• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE KEPELATIHAN CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN DI KARESIDENAN SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE KEPELATIHAN CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN DI KARESIDENAN SURAKARTA"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENERAPAN METODE KEPELATIHAN CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN DI KARESIDENAN SURAKARTA

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

RULLY HARTANTO K5606050

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PENERAPAN METODE KEPELATIHAN CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN DI KARESIDENAN SURAKARTA

TAHUN 2010

Oleh:

RULLY HARTANTO K5606050

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pembimbing I

Drs. Sarjoko Lelono, M. Kes. NIP. 19600119 198503 1 007

Pembimbing II

Febriani Fajar Ekawati, S. Pd, M. Or.

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jum’at

Tanggal : 28 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi :

( Nama Terang ) ( Tanda Tangan )

Ketua : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes.

Sekretaris : Drs. Sugiyoto, M.Pd.

Anggota I : Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes.

Anggota II : Febriani Fajar Ekawati, S.Pd, M.Or.

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Rully Hartanto. PENERAPAN METODE KEPELATIHAN CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui penerapan metode

kepelatihan pada klub-klub cabang olahraga tenis lapangan di Karesidenan

Surakarta tahun 2010 (2) Mengetahui pelaksanaan penyusunan program latihan

pada klub-klub cabang olahraga tenis lapangan di Karesidenan Surakarta tahun

2010.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik

survey. Subyek penelitian ini adalah seluruh pelatih klub-klub tenis lapangan di Karesidenan Surakarta yang berjumlah 15 orang. Teknik pengumpulan data

menggunakan angket, wawancara dan observasi. Teknik analisis data

menggunakan teknik persentase yang disertai dengan uraian diskriptif.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh simpulan bahwa : (1) Para pelatih

klub-klub cabang olahraga tenis lapangan di Karesidenan Surakarta tahun 2010

sudah menerapkan metode kepelatihan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dari

beberapa indikator yaitu tujuan dan sasaran dalam latihan, jadwal latihan, prinsip

individual dalam latihan, pemanduan bakat, seleksi pemain, peran dalam

pertandingan dan evaluasi latihan yang tergolong baik dengan persentase rata-rata

73.84 % (2) Para pelatih klub-klub cabang olahraga tenis lapangan di Karesidenan

Surakarta tahun 2010 sudah melaksanakan penyusunan program latihan dengan

baik. Hal ini ditunjukkan dari beberapa indikator yaitu penyusunan program

latihan, materi latihan dan evaluasi program latihan yang tergolong baik dengan

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Rully Hartanto. THE IMPLEMENTATION OF TRANNING METHOD

COACHINGTENNIS’S IN SURAKARTA REGION 2010. Thesis, Surakarta:

Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University in

Surakarta, January 2011.

The purpose of this study was to: (1) Determine the application of methods

of coaching in sports clubs tennis court in Surakarta in 2010 (2) Determine the

implementation of the preparation of training programs in sports clubs tennis

court in Surakarta in 2010.

This research use descriptive research method with survey techniques. The

subject of this research is all coach tennis clubs in Surakarta, amounting to 15

people. Data collection technique using a questionnaire, interview and

observation. Analysis using the percentage techniques are accompanied by

descriptive description.

Based on the results of data analysis, this research concluded that: (1) The

coaches of sports clubs tennis court in Surakarta in 2010 has been implemented

with good coaching methods. This is demonstrated by several indicators of goals

and objectives in training, training schedule, individual principles in practice,

talent scouting, player selection, role in the match and evaluation exercises are

quite good with the average percentage of 73.84% (2) The club's coach- sport club

tennis court in Surakarta in 2010 already carry out good programming practice.

This is demonstrated by several indicators that the preparation of training

programs, training materials and evaluation of training programs that are

(7)

commit to user

vii MOTTO

“ Suatu pengalaman akan menjadi sesuatu yang sangat berharga

dalam perjalanan hidup bila kita mengetahui hikmah dari

pengalaman itu. ”

(Penulis)

” Tempuhlah jalan kebaikan dengan memberikan kemudahan

kepada orang lain, pasti suatu saat Allah SWT akan memberikan

kebaikan dengan mempermudah jalan kita. ”

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibuku tercinta

2. Adikku tersayang Dhika Widyaswati

3. Nenekku yang memberi dukungan

kepadaku

4. Chesy Sri Pratiwi terkasih yang selalu

menyemangatiku

5. Seluruh Karyawan Sportsmart UNS

(Yusuf Handoko, Dyanggih Sri A, Fredi

Budi M)

6. Teman-teman Penkepor angkatan

”2006”

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Di sadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini saya sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Agus Margono, M. Kes selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga

dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes selaku Ketua Program Pendidikan

Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Sarjoko Lelono, M. Kes sebagai pembimbing I yang dengan sabar

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Febriani Fajar Ekawati, S. Pd, M. Or sebagai pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Semua pelatih tenis lapangan di Karesidenan Surakarta atas keikhlasannya

membantu penelitian ini.

7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian.

Semoga semua amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Surakarta, 28 Januari 2011

(10)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

b. Taktik dan Strategi Olahraga Tenis Lapangan... 11

c. Komponen Kondisi Olahraga Tenis Lapangan………... 16

2. Metode Latihan... 17

a. Pengertian Latihan... 17

b. Prinsip - Prinsip Latihan... 18

3. Program Latihan... 20

4. Program Latihan Cabang Olahraga Tenis Lapangan... 25

(11)

commit to user

xi

b. Program Latihan Teknik... 33

c. Program Latihan Taktik... 33

d. Berlatih Mental... 34

B. Hasil Penelitian yang Relevan...

35

C. Kerangka Berpikir... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 38

1. Tempat Penelitian... 38

2. Waktu Penelitian... 38

B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 38

C. Sumber Data... 38

D. Teknik Pengumpulan Data... 39

1. Angket... 39

2. Wawancara... 39

3. Observasi... 40

E. Validitas Data...

40

F. Analisis Data...

41

G. Prosedur Penelitian... 42

1. Tahap Perencanaan... 42

2. Tahap Pengumpulan Data... 42

3. Tahap Analisis... 42

4. Tahap Tindak Lanjut... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN... 45

A. Hasil Penelitian... 45

B. Pembahasan Hasil Analisis Data... 65

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 69

A. Simpulan... 69

B. Implikasi... 69

(12)

commit to user

xii

DAFTAR PUSTAKA... 71

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram satu siklus mikro dengan satu puncak ... 24

Gambar 2. Diagram jenis langkah pendekatan tiga siklus mikro untuk pengembangan diikuti oleh satu siklus untuk mempertahankan ... 25

Gambar 3. Skema kerangka pemikiran ... 37

Gambar 4. Skema Triangulasi ... 41

Gambar 5. Komponen-komponen Analisis data model Interaktif ... 42

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis lapangan di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Mantan Atlet / Pemain Tenis

Lapangan ... 45

Tabel 2. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Mendapat Pendidikan / Kursus

Kepelatihan Tenis Lapangan ... 46

Tabel 3. Frekuensi dan Prosentase Sampai saat ini dalam Melatih Tenis

Lapangan Pernah Berprestasi ... 47

Tabel 4. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Mengadakan Pemanduan

Bakat ... 47

Tabel 5. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Mengadakan Seleksi... 48

Tabel 6. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Menerapkan Prinsip Latihan

Sesuai Kondisi Pemain ... 48

Tabel 7. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Menerapkan Prinsip

Penekanan Beban Latihan secara Bertahap dan Terus

Menerus...

49

Tabel 8. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Mempunyai Dasar Teoritis

dalam Menyusun Program Latihan... 50

Tabel 9. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memberikan Materi Latihan

Cukup Bervariasi ... 50

Tabel 10. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Menekankan Prinsip Latihan

(15)

commit to user

xv

Tabel 11. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Menerapkan Prinsip Work

Relieve/Recovery (saat Kerja dan Istirahat) yang Seimbang ...

