• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ASAS NASIONALITAS DALAM PERUNDANG UNDANGAN INDONESIA (STUDI KASUS PP NO. 40 THN 1996

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN ASAS NASIONALITAS DALAM PERUNDANG UNDANGAN INDONESIA (STUDI KASUS PP NO. 40 THN 1996"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN ASAS NASIONALITAS DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

AGRARIA INDONESIA (STUDI KASUS PP NO. 40 TAHUN 1996)

Jum Anggriani

Fakult as Hukum Universit as Tama Jagakarsa, Jakart a Email: j umanggriani@yahoo.com

Abst r act

The Agr ar i an l aw r egul at ed t hat onl y t he Indonesi an ci t i zen t hat have t he compl et e connect ion wit h t he ear t h, wat er and t he sky. Thi s means t hat onl y Indonesi an ci t i zen t hat have “ t he r i ght f ul aut or i t y of l and” . Thi s suggest s t her e ar e a pr incipl e of nat ional i t y i n t he Law no. 5 year s 1960 pr i mar i l y as t he st r ongest and f ul l est of a her edit ar y pr oper t y.

Keywor ds : nat ional i t y pr i nci pl e, publ i c ser vi ce, wel f ar e st at e.

Abst rak

Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) menyebut kan bahwa hanya warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa. Penj abarannya adalah bahwa hanya warganegara Republik Indonesia yang dapat memilik “ hak milik at as t anah” . Hal ini menunj ukkan adanya prinsip nasionalit as dalam UUPA t erut ama sebagai hak milik t urun t emurun yang t erkuat dan t erpenuh.

Kat a kunci : asas nasionalit as, pelayanan masyarakat , negara kesej aht eraan

Pendahuluan

Negara Indonesia adalah negara kesat uan yuang t erdiri dari beriburibu pulau duan laut -an y-ang luas. Wilayah y-ang luas ini perlu dilin-dungi agar t et ap menj adi daerah kekuasaan ne-gara Indonesia. Pemerint ah Indonesia kemudian membuat perat uran-perat uran yang dimaksud-kan unt uk melindungi dan mempert ahandimaksud-kan hak milik bangsa ini.

Salah sat u yang t erpent ing dari hak milik bangsa dan negara Indonesia adalah t anah. Per-soalan t anah menj adi sangat pent ing, karena menyangkut t empat unt uk berpij ak dan ber-j uang unt uk kelangsungan hidup warga masya-rakat . Oleh karena it u, sewakt u membuat UUD negara ini, t he f ounding f at her s at au para pen-diri negara merumuskan hal pent ing ini dalam UUD sebagai landasan dari perat uran-perat uran dibawahnya. Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang membahas masalah pert anahan ini, menyebut -kan bahwa bumi, air dan ruang angkasa dikuasai oleh negara dan dipergunakan unt uk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat . Kat a “ dikuasai” ini sangat pent ing, karena menyangkut haj at

hi-dup orang banyak. Hal ini dapat diint erpret asi-kan bahwa pada dasarnya negara (dalam hal ini para aparat ur negara) bukanlah sebagai pemilik t anah di Indonesia (dalam pengert ian bumi dan segala kekayaan yang t erkandung didalamnya). Negara hanya berst at us menguasai dan bukan memiliki, karena hak memiliki seluruh bumi donesia it u berada di t angan seluruh rakyat In-donesia, sehingga pemerint ah harus bij ak dalam mengeluarkan perat uran-perat uran yang berhu-bungan dengan t anah, j angan sampai perat ur-an-perat uran yang dibuat it u bert en-t angan dan t idak sej alan dengan ket ent uan-ket ent uan yang t elah digariskan dalam UUD.

(2)

33 ayat 3 UUD 1945, maka pemerint ah Indone-sia mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1960 t ent ang Perat uran Dasar Pokok-pokok Agraria (unt uk se-lanj ut nya dit ulis UUPA).

