• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA PIHAK AYAH, PIHAK IBU, DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 6 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA PIHAK AYAH, PIHAK IBU, DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 6 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA PIHAK

AYAH, PIHAK IBU, DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR

DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS VIII

SMP N 6 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

Oleh:

RATIKA SATYA PURI

NIM K8407040

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA PIHAK

AYAH, PIHAK IBU, DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR

DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS VIII

SMP N 6 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

Oleh:

RATIKA SATYA PURI

NIM K8407040

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)
(4)
(5)

commit to user

ABSTRAK

Ratika Satya Puri. K8407040. HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS

BIMBINGAN ORANG TUA PIHAK AYAH, PIHAK IBU DAN PEMANFAATAN

SUMBER BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISIWA KELAS VIII

SMP N 6 WONOGIR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hubungan antara Intensitas

Bimbingan Orang Tua pihak Ayah dengan Kedisiplinan Belajar pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 6 Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011; (2) Hubungan antara Intensitas

Bimbingan Orang Tua pihak Ibu dengan Kedisiplinan Belajar pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 6 Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011; (3) Hubungan antara

Pemanfaatan sumber Belajat dengan Kedisiplinan Belajar pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 6 Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011; (4) Hubungan antara Hubungan antara

Intensitas Bimbingan Orang Tua pihak Ayah, pihak Ibu dan Pemanfaatan Sumber

Belajar dengan Kedisiplinan Belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Wonogiri

Tahun Ajaran 2010/2011.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian

korelasional. Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 6

Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011, sejumlah 240 siswa. Sampel diambil dengan

teknik cluster random sampling sejumlah 60 siswa. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan teknik angket. Teknik analisis data yang digunakan

dengan menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) hipotesis 1 “Ada

hubungan positif Intensitas Bimbingan Orang Tua pihak Ayah dengan Kedisiplinan

Belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011”,

diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan r

x1y

sebesar

0,406 dan

ρ

= 0,002. (2) hipotesis 2 “Ada hubungan positif antara Intensitas

Bimbingan Orang Tua pihak Ayah dengan Kedisiplinan Belajar pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 6 Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011”, diterima. Hal ini dapat dilihat

dari hasil analisis data yang menunjukkan r

x2y

sebesar 0,425 dan

ρ

=0,001. (3)

hipotesis 3 “Ada hubungan positif antara pemanfaatan Sumber Belajar dengan

Kedisiplinan Belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Wonogiri Tahun Ajaran

2010/2011”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan

r

x3y

sebesar 0,526 dan

ρ

= 0,000. (4) hipotesis 4 “Ada hubungan positif antara

(6)

commit to user

ABSTRACT

Ratika Satya Puri. K8407040. CORRELATION STUDY BETWEEN

INTENSITY OF AN GUIDE FATHER, MOTHER AND USEFULL OF LEARNS

SOURCE WITH DICIPLINE LEARNS IN CLASS VIII SMP N 6 WONOGIRI

ACADEMIC YEAR 2010/ 2011. Essay, Surakarta : Teacher Training and Education

Faculty. Sebelas Maret University, 2011 June.

This research aims to detect: (1) correlation between intensity of an guide

father with discipline learns, (2) correlation between intensity of an guide mother

with discipline learns, (3) correlation between usefull of learns source with discipline

learns, (4) correlation between intensity of an guide father, mother and usefull of

learns source with dicipline learns in class VIII SMP N 6 wonogiri academic year

2010/ 2011.

The research uses correlational method for conducting this research. The

research population are all of students of claas VIII SMP N 6 Wonogiri academid

year 2010/ 2011, it includes 240 students. The research sample is taken by cluster

random sampling thecnique with totally 60 students. Thecnique of collecting the data

is done by questionnaire thecnique. Thecnique of analyzing the data which is uses in

this research is multiple regretion statistic analysis thecnique.

Based on the result of the research, it can be concluded that: (1) first

hypothesis “these is positive enough significant correlation between intensity of an

guide father with discipline learns in class VIII SMP N 6 wonogiri academic year

2010/ 2011, is accepted. It can be seen from the result of analyzing data which shows

r

x1y

sebesar 0,406 and

ρ

= 0,002. (2) Second hypothesis “these is positive significant

correlation between intensity of an guide mother with discipline learns claas VIII

SMP N 6 Wonogiri academid year 2010/ 2011, is accepted. It can be seen from the

result of analyzing data which shows r

x2y

sebesar 0,425 dan

ρ

=0,001. (3) Third

hypothesis “these is positive significant correlation between usefull of learns source

with discipline learns claas VIII SMP N 6 Wonogiri academid year 2010/ 2011, is

accepted. It can be seen from the result of analyzing data which shows r

x3y

sebesar

0,526 dan

ρ

= 0,000. (4) Fourth hypothesis “these is positive significant correlation

between intensity of an guide father, mother and usefull of learns source with

dicipline learns in class VIII SMP N 6 wonogiri academic year 2010/ 2011, is

accepted. It can be seen from the result of analyzing data which shows Ry

(X1,2, 3)
(7)

commit to user

MOTTO

Tiada pemberian terbaik dari orang tua kepada anaknya melebihi budi pekerti yang

mulia”

(H.R. Tirmidzi dan Hakim)

” Keteguhan tanpa disiplin adalah awal dari kebodohan”

(Jim Rohn)

”Ingtlah, kebahagiaan tidak tergantung pada siapa dirimu dan apa yang kau miliki,

tetapi tergantung apa yang kau pikirkan ”

(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

1.

Bapak, Ibu tercinta yang telah memberiku

harapan dan motivasi

2.

Aak Yudhi Prasetya yang kusayang dan

kubanggakan

3.

Alm. Adhi Prasetya yang tetap hidup di

hatiku dengan semangatnya

(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan. Namun

berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut dapat peneliti

atasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan, peneliti menyampaikan terima kasih

kepada yang terhormat :

1.

Prof.Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

2.

Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Sebelas Maret Surakarta,

3.

Drs. MH. Sukarno,M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

4.

Drs. Haryono, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

dorongan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

5.

Drs. Noor Muhsin Iskandar M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan

semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan skripsi

ini.

6.

Dra. Siti Chotidjah, M.Pd, Penasehat Akademik yang telah memberikan

bimbingan dan nasehatnya,

7.

Wakimin, S.Pd M.Pd, Kepala SMP Negeri 6 Wonogiri yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8.

Ari Subiyanto, S.Pd, guru pembimbing yang telah memberikan bantuan,

bimbingan dan pengarahan saat penelitian.

(10)

commit to user

10. Teman-teman Sosiologi Antropologi angkatan 2007, terimakasih atas

dukungannya dan kebersamaannya.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang

pengajaran Sosiologi Antropologi.

Surakarta,

(11)

commit to user

DAFTAR ISI

JUDUL………... i

PERSETUJUAN……….... iii

PENGESAHAN……….… vi

ABSTRAK………...………... v

MOTTO…...………...vii

PERSEMBAHAN………...……..viii

KATA PENGANTAR………..………... ix

DAFTAR ISI………...………..……. xi

DAFTAR TABEL……….…...…. xii

DAFTAR GAMBAR………...… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiv

BAB I.

PENDAHULUAN………1

A.

Latar Belakang Masalah……….………..1

B.

Perumusan Masalah………... ……….7

C.

Tujuan Penelitian……….…………8

D.

Manfaat Penelitian……….…………..8

BAB II.