52 Tabel 12. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Menerapkan Periode

Latihan...

52

Tabel 13. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memberikan Penjelasaan

saat Atlet Melakukan Kesalahan ...

53

Tabel 14. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memberikan Evaluasi,

Masukan dan Saran secara Individual ... 53

Tabel 15. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Merasa Jam Latihan

Mencukupi untuk Menyusun Program Latihan ...

54

Tabel 16. Frekuensi dan Prosentase Prasarana dan Sarana Latihan

Klub-Klub Tenis Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun

2010 Cukup Memadai ... 55

Tabel 17. Frekuensi dan Prosentase Latihan di Klub-klub Tenis Lapangan

Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Mempunyai Jadwal yang

Tepat dan Berlangsung secara Rutin ...

55

Tabel 18. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Membuat Program Latihan

Jangka Pendek, Menengah dan Jangka Panjang ...

56

Tabel 19. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Klub-klub Tenis

Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 yang

direncanakan Pelatih dapat Berjalan secara Maksimal...

57

Tabel 20. Frekuensi dan Prosentase Program Pelatih Klub-klub Tenis

Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Membedakan

(16)

commit to user

xvi

Tabel 21. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Klub-klub Tenis

Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memuat Latihan

Kekuatan ...

58

Tabel 22. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Klub-klub Tenis

Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memuat Latihan

Daya Tahan/Stamina ... 59

Tabel 23. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Klub-klub Tenis

Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memuat Latihan

Kecepatan Reaksi ... 59

Tabel 24. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Klub-klub Tenis

Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memuat Latihan

Kelincahan ... 60

Tabel 25. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Klub-klub Tenis

Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memuat Latihan

Kelentukan ... 61

Tabel 26. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 selalu Mendemonstrasikan

Gerakan-Gerakan dalam Permainan kepada Atletnya ... 61

Tabel 27. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Ikut Aktif Melatih Teknik

Gerakan Bermain Tenis Lapangan ... 62

Tabel 28. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memberikan Teknik

Gerakan dari yang Mudah ke yang Sukar... 62

Tabel 29. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memberikan Latihan gerakan

Teknik secara Berulang-ulang ... 63

Tabel 30. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Klub-klub Tenis

Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memuat Latihan

(17)

commit to user

xvii

Tabel 31. Frekuensi dan Prosentase Program Latihan Klub-klub Tenis

Lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Memuat Latihan

Mental ... 64

Tabel 32. Frekuensi dan Prosentase Pelatih Klub-klub Tenis Lapangan Di

Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Mengadakan Evaluasi Program

Latihan ... 65

Tabel 33. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen Metode

Latihan Klub-Klub Tenis lapangan Di Karesidenan Surakarta Tahun

2010 ... 66

Tabel 34. Perhitungan secara Keseluruhan Prosentase pada Instrumen

Penyusunan Program Latihan Klub-Klub Tenis lapangan Di

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi–Kisi Angket ... 73

Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Angket Penelitian ... 74

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Pelatih ... 79

Lampiran 4. Lembar Observasi ... 85

Lampiran 5. Tabulasi Data Hasil Instrumen ... 81

Lampiran 6. Frekuensi dan Persentase Butir-butir Soal... 82

(19)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga tenis lapangan berkembang pesat di Indonesia, terbukti dengan

adanya pesta olahraga antar daerah seperti : Pekan Olahraga Nasional (PON), Pekan Olahraga Antar Provinsi (PORPROV), Pekan Olahraga Pelajar (POP) serta masih banyak pesta olahraga lainnya termasuk kejuaraan-kejuaraan antar

sekolah, instansi, perusahaan dan lain-lain. Banyak orang yang bermain tenis

lapangan hanya untuk sekedar hobi saja, tetapi banyak pula orang yang bermain

tenis lapangan karena ingin menyalurkan bakat mereka untuk menjadi seorang

atlet yang berprestasi.

Dalam mewujudkan olahraga tenis lapangan yang berprestasi, sangatlah

dibutuhkan suatu kerja keras, berlatih secara sistematis, pembinaan yang tepat,

bibit atlet yang berpotensi, organisasi yang baik, pelatih yang berkualitas dan

sarana prasarana yang memadai. Komponen-komponen tersebut merupakan

kesatuan yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Sehingga untuk

mewujudkan semua itu dibentuk suatu organisasi olahraga tenis lapangan yang

bernama PELTI (Persatuan Tenis Lapangan Seluruh Indonesia) yang merupakan

induk cabang olahraga tenis lapangan di Indonesia yang berdiri di bawah

KONI(Komite Olahraga Nasional Indonesia). Permainan tenis lapangan saat ini

sudah mulai berkembang di banyak Kota atau Karesidenan, salah satunya yaitu di

Karesidenan Surakarta.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan, kondisi olahraga permainan tenis

lapangan di Karesidenan Surakarta saat ini sudah berkembang. Namun

perkembangan tersebut masih belum berjalan dengan baik. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti : kurangnya minat masyarakat terhadap

olahraga tenis lapangan, peralatan tenis lapangan yang mahal, serta program

latihan yang kurang baik untuk para atlet. Cara penyusunan program latihan

(20)

commit to user

teknik dan latihan game saja. Hal ini tentunya kurang tepat untuk mencapai prestasi maksimal karena masih dibutuhkan berbagai jenis latihan termasuk

latihan fisik, teknik, taktik dan strategi serta pembentukan mental juara. Dalam hal

ini keberadaan seorang pelatih perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan

kualitas dan mutu seorang atlet, untuk itu seorang pelatih sangat diharapkan dapat

menguasai metode kepelatihan yang tepat dan dapat menyusun program latihan

yang baik.

Metode kepelatihan merupakan langkah seorang pelatih dalam

melaksanakan program latihan. Langkah-langkah tersebut berkaitan dengan

prinsip-prinsip latihan yang meliputi : prinsip individual, penambahan beban

latihan, prinsip interval, prinsip penekanan beban, variasi dalam latihan, prinsip

penetapan sasaran dan prinsip evaluasi. Pada kenyataannya ada sebagian pelatih

tenis lapangan di Karesidenan Surakarta yang belum memahami prinsip-prinsip

latihan tersebut. Hal ini terlihat dalam proses latihan sehari-hari, sebagian dari

mereka memberikan latihan tanpa membedakan karakteristik individual atletnya

dan penambahan beban latihan yang kurang beraturan dan tidak sesuai dengan

kemampuan individual atlet serta masih banyak prinsip-prinsip latihan lain yang

tidak dijalankan. Sehingga tampak jelas dalam proses latihan yang ada di klub

tenis lapangan di Karesidenan Surakarta kurang tertib dan kadang tidak beraturan

yang menyebabkan target atau sasaran yang ingin dicapai dalam latihan sering

kali gagal.

Program latihan merupakan menu dan kegiatan yang harus dilaksanakan

dalam melatih. Dalam menentukan program latihan harus menyatu pada beberapa

faktor yang mendukung keberhasilan latihan. Penerapan program latihan yang

tepat dan disesuaikan dengan kemampuan atletnya akan meningkatkan kualitas

atlet secara maksimal. Suatu hal yang harus dilakukan dan dipertahankan dalam

menyusun program latihan adalah menentukan terlebih dahulu tujuan latihan atau

target yang ingin dicapai. Hal itu penting agar atlet dapat berlatih dengan motivasi

untuk mencapai sasaran.

Mempersiapkan seorang atlet untuk menghadapi pertandingan hingga

(21)

commit to user

lama serta penyusunan program latihan yang seksama, teratur, sistematis,

bertahapkan dan berkesinambungan.