Hak at as t anah diant aranya diat ur pada Pasal 16 UUPA, meliput i hak milik, hak guna usaha (HGU), hak guna bangunan (HGB), hak pakai, hak sewa, hak membuka t anah, hak me-mungut hasil hut an dan hak-hak lainnya yang akan dit ent ukan dalam undang-undang sert a hak yang bersif at sement ara sebagaimana yang diat ur pada Pasal 53 UUPA. Ket ent uan t ent ang hak pakai at as t anah diat ur pada Pasal 41 sam-pai dengan Pasal 43 UUPA. Dalam ket ent uan t ent ang hak pakai at as t anah ini disebut kan bahwa selain warga negara Indonesia, maka warga negara asing dan badan usaha asing da-pat mendada-pat kan hak pakai at as t anah ini. Ket ent uan t ent ang hak guna usaha diat ur pada Pasal 28 sampai dengan Pasal 34 UUPA, se-dangkan ket ent uan t ent ang hak guna bangunan diat ur pada Pasal 35 sampai dengan Pasal 40 UUPA. HGU dan HGB hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia saj a, sedangkan warga negara asing t idak dapat memiliki hak ini.

Perat uran Pemerint ah No. 40 Tahun 1996 t ent ang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai At as Tanah. Ket ent uan-ket en-t uan yang berhubungan dengan asas nasionali-t as dalam PP ini dianasionali-t ur pada Bab IV nasionali-t ennasionali-t ang Pemberian Hak Pakai. Bagian ket uj uh dari bab ini, yait u t ent ang Peralihan Hak Pakai sangat menarik unt uk dikaj i, karena menyangkut akan kedudukan asas nasionalit as. Apakah hak pakai it u dapat dialihkan at au beralih? dan apakah ke-t enke-t uan ini berlaku pula unke-t uk warga negara Indonesia saj a at au j uga berlaku unt uk warga negara asing dan badan usaha asing?. Beberapa pert anyaan t ersebut muncul, karena belum t e-gas dan j elas diat ur pada PP No. 40 Tahun 1996 dan menj adi kekurangan dari PP ini.

Pada dasarnya PP No. 40 Tahun 1996 ini memuat banyak muat an polit ik, sehingga ke-t enke-t uan-keke-t enke-t uan yang ke-t erke-t uang didalamnya dianggap belum memenuhi syarat , karena di-buat unt uk kepent ingan polit ik t erut ama polit ik ekonomi. Pemerint ah beranggapan, bahwa bila para invest or dari luar negeri diberi

kelongga-ran dalam memiliki hak unt uk mempergunakan t anah unt uk usaha di Indonesia, maka invest or luar negeri akan dat ang berbondong-bondong ke Indonesia unt uk berinvest asi. Pemerint ah wakt u it u beranggapan dengan masuknya modal dari luar negeri, maka akan menggairahkan pereko-nomian Indonesia, sehingga Indonesia bisa me-ngej ar ket ert inggalannya dari negara-negara maj u lainnya.

Berdasarkan penj elasan t ersebut , penu-lis t ert arik unt uk membahas mengenai kedudu-kan asas nasionalit as dalam perundang-undang-an agraria Indonesia, apakah ket ent uperundang-undang-an t ent perundang-undang-ang cara peralihan hak pakai dari PP No. 40 Tahun 1996 dapat dikenakan unt uk orang at au badan usaha asing? dan bagaimana ket ent uan t ent ang HGU dan HGB dalam PP No. 40 Tahun 1996 ber-kait an dengan asas nasionalit as?

Pembahasan

Konsepsi negara hukum unt uk mencapai negara kesej aht eraan secara implisit t erkan-dung di dalam UUD 1945 t erut ama Bab XIV t ent ang Kesej aht eraan Sosial dan Pembukaan UUD 1945. Pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4 t ercermin t uj uan dari negara Indonesia, yait u: negara melindungi segenap bangsa dan seluruh t umpah darah Indonesia, memaj ukan kesej ah-t eraan umum, mencerdaskan kehidupan bang-sa, dan ikut melaksanakan ket ert iban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Ket ent uan-ket ent uan di at as ini membawa dampak yang sangat besar t erhadap kegiat an-kegiat an pemerint ah dalam melaksanakan t uj uan nasional. Dampak t erse-but adalah kewenangan administ rasi negara dalam penyelenggaraan pemerint ahan dan pem-bangunan nasional yang membawa konsekuensi t erlibat nya administ rasi negara ke dalam semua aspek kehidupan masyarakat .

Melihat dari ket ent uan t ersebut , menj a-dikan negara mempunyai kewaj iban unt uk wuj udkan amanat UUD 1945 t ersebut , yait u

me-lalui campur t angan negara (f r eies er messen)

(3)

rakyat Indonesia, yait u mewuj udkan konsep ne-gara kesej aht eraan (Wel f ar e St at e).1 Campur t angan t ersebut t ert uang dalam ket ent uan per-undangan, baik dalam bent uk undang-undang maupun perat uran pelaksanaan lainnya yang dilaksanakan oleh administ rasi negara da-lam menyelenggarakan t ugas servis publik.

