• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA. [AAK] Aksi Agraris Kanisius Hijauan Makanan Ternak : Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR PUSTAKA. [AAK] Aksi Agraris Kanisius Hijauan Makanan Ternak : Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

[AAK] Aksi Agraris Kanisius. 2005. Hijauan Makanan Ternak : Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Ahmad SN, Siswansyah DD, Swastika DKS. 2004. Kajian Sistem Usaha Ternak Sapi Potong di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian 7 (2):155-170.

[Anonim]. 1992. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

________. 2001. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 417/Kpts/OT.210/7/2001 tentang Pedoman Umum Penyebaran dan Pengembangan Ternak.

Ashari E, Juarini E, Sumanto, Wibowo B, Suratman. 1995. Pedoman Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Jakarta : Balai Penelitian Ternak dan Direktorat Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan.

Bamualim A, RB Wirdahayati. 2004. Profil dan Prospek Pengembangan Peternakan Sapi dan Kerbau di Pulau Sumatera. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong, Strategi Pengembangan Sapi Potong dengan Pendekatan Agribisnis dan Berkelanjutan. Yogyakarta 8-9 Oktober 2004. Bogor : Puslitbangnak, Balitbangtan. Hlm 179-187.

[BPS] Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. 2004. Kabupaten Lima Puluh Kota dalam Angka 2004. Payakumbuh : BPS dan Bappeda Kabupaten Lima Puluh Kota.

Barus B, Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografi, Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor : Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi.

Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, IPB.

Dasman RF. 1964. Wildslife Biology. New York : J. Wiley and Son. Inc.

Dasman RF, Milton JP, Freeman H. 1977. Prinsip Ekologi untuk Pembangunan Ekonomi. Terjemahan. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lima Puluh Kota. 2002. Laporan Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2002.

Payakumbuh : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Lima Puluh Kota.

. 2003. Laporan Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota

Tahun 2003. Payakumbuh : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Lima

Puluh Kota.

(2)

. 2004. Laporan Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2004. Payakumbuh : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Lima Puluh Kota.

. 2005. Laporan Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2005. Payakumbuh : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Lima Puluh Kota.

Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. 2004. Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

[Ditjennak dan Balitnak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Balai Penelitian Ternak. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Analisis Potensi Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Buku II. Bogor : Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2005. Statistik Peternakan. Jakarta : Driktorat Jenderal Peternakan.

Djaenudin D, Marwan H, Subagyo H, Mulyani A, Suharta N. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor : Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak.

Faisal Y. 2006. Langkah Operasional Swasembada Daging 2010. Informasi Agribisnis Sinar Tani. Edisi 13-19 September 2006 No. 3167 Tahun XXXVII. Jakarta : Departemen Pertanian.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Framework For Land Evaluation. Wageningen : International Institute for Land Reclamation and Improvement.

Harahap R. 2005. Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan jagung yang ditanam diantara tanaman cendana (Santalum album L.). Jurnal Ilmu-ilmu

Pertanian Agroland. Volume 12 (1):1-6.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Bogor : Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB.

Haryanto B, Ismeth I, Budi A, Kusumo D. 2002. Panduan Teknis Sistem Integrasi Padi-Ternak. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Hayati R, Munandar, Irmawati. 2006. Studi perakaran dan seleksi varietas jagung (Zea mays L.) pada kondisi defisien hara dengan metode kultur air.

Jurnal Tanaman Tropika. Volume 9 (1):1-11.

(3)

Khanna P, Babu PR, George MS. 1999. Carrying-capacity as a basis for sustainable development. A case study of National Capital Region in India. Progress in Planning 52:101-163.

Kurniati E, Hawa LC. 2003. Studi kesiapan petani untuk melaksanakan pengelolaan usahatani melalui pendekatan ekonomi sebagai perusahaan pertanian. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial (Social Science) Volume 15 (1):13- 24.

Ma’sum M. 1999. Kemungkinan Penggunaan Data Satelit untuk Mengestimasi Produksi Pakan Ruminansia. Wartazoa, Buletin Ilmu Peternakan Indonesia 8 (1):15-19. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan.