Penyusunan program latihan merupakan tugas penting dari seorang

pelatih. Program latihan hendaknya disusun secara sistematis dan sesuai dengan

kebutuhan atlet. Berhasil tidaknya tujuan yang hendak dicapai tergantung pada

program latihan ini, oleh sebab itu perlu diperhatikan landasan pemikiran antara

lain sebagai berikut : efektifitas program, kondisi individual, kondisi puncak dan

evaluasi program.

Sering kita menjumpai seorang atlet yang mundur dari karirnya sebagai

atlet kemudian melanjutkan karir sebagai pelatih, namun terkadang mereka belum

dibekali teori-teori kepelatihan secara formal. Ada juga pelatih yang baru saja

lulus dari lembaga pendidikan olahraga atau pendidikan kepelatihan, kemudian

mereka berusaha menerapkan ilmu kepelatihan yang didapatkannya. Seorang

mantan atlet tentu unggul di bidang pengalaman karena dia pernah merasakan

pengalaman sebagai seorang atlet, namun dari segi teori penyusunan dan

pelaksanaan latihan dia masih belum menguasainya. Latihan yang dia berikan

kebanyakan disusun berdasarkan pengalamannya semasa menjadi atlet. Hal ini

tentu kurang benar karena kondisi atlet yang dilatih saat ini tentunya berbeda

dengan kondisinya semasa menjadi atlet.

Demikian juga dengan pelatih yang baru saja lulus dari sebuah lembaga

pendidikan keolahragaan, dia juga belum bisa menjadi pelatih yang baik, memang

dari segi teori melatihnya sangat menguasai. Sebagai contoh akan dengan mudah

membuat suatu program latihan yang disesuaikan dengan kondisi individual

atletnya. Namun dari segi pendekatan terhadap atlet dan pembentukan mental

juara dia masiih kurang mampu, selain itu dia kurang handal dalam hal

memberikan motivasi kepada atlet baik pada saat pertandingan maupun setelah

pertandingan.

Menjadi seorang pelatih yang baik dibutuhkan suatu pengalaman dan

kemampuan baik secara toritis maupun secara praktis. Secara teoritis bisa

didapatkan melalui jalur pendidikan formal dan informal seperti mengikuti

(22)

commit to user

kepelatihan olahraga. Secara praktis merupakan skill yang telah dimiliki dan bisa dikembangkan melalui kematangan. Pelatih yang mantan atlet dapat menambah

ilmu kepelatihannya dengan mengikuti pendidikan atau kursus-kursus

kepelatihan, sehingga mereka akan mendapatkan sertifikat kepelatihan serta

keberadaannya di dunia kepelatihan akan semakin diakui. Untuk pelatih-pelatih

muda yang baru lulus dari lembaga pendidikan kepelatihan olahraga sebaiknya

berusaha magang terlebih dahulu di klub atau menjadi asisten pelatih untuk

menambah pengalaman berinteraksi dengan seorang atlet.

Ilmu kepelatihan termasuk ilmu terapan, oleh karena itu pelatih perlu

mengerti, menghayati teori dan metodologi melatih secara benar. Salah satu ciri

pelatih yang baik adalah pandai memilih atau menciptakan metode latihan yang

efektif dan efisien untuk mencapai sasaran latihan. Metode melatih menuntut

seorang pelatih untuk memahami dan menguasai prinsip-prinsip latihan yang

benar, dengan menguasai prinsip latihan yang benar seorang pelatih akan mudah

menentukan metode latihan yang tepat bagi atletnya sehingga tujuan utama untuk

mencapai prestasi semaksimal mungkin bisa dicapai.

Mencapai prestasi tinggi banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain

kondisi fisik, teknik, taktik dan psikis. Semua faktor tersebut menjadi tugas

pelatih untuk membina dan meningkatkan kualitasnya. Sehingga dibutuhkan

penyusunan program latihan yang tepat. Program latihan harus direncanakan dan

diperhitungkan dengan matang, sehingga pada waktu yang telah ditetapkan atau

ditentukan prestasi puncak dapat dicapai.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian di

klub-klub tenis lapangan di Karesidenan Surakarta. Peneliti ingin mengetahui

sekaligus membuktikan apakah program latihan pelatih-pelatih tenis lapangan di

Karesidenan Surakarta sesuai dengan prinsip-prinsip latihan yang meliputi:

prinsip individual, penambahan beban latihan, prinsip interval, prinsip penekanan

beban, variasi dalam latihan, prinsip penetapan sasaran dan prinsip evaluasi.

Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dirumuskan

judul penelitian sebagai berikut: “Penerapan Metode Kepelatihan Cabang

(23)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan metode kepelatihan pada klub-klub cabang olahraga

tenis lapangan di Karesidenan Surakarta tahun 2010?

2. Bagaimana pelaksanaan penyusunan program latihan pada klub-klub cabang

olahraga tenis lapangan di Karesidenan Surakarta tahun 2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini

mempunyai tujuan :

1. Untuk mengetahui penerapan metode kepelatihan pada klub-klub cabang

olahraga tenis lapangan di Karesidenan Surakarta tahun 2010.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan penyusunan program latihan pada klub-klub

cabang olahraga tenis lapangan di Karesidenan Surakarta tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk :

1. Memberikan masukkan bagi dunia kepelatihan pada klub-klub cabang

olahraga tenis lapangan di Karesidenan Surakarta tahun 2010.

2. Memberikan masukkan bagi pelatih mengenai manfaat metode latihan yang

benar dalam meningkatkan kualitas latihan pada klub-klub cabang olahraga

(24)

commit to user

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Olahraga Tenis Lapangan

Tenis lapangan merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat

dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan

dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pemukul dan bola tenis

sebagai obyek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk persegi empat

dengan ukuran panjang 23,77 m dan lebar 10,97 m yang ditengah-tengahnya di

batasi oleh jaring atau net yang terbentang kuat dengan ketinggian 0,91 m untuk

memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan. Setiap

paruh lapangan permainan dibagi menjadi tiga segi: sebuah segi belakang dan dua

segi depan (untuk servis). Lapangan dan beberapa seginya dipisahkan dengan

gatis-garis putih yang merupakan bagian dari lapangan tempat bermain tenis.

Selanjutnya permainan tenis lapangan dapat di laksanakan di dalam ruangan

maupun di luar ruangan. Tujuan permainan tenis lapangan adalah berusaha untuk

menjatuhkan bola di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat

memukul balik dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Sebuah bola

yang dipukul di luar lapangan (meski tidak menyentuh garis) dikatakan telah

keluar dan memberi lawan sebuah nilai. Penilaian menggunakan sistem poin yang

bertahap mulai dari 0, 15, 30 sampai 40. Pemain dikatakan menang apabila setelah

mencapai poin 40 dia memenangkan perlawanan kembali. Apabila kedua pemain

masing-masing memenangi 3 poin, skor di panggil “deuce” (40-40). Jika A memenangi poin berikutnya, skornya ialah “advantage server” atau “van in”. Jika B juga memenangi poin berikutnya, skornya ialah “advantage out” atau “van out”. Jika seseorang pemain di tahap “advantage” menang poin, maka dia dikatakan memenangi perlawanan itu. Di tahap ini, pemain A atau B harus memenangi 2

poin berturut-turut untuk memenangi perlawanan. Apabila skor mencapai 6

(25)

commit to user

Jika ini berlaku, pemain yang memenangi 7 poin terlebih dahulu adalah pemenang

asalkan ia mendahului dua poin lebih. Jika skor mencapai 6 poin sama, permainan

akan dilanjutkan sehingga lebihan poin diperoleh. Skor dengan angka digunakan

pada keseluruhan permainan “tie break” ini.