Negara mempunyai t anggungj awab yang besar, karenanya dengan j alan melalui campur t angan (int ervensi), negara mengat ur dan me-ngawasi pelaksanaan kegiat an yang ada di da-lam masyarakat guna mencapai keseimba-ngan dalam masyarakat t ersebut . Pemerint ah harus memperhat ikan, bahwa penyelenggaraan peme-rint ahan harus mengedepankan t uj uan negara yait u kesej aht eraan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini menj adi pent ing dalam konsepsi peng-at uran t anah di Indonesia, t erut ama t ent ang ket ent uan hak menguasai negara akan t anah, sehinga penj abaran dari ket ent uan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 45 j o Pasal 2 UUPA haruslah bersif at populis.

Berdasarkan hal t ersebut , sangat t idak diharapkan, apabila penj abaran pasal-pasal di at as diart ikan sebagai kekuasaan negara yang seolah-olah t anpa bat as, dimana negara sebagai penaf sir t unggal t erhadap hak menguasai. Ja-ngan sampai t erj adi, deJa-ngan berdalih unt uk ke-pent ingan umum, keke-pent ingan pembangunan, kepent ingan rakyat banyak, maka t erj adi pe-langgaran hak-hak t anah dalam UUPA yang di-gunakan unt uk kepent ingan pribadi, kelompok at au golongan sert a pemodal baik dalam mau

pun luar negeri.2

Negara dalam melakukan campur t angan ini harus t et ap dalam kerangka negara hukum. Konsep negara hukum modern menempat kan negara pada posisi yang kuat dan besar, sehing-ga berbicara masalah nesehing-gara hukum akan selalu t imbul persoalan kekuasaan, t erut ama dalam usaha menj alankannya. Negara harus mendu-dukkan posisinya sebagai penyelenggara

1 Jum Anggriani, “ Anal i si s Pet it um Bat al at au Set i

dak-t idaknya Ti dak Sah” , Jur nal Judi ci al FH Ut ama Jakar t a, Vol ume II. No. 2, Maret 2007, hl m. 1.

2 Ahmad Sodiki, “ Pol it ik Hukum Agrari a: Unif ikasi at

au-kah Pl ural isme Hukum?” , Jur nal Di nami ka Hukum FH Uni ver si t as Isl am Mal ang, TH. VII No. 13, 2001, hl m. 60

j aht eraan umum at au negara melakukan t ugas pelayanan kepada publik.

Negara harus bert indak at as kewenangan yang ada dalam melaksanaan t ugas pelayanan kepada publik, yait u berdasarkan at uran yang t elah dit et apkan, dengan mengingat t at a uru-t an dalam pembuauru-t an perauru-t uran perundang-undangan, sebagaimana yang t elah dit et apkan dalam Pasal 7 (1) Undang-undang No. 10 Tahun 2004 t ent ang Pembent ukan Perat uran Perun-dang-undangan. Tat a urut an perat uran perun-dang-undangan t ersebut adalah: per t ama,

Un-dang-undang Dasar 1945; kedua,

Undang-un-dang/ Perpu; ket iga, Perat uran pemerint ah; Ke-empat, Perat uran Presiden; dan kel i ma, Per-at uran Daerah. TPer-at a urut an perPer-at uran perun-dang-undangan ini mengandung makna bahwa perat uran yang di at as menj adi dasar bagi pem-bent ukan perat uran di bawahnya, sedangkan perat uran di bawah merupakan pelaksana at ur-an hukum di at as, sehingga mat eri muat ur-annya t idak boleh bert ent angan dengan at asnya dan dalam hal t erdapat dua perat uran yang mat eri muat anya dan kedudukannya sama, maka yang berlaku adalah perat uran yang t erbaru.3 Hirar-khi perat uran perundang-undangan di at as men-j adi dasar bagi pembuat an at uran-at uran pert a-nahan di Indonesia, yang selalu bermuara kepa-da pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yait u men-capai kesej aht eraan rakyat .

