• Tidak ada hasil yang ditemukan

(ABSTRAK) PEREKONOMIAN ETNIS TIONGHOA DI KOTA LASEM TAHUN 1940-1950.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "(ABSTRAK) PEREKONOMIAN ETNIS TIONGHOA DI KOTA LASEM TAHUN 1940-1950."

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PEREKONOMIAN ETNIS TIONGHOA DI KOTA LASEM

TAHUN 1940-1950

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Muhammad Abi Kusnawan NIM 3150406003

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

ii SARI

Kusnawan, Muhammad Abi, 2011. Perekonomian Etnis Tionghoa di Kota Lasem tahun 1940-1950. Skripsi. Prodi Ilmu Sejarah. Jurusan Sejarah, Fakultas

Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Kata kunci: Etnis Tionghoa Lasem, Perekonomian, Penjajahan Jepang, Revolusi Kemerdekaan, Kemerdekaan

Etnis Tionghoa sudah memasuki kepuluan Nusantara pada masa awal-awal tahun 4 masehi, Sumber berita Tionghoa menguraikan bahwa Fa-hien adalah pendeta etnis Tionghoa pertama kali yang mengunjungi Pulau Jawa yang berlangsung dari tahun 399-414 M. Etnis Tionghoa semakin lama semakin banyak yang berkunjung ke kepuluan Nusantara. Mereka membuat perkampungan di pinggir-pingir pantai untuk berdagang. Daerah mereka disebut Pecinan. Lasem merupakan salah satu daerah yang terdapat perkampungan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa mulai menetap di Lasem diperkirakan abad ke 15 dan semakin banyak etnis Tionghoa yang datang dan tinggal di Lasem pada tahun - tahun berikutnya, sehingga perekonomian di Kota Lasem tidak dapat dipisahkan dari etnis Tionghoa ini. Skripsi ini menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam mengkaji Aktifitas Perekonomian dari berbagai aspek kehidupan masyarakat Kota Lasem. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang terdiri atas pengumpulan data (Heuristik), menguji keaslian (Otentisitas) dan kebenaran (Kredibilitas) sumber (Kritik Sumber), mengaitkan antar fakta sehingga menghasilkan suatu kesatuan yang bermakna (Interpretasi) dan penulisan sejarah (Historiografi).

Hasil penelitian diketahui bahwa perekonomian etnis Tionghoa di Indonesia pada umumnya dan di kota Lasem pada khususnya mencapai puncak kejayaan pada masa akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Hal ini dikarenakan di mulainya sistem liberal dimana banyak pengusaha-pengusaha Cina yang mendapat berkah dari system liberal ini. Mereka mendapat beberapa hak monopoli dari pemerintah Hindia Belanda. Seperti hak membeli hasil perkebunan, garam, dan hak monopoli penebangan dan penjualan kayu. Industri-industri yang dikembangkan etnis Cina seperti perdagangan batik juga berkembang pesat. Selain itu, datangnya Jepang sebagai pasaing baru dalam perdagangan di Indonesia membuat etnis Cina dan etnis Cina yang baru datang bersatu dalam berbagai hal terutama dalam hal perdagangan, pendidikan, kebudayaan dan politik.

(3)

iii

agar diberi peluang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi salh satunya dengan menciptakan motif batik Jawa Hokokai.

Zaman perang revolusi memberi sedikit nafas bagi etnis Tionghoa untuk melakukan kegiatan ekonomi. Karena pada zaman ini tidak ada tekanan yang besar yang diterima etnis Tionghoa. Akan tetapi, sesuatu masih sangat terlihat sulit karena adanya perang revolusi. Pemerintah memfokuskan diri pada hal mempertahankan kemerdekaan. Meskipun pemerintah juga mencanangkan program ekonomi. Akan tetapi, sebagian besar tidak terlaksana. Tekanan yang diterima oleh etnis Tionghoa adalah mereka dianggap pro Belanda dan hancurnya fasilitas-fasilitas umum.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Etnis Tionghoa yang di datangkan ke Kota Binjai sebagai pekerja buruh kasar di perkebunan milik Belanda yang kemudian

“ Asimilasi Etnis Tionghoa Keturunan Dengan Masyarakat Madura di Kecamatan Kota Bondowoso Tahun 1998-2003 ” adalah benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam

Hasil penelitan menunjukkan : (1) interaksi antara etnis Tionghoa dengan etnis Jawa sudah mulai berlangsung melalui tatap muka dan berkomunikasi setiap harinya

Meskipun secara lahir etnis Tionghoa telah tinggal di Padang secara turun temurun, namun politik kolonial dan ruang Padang yang didominasi oleh etnis Minangkabau yang

(3) Wujud pembauran sosial Etnis Tionghoa di Pecinan Cibadak diantaranya dapat dilihat melalui kemampuan berbahasa Sunda yang dimiliki oleh Etnis Tionghoa, anggota

Hal ini sebagaimana yang penulis rasakan sendiri, bahwa sebelumnya pandangan dunia penulis terhadap etnis Tionghoa buruk seperti etnis Tionghoa mau untung

Walaupun etnis Tionghoa di Tapaktuan adalah pendatang tetapi tidak membuat etnis Tionghoa terasing di tempat perantauan, etnis Tionghoa tetap mengikuti

Hasil dan Pembahasan Fenomena Akulturasi dan Toleransi pada Arsitektur Lasem Interaksi budaya Jawa dengan Tionghoa di Lasem diperkirakan sudah terjadi sejak tahun 1413, yaitu pada