Mulders MA. 2001. Advances in the application of remote sensing and GIS for surveying mountanious land. JAG Volume 3.Issue 1:3-10.

Natasasmita A, Mudikdjo K. 1980. Beternak Sapi Pedaging. Dalam Rangka Penataran Rural Credit Project BRI Angkatan II. Jakarta : Unit Penataran Rural Credit Project-BRI.

Nitis IM. 1995. Sistem Penyediaan Pakan Hijauan Menunjang Industri Peternakan yang Berkesinambungan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Cisarua Bogor 7-8 Nopember 1995, Jilid I hlm 203-211 Bogor : Puslitbangnak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Deptan.

[NRC] National Research Council. 1984. Nutrient Requirement of Beef Cattle. 6

th

Rev.Ed. Washington DC : National Academy Press.

Panuju DR, Rustiadi E. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah.

Penuntun Praktikum. Bogor : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. IPB.

Prahasta E. 2005. Sistem Informasi Geografis. Konsep-Konsep Dasar. Edisi Revisi. Bandung : Penerbit Informatika.

Riady M. 2004. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong Menuju 2020. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong, Strategi Pengembangan Sapi Potong dengan Pendekatan Agribisnis dan Berkelanjutan. Yogyakarta 8-9 Oktober 2004. Bogor : Puslitbangnak, Balitbangtan. Hlm 3-6.

Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2005. Diktat Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor : Fakultas Pertanian. IPB.

Saragih B. 2000. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. Bogor:

PT. Loji Grafika Griya Sarana.

(4)

Setyono DJ. 1995. Analisis Struktur dan Perencanaan Tata Ruang Usaha Ternak Sapi Potong di Kabupaten Lombok Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Bogor : Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD). IPB.

Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia

Sitorus SRP et al. 1997. Pengkajian Hukum tentang Tata Guna Tanah dan Tata Guna Air untuk Keperluan Peternakan. Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI.

Sitorus SRP. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Penerbit Tarsito.

Soemarwoto I. 1983. Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bagian II. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana. Jurusan. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB.

Sofyan I. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Kebun Rumput Gajah untuk Penyediaan Pakan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong PD.

Gembala Kabupaten Garut Jawa Barat. Bogor : Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB.

Sri Kuning SW. 1999. Analisis Kebutuhan Budidaya Sapi Perah di Kabupaten Sleman D.I.Y. Skripsi. Bogor : Fakultas Peternakan IPB.

Sugeng YB. 1998. Sapi Potong. Cetakan VI. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sugiarto, Siagian D, Sunaryanto LT, Oetomo DS. 2003. Teknik Sampling.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sumanto, Juarini E. 2004. Potensi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Prosiding.

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Iptek sebagai Motor Penggerak Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis Peternakan. Bogor 4-5 Agustus 2004. Bogor : Puslitbangnak, Balitbangtan. Hlm 123-129.

____________. 2006. Pedoman Identifikasi Potensi Wilayah. Bogor : Balai Penelitian Ternak Ciawi.

Suparini. 1999. Pengkajian Potensi Wilayah Kabupaten Bogor sebagai Wilayah

Pengembangan Ternak Sapi Potong. Skripsi. Bogor : Fakultas

Peternakan IPB.

(5)

Suratman, Ritung S, Djaenudin. 1998. Potensi Lahan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia Besar di Beberapa Propinsi di Indonesia. Dalam Karama AS. (Editor). Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bidang Pedologi.

Cisarua. 4-6 Maret 1997. Bogor : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hlm. 169-182

Suratman, Tuherkih E, Purnomo J. 2003. Potensi Lahan untuk Pengembangan Ternak Ruminansia Berdasarkan Karakteristik Biofisik Lahan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Nasional. Teknologi Peternakan dan Veteriner. Iptek untuk Meningkatkan Kesejahteraan Petani melalui Agribisnis Peternakan yang Berdaya Saing. Bogor. 29-30 September 2003. Bogor : Puslitbangnak, Balitbangtan. Hlm 250-256.

