7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu
Rifanda pada tahun 2018 melakukan penelitian dengan judul “Strategi Promosi Pada Perusahaan Konveksi Putra Mandiri Tulungagung Dalam Menghadapi Persaingan Bisnis Ditinjau Dari Ekonomi Islam”. Pengamatan kali ini memakai pendekatan deskriptif dengan jenis data kualitatif yang mana hasil yang diperoleh dari analisis pengamatan ini yaitu promotion strategy yang diterapkan perusahaan adalah dengan memaksimalkan peran dan fungsi media sosial (facebook, Instagram, dan website). Ketika dilihat dari sudut pandang ekonomi Islam, strategi yang diterapkan pada usaha konveksi putra mandiri tidak menyimpang dari Agama Islam. Salah satu bukti yang memperkuat pernyataan tersebut yaitu konveksi Putra Mandiri selalu mengerjakan proses produksi dengan baik dan selalu menjaga kualitas produknya agar tidak mengecewakan pelanggan. Selain itu, pihak perusahaan melakukan kegiatan pemasaran dilakukan dengan jujur dan tidak terdapat sesuatu yang disembunyikan. Hal tersebut telah sesuai dengan adab pemasaran yang telah menjadi prinsip syariah setiap pelaku usaha yaitu jujur dan terpercaya (Amanah).1
Nur Janah melakukan penelitian di tahun 2019 dengan judul “Analisis Strategi Promosi dalam Persaingan Usaha pada Pengrajin Batik Kecamatan Muara Sabak Timur”. Pengamatan ini memakai analisis kualitatif, yang mana metode dalam mengumpulkan sampel data dilakukan melalui survei lapangan (observasi), wawancara, dan dokumentasi. Hasil dan kesimpulan dari pengamatan tersebut yaitu batik pelangi menggunakan strategi promosi yang ada dan memaksimalkan dalam penerapannya dalam menghadapi persaingan usaha, meskipun hanya menggunakan beberapa komponen. Salah satu contohnya adalah promosi penjualan (sales promotion) dengan cara memberikan sampel dari barang yang ditawarkan (tester), pemberian reward, serta rabat (penurunan/korting harga),
1 Dimas Fikri Rifanda, Strategi Promosi pada Perusahaan Konveksi Putra Mandiri dalam
8
kemudian publikasi (publication) dengan cara promosi melalui sosial media, dan pameran serta penjualan personal (personal selling) yang meliputi transaksi tatap muka hingga penjualan melalui telepon.2
Dalam sebuah pengamatan yang pernah dilakukan sebelumnya dan berhubungan dengan studi kasus yang diambil yaitu sebuah pengamatan yang dilakukan oleh Jauhari pada tahun 2007 yang berjudul “Strategi Pemasaran Melalui Saluran Distribusi dan Media Promosi Guna Meningkatkan Penjualan di Perusahaan Saos Cherry Malang”. Cara yang digunakan dalam pengamatan ini adalah metode pendekatan data kualitatif dengan analisis deskriptif, sumber data dari person, place dan paper. Hasil dari temuan ini yaitu kegiatan promosi / pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan tidak menjadi prioritas utama karena terbentur dengan anggaran pemasaran yang dibutuhkan sangat besar. Aktivitas promosi yang dijalankan oleh perusahaan saat ini sebenarnya masih tergolong efisien, hal tersebut dibuktikan dengan keuntungan yang didapatkan sudah cukup maksimal dan di atas target yang ditetapkan.3
Imawan melakukan pengamatan pada tahun 2019 dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Syariah Dalam Penjualan Produk Bersaing Di Toko Saudi Store Batoh”. Pengamatan ini menggunakan pendekatan data kualitatif dengan analisis deskriptif. Hasil yang diperoleh dari pengamatan tersebut telah dituliskan bahwa implementasi promosi campuran telah terlaksana dengan sempurna dan juga sesuai dengan prinsip dalam syari’at Islam. Selain itu, dalam penerapan marketing mix juga tidak terdapat unsur-unsur yang menyimpang dari syariat Islam karena proses pemasarannya sesuai dengan yang sudah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.4
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Utami pada tahun 2011 dengan judul “Analisis Strategi Promosi online PT. Puat Media Indonesia”. Pada pengamatan
2 Eka Nur Janah, Analisis Strategi Promosi dalam Persaingan Usaha pada Pengrajin Batik
Muara Sabak Timur, Skripsi, UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi, 2019
3 Moh. Tantowi Jauhari, Strategi Pemasaran Melalui Saluran Distribusi dan Media Promosi
Guna Menambah Penjualan di Perusahaan Saos Chery Malang, Skripsi, 2007
4 Haris Imawan, Analisis Strategi Pemasaran Syariah dalam Penjualan Produk Bersaing di
9
tersebut, metode yang dipakai yaitu pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP), yang mana hasil pengamatan menunjukkan bahwa strategi dengan memanfaatkan peran sosial media networking adalah alternatif strategi promosi secara online dengan bobot tertinggi. Pemanfaatan media sosial tersebut dapat menjadi strategi promosi online terbaik yang dapat diimplementasikan oleh PT. Pusat Media Indonesia dalam mengembangkan bisnisnya.5
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Tinjauan Tentang Strategi 1. Pengertian Strategi
Setiap pelaku usaha baik yang berjalan secara individu atau kelompok tentunya pasti memiliki sebuah target yang harus diraih, baik untuk tujuan jangka panjang atau jangka menengah. Selain itu pelaku usaha atau perusahaan juga harus memiliki kebijakan umum, yang mana kebijakan tersebut digunakan untuk menjalankan proses pemasaran agar lebih terstruktur dan tertata. Beberapa tokoh di bidang ekonomi menegaskan bahwa setiap unit usaha atau perusahaan harus memiliki sebuah strategi yang tepat untuk menentukan puncak kesuksesan dan kesejahteraan perusahaan itu sendiri. Terdapat beberapa uraian terkait definisi dari strategi yang dinyatakan oleh para tokoh di bidang ekonomi.