LANDASAN TEORI……….10

A.

Tinjauan Pustaka……….…..….10

1.

Tinjauan Tentang Kedisiplinan Belajar...……...…10

2.

Tinjauan Tentang Intensitas Bimbingan

Orang Tua...….……….……20

3.

Tinjauan Tentang Pemanfaatan Sumber

Belajar……….. ...………...30

B.

Penelitian yang Relevan………...39

C.

Keranga Berpikir………..………..40

(12)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN………43

A.

Tempat dan Waktu Penelitian………...……….43

B.

Populasi dan Sampel ……….………44

C.

Teknik Pengumpulan Data..………..……47

D.

Rancangan Penelitian ...……….58

E.

Teknik Analisis Data……...…..……….77

BAB IV

HASIL PENELITIAN………..83

A.

Deskripsi Data………..…………...83

B.

Pengujian Persyaratan Analisis ………89

C.

Pengujian Hipotesis………...……...97

D.

Pembahasan Hasil Analisis Data………...106

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...112

A.

Kesimpulan……….………...112

B.

Implikasi……….………….………….113

C.

Saran……….………114

(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Waktu Penelitian ………43

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Intensitas Bimbingan Orang Tua

Pihak Ayah (X

1

) ...82

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Intensitas Bimbingan Orang Tua

Pihak Ibu (X

2

) ...84

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan sumber Belajar (X3) ...85

Tebel 4.4 Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar (Y)... 87

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas X

1

...89

Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas X

2

...90

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas X

3

...91

Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Y...92

Tabel 4.9 Rangkuman Uji Linieritas X

1

dengan Y...93

Tabel 4.10 Rangkuman Uji Linieritas X

2

dengan Y ...94

Tabel 4.11 Rangkuman Uji Linieritas X

3

dengan Y ...94

Tabel 4.12 Matriks Interkorelasi Analisis Regresi...95

Tabel 4.13 Koefisien Beta dan Korelasi Parsial ...98

Tabel 4.14 Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh...98

(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ...41

Gambar 4.1 Grafik Histogram Intensitas Bimbingan Orang Tua

Pihak Ayah (X

1

)...83

Gambar 4.2 Grafik Histogram Intensitas Bimbingan Orang Tua

Pihak Ibu (X

2

)...85

Gambar 4.3

Grafik Histogram Pemanfaatan Sumber belajar (X

3

)...86

(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal Uji Coba Penelitian...119

Lampiran 2. Data Skor Uji Coba dan Analisis Kesahihan Butir Soal

Variabel Intensitas Bimbingan Orang Tua...130

Lampiran 3. Data Skor Uji Coba dan Analisis Kesahihan Butir Soal

Variabel Pemanfaatan Sumber Belajar...134

Lampiran 4. Data Skor Uji Coba dan Analisis Kesahihan Butir Soal

Variabel Kedisiplinan Belajar...138

Lampiran 5. Soal Angket Penelitian...142

Lampiran 6. Sebaran Frekuensi dan Histogram X

1

, X

2

, X

3

dan Y...150

Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas X

1,

X

2

dan Y...156

Lampiran 8. Hasil Uji Linieritas X

1

dengan Y, X

2

dengan Y dan X

3

dengan Y...161

Lampiran 9. Hasil Uji Kolinearitas X1, X2, dan X3...164

Lampiran 10. Hasil Analisis Regresi...166

Lampiran 11. Hasil Uji Homosedasitas...169

Lampiran 12. Profil Sekolah...172

Lampiran 13. Surat Pengantar Penelitian...173

Lampiran 14. Surat Perijinan...174

(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan menurut Muhibbin Syah (2009:1) pada dasarnya adalah usaha

sadar menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan

cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Hal ini diungkap

secara detail dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidkan Nasional Bab 1 pasal 1. Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa :

“Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” Dan dalam keseluruhan

proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini

berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami anak didik.

Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi

tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai

pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya seorang guru yang

mengartikan belajar sebagai kegiatan menghafalkan fakta. Maka, akan lain cara

mengajarnya dengan guru yang lain yang mengartikan bahwa belajar sebagai

proses penerapan prinsip.

Belajar merupakan hal yang sangat dasar bagi manusia dan merupakan

proses yang tidak ada henti-hentinya, karena dengan belajar itulah manusia dapat

berkembang. Kegiatan belajar adalah merupakan suatu proses yang terjadi secara

menyeluruh dalam diri masing-masing individu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadi-

(17)

commit to user

mendapatkan hasil yaitu kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif

lama karena adanya usaha.

Diantara faktor yang menentukan keberhasilan belajar adalah kedisiplinan

belajar. Pada dewasa ini tingkat kedisiplinan belajar siswa dalam proses belajar

mengajar dinilai masih kurang. Ketidakdisiplinan itu misalnya, dalam mengikuti

suatu pelajaran siswa terkesan semaunya, siswa datang terlambat, siswa sering

tidak memperhatikan guru, siswa sering meninggalkan jam pelajaran, dan

sebagainya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa suasana belajar di sekolah atau

di rumah terkadang agak kurang diminati oleh siswa. Maka mereka lebih senang

menghabiskan waktu dengan teman-temannya untuk bermain atau berkumpul di

sebuah tempat yang tidak diketahui oleh orang tua atau guru. Akhirnya orang tua

resah karena prestasi anaknya menurun dan perilaku mereka sulit dikendalikan,

dan ini merupakan wujud ketidakdisiplinan siswa.

Belajar juga merupakan salah satu kewajiban setiap anak sebagai peserta

didik. Tuntutan seorang anak dalam belajar salah satunya adalah belajar dengan

teratur. Dimana hal ini merupakan pedoman seorang anak ketika menuntut ilmu

di sekolah, melihat banyaknya mata pelajaran yang harus dikuasai sehingga

menuntut pula pembagian waktu yang sesuai dengan keluasan sumber belajar.

Didalam belajar juga diperlukan adanya kedisiplinan yang dijalankan seorang

anak untuk kelancaran belajarnya. Kedisiplinan itu tak lain adalah untuk

mencapai keberhasilan belajar. Seperti yang dikatakan Soegeng Prijodarminto

(1992: 23) bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk

melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan,keteraturan dan atau ketertiban. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa seseorang dapat dikatakan berdisiplin apabila perilakunya mencerminkan

ketaatan dan kepatuhan pada peraturan, norma, atau etika yang berlaku. Adanya

kedisiplinan ini diharapkan agar siswa dapat melaksanakan kegiatan sesuai

(18)

commit to user

Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar

mampu menghadapi lingkungan. Disiplin merupakan suatu sikap yang

menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung

kaidah-kaidah yang berlaku. dengan demikian, disiplin bukanlah suatu yang dibawa

sejak awal, tetapi merupakan sesuatu yang dupengaruhi oleh faktor ajar atau

pendidikan. Perilaku disiplin bagi siswa adalah salah satu kunci sukses untuk

dapat meraih prestasi maksimal. Fungsi utama disiplin adalah mengajarkan untuk

mengendalikan diri dengan mudah menghormati dan mematuhi aturan untuk

menertibkan diri. Dalam mendidik anak perlu disiplin tegas dalam hal apa yang

harus dilakukan dan dalam hal apa tidak boleh dilakukan.