Tapiador FJ dan Casanova JL. 2003. Land use mapping methodology using remote sensing for the regional planning directives in Segovia, Spain.

Landscap and Urban Planning 62:103-115.

Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Jakarta : PT.

Bumi Aksara.

Thapa GB, Paudel GS. 2000. Evaluation of livestock carrying capacity of land resources in the Hills of Nepal based on total digestive nutrient analysis.

Agriculture, Ecosystems and Environment 78:223-235.

Amin M, Yanuarianto O, Hartadi H. 2002. Estimasi Nilai Cerna Energi Pakan Tunggal Jerami Kacang Tanah, Rumput Raja, dan Hijauan Jagung pada Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Volume 1 (2):98-105, 106-114.

(6)

L A M P I R A N

(7)

Lampiran 1 Satuan Peta Tanah Kabupaten Lima Puluh Kota

Keterangan :

Unit Lahan (Landunit) :

(8)

Lampiran 2 Peta curah hujan Kabupaten Lima Puluh Kota

(9)

Lampiran 3 Peta lereng dan elevasi Kabupaten Lima Puluh Kota

3.a. Peta Lereng

(10)

3.b. Peta Elevasi

(11)

Lampiran 4 Kriteria Kesesuaian Lahan Beberapa Tanaman Sumber Hijauan Makanan Ternak

4.a. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman Padi Sawah (Oryza sativa)

Kelas Kesesuaian Lahan

Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: (t)

-Rata-rata tahunan (ºC) 24 - 29 > 29-32 > 32 - 35 > 35 - 22- <24 18 - <22 < 18 Ketersediaan Air : (w)

- Bulan kering (<100 mm) < 3 3 - < 9 9 – 9.5 > 9.5 - Curah Hujan/thn (mm) > 1500 1200 - 1500 800 - <

1200

< 800 Media Perakaran : (r)

-Drainase terhambat terhambat Sedang,

baik Cepat, sangat cepat

- Tekstur H,ah,s - K,sh K

- Kedalaman

efektif (cm) > 50 40 -50 25 - 40 < 25 Gambut :

- Ketebalan (cm) - < 100 100 - 150 > 150 - Kematangan - saprik hemik Hemik,saprik,fibrik Retensi hara :

- KTK (f) 17 - 24 5 - <16 < 5 - - pH (cmol/kg) > 5.5 – 7.0 > 7.0 – 8.0

4.5 – 5.5 > 8.0 – 8.5

4.0 - < 4.5 > 8.5

- C Organik (%) - - - -

Toksisitas (x)

- Alkalinitas/ESP (%) - - - -

Hara Tersedia : (n)

- N Total (%) ≥ 0.21 0.10 – 0.20 < 0.10 - - P2O5 (mg/100gr) ≥ 41 21 - 40 < 21 - - K2O (mg/100gr) ≥ 41 10 - 20 < 10 - Bahaya Erosi : (eh)

- Lereng (%) < 3 3 - 8 > 8 - 15 > 15 Bahaya Banjir : (b)

- Genangan F0 - 1 F2 F3 > F4

Penyiapan Lahan : (lp) - Batuan

Permukaan (%) < 3 3 - 15 > 15 – 40 .> 40 - Singkapan Batuan (%) < 2 2 - 10 > 10 - 25 > 25

Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar

Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat

berat

(12)

4.b. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman Jagung (Zea mays)

Kelas Kesesuaian Lahan

Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: (t)

-Rata-rata tahunan (ºC) 24 - 26 > 29-32 > 32 - 35 > 35 - 22- <24 18 - <22 < 18 Ketersediaan Air : (w)

- Bulan kering (<100 mm) < 3 3 - < 9 9 – 9.5 > 9.5 - Curah Hujan/thn (mm) > 1500 1200 - 1500 800 - <

1200

< 800 Media Perakaran : (r)

-Drainase terhambat terhambat Sedang,

baik Cepat, sangat cepat

- Tekstur H,ah,s - K,sh K

- Kedalaman

efektif (cm) > 50 40 -50 25 - 40 < 25 Gambut :