Pemerint ah Indonesia, dalam menj alan-kan t ugasnya mencapai t uj uan negara kesej ah-t eraan, harus menj aga keuah-t uhan dari wilayah yang dikuasainya. Dalam hal ini masalah t anah yang t erkandung pula art i bumi dan seluruh yang ada di dalam dan diat asnya, sehingga di-perlukan t indakan-t indakan pemerint ah yang bert uj uan unt uk kesej aht eraan rakyat .

Masalah t anah adalah masalah yang sa-ngat pent ing bagi kehidupan bermasyarakat , karena masalah t anah menj adi kebut uhan pri-mer bagi manusia sebagai t empat bernaung dan berusaha. Terdapat dua kepent ingan yang sa-ling bert ent angan bila berbicara menyangkut

3 Ret no Saraswat i, “ Perkembangan Pengat uran Sumber

(4)

t anah, yait u kepent ingan pemerint ah di sat u sisi dan kepent ingan masyarakat di sisi lainnya. Oleh karena it u, diperlukan pendekat an yang dapat dit erima dan dimengert i masyarakat , apabila pemerint ah akan mengeluarkan t in-dakan berupa pembuat an pengat uran yang berhubungan dengan t anah. Berdasarkan hal t ersebut , maka perlu dit anamkan pengert ian, bahwa t anah mempunyai f ungsi sosial sepert i yang dit egaskan di dalam Pasal 6 UUPA yang menyat akan bahwa semua hak at as t anah mempunyai f ungsi sosial.4 Selain it u perlu j uga diperhat ikan bahwa pembaharuan agraria men-cakup suat u proses yang berkesinambungan ber-kenaan dengan penat aan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanf aat an sum-ber daya agraria agar t ercapainya kepast ian dan perlindungan hukum sert a keadilan dan

kemak-muran bagi seluruh rakyat Indonesia.5

Tindakan pemerint ah dalam membuat perat uran perundang-undangan harus berdasar-kan t uj uan negara yait u wel f ar e st at e (men-capai negara kesej aht eraan), sehingga dalam pembuat an suat u undangundang harus melibat -kan Badan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai wa-kil dari rakyat , dan agar pelaksanaan hukum it u dapat mencapai t uj uannya, maka diperlukan kekuasaan dari pemerint ah unt uk menj alankan-nya. Dalam hal ini harus ada keselarasan ant ara hukum di sat u sisi dan kekuasaan unt uk menj a-lankannya di sisi lain.6

Salah sat u dari t indakan pemerint ah ini adalah dengan dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1960 t ent ang Pokok-Pokok Agraria dan PP No. 40 Tahun 1996 t ent ang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai At as Tanah. Da-lam PP ini dibahas lebih mendaDa-lam t ent ang pe-laksanaan dari ket iga hak diat as dengan UUPA dan UUD 1945 sebagai pedomannya.

4

Endang Sr i Sant i, “ Pengadaan Tanah Unt uk Pemba-ngunan Perl uasan Landasan Pacu Bandar a Ahmad Yani Di Kot a Semarang” , Jur nal Masal ah-Masal ah Hukum FH UNDIP Semarang, Desember 2004, hl m. 352.

5 Mucht ar Lut hf i, “ Kedudukan Hukum Tanah Nasional

Se-t el ah Berl akunya UU No. 22 Se-t ahun 1999 Se-t enSe-t ang Peme-rint ahan Daerah” , Jur nal Hukum Just i ce For Al l , FH Uni versit as Muhammadiyah Jakar t a, Jul i 2002, hl m. 48. 6 Jum Anggri ani, “ Hukum dan Kekuasaan” , Jur nal Wi dya

Yust i si a Koper t i s Wi l . III, Jakart a, Tahun VII No. 2, Jul i-Desember 2005, hl m. 42.

Pembent ukan PP No. 40 Tahun 1996 di-landasi kepent ingan polit ik ekonomi, dimana dengan diberi kemudahan dalam pengat uran t ent ang HGB, HGU dan Hak Pakai bagi warga negara asing/ badan usaha asing sebagai pemilik modal, akan menanamkan invest asinya di nesia, sehingga kegiat an perekonomian di Indo-nesia dapat berj alan dengan baik. Tindakan pe-merint ah ini harus dipayungi oleh landasan hukum yang benar agar t uj uan negara mening-kat kan perekonomian di Indonesia t epat sasaran yait u mensej aht erakan rakyat bukan mensej ah-t erakan segelinah-t ir orang, apalagi warga negara asing/ badan usaha asing.

