ANALISIS KUAT TEKAN TERHADAP UMUR BETON DENGAN MENGGUNAKAN ADMIXTURE
SUPERPLASTICIZER VISCOCRETE-3115 N
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S1 Pada Departemen Teknik Sipil
LUKAS RAYMON SITORUS 14 0404 037
BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
i ABSTRAK
Superplasticizer adalah bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) yang lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan.
Penggunaan Superplasticizer dapat mengurangi jumlah pemakaian air, mempercepat waktu pengerasan, mempermudah pengerjaan campuran beton (workability) dan membuat beton kedap air.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan Superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi. Kadar Superplasticizer yang digunakan sebanyak 1%, 1,5% dan 2% dari berat semen. Mutu beton yang direncanakan f’c 42 MPa yang diuji pada 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan curing. Pada penelitian ini penggunaan superplasticizer meningkatkan kuat tekan terhadap mutu rencana sebesar 10,952% untuk variasi SP 1%, 16,586 % untuk variasi SP 1,5 % sedangkan yang terbesar diperoleh pada variasi SP 2% yaitu sebesar 22,752% menggunakan benda uji silinder Ø15 cm x 30 cm dengan nilai slump-flow 690 mm. Nilai koefisien umur maksimum Superplasticizer dicapai pada variasi penggunaan Superplasticizer 2% yaitu sebesar 0,999 untuk 7 hari, 1,143 untuk 14 hari, 1,219 untuk 21 hari dan 1,479 untuk 28 hari.
Kata kunci : Superplasticizer, Beton mutu tinggi, Slump-Flow, Koefisien umur
ii KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas setiap berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tugas akhir ini sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana teknik program studi teknik sipil dari Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Analisis Kuat Tekan Terhadap Umur Beton dengan Menggunakan Admixture Superplasticizer Viscocrete- 3115 N”.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak baik secara moral maupun material. Untuk itu, pada bagian ini penulis ingin memberikan apresiasi serta ucapan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Ir. Torang Sitorus, M.T selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan, membuka wawasan penulis, membantu dan memotivasi penulis selama melakukan penelitian serta penulisan hingga akhirnya tugas akhir ini selesai. Terimakasih untuk banyaknya waktu yang telah disediakan bagi penulis.
2. Bapak Ir. Besman Surbakti, M.T dan Bapak Ir. Daniel Rumbi Teruna, M.T., Ph. D., IP-U selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan arahan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.
3. Dr. Ir. Medis Sejahtera Surbakti, M.T selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Ir. Andy Putra Rambe, MBA selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
5. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh masa studi S1
6. Bapak dan Ibu Staf Pegawai Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
iii 7. Yang teristimewa, kedua orang tua penulis A.Sitorus dan J.Butar-
Butar , yang telah memberi dukungan, pengertian dan kepercayaan serta telah menjadi sumber inspirasi bagi penulis
8. Kepada tim analisis beton diantaranya, kepada Roimer Simanullang, Sem Kennedy Simanungkalit, Rebeca Meinita Ginting
9. Seluruh angkatan 2014 Departemen Teknik Sipil USU, di antaranya kepada Satdes, Ruben, Banri, Ignatio, Handi, Billy dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu
10. Kepada adik-adik 2017 Departemen Teknik Sipil USU, diantaranya Haris Sebayang, Mikhael Sitanggang, Frans Immanuel, Josua, Sep dan yang lainnya yang telah membantu proses pengerjaan tugas akhir ini.
11. Kepada asisten laboratorium bahan rekayasa Departemen Teknik Sipil USU, diantaranya Wahyu dan Eka yang telah membantu dan mendukung selesainya tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf untuk setiap kekurangan dalam tugas akhir ini dan sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap kiranya tugas akhir ini dapat memberikan sumbangsih sebagai kemajuan ilmu teknik sipil khususnya di bidang struktur.
Medan, Juli 2018 Hormat saya
Penulis
(Lukas Raymon Sitorus)
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR NOTASI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.4. Batasan Masalah ... 3
1.5. Manfaat Penelitian ... 4
1.6. Sistematika Penulisan ... 4
1.7. Jadwal Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Mutu Tinggi ... 6
2.1.1. Sejarah Perkembangan Beton Mutu Tinggi ... 6
2.1.2. Pengertian Beton Mutu Tinggi ... 7
2.1.3. Beton Kinerja Tinggi ... 8
v
2.1.3.1. Ultra High Performance Concrete (UHPC) ... 9
2.1.3.2. Micro-Reinforced Ultra High Performance Concrete .... 10
2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Beton Mutu Tinggi ... 10
2.2. Self Compacting Concrete (SCC) ... 13
2.2.1. Sejarah Perkembangan Beton SCC ... 13
2.2.2. Pengertian Beton SCC ... 15
2.3. Bahan Tambah ... 17
2.4. Superplasticizer ... 21
2.4.1. Pengertian ... 21
2.4.2. Komposisi Superplasticizer ... 22
2.4.3. Cara Kerja Superplasticizer ... 24
2.4.4. Dosis Superplasticizer ... 26
2.4.5. Kelebihan dan Kekurangan Superplasticizer ... 26
2.4.5.1. Kelebihan Superplasticizer ... 26
2.4.5.2. Kekurangan Superplasticizer ... 27
2.5. Perkembangan Viscocrete ... 27
2.5.1. Viscocrete 10 ... 27
2.5.2. Viscocrete SC 305 ID ... 28
2.5.3. Viscocrete 3115-N ... 29
2.6. Hasil Penelitian Yang Pernah Dilakukan ... 31
2.7. Kemudahan Pekerjaan ... 33
vi
2.6. Pengujian Beton ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian ... 36
3.2. Prosedur Penelitian ... 36
3.3.Penyediaan dan Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton ... 38
3.3.1. Semen Portland ... 38
3.3.2. Agregat Halus ... 38
3.3.2.1. Analisa Ayakan Pasir ... 38
3.3.2.2. Pemeriksaan Berat Isi Pasir ... 39
3.3.2.3. Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir ... 39
3.3.2.4. Pemeriksaan Kadar Lumpur ... 40
3.3.2.5. Pemeriksaan Clay Lump Pada Pasir ... 40
3.3.2.6. Pemeriksaan Kandungan Organik ... 41
3.3.2.7. Pemeriksaan Kadar Air Pada Pasir ... 41
3.3.3. Agregat Kasar ... 41
3.3.3.1. Analisa Ayakan Kerikil ... 42
3.3.3.2. Pemeriksaan Berat Isi Kerikil ... 42
3.3.3.3. Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Kerikil ... 43
3.3.3.4. Pemeriksaan Kadar Lumpur Kerikil ... 43
3.3.3.5. Pemeriksaan Kadar Air Pada Kerikil ... 44
3.3.4. Air ... 44
3.3.5. Superplasticizer ... 44
vii
3.4. Perencanaan Campuran Beton ... 45
3.4.1. Menentukan Slump dan Kekuatan yang diinginkan ... 45
3.4.2. Menentukan Ukuran Maksimum Agregat ... 46
3.4.3. Menentukan Kadar Optimum Agregat Kasar ... 47
