• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. commit to user"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar secara mandiri pada mahasiswa sangat penting untuk dibangun.

Dengan diterapkannya, sistem SKS (Sistem Kredit Semester) dalam perguruan tinggi maka secara tidak langsung menuntut mahasiswa untuk dapat mengatur dan merencanakan proses belajar serta beban kuliah yang akan dijalani pada tiap semester. Akan tetapi, kenyataannya masih banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengatur kemandirian belajar.

Menurut Purnamasari (2013) kemandirian belajar yang kurang pada diri mahasiswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut diantaranya seperti kemalasan diri, kurangnya kesadaran terhadap pekerjaan atau tugas sesama mahasiswa, efikasi diri yang rendah, hingga faktor kurang bisa memanajemen waktu dengan baik antara membagi waktu kuliah dengan aktivitas diluar perkuliahan. Kemandirian belajar yang kurang ini jika dibiarkan secara terus- menerus dan ditambah dengan adanya pengaruh faktor eksternal seperti tuntutan untuk memperoleh prestasi akademik yang baik dari orang tua dan rasa takut untuk gagal, dapat memicu munculnya sikap kecurangan akademik dikalangan mahasiswa.

Kecurangan akademik sendiri di Indonesia didapati relatif banyak.

Susanti (2017) memaparkan bahwa pendidikan di Indonesia belum berhasil dalam menciptakan moral yang baik, faktanya pada tahun 2010 di Indonesia didapati beberapa kasus besar yang berkaitan dengan kecurangan akademik, seperti dicabutnya gelar guru besar seorang tenaga pengajar karena ketahuan melakukan plagiasi menjiplak karya orang lain dan kasus plagiasi yang dilakukan oleh guru besar disalah satu perguruan tinggi yang ada di kota Bandung. Selaras dengan fakta tersebut Rangkuti (2015) menyatakan bahwa kecurangan akademik pada mahasiswa kependidikan di Indonesia cukup memperihatinkan. Faktanya pada tahun 2010 terdapat 298 mahasiswa kependidikan disalah satu LPTK (Lembaga

1 commit to user

(2)

Pendidikan Tenaga Kependidikan) menunjukkan bahwa 55,4% mahasiswa sering melakukan kecurangan akademik saat ujian dan 27,2% melakukan kecurangan dalam mengerjakan tugas. Hasil survei menunjukkan kecurangan akademik yang sering dilakukan oleh mahasiswa kependidikan diantaranya seperti menyalin jawaban teman saat ujian, membawa contekan saat ujian, kerjasama dengan teman saat ujian, menyajikan data palsu, manipulasi data, dan plagiasi. Adanya fenomena kecurangan akademik di Indonesia yang demikian banyak maka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Terutama kecurangan akademik yang terjadi pada mahasiswa kependidikan, mengingat sebagai calon pendidik seharusnya memiliki integritas akademik yang baik, sikap, serta tindakan yang dapat dipertanggung- jawabkan ditengah masyarakat khususnya di lingkungan sekolah tempat pendidik bekerja nantinya.

Berdasarkan fenomena kecurangan akademik yang ada tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait kecurangan akademik di program studi Pendidikan Akuntansi karena didapati kecurangan akademik mahasiswanya cenderung tinggi. Berdasarkan data primer hasil survei yang dilakukan pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sebelas Maret angkatan 2019, 2018, 2017, dan 2016. Diperoleh data dari 50 responden dimana sekitar sebesar 92% mahasiswa mengaku pernah melakukan kecurangan akademik dan sisanya 8% mahasiswa mengaku belum pernah melakukan kecurangan akademik selama menjadi mahasiswa.

Gambar 1.1. Diagram Data Tingkat Kecurangan Akademik Mahasiswa Pendidikan Akuntansi

2

commit to user

digilib.uns.ac.id

(3)

Berdasarkan data tingkat kecurangan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi pada gambar 1 diketahui bahwa bentuk kecurangan akademik yang sering dilakukan mahasiswa Pendidikan Akuntansi berdasarkan hasil survai adalah mencontek pekerjaan teman yaitu sebesar 32%, bekerjasama dengan teman saat ujian 26%, plagiarisme 22%, penggunaan elektronik atau teknologi saat ujian 12%, dan sisanya 8% adalah membuka buku atau bahan ajar saat ujian dan meng- copy pekerjaan teman.

