Oleh :
Mari Novalina Simbolon NIM 409220028 Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain
JURUS AN B IOLO GI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) IAA dan Kinetin terhadap Pertumbuhan Planlet Nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar secara In vitro”.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Fauziyah Harahap,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, kesabaran dan waktu yang telah diberikan selama penelitian dan
penulisan skripsi.
2. Bapak Dr.Syahmi Edi, M.Si, Drs.Nusyirwan, M.Si, dan Ir.Herkules Abdullah,
MS selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang diberikan.
3. Bapak Drs.PM Siahaan, MS selaku pembimbing akademik atas arahannya.
4. Bapak Drs. Tri Harsono, M.Si., selaku ketua jurusan Biologi
5. Bapak Dekan serta staff di FMIPA Universitas Negeri Medan yang telah
memberi dukungan dan bimbingan.
6. Teristimewa orang tuaku tersayang Bapak J Simbolon & Ibu D Manurung serta
adik-adikku Mochtar, Arif, Pebri, Tonggo, Josua, Della atas doa, kasih sayang,
dan dukungannya.
7. Kepada yang tersayang Op.Nova, Tulang/Nantulang Op.Enjel,Tulang Op.Meta,
Mamatua & seluruh keluarga Simbolon dan keluarga Manurung tak terkecuali.
8. Teman-teman sekelas Bio Nondik 2009 semuanya; Hotma,Wenny,Herna,
Eriana,Aisyah, Riris, terkhusus teman seperjuanganku Sartika Sinulingga.
9. Teman-teman di Laboratorium Kultur Jaringan. Kak Yati, Bg Yudi, Hamzah,
Nurul, Anggita, Khairani,Bg Supry, Kak Yana, atas bantuan dan dukungannya.
10.Kak Rosita, Ka Erika, Bg tanggang, Bo Ehsano, Bo Angela, Ka Gebby, Ka
Yohana,Nantu Gio,Nantu Jonathan,Martina,Angela,Bafo, Ka Novita, atas doa,
persahabatan, perhatian dan bantuan yang telah diberikan.
11.Pak Pendeta Tobing dan Keluarga jemaat GPP Tarutung Kota atas doa dan
Penulis menyadari skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan. Semoga
hasil penelitian ini berguna bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian
lanjutan.
Medan , Januari 2014
Penulis
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1. Faktor Perlakuan ZPT 21
3.2. Kombinasi Perlakuan 21
3.3. Analisis Varians (ANAVA) secara RAL Faktorial 25
4.1. Data Jumlah Planlet yang Terkontaminasi Umur 1- 8 MST 26
4.2. Rataan dan uji beda jumlah daun (helaian) Nanas pada berbagai Konsentrasi IAA dan Kinetin umur 8 MST 29 4.3. Rataan dan uji beda Jumlah Tunas Nanas (mm) pada berbagai Konsentrasi IAA dan Kinetin umur 8 MST 31
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1Provinsi Sentra Produksi Nanas di Indonesia, 2011 2
1.2Kabupaten Sentra Produksi Nanas Provinsi Sumut, 2011 2
2.1. Profil Buah Nanas (Ananas comosus L.) 7
2.2. Struktur Molekul IAA 13
2.3. Struktur Molekul Kinetin 14
4.1. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap
Waktu muncul tunas Nanas 1-8MST 28
4.2. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap
Jumlah Daun Tunas Nanas 1-8 MST 30
4.3. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap
Jumlah Daun Nanas 8 MST 30
4.4. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap
Jumlah Tunas Nanas 1-8 MST 32
4.5. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap
Jumlah Tunas Nanas 8 MST 32
4.6. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap
Tinggi Tunas Nanas 8 MST 34
4.7. Grafik Pengaruh Perlakuan Konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanas atau “Pineapple” bukan tanaman asli Indonesia Penyebaran nanas di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pengisi di lahan pekarangan,
lambat laun meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah
nusantara (Rukmana, 2007).
Menurut Tohir (1984), buah nanas sangat digemari dan besar arti
ekonomisnya. Buah nanas yang matang umumnya dimakan segar. Menurut Ashari
(1995), buah nanas sebagian besar sudah dikalengkan, dibuat selai, jeli, dan sari
buah.
Perkembangan luas panen seiring dengan produksi nanas di Indonesia
selama tahun 2000-2011 mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan
16,08% per tahun. Tahun 2000 produksi nanas Indonesia hanya sebesar 399.299
ton, meningkat sebesar 9,54% di tahun 2011 menjadi 1.540.626 ton. Berdasarkan
data produksi nanas tahun 2011, sentra produksi nanas di Indonesia terdapat di 5
(lima) provinsi, yaitu Lampung (dengan kontribusi 32,80% terhadap produksi
nenas nasional), Jawa Barat (20,45%), Sumatera Utara (11,89%), Riau (7,10%)
dan Jawa Tengah (6,03%). Kelima provinsi ini berkontribusi secara kumulatif
sebesar 78,27% terhadap total produksi nanas Indonesia (Pusdatin, 2013).