Itami berpendapat bahwa strategi adalah suatu penentuan kerangka atau rancangan kerja dari kegiatan bisnis sebuah perusahaan dan memberikan petunjuk untuk mengkoordinasikan kegiatan tersebut. Hal tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mempengaruhi orang-orang sekitar dan menyesuaikan diri dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi telah menegaskan dengan jelas tentang kondisi atau keadaan lingkungan
5 Anisa Utami, Analisis Strategi Promosi Online PT. Pusat Media Indonesia, Skripsi, Institut
10
yang diharapkan oleh pihak perusahaan serta seperti apa jenis organisasi yang akan diterapkan.6
Pendapat lain juga datang dari tokoh lain yaitu Swastha dan Irawan. Beliau berpendapat bahwa strategi merupakan sebuah kerangka yang diutamakan untuk meraih suatu tujuan yang telah ditargetkan oleh perusahaan tersebut.7 Sedangkan menurut Kenneth R. Andrews dikatakan bahwa strategi merupakan sebuah proses evaluasi SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats) dalam lingkungan persaingan bisnis yang dihadapi, kemudian memutuskan strategi pasar yang akan digunakan yang mana strategi tersebut disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dan peluang di lingkungan.8
Fandy Tjiptono mengatakan bahwa strategi adalah sebuah program untuk menetapkan dan meraih tujuan yang sudah ditetapkan oleh sebuah perusahaan serta program untuk menerapkan misi-misinya yang telah dibuat.9 Selain itu, strategi juga diartikan sebagai respon atau tanggapan dari sebuah organisasi kepada lingkungannya sepanjang waktu.10 Tokoh lain yaitu Philip Kotler juga berpendapat bahwa strategi merupakan suatu kerangka permainan-permainan yang digunakan meraih sebuah tujuan atau target yang telah ditetapkan di awal.11
Dari berbagai definisi atau arti dari strategi yang telah diuraikan diatas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa suatu strategi merupakan sebuah fasilitas / wadah yang dijalankan untuk meraih tujuan akhir. Namun strategi bukan hanya sekedar rencana, akan tetapi merupakan sebuah rencana utama, menyeluruh, terpadu, dan menjadi penghubung antara perusahaan dan lingkungan.
6 Mudrajat Kuncoro, Strategi Bagaimana Mendapatkan Keunggulan Kompetitif, (Jogja :
Erlangga, 2005) Hal. 1
7 Bayu Swastha, Manajemen Pemasaran Modern, (Jogja : Liberty, 1985) Hal. 67 8 Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000) Hal. 339 9 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Jogja : Andi, 1988) Hal. 3
10 Ibid, Hal. 5
11
2. Jenis-Jenis Strategi
Jika ditinjau secara umum dan dilihat dari tingkatannya, maka strategi dapat dibagi menjadi dua macam diantaranya yaitu Corporate-level Strategy yang merupakan strategi dalam tingkat perusahaan dan Business-level Strategy yang merupakan dalam tingkat bisnis. Strategi pada tingkat perusahaan diterapkan berhubungan dengan kompetisi tiap perusahaan pada sektor bisnis yang dirintis secara menyeluruh. Sedangkan untuk strategi pada tingkat bisnis merupakan sebuah alternatif strategi yang digunakan oleh perusahaan sehubungan dengan kompetisi bisnis yang sedang ditekuni dan beberapa macam usaha yang dipasarkan.12
3. Tipe-Tipe Strategi
Terdapat tiga tipe-tipe dari strategi, diantaranya adalah : 1) Management Strategy
Strategi ini diantaranya mencakup beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh pihak manajemen dengan orientasi peningkatan strategi secara macro. Misalnya seperti strategi dalam peningkatan jumlah barang yang diproduksi, strategi implementasi harga, strategi peningkatan pasar, strategi akuisisi, strategi terkait finance atau keuangan, dan yang lainnya.
2) Investment Strategy
Sesuai dengan namanya yaitu investment strategy yang mana strategi ini berorientasi terhadap investasi. Misalnya seperti, apakah perusahaan memiliki keinginan untuk melakukan strategi pengembangan yang agresif serta mengadakan penetrasi pasar, strategi divestasi, strategi bertahan, dan yang lainnya.