Olahraga permainan tenis lapangan merupakan suatu permainan yang

komplek yang tidak mudah dilakukan untuk setiap orang. Diperlukan pengetahuan

tentang teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk dapat bermain tenis

lapangan secara efektif. Bukan hanya itu saja, faktor-faktor lain seperti fisik,

teknik, taktik dan psikis juga sangat diperlukan, dan semua hal tersebut hendaknya

berpedoman pada program latihan yang baik agar tujuan untuk mencapai prestasi

semaksimal mungkin bisa tercapai.

a. Groundstroke

Menurut Handono Murti (2002:4) beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan untuk mempelajari groundstroke yang baik yaitu :

1) Posisi Siap( Ready position )

Posisi siap adalah posisi persiapan menjelang lawan melakukan pukulan

ketika kita sedang bermain. Untuk melakukan posisi ini bungkukkan badan sedikit

ke depan, lutut ditekuk, raket ada di depan badan, dan biasakan mata tertuju pada

bola serta gerakan raket lawan. Lakukan tindakan seperti ini setiap kali lawan

hendak melakukan pukulan.

2) Cara Bergerak ( The Way of Moving )

Ada tiga macam gerak atau langkah dalam permainan tenis yaitu gerak

yang teratur (sequential side step), gerak bebas (free step) dan gerak gabungan (combination step).

Pada gerakan teratur, apabila seorang pemain berdiri di tengah lapangan

(26)

commit to user

Pada gerak bebas dimana pemain berlari menuju kearah bola, adalah pola

gerakan yang banyak dilakukan oleh para petenis. Dan pada pola gerak bebas ini

sering terjadi pemain kelebihan langkah dalam melakukan positioning, sehingga hal ini merugikan pemain dalam gerakan selanjutnya ke posisi siap.

Gerak Kombinasi adalah gabungan dari gerak teratur dan gerak bebas.

Pada dasarnya setelah melakukan split step seorang pemain melakukan gerak side step terlebih dahulu kemudian melakukan gerak berlari menuju bola. Hal ini dilakukan ketika seorang pemain mendapat bola-bola jauh dari posisi dimana dia

berada.

3) Posisi Siap Pukul ( Positioning )

Lamanya bola terbang dari raket lawan menuju kita adalah waktu bagi kita

untuk melakukan positioning. Positioning sangat bergantung pada cepat lambatnya bola dari raket lawan menuju posisi kita. Semakin cepat gerak bola,

semakin cepat pula gerak kita menuju positioning.

4) Cara Memukul Bola

Tugas pertama adalah memukul setiap bola masuk, baik itu dari sisi

forehand maupun backhand. Tugas kedua adalah arah. Pukulan yang masuk kalau dibarengi dengan pengarahan pasti hasilnya akan berbeda. Tugas ketiga adalah

seorang pemain harus memiliki tenaga pukul (power).

a) Forehand

Forehand adalah memukul dengan bagian depan tangan (fore of the hand). Hal paling utama untuk dapat memukul forehand dengan baik adalah kita harus menunggu bola jatuh, sehingga mempermudah kita untuk melakukan

pukulan. Menurut Handono Murti (2002 : 23) forehand dibagi menjadi 2 yaitu :

(1) Forehand Topspin

(27)

commit to user

berlaku untuk pemain kidal, hanya saja dilakukan dengan pegangan tangan kiri. Lakukan perkenaan di depan badan, mata tetap melihat bola dan akhiri geerakan dengan posisi seperti menyikut wajah orang pada pukulnya yaitu memukul dengan bagian belakang tangan (back of the hand). Menurut Handono Murti (2002:25) backhand dibagi menjadi 4 yaitu :

(1) Backhand Topspin

Pada prinsipnya gerakan topspin backhand tidak berbeda dengan forehand. Diawali dengan backswing dari bawah, posisi permukaan raket sedikit ditutup dan diakhiri dengan follow through lurus di atas bahu.

(2) Backhand Drive

Setelah anda melakukan split step dan mengadakan penyesuaian langkah ke posisi pukul backhand, lakukan backswing sebatas pinggang. Lakukan ayanan ke depan, tidak terlalu datar tapi sedikit condong ke atas. Lakukan perkenaan di depan badan dengan posisi permukaan raket sedikit ditutup dan akhiri dengan gerakan follow through di atas bahu. (3) Backhand Slice

Lakukan backswing dari atas bahu, posisi raket terbuka, tekan ke depan dengan sudut kemiringan ± 45 derajat. Lakukan perkenaan di depan badan, akhiri dengan follow through setinggi bahu.

(4) Two Handed Backhand

Kelebihan pegangan dua tangan ini adalah penimbulan tenaga pukul yang lebih besar disbanding dengan satu tangan, dan pukulan menjadi lebih solid. Kelemahannya ada pada jangkuan pukulan, pemain harus melangkah lebih dekat ke arah bola.

c) Approachshot

Pukulan ini dilakukan jika melihat bola lawan pendek atau jatuh di daerah

(28)

commit to user

d) Volley

Untuk mempercepat permainan para pemain biasanya maju ke depan

melakukan volley. Pada waktu bola dipukul oleh lawan, tarik raket kemana bola diarahkan. Tarik raket sejajar posisi bahu untuk posisi siap. Lakukan

perkenaan di depan badan pada posisi yang ideal. Pegang raket jangan terlalu

kencang sebelum perkenaaan, tetap rileks. Baru pada waktu bola menyentuh

raket kencangkan pegangan raket dan kendorkan kembali pegangan pada

waktu follow through. Pukulan volley dibagi menjadi dua yaitu forehand volley dan backhand volley.

e) Serve

Bagi para pemula serve adalah awal permainan tetapi bagi pemain dunia serve bisa menjadi senjata yang mematikan.

Ada beberapa teknik melakukan serve menurut Handono Murti (2002:40) yaitu :

(1) Kick Serve

Servis bola dimana seorang petenis menekankan kecepatan dan tenaga pukul yang besar dengan tujuan utama mendapatkan nilai.

(2) Slice Serve

Pada servis ini bola dipukul pada sebelah kanan belakang bola. Posisi permukaan raket sedikit miring, perkenaan terjadi di belakang sebelah kanan bola.

(3) Twist serve

Twist serve atau American twist adalah jenis servis yang dilakukan dengan perkenaan bola dipukul dari bagian belakang atas bola dengan posisi raket 60 derajat horizontal ke atas.

f) Return Serve

Return serve atau pengembalian servis adalah pukulan yang sama dengan pukulan groundstroke biasa, hanya bedanya tekanan yang terjadi pada return serve sangat besar.

g) Dropshot

(29)

commit to user

jika pantulan bolanya tidak tinggi dan jatuhnya di daerah servis tidak terlalu

jauh dari net.

h) Lob

Lob adalah salah satu cara untuk mengatasi lawan ketika berada di depan net. Ada dua cara yang biasa dilakukan pemain dalam melakukan lob yaitu pertama dengan membuka permukaan raket dan mengangkat bola dari bawah

dengan lembut, dan yang kedua dengan topspin.

b. Taktik dan Strategi Olahraga Tenis Lapangan

Strategi adalah pengembangan suatu rencana permainan. Sedangkan taktik

adalah implementasi dari rencana permainan tersebut di dalam suatu

pertandingan. Menurut Nuril Ahmadi (2007:41) taktik merupakan keseluruhan

tindakan atau usaha, baik yang dilakukan oleh individu maupun tim untuk

mencapai hasil yang optimal di dalam suatu pertandingan. Taktik juga dapat

disebut sebagai siasat yang dipergunakan dalam pertandingan untuk mencari

kemenangan secara sportif. Taktik harus disesuaikan dengan aturan-aturan

permainan, kondisi pertandingan, kualitas fisik, teknik dan mental para pemain

juga kemampuan kerjasama tim.

