoptera Family : Trichogrammatidae Genus : Trichogramma
Species : Trichogramma japonicum.
Ciri- cirinya
Parasitoid T. japonicum memiliki ciri dewasa berukuran 0,4- 0,5 mm sayapnya terdapat rambut-rambut, lama di dalam telur 10-11 hari, lama hidup serangga dewasa sekitar 7 hari, imago betina mampu menghasilkan keturunan 20-50 ekor, telur parasitoid diletakan pada telur inang, sehingga larva terparasit kelak dapat berkembang memakan telur inang tersebut.
6
2.2 Bioekologi Trichogramma sp.
Parasitoid Trichogramma sp. Mengalami metamorfosis sempurna. Telur di letakkan sekitar 24 jam sampai 48 jam setelah imago parasitoid muncul (Peterson 1930 dalam Nurariaty,1991) mengemukakan bahwa setelah satu hari setelah peletakan telur maka akan menetas menjadi larva.
Sebelum peletakan telur, biasanya imago betina akan memeriksa ukuran telur inang terlebih dahulu dengan menggunakan antena setelah itu barulah telur yang panjangya 1 mm di injeksikan melaluai alat peletakan telur (ovipositor) ke dalam telur inang. Jum;lah telur parasitoid per inang bervariasi karena biasanya akan bertambah dengan bertambahbesarnya telur inang yaitu 1 butir pada C.Cephalonica Staint, 3 sampai 4 butir pada Diatrea saccaralis F., 3 sampai 4
butir pada Chilo saccharipagus, 8 sampai 10 butir pada Papilo domodokus Esper (Tjahjono,1980). Pada kondisi laboratorium , periode pra oviposisi tidak lebih dari 24 jam, T.austalicum dapat meletakkan telurnya 1 jam setelah kopulasi. Jika di jumpai inang dati Trichogramma sp. Betina dapat menahan untuk tidak bertelur kadang kala sampai mati, tetapi lama hidupnya akan lebih pendek (Harsanto, 1981).
Pada permulaan instar ke tiga telur inang berubah menjadi hitam pada permukaan dalam korion. Perubahan warna ini merupakan salah satu ciri dari telur yang terparasit Trichogramma sp., waktu yang di perlukan untuk perkembangan spesies T.australicum Gir. Dalam telur C.cephalonica Staint.
Pada suhu 28 derajat celcius adalah sebagai berikut: telur 24 jam, larva instar pertama 24 jam, larva instar ke tiga 48 jam sehingga total waktu yang di perlukan untuk perkembanagan spesies tersebut adalah 8 hari (Samoedi, 1988).
7
Sebelum dewasa parasitoid Trichogramma sp. Panjangnya sekitar 0,30 sampai 1,00 dan berwarna hitam, keperidiannya bervariasi sekitar 20 sampai 120 butir telur tergantung pada spesies parasitoid, spesies inang dan lama hidup imago betina tergantung pada adanya makanan, tersedianya telur inang, perbandingan antara imago jantan dan betina yang di hasilkan di pengaruhi oleh kondisi kelembaban dan temperatur yang tidak normal.
Menurut Harsanto (1981) kopulasi pada Trichogramma sp. Adalah arrhenotohy. Parasitoid betina yang berkopulasi akan menghasilkan keturunan jantan dan betina, sedangakan betina yang tidak berkopulasi keturuna jantan semua. Siklus hidup Trichogramma sp. Adalah 7 sampai 14 hari, 7 sampai 10 hari atau 9 hari.
Trichogramma sp. Adalah parasitoid telur yang termasuk golongan
endoparasitoid, sebab perkembangannya mulai dari telur sampai menjadi imago yang terjadi di dalam telur inang (Roesli, 1988).
Aktivitas parasitoid dewasa di pengaruhi oleh cahaya , kelembaban dan suhu. Sebagaimana di kemukakan oleh Tjahjono (1980) bahwa parasitoid Trichogramma sp. Memiliki batas-batas toleransi suhu untuk kehidupannya.
Kecepatan perkembangan serangga ini meningkat dengan meningkatnya suhu.
Ada beberapa spesies yang tahan terhadap suhu dingin, suhu terendah yang dapat di toleransi untuk kehidupan Trichogramma ninum dan Trichogramma cacaeciae masing-masing 15 dan 4 derajat. Aktifitas serangga dewasa dan
keperidian juga meningkat dengan meningkatnya suhu. Suhu yang optimum untuk kedua jenis serangga tersebut adalah masing-masing 32 dan 28 derajat celcius. Suhu juga dapat mempengaruhi perbandingan jenis kelamin. Yasumatsu dan Torii (1968) mengemukakan bahwa parasitoid Trichogramma sp. Yang di
8
pelihara pada suhu rendah akan menghasilkan serangga betina yang lebih banyak.