12 Erni Tisnawati dan Kurniawan Saifullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta : Prenada Media,
12 3) Business Strategy
Strategi ini berorientasi terhadap fungsi-fungsi aktivitas manajemen sehingga strategi bisnis disebut sebagai strategi bisnis secara fungsional. Diantaranya seperti strategi produksi dan operasional, strategi pemasaran, strategi organisasi, strategi distribusi dan strategi terkait finance atau keuangan.13
2.2.2 Tinjauan Tentang Promosi 1. Pengertian Promosi
Terdapat beberapa tokoh yang mengartikan atau mendefinisikan promosi berdasarkan sudut pandangnya dan dari masing-masing pendapat tersebut memiliki arti yang berbeda-beda meskipun intinya hampir sama. Menurut Swastha dan Irawan, promosi adalah sebuah bentuk ajakan secara halus terhadap arah yang dibuat untuk menunjukkan pada seseorang atau target kepada individu yang mencetuskan pemasaran tersebut.14 Sedangkan menurut Winardi menyatakan bahwa promosi merupakan sebuah upaya yang dilakukan perusahaan atau pelaku usaha untuk mempengaruhi para konsumen (calon pembeli) agar berminat untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.15
Pendapat lain datang dari Philip Kotler yang menyatakan bahwa promosi merupakan kegiatan yang mengkomunikasikan keunggulan sebuah produk atau jasa yang ditawarkan dan membujuk target untuk membelinya dengan sukarela. Kegiatan promosi ini memiliki peran penting apabila perusahaan telah menetapkan produk dan harga yang tepat. Penerapan kegiatan promosi yang tepat akan memberikan poin
13 Ibid, Hal. 6
14 Swasta, Bayu dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern Edisi Ke-2 Cetakan Ke-4, (Jogja :
Liberty, 1990) Hal. 133
15 Winardi, Promosi dan Reklame Edisi Ke-2 Cetakan Pertama, (Jakarta : Mandar Maju, 1992)
13
plus bagi perusahaan salah satunya adalah perusahaan tersebut lebih dikenal dikalangan masyarakat dan memiliki citra yang baik.16
Dari beberapa pendapat para tokoh ekonomi terkait arti / definisi dari promise diatas, maka bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa promosi adalah sebuah aktivitas memperkenalkan produk atau jasa kepada para calon pembeli tentunya dengan beberapa teknik khusus mulai dari cara pemasaran hingga kualitas produk. Teknik tersebut berperan untuk menarik minat para konsumen agar muncul rasa ingin membeli produk atau jasa yang ditawarkan secara sukarela.
Tujuan dari promosi yaitu untuk meningkatkan volume penjualan dan untuk mendapatkan pengembangan kuantitas penjualan maka pihak perusahaan harus memasarkan produk tersebut dengan tepat dan maksimal.
2. Tujuan Promosi
Menurut Philip Kolter terdapat lima tujuan promosi, diantaranya adalah:
1) Mempengaruhi para calon pembeli (konsumen) untuk mencoba barang yang ditawarkan
2) Mendekatkan hubungan dengan para pengecer
3) Menarik minat para konsumen yang belum memakai merk agar memakai merk tersebut dan memberikan penghargaan kepada mereka yang menjadi pelanggan setia
4) Menarik minat pembeli yang suka mengganti merk dagang 5) Memberikan reward sebagai bentuk bonus yang mana hal
tersebut dapat membuat pembeli semakin tertarik.17
16 Philip Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta : Prenhallindo, 1997) Hal. 67
17 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Indonesia Jilid I, (Jakarta : Prenhallindo, 1998)
14
3. Fungsi Promosi
Kegiatan promosi pastinya memiliki fungsi yang mana fungsi dari kegiatan pemasaran merupakan langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai target akhir yaitu adanya transaksi jual beli yang dilakukan oleh pedagang dengan para konsumen, sehingga bisa dirumuskan secara singkat menjadi AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Adapun penjelasan terkait AIDA itu sendiri yaitu sebagai berikut :
1) Attention, artinya produk yang dipromosikan atau ditawarkan mendapatkan perhatian lebih dari konsumen
2) Interest, artinya munculnya minat atau ketertarikan dari calon pelanggan untuk memahami lebih jauh terkait produk yang ditawarkan
3) Desire, artinya timbulnya keyakinan dan keinginan dari calon pembeli yang akhirnya memutuskan untuk membeli produk tersebut atau melakukan transaksi
4) Action, artinya kegiatan transaksi yang dilakukan oleh konsumen dengan pihak penjual.18
4. Macam-Macam Kegiatan Promosi
Aktivitas promosi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan diantaranya meliputi beberapa cara, yaitu :
1) Personal Selling merupakan salah satu bentuk penyampaian promosi secara langsung berupa obrolan kepada para calon customer dengan tujuan barang yang dipasarkan dapat terjual secara langsung dan sesuai target perusahaan. Dengan istilah lain personal selling adalah aktivitas promosi yang diterapkan secara tatap muka dengan seorang atau beberapa calon konsumen dengan tujuan barang yang dipromosikan bisa habis terjual sesuai target.
18 Swastha, Bayu, dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern Edisi Ke-2 Cetakan Ke-4, (Jogja
15
2) Mass Selling adalah pendekatan dengan memanfaatkan media komunikasi untuk menyajikan informasi terhadap masyarakat luas pada satu waktu.
3) Sales Promotion merupakan salah satu aktivitas promosi selain dengan kemampuan para agen.
