• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meilisa Rachmawati, Risqa Rina Darwita, Febriana Setiawati ABSTRAK. Kata kunci : media lembar balik, karies anak, perilaku, menyikat gigi ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meilisa Rachmawati, Risqa Rina Darwita, Febriana Setiawati ABSTRAK. Kata kunci : media lembar balik, karies anak, perilaku, menyikat gigi ABSTRACT"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MEDIA LEMBAR BALIK DALAM MENINGKATKAN PERILAKU IBU TERHADAP KESEHATAN GIGI & MULUT

ANAK DAN EVALUASI DENGAN KMGS (Studi Klinis di Posyandu Soka Tahun 2012)

Meilisa Rachmawati, Risqa Rina Darwita, Febriana Setiawati ABSTRAK

Latar Belakang:Prevalensi karies gigi anak di Indonesia yang tinggi disebabkan karena perilaku ibu yang buruk dalam menjaga kebersihan gigi anaknya. Tujuan:

Mengetahui peran lembar balik dan lembar evaluasi KMGS dalam merubah perilaku ibu terhadap kesehatan gigi mulut balita. Metode: Melakukan pelatihan kader menggunakan lembar balik, pemeriksaan kesehatan gigi mulut balita, kemudia dievaluasi setelah diintervensi menggunakan lembar evaluasi KMGS.Hasil:terdapat peningkatan (57,15%) bermakna (p<0,05) perilaku ibu pada kelompok intervensi, penurunan bermakna (p<0,05) indeks plak (60%) dan skor kematangan plak anak (25,71%). Kesimpulan: media lembar balik efektif meningkatkan perilaku ibu.

Kata kunci : media lembar balik, karies anak, perilaku, menyikat gigi

ABSTRACT

Background:The high prevalence of early childhood caries in Indonesia is caused by mother’s behaviour of maintaining children’s oral hygiene. Purpose:to know about the role of flipchart and KMGS in maintaining mother’s behaviour toward children’s dental health. Methods: Training for cadre by using flipchart, examination of children’s dental and oral health and evaluating after the intervention by using KMGS. Results: there’s a significant improvement (57.15%) of mother’s behaviour (p<0.05) in intervention group, a significant reduction (p<0.05) of child plaque index (60%) and plaque maturity score (25.71%)).Conclusion: flipchart is an effective media to improve mother’s behaviour.

Keywords: flipchart, early cahildhood caries, behaviour, toothbrushing

(2)

Pendahuluan

Prevalensi penyakit gigi dan mulut terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, salah satunya adalah karies gigi yang mencapai 90,05% (SKRT, 2004)

1

. Salah satu komunitas dengan prevalensi karies gigi yang tinggi adalah anak usia dini

2

. Di Kelurahan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, 68,35% dari kasus karies gigi dan jaringan penyangga yang ada di puskesmas pada tahun 2010 dialami oleh penduduk usia 1-4 tahun

3

.

Pada anak usia dini, faktor yang sering menyebabkan terjadinya karies gigi adalah kurang optimalnya pola asuh ibu, karena pengetahuan yang masih kurang. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan orangtua adalah dengan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan secara berkesinambungan

4

.

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang diselenggarakan secara berkesinambungan dapat dilakukan dengan bantuan tenaga kesehatan non-dental

5

. Tenaga non dental merupakan orang-orang yang berhubungan langsung dengan ibu dan anak di lingkungan pelayanan kesehatan anak, misalnya kader kesehatan di Posyandu.

Dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut, diperlukan alat bantu pendidikan agar pesan yang ingin disampaikan dapat diberikan dan diterima dengan baik oleh sasaran

6

. Alat bantu pendidikan yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan kader kesehatan Posyandu dan keadaan orangtua anak. Salah satu alat bantu pendidikan yang dapat digunakan dengan mudah adalah media lembar balik.

Media lembar balik merupakan salah satu bentuk alat bantu pendidikan yang saat ini

umum digunakan karena pembuatan yang relatif mudah dan penggunaan yang dapat

dimengerti dengan mudah oleh para penyuluh kesehatan

7

. Media yang digunakan

harus menjelaskan mengenai peran serta orangtua dalam upaya mencegah karies

dengan cara menyikat gigi anak secara benar dan teratur. Selain itu, dibutuhkan juga

(3)

informasi mengenai pola pemberian ASI dan makanan yang baik pada anak untuk mencegah terjadinya karies dini melalui penularan bakteri.

