• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR HUKUM PIDANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGANTAR HUKUM PIDANA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR HUKUM PIDANA

Kenalkan saya Ibu Nuswardhani, pengajar dalam mata kuliah pengantar hukum indonesia dan disini saya akan memberikan materi tentang pengantar hukum pidana.

Pengantar hukum pidana ini dimaksudkan untuk mengantar atau memperkenalkan hukum pidana secara umum atau secara garis besar mengenai dasar - dasar hukum pidana yang sekarang berlaku di Negara Republik Indonesia kepada mahasiswa yang akan mempelajari hukum pidana.

Oleh karena itu pengantar hukum pidana ini merupakan mata kuliah dasar dan prasyarat untuk mempelajari cabang ilmu hukum pidana yang lebih khusus dan lebih luas. Maka dari itu dalam pengantar hukum pidana ini yang akan kita pelajari adalah :

A. Istilah dan Pengertian Hukum Pidana

Istilah pidana berarti hukuman. Hukum pidana itu tidak sekedar membicarakan hukuman tetapi juga membicarakan perbuatan-perbuatan apa saja yang dapat dihukum. Siapa saja yang dapat dihukum, apakah semua orang dapat dihukum atau hal-hal apa yang membuat seorang tidak dapat dihukum.

Oleh karena itu pengertian hukum pidana itu harus memenuhi unsur : 1. Perbuatan-perbuatan apa saja yang dilarang.

2. Siapa saja yang dapat dikenakan hukuman..

3. Pidana apa yang dapat di jatuhkan.

1) Menurut Pompe hukum pidana adalah keseluruhan aturan hukum mengenai perbuatan yang dapat dihukum dan aturan pidananya.

2) Menurut Apel Doorn bahwa hukum pidana dapat dibedakan menjadi :

a) Hukum pidana materiil menunjuk kepada perbuatan-perbuatan pidana, dan perbuatan itu dapat dipidana, perbuatan pidana itu mempunyai dua bagian : yaitu bagian subyektif dan bagian obyektif.

b) Hukum pidana formal mengatur cara bagaimana hukum pidana materiil dapat ditegaskan.

3) Menurut D. Hazewinhel Suringa bahwa hukum pidana ada 2 bagian pengertian :

(2)

a) Dalam arti obyektif (ius poenale) yang meliputi perintah dan larangan yang pelanggarannya diancam dengan sanksi pidana oleh badan yang berhak, ketentuan- ketentuan yang mengatur upaya yang dapat digunakan jika norma itu dilanggar yang dinamakan hukum panitensier.

b) Dalam arti subyektif (ius paniendi) adalah hak negara menurut hukum untuk menuntut pelanggaran (delik) dan untuk menjatuhkan serta melaksanakan pidana.

4) VOS menyatakan bahwa hukum pidana dalam arti bekerjanya sebagai peraturan hukum obyektif (ius poenale) yang dibagi menjadi :

a) Hukum pidana materiil yaitu peraturan tentang syarat-syarat, bilamana, siapa dan bagaimana seorang dapat dipidana.

b) Hukum pidana formal adalah hukum acara pidana, hukum subyektif (ius punaenandi) yaitu hukum yang memberikan kekuasaan untuk menetapkan putusan dan melaksanakan pidana yang hanya dibebankan kepada negara atau pejabat yang ditunjuk untuk itu.

VOS juga membagi hukum pidana menjadi :

a) Hukum pidana umum (algemene strafrecht) yaitu pidana yang berlaku bagi semua orang.

b) Hukum pidana khusus (byzondere strafrecht) yaitu bentuknya ius special seperti hukum pidana militer, dan ius singular seperti hukum pidana fishal.

5) Menurut Satochid Kartonegara hukum pidana dapat dipandang dalam arti obyektif adalah sejumlah peraturan yang mengandung larangan atau keharusan terhadap pelanggarannya diancam dengan hukuman dan hukum pidana dalam arti subyektif yaitu sejumlah peraturan yang mengatur hak negara untuk menghukum seseorang yang melakukan perbuatan yang dilarang.