Gambar 1.2. Diagram Data Bentuk Kecurangan Akademik Mahasiswa Pendidikan Akuntansi

Data primer mengenai kecurangan akademik pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi tersebut didukung oleh data sekunder menurut penelitian Utami (2018) bahwa terdapat tindak kecurangan akademik yang terjadi pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sebelas Maret yang disebabkan oleh faktor ketakutan akan kegagalan dan konformitas teman sebaya. Sebanyak 50,36%

mahasiswa melakukan kecurangan yang dipengaruhi oleh faktor ketakutan akan kegagalan dan sebanyak 49,63%, disebabkan oleh pengaruh konformitas teman sebaya.

Berbagai perbuatan kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa Pendidikan Akuntansi berdasarkan data primer tersebut terjadi bukan tanpa alasan, salah satu faktor yang diperkirakan menjadi penyebab terjadinya kecurangan akademik adalah karena efikasi diri mahasiswa yang kurang.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, fenomena yang sering terjadi adalah ketika ada kesempatan, mahasiswa sering bertanya jawaban kepada teman atau menyontek saat ujian, selain itu dalam pengerjaan tugas yang sulit mahasiswa sering melihat atau meminta jawaban teman karena tidak yakin dengan

commit to user

(4)

kemampuannya sendiri, takut salah, takut gagal dalam menyelesaikan tugas dan menjawab soal ujian, dimana perbuatan demikian mengindikasikan bahwa efikasi diri mahasiswa rendah. Selain faktor efikasi diri yang rendah, salah satu faktor yang juga diperkirakan memengaruhi kecurangan akademik pada mahasiswa adalah karena adanya kecemasan akademik. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara peneliti, mahasiswa mengaku karena merasa cemas takut untuk gagal, salah dalam mengerjakan tugas, dan memperoleh nilai yang rendah maka melakukan kecurangan akademik, adanya fenomena tersebut mengindikasikan bahwa kecemasan akademik mahasiswa tinggi.

Kecurangan akademik pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi ini jika dibiarkan secara terus-menerus dapat menimbulkan dampak negatif bagi berbagai pihak karena pada dasarnya kecurangan akademik dapat memunculkan perilaku tidak disiplin, tidak tanggungjawab, tidak kreatif, dan tidak berprestasi, serta dapat menciptakan kepribadian negatif seperti kebergantungan terhadap orang lain.

Selaras dengan pernyataan tersebut Erlawana (2017) menyatakan bahwa budaya curang yang ada pada mahasiswa dapat mengikis budaya-budaya baik yang ada dalam lembaga pendidikan seperti budaya disiplin, sehingga dampaknya tidak hanya merusak integritas pendidikan namun juga dapat menyebabkan perilaku serius seperti tindak kriminal dan perilaku tidak etis lainnya. Maka dari itu sudah seharusnya menjadi perhatian bagi berbagai pihak baik lembaga pendidikan maupun mahasiswa yang bersangkutan untuk mengatasi serta mencegah kecurangan akademik yang ada guna menciptakan bangsa yang baik, khususnya di dunia pendidikan. Supaya kecurangan akademik tidak muncul dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi maka kunci utama pencegahan kecurangan akademik dalam hal ini berada ditangan mahasiswa.

Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kecurangan akademik pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi adalah dengan menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kecurangan akademik mahasiswa.

Setelah mengetahui faktor-faktor yang ada maka dapat dilakukan suatu tindakan untuk meminimalisir faktor-faktor tersebut, sehingga dengan demikian diharapkan tindak kecurangan akademik pada mahasiswa dapat diatasi. Menurut penelitian commit to user

digilib.uns.ac.id

(5)

terdahulu diketahui bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi tindak kecurangan akademik, baik faktor internal maupun eksternal. Roig (2006) menyatakan bahwa untuk mengurangi kecurangan akademik pada mahasiswa hingga menghilangkan, pendidik harus fokus pada faktor internal, karena untuk melawan epidemi kecurangan yang harus dilakukan adalah mengubah persepsi mahasiswa saat mendapatkan pendidikan, dimana hal tersebut berkaitan dengan faktor internal yang ada dalam diri mahasiswa.