Pengat uran di bidang pert anahan agar se-suai dengan kebut uhan bangsa, maka perlu me-menuhi prinsip-prinsip yang menj adi acuan bagi perat uran agraria di Indonesia. Menurut Maria S. W. Sumardj ono7, ada 10 prinsip yang menj adi landasan bagi pembaharuan hukum agraria, agar produk yang dihasilkan t epat sasaran, ya-it u: per t ama, menj unj ung t inggi hak asasi

ma-nusia; kedua, unif ikasi hukum yang

mengako-modasikan keanekaragaman hukum set empat ; ket i ga, l and r ef or m at au rest rukt urisasi

sum-bersumber agrarian; keempat , keadilan dalam

pemilikan/ penguasaan dan pemanf aat an sum-bersumber agrarian; kel i ma, f ungsi sosial dan

ekologi sumber-sumber agrarian; keenam,

pe-nyelesaian konf lik agrarian; ket uj uh, pembagi-an kewenpembagi-angpembagi-an pembagi-ant ara pusat dpembagi-an derah sert a

kelembagaan pendukung; kedel apan, t

ranspa-ransi dan part isipasi dalam pembuat an kebi-j akan; kesembi l an, usaha-usaha produksi di

la-pangan agraria; dan kesepul uh, pembiayaan

program-program pembaharuan agraria.

Ket ent uan di dalam UUPA menyebut kan, bahwa hanya warga negara Indonesia yang da-pat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa. Penj abarannya adalah bahwa hanya warga negara Republik In-donesia yang dapat memilik “ hak milik at as t anah” . Hal ini menunj ukkan adanya prinsip na-sionalit as dalam UUPA t erut ama sebagai hak milik t urun t emurun yang t erkuat dan t erpenuh.

7 Mar ia S. W. Sumardj ono, “ Penyempurnaan UUPA, di

(5)

Sif at t erkuat dan t erpenuh dari hak milik ini merupakan suat u sif at kebendaan (zakel i j k kar akt er ) yang berart i bahwa hak milik it u pat beralih dan dialihkan kepada orang lain, da-pat dibebani hak t anggungan dan dada-pat dij adi-kan j aminan hut ang dan karena mempunyai si-f at -sisi-f at it u pula, maka hal ini memberikan art i kepada di pemegang hak milik, yait u pemegang hak milik at au pemilik t anah hak unt uk berbuat bebas at as t anah miliknya it u. Hal ini berart i bahwa pemilik t anah mempunyai hak unt uk me-ngasingkan at au memindaht angankan t anahnya it u dengan j alan menukarkan, mewariskan, menghibahkan at au menj ualnya kepada orang lain at au kepada suat u badan hukum.

Asas nasionalit as yang dianut UUPA se-penuhnya t ert uang dalam pengat uran t ent ang hak milik. Warga negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik at as t anah, sedangkan warga negara asing hanya dapat memiliki hak pakai at as t anah saj a. Makna Pasal 1 dan 2 UU-PA dengan demikian akan t erpenuhi.

Hak guna Usaha (HGU) adalah hak unt uk mengusahakan t anah yang dikuasai oleh nega-ra, j adi obyeknya adalah t anah neganega-ra, adapun obyeknya adalah warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia, sedangkan yang dimak-sud dengan Hak Guna Bangunan (HGB) adalah hak unt uk mengusahakan dan mempunyai ba-ngunan at as t anah bukan milik sendiri. Subyek hukum HGB sama dengan HGU yait u warga ne-gara Indonesia dan badan hukum Indonesia. Ke-dua hak ini dapat dialihkan, asalkan kepada WNI at au badan hukum Indonesia.

Ket ent uan-ket ent uan t ent ang HGB dan HGU diat ur dalam perat uran perlaksananya ya-it u PP No. 40 Tahun 1996, hanya sayangnya per-at uran ini dianggap belum memenuhi syarper-at , karena dibuat unt uk memenuhi kepent ingan polit ik, yait u unt uk menarik invest or dari luar negeri agar mau menanamkan modalnya di In-donesia. Kemudahan-kemudahan yang ada da-lam bidang pemakaian pert anahan di Indonesia, diharapkan dengan para invest or akan berbon-dong-bondong masuk ke Indonesia, sehingga perekonomian Indonesia diharapkan akan maj u dan berkembang pesat .