Tumbuhnya keberhasilan belajar bukan merupakan suatu peristiwa yang

tiba-tiba terjadi seketika. Kedisiplinan belajar pada diri anak tumbuh dengan

adanya bantuan dari pendidik, baik orang tua, guru, maupun masyarakat. Orang

tua sangat berperan penting dalam pembinaan kedisiplinan belajar di rumah yaitu

dengan memberikan teladan yang baik serta mencukupi kebutuhan belajar anak.

Guru berperan dalam pembinaan kedisiplinan belajar di sekolah yaitu dengan

menerapkan berbagai peraturan dalam hal belajar di sekolah seperti masuk

sekolah sebelum bel berbunyi, mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan

guru, dan tidak membolos sebelum jam pelajaran sekolah berakhir. Selain orang

tua dan sekolah kedisiplinan belajar juga dipengaruhi oleh masyarakat. Apabila

kondisi masyarakat sekitar mempunyai tingkat disiplin belajar yang tinggi, maka

dengan sendirinya akan berpengaruh pada diri anak tersebut, demikian pula

sebaliknya. Akan tetapi sering kita jumpai para pendidik yang kurang

memperhatikan masalah kedisiplinan belajar sehingga sering terjadi berbagai

pelanggaran.

(19)

commit to user

dan memaksanya, hukuman untuk pelanggaran peraturan dan penghargaan

untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku. “

Agar dapat selalu menerapkan disiplin belajar, perlu diadakan

pembimbingan dalam rangka menanamkan tanggung jawab kepada anak. Usaha

yang dapat ditempuh salah satunya dengan melakukan pembimbingan dalam

keluarga, hal ini karena keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama

seorangan anak. Keluarga dapat menjadi sarana yang utama untuk menanamkan

kedisiplinan. Yaitu dengan cara keluarga, terutama orang tua, senantiasa

membimbing anaknya untuk disiplin. Orang tua dapat menanamkan sikap

disiplin itu sejak kecil, sehingga ketika ia sudah besar, sikap disiplin itu akan

tetap diterapkan terutama dalam kegiatan belajarnya. Dalam membimbing anak,

ukuran atau banyak waktunya harus juga diperhatikan. Hal ini bertujuan agar

anak senantiasa ingat akan kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan orang tuanya,

yang dalam hal ini kebiasaan disiplin belajar.

Dalam kedudukannya sebagai pendidik, maka orang tua sangat berperan

dalam pendidikan. Peranannya adalah sebagai pembimbing atau penuntun,

yakni pembimbing, mengarahkan anaknya agar tidak salah dalam mengambil

suatu sikap atau tindakan yang melanggar norma dan agama. Betapa besar

tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam bidang pendidikan, yaitu

menanamkan dasar perkembangan jiwa anak. Seperti apa yang dikatakan oleh

Hasbullah (2001:4) bahwa:

“ Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi:

adanya motivasi atau dorongan cinta kasih orang tua dan anak, pemberian

motivasi kejiwaan moral sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap

keturunannya, tanggung jawab sosial, memelihara dan membesarkan anaknya,

dan memberi pendidikan.”

Orang tua memiliki beberapa fungsi, yang diantaranya adalah sebagai

pembimbing. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Abu Ahmadi

dan Nuruhbiyati ( 2001: 177) yang mendefinisikan “Orang tua adalah pemimpin

(20)

commit to user

pengasuh, pembimbing, pembina maupun guru bagi anaknya.” Sebagai

pendidik, orang tua mengarahkan pengetahuan dasar pada anaknya,misalnya

mengajarkan sopan santun. Orang tua sebagai pemelihara berkewajiban

memenuhi semua kebutuhan anaknya. Sedangkan fungsi orang tua sebagai

pengasuh, bahwa mereka bertugas merawat anaknya sejak lahir hingga dewasa.

Kemudian fungsi orang tua sebagai pembimbing, mereka bertanggung jawab

menuntun anaknya menjadi orang yang berguna di masyarakat. Dan sebagai

pembina, orang tua berperan untuk mengajarkan hal-hal yang belum diketahui

anak.

Selain pembimbingan dari orang tua, adanya sumber belajar dapat

mendorong sikap disiplin belajar anak. Sumber belajar menurut Nana Sudjana

dan Ahmad Rivai

(2003: 77) adalah “Segala daya yang dapat dimanfaatkan

guna memberikan kemudahan seseorang dalam belajarnya”. Seorang anak yang

dapat memanfaatkan segala sesuatu disekitarnya untuk membantu kegiatan

belajarnya akan memudahkan belajarnya untuk mencapai keberhasilan belajar.

Misalnya buku, koran, majalah, bahkan orang di sekitarnya sekalipun dapat

membantu kegiatan belajar anak. Namun terkadang mereka tidak sadar akan hal

itu. Apabila mereka menyadari itu, sikap disiplin belajar mereka bisa muncul.

Dengan adanya sumber belajar yang dapat memudahkan belajar, anak-anak

akan lebih mematuhi jadwal belajarnya dengan penuh kesadaran.

Dalam kegiatan belajar, sumber belajar merupakan unsur yang sangat

penting. Sumber belajar merupakan tempat yang dapat dijadikan sebagia usaha

untk mendapatkan sebuah pengetahuan yang dapat menunjang kegiatan belajar.

Sumber belajar ada bermacam-macam dan diharapkan siswa bisa

memanfaatkannya dengan baik. Sebagaimana pendapat Nasution (2000:194)

bahwa “Jika langkah-langkah dalam belajar mengajar diatur dengan baik, maka

belajar itu akan efisien. Dalam pengajaran, guru dibantu pula oleh

(21)

commit to user

mengajar, akan tetapi dapat pula menggantikan ceramah, demonstrasi/

laboratorium, dan sebagainya.

Ketersediaan sumber belajar yang diiringi dengan pemanfataannya secara

tepat, akan memunculkan semangat belajar anak. Kebiasaan belajar anak yang

memiliki sumber belajar yang memadai akan berbeda dengan anak yang memilki

sumber belajar sangat minim. Anak yang memliki sumber belajar memadai akan

lebih mematuhi jadwal belajarnya, dan anak yang memiliki sumber belajar

sangat minim akan lebih malas belajar. Atau bahkan sebaliknya, anak yang

memilki sumber belajar sangat minim akan belajar lebih giat. Kesadaran anak

akan ketentuan seorang siswa, yaitu belajar sangat dipengaruhi oleh faktor dari

luar dan dari dalam. Faktor dari luar misalnya suasana rumah, arahan orang tua,

waktu yang tersedia dan lain sebagainya. Sedangkan faktor dari dalam misalnya

sifat malas-malasan, suka melamun, susah berkonsentrasi (memusatkan

perhatian) dan lain sebagainya.

Kesiapan siswa selalu beriring dengan pemanfaatan sumber belajar yang

intensif. Sumber belajar merupakan komponen dalam kawasan teknologi

instruksional, yang disebut komponen sistem instruksional. Menurut Mudhoffir

(1992: 1-2) mengatakan bahwa:

“Komponen sistem instruksional terdiri dari pesan (semua mata pelajaran),

orang (guru dan siswa), bahan (buku,

slide

, transparansi, modul, majalah, bahan

pengajaran terprogram dan lain-lain), alat (

proyektor slide

, OHP, televisi, dan

sebagainya), teknik (pengajaran terprogram, belajar sendiri, diskusi, tanya jawab

dan lain-lain), dan lingkungan (lingkungan fisik misalnya gedung, kelas,

perpustakaan, laboratorium dan sebagianya serta lingkungan nonfisik misalnya

penerangan, sirkulasi udara dan lain-lain).”