Parasitoid Trichogramma sp. Dewasa sangat peka terhadap kekeringan.
Kelembaban nisbi optimum adalah 80 persen sampai 100 persen dan sedikit bervariasi untuk tiap-tiap spesies. Pada tingkat larva, serangga yang di pengaruhi oleh kelembaban nisbi lingkungannya (Paisal , 1995).
2.3Peranan Trichogramma sp.
Penerapan pengendalian hama terpadu melalui konservasi musuh alami terpadu melalui konservasi musuh alami terutama predator dan parasitoid tanpa di sadari merupakan teknik pengendalian hayati yang sering kita lakukan. Teknik konservasi ini bertujuan untuk menghindarkan tindakan-tindakan yang dapat menurunkan populasi musuh alami karena banyak tindakan agronomik yang secara tidak langsung dan langsung dapat merugikan populasi musuh alamiah terutama penggunaan pestisida. Dengan tindakan tidak menggunakan pestisida atau jika di gunakan secara selektif berarti kita sudah melaksanakan konservasi musuh alami ( Kasumbogo, 1996).
2.4 Manfaat Trichogramma sp.
Trichogramma sp. Di gunakan sebagai parasit telur penggerek batang
padi dan penggerek batang tebu. Hal ini sangat efektif di lakukan karena hama penggerek batang terletak di dalam batang tanaman. Selain itu dengan menggunakan musuh alami produk pertanian tidak tercemari oleh residu-residu pestisida.
9
(a) (b) (c) Gambar. (a). Gambar Trichogramma sp
(b). Gambar Corcyra cephalonica Staint.
(c). gambar Corcyra cephalonica Staint.
10
III.METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini di laksanakan pada bulan Mei sampai bulan Juni 2014.di laboratorium hama dan penyakit PTPN XIV (Persero) PG. Takalar Desa Pa rappunganta Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan pada pembiakan ngengat beras Corcyra cephalonica Staint.. Adalah :
Kotak pembiakan, dan rak pembiakan., cawan petridis, tabung reaksi
Bahan yang di perlukan adalah berupa beras 1 liter/kotak, dedak halus 3 liter/kotak, ngengat beras ( Corcyra cephalonica Staint).
3.3 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang di gunakan dengan melakukan pengamatan di lokasi yang di sertai dengan data primer dan data sekunder. Data primer di peroleh dari hasil wawancara serta terlibat langsung dalam tahapan pelaksanaan kegiatan pembiakan parasitoid ngengat beras Corcyra cephalonica Staint. Di laboratorium dan data sekunder di peroleh dari data perusahaan dan studi leteratur pustaka.
11
3.3.2 Cara kerja
Kegiatan 1. Pembiakan Kupu Beras
Kupu beras Corcyra cephalonica Staint. Di biakkan untuk di ambil telurnya sebagai inang pembiakan parasit telur penggerek tebu. Kupu berwarna crem kotor, ukuran ± 12 mm. Kupu jantan dapat di bedakan dengan betinanya dengan ukuran yang lebih kecil dan abdomen ( ekor ) yang ramping. Bila hinggap, bagian alat mulut ( palpi labialis ) tidak menjulur ke muka sehingga bagian depan (anterior) kepalanya nampak tumpul ; sedangkan pada kupu betina menjulur kemuka sehingga nampak ujung kepala meruncing.
Siklus hidup dari telur sampai dewasa berkisar 35-55 hari dengan rata- rata 42 hari. Dalam pemeliharaan di laboratorium dapat di gunakan beras ataupun jagung giling halus sebagai media hidup larvanya.
1. Persiapan Ruang Pemeliharaan
Sanitasi ruangan dan alat-alat berupa rak dan kotak di lakukan untuk pembersihan dari kotoran serangga pengganggu, demikian pula perlu dilakukan perbaikan ventilator ( jendela, kipas angin, dan kasa) sehingga masuknya serangga dan binatang lain dapat di hindarkan.
Alat-alat di siram air panas hal ini di maksudkan agar ruangan dan alat-alat yang akan di gunakan steril dan bersih. Biarkan proses
12
sanitasi ini dan pengosongan ruangan pemeliharaan selama 1 minggu.