- Ketebalan (cm) - < 100 100 - 150 > 150 - Kematangan - saprik hemik Hemik,saprik,fibrik Retensi hara :

- KTK (f) 17 - 24 5 - <16 < 5 - - pH (cmol/kg) > 5.5 – 7.0 > 7.0 – 8.0

4.5 – 5.5 > 8.0 – 8.5

4.0 - < 4.5 > 8.5

- C Organik (%) - - - -

Toksisitas (x)

- Alkalinitas/ESP (%) - - - -

Hara Tersedia : (n)

- N Total (%) ≥ 0.21 0.10 – 0.20 < 0.10 - - P2O5 (mg/100gr) ≥ 41 21 - 40 < 21 - - K2O (mg/100gr) ≥ 41 10 - 20 < 10 - Bahaya Erosi : (eh)

- Lereng (%) < 3 3 - 8 > 8 - 15 > 15 Bahaya Banjir : (b)

- Genangan F0 - 1 F2 F3 > F4

Penyiapan Lahan : (lp) - Batuan

Permukaan (%) < 3 3 - 15 > 15 – 40 .> 40 - Singkapan Batuan (%) < 2 2 - 10 > 10 - 25 > 25

Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar

Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat

berat

(13)

4.c. Kriteria kesesuaian kahan untuk tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae)

Kelas Kesesuaian Lahan

Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: (t)

-Rata-rata tahunan (ºC) 25 - 27 20-25 18 - 20 < 18

- 27- 30 30-34 >34

Ketersediaan Air : (w) - Curah hujan pada

masa pertumbuhan (mm) 400-1100 1100-1600

300-400 1600-1900

200-300 > 1900

<200 - Kelembaban (%) 50-80 >80

<50 800 - < 1200 < 800 Media Perakaran : (r)

- Tekstur H,ah,s H,ah,s Sh, ak K

- Bahan Kasar (%) <15 15-35 35-55 >55 - Kedalaman tanah (cm) > 75 50-75 25 - 50 < 25 Retensi hara : (nr)

- KTK (cmol) >16 <16 - -

- Kejenuhan Basa (%) >35 <35 - pH H2O > 6.7 – 7.0 5.0 – 6.0

7.0 – 7.5 <5.0

>7.5 > 8.5 - C Organik (%) >1.2 0.8-1.2 <0.8 -

Toksisitas (x)

- Alkalinitas/ESP (%) - - - -

Bahaya Erosi : (eh)

- Lereng (%) < 8 8-16 16-30 > 30

-Bahaya Erosi sr r-sd b sb

Bahaya Banjir : (fh)

- Genangan F0 - - > F1

Penyiapan Lahan : (lp)

- Batuan Permukaan (%) < 5 5 - 15 15 – 40 .> 40 - Singkapan Batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar

Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat

berat

(14)

4.d. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman Ubi Kayu (Manihot uttilissima)

Kelas Kesesuaian Lahan

Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: (t)

-Rata-rata tahunan (ºC) 22 - 28 28-30 18-20 < 18 Ketersediaan Air : (w)

- Bulan kering (bln) 3,5-5 5-6 6-7 > 7 - Curah Hujan/thn (mm) 1000-2000 600-1000

2000-3000 500-600

3000-5000 < 500

>5000 Media Perakaran : (r)

- Tekstur ah,s H,ah sh K

- Kedalaman efektif (cm) > 100 75-100 50-75 < 50 Retensi hara : (nr)

- KTK liat (cmol) >16 ≤16 - -

- pH 20

5.2-7.0 4.8 – 5.2

7.0-7.6 <4.8

>7.6 -

- C Organik (%) >0.8 ≤0.8 - -

Bahaya Erosi : (eh)

- Lereng (%) < 8 8-16 16-30 > 30

- Bahaya Erosi sr r-sd b sb

Bahaya Banjir : (b)

- Genangan F0 - - > F1

Penyiapan Lahan : (lp)

- Batuan Permukaan (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40 - Singkapan Batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar

Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat

berat

(15)

4.e. Kriteria kesesuaian kahan untuk tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

Kelas Kesesuaian Lahan

Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: (t)