Melihat hal itu, guru dan peserta didik dituntut kreatif, improvisatif,

inisiatif dan inovatif dalam membuat dan mengembangkan alat peraga lain.

Disamping itu juga berinisiatif untuk mendayagunakan lingkungan sekitar sebagi

(22)

commit to user

pasar, kondisi social, ekonomi dan budaya kehidupan yang berkembang di

masyarakat. Sumber belajar yang ada seharusnya dimanfaatkan dengan optimal.

Adanya sumber belajar tadi, baik yang memadai maupun yang minim,

tidak terlepas dari bimbingan orang tua untuk menanamkan sifaf kedisiplinan

dalam belajar. Anak yang telah memiliki sumber belajar yang memadai belum

tentu akan sadar mengenai tanggung jawab belajarnya dengan memanfaatkan

sumber belajar yang ia miliki itu. Orang tua yang sering menanyakan tentang

kegiatan belajar anaknya, sekaligus akan menyadarkan anaknya akan belajar.

Sedangkan orang tua yang jarang menanyakan tentang kegiatan belajar anaknya,

maka bisa jadi si anak kurang sadar akan tanggung jawab belajarnya. Dengan

memperhatikan hal tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian mengenai

“Hubungan Antara Intensitas Bimbingan Orang Tua Pihak Ayah, Pihak

Ibu Dan Pemanfaatan Sumber Belajar Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa

Kelas VIII SMP N 6 Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/ 2011”.

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Apakah ada hubungan antara intensitas bimbingan orang tua pihak ayah

dengan kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Wonogiri Tahun

Pelajaran 2010/2011?

2.

Apakah ada hubungan antara intensitas bimbingan orang tua pihak ibu

dengan kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Wonogiri Tahun

Pelajaran 2010/2011?

3.

Apakah ada hubungan antara pemanfaatan sumber belajar dengan

kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Wonogiri Tahun Pelajaran

(23)

commit to user

4.

Apakah ada hubungan secara bersama antara intensitas bimbingan orang

tua pihak ayah, pihak ibu dan pemanfaatan sumber belajar dengan

kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Wonogiri Tahun Pelajaran

2010/2011?

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Untuk mengetahui adanya hubungan antara intensitas bimbingan orang tua

pihak ayah dengan kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6

Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011.

2.

Untuk mengetahui adanya hubungan antara intensitas bimbingan orang tua

pihak ibu dengan kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Wonogiri

Tahun Pelajaran 2010/2011.

3.

Untuk mengetahui adanya hubungan antara pemanfaatan sumber belajar

dengan kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Wonogiri Tahun

Pelajaran 2010/2011.

4.

Untuk mengetahui adanya hubungan secara bersama antara intensitas

bimbingan orang tua pihak ayah, pihak ibu dan pemanfaatan sumber

belajar dengan kedisiplinan belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Wonogiri

Tahun Pelajaran 2010/2011.

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dalam dua hal, yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1.

Manfaat Teoritis

Sebagai suatu karya ilmiah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

(24)

commit to user

yang berhubungan dengan kedisiplinan belajar siswa kaitannya dengan

bimbingan orang tua dan sumber belajar.

2.

Manfaat Praktis

a.

Bagi orang tua

1)

Orang tua/ keluarga diharapkan dapat senantiasa membimbing

anak-anaknya memecahkan masalah untuk meningkatkan kedisiplinan

belajar.

2)

Orang tua/ keluarga diharapkan juga memperhatikan sumber belajar

yang diperlukan anaknya.

b.

Bagi siswa

1)

Siswa diharapkan untuk dapat memanfaatkan sumber belajar dengan

baik.

2)

Siswa diharapkan senantiasa mempertahankan kualitas belajar

mereka dengan disiplin belajar untuk meraih hasil belajar yang

optimal.

c.

Bagi Sekolah

1)

Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber belajar

(guru, sarana dan prasarana belajar) agar siswa dapat belajar secara

efektif

2)

Sekolah dapat mendukung usaha orang tua dalam membimbing

(25)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

TINJAUAN PUSTAKA

1.

Tinjauan Mengenai Kedisiplinan Belajar

a.

Pengertian Kedisiplinan

Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam

kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Seperti apa yang dikatakan

Moeliono dalam Nhowitzer, (2007),

Korelasi Perlakuan Guru Bimbingan Dan

Konseling Dan Kedisiplinan Belajar

Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Samudra

Kulon

Kecamatan

Gumelar

Kabupaten

Banyumas,

http://

nhowitzer.multiply.com/journal/item/1, diambil pada tanggal 28 Februari 2011

pukul 19.51. Beliau mengatakan bahwa “Disiplin artinya adalah ketaatan

(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain

sebagainya.” Kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa

terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang

meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam

berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain

sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan

dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di

lingkungan luar sekolah.

Menurut Melayu SP Hasibuan (1994: 212) bahwa “Kedisiplinan adalah

kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma yang berlaku”. Dapat dikatakan kedisiplinan harus dilakukan

secara sadar dan dengan kesadaran tanpa adanya suatu paksaan dan tekanan dari

pihak manapun.

Suharsimi Arikunto (1990: 144) mengatakan bahwa “Disiplin adalah

kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong

(26)

commit to user

dengan pengendalian diri seseorang dalam melakukan tindakan secara sadar

melalui pembentukan diri dan watak.”

Pengertian disiplin menurut Raka Joni yang dikutip Sulistryo dan Ign.

Wagimin (1986: 61) adalah bahwa “Disiplin mencakup setiap macam pengaruh

yang ditunjukan untuk membantu siswa agar ia dapat memahami dan

menyesuaikan diri dengan lingkungann dan juga tentang cara menyelesaikan

tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan siswa terhadap lingkungannya.”

Sedangkan menurut Soegeng Prijodarminto (1992; 23) bahwa “Disiplin

adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian

perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,keteraturan

dan atau ketertiban.” Hal ini dapat dijelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan

berdisiplin apabila perilakunya mencerminkan ketaatan dan kepatuhan pada

peraturan, norma, atau etika yang berlaku. Adanya kedisiplinan ini diharapkan

agar siswa dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan guna mencapai suatu tujuan.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian kedisiplinan mengandung

unsur-unsur sebagai berikut:

1)

Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.

2)

Didorong oleh kesadaran yang ada pada kata hatinya.

3)

Kesadaran tanpa adaya suatu paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

4)

Membantu

menyesuaikan

diri

dengan

lingkungannya

sekaligus

meyelesaikan tuntutan yang ingin ditujukan oleh siswa.

5)

Melaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai suatu

tujuan.

b.

Pengertian Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2009: 5) “Belajar dapat dipahami sebagai

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai

(27)

commit to user

kognitif. Perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik,

keadaan mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.”

Menurut Slameto (1995 : 2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. “

Sedangkan menurut Sardiman AM (2001: 23) menyatakan bahwa

“Belajar merupakan upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan

jiwa raga untuk menuju perkembangan pribadi yang seutuhnya yang menyangkut

unsur cipta, rasa, karsa dan ranah afektif, kognitif dan psikomotorik”.

Menurut Oemar Hamalik mengatakan bahwa “Belajar merupakan suatu

perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang

baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar itu perubahan-perubahan yang

bersifat psikis.”