Olehkarena itu dari pendapat diatas maka dapat diketahui bahwa hukum pidana adalah hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengandung keharusan dan larangan terhadap pelanggaran yang diancam dengan hukuman yang berupa siksa badan.

Jadi hukum pidana itu berisi peraturan tentang keharusan dan larangan. Keharusan berarti seorang harus mengikuti setiap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam hukum pidana, sedangkan larangan artinya setiap subyek hukum dilarang melanggar hak-hak yang

(3)

telah dilarang dalam undang-undang bagi pelanggaranya diancam dengan sanksi yang berupa ancaman badan dalam konteks Indonesia adalah pidana kurungan atau penjara.

Oleh karena itu hukum pidana yang kita pelajari saat ini adalah termasuk dalam hukum pidana materiil.

B. Ruang Lingkup Hukum Pidana

Pada dasarnya ruang lingkup hukum pidana membahas 3 masalah sentral dalam hukum pidana :

1. tentang perbuatan apa saja yang dilarang disebut dengan tindak pidana atau perbuatan pidana, peristiwa pidana, perbuatan yang dapat dipidana. Istilah ini merupakan terjemahan dan istilah Strafabarfeit dalam bahasa Belanda, disebut dengan delic dalam bahasa latin, disebut dengan criminal act dalam bahasa Inggris.

2. Pertanggung jawaban pidana adalah keadaan yang membuat seseorang dapat dipidana serta alasan dan keadaan apa saja yang membuat seseorang terbukti melakukan tindak pidana.

Istilah pertanggungjawaban pidana dalam bahasa Belanda dengan Torekening bearheid.

3. Pidana itu sendiri adalah hukuman atau sanksi yang dapat dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan tindak pidana dan kepadanya dapat dipertanggung jawabkan.

C. Tujuan dan Fungsi Hukum Pidana

Tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan orang perseorangan atau hak asasi manusia dan melindungi kepentingan masyarakat dan negara dengan pertimbangan yang serasi dari kejahatan/tindakan tercela di satu pihak dan dari tindakan penguasa sewenang- wenang dilain pihak. Dengan demikian yang dilindungi oleh hukum pidana tidak hanya individu tetapi juga negara, masyarakat, harta benda milik individu.

Tujuan hukum pidana ini tedapat 2 aliran :

a. Untuk menakuti-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak baik (aliran klasik).

b. Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan lingkungan (aliran modern).

Menurut aliran klasik tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi individu dari kekuasaan penguasa negara.

(4)

Menurut aliran modern tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi masyarakat terhadap kejahatan. Dengan demikian hukum pidana harus memperhatikan kejahatan dan keadaan penjahat, maka aliran ini mendapat pengaruh dari perkembangan kriminologi.

Fungsi hukum pidana menurut pandangan Adami Chazawi hukum pidana berfungsi mengatur dan menyelengarakan kehidupan bermasyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum.

Sebagai bagian hukum publik secara khusus hukum pidana berfungsi :

1. Melindungi kepemilikan hukum dari perbuatan - perbuatan yang menyerang/

memerkosanya.

2. Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum yang melindungi.

3. Mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka negara menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi.

Mengenai tujuan pemidanaan ada 3 teori :

a. Teori mutlak (teori pembalasan) Vergeldinga Theorien

Penjatuhan hukuman berdasarkan pembalasan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh seseorang. Dasar hukumannya terletak dalam kejahatan itu sendiri yang mengakibatkan hukuman pidana.

Teori ini merupakan teori yang berdasarkan pada anggapan bahwa “Utang jiwa harus dibayar dengan jiwa” dan “Utang darah harus dibayar dnegan darah”. Dasar ini disebut dengan talio (denda darah). Lambat laun kekejaman ini dapat dihindarkan dengan penggantian kerugian yaitu dengan denda atau dengan penjara.

b. Teori relatif atau tujuan (Doel theorien)

Teori relatif ini perbuatan pidana di tujukan kepada hari-hari yang akan datang dengan maksud mendidik orang yang telah berbuat jahat agar menjadi orang yang baik kembali.

c. Teori gabungan (Vereningingstheorien)

Teori ini tidak hanya menitikberatkan atau menganggap sebagai dasar hukuman semata-mata pembalasan saja (teori absolut) atau pemulihan kerugian dan pemeliharaan ketertiban umum dalam suatu masyarakat melainkan berpendirian bahwa

(5)

hukum itu dijatuhkan oleh negara berdasarkan atas keadilan dan dipertahankanya kesejahteraan bersama dalam masyarakat.