-Rata-rata tahunan (ºC) 22 - 25 25-30

20-22 30-35

18-20 < 35

<18 Ketersediaan Air : (w)

- Bulan kering (bln) 3,5-5 5-6 6-7 > 7 - Curah Hujan/thn (mm) 800-1500 600-800

1500-2500 400-600

2500-4000 < 400

>4000 - Lama bulan kering (bln) <3 3-4 4-6 >6 - Kelembaban wkt

panen (%) <75 75-85 >85 -

Ketersediaan Oksigen - Drainase

(oa) Baik-agak terhambat

Agak cepat

terhambat Sangat terhambat, cepat

Media Perakaran : (r)

- Tekstur ah,s H,ak ah K

- Bahan Kasar (%) <15 15-35 35-55 - - Kedalaman efektif (cm) >75 50-75 20-50 < 20 Retensi hara : (nr)

- KTK liat (cmol) >16 ≤16 - -

- pH H2O 5.2-8.2 4.8-5.2

8.2-8.4 <4.8

>8.4 <4.8

>7.6 -

- C Organik (%) >0.8 ≤0.8 - -

Bahaya Erosi : (eh)

- Lereng (%) < 8 8-16 16-30 > 30

- Bahaya Erosi sr r-sd b sb

Bahaya Banjir : (b)

- Genangan F0 - F1 > F2

Penyiapan Lahan : (lp)

- Batuan Permukaan (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40 - Singkapan Batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar

Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat

berat

(16)

4.f. Kriteria kesesuaian lahan untuk Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Kelas Kesesuaian Lahan

Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: (t)

-Rata-rata tahunan (ºC) 20 - 28 18-20 16-18 <16

- 28-30 30-38 >38

Ketersediaan Air : (w)

- Curah Hujan/thn (mm) 1700-2000 1400-1700

2000-3000 1100-1400

3000-5000 < 1100

>5000 - Kelembaban (%) <65 65-75 75-85 <85 Ketersediaan O2 : (oa)

- Drainase Baik sampai

agak terhambat

Agak cepat Terhambat,cepat Sangat terhambat,

cepat Media Perakaran : (r)

- Tekstur H,ah,s,ak H,ah,s,ak K,sh K

- Kedalaman efektif (cm) > 50 >50 30-50 < 30 Retensi hara : (nr)

- KTK liat (cmol) >16 ≤16 - -

- Kejenuhan Basa (%) >50 35-50 <35 - - pH H2O (cmol/kg) 5.8 – 7.0 5.5 – 5.8

7.0 – 7.5

>5.5

>7.5

-

- C Organik (%) >0.4 ≤0.4 - -

Bahaya Erosi : (eh)

- Lereng (%) < 8 8-16 16-30 > 30

- Bahaya erosi sr r,sd b sb

Bahaya Banjir : (fh)

- Genangan F0 F1 F2 > F3

Penyiapan Lahan : (lp)

- Batuan Permukaan (%) < 5 5 - 15 15 – 40 .> 40 - Singkapan Batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar

Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat

berat

(17)

4.g. Kriteria kesesuaian lahan untuk Rumput Setaria (Setaria spachelata)

Kelas Kesesuaian Lahan

Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: (t)

-Rata-rata tahunan (ºC) 20 - 28 18-20 16-18 <16

- 28-30 30-38 >38

Ketersediaan Air : (w)

- Curah Hujan/thn (mm) 1200-2000 1000-1200 2000-3000

700-1000 3000-5000

< 700

>5000 - Kelembaban (%) <65 65-75 75-85 <85 Ketersediaan O2 : (oa)

- Drainase Baik sampai

agak terhambat

Agak cepat Terhambat,cepat Sangat terhambat,

cepat Media Perakaran : (r)

- Tekstur H,ah,s,ak H,ah,s,ak K,sh K

- Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55 - Kedalaman efektif (cm) > 50 >50 30-50 < 30 Retensi hara : (nr)