4) Public Relations merupakan upaya dengan berbagai teknik komunikasi, yang mana dalam kegiatan tersebut ditemukan sebuah usaha untuk menciptakan sebuah ikatan yang harmonis antara pihak perusahaan dan konsumen
5) Direct Marketing merupakan sistem pemasaran interaktif yang memanfaatkan satu media atau lebih dengan tujuan untuk mempengaruhi sebuah respon sehingga transaksi terukur pada lokasi manapun.19
2.2.3 Promosi Ditinjau Dari Ekonomi Islam
1. Promosi Ditinjau Dari Segi Ekonomi Islam
Islam mengajarkan bahwa dalam menyampaikan informasi kepada orang lain maka haruslah dilakukan secara jujur dan sinkron dengan fakta yang ada, dengan begitu kita akan merasa lebih tenang dan orang lain pun merasa sangat puas. Ketika hal tersebut dilakukan dalam kegiatan promosi barang yang dihasilkan kepada konsumen, maka barang tersebut akan lebih disukai oleh para pembeli hal itu dikarenakan pembeli akan merasa sangat puas dengan produk tersebut.
Sebuah produk akan memberikan manfaat dan baik bagi para konsumen bila prosedur pembuatannya dilakukan dengan baik dan benar. Adapun langkah yang bisa digunakan untuk mencapai hal tersebut telah ditegaskan dalam Al-Qur’an pada QS. Al-An’am : 143
16
َْيِّقِّدٰص ْمُتْ نُك ْنِّا ٍمْلِّعِّب ْ ِّنِْوُ ئِّ بَ ن
Artinya: “Beritahukanlah kepadaku (berdasarkan pengetahuan) jika kamu memang orang-orang yang benar”
Berdasarkan uraian ayat diatas kita dapat ambil pelajaran, bahwasanya untuk menarik dan meyakinkan seseorang pada kebaikan maka harus berdasarkan ilmu pengetahuan, fakta dan data yang valid atau akurat. Sering kali informasi berupa data dan fakta lebih berpengaruh ketimbang berupa penjelasan. Sehingga dalam menjelaskan manfaat produk, informasi berupa data dan fakta memiliki peranan yang sangat penting.
Suatu agama tidak akan pernah bisa berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan berlangsung dengan baik tanpa adanya kejujuran, begitupun sebaliknya. Cacat pasar khususnya pada hal pemasaran kebohongan, manipulasi dan mencampurkan fakta dengan kesesatan baik secara palsu dalam mendeskripsikan rincian produk dan menjelaskan keunggulannya yang menjadi pembeda dari produk lainnya dalam hal apapun.
Apabila dalam kegiatan promosi barang dilakukan dengan cara terlalu mengagungkan produk tersebut secara berlebihan, maka dalam ajaran agama hal tersebut disebut dengan istilah Najasy. Rasulullah SAW melarang semua kaumnya agar tidak melakukan najasy20, seperti yang telah dijelaskan dalam sabdanya :
ِّشْج َّنلا ِّنَع َمَّلَسَو ِّهْيَلَع ُالله ىَّلَص ُِّّبَِّنلا ىََنَ
Artinya: “Rasulullah SAW melarang jual beli najasy”.21
20 Alma Buchari, Ajaran Islam dalam Bisnis, (Bandung : Alfabeta, 1994) Hal. 59
21 Firdaus Kurniawan Zulqornain, Aplikasi Kumpulan Hadits, Kitab ke-5 Musnad Abdullah bin
17
Oleh sebab itu, karakter utama bagi para pedagang terlebih terkait hal mempromosikan sesuatu maka hendaknya harus diridhoi Allah SWT yaitu dengan menerapkan sifat jujur terhadap pembelinya agar tidak ada yang merasa dirugikan.22
Promosi jika diamati dari segi syariah tidak berbeda dengan pemasaran secara umum. Yang mana aktivitas sebuah perusahaan untuk menyampaikan informasi dan menawarkan barang baik berupa barang maupun jasa terhadap calon customer supaya mereka tertarik untuk membeli produk yang dijual tersebut. Namun, jika dilihat dari segi syariah yaitu lebih menitikberatkan pada sifat kejujuran dan keridhoan dari Allah SWT.
2. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran merupakan sebuah strategi pemasaran yang dilakukan untuk melayani konsumen dengan cara memenuhi aspek kepuasan pelanggan melalui product, price,place dan promotion (4P). 1) Produk (product)
Berarti menawarkan jasa atau barang hasil produksi yang mana kualitasnya sangat terjamin. Produk yang akan ditawarkan harus sesuai dengan selera dan dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen. Seperti yang telah dipraktikkan oleh Muhammad SAW, yang mana beliau selalu mendeskripsikan dengan rinci terkait kualitas barang yang diperdagangkannya. Beliau juga menjelaskan tentang adanya hak khiyar pada pembeli, dimana ketika terjadi ketidakcocokan terhadap barang yang sudah dipesan maka pembeli dapat membatalkan jual beli. Akan tetapi selama berdagang, Muhammad SAW memenuhi pesanan dengan baik artinya kualitas barang yang dipesan oleh konsumen selalu sesuai dengan barang yang diberikan.