(di Indonesia menganut teori gabungan)

D. Tindak Pidana

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari Strafbaarfeit, tindak pidana identik dengan delik yang berasal dari bahasa latin dari kata delictum.

Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana.

1. Menurut Simon tindak pidana sebagai suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja atau tidak disengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.

2. Menurut Moelyatno bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana terhadasp siapa yang melanggar larangan tersebut, oleh karena itu dalam tindak pidana terdapat :

a) Perbuatan itu harus merupakan perbuatan manusia.

b) Perbuatan itu harus dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang.

c) Perbuatan itu bertentangan dengan hukum (melawan hukum) d) Harus dilakukan oleh seorang yang dapat dipertanggungjawabkan.

e) Perbuatan itu harus dapat diselesaikan kepada si perbuat.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat bertanggungjawab perbuatan tersebut dilarang atau diperintahkan atau dibolehkan oleh undang-undang yang diberi sanksi berupa sanksi pidana.

Unsur-unsur tindak pidana terdiri dari : a. Unsur obyektif

Unsur yang terdapat diluar si pelaku. Unsur-unsur ini ada hubungannya dengan keadaan yaitu keadaan dimana tindakan si pelaku itu dilakukan yang terdiri dari sifat melanggar hukum, kualitas dari si pelaku, kausalitas.

b. Unsur subyektif

(6)

Unsur yang melekat pada diri si pelaku, atau yang dihubungkan pada diri si pelaku termasuk di dalamnya segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya.

c. Unsur melawan hukum yang obyektif

Unsur melawan hukum yang menunjuk kepada keadaan lahir atau obyektif yang menyertai perbuatan.

d. Unsur melawan hukum yang subyektif

Unsur melawan hukum yang terletak di dalam hati seorang pelaku kejahatan itu sendiri.

Unsur-unsur tersebut diatas dapat dirinci lebih konkrit sebagai berikut : a. Harus ada kesalahan yang dilakukan oleh seorang/kelompok orang.

b. Perbuatan harus sesuai yang dirumuskan dalam undang-undang pelakunya harus telah melakukan kesalahan dan dapat mempertanggungjawabkan atas perbuatannya.

c. Harus ada kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan. Perbuatan tersebut harus dapat dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar ketentuan hukum.

d. Harus ada ancaman hukumannya

Ketentuan yang dilanggar mencantumkan sanksinya.

Perbuatan yang tidak memenuhi salah satu unsur rumusan tindak pidana tidak dipidana karena adanya alasan penghapus pidana, antara lain :

a. Alasan pemaaf jika pelakunya tidak dapat dipertanggungjawabkan, misal : orang sakit ingatan melakukan pembunuhan.

b. Alasan pembenar, jika perbuatannya tidak bersifat melawan hukum, misalnya : eksekutor pidana mati menjalankan perintah/dinas.

Macam-macam delik, sebagai berikut :

a. Delik formal adalah suatu perbuatan pidana yang “sudah” di lakukan dan perbuatan tersebut benar-benar melanggar ketentuan yang dirumuskan dalam pasal undang-undang yang bersangkutan.

Misal : Pasal 362 KUHP tentang pencurian.

b. Delik material adalah suatu perbuatan pidana yang dilarang yaitu “akibat” yang timbul dari suatu perbuatan tertentu. Contoh : Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan.

c. Delik Dolus adalah perbuatan pidana yang dilakukan dengan sengaja

(7)

Contoh : Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana d. Delik Culpa adalah perbuatan pidana yang tidak disengaja (alpa)

Contoh : Kealpaan/kelalaian yang mengakibatkan matinya seseorang (Pasal 359 KUHP) e. Delik aduan adalah suatu perbuatan pidana yang memerlukan pengaduan dari orang lain.