Penilaian dan evaluasi merupakan hal yang penting dilakukan untuk melihat efektifitas dari penyelenggaraan program pendidikan kesehatan gigi dan mulut

10

. Evaluasi penggunaan media lembar balik sebagai alat bantu pendidikan yang digunakan kader Posyandu dalam menyampaikan pesan kesehatan gigi dan mulut terhadap ibu dapat dilakukan dengan penilaian perubahan perilaku ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut serta penilaian perubahan faktor resiko karies gigi pada anak menggunakan Kartu Menuju Gigi Sehat (KMGS)

8

.

Kepada pasangan ibu dan anak usia 6 bulan - 4 tahun, akan dilakukan penelitian mengenai efektifitas media lembar balik sebagai alat bantu pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Efektifitas dilihat melalui perubahan perilaku orangtua dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak dan perubahan nilai faktor resiko karies gigi anak. Evaluasi dilakukan secara berkala menggunakan KMGS dengan bantuan kader Posyandu.

Tinjauan Teoritis

Karies gigi merupakan salah satu penyakit jaringan keras gigi yang meliputi suatu proses destruktif berupa dekalsifikasi email, yang kemudian menyebabkan destruksi email dan dentin serta kavitas gigi

9

. Karies gigi yang terjadi pada anak-anak biasa disebut dengan Early Childhood Caries (ECC)

10

.

Proses yang tergambar saat proses demineralisasi dan remineralisasi Kristal hidroksiapatit tergambar dalam persamaan kimia berikut

9

:

Ca

10

(PO

4

)

6

(OH)

2

10Ca

2+

+ 6PO

43-

+ 2OH

-

Gambar 2.1. Proses Demineralisasi dan Remineralisasi Kristal Hidroksiapatit

(4)

Beberapa faktor primer yang dapat menyebabkan karies gigi anak adalah faktor host yang mencakup keadaan geligi pada anak, faktor agent yang mencakup plak dan mikroorganisme penyebab karies gigi, dalam hal ini bakteri penyebab karies gigi pada anak adalah Streptococcus mutans, serta faktor substrat dan saliva yang mencakup asupan karbohidrat yang dikonsumsi anak serta keadaan saliva anak di dalam rongga mulut

11

.

Salah satu hal yang dapat dimodifikasi dalam mengurangi factor resiko terjadinya karies gigi pada anak adalah melalui perilaku ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya dan dapat diubah

6

. Dalam proses belajar, perilaku manusia dapat mengalami perubahan secara alami atau sengaja diubah untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu teori yang berhubungan dengan perubahan perilaku individu adalah Transtheoritical Model

12

. Perubahan perilaku yang dilakukan secara sengaja dapat diwujudkan melalui suatu pendidikan kesehatan gigi mulut.

Pendidikan kesehatan adalah penyediaan berbagai pengalaman belajar yang ditujukan untuk menyediakan informasi kesehatan baru atau memfasilitasi timbulnya perilaku kesehatan baru. Dalam proses pendidikan kesehatan terdapat informasi atau pesan kesehatan yang diberikan penyuluh kepada sasaran. Penyampaian pesan kesehatan yang diberikan dapat dilakukan dengan lebih mudah melalui penggunaan suatu alat bantu peraga

13

.

Alat bantu peraga merupakan alat yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan bahan pendidikan agar penyampaian pesan kesehatan dapat

berlangsung dengan lebih mudah

14

. Salah satu alat peraga yang umum dan mudah

digunakan adalah media lembar balik.

(5)

Media lembar balik dalam pengertian yang sederhana adalah lembaran-lembaran kertas menyerupai album atau kelender yang berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut. Media lembar balik biasanya digunakan dengan cara membuka atau membalik halaman demi halaman secara bergantian untuk meperlihatkan gambar peraga kepada peserta pendidikan sekaligus pemberi pendidikan menjelaskan informasi atau pesan kesehatan yang ingin disampaikan

7

,

15

.