- KTK liat (cmol) >16 ≤16 - -

- Kejenuhan Basa (%) >50 35-50 <35 - - pH H2O (cmol/kg) 5.8 – 7.0 5.5 – 5.8

7.0 – 7.5 >5.5

>7.5 -

- C Organik (%) >0.4 ≤0.4 - -

Bahaya Erosi : (eh)

- Lereng (%) < 8 8-16 16-30 > 30

- Bahaya erosi sr r,sd b sb

Bahaya Banjir : (fh)

- Genangan F0 F1 F2 > F3

Penyiapan Lahan : (lp)

- Batuan Permukaan (%) < 5 5 - 15 15 – 40 .> 40 - Singkapan Batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar

Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat

berat

(18)

4.h. Kriteria kesesuaian lahan untuk Rumput Alam

Kelas Kesesuaian Lahan

Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: (t)

-Rata-rata tahunan (ºC) 20 - 30 >30-35 >35-40 >40

- 18-20 12-18 <12

Ketersediaan Air : (w)

- Curah Hujan/thn (mm) 1500-4000 >4000 - 5000

1000 - <1500 >5000 – 6000

400 - <1000 >6000

<400 Ketersediaan O2 : (oa)

- Drainase agak

terhambat, sedang, baik

Agak cepat,

terhambat Sangat

terhambat,cepat Sangat cepat Media Perakaran : (r)

- Tekstur s k h -

- Kedalaman efektif (cm) > 30 20 - <30 15 - 20 < 15 Retensi hara : (nr)

- KTK liat (cmol) 17-24 5-16 <5 -

- pH tanah (cmol/kg) 5.0 – 6.5 >6.5 – 7.0

4.5 - 4.9 >7.0-8.5

<4.5 >8.5 Bahaya Erosi : (eh)

- Lereng (%) < 8 8-16 16-30 > 30

- Bahaya erosi sr r s b

Bahaya Banjir : (fh)

- Genangan F0 F1 F2 > F3

Penyiapan Lahan : (lp)

- Batuan Permukaan (%) < 5 5 - 15 15 – 40 .> 40 - Singkapan Batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar

Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat

berat

(19)

4.i. Kriteria kesesuaian lahan untuk Kelompok Leguminosa

Kelas Kesesuaian Lahan

Kualitas/

karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur: (t)

-Rata-rata tahunan (ºC) 20 - 28 18-20 16-18 <16

- 28-30 30-38 >38

Ketersediaan Air : (w)

- Curah Hujan/thn (mm) 1500-2000 900-1500

2000-2500 600-900

2500-3000 < 600

>3000 - Kelembaban (%) <65 65-75 75-85 <85 Ketersediaan O2 : (oa)

- Drainase Baik sampai

agak terhambat

Agak cepat Terhambat,cepat Sangat terhambat,

cepat Media Perakaran : (r)

- Tekstur H,ah,s,ak H,ah,s,ak K K

- Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55 - Kedalaman efektif (cm) > 75 50-75 40-50 < 40 Retensi hara : (nr)

- KTK liat (cmol) >16 ≤16 - -

- Kejenuhan Basa (%) >50 35-50 <35 - - pH H2O (cmol/kg) 5.8 – 7.0 5.5 – 5.8

7.0 – 7.5

>5.5

>7.5

-

- C Organik (%) >0.4 ≤0.4 - -

Bahaya Erosi : (eh)

- Lereng (%) < 8 8-16 16-30 > 30

- Bahaya erosi sr r,sd b sb

Bahaya Banjir : (fh)

- Genangan F0 F1 F2 > F3

Penyiapan Lahan : (lp)

- Batuan Permukaan (%) < 5 5 - 15 15 – 40 .> 40 - Singkapan Batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Keterangan :

Tekstur : sh = sangat halus (tipe liat 2:1), h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar

Bahaya erosi : sr = sangat ringan,r = ringan, sd = sedang, b = berat, sb = sangat

berat

(20)

0% - 3%

(ha) 3% - 8%

(ha) 8% - 16%

(ha) 16% - 30%

(ha) 30% - 40%

(ha) > 40%

(ha)