Contoh pasal 284 KUHP

E. Sistematika KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)

Hukum pidana Indonesia berbentuk tertulis dikodifikasikan dalam sebuah kitab Undang- undang yaitu Kitab Umdang-undang Hukum Pidana yang berasal dari pemerintah penjajahan belanda. Kitab Undang-undang Hukum Pidana terdiri dari 569 pasal secara sistematik terbagi dalam :

Buku I memuat tentang ketentuan-ketentuan umum, Pasal 1 sampai 103 Buku II memuat tentang kejahatan , Pasal 104 – 488

Buku III mengatur tentang pelanggaran

Mengenai rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tahun 2006 , KUHP terdiri dari 2 Buku :

1. Buku I memuat tentang Ketentuan Umum (Pasal 1 – 208) 2. Buku II memuat tentang tindak pidana (Pasal 209 – 272)

F. SISTEM HUKUMAN

Sistem hukuman tercantum dalam pasal 10 KUHP yang menentukan bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seorang pelaku tindak pidana adalah ;

1. Hukuman mati

2. Hukuman penjara , hukuman penjara ini ada 2 yaitu:

a. hukuman seumur hidup

b. hukuman penjara selama waktu tertentu ( setinggi-tinggi selama 20 tahun, serendah- rendahnya 1 tahun )

3. Hukuman kurungan ( serendah-rendahnya 1 hari, setinggi-tingginya 1 tahun).

4. Hukuman denda

Ketentuan mengenai hukuman denda ini dimana pembayaran denda tidak ditentukan harus terpidana dapat juga dilakukan oleh orangyang sanggup membayarnya.

(8)

5. Hukuman tambahan

Sifat hukuman tambahan ini hanya sebagai penambah hukuman pokok kalau dalam putusan hakim ditetapkan hukuman tambahan .

Misalnya: warga negara indonesia yang melakukan tindak pidana tertentu oleh hakim diputus dengan menjalankan hukuman penjara dan dicabut hak pilihnya dalam pemilu yang akan datang.

Demikian pemaparan materi pengantar hukum pidana, pelajari materi pengantar hukum pidana ini baik-baik kalau ada yang belum jelas silahkan bertanya. Kerjakan tugas pengantar hukum pidana ini dengan menjawab soal-soal yeng tertera dibawah ini:

1. Bagaimana ruang lingkup dari hukum pidana?

2. Sebutkan unsur-unsur dan macam-macam tindak pidana atau delik?

Jika Sdr telah mengerjakan tugas tersebut bersrti Sdr telah melakukan presensi pada kuliah pengantar hukum pidana

Referensi

Dokumen terkait

NO PENGUSUL PRODI JUDUL PENELITIAN REVIEWER Waktu dan Tempat 1 Amaliyah Ulfah.,S.Pd., M.Pd PGSD Motivasi Mahasiswa Dalam Memilih Program Studi PGSD.. 2 Panji Hidayat.,

Program / kegiatan yang mendukung Capaian Indikator Persentase ketersediaan angkutan umum yang melayani wilayah di Kabupaten Banyuasin pada Tahun 2016 adalah

(5) Dalam hal permohonan wajib retribusi ditolak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, Kepala SKPD atas nama Bupati menerbitkan Surat Keputusan Penolakan

1) Setiap orang termasuk pegawai negeri, orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah; orang yang menerima gaji atau upah dari.. suatu

Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri (zich toeeigenen) barang sesuatu yang seharusnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,

1) Konsumen dapat melihat beberapa produk yang dipromosikan oleh Sophie Martin dalam katalog promo. 2) Apabila sudah menemukan barang yang cocok dengan pilihan, maka konsumen

Dalam penelitian ini satu variabel yang digunakan sama dengan yang akan penulis gunakan untuk penelitian yaitu psychological well-being namun dengan subjek yang

satu kesatuan di dalam tapak serta konsep tata massa yang simetris dan seimbang terhadap tapak, Polarity seperti menerapkan prinsip kontras pada elemen ruang