Pendapat lain dikatakan oleh Omrod (1995) dalam Abied, (2010),

Sikap

dan

Kebiasaan Belajar Siswa.

diambil pada

meetabied.wordpress.com

/2010/03/20/sikap-dan-kebiasaan-belajar-siswa/, diambil pada 30 desember 2010

pukul 20:10. Beliau mendeskripsikan adanya dua definisi belajar yang berbeda.

Definisi pertama menyatakan bahwa

“ Learning is a relatively permanent

change in behavior due to experience”

. Belajar merupakan perubahan perilaku

yang relatif permanen karena pengalaman. Sedangkan definisi kedua menyatakan

bahwa

“Learning is relatively permanent change in mental associations due to

experience”

. Belajar merupakan perubahan mental yang relatif permanen karena

pengalaman. Definisi pertama memberikan penekanan pada perubahan perilaku,

sedangkan definisi kedua memberikan penekanan pada perubahan mental.

Slameto (1995: 7) menjelaskan apa saja ciri-ciri perubahan tingkah laku

dalam pengertian belajar, yaitu :

(28)

commit to user

terjadi karena mabuk atau tidak sadar, tidak termasuk perubahan karena

belajar. karena orang bersangkutan tidak menyadari perubahan itu.

b) Perubahan bersifat kontinu dan funsional. Satu perubahan yang terjadi

akan menyebabkan perubahan berikutnya yang kadang akan

memperoleh kecakapan-kecakapan yang lain.

c)

Perubahan bersifat positif dan aktif. Perubahan selalu bertambah dan

tertuju untuk memperoleh sesuatu ynag lebih baik dari sebelumnya.

Perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha

individu sendiri.

d) Perubahan bukan bersifat sementara. Tingkah laku yang terjadi setelah

belajar akan bersifat menetap/ permanen dan bukan sementara.

e)

Perubahan yang bertujuan atau terarah. Tingkah laku itu terjadi karena

ada tujuan yang akan dicapai. Dengan begitu perbuatan belajar yang

dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah

ditetapkannya.

f)

Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Jika seseorang belajar

sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku

secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan

sebagainya.

Ada beberapa ciri-ciri belajar menurut Umar Tirtaraharja dalam Abied,

(2010),

Sikap

dan

Kebiasaan

Belajar

Siswa,

diambil

meetabied.wordpress.com/2010/03/20/sikap-dan-kebiasaan-belajar-siswa/,

Diambil pada 30 desember 2010 pukul 20:10. Ciri-cirinya adalah sebagai

berikut:

1.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan

tingkah laku karena proses kematangan.

2.

Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan

tingkah laku karena perubahan kondisi fisik.

3.

Hasil belajar bersifat relative menetap.

Selain yang dikemukakan diatas, dikatakan pula unsur/ciri-ciri belajar

menurut Umar Tirtaraharja dalam Abied, (2010),

Sikap dan Kebiasaan Belajar

Siswa,

diambil

meetabied.wordpress.com/2010/03/20/sikap-dan-kebiasaan-belajar-siswa/, Diambil pada 30 desember 2010 pukul 20:10. Ciri-cirinya

adalah:

1.

Bahwa Belajar merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan

(29)

commit to user

2.

Bahwa perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan

respons terhadap suatu stimulus.

3.

Bahwa perubahan itu terjadi secara permanen

4.

Bahwa perubahan tersebut terjadi karena proses pertumbuhan atau

kematangan fisik,melainkan karena usaha sadar.

Tujuan belajar dapat diartikan sebagai kondisi yang diinginkan setelah

pebelajar (individu yang belajar) selesai melakukan kegiatan belajar.Dalam

pengertian bahwa setelah belajar diharapkan akan terjadi perubahan dalam diri

siswa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memahami menjadi memahami,

dari tidak terampil menjadi terampil dan sebagainya. Demikian pula dalam hal

sikap, belajar

Dari uraian di muka, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar

mengandung unsur-unsur sebagai berukut:

1)

Suatu kondisi belajar yang tercipta dan terbentuk sebagai pola tingkah

laku belajar.

2)

Menurut ketentuan yang ditaati secara sadar.

3)

Menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam belajar, dan

4)

Kondisi itu memiliki tujuan untuk menjadi yang lebih baik.

c.

Faktor-Faktor yang Berperan dalam Pembentukan Kedisiplinan Belajar

Pembentukan kedisiplinan belajar dilakukan melalui suatu proses yang

sangat panjang yaitu dimulai sejak dini di dalam lingkungan keluarga dan

dilanjutkan di lingkungan sekolah. Pembiasaan kedisiplinan di dalam lingkungan

keluarga maupun lingkungan sekolah ini mempunyai kaitan yang sangat erat

dengan kehidupan siswa di masa yang akan datang.

Dalam hal ini ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang

faktor-faktor yang berperan dalam kedisiplinan belajar yaitu:

a)

Elizabeth B. Hurlock (2006 : 84) menyatakan bahwa :

(30)

commit to user

digunakan yaitu: 1) peraturan sebagai pedoman perilaku, 2) konsistensi

dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk

mengajarkan dan memaksanya, 3) hukuman untuk pelanggaran peraturan,

4) penghargaan untuk perilaku yang baik sejalan dengan peraturan yang

berlaku”.

b) T.O Ihromi (1999 : 53) menyatakan bahwa ” penting pula diketahui bahwa

penanaman nilai nilai dalam proses sosialisasi perlu diperhatikan empat aspek

yang terkait agar tujuan pendidikan tercapai yaitu: 1) peraturan, 2) sanksi

berupa hukuman, 3) penghargaan, 4) konsistensi”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil suatu kesimpulan

bahwa faktor-faktor yang berperan penting dalam pembentukan kedisiplinan

belajar siswa adalah:

1)

Mengikuti dan mentaati peraturan

Peraturan merupakan suatu pola yang ditetapkan untuk mengatur

tingkah laku siswa agar sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan

peraturan dapat memberikan dorongan dan kebiasaan untuk hidup lebih tertib

dan teratur. Apabila kita mampu mengikuti dan mentaati peraturan sekolah

dengan baik, maka kedisiplinan dapat dilaksanakan dengan mudah.

Sebaliknya, apabila kita melanggar peraturan-peraturan tersebut maka akan

dikenakan sanksi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk sistem kredit point.

Besar kecilnya kredit tersebut berbeda-beda tergantung dari kesalahan siswa.

2)

Kesadaran diri

Kesadaran diri merupakan suatu pemahaman yang telah diserap oleh

seseorang akan pentingnya kedisiplinan, sehingga dalam kesadaran diri

mengandung kerelaan untuk mematuhi dan melaksanakan semua peraturan

dan norma yang berlaku serta akan melaksanakan tugas dengan penuh

tanggung jawab. Kesadaran diri yang dimiliki seseorang akan menjadi motif

atau dorongan yang sangat kuat bagi terwujudnya kedisiplinan belajar,

sehingga hal ini dapat menciptakan anak dalam mencapai kemandirian secara

(31)

commit to user

3)

Alat pendidikan

Alat pendidikan ini sangat bermanfaat untuk mempengaruhi, mengubah,

membina, dan membentuk perilaku siswa yang sesuai dengan nilai-nilai yang

telah ditentukan. Siti Meiahati yang dikutip oleh Soedomo Hadi (2003 : 89)

berpendapat bahwa ” alat pendidikan adalah hal yang tidak saja memuat

kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik,

tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi

yang dicita-citakan dengan tegas, untuk mencapai tujuan pendidikan”.