Purnamasari (2013) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang memengaruhi kecurangan akademik pada mahasiswa menyatakan bahwa, salah satu faktor internal yang mempunyai pengaruh besar terhadap tindak kecurangan akademik adalah efikasi diri. Efikasi diri merupakan salah satu faktor internal penting yang memengaruhi terbentuknya kemandirian belajar pada diri seorang peserta didik dan dapat memengaruhi prestasi akademis seseorang, Zimmerman (Bintoro, dkk., 2013). Menurut Firdana, dkk. (2017) efikasi diri diartikan sebagai penilaian seseorang terhadap kemampuannya dalam melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi atau dapat diartikan pula bahwa efikasi diri merupakan keyakinan atau kepercayaan individu tentang kemampuan yang dimiliki dalam mengatur dan melakukan serangkaian tugas tertentu.

Seorang peserta didik yang mempunyai efikasi diri tinggi mereka cenderung dapat dengan efektif menghadapi kejadian-kejadian dalam situasi tertentu, karena mereka memiliki harapan akan kesuksesan dalam menghadapi rintangan, serta biasanya mereka tekun terhadap tugas. Efikasi diri juga dapat mengurangi rasa takut, memperbaiki pemecahan masalah, mempertinggi aspirasi, serta mampu berfikir analitik, sehingga dengan efikasi diri yang tinggi membuat seseorang tidak mungkin melakukan kecurangan akademik.

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Khamdai dan Sari, (2018) yang menyatakan bahwa ada pengaruh negatif antara efikasi diri dengan kecurangan akademik seseorang, artinya semakin tinggi efikasi diri seseorang maka tindak kecurangan akademiknya akan rendah, sebaliknya jika efikasi diri seseorang rendah maka tindak kecurangan akademiknya akan meningkat. Sejalan commit to user

(6)

dengan penelitian tersebut Pudjiastuti (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara efikasi diri dengan tindak kecurangan akademik berupa menyontek sebesar 60,8%. Dalam hal ini jelas bahwa individu yang tidak memiliki efikasi diri yang tinggi, mereka diartikan sama saja berhadapan dengan kegagalan karena yang ada dalam pikiran mereka hanyalah tentang perasaan gagal dan perasaan takut gagal ini yang pada akhirnya memengaruhi mahasiswa untuk melakukan tindak kecurangan akademik.

Selain itu menurut Bandura (Rustika, 2012) perasaan takut gagal yang dikarenakan oleh rendahnya efikasi diri pada akhirnya dapat menyebabkan kecemasan. Kecemasan didefinisikan sebagai suatu respon pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan, diikuti perasaan khawatir, gelisah, serta rasa takut. Mahasiswa yang cemas secara tidak langsung akan menunjukkan adanya kesulitan khusus dalam menerima dan mengolah informasi sehingga kehilangan proses pengaturan, dimana hal ini akan memengaruhi memori jangka pendek dan jangka sedang. Fakta tersebut sesuai dengan penelitian Putwain, dkk. (2010) yang menunjukkan bahwa kecemasan akademik akan memengaruhi 3 aspek dalam diri peserta didik, yaitu fisiologis-afektif, kognitif, dan perilaku. Apabila kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut, maka mahasiswa tidak mampu mencapai prestasi akademis yang telah ditargetkan.

Kecemasan akademik juga memiliki pengaruh nilai positif dan negatif.

Memiliki pengaruh positif jika intensitasnya tidak begitu kuat. Kecemasan yang ringan justru dapat menjadi motivasi. Berbeda dengan kecemasan yang sangat kuat, bisa bernilai negatif, sebab dapat menimbulkan gangguan secara fisik maupun psikis. Gangguan tersebut pada akhirnya membuat peserta didik sulit berkonsentrasi dalam pelajaran maupun saat menghadapi ujian yang akhirnya dapat berpengaruh negatif menghantarkan peserta didik untuk melakukan kecurangan akademik. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Firmantyo dan Alsa (2016) yang menyatakan bahwa pengaruh negatif kecemasan akademik pada diri peserta didik adalah menimbulkan kecurangan akademik pada peserta didik sebagai bentuk perilaku harm avvidance dalam kegiatan akademik khususnya pada situasi ujian. commit to user

digilib.uns.ac.id

(7)

Adanya pernyataan tersebut didukung juga oleh hasil penelitian Putro (2016) mengenai hubungan kecemasan akademik dengan tindak kecurangan akademik dalam bentuk plagiarisme, diketahui terdapat hubungan positif antara kecemasan akademik dengan tindak kecurangan akademik berupa plagiarisme dengan kontribusi kecemasan akademik terhadap plagiarisme sebesar 3,2%.