1) Prinsip-prinsip Taktik dan Strategi Sederhana Untuk Permainan Tunggal

Taktik dan strategi untuk pemain tenis berbeda menurut tingkatan

permainan, permukaan, pengaruh keadaan, keadaan lingkungan (angin, matahari,

dll) dan faktor-faktor psikologi. Untuk pemain pemula dan pemain baru, strategi

yang paling penting adalah menjaga bola dalam permainan, yaitu agar menjadi

konsisten. Semua pemain pemula kehilangan banyak poin melalui kesalahannya

sendiri daripada yang mereka peroleh dengan memenangkan pukulan. Oleh

karena itu tidak realistik untuk mengedepankan tekanan atau permainan taktik

(30)

commit to user

a) Konsisten dan Pengambilan Resiko

Di dalam situasi permainan, tujuan dasar para pemain adalah untuk

memukul bola sedemikian rupa sehingga lawan tidak akan mampu

mengembalikannya. Ada dua cara untuk mecapai tujuan tersebut :

(1) Dengan konsisten / keajegan : menjaga bola dalam permainan.

(2) Dengan mengambil resiko : dengan mencoba untuk menyerang,

memenangkan pukulan atau memaksa lawan untuk membuat kesalahan.

Pada tahap awal pengembangan pemain, pelatih seharusnya menuntut

kekonsistenan. Para pemain seharusnya didorong untuk menjaga bola dalam

permainan dan menghindari membuat kesalahan sendiri. Seperti dapat dilihat

pada grafik diatas, ketika para pemain meningkatkan ketrampilan dan

kepercayaan mereka, mereka dapat lebih berkonsentrasi pada penempatan

tembakan dan mereka umumnya akan berusaha untuk mengambil resiko yang

lebih terkontrol dalam rangka untuk memaksa lawan mereka untuk membuat

kesalahan.

b) Memukul Bola Tajam

Memukul tembakan yang tajam (diluar garis pukulan servis dan dekat

dengan garis dasar) mempunyai banyak keuntungan menurut Miley Dave

(1995:27) :

(1) Memaksa lawan untuk mundur.

(2) Memaksa mereka untuk memukul bola yang melambung tinggi.

(3) Dibandingkan dengan tembakan pendek, hal ini dapat menutup banyak sudut.

(4) Membuat lawan mereka mundur, sehingga mengurangi ketepatan mereka.

(5) Memaksa lawan untuk mengembalikan tembakan pendek sehingga membuka peluang untuk mengembalikan tembakan.

c) Memanfaatkan Kelemahan Lawan

Hal ini sering berguna untuk mengambil keuntungan dari kelemahan

lawan tanpa mencoba untuk memukul bola dari jangkauan, atau tanpa

memenangkan pukulan sama sekali. Para pemain menunjukkan jenis

(31)

commit to user

pengamatan kekonsistenan lawan menurut Dave Miley (1995:28). Kelemahan

ini dapat meliputi:

(1) Groundstroke : Suatu tembakan, baik forehand atauabackhand lebih lemah daripada yang lain.

(2) Jenis-jenis bola tertentu : Sebagai contoh, tembakan tajam dan tinggi sering terlihat ksulit untuk para pemula.

(3) Pergerakan dalam menembak : Biasanya para pemain merasa lebih sulit memukul bola llsambil bergerak daripada masih berdiri.

d) Pengembangan Batasan Tinggi Untuk Kesalahan

Para pemain pada tahap awal pengembangan harus didukung untuk

meningkatkan batasan mereka untuk kesalahan dengan memukul bola lebih

tinggi di atas net dan dengan memastikan tembakan mereka tidak dijatuhkan

terlalu dekat dengan garis luar.

e) Pemulihan Untuk Posisi Tembakan Selanjutnya

Seorang pemain yang memulihkan kondisinya dengan baik setelah

melakukan tembakan dapat membatasi kemampuan lawan untuk

menempatkan mereka dalam situasi bertahan. Ketika pulih, pemain harus

mencoba untuk kembali ke tengah lapangan atau membagi dua bagian sudut

kembalian sebelum lawan mereka memukul bola. Pilihan pengembalian

tembakan atau jarak yang diperlukan untuk berpindah dalam membagi dua

sudut kembalian untuk tembakan berikutnya akan sangat mempengaruhi

lamanya pemulihan.

2) Lima Situasi Permainan

Seorang pemain harus berusaha untuk memberikan latihan di dalam

pelajaran untuk mempraktekkan semua situasi permainan secara teratur. Ada lima

situasi permainan dalam permainan tunggal menurut Miley Dave (1995:30) :

a) Ketika pemain melakukan servis.

b) Ketika pemain mengembalikan pukulan.

c) Ketika pemain dan lawan keduanya berada di garis dasar. d) Ketika pemain mendekati net.

(32)

commit to user

3) Area Permainan

Taktik sangat dipengaruhi oleh area lapangan dimana para pemain

ditempatkan menurut Miley Dave (1995:31). Keempat area yang dapat

Ketika pemain sulit mengontrol dan mengarahkan bola, mereka sering

memposisikan di semua area lapangan. Oleh karena itu mereka harus memahami

bahwa semakin dekat mereka ke net, semakin sedikit waktu mereka bereaksi

terhadap bola yang mendekat. Tetapi semakin besar kesempatan mereka harus

membuat sudut dan memenangkan poin.

4) Tahap-tahap Permainan

Selama pertandingan atau dalam situasi permainan, pemain akan

ditempatkan dalam berbagai situasi taktik, tergantung pada apakah ia diserang

atau apakah ia sedang menyerang lawannya. Ada beberapa tahap bermain tenis

menurut Miley Dave (1995:32). Pada tingkatan pemula dan tingkatan menengah

ke bawah, tahap ke titik berat adalah :

a) Pertahanan

Ketika pemain sedang diserang (melalui penempatan, kecepatan atau ketajaman penerimaan bola), pemain harus berusaha untuk mengembalikan bola dengan lintasan untuk memberikan waktu pemulihan, dan untuk memastikan bahwa bola melewati net dengan batasan yang baik.

b) Rally

Pada tahap rally, pemain tidak dipaksa untuk membuat kesalahan dan tidak berusaha untuk memaksa lawannya untuk membuat kesalahan. Dia terus menjaga bola dalam permainan dan menunggu lawannya membuat kesalahan. Sehingga pemain menjadi lebih terampil dan ketajaman “rally”nya akan meningkat.

c) Penyerangan

(33)

commit to user

Pada tahap ini, pemain mengambil resiko lebih daripada “rally” sederhana.

5) Pilihan Tembakan

Kemampuan pemain untuk membedakan berbagai jenis bola yang diterima

sangat penting dalam membuat keputusan yang baik di dalam pilihan menembak.

Bola yang diterima dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu tembakan mudah,

tembakan agak sulit, tembakan sulit. Para pemain dapat diajarkan pada tahap yang

paling awal dalam pengembangan mereka, untuk mengidentifikasi dan

membedakan antara berbagai jenis bola yang diterima menggunakan kode warna.

Konsep ini telah dikembangkan oleh pelatih tenis Amerika Serikat, Gundars

Tilmanis. Pemahaman yang baik pada tembakan mendekat akan membantu

pemain dalam membuat pilihan taktik.

Sebagai contoh:

6) Faktor-faktor lain yang mempengaruhi strategi dan taktik tunggal Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi dan taktik tunggal menurut

Dave Miley (1995:34) antara lain sebagai berikut :

a) Karakteristik Pemain / Lawan

(1) Tingkat permainan, kelemahan, kekuatan, dll.

(2) Faktor-faktor psikologi, usia, kedewasaan, pergerakan, dll.