4)

Hukuman

Hukuman bagi seorang siswa merupakan salah satu faktor dalam

pembentukan kedisiplinan belajar dan dianggap positif karena hukuman ini

merupakan salah satu upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan

perbuatan yang salah, sehingga seseorang akan kembali pada perilaku yang

diharapkan. Selain itu, hukuman ini sangat penting artinya karena dapat

memberikan dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan mematuhi

peraturan yang telah ditetapkan. Hal senada juga diungkapkan oleh Kartini

Kartono (1985 : 23) yang mengatakan bahwa ”hukuman kadang-kadang perlu

untuk mendidik anak dan menyalurkan tingkah laku anak”. Jadi hukuman

dalam hal ini bersifat positif.

5)

Penghargaan atau hadiah

Dalam hal ini hadiah atau penghargaan tidak harus dalam bentuk benda

atau materi, akan tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman, atau

menepuk-nepuk bahu anak. Biasanya, sebuah hadiah atau penghargaan akan

diberikan setelah anak melakukan suatu tindakan atau tingkah laku yang benar

dan terpuji. Adanya pemberian hadiah ini mempunyai peranan yang sangat

penting yaitu untuk memberikan motivasi kepada anak agar ia dapat

mengulangi tingkah laku yang benar dikemudian hari. Hal senada juga

(32)

commit to user

”ganjaran akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi

tingkah lakunya”.

6)

Konsistensi

Hal ini merupakan derajat kesamaan atau kestabilan akan aturan-aturan,

sehingga anak-anak tidak akan bingung tentang hal-hal yang seharusnya

dilakukan. Konsistensi sangat tepat apabila diterapkan dalam aturan-aturan,

hukuman, maupun sanksi. Apabila kita tidak konsisten di dalam menerapkan

peraturan, hukuman, maupun sanksi, maka nilai dari hukuman dan aturan

tersebut akan hilang. Konsistensi dianggap sebagai faktor yang paling penting

karena segala sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dengan konsisten

akan menjadi pedoman atau aturan seperti penggunaan waktu, menerapkan

hukuman, dan memberi hadiah atau penghargaan.

Kedisiplinan belajar tidak hanya diterapkan di sekolah, tetapi harus

diterapkan dirumah, karena waktu belajar anak lebih banyak belajar di

lingkungan keluarga atau di rumah. Sehingga dapat dikatakan lingkungan

keluargalah yang memberikan suasana untuk terciptanya kedisiplinan belajar

siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Elida Prayitno (1989: 156) yang

menyatakan bahwa:

”Orang itu dapat menciptakan situasi fisik maupun psikologis yang

menyokong minat dan kegairahan anaknya dalam belajar. Penyediaan

kesempatan yang dibutuhkan anak dalam belajar di rumah maupun di luar

rumah sangat menunjang kesuksesan anak dalam belajar. Membina hubungan

akrab dengan anak dan memberikan perhatian yang tinggi peting dan patut

diperhatikan oleh orang tua, jika ingin anaknya berhasil dalam belajar.”

Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa orang tua sebagai penanggung

jawab dalam keluarga harus mampu menciptakan suasana keakraban diantara

anggota keluarga di rumah dan juga harus memberikan perhatian yang cukup

terhadap kegiatan belajar anak. Misalnya dengan membantu anak dalam

belajar, menaati anak dalam menaati jadwal kegiatan belajar, memberikan

(33)

commit to user

perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anak, diharapkan anak akan

lebih termotivasi dalam belajarnya, sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan

belajar sekaligus dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Menurut Slameto (1995: 76) bahwa untuk meningkatkan cara belajar

yang efektif siswa perlu memperhatikan beberapa hal, yakni:

(1) Kondisi internal merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri siswa

tersebut. Misalnya kesehatan atau ketentraman hati. Hal ini menurut

Maslow ada 7 jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi,

yaitu:

a)

Kebutuhan

fisiologis,

yang

merupakan

kebutuhan

jasmani

manusia,misalnya makan, minum tidur dan sebagainya. Jika kebutuhan

fisiologisnya

tidak

terganggu

sehingga

tidak

mengakibatkan

terganggunya kondisi dan konsentrasi belajar.

b)

Kebutuhan keamanan dan keselamatan, dimana siswa dapat efektif jika

siswa dapat menjaga keseimbaangan emosinya secara baik sehingga

perasaan aman dapat tercapai dan dapat memusatkan konsentrasi,

dalam hal ini belajar.

c)

Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta, dimana cara belajar yang

efektif akan tercapai apabila seseorang dapat melakukan kerjasama

dengan teman-temannya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

dan ketajaman dalam berpikir.

d)

Kebutuhan akan pengakuan, penghargaan dan kedudukan, yang mana

setiap siswa perlu optimis, percaya akan kemampuan diri dan yakin

bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

e)

Kebutuhan aktualisasi diri, yang mana belajar yang efektif dapat

diciptakan untuk memenuhi keinginan yang dicita-citakan. Oleh karena

itu, siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang baik akan dapat

membantu tercapainya cita-cita yang diinginkan.

f)

Kebutuhan untuk mengetahui dan dimengerti, yang mana kebutuhan ini

berfungsi

untuk

memuaskan

rasa

ingin

tahu,

mendapatkan

pengetahuan, informasi dan untuk mengerti sesuatu.

g)

Kebutuhan estetik, dimana kebutuhan ini merupakan suatu kebutuhan

yang

dimanifestasikan

sebagai

kebutuhan

akan

keteraturan,

keseimbangan dan kelengkapan dari suatu kebutuhan.

(2) Kondisi Eksternal

(34)

commit to user

sekitar yang baik, maka konsentrasi, kemauan dan semangat dalam belajar

akan selalu terjaga, sehingga anak akan merasa nyaman dalam belajar.

(3) Strategi Belajar

Dengan strategi yang tepat, dapat tercapai suatu keadaan dimana

kedisiplinan belajar dapat terlaksana dengan baik. Strategi ini digunakan

untuk mengatur waktu yang seefisien mungkin untuk mencapai hasil atau

prestasi yang maksimal. Pelaksanaan cara belajar agar dapat membantu

siswa dapat dilakukan dengan pengaturan waktu belajar yang baik seperti:

a)

Belajar tepat waktunya dan tidak membiasakan diri menunda untuk

belajar sampai seluruh pelajaran berakhir.

b)

Belajar untuk mengatur waktu dengan tepat.

c)

Adanya waktu luang untuk rekreasi agar pikiran menjadi tenang.

d)

Tidak menggunakan waktu tidur untuk belajar karena dapat

menggangu kesehatan.

Dengan strategi yang tepat, maka belajar akan terasa

menyenangkan dan tidak membosankan. Apabila anak selalu belajar tanpa

perasaan senang, anak akan merasa jenuh dan bosan sehingga semangat

untuk belajar akan dengan mudah hilang. Anak akan menjadi berpkiran

bahwa belajar adalah hal yang membosankan dan tidak menyenangkan.

Dengan strategi belajar yang tepat, anak diharapkan dapat mencapai suatu

hasil belajar yang maksimal.

d.

Fungsi Kedisiplinan

EB Hurlock (1993: 97) menyebutkan fungsi disiplin dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:

1)

Fungsi yang bermanfaat.