Luas/Kecamatan (ha) AKABILURU 279 3,202 2,023 1,579 2,765 1,233 11,081 BUKIT BARISAN 1,026 2,282 2,991 5,083 3,360 14,742 GUGUAK 3,110 2,055 1,581 2,853 3,047 265 12,911 GUNUANG OMEH 7 682 6,024 8,720 7,581 4,634 27,648 HARAU 2,036 1,823 5,064 7,078 9,456 1,988 27,445 KAPUR IX 34 815 1,852 6,293 21,232 20,081 50,307 LAREH S. HALABAN 78 1,757 3,081 3,805 2,578 759 12,058 LUAK 913 2,457 2,141 1,437 1,891 2,008 10,847 MUNGKA - 1,068 3,049 3,266 3,066 906 11,355 PANGKALAN K BARU 1,324 12,321 11,997 21,016 19,329 2,703 68,690 PAYAKUMBUH 3,563 480 1,088 398 199 155 5,883 SITUJUAH L. NAGARI 120 1,513 1,858 1,899 1,512 461 7,363 SULIKI 46 348 1,315 4,104 6,931 1,038 13,782 Luas Menurut Lereng 11,510 29,547 43,355 65,439 84,670 39,591 274,112

(21)

Kecamatan

Populasi sapi (Ekor)

Faktor Konversi

Jumlah Populasi (ST)

Kebut. Pakan Minimun

(Ton BKC/th)

Kebut Pakan Ternak

(Ton BKC/th)

DD

(Kg/ST)

IDD

IDD Kemamp.

Wilayah

Kapasitas Penambahan

Ternak (ST)

Kriteria

kritis Payakumbuh 2,533 0.70 1,773 0.9125 1,617.95 1,838.20 1.04 919.10 (854)

Akabiluru 2,315 0.70 1,621 0.9125 1,478.71 12,162.90 7.51 6,081.45 4,461 aman sangat kritis Luak 17,186 0.70 12,030 0.9125 10,977.56 3,329.01 0.28 1,664.50 (10,366)

rawan Lareh S. Halaban 10,548 0.70 7,384 0.9125 6,737.54 12,610.32 1.71 6,305.16 (1,078)

sangat kritis Situjuah L.Nagari 2,144 0.70 1,501 0.9125 1,369.48 814.17 0.54 407.08 (1,094)

Harau 5,342 0.70 3,739 0.9125 3,412.20 26,254.75 7.02 13,127.37 9,388 aman Guguak 6,213 0.70 4,349 0.9125 3,968.55 13,610.66 3.13 6,805.33 2,456 aman Mungka 1,305 0.70 914 0.9125 833.57 5,179.30 5.67 2,589.65 1,676 aman Suliki 2,471 0.70 1,730 0.9125 1,578.35 7,327.24 4.24 3,663.62 1,934 aman Bukik Barisan 6,053 0.70 4,237 0.9125 3,866.35 12,694.49 3.00 6,347.24 2,110 aman Gunuang Omeh 867 0.70 607 0.9125 553.80 11,460.72 18.88 5,730.36 5,123 aman Kapur IX 647 0.70 453 0.9125 413.27 15,014.33 33.15 7,507.17 7,054 aman Pangkalan 966 0.70 676 0.9125 617.03 14,675.20 21.70 7,337.60 6,661 aman

Jumlah 58,590 41,013 136,971.29 107.86 221,1831.9 27,473

Sumber : Data Base Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Tanaman Pangan Kab. Lima Puluh Kota Tahun 2006 dan Hasil Olahan Peta digital

(22)

NILAI LQ

No.