(3) Gaya permainan, pengambil resiko / penyerang dan pemain yang mengembalikan / pemain yang bertahan.

(34)

commit to user

7) Taktik dan Strategi Ganda

Permainan ganda melibatkan interaksi dinamis dari empat pemain. Banyak

prinsip yang mendasari dari taktik dan strategi untuk tunggal dan juga ganda.

Tetapi pada permainan tim, posisi dan pelanggaran sangat penting dalam ganda.

Cara melatih strategi untuk ganda menurut Dave Miley (1995:34) (3 poin

pertama berlaku khusus untuk pemula).

a) Bermain persentase tembakan dan bermain konsisten. b) Jangan terjebak di tengah lapangan.

c) Dapatkan servis pertama di permainan.

d) Coba untuk mendekatkan ke net sesegera mungkin. e) Ambil keuntungan net dari lawan dengan lob. f) Memukul bola di tengah.

g) Kembalikan servis menyilang atau di atas kepala pemain. h) Kembalikan lob dengan lob.

i) Tanpa mengelob tetap menjaga bola rendah melewati net. j) Bermain sebagai tim.

k) Menahan serangan ketika berada pada net untuk menjaga tebakan tim lawan.

l) Berkomunikasi dengan pasangan.

c. Komponen Kondisi Fisik Olahraga Permainan Tenis lapangan

Kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen

yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun

pemeliharaannya. Artinya bahwa “ Di dalam usaha peningkatan kondisi fisik,

seluruh komponen tersebut juga harus dikembangkan, walaupun di sana sini

dilakukan dengan sistem prioritas sesuai dengan keadaan tiap komponen yang

diperlukan” menurut Nuril Ahmadi (2007:65). Komponen-komponen kondisi fisik

yang dimaksud adalah kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur,

kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan reaksi.

Untuk menjadi pemain tenis lapangan yang baik diperlukan kemampuan

fisik yang baik pula. Untuk mencapai kondisi fisik yang baik (prima), diperlukan

(35)

commit to user

2. Metode Latihan a. Pengertian Latihan

Banyak orang berlatih tetapi sebenarnya tidak. Hal ini umumnya

disebabkan yang bersangkutan kurang memahami pengertian tentang latihan yang

sebenarnya. Pengertian latihan yaitu suatu proses sistematis dari latihan atau

bekerja yang dilaksanakan berulang-ulang secara berkelanjutan dengan semakin

hari semakin bertambah beban latihan untuk mencapai tujuan. Dari pengertian

latihan, akan didapat unsur-unsur latihan antara lain :

1) Sistematis adalah berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem yang

tertentu, metodis, dari mudah ke yang sukar, latihan yang teratur, dari yang

sederhana menjadi ke yang lebih rumit.

2) Berulang-ulang yaitu setiap elemen teknik harus diulang sesering mungkin,

dimaksudkan agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi

semakin mudah untuk dilakukan, dan otomatis pelaksanaannya sehingga lebih

menghemat energi.

3) Kian hari kian bertambah bebannya ialah setiap kali, secara periodik, segera

setelah tiba saatnya, beban latihan harus ditambah, jika beban tidak ditambah

prestasi pun tidak akan meningkat.

Menurut Sudjarwo (1993:23) tujuan pokok dari latihan adalah prestasi

yang maksimal disamping kesehatan juga kesegaran jasmani bagi atlet. Sesuai

dengan tujuan latihan itu sendiri maka urutan penekanan latihan sebagai berikut:

a) Pembentukan kondisi fisik (Physical build Up)

Unsur-unsur yang harus dibentuk dan dikembangkan dalam latihan kondisi fisik meliputi kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, keseimbanagan dan koordinasi.

b) Pembentukan Teknik (Technical Build Up)

Pembentukan teknik adalah latihan khusus yang dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromuscular. Pembentukan teknik harus dimulai dari teknik dasar ke teknik tinggi yang akhirnya menuju gerakan-gerakan yang otomatis. c) Pembentukan Taktik (Tactical Build Up)

Pembentukan taktik meliputi cara pertahanan maupun cara dalam penyerangan termasuk didalamnya penyusunan strategi, system, pola bermain dan tipe atau karakter dari tim.

(36)

commit to user

Pembentukan mental untuk bertanding dengan unsur psikologis sesuai dengan cabang olahraga yang diikuti.

e) Kematangan Juara

Dengan bekal teknik, taktik, dan fisik yang baik dan didukung dengan mental bertanding yang baik pula merupakan keselarasan yang matang antara tindakan dan proses mental bertanding tersebut. Cara melatih mental bertanding ini dengan jalan mengadakan berbagai pertandingan dengan segala macam variasi.

b. Prinsip-prinsip Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan meningkatkan pemberian beban latihan. Itulah sebabnya pemberian beban

latihan harus memenuhi prinsip-prinsip yang sesuai tujuan latihan. Prinsip-prinsip

latihan tersebut merupakan prinsip-prinsip beban latihan secara umum. Dengan

mengetahui prinsip-prinsip latihan diharapkan prestasi seorang atlet dengan cepat

meningkat. Tanpa mengetahui hal ini seorang atlet atau pelatih tidak mungkin

dapat berhasil dalam latihannya.

Sudjarwo (1993:21-23) menyarankan agar seluruh program latihan

sebaiknya menerapkan prinsip-prinsip latihan sebagai berikut :

1) Prinsip Individu

Pemberian latihan harus selalu mengingat kemampuan dan kondisi individu masing-masing atlet. Faktor-faktor individu yang harus mendapat perhatian misalnya, tingkat ketangkasan atlet, umur atau lamanya berlatih harus dibedakan, kesehatan dan kesegaran jasmaninya, psikologi atau mentalnya.

2) Prinsip Penambahan Beban ( Overload Principle )

Penambahan beban harus dilakukan tahap demi tahap secara teratur dan konsisten. Beban latihan berat yang diberikan secara terus menerus justru akan menghentikan kenaikan prestasi. Sebaiknya setelah dua atau tiga kali latihan beban latihan ditingkatkan dan itu tergantung dari atletnya.

3) Prinsip Interval

Prinsip latihan interval ini dapat digunakan untuk istirahat tertentu. Latihan interval merupakan keseluruhan latihan yang diselingi dengan suatu rencana latihan harian, mingguan, bulanan dan tahunan.

4) Prinsip Penekanan Beban ( Stress )

(37)

commit to user

diberikan guna meningkatkan kemampuan organism, kekuatan mental yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan.

5) Prinsip Makanan Baik ( Nutrition )

Kalori yang masuk harus sesuai kalori yang dikeluarkan untuk latihan. Untuk seorang atlet diperlukan 25-35 % lemak, 15 % putih telur, 50-60 % hidrat arang dan vitamin serta mineral lainnya.

6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun

Suatu latihan harus dilakukan secara sistematis yang dilaksanakan sepanjang tahun tanpa berseling.

Sedangkan menurut Bompa yang dikutip Yusuf Adisasmita dan Aip

Syarifuddin (l993:130-140) menyarankan agar dalam latihan sebaiknya

menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Prinsip Beban Lebih (Overload)

Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan oleh atlet. Seorang atlet harus berlatih dengan beban yang lebih berat atau berlatih dengan beban di atas ambang rangsang. Namun beban tersebut harus sesuai dengan kemampuan atlet.

2) Prinsip Perkembangan Multilateral

Prinsip ini sebaiknya diterapkan pada atlet-atlet muda. Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam beragam kegiatan agar dengan demikian mereka memiliki dasar-dasar yang lebih kokoh untuk menunjang keterampilan spesialisasinya kelak.

3) Prinsip intensitas Latihan

Perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlet dilatih atau berlatih suatu program latihan yang intensif, dimana pelatih secara progresif menambahkan beban kerja jumlah pengulangan gerakan (repetition) serta kadar intensitas dari repetisi tersebut.