22 Yusuf Qordowi, Peran Nilai dan Moral dalam Islam, (Jakarta : Rabbani Press, 2001) Hal.
18 2) Harga (price)
Selain untuk kepentingan keinginan dari pihak pedagang, penetapan harga yang baik juga harus melihat dari sisi pembeli yang mana penjual harus mempertimbangkan terkait kemampuan daya beli masyarakat sebagai calon pembeli. Dalam ekonomi barat terdapat taktik khusu untuk penetapan harga sampai setinggi-tingginya yang disebut dengan istilah “skimming price”. Sedangkan menurut ajaran syari’ah, hal tersebut tidak dibenarkan jika mengambil keuntungan terlalu besar karena keuntungan yang diambil harus tetap berada dalam batas kelayakan. Selain itu juga tidak diperbolehkan untuk melakukan perang harga dengan tujuan untuk menjatuhkan kompetitornya. Dalam bergadang hendaknya melakukan persaingan dengan cara yang fair, buatlah barang yang dipasarkan mempunyai keunggulan berbeda dengan yang lainnya baik itu dari segi kualitas maupun pelayanan yang diberikan.
3) Lokasi/Distribusi (place)
Perusahaan menetapkan tempat untuk menyalurkan barang (distribusi) dalam aktivitas bisnis. Menurut perspektif barat, distributor barang berada dibawah pengaruh customer atau pelanggan. Namun hal tersebut juga bisa berubah sebaliknya ketika para distributor melakukan penekanan yang mampu mengikat para produsen agar selalu berada dalam jangkauannya dan tidak dapat terlepas dari ikatan penyalur.
Muhammad SAW sangat melarang keras orang-orang atau para perantara yang memutus jalur penyaluran barang dengan melakukan pencegatan para pedagang desa yang hendak menjual barang dagangannya ke kota. Biasanya para pencegat tersebut menghadang para pedagang ketika sudah memasuki pinggiran kota dan menyampaikan berita tidak benar kepada para pedagang tersebut, yaitu mengatakan bahwa harga untuk barang dagangan yang mereka
19
bawa saat itu sedang anjlok sehingga para penyengat meminta para pedagang untuk menjual barangnya kepada mereka saja.
Selain itu nabi Muhammad juga sangat melarang para tengkulak agar tidak melakukan transaksi jual beli alias membeli buah yang posisinya masih belum panen (masih diatas pohon). Beliau menjelaskan bahwa transaksi tersebut tidak benar, dikarenakan buah yang akan dipanen nantinya masih belum jelas jumlahnya sehingga transaksi tersebut tergolong meragukan.
4) Promosi (promotion)
Teknik pemasaran yang dilakukan dengan mengunggulkan dan terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan banyak dipakai oleh para pebisnis saat ini. Tidak hanya itu mereka bahkan tidak segan untuk mendiskreditkan atau menjatuhkan produk kompetitor dengan memalsukan produk pesaing, lalu produk tersebut disebar di pasaran dengan tujuan agar citra yang diperoleh oleh kompetitor tersebut menjadi buruk di masyarakat sehingga produsen tidak tertarik untuk membelinya. Tidak jarang pedagang mengatakan kepada pembelinya bahwa harga jual produknya yang tinggi dikarenakan modal yang dikeluarkan cukup mahal alias bahan-bahannya berkualitas, namun kenyataannya berbanding terbalik. Selain itu, para pedagang biasanya tidak segan mengucap sumpah palsu demi untuk melariskan dagangannya dan membuat pembeli semakin yakin. Perilaku tersebut tidak dibenarkan dan dilarang oleh Nabi Muhammad SAW karena bersifat merusak keuntungan yang diperolehnya.
20
Artinya: “Sumpah yang diucapkan untuk melariskan dagangan,
dapat merusak keuntungannya”.23
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga tidak membenarkan dan sangat melarang perilaku najasyi yang mana pedagang bermain mata dengan sesama pedagang agar berpura-pura tertarik terhadap barang yang ditawarkan sehingga terjadi transaksi meskipun dengan harga tinggi sesuai dengan yang diminta oleh pedagang tersebut.24
3. Karakteristik Pemasaran Syari’ah
Terdapat empat unsur karakteristik pemasaran syariah, diantaranya yaitu :
1) Ketuhanan (Rabbaniyah)
Ketuhanan merupakan suatu bentuk keyakinan yang sudah mutlak dan bulat, yang mana mereka yakin bahwa segala gerak-gerik manusia dimanapun berada selalu ada dalam pengawasan Allah SWT. Oleh karena itu, segala umat manusia perlu berperilaku dengan sebaik mungkin dan menghindari perilaku buruk yang dilarang atau bahkan dicela oleh tuhan agar tidak mendapatkan dosa. Keadaan tersebut sangat dipercaya oleh seluruh umat muslim, sehingga hal tersebut menjadi pegangan dalam menjalani hidupnya agar tidak mudah goyah apalagi terpengaruh oleh lingkungan yang buruk. Nilai ketuhanan tersebut telah melekat dan mendarah daging dalam setiap umat muslim, yang mana hal tersebut menjadi pengingat atau rem ketika perbuatannya mendekati pada keburukan/tercela salah satu contohnya yaitu dalam menjalankan sebuah usaha.