Untuk mewujudkan suatu pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang baik, maka diperlukan suatu alat untuk mengevaluasi keberhasilan program pendidikan tersebut.

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah dengan Kartu Menuju Gigi Sehat (KMGS)

8

KMGS adalah kartu penilaian resiko karies yang diisi oleh pasien sendiri atau dibantu kader di posyandu, mengenai keadaan oral dan kebiasaan sehari-hari anaknya. Tujuan dari penggunaan KMGS adalah agar kesehatan dan perkembangan gigi anak dapat dimonitor secara mandiri dalam upaya pencegahan penyakit, penanggulangan dini, dan rujukan. KMGS terdiri dari tabel kesehatan gigi balita, tabel kunjungan ke dokter gigi, informasi mengenai cara membersihkan gigi anak, dan cara menjaga kesehatan gigi anak

8

.

Metode Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian quasi-experimental dengan desain control group,

before-and-after-test yang terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Teknik penarikan sampel adalah sampling jenuh atau total

sampling. Subjek adalah seluruh ibu dan anak pengunjung Posyandu Soka RT 1-6

RW 4 dan RT 1 RW 3, Kelurahan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat yang berjumlah

70 pasang

(6)

Variabel Penelitian

Variabel yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari variable bebas, yaitu peran media lembar balik sebagai media yang digunakan pada kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Peran media lembar balik dilihat dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada kader Posyandu. Melalui hasil kuesioner, akan dilihat frekuensi dan distribusi dari masing-masing pertanyaan lalu dilakukan analisa berdasarkan jawaban tersebut.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku ibu pengunjung posyandu yang dinilai perubahannya dengan menggunakan kuesioner. Perilaku ibu dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk berdasarkan 3 komponen, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Variabel terikat lainnya adalah mengukur indeks plak anak dengan melihat perubahan warna akumulasi material lunak yang menempel di gigi setelah diberi disclosing solution 2-tone. Pengukuran dilakukan pada 6 gigi menggunakan indeks Green and Vermillion. Variabel berikutnya adalah pengukuran skor kematangan plak setelah diaplikasikan disclosing solution 2-tone. Pengukuran dilakukan pada 6 gigi dengan melihat perubahan warna disclosing solution 2-tone menjadi merah atau biru pada permukaan gigi tersebut.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode bivariat, yaitu menggunakan Kolmogorov-

Smirnov Test untuk membandingkan perbedaan perilaku ibu mengenai menyikat gigi

antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan sesudah perlakuan,

dan Mann-Whitney U Test untuk membandingkan nilai rerata indeks plak dan skor

kematangan plak anak antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan

sesudah perlakuan.

(7)

Alat, Bahan

Media Lembar Balik, Buku pegangan Ibu, Buku pegangan kader, Kartu Menuju Gigi Sehat (KMGS), Kuesioner, Disclosing Solution 2-tone merk GC, Masker dan sarung tangan, Kaca mulut.

Cara Kerja

Penelitian telah lolos dari uji kelayakan etik.

Kelompok Intervensi:

Kader dan ibu pengunjung posyandu diberikan penjelasan mengenai jalannya

penelitian, diikuti dengan penandatanganan surat persetujuan, kemudian ibu dan

kader mengisi kuesioner awal penelitian. Setelah itu, anak yang menjadi sampel

penelitian dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut oleh peneliti meliputi perekaman

data indeks plak dan kematangan plak. Kemudian kader kesehatan Posyandu

diberikan penyuluhan oleh peneliti menggunakan media lembar balik mengenai

kesehatan gigi dan mulut yang meliputi kegunaan gigi susu, akibat karies gigi anak,

proses terjadinya karies gigi, penjalaran karies gigi, perilaku ibu-anak yang dapat

mengakibatkan karies gigi dan pengarahan oleh peneliti mengenai pengisian KMGS

sebagai alat evaluasi perilaku ibu dan monitoring kebersihan mulut anak. Tahap

berikutnya, memberikan penyuluhan kepada ibu kelompok intervensi oleh kade

posyandu menggunakan media lembar balik mengenai. Setelah 1 minggu

(pemeriksaan kedua), kembali dilakukan pemeriksaan indeks plak dan skor

kematangan plak anak, pengisian KMGS sebagai alat evaluasi, dan pemberian

motivasi oleh kader Posyandu. Setelah 2 minggu (pemeriksaan ketiga), kembali

dilakukan pemeriksaan indeks plak dan skor kematangan plak anak, pengisian KMGS

sebagai alat evaluasi, pemberian motivasi oleh kader, serta mengisi kuesioner akhir

penelitian.