3.4.4. Menentukan Estimasi Air Campuran dan Kadar Udara ... 47
3.4.5. Menentukan Rasio Air dengan Bahan Bersifat Semen ... 49
3.4.6. Menentukan Kadar Bahan Semen ... 50
3.4.7. Penentuan Komposisi Campuran Dasar ... 50
3.4.8. Campuran Percobaan ... 51
3.5. Pengerjaan Beton ... 51
3.5.1. Persiapan ... 51
3.5.2. Pengadukan (Pencampuran) ... 52
3.5.3. Slump-flow ... 52
3.5.4. Penuangan Adukan ... 52
3.5.5. Pengeringan ... 52
3.5.6. Perendaman ... 52
3.5.7. Pengujian Kuat Tekan ... 53
3.6. Perhitungan Koefisien Umur Beton... 53
3.6.2. Mencari Koefisien Umur Dengan Faktor Bentuk ... 54
3.7. Pengolahan Data ... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) ... 56
viii 4.2. Hasil Pengujian Slump-flow dan Workability ... 56 4.3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Benda Uji ... 57 4.4. Penentuan Nilai Koefisien Umur Beton ... 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 66 5.2. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA
ix DAFTAR TABEL
BAB I
Tabel 1.1 Jumlah Benda Uji Silinder yang Digunakan ... 3 Tabel 1.2 Jadwal Penelitian Tugas Akhir ... 5 BAB II
Tabel 2.1 Mutu Beton dan Penggunaannya ... 8 Tabel 2.2 Klasifikasi Kimia Superplasticizer ... 22 Tabel 2.1 Perbandingan Polycarboxylate dengan Naphthalene ... 23 BAB III
Tabel 3.1 Slump yang Dianjurkan Untuk Beton dengan HRWR atau Tanpa HRWR ... 46 Tabel 3.2 Perkiraan Ukuran Maksimum Agregat ... 46 Tabel 3.3 Fraksi Volume Agregat Kasar yang Disarankan ... 47 Tabel 3.4 Estimasi Pertama Kebutuhan Air Pencampuran dan Kadar Udara
Beton Segar Berdasarkan Pasir dengan 35% Rongga Udara ... 48 Tabel 3.5 W/(C+P) Maksimum yang Dianjurkan untuk Beton dengan
Menggunakan HRWR ... 49 Tabel 3.6 Angka koefisien Umur Beton Menurut PBI 1971 ... 53 Tabel 3.7 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Dengan Berbagai Bentuk
Benda uji ... 54 BAB IV
Tabel 4.1 Kebutuhan Bahan Susun Beton Tiap 1 m3 ... 56
x Tabel 4.2 Hasil Pengujian Slump-Flow Beton Segar untuk Setiap Variasi .. 57 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Umur 7 Hari untuk Setiap Variasi .. 58 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Umur 14 Hari untuk Setiap Variasi 59 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Umur 21 Hari untuk Setiap Variasi 60 Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Umur 28 Hari untuk Setiap Variasi 61 Tabel 4.7 Nilai Kuat Tekan Rata-Rata Beton Superplasticizer ... 62 Tabel 4.8 Persentase Kuat Tekan Beton Terhadap Mutu Rencana ... 63 Tabel 4.9 Nilai Koefisien Beton Superplasticizer Terhadap Beton dengan
Semen Portland Kekuatan Awal Tinggi ... 64 BAB V
Tidak Terdapat Tabel
xi DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fiber Reinforcement ... 10
Gambar 2.2 Pengecoran Beton SCC ... 16
Gambar 2.3 Polycarboxylate ... 24
Gambar 2.4 Pemisahan Partikel Semen dengan (a) Electrostatic Repulsion dan (b) Steric Repulsion ... 26
Gambar 2.5 Viscocrete 10 Produksi PT. Sika Indonesia ... 28
Gambar 2.6 Viscocrete SC 305 ID Produksi PT. Sika Indonesia ... 29
Gambar 2.7 Superplasticizer Viscocrete-3115 N dari PT. Sika Indonesia ... 30
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian ... 37
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Variasi Superplasticizer Terhadap Nilai Slump- Flow ... 57
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-Rata ... 62
Gambar 4.3 Grafik Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Umur Beton ... 64
xii DAFTAR NOTASI
SSD : Saturated Surface Dry W/(C+P) : Faktor Air Semen F’c : Kekuatan Tekan Beton
P : Beban Tekan
A : Luas Penampang
HRWR : High Range Water Reducer DRUW : Dry-Rodded Unit Weight
OD : Oven Dry
V : Void Content
FM : Fineness Modulus MHB : Modulus Halus Butir SP : Superplasticizer
OPC : Ordinary Portland Cement
ASTM : American Society For Testing And Material SNI : Standar Nasional Indonesia
SCC : Self Compacting Concrete
xiii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Data Hasil Pemeriksaan Material Lampiran II Data Hasil Pengujian
Lampiran III Foto Dokumentasi
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi beton saat ini mendorong berbagai penelitian dan percobaan dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas beton. Teknologi bahan dan teknik pelaksanaan yang diperoleh dari hasil penelitian dan percobaan tersebut dimaksudkan untuk menjawab tuntutan yang semakin tinggi terhadap pemakaian beton serta mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi pada saat pengerjaan di lapangan. Dalam pembangunan gedung- gedung bertingkat tinggi dan bangunan lainnya sangat dibutuhkan beton dengan kekuatan yang tinggi, beton mutu tinggi adalah pilihan yang paling tepat.
Adanya tuntutan waktu terhadap progress pelaksanaan proyek sering sekali memaksa agar beton dapat menunjukkan kinerja optimalnya di waktu lebih cepat dari waktu yang dibutuhkan beton normal. Oleh karena itu diperlukan suatu bahan tambah yang dapat membantu beton meningkatkan kinerjanya pada waktu yang lebih cepat.
Untuk mendapatkan beton mutu tinggi salah satunya digunakan dengan admixture superplasticizer. Superplasticizer adalah bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) yang lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan. Penggunaan Superplasticizer dapat mengurangi jumlah pemakaian air, mempercepat waktu pengerasan, mempermudah pengerjaan campuran beton (workability) dan membuat beton kedap air.
Dalam penelitian ini digunakan bahan tambah Superplasticizer jenis Sika Viscocrete-3115 N, yaitu merupakan salah satu bahan tambah dalam perencanaan beton mutu tinggi yang mana saat ini terus diuji coba untuk mendapatkan kuat tekan beton yang lebih tinggi.
Perbandingan kuat tekan beton admixture superplasticizer terhadap kuat tekan umur 28 hari menghasilkan suatu nilai koefisien umur, untuk setiap variasi
2 penambahan superplasticizer terhadap umur beton. Nilai koefisien ini dapat diaplikasikan dalam campuran beton mutu tinggi.
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis sejauh mana pengaruh admixture superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi pada umur beton 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a) Apakah admixture superplasticizer akan mempengaruhi peningkatan kuat tekan pada beton mutu tinggi ?
b) Berapa besar persentase penambahan superplasticizer untuk menghasilkan kuat tekan beton yang maksimum?
c) Berapa besar peningkatan kekuatan beton pada umur beton 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari dengan admixture superplasticizer ?
d) Berapa nilai koefisien umur admixture superplasticizer pada kuat tekan beton mutu tinggi ?