Ada beberapa teori yang dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk menentukan kadar intensitas latihannya. Salah satunya teori Katch dan Mc Ardle (1993) sebagai berikut:

a) Menghitung Denyut Nadi Maksimal ( DNM ) dengan rumus : DNM = 220 – Umur

b) Menentukan takaran intensitas latihannya, yaitu 80%-90% dari DNM c) Lamanya berlatih dalam ambang rangsang atau training zone untuk

atlet sebaiknya 45-120 menit. 4) Prinsip Kualitas Latihan

(38)

commit to user

5) Prinsip Berfikir Positif

Jika ingin berprestasi, atlet harus berani sakit dalam latihan. Pelatih harus tahu bagaimana hati atlet, apa yang mereka katakana kepada dirinya sendiri. Dan pelatih harus mempengaruhi kata hatinya, melatih atlet untuk selalu berfikir positif dan optimis, mengubah sikap bawah sadar yang negatif menjadi positif.

6) Variasi Dalam Latihan

Latihan yang dilakukan biasanya banyak menuntut waktu, pikiran, tenaga. Karena itu bukan mustahil jika latihan yang intensif dan terus menerus kadang-kadang menimbulkan rasa bosan pada atlet. Jika sudah bosan, maka gairah pada atlet dan motivasinya untuk berlatih biasanya menurun atau bahkan hilang sama sekali. Karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencegah timbulnya kebosanan berlatih, misalnya dengan cara merencanakan dan menyelenggakan variasi-variasi dalam latihan.

7) Prinsip Individualisasi

Setiap individu berbeda dari segi fisik maupun mental, maka setiap individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap suatu beban latihan yang diberikan pelatih. Latihan merupakan suatu beban latihan yang diberikan pelatih. Latihan merupakan suatu persoalan pribadi bagi setiap atlet dan tidak bisa disama ratakan bagi semua atlet. Latihan harus direncanakan dan disesuaikan bagi setiap individu atlet agar dapat menghasilkan prestasi yang baik.

8) Penetapan Sasaran (Goal Setting)

Seringkali suatu tim atau atlet tidak berlatih dengan sungguh-sungguh, atau kurangnya motivasi untuk berlatih karena tidak ada tujuan atau sasaran yang jelas untuk apa atlet berlatih. Karena itu menetapkan sasaran latihan untuk atlet sangat penting.

9) Prinsip Perbaikan Kesalahan

Kalau atlet sering melakukan kesalahan gerak, maka pada waktu memperbaiki kesalahan tersebut pelatih harus menekankan pada penyebab terjadinya kesalahan.

3. Program Latihan

Program latihan merupakan bahan atau kegiatan yang harus dilaksanakan

dalam latihan. Dalam menentukan program latihan harus menyatu pada beberapa

faktor yang mendukung keberhasilan latihan. Penerapan program latihan yang

tepat dan disesuaikan dengan kemampuan atletnya akan meningkatkan kualitas

atlet secara maksimal. Suatu hal yang harus dipertahankan dalam menyusun

program latihan adalah menentukan terlebih dahulu tujuan latihan atau target yang

hendak dicapai. Hal itu penting agar atlet dapat berlatih dengan motivasi untuk

(39)

commit to user

Menurut Iwan Setiawan seperti yang dikutip oleh Yusuf Adisasmita dan

Aip Syarifuddin (1996:14), untuk menyusun program latihan yang teratur perlu

diperhatikan unsur-unsur kemampuan atlet, baik fisik maupun mental, seperti :

a. Waktu pelaksanaan program latihan untuk mengembangkan tenaga atau kekuatan, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas dan lain-lain untuk dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

b. Cabang olahraga yang akan disiapkan. c. Standar tingkat nasional atau internasional. d. Keadaan setempat : tradisi, iklim dan lain-lain. e. Faktor latihan : prestasi, volume, intensitas. f. Jadwal perlombaan dan uji coba.

g. Periodesasi latihan.

Untuk membina atlet agar dapat meningkatkan prestasi setinggi-tingginya,

diperlukan jangka waktu yang lama, maka latihan-latihan tersebut dilaksanakan

secara bertahap yang terdiri dari program jangka panjang dan program tahunan.

Program akan memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga jadwal

latihan perlu dibagi-bagi menjadi beberapa tahapan atau musim latihan.

Pembagian tahapan dalam progam latihan biasa disebut periodesasi. Dengan

periodesasi seorang pelatih dapat menyusun program latihan yang tepat bagi

atletnya untuk mencapai prestasi maksimal.

Sudjarwo (1993:82) membagi program latihan dalam satu tahun menjadi

tiga periode atau lima musim latihan, sebagai berikut :

a. Periode Latihan

1) Periode Persiapan (Preparation Period) 2) Periode Pertandingan (Competition Period) 3) Periode Peralihan (Transition Period) b. Musim Latihan

a. Masa Persiapan (Preparation Period)

(40)

commit to user

Pada masa ini penekanan latihan ditujukan pada masa pembentukan

atau pembinaan fisik seperti kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan,

agilitas, power, dan koordinasi mental, seperti disiplin, keberanian,

tanggung jawab dan sebagainya. Bobot latihan akan berkisar 80-70 % fisik

dan 30-35 % teknik serta 5% mental. Periode ini berlangsung selama 2-3

bulan.

2) Persiapan Khusus (Specific preparation)

Pada masa persiapan khusus ini lebih menekankan pada penguasaan

teknik dasar yang kemudian ditingkatkan menjadi satu kesatuan gerak

yang sempurna. Kondisi fisik yang telah dimiliki pada tahap sebelumnya

harus tetap diperhatikan sepenuhnya oleh pelatih. Periode latihan dapat

berlangsung selama 2-3 bulan dengan bobot latihan 50% untuk latihan

teknik, 20% untuk latihan fisik dan 10% untuk latihan test.

b. Masa Pertandingan (Competition period)

1) Masa Prakompetisi ( Pre Competition )

Pada periode ini penekanan lebih diutamakan pada masalah taktik.

Perkembangan mental emosional atlet perlu mendapat perhatian khusus.

Perkiraan bobot latihan adalah 60% untuk latihan taktik, 15% latihan

mental, 20% test trials. Periode ini berlangsung sekitar 2-3 bulan.

2) Masa Pertandingan (Competition period)

Pada masa ini atlet harus dalam kondisi siaga alias combat ready atau siap tempur. Pada tahap ini harus diciptakan suatu kondisi baik sehingga

atlet percaya diri dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk

memenangkan pertandingan.

c. Masa Peralihan atau seusai pertandingan (Transition period)

Pada masa transisi atlet akan melakukan istirahat aktif dengan melakukan

kegiatan fisik yang ringan seperti joging, senam atau melakukan aktivitas fisik

yang lain. Pada masa inilah dilakukan evaluasi dari hasil prestasi serta program

(41)

commit to user

yang cermat. Dengan demikian maka program selanjutnya dapat disusun

berdasarkan hasil pertandingan serta pengalaman yang lalu.

Yusuf adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996 : 128) menyatakan bahwa

periodesasi latihan adalah “suatu proses pembagian latihan dari rencana latihan

tahunan ke dalam tahapan yang lebih kecil”. Adapun kegunaan dari periodesasi

latihan adalah sebagai berikut :

1) Pelatih akan dapat mengatur setiap komponen-komponen latihan dari rencana tahunan.

2) Membantu pelatih dalam menentukan puncak latihan yang tepat untuk pertandingan-pertandingan yang menjadi sasaran (diantara pertandingan utama selama kalender tahunan).