23 Firdaus Kurniawan Zulqornain, Aplikasi Kumpulan Hadits, Kitab ke-18 Hadits Bukhari, Bab
1282, Hadits nomer 1945
24 Yusuf Qordowi, Peran Nilai dan Moral dalam Islam, (Jakarta : Rabbani Press, 2001) Hal.
21 2) Etis (Akhlaqiah)
Etis atau akhlaqiyah artinya segala perilaku berlangsung di atas norma atau adab yang berlaku. Etika merupakan kata hati yang sebenarnya dan tidak dapat dibohongi atau biasa disebut dengan “the will of God”. Seorang pebisnis atau pelaku usaha yang melakukan kecurangan dalam menjalankan usahanya, pasti mereka melakukan hal tersebut bukan berasal dari hati kecilnya akan tetapi mereka melakukannya karena tidak bisa melawan rayuan setan sehingga tergoda untuk melakukan kecurangan. Perilaku tersebut dapat dikatakan melanggar etika, dikarenakan tindakan yang dilakukan tidak berdasarkan kata hatinya yang sesungguhnya. Oleh karena itu hal tersebut dijadikan sebagai pedoman oleh para marketer syariah untuk selalu menjaga setiap perkataannya, perilaku dalam menjalin bisnis baik dengan konsumen, distributor, toko, pemasok hingga pesaingnya sendiri.
3) Realistis (Al-Waqiyyah)
Realistis berarti barang atau jasa yang dipasarkan sesuai dengan kenyataan, tidak melakukan manipulasi atau kebohongan public. Segala transaksi yang terjadi harus berdasarkan pada realita atau fakta yang ada. Selain itu, pedagang juga tidak boleh membeda-bedakan orang, suku, dan warna kulit yang berarti para penjual harus melayani semua pelanggannya dengan baik tanpa pengecualian dan menjunjung tinggi nilai kejujuran. Rasulullah SAW juga mengajarkan pada umatnya bahwa ketika barang yang kita jual terdapat cacat meskipun hanya sedikit, maka pihak pedagang harus menjelaskan dan memberi tahukan pada pembeli bahwa barang yang anda jual terdapat sedikit cacat. Ketika pembeli complain jangan sampai anda bersumpah dan mengatakan bahwa barang tersebut benar-benar dalam kondisi sempurna, padahal realitanya terdapat sedikit cacat dan anda berusaha menutupinya. Tidak hanya itu,
22
Rasulullah SAW juga mengajarkan agar makanan yang basah sebaiknya jangan disimpan dibawah, melainkan dinaikkan keatas supaya dapat terlihat oleh calon pembeli. Beberapa ajaran Rasulullah SAW tersebut sangat mulia dan realistis, sehingga perlu dijadikan sebagai pedoman yang harus dicontoh oleh para umatnya dalam menjalankan bisnis sehingga tidak muncul pemikiran untuk mengelabui orang lain.
4) Humanistis (Al-Insaniyah)
Humanistis atau Al-Insaniyah berarti berperikemanusiaan terhadap sesama manusia dan saling menghormati sesama. Salah satu tujuan dari kegiatan pemasaran yaitu untuk merubah kehidupan agar menjadi lebih baik dan sejahtera, sehingga jangan sampai aktivitas pemasaran tersebut merusak tatanan hidup masyarakat dan menjadi penghambat. Selain itu jangan sampai juga kegiatan pemasaran menjadikan manusia semakin serakah dan ingin menguasai segalanya yang mana hal tersebut dapat menindas dan merugikan orang lain.25
4. Etika (Akhlak) Pemasar
Terdapat beberapa nilai etika pemasaran Islam yang mengarah pada sifat-sifat Rasulullah dan prinsip etika yang ada dalam Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:26
1. Bertindak adil ketika bisnis (al-‘adl)
Keadilan adalah memberikan haknya tanpa ada kekurangan atau berlebihan kepada orang lain. Orang yang tidak adil, maka kapanpun dan dimanapun ada kesempatan akan berusaha melakukan kecurangan kepada orang lain. Sehingga orang yang bersikap adil
25 Alma Buchari & Doni J. Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2016)
Hal. 350-351
26 Ratna Purnama Sari, dkk, Pengaruh Etika Pemasaran Islam Terhadap Kepuasan Nasabah
23
akan terlihat dari kemampuannya dalam menjalankan setiap amanah yang diberikan kepadanya.27
2. Berpendirian memberikan pelayanan terbaik
Dengan mempertahankan atau meningkatkan kualitas produk merupakan salah satu cara agar hubungan dengan pelanggan tetap baik. Tentunya selaku pemasar yang baik maka wajib memasarkan produk sesuai dengan kualitas barang. Kualitas pelayanan merupakan karakteristik layanan yang mempengaruhi keahlian pemasar atau marketer untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kualitas adalah kunci untuk menghasilkan nilai serta kepuasan pelanggan merupkan tugas semua orang.28
3. Memenuhi janji dan tidak melakukan kecurangan
Yang menjadi pembeda antara orang beriman dan munafik adalah kejujuran dan kebenaran. Jujur artinya selalu melandasi ucapan, keyakinan serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada satupun ucapan yang bertentangan dengan perilaku dan dapat diwujudkan dalam bentuk kesungguhan, tepat waktu, pelayanan, janji, dan pengakuan dalam kelemahan maupun kelebihan perusahaan. Perusahaan, pebisnis ataupun pemasar yang tidak mengindahkan kejujuran baik secara individu maupun kolektif, maka pada suatu titik akan tiba waktunya ketika kepercayaan akan hilang, dan relasi akan pergi sehinggan bisnis akan hancur.29
4. Jujur dan dapat dipercaya (al-amanah)
Amanah berarti memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, pelayanan prima, kejujuran, dan ihsan (berupaya menghasilkan yang
27 Raihanah. Konsep Kejujuran Dalam Al-Qur’an (Studi Pada Pedagang Pasar Sentral
Antasari Banjarmasin), Al-Iqtishadiyah : Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, Vol.
