• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya komsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari atau gangguan penyakit – penyakit tertentu. Anak tersebut kurang energi protein (KEP) apabila berat badanya kurang dari 80 % indek berat badan/umur baku standar,WHO –NCHS, (DEPKES RI,1997)

A.Klasifikasi Kurang Energi Protein (KEP)

Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibanding dengan umur dan menggunakan KMS dan tabel BB/U Baku Median WHO – NCHS.

1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita kuning

2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah ( BGM ).

3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku median WHO-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan taqbel BB?U Baku median WHO-NCHS.

B. Gejala klinis Balita KEP berat/Gizi buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmickwashiokor.Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai oudema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/gizi buruk tipe kwashiorkor.

(2)

a.Kwashiokor

 Oudema,umumnya seluruh tubuh,terutama pada pada punggung kaki (dorsum pedis )

 Wajah membulat dan sembab

 Pandangan mata sayu

 Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,rontok

 Perubahan status mental, apatis dan rewel

 Pembesaran hati

 Otot mengecil(hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk

 Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas

 Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut,anemia dan diare.

b.Marasmus

 Tampak sangat kurus,tinggal tulang terbungkus kulit

 Wajah seperti orang tua

 Cengeng rewel

 Kulit keriput,jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai celana longgar )

 Perut cekung

 Iga gambang

 Sering disertai , penyakit infeksi( umumnya kronis berulang), diare kronis atau konstipasi/susah buang air.

c. Marasmik- kwashiorkor

Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U< 60 % baku median WHO-NCHS disertai oedema yang tidak mencolok.(DEPKES RI. 1999)

Kekurangan zat gizi makro ( energi dan protein ) dalam waktu besar dapat mengakibatkan menurunya status gizi individu dalam waktu beberapa hari atau

(3)

minggu saja yang ditandai dengan penurunan berat badan yang cepat.Keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan zat gizi sering disebut dengan istilah gizi kurang atau gizi buruk.Kejadian kekurusan ( kurang berat terhadap tinggi badan) pada tingkat sedang dan berat pada anak kecil maupun kekurusan pada individu yang lebih tua dapat mudah dikenali dengan mata . Demikian pula halnya dengan kasus kekurangan energi berat (marasmus) dan kekurangan protein berat(kwasiokor) serta kasus kombinasi marasmik-kwassiokor dapat dikenali tanda- tandanya dengan mudah.

(Soekirman, MPS. 1998)

Epidemilogi gangguan pertumbuhan atau kurang gizi pada anak balita selalu berhubungan erat dengan keterbelakangan dalam pembangunan sosial ekonomi. Kekurangan gizi tidak terjadi secara acak dan tidak terdistribusi secara merata ditingkat masyarakat, tetapi kekurangan gizi sangat erat hubungannya dengan sindroma kemiskinan. (Gopalan, C. 1987).

Tanda – tanda sindroma, antaralain berupa : penghasilan yang amat rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan, kuantitas dan kualitas gizi makanan yang rendah sanitasi lingkungan yang jelek dan sumber air bersih yang kurang, akses terhadap pelayanan kesehatan yang amat terbatas, jumlah anggota keluarga yang terlalu besar, dan tingkat buta aksara tinggi.

(Gopalan, C. 1987).

Status gizi terutama ditentukan ketersediaan dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi pada waktu yang tepat ditingkat sel semua zat gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, dan berfungsi normal semua anggota badan. Oleh karena itu prinsipnya status gizi di tentukan oleh dua hal – terpenuhinya dari makanan semua zat-zat gizi yang diperlukan tubuh, dan peranan faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut.

Terhadap kedua hal ini, faktor genetik dan faktor sosial ekonomi berperan.

(Martorell, R, and Habicht, 1986).

(4)

B Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Sosial ekonomi tehadap balita Kurang Energi Protein (KEP) :

1.Pendapatan Keluarga Perkapita

Komsumsi makanan yang berkurang sering dialami oleh penduduk yang berpendapatan rendah.Hal ini disebabkan oleh daya beli keluarga yang rendah.

Pendapatan keluarga akan mempengaruhi pola pengeluaran komsumsi keluarga.

Tingkat pendapatan yang nyata dari keluarga menentukan jumlah dan kualitas makanan yang diperoleh. (Suhardjo,1989)

Masalah komsumsi pangan, rata- rata komsumsi energi dan protein secara nasional meningkat dengan tajam. Pada tahun 1984 rata – rata komsumsi energi perkapita 1798 kalori,meningkat menjadi 1905 kalori pada tahun 1990 dan menjadi 1962 kalori pada tahun 1995. Sedangkan dalam kurun waktu yang sama rata – rata komsumsi protein meningkat menjadi dari 43,3 gram,45,4 dan 49,2 perkapita/ hari.