Kab. Tapanuli Utara adalah kabupaten penghasil nanas terbesar pada tahun
2011 dengan produksi mencapai 144.210 ton atau 78,72% dari produksi nanas
di Provinsi Sumatera Utara (Pusdatin, 2013). Sentra produksi nanas di kabupaten
Tapanuli Utara berada di Kecamatan Sipahutar yang cukup terkenal dengan nanas
Sipahutar. Buah nanas asal Sipahutar (Tapanuli Utara) terkenal dengan rasa
manisnya, tidak terlalu berair, berukuran besar, serta warna kulit kuning dengan
ujung warna kehijauan. Buah ini menjadi salah satu komoditi unggulan tanaman
Gambar 1.1 Provinsi Sentra Produksi Nanas di Indonesia, 2011 Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, diolah Pusdatin
Gambar 1.2 Kabupaten Sentra Produksi Nanas Provinsi Sumut, 2011, Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, diolah Pusdatin
Menurut Rukmana (2007), meskipun peluang ekspor nanas cukup cerah,
namun produksi nasional masih rendah. Salah satu penyebab rendahnya
produksi nanas adalah bentuk kultur budidayanya yang masih bersifat usaha
sampingan belum intensif dalam skala agribisnis. Selain itu, panen buah nanas
dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang
digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan,
hingga panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas
batang dipanen setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12
bulan. Hal inilah yang juga menyebabkan produksi masih rendah karena
membutuhkan waktu yang lama untuk memetik hasil (Ipteknet, 2005).
Menurut Supriati (2011), kultur jaringan sesuai diterapkan untuk tanaman
[image:8.595.88.526.110.498.2]tanaman bernilai ekonomi tinggi seperti anggrek atau tanaman hias lainnya,
bahkan bibit tanaman yang diperlukan dalam skala massal seperti pisang,
nanas dan jati. Keberhasilan penanaman nanas sangat ditentukan oleh kualitas
bibit yang digunakan. Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman dengan
pertumbuhan normal, sehat serta bebas hama dan penyakit. Budidaya tanaman
nanas secara konvensional biasanya menggunakan bibit dari anakan. Tetapi
sekarang ini untuk penanaman nanas secara komersial dalam skala besar telah
menggunakan bibit hasil perbanyakan kultur jaringan. Salah satu komponen
yang menentukan pola pertumbuhan tanaman pada kultur jaringan adalah zat
pengatur tumbuh (Marzuki dkk, 2008).
Penggunaan teknik in vitro untuk menumbuhkan plantlet tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya komposisi media yang digunakan,
asal eksplan tanaman dan lingkungan tumbuh dari tanaman tersebut dan perlu
penambahan zat pengatur tumbuh auksin, sitokinin,dan gibberelic acid (Karjadi,
2007).
Indriani,dkk (2007), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa secara
keseluruhan dari kombinasi IAA dan BAP terhadap multiplikasi tunas nanas
Bogor (Ananas comosus (L.) Merr.) cv. Queen pada media Murashige Skoog
(MS) , perlakuan A0B0 menunjukkan tinggi tunas tertinggi dan perlakuan A1,5B2
menunjukkan tinggi tunas terendah. Pengaruh perlakuan IAA dan BAP dengan
konsentrasi IAA yang lebih tinggi, dimana dengan peningkatan konsentrasi IAA
akan memperlama kemunculan tunas. Bahkan dari hasil penelitian menunjukkan
perlakuan IAA dan BAP tanpa atau dengan konsentrasi rendah penambahan IAA
justru memunculkan tunas paling cepat.
Menurut Harahap (2011),sitokinin mempengaruhi berbagai proses
fisiologis di dalam tanaman terutama mendorong pembelahan sel. Kinetin
merupakan senyawa sitokinin yang diketahui terdapat dalam tanaman dalam
konsentrasi yang rendah.
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait pemberian kinetin untuk
memberikan respon yang lebih baik dari BAP dengan konsentrasi yang sama yaitu
5 ppm untuk menginduksi tunas manggis in vitro (Harahap, 2011).
Penggunaan sitokinin sangat diperlukan untuk memacu multiplikasi tunas
tanaman. Penggandaan tunas pada tanaman berkayu seperti belimbing, sukun,
melinjo, pada umumnya memerlukan zat pengatur tmbuh dalam konsentrasi yang
lebih tinggi berkisar antara 5-10 mg/l, untuk meningkatkan kemampuan
proliferasi tunas kadang ditambahkan thidiazuron atau auksin seperti IAA dalam
konsentrasi yang rendah (0,1-0,3 mg/l). Sebaliknya pada tanaman herba seperti
mentha, seruni, nanas, diperlukan sitokinin seperti BA atau kinetin dalam
konsentrasi rendah, yaitu berkisar 0,1 – 1 mg/l (Lestari, 2011 ).