1.3. Tujuan Penelitian
a) Mengetahui pengaruh penambahan admixture superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi
b) Untuk mengetahui persentase penambahan superplasticizer 1%,1,5% dan 2% dalam adukan beton agar menghasilkan kuat tekan beton yang maksimum
c) Untuk membandingkan kuat tekan beton admixture superplasticizer pada umur beton 7 hari,14 hari, 21 hari dan 28 hari
d) Mengetahui nilai koefisien umur untuk setiap variasi admixture superplasticizer pada beton mutu tinggi
3 1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Kuat tekan beton mutu tinggi yang direncanakan dalam penelitian ini adalah 42 MPa
b) Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton pada saat beton berumur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari untuk setiap variasi c) Jenis admixture superplasticizer yang digunakan Viscocrete-3115 N
produk dari PT.SIKA INDONESIA
d) Persentase admixture superplasticizer yang digunakan sebesar 1%,1,5%
dan 2% dari berat semen yang digunakan
e) Dalam penelitian ini digunakan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
f) Perawatan (curing) beton dengan cara perendaman di air g) Benda uji yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1. Jumlah Benda Uji silinder yang Digunakan Hari
/curing
Benda uji Pengujian
Persentase superlasticizer
Total
1% 1,5% 2%
7 Silinder Kuat tekan 5 5 5 15
14 Silinder Kuat tekan 5 5 5 15
21 Silinder Kuat tekan 5 5 5 15
28 Silinder Kuat tekan 5 5 5 15
Jumlah Benda uji Silinder Ø 15cm, h=30 cm 60
4 1.5. Manfaat Penelitian
Tugas akhir ini diharapkan bermanfaat untuk:
a) Memberikan tinjauan mengenai pengaruh penambahan superplasticizer pada kuat tekan beton terhadap umur beton
b) Sebagai referensi untuk dapat dimanfaatkan mahasiswa atau pihak lain yang membahas tugas akhir dengan topik yang sama
c) Pihak- pihak yang membutuhkan informasi dan mempelajari hal-hal yang dibahas dalam laporan tugas akhir ini
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, sistematika penulisan dan jadwal penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas landasan teori dan dasar-dasar dari pelaksanaan penelitian berdasarkan referensi-referensi yang diperoleh
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang persiapan penelitian mencakup penyediaan bahan hingga pelaksanaan penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas analisis dan hasil pengujian di laboratorium meliputi hasil pengujian slump dan kuat tekan beton
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5 Berisi kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh kegiatan tugas akhir ini dan saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
1.7 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian tugas akhir ini disusun sebagai berikut:
Tabel 1.2. Jadwal Penelitian Tugas Akhir
No Jenis
Kegiatan
Bulan
April Mei Juni Juli Agustus Septe-
mber 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1. Studi
Literatur
2. Persiapan
Bahan Dan Alat
3. Pengujian Material Dan
Bahan
4. Pembuatan Benda Uji
5. Pengujian di
Laboratorium 6. Analisis Data
dan Pengolahan
Data
7. Pembuatan Laporan
8. Seminar
Hasil
9. Perbaikan
Laporan Tugas Akhir
10. Colloqium Doctum
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton Mutu Tinggi
2.1.1. Sejarah Perkembangan Beton Mutu Tinggi
Sejalan dengan perkembangan teknologi beton yang sedemikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi pun semakin berkembang dan berubah sesuai perkembangan jaman dan kemajuan tingkat mutu yang dihasilkan. Berdasarkan sejarah perkembangan beton mutu tinggi berdasarkan tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahu 1950an, beton dikategorikan mempunyai mutu tinggi jika kekuatan tekannya 30 MPa. Tahun 1960-1970an, kriterianya naik menjadi 40 MPa.
Saat ini beton dikatakan sebagai beton mutu tinggi jika kekuatan tekannya diatas 50 MPa dan diatas 80 MPa adalah beton mutu sangat tinggi (supartono, 1998). Dua dekade terakhir ini orang berbicara mengenai beton mutu tinggi dengan kekuatan tekan silinder beton (f’c) = 600-1000 kg/cm2. Beton dengan kekuatan 80 MPa telah banyak digunakan untuk bangunan tinggi seperti di chicago, seatle dan lainnya (M.S. Besari, 2003).
Sebenarnya sudah sejak lama beton mutu tinggi berhasil diproduksi untuk pekerjaan-pekerjaan khusus di beberapa negara maju. Tahun 1941, di Jepang sudah diproduksi beton dengan kekuatan 60 MPa untuk panel cangkang beton pracetak sebuah terowongan kereta api. Tahun 1952 di Eropa, beton berkekutan 60 MPa digunakan untuk struktur jembatan berbentang panjang. Di USA pada tahun 1960-an beton sejenis digunakan untuk keperluan militer.
Tahun 1980-an di USA, beton mutu tinggi banyak digunakan untuk bangunan tingkat, terutama elemen struktur kolom. Sejak tahun 1989 di USA, beton dengan kuat tekan 100-140 MPa digunakan untuk jembatan bentang
7 panjang, bangunan industri seperti silo yang tinggi dan berdiameter besar serta bangunan beresiko tinggi seperti bangunan pembangkit nuklir (Supartono, 1998)
Banyak parameter yang mempengaruhi kekuatan tekan beton diantaranya adalah kualitas bahan-bahan penyusunnya, rasio air semen yang rendah dan kepadatan yang tinggi pula. Beton segar yang dihasilkan dengan memperhatikan parameter tersebut biasanya sangat kaku, sehingga sulit dibentuk atau dikerjakan terutama pada pengerjaan pemadatan. Dengan semakin banyaknya pabrikan yang menghasilkan banyak admixture sebagai bahan pengencer dari beton yang berefek mencairkan beton tanpa menambah campuran air dalam beton maka hal ini tidak menjadi masalah (M.S. Besari,2003)
2.1.2. Pengertian Beton Mutu Tinggi
Beton mutu tinggi sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu bahan yang dibuat dari campuran beton (semen, agregat, air) dan pengurangan semen dengan penambahan zat aditif dan penambahan bahan tambah kimia sesuai dengan perbandingan sedemikian rupa sehingga bahan itu merupakan satu kesatuan yang dapat membentuk kekuatan beton yang lebih tinggi.
Menurut PD T-04-2004-C tentang tata cara pembuatan dan pelaksanaan beton berkekuatan tinggi, yang tergolong beton mutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan antara 40-80 MPa.
Beton mutu tinggi (high strength concrete) yang tercantum dalam (SNI 03- 6468-2000, ACI 318, ACI 363R-92), didefinisikan sebagai beton yang mempunyai kuat tekan yang diisyaratkan : f’c > 41,4 MPa.
Berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum (Divisi 7- 2007) mengklasifikasikan beton berdasarkan mutunya seperti terlihat pada tabel 2.1
8 Tabel 2.1. Mutu Beton dan Penggunaanya
Jenis Beton fc’
(MPa)
bk'
(kg/cm2)
Uraian
Mutu Tinggi 35 - 65 K400 - K800
Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang pancang beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya.
Mutu Sedang 20 - 35 K250 - K400
Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong beton bertulang, bangunan bawah jembatan.
Mutu Rendah
15 - <20 K175 - <K250
Umumnya digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti beton siklop, trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
10 - <15 K125 - <K175 Digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton (Sumber: Departemen pekerjaan umum divisi 7-2007)
2.1.3. Beton Kinerja Tinggi
Dengan semakin banyaknya pemakaian beton di dalam industri konstruksi maka semakin banyak pula usaha untuk membuatnya semakin canggih dan semakin ekonomis. Kecanggihan itu dinyatakan dalam pembuatan beton dengan mutu yang tinggi, sementara biaya berusaha ditekan serendah mungkin. Selain itu ada usaha untuk memanfaatkan sifat-sifat beton yang belum terungkap sebelumya
Dari segi ekonomis kita lihat bahwa bagian yang termahal dari beton adalah semen dan penulangannya. Dengan segala macam usaha maka kedua jenis bahan
9 tadi diusahakan untuk diganti atau dikurangi pemakaiannya. Dengan adanya industri, maka sisa limbah industri berusaha untuk dimanfaatkan, daripada menjadi perusak lingkungan.
Pengertian beton kinerja tinggi (High Performance Concrete/ HPC) sering tercampur aduk dengan beton mutu tinggi (High Strength concrete). Beton mutu tinggi adalah salah satu dari jenis beton kinerja tinggi. Definisi yayasan riset teknik sipil (CERF) dari Amerika menyebutkan beton kinerja tinggi adalah beton yang memenuhi persyaratan khusus kinerja yang tidak selalu bisa dicapai secara rutin dengan hanya menggunakan bahan konvensional dan praktik normal pencampuran, peletakan dan perawatan.
Beberapa dari syarat yang saat ini digunakan berkaitan dengan beton bekinerja tinggi adalah :
a) Kemudahan peletakan b) Pemadatan tanpa segregasi c) Kekuatan tekan awal
d) Sifat mekanik jangka panjang e) Permeabilitas
f) Kepadatan g) Stabilitas volume
h) Dapat bertahan di berbagai lingkungan
Pengembangan beton kinerja tinggi masih terus dilakukan. Berikut ini merupakan contoh pengembangan beton kinerja tinggi yaitu:
2.1.3.1. Ultra High Performance Concrete (UHPC)
Beton bekinerja sangat tinggi adalah jenis beton baru yang sedang dikembangkan oleh lembaga terkait. Beton bekinerja sangat tinggi ditandai dengan menjadi material komposit semen yang diperkuat dengan serat baja.