Adapun hal lain yang dapat membantu pelatih dalam rencana latihan

sampai ke rencana pertandingan yang rencana tersebut sudah terjadwal dengan

baik dalam Kalender Pertandingan. “Kalender pertandingan merupakan faktor

penentu yang menentukan periodisasi dan untuk pemuncakan target prestasi”

menurut Tudor O Bompa (1991:15).

Menurut Sudjarwo (1993 : 81) penyusunan program latihan dapat dibagi

menjadi :

1) Program Jangka Panjang

Program jangka panjang berhubungan dengan program latihan untuk sasaran dua tahun ke atas, misalnya untuk PON atau Olimpiade.

2) Program Jangka Menengah

Program jangka menengah adalah program latihan yang disusun untuk jangka waktu satu tahun.

3) Program Jangka Pendek

Program jangka pendek merupakan penyusunan program latihan kurang dari satu tahun.

Rencana jam latihan harus sederhana dan fungsional, artinya bahwa

rencana latihan itu sendiri harus menjadi alat yang penting untuk setiap atlet dan

pelatih dalam upaya latihannya. Menurut Tudor O Bompa (1991: 24) rencana jam

(42)

commit to user

a. Siklus Mikro

Menurut Tudor O Bompa (1991:25) pengertian dari siklus mikro adalah

“Sebagai satu program latihan mingguan dimana program tahunannya terjadi

dalam satu cara tertentu sesuai dengan kebutuhan pemuncakan untuk tujuan utama

tahun yang bersangkutan (pertandingan)”.

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

T

M

R

I

Gambar 1. Diagram satu siklus mikro dengan satu puncak.

Sejauh melihat pada diagram, ada perubahan tertentu pada intensitasnya

antara tinggi (T), menengah (M) dan rendah (R), sering diikuti istirahat (I) di hari

minggu. Dalam diagram diatas pelatih merencanakan satu puncak dalam siklus

mikronya menurut Tudor O Bompa yang diterjemahkan Sarwono (1991 : 31).

b. Siklus Makro

Menurut Tudor O Bompa (1991:45) pengertian dari siklus makro adalah

“Suatu fase latihan yang berisikan 4-6 minggu (siklus mikro)”. Dibawah ini ada

sebuah model yang disarankan untuk variasi siklus makro, yang dapat dipakai

(43)

commit to user

Intensitas 1 2 3 4

Tinggi

Menengah

Rendah

Gambar 2. Diagram jenis langkah pendekatan tiga siklus mikro untuk

pengembangan diikuti oleh satu siklus untuk mempertahankan menurut Tudor O

Bompa (1991:51)

4. Program Latihan Cabang Olahraga Tenis Lapangan

Untuk mencapai prestasi banyak faktor yang mempengaruhinya. Kondisi

fisik, teknik, taktik, dan psikis yang terdiri dari mental dan kematangan juara.

Penyusunan program latihan harus dilakukan secara sistematis, terencana dan

disusun berdasarkan kemampuan dan kebutuhan masing-masing atlet. Hal ini

bertujuan agar atlet dapat berlatih dengan baik dan mencapai target yang

diinginkan.

Penyusunan program latihan cabang olahraga permainan tenis lapangan

pada umumnya sama dengan penyusunan program latihan olahraga lainnya.

Untuk materi / isi latihan dalam penyusunan program latihan disesuaikan dengan

kemampuan individu dan selera atlet/pelatih namun tetap berdasarkan

prinsip-prinsip berlatih yang benar. Dalam proses melatih juga harus diperhatikan bahwa

untuk atlet pemula jangan diberikan latihan fisik yang berlebihan. Hal ini dapat

mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, sebaiknya diperbanyak latihan teknik

terutama teknik dasar permainan. Pada saat latihan fisik jangan menggabungkan

dengan latihan teknik karena atlet tidak bisa menyerap teknik dengan baik karena

kondisi fisik yang sudah lelah. Isi program latihan olahraga permainan tenis

(44)

commit to user

a. Program Latihan Kondisi Fisik

Unsur dan cara-cara melatih kemampuan gerak agar kondisi fisik atlet

tetap prima menurut Suharno HP (1993:14) adalah sebagai berikut :

1) Kekuatan

a) Pengertian Kekuatan

Suharno HP (1993:15) mengemukakan bahwa, “Kekuatan adalah

kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan / beban, menahan atau

memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas.

b) Macam-macam Kekuatan

Pada setiap aktivitas, memerlukan unsur kekuatan sesuai dengan

kebutuhan dan situasi yang dihadapi. Macam-macam kekuatan :

(1) Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot dalam kontraksi

maksimal serta dapat melawan / menahan dan memindahkan beban

maksimal pula.

(2) Kekuatan daya ledak (Explosive Power) adalah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan

keecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.

(3) Kekuatan daya tahan otot (Power Endurance) adalah “Kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melawan tahanan beban tinggi

intensitasnya” menurut Suharno HP (1993 : 15).

c) Cara Melatih Kekuatan dengan Metode Weight Training

Kualitas kekuatan setiap atlet dapat ditingkatkan melalui latihan.

Seperti yang dikutip Suharno HP dalam Berger (1993 : 16)

mengemukakan bahwa cara melatih kekuatan maksimal sebaiknya

menggunakan metode weight training dengan dosis : (1) Kekuatan Maksimal

(a) Volume 3 set.

(b) Intensitas 80%-100% dari kemampuan maksimal. (c) Ulangan angkatan 6-10 kali per set.

(d) Istirahat 3-4 menit.

(2) Kekuatan daya ledak (Explosive Power)

(45)

commit to user

(b) Intensitas 40%-60% dari kemampuan maksimal atau diambil 1/3 berat badan atlet.

(c) Ulangan angkatan per set tidak boleh lebih dari 50% kemampuan repetisi maksimal.

(d) Istirahat antar set 2-3 menit.

(e) Tiap angakatan merupakan satu gerakan yang selaras dan utuh dengan gerakan cepat.

(3) Kekuatan daya tahan otot (Power Endurance)

(a) Volume beban latihan 2-5 set dalam satu unit latihan (b) Intensitas 60%-90% dari kemampuan maksimal.

(c) Ulangan angkatan per set 50% ke atas dari kemampuan repetisi maksimal atlet.

(d) Istirahat antar set 1-2 menit.

d) Bentuk Latihan Pengembangan Unsur Kekuatan

Dalam peningkatan unsur kekuatan digolongkan menjadi beberapa

prinsip antara lain :

(1) Beban latihan disesuaikan dengan jenis otot yang dilatih, dengan

prinsip “di atas ambang rangsang” yang ditingkatkan secara teratur

sedikit demi sedikit.

(2) Mekanis gerakan disesuaikan dengan gerakan teknik (aspect body mechanic).

(3) Sasaran latihan ditujukan untuk pengembangan kecepatan, power

dan daya tahan umum.

Berdasarkan ketiga prinsip tersebut di atas macam latihan yang

diterapkan meliputi : split jump ke depan, split jump ke samping, vertical jump, squat jump, sit up, push up, back up, dll.

2) Daya Tahan

a) Pengertian Daya Tahan

Suharno HP (1993 : 17) mengemukakan bahwa, “Daya tahan

adalah kemampuan organ atlet untuk melawan kelelahan yang timbul

saat menjalankan aktivitas olahraga dalam waktu lama”.

b) Macam-macam Daya Tahan

Latihan daya tahan harus makin lama makin ditingkatkan menjadi

Gambar

Gambar 1. Diagram satu siklus mikro dengan satu puncak.
Gambar 2. Diagram jenis langkah pendekatan tiga siklus mikro untuk
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Skema Triangulasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna

MANAJEMEN KELAS KHUSUS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA (BIO) DI SEKOLAH MENENGAH ATAS EKS KARESIDENAN SURAKARTA.. (Studi Kasus pada 3 Sekolah Kelas Khusus Bakat