Pertumbuhan eksplan nanas Bogor dalam Ekavitri, dkk (2012) secara
keseluruhan jumlah tunas terbanyak terdapat pada perlakuan NAA + kinetin
dengan pemberian kinetin 3 ppm (N0K3 dengan rerata 9,17 tunas, N0,25K3 dengan
13, 67 tunas, N0,5K3 dengan rerata 9,67 tunas, dan N1K3 dengan 11,5 tunas. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian 3 ppm kinetin mampu memacu multiplikasi tunas
terkait peran dari kinetin sebagai hormon sitokinin yang merangsang pertumbuhan
tunas samping, sehingga penambahan sitokinin (kinetin) pada media dapat
mendorong sel-sel meristem pada eksplan untuk membelah dan mempengaruhi sel
lainnya untuk berkembang menjadi tunas dan dan akhirnya membentuk daun.
Penelitian ini menggunakan ZPT Indole acetic acid (IAA) (0 ppm;0,5 ppm; 1
ppm; 1,5 ppm) dan Kinetin ( 0 ppm; 1 ppm; 2 ppm; 3 ppm) serta media MS
sebagai media tumbuh eksplan. Tujuan dari penelitian adalah mencari komposisi
media MS dengan konsentrasi Kinetin dan IAA yang tepat dalam meningkatkan
pertumbuhan planlet tanaman nanas Sipahutar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) IAA dan Kinetin
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai
berikut :
1. Produksi nanas Sipahutar secara konvensional membutuhkan waktu lama dan umumnya
menghasilkan jumlah tunas yang sedikit.
2. Penggunaan ZPT untuk pertumbuhan planlet nanas (Ananas comosus L.)Sipahutar
melalui kultur jaringan perlu dilakukan untuk mendorong peningkatan jumlah plasma
nutfah nanas .
3. Faktor –faktor pendukung untuk tumbuhnya planlet nanas perlu diperhatikan.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh konsentrasi ZPT IAA 0 ppm; 0,5
ppm; 1 ppm; 1,5 ppm dan Kinetin 0 ppm; 1 ppm; 2 ppm; 3 ppm
terhadap pertumbuhan planlet in vitro nanas Sipahutar.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana cara sterilisasi eksplan dan alat tanam yang tepat pada kultur
planlet nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar ?
2. Adakah pengaruh konsentrasi IAA terhadap pertumbuhan planlet nanas
(Ananas comosus L.) Sipahutar?
3. Adakah pengaruh konsentrasi Kinetin terhadap pertumbuhan planlet
nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar?
4. Berapa kombinasi konsentrasi IAA dan Kientin yang optimum terhadap
pertumbuhan maksimal planlet nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar?
5. Adakah interaksi konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap pertumbuhan
1.5 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara sterilisasi eksplan dan alat tanam yang tepat pada
kultur planlet nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi IAA terhadap pertumbuhan planlet
nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi Kinetin terhadap pertumbuhan planlet
nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar
4. Mengetahui konsentrasi IAA dan Kinetin yang optimum terhadap
pertumbuhan maksimal planlet nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar
5. Mengetahui interaksi konsentrasi IAA dan Kinetin terhadap pertumbuhan
planlet nanas (Ananas comosus L.) Sipahutar
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan mengenai kultur jaringan tanaman nanas
terutama nanas Sipahutar
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk meningkatkan produksi
buah nanas di Indonesia yang memiliki kualitas unggul.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil data yang diperoleh maka dapat diberi kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengamatan yang diperoleh bahwa kontaminasi pada planlet sebesar
12,5 % dari jumlah keseluruhan planlet. Dapat dikatakan bahwa tingkat
kontaminasi yang terjadi berada pada skala kecil.
2. Indole Acetid Acid (IAA) berpengaruh nyata terhadap semua parameter
yakni jumlah daun, tinggi tunas, jumlah tunas maupun waktu munculnya
tunas. Waktu muncul tunas rata-rata pada minggu ke 3 dan ke 4. Jumlah
tunas IAA umur 8 MST I0 dengan 12.92 buah dan F hitung 13,125 > F
tabel 2,90, I1 memberikan rataan jumlah daun tertinggi 54,03 helai, I0,5
memiliki tinggi rataan tunas 41.33 mm.
3. Kinetin berpengaruh nyata terhadap ,tinggi tunas, dan waktu munculnya
tunas ,sedangkan pada jumlah daun tidak berpengaruh. Waktu munculnya
tunas rata- rata muncul pada minggu ke 3 dan ke 4, jumlah tunas tertinggi
K2 47.67 buah, tinggi tunas K0 49.17 mm sedangkan pada jumlah daun ,
faktor Kinetin umur 8 MST menghasilkan Fhitung 2,369 < F tabel 2,90.
4. Interaksi IAA dan Kinetin berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, tinggi
tunas, waktu munculnya tunas dan junlah tunas. Waktu munculnya tunas
rata- rata muncul pada minggu ke 3 dan ke 4, jumlah tunas I0K0 (MS tanpa
zpt IAA maupun Kinetin) yaitu 18,33 buah, tunas,I1K3 memberikan rataan
jumlah daun tertinggi 71,67 helai , tinggi tunas I0,5K0 yaitu 59 mm.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan konsentrasi yang
lebih tepat untuk penelitian jenis kultur jaringan ananas dengan menggunakan
ZPT IAA dan Kinetin pada nanas asal Sipahutar.
[image:13.595.59.532.102.689.2]