Kekuatan tekan beton ini lebih dari 150 MPa, hingga dan mungkin melebihi 250 MPa. Beton bekinerja sangat tinggi juga dicirikan dengan bahan penyusunnya berupa pasir halus, silica fume, serat baja kecil dan campuran khusus dari semen
10 portland berkekuatan tinggi. Pada jenis beton ini tidak terdapat agregat dengan ukuran besar.
2.1.3.2. Micro-Reinforced Ultra High Performance Concrete
Beton jenis ini merupakan generasi UHPC berikutnya. Selain kekuatan tekan yang tinggi, micro-reinforced UHPC ditandai oleh daktilitas ekstrim, penyerapan energi dan ketahanan terhadap bahan kimia, air dan suhu. Kinerja serat terputus dan tersebar di UHPC memberikan daya tahan, keuletan dan kekuatan gambar 2.1. Micro-Reinforced Ultra High Performance Concrete digunakan dalam konstruksi bangunan tahan gempa, overlay struktural dan arsitektur yang kompleks.
Gambar 2.1. Fiber Reinforcement (Sumber: 2016 FDOT Design Training Expo Daytona Beach, FL, June 13-15,
2016)
2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Beton Mutu Tinggi
Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam menghasilkan beton dengan mutu yang tinggi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
11 a) Faktor air semen (FAS)
Secara umum, semkin besar nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton. Dengan demikian, untuk menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi FAS dalam beton haruslah rendah. Umumnya nilai FAS minimum untuk beton normal sekitar 0,4 dan nilai maksimumnya 0,65.
Tujuan pengurangan FAS ini adalah untuk mengurangi hingga seminimal mungkin porositas beton yang dibuat sehingga akan dihasilkan beton mutu tinggi (Suparno ,1998)
b) Kualitas pasir (agregat halus)
Bentuk agregat halus akan mempengaruhi kualitas mutu beton yang dibuat. Agregat berbentuk bulat mempunyai rongga udara minimum 33%
lebih kecil dari rongga udara yang dipunyai oleh agregat berbentuk lainnya. Dengan semakin berkurangnya rongga udara yang terbentuk, beton yang dihasilkan akan mempunyai rongga udara yang lebih sedikit.
Menurut SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A), agregat halus harus memenuhi syarat berikut :
a) Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan < 2,2 b) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca
c) Tidak mengandung lumpur >5%
d) Tidak mengandung zat organis yang terlampau banyak
e) Modulus kehalusan antara 1,5-3,8 dengan variasi butir sesuai standar gradasi
f) Agregat halus dari pantai dapat dipakai asalkan dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
Modulus halus butir (finnes modulus) atau yang biasa disingkat MHB ialah suatu indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat. Semakin besar nilai MHB suatu agregat, semakin besar butiran agregatnya. Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar 1,50-3,8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MHB 2.5 < MHB < 3.0 umumnya menghasilkan beton mutu tinggi dengan FAS
12 yang rendah dan mempunyai kekuatan tekan dan kelecakan yang optimal (Larrard, 1990)
c) Kualitas kerikil (agregat kasar)
Kekuatan agregat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal. Pertama, karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan. Kedua, porositas besar yang akan mempengaruhi keuletan atau ketahanan terhadap beban.
Menurut SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A), agregat kasar harus memenuhi syarat berikut :
a) Butirannya keras dan tidak berpori dengan indeks kekerasan <5%
b) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca c) Tidak mengandung lumpur lebih dari 1%
d) Tidak boleh mengandung zat reaktif terhadap alkali e) Butiran yang panjang dan pipih tidak boleh melebihi 20%
f) Modulus kehalusan agregat berkisar pada 6-7,1 dengan variasi butir sesuai standar gradasi
g) Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak bersih antar tulangan atau berkas tulangan.
Ukuran butir maksimum agregat juga akan mempengaruhi mutu beton yang akan dibuat. Hasil penelitian lazzard (1990) menyebutkan bahwa butiran maksimum yang memberikan arti nyata untuk membuat beton mutu tinggi tidak boleh lebih dari 15 mm. Namun demikian pemakaian butiran agregat sampai dengan 25 mm masih memungkinkan diperoleh beton mutu tinggi dalam proses produksinya.
d) Penggunaan Bahan tambah
Pengurangan kadar air dalam pembuatan beton mutu tinggi menjadi perhatian penting. Dengan bahan tambah yang dapat mengurangi air sangat tinggi seperti Superplasticizer diharapkan kekuatan beton yang
13 dihasilkan lebih tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi.
e) Kontrol Kualitas.
Selain hal diatas, untuk dapat menghasilkan beton yang bermutu tinggi faktor kontrol terhadap kualitas proses produksi beton pada saat pengambilan sampel, pengujian maupun proses penakaran sampai perawatan mutlak menjadi perhatian penting. Pengawasan dan pengendalian yang tepat dari keseluruhan prosedur dan mutu pelaksanaan yang didukung oleh koordinasi operasional yang optimal akan lebih meningkatkan kualitas mutu beton yang dihasilkan.
2.2. Self Compacting Concrete (SCC) 2.2.1. Sejarah Perkembangan Beton SCC
Pengenalan konsep modern dari beton adalah self compacting concrete (SCC) atau beton pemadatan sendiri, dikembangkan untuk menuju kualitas yang lebih baik dari beton di jepang pada akhir tahun 1980-an, dimana kurangnya seragam dan pemadatan yang kurang telah diindentifikasi sebagai faktor utama yang bertanggung jawab dari buruknya kinerja struktur beton.
Tidak ada cara praktis dimana pemadatan beton itu pernah akan dijamin sepenuhnya, sebaliknya fokus ke kebutuhan untuk kompak, dengan getaran atau cara lain. Hal ini menyebabkan pengembangan SCC praktis pertama oleh peneliti (Okamura, Ozawa et al.) Di Universitas Tokyo dan kontraktor Jepang yang besar (misalnya Kajima, Maeda, Taisei dan lainnya) dengan cepat mengambil ide.
Kontraktor menggunakan fasilitas R & D di-rumah besar mereka untuk mengembangkan teknologi beton SCC. Setiap perusahaan mengembangkan desain campuran mereka sendiri, melatih staf mereka sendiri untuk bertindak sebagai teknisi untuk pengujian di situs. Yang penting, masing-masing kontraktor besar juga mengembangkan perangkat pengujian mereka sendiri dan cara uji.
Pada awal 1990-an hanya ada pengetahuan umum terbatas tentang SCC, terutama di Jepang, fundamental dan praktis know-how dirahasiakan oleh
14 perusahaan-perusahaan besar untuk mempertahankan keuntungan komersial. The SCCs yang digunakan di bawah nama dagang, seperti NVC (Non-bergetar beton) dari Kajima Co, SQC (beton kualitas Super) dari Maeda Co atau Biocrete (Taisei Co). Bersamaan dengan perkembangan Jepang di daerah SCC, R & D terus di mix-desain dan penempatan beton bawah air di mana pencampuran baru memproduksi SCC bercampur dengan pencocokan kinerja yang dari beton SCC Jepang (misalnya Universitas Paisley / Skotlandia, Univ. Of Sherbrooke / Kanada).
Modern, kini Self-Compacting Concrete (SCC) dapat diklasifikasikan sebagai bahan konstruksi canggih. SCC, seperti namanya, tidak perlu bergetar untuk mencapai pemadatan penuh. Ini menawarkan banyak manfaat dan keuntungan lebih beton konvensional. Ini termasuk peningkatan kualitas beton dan pengurangan di tempat perbaikan, waktu konstruksi lebih cepat, biaya keseluruhan yang lebih rendah, fasilitasi pengenalan otomatisasi dalam konstruksi beton. Perbaikan penting dari kesehatan dan keselamatan juga dicapai melalui penghapusan penanganan vibrator dan pengurangan substansial lingkungan kebisingan pemuatan di sekitar situs.