Artinya semakin tinggi tingkat kecemasan akademik seseorang maka tindak kecurangan akademiknya dalam bentuk plagiarisme juga semakin tinggi, begitu sebaliknya. Jadi dapat dipahami bahwa kecemasan akademik akibat efikasi yang rendah dapat menjadi mediasi seseorang dalam melakukan tindak kecurangan akademik, Maradiana (Hidayat & Rozali, 2015).

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Tindak Kecurangan Akademik Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Melalui Kecemasan Akademik”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyak kasus kecurangan akademik yang terjadi di Indonesia, hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa fenomena kecurangan akademik seperti kasus dicabutnya gelar guru besar disalah satu perguruan tinggi karena terbukti melakukan kecurangan dalam bentuk plagiarisme, serta kasus kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa kependidikan di salah satu LPTK dimana didapati 55,4% mahasiswa sering melakukan kecurangan akademik saat ujian dan 27,2% melakukan kecurangan dalam mengerjakan tugas.

2. Pada program studi Pendidikan Akuntansi didapati tindak kecurangan akademik mahasiswanya cenderung tinggi dimana sekitar sebesar 92%

mahasiswa melakukan kecurangan akademik berdasarkan hasil survai yang dilakukan pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sebelas Maret angkatan 2019, 2018, 2017, dan 2016. commit to user

(8)

3. Mahasiswa Pendidikan Akuntansi melakukan kecurangan akademik diperkirakan karena memiliki efikasi diri yang rendah. Efikasi diri yang rendah ini terbukti berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dimana masih ditemui mahasiswa yang bertanya jawaban kepada teman atau menyontek saat ujian dan dalam pengerjaan tugas sering melihat atau meminta jawaban teman karena tidak yakin dengan kemampuannya sendiri, takut salah, takut gagal dalam menyelesaikan tugas dan menjawab soal ujian.

4. Adanya kecemasan diperkirakan juga memengaruhi terjadinya kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan Akuntansi, dimana berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti, mahasiswa mengaku karena merasa cemas takut untuk gagal, salah, dan memperoleh nilai yang rendah maka melakukan tindak kecurangan akademik.

5. Rendahnya efikasi diri pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi secara langsung dapat menimbulkan kecemasan akademik pada mahasiswa, kemudian kecemasan akademik yang tinggi dapat termanifestasi negatif menjadi mediasi mahasiswa dalam melakukan tindak kecurangan akademik.

C. Pembatasan Masalah

Berbagai masalah dikemukakan pada identifikasi masalah, selanjutnya diseleksi untuk menetapkan yang perlu dan penting diteliti. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan supaya masalah dapat dijawab dan dikaji secara mendalam. Dengan pembatasan yang jelas, peneliti dapat mengarahkan perhatiannya lebih seksama dan dapat merumuskan masalahnya secara lebih spesifik. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu pengaruh efikasi diri terhadap tindak kecurangan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sebelas Maret melalui kecemasan akademik.

commit to user

digilib.uns.ac.id

(9)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri secara langsung terhadap kecemasan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi?

2. Apakah terdapat pengaruh kecemasan akademik secara langsung terhadap tindak kecurangan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi?

3. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri secara langsung terhadap tindak kecurangan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi?

4. Apakah terdapat pengaruh efikasi diri secara tidak langsung terhadap tindak kecurangan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi melalui kecemasan akademik?

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan pasti mempunyai target atau tujuan sehingga dalam kegiatan dapat terukur hasilnya. Berdasarkan perumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji pengaruh efikasi diri secara langsung terhadap kecemasan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi.

2. Untuk mengkaji pengaruh kecemasan akademik secara langsung terhadap tindak kecurangan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi.