(8)

Kelompok Kontrol:

Ibu pengunjung posyandu diberi penjelasan mengenai jalannya penelitian, diikuti dengan penandatanganan surat persetujuan. Kemudian, ibu mengisi kuesioner awal penelitian. Setelah itu, anak pengunjung posyandu yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut di posyandu oleh peneliti meliputi perekaman data indeks plak dan kematangan plak. Setelah 2 minggu, ibu dan anak datang kembali ke posyandu untuk dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut anak, serta mengisi kuesioner akhir penelitian

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Persepsi Kader Posyandu Soka Mengenai Media Lembar Balik

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah media lembar balik yang digunakan

sudah memiliki ukuran yang sesuai 4 2

2

Apakah media lembar balik yang digunakan bersifat fleksibel sehingga mudah dibawa-bawa jika akan melakukan penyuluhan kesehatan gigi

6 -

3

Apakah penggunaan media lembar balik dapat menarik minat para kader untuk secara aktif terlibat dalam pemberian penyuluhan kesehatan gigi

6 -

4

Apakah media lembar balik mudah digunakan oleh kader dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada ibu-ibu posyandu

4 2

5

Apakah huruf yang digunakan pada media lembar balik sudah memiliki ukuran dan jenis yang sesuai

2 4

6

Apakah bahasa yang digunakan pada media lembar balik sudah sesuai sehingga mudah dimengerti

4 2

7 Apakah informasi yang terdapat pada media lembar balik dapat menambah pengetahuan kader dalam menjaga kesehatan gigi

6 -

(9)

Tabel 1 menggambarkan persepsi para kader Posyandu yang terlibat dalam penelitian mengenai media lembar balik yang digunakan dalam proses penyuluhan

Tabel 2. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Lembar Balik terhadap Pengetahuan Kader Mengenai Kesehatan Gigi Anak

NAMA KADER

Tes Sebelum Penyuluhan Tes Sesudah Penyuluhan SKOR KUESIONER

Bagian I KMGS

Bagian II Kesehatan Gigi

Bagian I KMGS

Bagian II Kesehatan Gigi Martha

Sylvia 7 23 7 27

Sri Muryati 6 26 8 29

Yayah 7 27 7 27

Euis 7 26 7 30

Yuniarsih 6 26 8 27

Mardiyanah 5 25 6 28

Tabel 2 merupakan perbandingan pengetahuan kader sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan oleh peneliti menggunakan media lembar balik.

Tabel 3. Perbandingan Perilaku Total Ibu mengenai Menyikat Gigi Anak Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan dengan Media Lembar Balik antara Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol Waktu Tes Sebelum Tes Sesudah

p

*

Kelompok p

*

Intervensi (n=35)

.976 .197 .000

Kontrol

(n=35) .012

Pada tabel di atas didapatkan hasil perbandingan dengan menggunakan uji

Mann Whitney U-Test pada perilaku hasil tes sebelum dan sesudah perlakuan

dengan nilai masing-masing p = 0,976 (p > 0,050) dan p = 0,197 (p > 0,050).

(10)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penyuluhan dengan perilaku ibu.

Pada tabel di atas didapatkan hasil perbandingan dengan menggunakan uji Wilcoxon pada perilaku antara hasil tes sebelum dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai p = 0,000 (p <

0,050) dan p = 0,012 (p > 0,050). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perilaku pada hasil tes sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok.