Fungsi yang bermanfaat ini meliputi :

(b) untuk mengajar anak yaitu bahwa perilaku tertentu selalu diikuti

hukuman, namun yang lain akan diikuti dengan pujian,

(c) untuk mengajarkan anak tentang suatu tingkatan penyesuaian yang

wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan,

(d) untuk membantu anak mengembangkan hati nuraninya.

2)

Fungsi yang tidak bermanfaat

Fungsi yang tidak bermanfaat ini meliputi :

(a)

untuk membuat takut anak,

(35)

commit to user

2.

Tinjauan Mengenai Bimbingan Orang Tua

a.

Pengertian Orang Tua

Sebelum kita membahas mengenai pengertian bimbingan orang tua,

terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian orang tua.

Orang Tua menurut Soedomo Hadi (2003: 22) adalah ”Ayah dan ibu

yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.” Sedangkan Abu

Ahmadi dan Nuruhbiyati (2001: 177) mendefinisikan ”Orang tua adalah

pemimpin keluarga, maka orang tua itu bertugas sebagai pendidik, pemelihara,

pengasuh, pembimbing, pembina maupun guru bagi anaknya.”

Dalam Undang- Undang Nomor 4 bab III pasal 9 tentang hak anak yang

dikutip Soerjono Soekanto (1990: 172) ” Orang tua adalah yang pertama-tama

bertanggungjawab atas kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun

sosial.”

Thamrin Nasution dan Nur Halijah (1989: 1) mengemukakan bahwa

”Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau

rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut ibu-bapak.”

Sedangkan pengertian orang tua sendiri, menurut Ngalim Purwanto (1988: 8)

adalah sebagai berikut:

”Orang tua adalah pendidik sejati karena kodratnya, maka oleh karena

itu kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaklah kasih sayang yang

sejati pula yang berarti pendidik atau orang tua hendaknya mengutamakan

kepentingan dan kebutuhan anak-anaknya, dengan mengesampingkan keinginan

dan kesenangannya sendiri.”

Adanya berbagai rumusan pengertian tersebut, terkandung unsur-unsur

dalam orang tua yaitu:

(1) Orang tua itu bertugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh,

pembimbing, pembina maupun guru bagi anaknya.

(2) Orang yang petama-tama bertanggung jawab atas kesejahteraan anaknya.

(36)

commit to user

Tiap-tiap anggota keluarga berperan terhadap pendidikan anak-anaknya.

Menurut Ngalim Purwanto (2002: 82) peranan ibu dalam pendidikan anaknya

adalah sebagai berikut:

(1)

Pengasih dan pemelihara, (2) Tempat mencurahkan isi hati, (3) Pengatur

kehidupan dalam rumah tangga, (4) Pembimbing hubungan pribadi, dan (5)

Pendidik dalam segi-segi emosional.

Sedangkan peranan ayah dalam pendidikan anak menurut Ngalim

Purwanto (2002: 83) adalah sebagai berikut:

(1)

Sumber kekuasaan dalam keluarga, (2) Penghubung intern keluarga

dengan masyarakat, (3) Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga,

(4) Bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan (5) Pendidik

dari segi rasional.

b.

Pengertian Bimbingan Orang Tua

Menurut Ny. Y. Singgih dan Singgih D. Gunarso (1992:12)

mengemukakan pengertian bimbingan sebagai berikut: ”Bimbingan adalah

bantuan yang diberikan kepada seseorang agar perkembangan yang dimiliki

didalam dirinya sendiri dalam mengatasi persoalan-persoalan, sehingga dapat

menentukan sendirijalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus

bergantung pada orang lain.”

Kemudian menurut Dewa Ketut Sukardi (1995: 2) berpendapat bahwa

”Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang

atau sekelompok orang secara ters menerus dan sistemats oleh pembimbing agar

individu atau sekelompok individu menjadipribadi yang mandiri”.

Chrisholm dalam Oemar Hamalik (1990: 193) mengatakan bahwa :

”Bimbingan adalah proses pertolongan individu agar dapat mengenal dirinya dan

supaya individu itu dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya

didalam kehidupannya”.

Sedangkan menurut Prayitno (2001: 193) ”Bimbingan adalah proses

(37)

commit to user

berupa interkasi, nasehat, gagasan dan asuhan yang didasarkan atas

norma-norma yang berlaku.”

Ada pula pendapat Hadari Nawawi (1995: 26) yang menyatakan bahwa

”Bimbingan adalah usaha menolong orang lain/ siswa untuk mengembangkan

pandangannya tentang diri sendiri, orang lain dn masyarakat sekitarnya agar

mampu menganalisa masalah-masalah atau kesukaran-kesukaran yang

dihadapinya dengan menetapkan keputusan terbaik dalam menyelesaikan

masalah atau kesukaran yang dihadapinya itu.”

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pengertian bimbingan mengandung unsur-unsur sebgai berikut:

1)

Proses pemberian bantuan yang diberikan secara terus menerus oleh

seseorang kepada orang lain.

2)

Memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam

dirinya sehingga dapat menjadi pribadi yang mandiri.

3)

Agar orang yang dibimbing mampu memecahkan setiap masalah yang

dihadapinya.

c.

Pengertian Intensitas Bimbingan Orang Tua

Sebelumnya pengertian intensitas menurut Daryanto (1998: 264) adalah

”Keadaan tingkatan atau ukuran intensnya.” Singgih D. Gunarsa (1990:60)

mengatakan bahwa ”Intensitas adalah kekuatannya, misalnya intensitas rangsang

berarti kekuatan rangsang.”

Kemudian Krech, Crutchfield dan Ballachey (1962: 18) mengatakan

bahwa:

”How an individual conceives the world is dependent, first of all, upon the

nature of the Physical and social enviroment in which he is immersed (... .) An

the world images of different member of the same family- Park Avenue or

Tenessee mountain- will differ because of subtle diferrences in the nature of their

social environtment: different members of the same family will receive varying

treatment from their associates depending upon their age, sex, position in the

family, etc ”.

(38)

commit to user

dunia membayangkan perbedaan anggota dari keluarga yang sama-Park Avenue

atau Tenessee mountain- akan berbeda, karena perbedaan yang tidak diketahui

dalam pembawaannya pada lingkungan sosial. Perbedaan anggota dari keluarga

yang sama akan menerima perlakuan yang menyimpang dari gabungannya di

atas umurnya, jenis kelamin, posisi dalam keluarga, dll).

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa yang membedakan

seseorang dalam mempersepsikan sesuatu diantaranya umurnya, jenis kelamin,

posisi dalam keluarga, dan lain-lain.

Krech et. al (1962: 41) juga mengatakan tentang hal yang mempengaruhi

timbulnya persepsi, yang didalam terdapat intensitas. Ia mengatakan bahwa:

The familiar

figure-on-background experiment of perseption

laboratory

illustrates one stimulus factor affecting cognitive selectivity. A single red dot,

among many black dot, will stand out in perception. A Negro in a crowd of white

poeple is high visible. Other stimulus factors determining selection include:

frequency-the slogan most frequency repeated in morelikely to came the

attention of the individual than the infrequently mentioned one; intensity-a shout

more attention-demanding than the normal speeking voice; movement and

change-number- the more object there are, the greater the selectivity.”