SCC telah digunakan di beberapa negara. Di Jepang, proyek konstruksi utama termasuk penggunaan SCC di tahun 90-an. Dewasa kini, di Jepang upaya yang dilakukan untuk membebaskan SCC dari label “beton khusus” dan mengintegrasikannya ke dalam produksi industri beton sehari-hari. Namun demikian, pangsa pasar SCC masih di bawah 1% dibanding ready mixed concrete (RMC) serta beton pracetak (PC). Di Swedia, pangsa pasar berada di 3% pada RMC dan PC pada tahun 2000, dan diperkirakan dua kali lipat pada tahun 2001.
Perumahan dan tunneling serta pembangunan jembatan untuk Swedia Jalan Nasional Administrasi adalah wilayah utama penggunaan untuk SCC. Di Belanda dan Jerman, industri pracetak terutama mendorong pengembangan SCC, dengan diharapkan enam persen dari pangsa pasar pada tahun 2001 di Belanda.
Di Amerika Serikat, industri pracetak juga memimpin penerapan teknologi SCC. The Precast / Pratekan Beton Institute (PCI) sangat aktif, dengan penciptaan
15 pada tahun 2002 dari Tim Cepat. Tugas tim ini adalah untuk menarik rekomendasi tentang penggunaan SCC di pracetak / pratekan operasi pada bulan Oktober 2002.
Sementara itu, penulis memperkirakan bahwa produksi harian SCC dalam pracetak / pratekan industri di Amerika Serikat akan 5000 m3 pada kuartal pertama 2002. Selain itu, beberapa departemen negara transportasi di Amerika Serikat (23 menurut survei terbaru) sudah terlibat dalam studi SCC.
Dengan tingkat bunga yang tinggi dari industri konstruksi, serta produsen beton baru ini, penggunaan SCC harus tumbuh pada tingkat yang luar biasa dalam beberapa tahun ke depan di Amerika Serikat. Namun, bahkan jika itu terbuat dari konstituen yang sama industri telah digunakan selama bertahun-tahun, seluruh proses, dari desain campuran menempatkan praktek, termasuk prosedur pengendalian mutu, perlu ditinjau dan disesuaikan untuk membuat sebagian besar dari teknologi baru ini.
2.2.2. Pengertian Beton SCC
Beton adalah material yang terdiri dari campuran semen, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambahan (admixture) bila diperlukan. Umumnya beton yang banyak digunakan dalam proses konstruksi adalah beton normal.
Selain proses pembuatannya yang relatif mudah karena tidak memerlukan bahan tambahan (admixture), beton normal juga dinilai lebih ekonomis. Namun tidak jarang dalam proses pengecoran beton normal sering mengalami kendala yang dikarenakan jarak antar tulangan yang terlalu rapat.
Akibatnya terjadi pemisahan antara agregat halus, semen, dan air dengan agregat kasar (segregasi). Oleh karena itu, dalam perjalanannya beton normal terus mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan konstruksi yang ada. Salah satunya adalah dengan dikembangkannya beton jenis Self Compacting Concrete (SCC).
16
Gambar 2.2. Pengecoran Beton SCC (Sumber: http://civilexi.blogspot.com/2016/10/self-compacting-concrete-scc.html)
Self compacting concrete (SCC) adalah campuran beton yang mempunyai karakteristik dapat memadat dengan sendirinya tanpa menggunakan alat pemadat (vibrator). SCC dapat memadat ke setiap sudut dari struktur bangunan dan dapat mengisi mengisi tinggi permukaan yang diinginkan dengan rata (self leveling) tanpa mengalami bleeding dan segregasi sehingga dapat meminimalisir adanya air yang masuk ke dalam beton yang dapat menyebabkan karat pada besi tulangan.
Gradasi yang tepat dari agregat yang dipakai dan kombinasi dari komposisi material yang dipergunakan, yang memiliki kadar bahan semen yang tinggi adalah hal utama dalam memenuhi syarat-syarat dari SCC. Secara umum sifat beton SCC adalah sebagai berikut:
a) Pada beton segar, harus memiliki tingkat workabilitas yang baik yaitu:
1. Filling-ability, kemampuan dari campuran beton segar untuk dapat mengisi ruang tanpa alat vibrator.
2. Passing-ability, kemampuan dari campuran beton segar untuk dapat melewati tulangan.
3. Segregation-resistance, campuran beton yang tidak mengalami segregasi.
b) Pada beton keras (hardened concrete)
1. Memiliki tingkat absorbsi dan permeabilitas yang rendah 2. Memiliki tingkat durabilitas yang tinggi
3. Mampu membentuk campuran beton yang homogen
17 Kelebihan-kelebihan dalam penggunaan SCC antara lain:
a) Tidak memerlukan pemadatan dengan menggunakan vibrator b) Tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit
c) Waktu pelaksanaan proyek menjadi lebih cepat
d) Kuat tekan beton bisa dibuat untuk mutu tinggi atau sangat tinggi e) Lebih kedap, porositas lebih kecil
f) Meningkatkan durabilitas struktur g) Susut lebih rendah
Kekurangan-kekurangan dalam penggunaan SCC antara lain:
a) Dari segi biaya, SCC lebih mahal dari beton konvensional
b) Pembuatan bekisting beton harus sangat diperhatikan adalah beton tidak boleh mengalami kebocoran akibat keenceran campuran beton
c) Kelemahan yang paling mendasar dan paling penting untuk diperhatikan adalah beton tidak boleh mengalami segregasi
2.3. Bahan Tambah
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive). Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran (placing), sedangkan bahan tambah additive ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan.
Bahan tambah kimia yang banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja beton mutu tinggi umumnya bersifat memperbaiki kelecekan. Bahan tambah ini dikelompokkan kedalam high range water reducing admixtures. Water reducing admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Bahan tambah kimia (Chemical Admixture) ada bermacam-macam. Menurut standar ASTM C.494 (1995:254) dan ulasan pedoman beton 1989: 29 (SKBI.1.4.53.1989), bahan tambah kimia itu terbagi menjadi:
18 a) Tipe A - Water-Reducing Admixtures
Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Water reducing admixture digunakan antara lain untuk dengan tidak mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau rasio faktor air semen (wcr) yang rendah.
Atau dengan tidak mengubah kadar semen yang digunakan dengan faktor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi.
Hal lain juga dimaksudkan dengan mengubah kadar semen tetapi tidak mengubah faktor air semen dan slump.
Pada kasus pertama dengan mengurangi faktor air semen secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya karena dalam banyak kasus dengan faktor air semen rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Pada kasus kedua dengan tingginya nilai slump yang didapatkan akan memudahkan penuangan adukan (placing) atau dengan hal ini waktu penuagan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen yang lebih kecil (Mather, Bryant, 1994:494-495)
b) Tipe B - Retarding Admixtures
Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya untuk menunda waktu pengikatan beton (setting time) misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau memperpanjang waktu untuk pemadatan dan menghindari dampak penurunan saat beton segar pada saat pengecoran dilaksaanakan.
c) Tipe C - Accelerating Admixtures
Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.
Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan pada beton.
Accelerating admixture yang paling terkenal adalah kalsium klorida. Bahan kimia lain yang berfungsi sebagai pemercepat antara lain
19 adalah senyawa-senyawa garam seperti klorida, bromida, karbonat, silikat dan terkadang senyawa organik lain seperti tri-etanolamin. Perlu ditekankan bahwa kalsiun klorida jangan digunakan jika korosi progresif dari tulangan baja dapat terjadi. Dosis maksimum adalah 2% dari berat semen yang digunakan.
d) Tipe D - Water Reducing and Retarding Admixtures
Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal.
Water reducing and retarding admixture yaitu pengurangan air dan pengontrol pengeringan. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air. Bahan ini hampir semuanya berwujud cair. Air yang terkandung dalam bahan ini akan menjadi bagian dari air campuran beton.
Jadi, dalam perencanaan air ini harus ditambahkan sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu ditekankan bahwa perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh berubah. Perubahan kandungan air, udara atau semen harus diatasi dengan perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah.
e) Tipe E - Water Reducing and Accelerating Admixtures
Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan awal.
Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan beton. Bahan ini juga akan mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air artinya faktor air semen yang digunakan tetap dengan mengurangi kadar air. Bahan ini hampir semuanya berwujud cair.