Tabel 4. Perbandingan Indeks Plak Anak antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pada Pemeriksaan pertama, Kedua, dan Ketiga

Waktu

Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan kedua

Pemeriksaan ketiga

p

Kelompok Rerata Rerata Rerata

Intervensi

(n=35) 37.41 _

26.29 .000 Kontrol

(n=35) 33.59 _

44.71 1.000

p .427 _ .000

Pada tebel di atas didapatkan hasil perbandingan dengan menggunakan uji Mann

Whitney U-Test antara rerata indeks plak pada kelompok intervensi dan kontrol

baik pada pemeriksaan pertama maupun pemeriksaan ketiga dengan nilai p =

0,427 (p > 0,050) untuk pemeriksaan pertama dan p = 0,000 (p < 0,050) untuk

pemeriksaan ketiga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan bermakna antara indeks plak kelompok intervensi dan kontrol pada

pemeriksaan pertama, tetapi terdapat perbedaan yang bermakna pada pemeriksaan

ketiga.

(11)

Tabel 5. Perbandingan Skor Kematangan Plak Anak antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pada Pemeriksaan Pertama dan Ketiga

Waktu

Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan ketiga

Kelompok Rerata Rerata

Intervensi (n=35)

37.79 26.89

Kontrol (n=35)

33.21 44.11

P .338 .000

Pada tabel di atas didapatkan hasil perbandingan dengan menggunakan uji Mann Whitney U-Test pada skor kematangan plak antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai p = 0,338 (p > 0,050) untuk pemeriksaan pertama dan nilai p

= 0,000 (p < 0,050) untuk nilai pemeriksaan ketiga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara skor kematangan plak pada pemeriksaan pertama antara kelompok intervensi dan kontrol, tetapi terdapat perbedaan bermakna antara skor kematangan plak kelompok intervensi dan kontrol pada pemeriksaan ketiga.

Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan perilaku (57,15%) yang mencakup pengetahuan, sikap, dan tindakan baik pada kader maupun pada ibu pengunjung posyandu pada kelompok intervensi setelah dilakukan penyuluhan dengan lembar balik.

Tabel 5.1 menggambarkan persepsi kader mengenai media lembar balik yang

digunakan pada proses penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut anak,

khususnya menyikat gigi. Berdasarkan pertanyaan yang diberikan melalui kuesioner

kepada kader, maka ukuran media yang digunakan, fleksibilitas, daya tarik, maupun

bahasa yang digunakan dalam menyampaikan informasi melalui media tersebut sudah

memiliki nilai yang baik. Berdasarkan studi pustaka, ukuran media yang lazim

digunakan adalah 50×75 cm atau minimal 21×28 cm

59

. Ukuran media yang

(12)

digunakan pada penelitian berukuran 30×42 cm sehingga masih berada pada batas ukuran yang lazim digunakan. Ukuran media yang sesuai akan menjaga fleksibilitas media tersebut untuk memudahkan jika akan digunakan pada penyuluhan, hal tersebut sesuai dengan studi pustaka yang menyatakan bahwa media lembar balik merupakan salah satu media penyuluhan yang praktis

6

. Berdasarkan studi pustaka, agar membuat media lembar balik lebih menarik dibutuhkan variasi penyajian materi, tidak hanya berisi teks tetapi dilengkapi dengan gambar dan foto yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan, serta memperhatikan penggunaan warna

7,15.

Peneliti sudah mencatumkan banyak gambar dan disesuaikan dengan informasi yang ingin disampaikan pada media yang digunakan oleh para kader. Persepsi mengenai kemudahan media lembar balik untuk digunakan oleh kader berkaitan dengan kemampuan kader menyampaikan informasi atau materi yang terdapat dalam media tersebut. Pertanyaan 5-6 pada tabel 1 berkaitan dengan persepsi kader mengenai konten media ditinjau dari sisi pemilihan bahasa, dan ukuran huruf yang digunakan.

Berdasarkan studi pustaka, teknis penulisan konten yang baik digunakan pada media adalah huruf yang dapat dibaca pada jarak pandang minimal 5 meter dan memiliki maksimal 6 kalimat atau 25 kata dalam 1 lembar media

16,17

. Sedangkan ditinjau dari segi penggunaan bahasa, peneliti sudah menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat awam berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut anak, misalnya saja penggunaan kata-kata “karies gigi” diubah menjadi “gigi berlubang”. Pertanyaan terakhir mengenai kemampuan media lembar balik untuk meningkatkan pengetahuan kader mengenai kesehatan gigi dan mulut anak berhubungan dengan skor kuesioner sebelum dilakukan penyuluhan dan sesudah dilakukan penyuluhan kader yang membandingkan pengetahuan kader sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.