(Percobaan bentuk belakang yang dikenal dari laboraturium perespsi

mengilustrasikan satu faktor stimulus cenderung kepada pemilihan kognitif. Satu

titik merah diantar beberapa titik hitam, akam lebih kelihatan oleh persepsi. Satu

orang Negro dalam kerumunan orang kulit Putih akan lebih terluhat. Faktor

stimulus lain menentukan pilihan termasuk:

Frekuensi

-kebanyakan sebutan

frekuensi yaitu pengulangan yang lebih mengundang perhatian individu daripada

jarang atau hanya disebutkan sekali;

Intensitas-

berteriakan kan lebih mengundag

perhatian daripada yang hanya berbicara dengan suara normal;

angka yang

bergerak dan berubah -

disana ada lebih banyak objek yang lebih besar

pemilihannya).

Kemudian Krech et. al (1962: 410 juga menerangka mengenai teori

keseimbangan yang berhubungan dengan sistem kognitif yang mempengaruhi

persepsi, bahwa:

”Balance theory asserts that unbalanced cognitive system tend

to shift toward a state of balance. This shift may occur in various ways. Thus, in

the above example, the individual may come to approve free speech only for

poeple who espous domocratic principles, or he may come to extend free speech

(39)

commit to user

(Teori keseimbangan menyatakan bahwa ketidakseimbangan sistem

kognitif memelihara untauk mengubah keadan keseimbangan. Perubahan ini bisa

terjadi dalam berbagai jalan. Demikian, individu bisa membenarkan pembicaraan

dengan bebas hanya untuk agar orang menyatukan prinsip demokratis atau dia

bisa melanjutka pembicaraan yang bebas untuk seseorang yang membaca kutbah

yang bertentangan dengan kemerdekan sipil).

Krech et. al (1962: 45-46) juga menjelaskan lebih lanjut mengenai sistem

kognitif yag salah satunya mempengaruhi persepsi seseorang melalui intensitas.

Ia mengatakan bahwa:

”The degree and manner in which changes in wants and information

produce changes in cognitive depend upon the multiplexity, interconnectedness,

ang consonance of the preexisting cognitive system. The relation between

vulnerability to cognitive changes and the dimensions of multiplexity and

interconnectedness are complex and little understood. Cognitive system of high

multiplexity are more immune to radical change than those of low multiplexity.

No such generalrelation can be stated for interconnectedness. But in matter how

much the cognitive change, the direction of change seems to be such as to

approach a more consonant structure. This is true even in those intences where a

major system of beliefs seems to be immune to contradictory facts.

Balance theory is an approach to the study of cognitive consonance which

is especially concerned with the individual’s affective cognition of poeple an

social objects. Balance theory assumes that the cognitive proces persistently

strives toward balance or consonance. However, balance is often acheived. This

is especially true when cognitive balance would lead to an unpleasant state

affairs for the individual.”

(Derajat dan kebiasaan yang mengubah keinginan dan informasi yang

menghasilkan perubahan kognitif tergantung atas keberagaman, saling

keterkaitan dan keharmonisan dari sistem kognitif yang lebih dulu ada.

Hubungan amtara sifat yang cepat tersinggung dari perubahan kognitif dan

dimensi keberagaman dan saling keterkaitan itu kompleks dan sedikit

dimengerti. Sistem kognitif dari keberagaman yang tinggi lebih kebal dari

perubahan radikal dibanding keberagaman yang rendah. Tidak demikian relasi

umum dapat menjadi pemberitahuan saling keterkaitan. Tapi tidak ada

perubahan kognitif, kelangsungan perubahan rupanya menjadi bagian yang

hampir mendekati struktur harmoni yang lebih. Hal itu sekarang benar pada

desakan dimana sistem utama dari kepercayaan terlihat menjadi kebal dari faktor

yang disangkal.

(40)

commit to user

kognitif yang berusaha keras dengan keseimbangan atau keharmonisan. Tetapi

keseimbanagn sering tidak dihargai. Terutama kebenaran ketika keseimbanagn

kognitif mengantarkan pada keadaan tidak nyaman urusan individu).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1)

Intensitas merupakan sebuah tingkatan dimana tingkatan itu tergantung

pada persepsi tiap individu yang berbeda.

2)

Intensitas dapat akan lebih terasa/ terlihat bila dilakukan secara

berulang-ulang (dalam frekuensi tertentu) dan dapat menjadi sebuah kebiasaan.

3)

Intensitas termasuk dalam teori keseimbangan yang berkaitan dengan sistem

kognitif yang tergantung atas keberagaman, saling keterkaitan dan

keharmonisan dari sistem kognitif yang lebih ada.

Sehingga dapat disimpulkan mengenai pengertian intensitas bimbingan

orang tua yaitu dalam unsur-unsur di bawah ini:

1)

Ukuran atau sering tidaknya pemberian bantuan atau pertolongan dari orang

tua sebagai orang yang bertanggung jawab dalam keluarga.

2)

Bimbingan itu dilakukan secara terus menerus dan sistematis kepada anaknya,

3)

Tujuannya untuk memberikan bimbingan dalam memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi anak.

d.

Fungsi dan Peranan bimbingan Orang Tua

Erman Amti dan Marjohan (1992: 9) mengemukakan beberapa fungsi

bimbingan, yaitu:

1)

Fungsi Pemahaman

Yang pertama dan paling awal yang harus dilakukan pembimbing (dalam

hal ini orang tua) adalah mengetahui bagaimana individu yang dibimbing

itu. Hal itu berarti berusaha mengungkapkan dan memahami apa masalah

dan kesulitan yang dihadapinya anak, apa dan bagaiman kekuatan-kekuatan

dan kelemahan-kelemahannya.

2)

Fungsi Pencegahan

(41)

commit to user

3)

Fungsi Pemecahan (Pemberian Bantuan)

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan dengan sebaik-baiknya tetapi

masih terjadi masalh pada diri anak, maka dalam hal ini perlu upaya

pemberian bantuan pemecahan masalah. Hal ini agar masalah yang dialami

anak itu, yang dapat berupa sikap dan kebiasaan yang buruk atau tidak dapat

menyesuaikan diri secara baik dengan lingkungan.

4)

Fungsi Pengemba

Gambar

Gambar 4.2 Grafik Histogram Intensitas Bimbingan Orang Tua
grafik regresi.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Intensitas Bimbingan Orang Tua pihak Ayah (X1)
Tabel 3. Deskripkriptif Data Intensitas Bimbingan Orang Tua pih pihak Ayah (X1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kerena masih kurangnya pelayanan pada beauty spa yang telah ada saat ini yang kebanyakan hanya menyediakan perawatan yang hanya focus pada perawatan bagian wajah

Hasil penelitian adalah: (1) hasil uji t diperoleh nilai p value sebesar 0,000 < α (0,05), sehingga diputuskan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

Penemuan metode- metode latihan yang dapat diaplikasikan dalam proses latihan sehari-hari dapat terlihat dengan jelas dalam ilmu keolahragaan secara keseluruhan

Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang telah terorganisir dalam Rumah Singgah Yayasan SPMAA Surabaya, sedangkan sampel yang digunakan adalah 60 anak jalanan

Sehubungan dengan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dilingkungan Dinas Bina Marga dan Pengaiaran Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2012 bersama ini kami mengundang

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul FORMULASI SALEP EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia Mangostana Linn.) DENGAN VARIASI TIPE BASIS

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: (1) ” Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV

akan dianalisis dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan (kata, frasa, kalimat naratif, maupun dialog), yang berkaitan dengan tubuh dan penubuhan yang digambarkan