2. Persiapan media a. Media beras
Pengambilan media beras di dalam gudang laboratorium, media beras di masukkan ke dalam kotak pembiakan dengan perbandingan media 1 liter untuk beras dan 3 liter untuk dedak halus tiap kotak.
a. Gambar media beras pada kotak pembiakan parasitoid Trichogramma sp.
b. Media jagung
Pengambilan media jagung di dalam gudang laboratorium , media jagung di masukkan ke dalam kotak pembiakan
13
dengan perbandingan media 1 liter untuk jagung dan 3 liter untuk dedak halus tiap kotak.
Gambar : media jagung pada kotak pembiakan Trichogramma sp.
3. Penebaran Telur
Setelah sanitasi ruangan berakhir, rak dan kotak di atur kembali ke dalam ruanagn pemeliharaaan ngengat sesuai kemampuan tampung ruangan, kemudian telur ngengat di sebar merata di atas media dan di atasnya di tutup dengan sisa media yang berfungsi sebagai penutup telur dari gangguan semut.
14
Gambar : Penebaran telur pada kotak pembiakan Trichogramma sp.
4. Pengumpulan ( penangkapan ) ngengat.
Sekitar 40 45 hari setelah penebaran telur, ngengat tersebut mulai muncul dan hinggap pada rak , dinding ataupun langit-langit ruangan pembiakan. Ngengat di tangkap setiap hari menggunakan tabung reaksi ( test tube ) yang berukuran 10,30 X 9 cm. Tiap tabung di isi ngengat sebanyak kurang lebih 250 ekor tanpa perhitungan jenis jantan atau betina.
5. Pengumpulan telur ngengat
Setiap hari telur ngengat di kumpulkan dengan mengusapkan kuas halus pada tutup tabung agar telur jatuh di tempat penampungan dari kertas , telur hasil perkawinan I di pisahkan dari telur hasil perkawinan hari selanjutnya yaitu perkawinan hari ke II sampai hari ke IV, karena telur masih masih kotor bercampur dengan sisik ngengat, kaki ngengat, dan lain-lain maka perlu di
15
bersihkan. Telur hari ke II sampai hari ke IV di gunakan untuk bahan pembiakan selanjutnya sedangkan sisanya di gunakan untuk pembuatan kertas pias sebagai bahan pembiakan Trichogramma sp.
Kegiatan 2. Pembiakan Trichogramma sp.
Beberapa species Trichogramma di kembangkan di laboratorium, yang secara umum di bedakan menjadi jenis hitam ( T. Japonicum, T. Nanum) dan jenis kupu kuning ( T. Australicum, T. Nanum. ). Sebagai inang pengganti di gunakan telur-telur kupu beras ( Corcyra cephalonica Staint. ). Edaran hidup dari telur sampai dewasa berkisar 8 hari. Parasit telur ini di lapangan akan hidup pada telur-telur penggerek.
1. Persiapan Inang
Telur ngengat yang tersedia, di bersihkan kemudian di taburkan pada kertas pias yaitu kertas karton yang berukuran 4 x 7 cm, dari kertas pias tersebut bagian seluas 4 x 5,5 cm diolesi lem secara tipis dan merata sebagai tempat telur yang di tabur tersebut.
Proses penaburan telur ngengat beras ( C. cephalonica) sebagai inang Trichogramma sp. Pada pias dapat di lihat pada
gambar 1. Berikut:
16
Gambar . Pembuatan kertas pias Trichogramma sp.
2. Penyiapan starter
Starter inokula di ambil dari penetasan individu Trichogramma sp.
Yang paling baik dari pias-pias yang terinokulasi.
Gambar. Penyiapan starter pada pembuatan kertas pias Trichogramma sp.
3. Proses inokulasi
17
Proses inokulasi di lakukan di dalam tabung reaksi berukuran 5x9 cm transparan tertutup dengan kapas dengan masa inokulasi 24 jam. Selanjutnya inokulasi dapat di lihat pada gambar 5 berikut.
4. Pembersihan pias
Pembersihan pias di lakukan pada hari ke 4 dan ke 5 setelah inokulasi untuk membuang ulat-ulat C. cephalonica Staint. Agar tidak mengganggu perkembangan telur-telur terparasit. Pias-pias di sapu secara hati-hati dengan menggunakan kuas halus sampai ulat yang melekat dapat terbuang.
5. Seleksi Pias
Pada hari ke 7 dan ke 8 setelah inokulasi, diadakan seleksi untuk menentukan pias yang akan di pakai sebagai starter pembiakan dan pias-pias yang akan di lepas ke areal perkebunan.