Pada tabel 2 terlihat adanya peningkatan pengetahuan kader mengenai kesehatan gigi dan mulut anak antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media lembar balik.

Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku yang bermakna antara

kelompok intervensi dan kontrol baik pada hasil tes sebelum perlakuan maupun

(13)

sesudah perlakuan, tetapi terdapat perbedaan perilaku yang bermakna antara hasil tes sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok. Tidak adanya perbedaan bermakna antara kelompok intervensi dan kontrol dapat terjadi karena perilaku awal ibu pada kedua kelompok dalam menjaga kesehatan gigi anak berada pada tingkat yang sama. Sedangkan perubahan perilaku yang juga terjadi pada kelompok kontrol (setelah perlakuan) kemungkinan disebabkan karena adanya interaksi dengan kelompok yang sudah menerima penyuluhan (intervensi). Hal tersebut dapat terjadi karena kelompok kontrol maupun intervensi berada pada satu lingkungan tempat tinggal yang sama, sehingga interaksi yang terjadi diantara keduanya tidak dapat dibatasi. Peningkatan perilaku menyikat gigi dapat mengarah kepada penurunan prevalensi karies gigi anak. Dalam sebuah penelitian, ibu diberikan pendidikan kesehatan gigi mengenai kebersihan mulut dalam waktu 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun. Hasil menunjukkan bahwa setelah 3 tahun, secara signifikan anak dalam kelompok intervensi memiliki prevalensi karies dan gingivitis yang lebih sedikit dibandingkan kontrol

18

. Terjadinya peningkatan perilaku dalam menyikat gigi anak setelah diberikan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan media lembar balik konsisten dengan studi bahwa pendidikan dengan menggunakan media yang tepat dapat digunakan untuk mengubah perilaku kesehatan

6,19

. Selain itu, meningkatnya perilaku menyikat gigi ibu setelah dilakukan penyuluhan oleh kader posyandu, konsisten dengan studi bahwa tenaga non-dental dapat dimanfaatkan untuk membantu memberikan pendidikan kesehatan gigi pada masyarakat

20

.

Tabel 4 adalah hasil analisis untuk mengetahui adanya perbedaan indeks plak

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi berupa penyuluhan dengan menggunakan

media lembar balik. Berdasarkan tabel, terlihat bahwa terdapat perubahan bermakna

skor indeks plak anak pada pemeriksaan akhir antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Penurunan indeks plak yang terjadi pada kelompok intervensi,

sesuai dengan studi pustaka bahwa pendidikan yang tepat pada suatu komunitas dapat

mempercepat proses perubahan perilaku. Penurunan rata-rata indeks plak anak

konsisten dengan terjadinya peningkatan perilaku menyikat gigi ibu, karena pada usia

6 bulan- 4 tahun, ibu memiliki peran yang cukup besar dalam memelihara kesehatan

(14)

gigi dan mulut anak

4,5

. Dalam hal ini, pendidikan dengan penyuluhan menggunakan media lembar balik menyebabkan perubahan perilaku ibu dalam waktu yang relatif cepat. Hal ini dapat terjadi karena media lembar balik merupakan media yang tepat digunakan pada proses penyuluhan disesuaikan dengan fasilitas Posyandu, kemampuan kader menyuluh, dan kemampuan ibu untuk menerima informasi baru.

Penurunan indeks plak terjadi karena peningkatan frekuensi menyikat gigi, menyikat gigi pada waktu yang lebih tepat, peningkatan durasi menyikat gigi, cara menyikat gigi yang lebih baik, juga pemeriksaan kesehatan dan kebersihan gigi yang dilakukan secara berkala melalui KMGS sebagai media evaluasi saat kunjungan Posyandu.

Kematangan plak berhubungan dengan resiko karies gigi anak karena berhubungan erat dengan komposisi mikroorganisme dan kemampuannya untuk menghasilkan asam

21

. Berdasarkan penelitian, keberadaan plak yang matang dapat dihubungkan dengan keberadaan lesi karies gigi

22

.