3. Untuk mengkaji pengaruh efikasi diri secara langsung terhadap tindak kecurangan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi.

4. Untuk mengkaji pengaruh efikasi diri secara tidak langsung terhadap tindak kecurangan akademik mahasiswa Pendidikan Akuntansi melalui kecemasan akademik.

commit to user

(10)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian disampaikan untuk mengetahui seberapa penting penelitian terutama untuk melakukan pengembangan ilmu dan pelaksanaan pembangunan dalam bidang pendidikan. Hal yang disampaikan dalam manfaat penelitian untuk menyatakan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan. Manfaat penelitian dapat dikaitkan dengan hal- hal yang bersifat teoretis maupun praktis. Adapun manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia pendidikan mengenai pengaruh efikasi diri terhadap tindak kecurangan akademik mahasiswa melalui kecemasan akademik. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan pedoman,informasi dan perbaikan untuk melengkapi penelitian-penelitian yang sejenis.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk lebih meningkatkan efikasi diri dengan cara lebih disiplin, tekun, bekerja keras dalam belajar, mengatur pola belajar atau kemandirian belajar dengan baik, serta meningkatkan motivasi belajarnya, sehingga dengan demikian dapat membantu mahasiswa dalam menghadapi tantangan, tugas-tugas yang sulit, serta ketakutan untuk gagal. Kemudian peningkatan efikasi diri juga diharapkan dapat mengurangi kecemasan akademik yang berlebih pada mahasiswa supaya tidak terjadi tindak kecurangan akademik yang dimediasi oleh kecemasan akademik akibat efikasi diri yang rendah.

b. Bagi Dosen

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pada dosen dalam membantu pencegahan dan penanggulangan kecurangan akademik, sehingga dapat tercipta iklim akademis yang jujur dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan commit to user

digilib.uns.ac.id

(11)

masukan bagi dosen untuk mendorong dan memotivasi mahasiswanya supaya memiliki efikasi diri yang baik dalam menghadapi tantangan, kesulitan, dan dalam mengatasi kegagalan, sehingga dengan demikian kecemasan akademik pada mahasiswa dapat diatasi, mahasiswa lebih percaya diri, optimis, dan akan lebih berhasil dalam mencapai tujuannya di masa depan.

c. Bagi Instansi tempat penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan sebagai rujukan bagi universitas dalam melakukan perbaikan iklim pembelajaran serta melakukan pencegahan dan penanggulangan tindak kecurangan akademik melalui berbagai tindakan seperti mengadakan suatu pelatihan maupun seminar yang dapat melatih dan membentuk efikasi diri yang baik pada mahasiswa, sehingga kecemasan akademik dapat diatasi dan dapat menciptakan iklim akademis yang jujur serta sesuai dengan tujuan pendidikan.

commit to user

Gambar

Gambar 1.2. Diagram Data Bentuk Kecurangan Akademik Mahasiswa                      Pendidikan Akuntansi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, penulis mencoba mengadakan penelitian tentang setsubigo yang memiliki arti “ biaya “ yaitu –kin, -dai, -chin, -hi, dan

Sebagai salah satu sub unsur dari kegiatan pengendalian, maka Akuntabilitas terhadap Sumber Daya dan Pencatatannya juga merupakan penetapan serta pelaksanaan kebijakan dan

Variabel budaya etis diukur dengan indikator yang dikembangkan dari Svanberg and Ohman (2013), Shafer and Wang (2010), dan TrevinO (1998) yang dikutip oleh

Kelebihan pegawai yang dirasakan dapat dijumpai di beberapa unit organisasi baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah hendaknya dengan demikian harus dilakukan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan studi penelitian mengenai efektivitas pelayanan publik khususnya Dinas Kependudukan dan

Dari hasil aransemen ulang ( remake ) tersebut Hanin menguploadnya pada platform Youtube dan menuai jutaan Viewers, karena keberhasilnya Hanin lantas tertarik

• Penilaian Acuan Patokan adalah penilaian yang dilakukan dengan membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah.

Bakteriosin sebagai biopreservatif pangan harus memenuhi kriteria seperti pengawet atau bahan tambahan makanan lainnya, yaitu aman bagi konsumen, memiliki aktivitas