IV, Desember 2018, Hal. 167-168
28 Siti Maro’ah, dkk, Buku Ajar Marketing Syariah, (Jakarta: Media Komputindo, 2006) Hal. 62 29 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung : Mizan,
24
terbaik) dalam segala hal. Seorang penjual atau distributor harus tulus, dapat dipercaya, dan jujur serta mengutuk kecurangan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 7-9:
لاَو ِّطْسِّقْلِّبِ َن
ْزَوْلا اوُميِّقَأَو ِّناَزيِّمْلا ِّفِ اْو
َغْطَت لاَأ َناَزيِّمْلا َعَضَوَو اَهَعَ فَر َءاَمَّسلاَو
َناَزيِّمْلا اوُرِّسُْتُ
Artinya: “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”.
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa ketulusan dan kejujuran tidak hanya dianjurkan tetapi justru diperintahkan.30
5. Konsisten (Istiqamah)
Seorang pemasar harus konsisten dalam penerapan aturan syariah serta dapat dipegang janjinya. Dalam hal ini seorang pemasar tidak berubah-ubah dalam membuat janji dengan siapapun.
Setiap insan memiliki dua hubungan, yakni hubungan vertikal dan hubungan horizontal yang kemudian lebih akrab dikenal dengan
hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah) dan
hablumminannas (hubungan manusia dengan sesama). Menusia perlu waspada dan berhati-hati dalam merintis bisnis dan semua yang dilakukan harus sejalan dengan ajaran agama Islam dikarenakan segala perbuatannya mempunyai tanggungjawab baik kepada Allah SWT hingga kepada sesama.
30 Muhammad Djakfar, Anatomi Perilaku Bisnis: Dialektika Etika dengan Realitas, (Malang:
25
5. Teori Syariah Marketing
Pemasaran merupakan sebuah prosedur sosial dan managerial yang mana didalamnya terdapat individu dan sekumpulan orang (kelompok) mendapatkan sesuatu yang diperlukan atau diinginkan dengan cara membuat/produksi, menawarkan, dan mempertukarkan produk memiliki nilai (value) kepada orang lain.31
Pasar syariah merupakan sebuah pasar yang mana para pelanggannya tidak hanya memiliki motif rasional akan tetapi juga emosional. Ketertarikan pelanggan terhadap bisnis di pasar syariah tidak hanya atas alasan keuntungan financial yang bersifat rasional, akan tetapi karena nilai-nilai syariah yang terdapat didalamnya. Ketika penjual dan pembeli sangat paham betul dengan nilai-nilai syariah tersebut maka keduanya akan selalu mempertimbangkan dua hal penting saat menjalankan usahanya yaitu dunia dan akhirat.32
Kata syariah berasal dari kata syara'a al-shai’a yang berarti “menerangkan” atau “menjelaskan sesuatu”. Selain itu kata syariah juga berasal dari kata shir’ah dan sharii’ah yang memiliki arti “suatu tempat yang digunakan sebagai sarana untuk mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain”.33
Jadi syari’ah marketing adalah suatu ilmu bisnis strategis yang menjurus kepada proses penciptaan, penawaran, dan perubahan nilai dari suatu inisiator terhadap pemegang kekuasaan tertingginya yang mana dalam seluruh prosesnya harus sesuai dengan akad dan prinsip
31 Nanda Limakrisna dan Wilhelmus Hari Susilo, Manajemen Pemasaran, (Jakarta : Mitra
Wacana Media, 2012) Hal. 3
32 Alma Buchari dan Doni J. Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2014)
Hal. 342
33 Hermawan Kartajaya dan Muhamad Syakir Sula, Syariah Marketing,(Bandung : Mizan
26
mu’amalah pada Islam.34 Sebagaimana firman Allah SWT dalam
Al-Qur’an yakni pada QS. An-Nahl ayat 90.