Tabel 5 adalah hasil analisis dengan menggunakan uji Mann Whitney U-Test untuk mengetahui adanya perbedaan skor kematangan plak sebelum dan sesudah intervensi berupa penyuluhan dengan menggunakan media lembar balik. Adanya perbedaan berupa penurunan skor kematangan plak pada kelompok intervensi terjadi setelah melalui penyuluhan menggunakan media lembar balik serta pendidikan dengan pemberian buku pegangan ibu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan menjaga kesehatan gigi anak dan kontrol serta motivasi yang dilakukan oleh kader Posyandu.

Pada kelompok kontrol, adanya penurunan skor kematangan plak pada saat

pemeriksaan akhir kemungkinan disebabkan karena adanya perilaku meniru pada

anak-anak serta faktor pemberian souvenir setelah pemeriksaan pertama berupa sikat

gigi dan pasta gigi. Peneliti tidak membedakan lingkungan tempat tinggal antara

kelompok intervensi maupun kontrol, sehingga adanya interaksi antara ibu maupun

anak antara kedua kelompok tersebut tidak bisa dibatasi. Selain itu, beberapa ibu

mengakui anak menjadi senang sikat gigi setelah mendapatkan souvenir berupa sikat

gigi dan pasta gigi pada awal pemeriksaan. Adanya persamaan hasil penurunan skor

kematangan plak pada akhir pemeriksaan antara kedua kelompok mungkin saja

(15)

memiliki kelanggengan perubahan yang berbeda. Berdasarkan studi pustaka, perubahan perilaku yang didasari oleh proses pendidikan sehingga menyebabkan kesadaran atau pembentukan sikap pada subjek akan menghasilkan perubahan perilaku dalam jangka waktu yang lebih lama karena tidak mudah dipengaruhi oleh faktor penghambat. Sedangkan perubahan perilaku yang terjadi karena meniru atau adanya motivasi yang bersifat semu (pemberian souvenir pada anak-anak) akan menghasilkan perubahan perilaku yang bertahan dalam jangka waktu yang singkat

23

.

Kesimpulan

Media lembar balik dapat meningkatkan perilaku ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak terutama mengenai menyikat gigi anak, hal ttersebut ditandai dengan penurunan indeks plak dan skor kematangan plak anak. Secara statistik, penurunan indeks plak dan skor kematangan plak anak berbeda signifikan (p<0,05)

Saran

Diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk memonitor efek jangka panjang dari program penyuluhan menggunakan media lembar balik. Untuk penelitian sejenis dengan variable yang berbeda, sebaiknya kelompok kontrol dan intervensi berasal dari dua lingkungan tempat tinggal yang berbeda, agar tidak terjadi interaksi diantara kedua kelompok selama penelitian berlangsung.

Kepustakaan

1. Pembangunan Berkelanjutan dalam Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat.2011 [updated 2011; cited August 27]; Available from : http://www.lfip.org/seminar/Kesehatan/masyarakat.pdf

2. Direktorat Bina Kesehatan Anak.2009 [updated 2011; cited August 27];

Available from : www.kesehatananak.depkes.go.id

3. Laporan Puskesmas Kelurahan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat tahun 2010

(Inpres)

(16)

4. Strippel H. Effectiveness of Structured Comprehensive Pediatric Oral Health Education for Parents of Children Less than Two Years of Age in Germany.

Community Dental Health. 2010; 27(2): 74-80

5. Hamilton FA, Davis KE, Blinkhorn AS. An Oral Health Promotion Programme for Nursing Caries. Int J Paediatr Dent. 1999; 9(3): 195-200 6. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta;

2007

7. Sadiman AS. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2003

8. Mintarti L. Model Kartu Menuju Gigi Sehat Balita (KMGSB) Sebagai Upaya Pemberdayaan dan Kemandirian Mayarakat di Bidang Kedokteran Gigi. Maj Ked Gi. 2009; 16(1): 31-6.

9. Mount G. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd ed. Brighton:

Knowledge Books and Software; 2005.

10. Andrea M et al. The VicGeneration study - a birth cohort to examine the environmental, behavioural and biological predictors of early childhood caries:background, aims and methods. BMC Public Health 2010; 10: 97 11. Vadiakas G. Case Definition, Aetiology and Risk Assessment of Early

Childhood Caries (ECC): a revisited review. Eur Arch Paediatr Dent 2008;

9(3): 114-25

12. Mason J. Concept in Dental Public Health. 2nd ed: Lippincott William &

Wilkins; 2004.