Air yang terkandung dalam bahan ini akan menjadi bagian dari air campuran beton.
20 Jadi, dalam campuran perencanaan air ini harus ditambahkan sebagai berat air total dalam campuran beton. Perubahan kandungan air, udara atau semen harus diatasi dengan perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah. Pemercepatan waktu pengikatan didalam bahan tambah kimia ini untuk mempercepat sehingga untuk beton yang menggunakan bahan tambah ini akan dihasilkan waktu pengikatan cepat dan kadar air yang rendah dalam faktor air semen. Kondisi yang dikehendaki adalah kuat tekan beton yang tinggi tetapi kecepatan pengikatan yang diiginkan dapat lebih tinggi.
f) Tipe F - Water Reducing, High Range Admixtures
Water Reducing, High Range Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
Fungsinya untuk mengurangi jumlah air pencampuran yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistesi tertentu, sebanyak 12% atau lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat kemudahan pengerjaan juga lebih tinggi. Jenis bahan tambah ini dapat berupa superplasticizer. Bahan jenis ini pun termasuk dalam bahan kimia tambahan yang terus dikembangan, dan disebut sebagai bahan tambahan kimia pengurang air.
g) Tipe G - Water Reducing, High Range Retarding Admixtures
Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.
Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelolah beton yang disebabkan oleh keterbatasan ruang kerja.
21 2.4. Superplasticizer
2.4.1. Pengertian
Superplasticizer (high range water reducer admixtures) sangat meningkatkan kelecakan campuran. Digunakan terutama untuk beton mutu tinggi.
Pada prinsipnya mekanisme kerja dari setiap superplasticizer sama, yaitu dengan menghasilkan gaya tolak-menolak (dispersion) yang cukup antarpartikel semen agar tidak terjadi penggumpalan partikel semen (flocculate) yang dapat menyebabkan terjadinya rongga udara di dalam beton, yang akhirnya akan mengurangi kekuatan atau mutu beton tersebut.
Superplasticizer pertama kali diperkenalkan di jepang dan kemudian di jerman pada awal tahun 1960-an. Garam sodium dari formaldehyde high condensates naphthalene sulfate superplasticizer dikembangkan di jepang dan melamine sulfonate formaldehyde condesates di kembangkan di jerman.
Semua superplasticizer juga memiliki kelemahan yang cukup mengkhawatirkan. Flowability yang tinggi pada campuran beton yang mengandung superplasticizer umumnya dapat bertahan sekitar 30 sampai 60 menit dan setelah itu berkurang dengan cepat. Kita sering menyebut hal ini sebagai slump loss.
Sejak penambahan superplasticizer dilokasi pekerjaan semakin mempersulit pelaksanaan kontrol kualitas maka dirasa perlu untuk mengembangkan superplasticizer jenis baru yang dapat mengimbangi kecepatan slump loss.
Dengan latar belakang ini, di jepang, sejak awal tahun 1990-an, dikembangkan superplasticizer baru tanpa slump loss dan sedikit memperlambat hidrasi semen.
Saat ini pengembangan terbaru dari superplasticizer yang berbahan dasar polycarboxylate telah secara luas digunakan untuk beton mutu tinggi dan self compacting concrete. Sekalipun memiliki flowability yang tinggi, self compacting concrete tidak menunjukkan adanya segregasi diantara agregat dan mortar, sehingga self compacting concrete dapat menjangkau setiap sudut cetakan.
22 2.4.2. Komposisi Superplasticizer
Superplasticizer ini juga terbagi atas beberapa jenis, yaitu tipe sulphonate melamine formaldehyd (SMF), sulphonate naphthalene formaldehyde (SNF), dan yang terbaru adalah tipe polycarboxylate ethers (PCE).
Tabel 2.2. Klasifikasi Kimia Superplasticizer
Jenis Asal Struktur (typical repeat
unit)
Relati ve cost
lignosulphonates
Berasal dari proses netralisasi,
pengendapan, dan fermentasi dari limbah cair yang diperoleh selama produksi bubur kertas dari kayu
1
Sulphonated melamine formaldehyde
(SMF)
Diproduksi oleh resinifikasi normal dari melamine- formaldehyde
4
Sulphonated naphthalene formaldehyde
(SNF)
Diproduksi dari naphthalene oleh oleum atau SO3 sulphonation; reaksi selanjutnya dengan formaldehyde yang mengarah pada polimerisasi dan asam sulphonic dinetralkan degan natrium hidroksida atau kapur
2
23 Polycarboxylic
eter (PCE)
Mekanisme radikal bebas menggunakan inisiator peroksida digunakan untuk proses polimerisasi dalam sistem ini
4
(Sumber: Pak. J. Engg. & Appl. Sci. Vol. 15, July, 2014 (p. 87-94))
Tipe SMF dan SNF adalah garam yang bermuatan negatif atau anion yang berukuran colloidal dengan sejumlah besar polar grup dalam mata rantai (N dan O) sementara anion terdiri dari sekitar 60 SO3 grup. Superplasticizer generasi pertama seperti lingnosulphonates (LS) dan Sulphonated naphthalene formaldehyde (SNF) yang perlu mendapat perhatian dari superplasticizer jenis ini adalah kemampuan untuk mempertahankan kelecekan beton segar yang sangat terbatas dan bahkan cenderung cepat kehilangan kelecekan dalam waktu yang relatif singkat. Teknologi hasil pengembangan terbaru dari superplasticizer yang memiliki performa tinggi dengan bahan dasar polymer polycarboxylate.
Perbandingan natphthalene dan polycarboxylate dapat dilihat pada tabel 2.3 Tabel 2.3. Perbandingan Polycarboxylate dengan Naphthalene
Raw materials NAPHTHALENE POLYCARBOXYLATE
Properties Na Polymer
Chain Short Long
Arm Long Short
Ca 10-20 A 100 A
Absorption to cement
grain Direct Partial
Dosage for spread 48
(w/c=46) 0,9 % 0,3 %
Range HRWR UHRWR
Water reduction Up to 20 % Up to 40 %
(Sumber: Konferensi Nasional Teknik Sipil I (Konteks I)- Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 11-12 Mei 2007)
24 Struktur molekul dari polimer polycarboxylate ether (PCE) terdiri dari grup carboxyl sebagai batang polimer (main chain) dan oksida polyethylene sebagai cabang polimer (side chain). Bentuk struktur molekul dari polimer polycarboxylate ether (PCE) dapat dilihat pada Gambar 2.3 Batang utama ini akan melekat pada permukaan semen sementara cabang polimer berfungsi memberi gaya tolak pada partikel semen lainnya.
Gambar 2.3 Polycarboxylate (Sumber: Nugraha, Paul & Antoni. 2007. Teknologi beton dari material,
pembuatan, beton kinerja tinggi. Yogyakarta: Andi. Hal: 91)
2.4.3. Cara kerja Superplasticizer
Pencampuran antara air dengan semen akan mengakibatkan reaksi kimia atau hidrasi. Air diserap oleh permukaan granular semen yang dengan cepat akan membuat granular semen menjadi lunak. Kemudian terbentuk permukaan tipis gel disekitar granular. Karena proses waktu lapisan gel tersebut menjadi solid kemudian berhidrasi dan akhirnya mengeras. Apabila air campuran mengandung superplasticizer maka yang akan terjadi adalah molekul superplasticizer akan diserap oleh granular semen yang lunak tersebut kemudian dengan segera akan menyelimuti granular semen dan meningkatkan muatan negatif pada permukaan granular semen yang mengakibatkan gaya tolak menolak antar partikel semen (electrostatic repulsion).
25 Secara umum, penyebaran (dispersion) oleh superplasticizer disebabkan oleh electrostatic repulsion dan steric repulsion. Pada steric repulsion, molekul polycarboxylate memiliki ikatan rantai yang panjang (long side chain) yang akan membentuk halangan sterik sehingga akan meningkatkan kemampuan semen partikel untuk saling tetap menjaga jarak diantaranya.