َٰ للّا َّنِّا
َتْ يِّاَو ِّناَسْحِّْلااَو ِّلْدَعْلِّبِ ُرُمَْيَ
ۤاَشْحَفْلا ِّنَع ىٰهْ نَ يَو ٰبْٰرُقْلا ىِّذ ِّئ
ۤا
ِّرَكْنُمْلاَو ِّء
نْوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ْمُكُظِّعَي ِّيْغَ بْلاَو
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran serta permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”
Penjabaran diatas diambil berdasarkan pada salah satu ketetapan dalam konsep bisnis Islami yang terdapat pada kaidah fiqh yang menyatakan “Al-muslimuna’ala syurutihim illa syarthan harrama halalan aw ahalla haraman” (kaum muslim terikat dengan kesepkatan-kesepakatan bisnis yang mereka buat, kecuali kesepkatan-kesepakatan yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram). Hal itu berarti bahwa pada marketing syariah, semua peluang baik proses penciptaan, penawaran, ataupun perubahan nilai tidak boleh terdapat hal-hal yang bertentangan dengan akad serta prinsip mu’amalah Islam.35
Terdapat beberapa hal yang membedakan syari’ah marketing dan konvensional marketing diantaranya adalah :36
1. Konsep dan Filosofi Dasar
Konvensional marketing adalah salah satu aktivitas pemasaran yang tidak terikat pada value dan tidak berdasar pada asas ketuhanan dalam setiap aktivitasnya. Fokus utama dari pihak pemasar hanyalah
34 Ibid, Hal. 26
35 Ibid, Hal. 27
36 Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung : Alfabeta, 2010) Hal.
27
terdapat pada ketercapaian target penjualan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Sedangkan pada pemasaran syariah, seorang pemasar harus menyadari dan meyakini bahwa setiap aktivitasnya selalu berada dalam pengawasan sang pencipta yaitu Allah SWT sehingga perlu sangat berhati-hati dalam menjaga dan melakukan kegiatan pemasaran.
2. Etika Pemasaran
Etika melakukan kegiatan pemasaran pada konsumen selalu dipegang teguh oleh para pemasar syari’ah. Hal itu dikarenakan mereka sebisa mungkin berusaha untuk menghindari terjadinya kebohongan, promosi yang berlebihan, serta selalu menjaga kejujuran dan janji yang disepakati bersama. Jika dibandingkan dengan pemasaran konvensional yang cenderung memiliki kebebasan dalam menilai yang mana para pemasar menggunakan berbagai cara yang nantinya menguntungkan pihak pemasar sekalipun cara tersebut bertentangan dengan syari’at islam.
3. Pendekatan Terhadap Konsumen
Dalam aktivitas pemasaran syari’ah, kedudukan seorang konsumen diposisikan sebagai mitra sejajar yang artinya pihak pemasar atau perusahaan tidak akan menjadikan konsumen sebagai “sapi merah” agar membeli produk yang dijualnya. Oleh sebab itu, pemasar syariah sangat dilarang agar tidak melakukan kegiatan perdagangan yang dapat merugikan pihak konsumen. Selain itu, pihak pemasar juga sangat ditekankan untuk selalu berusaha memberikan value produk positif dan feedback dari pelanggannya. pernyataan tersebut berbanding terbalik dengan pemasaran konvensional yang mana konsumen cenderung diposisikan sebagai objek dengan tujuan untuk meraih target penjualan semata sehingga tidak jarang konsumen merasa dikecewakan dengan janji-janji yang diucapkan yang tidak sesuai dengan realita yang ada.
28 4. Cara Pandang Terhadap Pesaing
Setiap perusahaan bisa bersaing dengan adil dan masing-masing memiliki peluang untuk mencapai kesuksesannya dengan baik tanpa harus merugikan atau bahkan menghancurkan para kompetitornya. Adanya kompetitor turut menjadi andil dalam mensukseskan penerapan ekonomi syariah di dunia bisnis. Hal itu berbanding terbalik dengan jenis pemasaran konvensional yang mana mereka menganggap para pesaingnya sebagai pihak yang harus dikalahkan dan dijatuhkan karena jika tidak maka merekalah yang akan menjadi penghambat laju perusahaan tersebut.
5. Budaya Kerja
Budaya kerja yang perlu diterapkan yaitu tentang seperti halnya budaya kerja yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang terdiri dari empat sifat teladan yaitu sifat kejujuran (shiddiq), cerdas (fathonah), bertanggung jawab (amanah), serta mampu menyebarluaskan dan mengatur aktivitas kerja yang baik (tabligh).
Terdapat banyak faktor yang bisa menjadi pengaruh apakah sebuah perusahaan itu menjadi pesaing kita atau tidak. Pesaing bisa dilihat dari sisi industry, harga, hingga segmen pasar. Upaya menentukan pesaing adalah hal yang sangat penting, karena hal tersebut sangat mempengaruhi kesuksesan perusahaan tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa “Hanya 20% pemasar yang bisa mengidentifikasi pesaingnya dengan tepat, sedangkan 80% merupakan salah satu sasaran”.37 Persaingan itu tidak
boleh dianggap sebagai ancaman, yang mana kita harus memenangkan atau bahkan menghancurkan dan mematikan usaha pesaingnya. Justru dengan adanya persaingan maka perusahaan selalu mempunyai “rasa bersaing” yang nantinya akan membawanya pada perbaikan manajemen perusahaan baik itu tentang proses didalamnya, kualitas
37 Jemly Hutabarat dan Matini Huseini, Proses, Formasi, dan Implementasi Manajemen
29
produk yang dapat memberikan nilai tambah serta kepuasan pelanggan bagi semua pihak yang bersangkutan terutama pihak pelanggan, pemilik, dan para karyawannya.38
38 Ibid, Hal. 73