KOMODITI TERNAK LQ Kec. Payakumbuh LQ Kec. Akabiluru LQ Kec. Luak LQ Kec. Lareh S Halaban LQ Kec. Situjuah LQ Kec. Harau LQ Kec. Guguak LQ Kec. Mungka LQ Kec. Suliki LQ Kec. Bukik Barisan LQ Kec.Gn Omeh LQ Kec. Kapur Sembilan LQ Kec. Pangkalan

1 Sapi 0.42 1.66 11.53 2.14 1.48 0.93 0.57 0.06 1.41 1.90 1.80 0.76 5.25

2 Kerbau 0.44 3.28 5.03 2.05 1.99 1.24 0.57 0.12 2.17 1.22 5.21 3.56 10.20

3 Kambing 0.45 2.05 0.85 2.42 3.94 2.02 0.42 0.19 1.49 1.23 2.85 4.68 11.84

4 Ayam Buras 0.62 1.11 1.74 0.61 2.01 1.42 0.45 0.07 1.49 6.18 5.73 5.92 1.16

5 Ayam Ras Petelur 1.16 0.60 0.33 0.54 0.60 0.89 1.03 1.41 1.06 0.02 0.00 0.01 0.22

6 Ayam Ras Pedaging 0.69 2.72 0.65 3.93 1.21 1.00 1.72 0.14 0.00 0.06 0.00 0.13 4.07

7 Itik 0.91 2.07 9.70 1.22 3.84 1.27 0.59 0.12 0.63 0.99 3.32 2.09 1.60

Sumber : Data Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2005

(23)

Differential Shift ©

Komoditi Ternak

Komponen Share (a) Proportional Shift (b) PAYAKUMBUH AKABILURU LUAK LAREH S.HALABAN SITUJUAH L.NAGARI HARAU GUGUAK MUNGKA SULIKI BUKIK BARISAN GN. OMEH KAPUR IX PANGKALAN

Sapi 0.77 -0.19 -0.18 -0.54 1.06 0.06 -0.23 1.32 1.53 0.38 1.41 1.79 0.90 2.70 1.34

Kerbau 0.77 -0.89 -0.28 -0.05 0.49 0.32 -0.46 0.61 1.63 0.38 0.92 0.84 1.76 1.56 0.89

Kambing 0.77 0.23 -0.78 -0.58 -0.83 -0.59 0.36 2.12 2.87 2.82 4.07 2.40 3.63 2.21 10.71

Ayam Buras 0.77 -0.52 -0.54 -0.73 -0.46 0.10 -0.23 0.94 0.77 1.05 2.58 3.73 0.81 2.01 0.12

Ayam Ras Petelur 0.77 0.31 2.76 5.98 0.14 0.27 0.00 8.74 17.95 1.27 1.18 4.80 0.00 0.00 1.00

Ayam Ras Pedaging 0.77 -0.42 -0.30 0.00 0.00 3.12 0.00 8.18 5.11 0.12 0.00 0.00 0.00 0.10 0.00

Itik 0.77 0.07 -1.16 -0.31 1.37 0.29 -0.06 3.52 1.40 7.13 8.00 2.20 0.97 2.97 0.56

Sumber : Data Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2005

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan responden dengan perilaku responden tentang kejang demam pada anak dengan p&lt;0.05 (p=0.036). Puskesmas diharapkan

Selesainya skripsi dengan judul, “Upaya Optimalisasi Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) dengan Pemberian Dried Decanter Solid dan Fungi Mikoriza Arbuskula

Parameter yang dianalisa adalah deskripsi visual daging aam segar dan sesaat sebelum busuk dari foto, uji deskripsi organoleptik (warna dan aroma), uji kimia menggunakan reagensia

Menembak merupakan sasaran akhir setiap bermain. Penguasaan terhadap teknik ini mempunyai peranan. yang penting dalam permainan bola basket, sebab tembakan merupakan kunci utama

Metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium mikrobiologi adalah dengan menggunakan panas, metode sterilisasi dengan menggunakan panas dibagi menjadi

 bakar dapat dapat dipompa dipompa secara secara optimal optimal terlepas terlepas dari dari kecepatan kecepatan putaran putaran mesin. *leh *leh karena karena

Nilai HTC (heat tolerance coefficient) pada sapi Peranakan Ongole (PO) betina dara sebelum dan sesudah pemberian konsentrat di daerah dataran rendah.. Fakultas Peternakan

kapur , Kabupaten Malang. Thesis S2 Program Pasca Sar. The Rumen Microbial Ecosystem. Elsevi - er Applied Science. The Rumen and Its Microbes. Volatile Fatty Acid and Protein