(SKPG. 1998)

2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain (Siagian,1991). Pendidikan terutama pendidikan ibu berpengaruh sangat kuat terhadap kelangsungan anak dan bayinya. Pada masyarakat dengan rata –rata pendidikan rendah menunjukan prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang pendidikannya cukup tinggi prevalensi gizi kurangnya rendah( Abunain,1988)

Ibu yang pendidikan tinggi akan memilih jenis dan jumlah makanan untuk keluarga dengan mempertimbangan syarat gizi disamping mempertimbangkan faktor selera oleh karena itu ibu rumah tangga pada umumnya yang mengatur dan menentukan segala urusan makanan dan kebutuhan keluarga (Suhardjo,1986)

Seseorang yang pendidikannya lebih tinggi mempunyai pengertian yang lebih baik akan kesehatan gizi dengan menangkap informasi dan menafsirkan informasi tersebut guna kelansungan hidupnya lebih – lebih pada jaman kemajuan ilmu

(5)

tehnologi.Dengan berbekal pendidikan yang cukup seseorang ibu akan lebih banyak memperoleh informasi serta lebih tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi.Dengan demikian mereka dapat memilih serta menentukan aternatif lebih baik untuk kepentingan rumah tangganya termasuk dalam menentukan pemberian makanan bagi balita yang ada dirumah tangga tersebut (Biro Pusat Statistik,1993)

3. Pekerjaan

Anak nelayan tradisional mempunyai resiko menjadi kurang gizi tiga kali lebih besar dibanding pada anak peternak, petani pemilik lahan, ataupun tenaga kerja terlatih. Hal penelitian ini juga menunjukan bahwa pengelompokan pekerjaan yang terlalu umum misalnya nelayan saja bisa mengatur pertumbuhan peranan faktor pekerjaan orang tua terhadap resiko anak mereka untuk menderita kurang gizi, resiko kurang gizi pada anak nelayan tradisional tiga kali lebih besar dibanding anak nelayan yang punya perahu bermotor.

Efek ganda ( interaksi ) dari berbagai faktor sosial ekonomi dalam menyebabkan jatuhnya seorang anak pada keadaan kurang gizi perlu diperhitungkan. (Mc Lean, W.1984).

C Keadaan Sanitasi Lingkungan

Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan anak dan juga kesehatan orang dewasa adalah tersedianya air bersih dan sanitasi yang aman. Semua ini bukan saja penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia,tetapi juga sangat membantu bagi eman sipasi kaum wanita dari beban kerja berat yang mempunyai dampak yang merusak terhadap anak – anak, terutama anak- anak perempuan. Kemajuan dalam kesehatan anak tidak mungkin dipertahankan jika sepertiga dari anak- anak didunia ketiga tetap tidak menikmati sarana sanitasi yang layak.

Berdasarkan pengalaman pada dasa warsa yang lalu,termasuk inovasi yang banyak jumlahnya dalam tehnik dan tekhnologi-tekhnologi yang sederhana dan murah untuk menyediakan air bersih dan sarana sanitasi yang aman didaerah pedesaan dan perkampungan kumuh dikota,kini patut dan layak melalui tindakan

(6)

nasional bersama dan kerjasama internasional untuk menyediakan air minum yang amam dan sarana pembuangan kotoran manusia yang aman untuk semua (DEPKES RI,1990)

D. Kerangka Teori

Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan anak- anak Sumber : Jalal,F.dan Soekirman , 1990

STATUS SOSIAL – EKONOMI PENDIDIKAN,PEKERJAAN,TEHNOLOGI,B

UDAYA

TANAH PENDAPATAN

PRATEK PEMBERIAN MAKANAN BAYI

PRATEK KESEHATAN

SANITASI LINGKUNGAN

SUMBER PANGAN

MASUKAN ZAT

GIZI INFEKSI

KETERSEDIAAN ZAT GIZI PADA TINGKAT SELULER

PERTUMBUHAN

(7)

E . Kerangka Konsep

Karakteristik balita - umur

- jenis kelamin

Keadaan sosial ekonomi:

- pendapatan

- pendidikan orang tua - pekerjaan orang tua

- jumlah anak dalam keluarga - umur ibu

- status gizi balita

Keadaan sanitasi lingkungan keluarga :

- sumber air minum - tempat BAB

- tempat pembuangan sampah - tempat pembuangan air limbah

KEP pada balita

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya kepuasan kerja merupkan hal yang bersifat individual dan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor , setiap individu akan memiliki sikap kepuasan yang

Gambar 10: Perbandingan Grafik Stabilitas yang Dibuat dengan Algorima yang Salah (Formula 3) dan dengan Algoritma yang Benar (Formula 2) pada Saat Total Data Masuk = 300

- ASEAN menjalankan peran sebagai Organisasi Regional memfasilitasi komunikasi antar pemerintah dengan ASEAN terkait MRA sebagai kebijakan yang kuat dibandingkan bilateral

Terdapat banyak kegiatan keagamaan di Desa Sraten.Salah satunya adalah kegiatan dzikir fida` .Kegiatan dzikir fida` ini semakin diminati oleh masyarakat terbukti dengan

Internet Kecamatan (PLIK) Desa Banjarwangi Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas

+pabila radang paru atau pneumonia terjadi pada paru*paru bagian bawah dekat dengan daerah perut, maka masalah pernafasan tidak akan tampak, gejala yang terjadi adalah demam, nyeri

Strategi pengelolaan Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor kedepan sebaiknya lebih mengutamakan pencegahan konversi lahan dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan,

“Dulu, saya kurang lancar dalam membaca AL-Qur‟an, banyak diantara teman-teman yang juga ikut kegiatan tahsin ada juga yang mengikuti selama satu bulan karena sudah bagus