Kombinasi antara electrostatic repulsion dan steric reulsion menghasilkan istilah electrosteric stabilization yang mana istilah ini dipakai untuk menggambarkan bagaimana sebenarnya superplasticizer sebagai dispersan.
Kontribusi besarnya pengaruh dispersan ini dipengaruhi oleh bentuk polymer yang terdapat diantara permukaan semen partikel, dan besarnya kekuatan ion (ion strength) yang ada dalam larutan. Mengingat ionic strength yang ada pada semen sendiri cukup besar hingga 0,1 mol/L (Robert J. Flatt), sedangkan electrostatic repulsion sendiri tidaklah cukup kuat untuk menahan jarak antar partikel semen.
Untuk menahan kedekatan jarak antara partikel semen dibutuhkan gaya yang relatif cukup long range.
Dengan polimer polycarboxylate yang menghasilkan electrosteric stabilization yang cukup kuat untuk tetap menahan dan menjaga jarak antara partikel semen maka akibatnya tidak hanya menimbulkan efek dispersi yang sangat bagus tetapi juga menyebabkan kelecekan beton segar dapat bertahan lama dan slump loss menjadi kecil.
Perbedaannya dapat dilihat pada Gambar 2.4. Electrostatic repultion terjadi pada partikel semen diberi muatan ion negatif oleh molekul-molekul superplasticizer sehingga partikel-partikel semen itu saling tolak-menolak.
Sedangkan Steric repultion terjadi pada saat partikel-partikel semen saling tolak- menolak karena adanya overlapping dari cabang-cabang polimer (side chain) yang berasal dari batang polimer (main chain) yang melekat pada permukaan semen.
26 Gambar 2.4. Pemisahan partikel semen dengan (a) electrostatic repulsion
dan (b) steric repulsion (Sumber: Nugraha, Paul & Antoni. 2007. Teknologi beton dari material,
pembuatan, beton kinerja tinggi. Yogyakarta: Andi. Hal: 92)
2.4.4. Dosis Superplasticizer
Dosis yang digunakan tergantung dosis yang disarankan oleh pembuat superplasticizer. Pemberian dosis yang berlebihan selain tidak ekonomis juga akan dapat menyebabkan penundaan setting yang lama hingga beton justru kehilangan kekuatan akhir
Pemakaian dosis yang tinggi pada superplasticizer dengan bahan dasar naphthalene atau melamine (berkisar pada dosis 1,5% atau lebih) akan menyebabkan mortar sulit mengeras dan kehilangan kekuatannya, sedangkan untuk bahan dasar polycarboxylate hanya berpengaruh pada penurunan kekuatan awal dan tidak berpengaruh terhadap kekuatan akhir
2.4.5. Kelebihan dan Kekurangan Superplasticizer 2.4.5.1. Kelebihan Superplasticizer
a) Meningkatkan workability sehingga menjadi lebih besar dari pada water reducer biasa
b) Mengurangi kebutuhan air (25-35%)
c) Memudahkan pembuatan beton yang sangat cair. Memungkinkan penuangan pada tulangan yang rapat atau pada bagian yang sulit dijangkau oleh pemadatan yang memadai
27 d) Karena tidak terpengaruh oleh perawatan, yang dipercepat, dapat
membantu mempercepat pelepasan kabel prategang dan acuan
e) Dapat membantu penuangan dalam air karena gangguan menyebarnya beton dihindari
2.4.5.2. Kekurangan Superplasticizer
a) Slump loss perlu lebih diperhatikan untuk tipe napthalene; dipengaruhi oleh temperatur dan kompatibilitas antara merek semen dan superplasticizer
b) Ada risiko pemisahan (segregasi) dan bleeding jika mix design tidak dikontol dengan baik
c) Harga relatif mahal 2.5. Perkembangan Viscocrete
Sika viscocrete technology adalah hasil pengembangan terbaru dari superplasticizer yang memiliki performa tinggi dengan bahan dasar polimer dari polycarboxylates. Efek water reducing dari viscocrete ini jauh lebih kuat dengan konvensional superplasticizer seperti yang tersebut diatas. Pengurangan jumlah air yang dihasilkan dapat mencapai 40%. Lebih dari itu bahan ini juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelecekan beton segar lebih lama.
Sika viscocrete technology yang terbuat dari jenis polycarboxylates ini memiliki dua sifat pengaruh sekaligus terhadap hidrasi semen yaitu efek dispersi dan efek sterik yang telah dijelaskan. Berikut ini adalah beberapa perkembangan jenis viscocrete yaitu:
2.5.1. Viscocrete 10
Secara khusus cocok digunakan untuk campuran beton yang membutuhkan waktu transportasi lama dan kelecekan (workability) lama, kebutuhan pengurangan air yang tinggi dan kemudahan mengalir (flowability) yang sangat baik. Viscocrete 10 sebagai superplasticizer yang kuat bekerja dengan berbagai mekanisme yang berbeda, melalui penyerapan permukaan dan efek sterik memisahkan butiran semen.
28 Efek plasticizing yang baik, menghasilkan kelecekan yang lebih baik, kemudahan pengecoran dan pemadatan. Sehingga cocok digunakan untuk beton yang memadat dengan sendirinya (self compacting concrete). Dosis yang disarankan untuk penggunaan viscocrete 10 ialah 0,5%- 1,8% dari berat semen.
Gambar 2.5. Viscocrete 10 Produksi Dari Pt Sika Indonesia (Sumber : http://www.dinamikautama.com/2014/01/viscocrete-10.html)
2.5.2. Viscocrete SC 305 ID
Sika ViscoCrete-SC 305 ID adalah generasi ketiga polycarboxylate polymer admixture untuk aplikasi shotcrete. Polymer ini secara signifikan menurunkan jumlah air namun meningkatkan slump life (menjaga workability) dari campuran beton, tanpa terjadi long sett (retardation). Penggunaan viscocrete jenis ini membuat beton dengan faktor air semen yang rendah, menjaga slump life tanpa terjadi perlambatan bahkan pada suhu udara tinggi. Menurunkan suhu campuran beton dibandingkan dengan penggunaan admixture berjenis naftalen.
29
Gambar 2.6. Viscocrete Sc 305 Id Produksi Dari PT. Sika Indonesia (Sumber: https://idn.sika.com/content/indonesia/main/in/solutions_products/
constructionmarkets/concretesolutions/02a001/02a001sa01/02a001sa01101.html)
2.5.3. Viscocrete 3115-N
Sika viscocrete 3115-N adalah generasi terbaru dari superplasticizer untuk beton dan mortar. Secara khusus dikembangkan untuk produksi beton dengan kemampuan mengalir yang tinggi dengan sifat daya alir yang tahan lama.
Sika viscocrete 3115-N memberikan pengurangan air dalam jumlah besar, kemudahan mengalir yang sangat baik dalam waktu bersamaan dengan kohesi yang optimal dan sifat beton yang memadat dengan sendirinya. Sika viscocrete 3115-N digunakan untuk tipe-tipe beton sebagai berikut:
a) Beton dengan kemampuan mengalir yang tinggi
b) Beton yang memadat dengan sendirinya (Self compaction concrete/ SCC) c) Beton dengan kebutuhan pengurangan air yang sangat tinggi (hingga 30
%)
d) Beton mutu tinggi e) Beton kedap air f) Beton pracetak
30 Kombinasi pengurangan air dalam jumlah besar, kemampuan mengalir yang tinggi dan kuat awal yang tinggi menghasilkan keuntungan-keuntungan yang jelas seperti tersebut dalam aplikasi diatas.
Gambar 2.7. Superplasticizer Viscocrete-3115 N dari PT. Sika Indonesia Keuntungan sika viscocrete 3115-N bekerja melalui penyerapan permukaan partikel-partikel semen yang menghasilkan suatu efek-efek separasi sterikal.