13. Hallet KB, O’Rourke PK. Social and behavioural determinants of early childhood caries. Australian Dental Journal. 2003; 48(1): 27-33

14. Pengertian alat peraga. 2011 [updated 2011; cited 2012 August 30]; Available from: http://www.definisionline.com/2011/04/pengertian-alat-peraga.html 15. Ashar A. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafinda Persada; 2005

16. .Husni A. Metoda dan Media Pendidikan Kesehatan. LPMM Poltekkes Depkes Bandung; 2008 [updated 2008; cited 2012 September 1]; Available from: http://goerandybdg.blogspot.com.

88

(17)

17. Goeroendeso. Teknik Pembuatan Media.2010 [updated 2010; cited 2012 September 1]; Available from :

http://goeroendeso.files.wordpress.com/2009/03/5-teknik-pembuatan- media.pdf.

18. Kowash MB, Pinfield A, Smith J, Curzon MEJ. Effectiveness on Oral Health of a Long-term Health Education Programme for Mothers with Young Children. Br Dent J. 2000; 188(4): 201-5

19. Kreuter MW. Do Tailored Behaviour Change Messages Enhance The Effectiveness of Health Risk Appraisal? Results from a randomized trial.

Health Educ Res. 1996; 11: 97-105

20. Macintosh AC, Schort RJ, Edwards J, Harms L, Mellon B, Moffat M. The impact of community workshops on improving early childhood oral health knowledge. Pediatr Dent. 2010; 32(2): 110-7.

21. Haake SK. Microbiology of Dental Plaque. Los Angeles: University of California; [cited 2012 1 Desember]; Available from:

http://www.dent.ucla.edu/pic/members/microbio/mdphome.html 22. Coulwaithe L, Pretty IA, Smith PW. The Microbiology Origin of

Fluorescence Observed in Plaque on Dentures during QLF Analysis. Caries Res. 2006; 40: 112-6

23. Pine MC. Community Oral Health. 3ed. Britain: The Bath Press; 1997

Gambar

Tabel 1. Persepsi Kader Posyandu Soka Mengenai Media Lembar Balik
Tabel 1 menggambarkan persepsi para kader Posyandu yang terlibat dalam penelitian  mengenai media lembar balik yang digunakan dalam proses penyuluhan
Tabel 4. Perbandingan Indeks Plak Anak antara Kelompok Intervensi dan Kelompok  Kontrol pada Pemeriksaan pertama, Kedua, dan Ketiga
Tabel 5. Perbandingan Skor Kematangan Plak Anak antara Kelompok Intervensi dan  Kelompok Kontrol pada Pemeriksaan Pertama dan Ketiga
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian “dengan sengaja” pada KUHP tidak diberikan batasan apa yang diartikan dengan “sengaja”, namun dalam Memorie van Toelichting (MvT) mengartikan kesengajan

Jumlah penduduk miskin adalah jumlah penduduk yang berada di bawah batas yang disebut garis kemiskinan, yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan

Sebagai wadah artikulasi gerakan perempuan yang tergabung dalam IMM, maka Immawati dituntut memiliki peran dinamis, progresif,inovatif,serta proaktif terhadap setiap

Secara keseluruhan, pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Apotek Safa belum berjalan dengan optimal dan dapat dikategorikan kurang dikarenakan kehadiran apoteker yang tidak intensif

Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, dari calon mahasiswa harus betul-betul dapat dijaring dengan seleksi yang ketat supaya calon mahasiswa yang diterima di

Manfaat dari pengembangan PPN Brondong dapat dibedakan sebagai berikut: - Manfaat langsung (direct benefit); merupakan hasil return yang diperoleh dari kegiatan - kegiatan

Bersama ini saya sampaikan Laporan Individual Kegiatan Pendampingan di Desa Tumbang Kalemei, Tumbang Marak, Tumbang Hangei dan Tumbang Pariyei oleh Pendamping

Namun dalam pelaksanaanya Australia telah melanggar kebijakan yang terdapat didalamnya yaitu Australia telah membut kebijakan yang tidak sesuai dengan aturan