Beton yang dihasilkan dengan sika viscocrete 3115-N memperlihatkan sifat-sifat sebagai berikut:
a) Kemampuan mengalir yang sangat baik (dihasilkan pada tingginya pengurangan penempatan dan usaha-usaha pemadatan)
b) Kemampuan Sefl compact-nya kuat
c) Pengurangan air yang sangat tinggi (ditunjukkan pada kepadatan dan kuat beton)
d) Mengurangi retak dan susut
e) Meningkatkan ketahanan karbonasi pada beton f) Meningkatkan hasil akhir
31 Sika viscocrete 3115-N tidak mengandung klorin atau bahan-bahan lain yang dapt menyebabkan karat/ bersifat korosif pada tulangan baja. Sehingga cocok digunakan untuk beton dengan tulangan atau pra-tekan
Sika viscocrete 3115-N memberikan beton dengan kelecekan yang panjang dan tergantung pada desain pencampuran dan kualitas material yang digunakan, partikel-partikel self-compacting dapat dipertahankan lebih dari 1 jam pada suhu 30oC
Pencampuran sika viscocrete 3115-N ditambahkan ke air yang sudah ditakar atau ditambahkan ke dalam mixer (pengaduk). Untuk memperoleh manfaat optimal dari pengurangan air dalam jumlah besar, disarankan pengadukan dalam kondisi basah minimal 60 detik. Penambahan air takaran yang tersisa (untuk memperoleh konsistensi beton yang baik) hanya dapat dimulai setelah 2/3 waktu pengadukan dalam kondisi basah, untuk menghindari jumlah air yang berlebihan dalam beton.
2.6. Hasil Penelitian Yang Pernah Dilakukan
2.6.1. Muhammad Zardi dan Cut Rahmawati (2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase penambahan sika viscocrete 10 terhadap kuat tekan beton. Variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,5 %, 1%, 1,5% dan 1,8%. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa penambahan penambahan sika viscocrete-10 mampu meningkatkan nilai workabilitas beton, sehingga mudah dikerjakan.
Benda uji yang digunakan pada penelitian ini adalah beton silinder standar berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm yang diuji setelah berumur 14 hari.
Jumlah benda uji untuk semua perlakuan adalah 25 dengan 5 benda uji pada masing-masing perlakuan. Kuat tekan beton semakin besar seiring dengan bertambahnya persentase Sika Viscocrete-10.
2.6.2. Akhmad Suryadi dan Qomariah (2017)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan air pada factor air semen (fas) rencana terhadap kuat tekan self compacting concrete
32 (SCC). Self compacting concrete (SCC) memerlukan admixtures yang bersifat mengurangi air dan mampu menghasilkan beton dengan tingkat Fluiditas yang tinggi dengan tetap mempertahankan viscositas dan homogenitasnya (Antonidkk, 20007). Viscocrete-10 merupakan admixtures modern yang diproduksi PT Sika yang bersifat mengurangi air dan mampu meningkatkan workability sehingga faktor air semen rendah.Nilai slump flow test yang dicapai pada adukan beton memiliki nilai yang telah memenuhi standart dalam beton SCC yaitu minimal nilai slump 50 cm. Dengan hasil penelitian yang didapatkan rata-rata 60 cm.
Nilai uji kuat tekan dengan menggunakan viscocrete 10 dengan variasi 0,6% diadapat untuk umur 7 hari didapatkan nilai sebesar 15,01 MPa, pada umur 14 hari didapatkan nilai sebesar 20,24 MPa, dan untuk umur 28 hari didapatkan nilai sebesar 23,21 MPa. Sedangkan pada perencanaan telah direncanakan kuat tekan sebesar 35 MPa, sehingga dapat dikatakan pada umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari tidak memenuhi kuat tekan rencana.
2.6.3. Anggie Adityo Aer (2014)
Penelitian ini berhubungan dengan penggunaan superplasticizer jenis viscocrete-10. Penelitian ini menggunakan jenis beton geopolime. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk varian campuran beton geopolymer dengan penggunaan superplasticizer (0,2% sampai 2%) mencapai slump flow dengan diameter alir ≥ 50 cm sehingga dapat dikategorikan self compacting geopolymer concrete.
Berat volume rata-rata beton geopolymer bertambah seiring dengan pertambahan persentase superplasticizer sebanyak 0%-1,5% yang berkisar antara 2033,58 kg/m3 sampai 2109,63 kg/m3, tetapi pada pertambahan persentase superplasticizer sebanyak 2% berat volume rata-rata beton geopolimer mengalami penurunan yaitu 2099,75 kg/m3. Penambahan kadar superplasticizer membuat nilai kuat tekan beton geopolimer menjadi tidak teratur. Pertambahan kadar superplasticizer 0,2%, 0,5% dan 1,5% mengalami kenaikan kuat tekan, akan tetapi pertambahan kadar superplasticizer 1% dan 2% justru menyebabkan penurunan kuat tekan.
33 2.6.4. Stevanny Gumalang dan Wallah M.D.J Sumajouw (2016)
Penggunaan superplasticizer pada penelitian ini adalah 0%, 1%, 2% dan 3%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persentase superplasticizer terhadap kuat tekan fly ash. Sehingga dari hasil penelitian diperoleh bahwa Semakin besar dosis superplasticizer maka semakin besar pula nilai slump flow-nya. Pada penelitian ini ditemukan bahwa pada penambahan superplaticizer 3% sudah memenuhi syarat beton memadat sendiri yaitu 67 cm.
Peningkatan kuat tekan beton geopolimer memadat sendiri seiring dengan penambahan superplasticizer sampai kadar 3%, dimana didapatkan kuat tekan rata-rata pada superplasticizer sebesar 3% dari jumlah fly ash dan campuran alkalin, adalah 16,28 MPa. Kuat tekan pada penambahan di atas 3% diasumsikan menurun seperti hasil trial mix pada mortar geopolimer sehingga tidak dilakukan penelitian lebih lanjut.
2.7. Kemudahan Pengerjaan (Workability)
Workabilitas adalah keadaan dimana apabila bahan-bahan beton diaduk bersama, menghasilkan adukan yang mudah diangkut, dituang atau dicetak, dan dipadatkan berdasarkan tujuan pekerjaannya tanpa terjadi perubahan yang menimbulkan kesulitan dan penurunan mutu beton.
Adapun unsur-unsur yang mempengaruhi workabilitas yaitu:
a) Takaran air yang dicampur
Semakin banyak air yang dipakai makin mudah beton segar itu dikerjakan (namun takarannya tetap harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya segregasi)
b) Gradasi campuran pasir dan kerikil
Campuran pasir dan kerikil harus mengikuti gradasi yang telah disarankan oleh peraturan agar adukan beton mudah dikerjakan. Gradasi adalah distribusi ukuran dari agregat berdasarkan hasil persentase berat yang lolos pada setiap ukuran saringan dari analisa saringan.
c) Kandungan semen
34 Dimasukkannya semen ke dalam campuran juga mempermudah pengadukan betonnya, karena akan diikuti dengan penambahan air ke dalam campuran beton untuk memperoleh nilai f.a.s (faktor air semen) tetap.
d) Bentuk butiran agregat kasar
Agregat yang berbentuk bulat-bulat akan lebih mudah untuk dikerjakan.
e) Cara pemadatan dan alat pemadat
Pemadatan dapat dilakukan dengan bantuan alat getar (vibrator) atau tangan, sehingga menimbulkan tingkat kelecakan yang saling berbeda, oleh karena itu dibutuhkan takaran air yang lebih sedikit apabila pemadatan dilakukan dengan tangan
2.8. Pengujian Beton
Sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton. Kuat tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila kuat tekan beton tinggi, sifat-sifat lainnya juga baik.
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu dengan benda uji berupa silinder dengan ukuran Ø 15 cm dan tinggi 30 cm. Selanjutnya benda uji ditekan dengan mesin tekan sampai pecah.
Beban tekan maksimum pada saat benda uji pecah dibagi luas penampang benda uji merupakan nilai kuat tekan beton yang dinyatakan dalam MPa atau kg/cm2. Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM C 39 atau menurut yang disyaratkan SNI 03-1974-1990
Rumus yang digunakan untuk perhitungan kuat tekan beton adalah:
' (2.1) A
c P f
Keterangan:
f’c = Kuat tekan beton (kg/cm2)