Hukum agraria pada dasarnya adalah hu-kum yang mengat ur t ent ang t anah dan segala sesuat u yang berhubungan dengan pert anahan, misalnya hal perairan, perikanan, perkebunan, pert ambangan dan sebagainya. Adapun menurut Bl ack’ s Law Di ct i onar y, hukum agraria adalah perangkat perat uran hukum yang bert uj uan me-ngadakan pembagian t anah-t anah yang luas da-lam rangka lebih merat akan penguasaan dan pemilikan t anah. Hukum agraria menurut UUPA adalah kelompok berbagai bidang hukum yang masing-masing mengat ur hak-hak penguasaan at as sumber-sumber daya alam t ert ent u yang t ermasuk ke dalam pengert ian agraria.

Berdasarkan penj elasan t ersebut , dapat disimpulkan bahwa hukum agraria adalah hu-kum yang mengat ur t ent ang t anah dan segala sesuat u yang berhubungan dengan t anah t erse-but . Landasan hukum agraria adalah pasal 33 ayat (3) UUD 45, yang mengat ur bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang t erkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan diperguna-kan unt uk sebesar-besarnya kemakmuran rak-yat , sert a unt uk mencapai kebahagiaan hidup yang t ert ib, aman dan sej aht era berdasarkan landasan idiil Pancasila.8 Bumi, air dan keka-yaan alam yang t erkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat . Oleh karena it u, harus dikuasai oleh negara dan diperguna-kan unt uk sebesar-besar kemakmuran rakyat .

Ruang lingkup pert anahan besert a segala seluk beluknya t ersebut , menurut UUPA secara t erinci dapat dij abarkan sebagai berikut : per -t ama, seluruh bumi, selain mempunyai pengt ian permukaan bumi (yang disebupengt pengt anah), pengt er-masuk pula t ubuh bumi dibawahnya sert a bagi-an bumi ybagi-ang berada dibawah air; kedua, selu-ruh air, dalam art i perairan, baik perairan pedalaman maupun laut wilayah Republik Indo-nesia; ket i ga, seluruh ruang angkasa, dalam art i ruangan yang ada di at as bumi dan air t ersebut

di at as; keempat , sumber-sumber kekayaan

alam yang t erkandung di dalam air, baik per-airan pedalaman maupun perper-airan laut wilayah Republik Indonesia misalnya ikan dan

8 Sut risno, “ Pol i t ik Hukum Perl indungan Pengel ol aan

(6)

nya, berbagai bangsa binat ang laut lainnya, ga-ram, mut iara, t eripang dan sebagainya (Pasal 1 ayat (2), (6), Pasal 4 dan Pasal 5 UUPA). Hasil-hasil alam Indonesia yang menj adi sumber penghidupan bangsa dan negara secara garis besarnya dapat dij abarkan dalam lima sekt or t erpent ing yait u pert anian, perkebunan, perhu-t anan, peperhu-t ernakan dan perperhu-t ambangan.

Hukum posit if t elah mengat ur, bahwa t a-nah dikualif ikasikan sebagai “ permukaan bu-mi” , sedangkan pengert ian bumi sendiri adalah t ermasuk t anah dan t ubuh bumi dibawahnya, sert a yang berada di bawah air. Perat uran per-undangan di Indonesia, hanya mengat ur permu-kaan bumi saj a (t anah) yang dapat dimiliki perorangan.

Sesuai dengan pengert ian dari hukum, maka hak menguasai it u pada umumnya dapat melekat pada dua j enis subyek hukum, yait u masyarakat at au penguasa dan perorangan. Dalam hal ini, penguasa dapat bert indak selaku penguasa, dapat pula bert indak sebagai subyek hukum. Dilihat dari sudut int ensit asnya, maka hak menguasai it u bisa bergerak dari kadar yang paling lemah sampai kepada bobot yang paling kuat , sepert i hak pakai, memet ik kemudian menikmat i hasil, hak memelihara/ mengurus/ mengelola, hak milik sampai kepada hak meng-asingkan dalam segala bent uk.

Pembent ukan sebuah perat uran yang me-ngat ur t ent ang agraria bukan sesuat u yang mu-dah, sehingga baru pada t ahun 1960 UUPA baru dapat diundangkan. Dalam memori penj elasan at as rancangan UUPA disebut kan t uj uan pokok UUPA yait u: per t ama, melet akkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang akan merupakan alat unt uk membawakan ke-makmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi ne-gara dan rakyat t ani, dalam rangka masyarakat

yang adil dan makmur; kedua, melet akkan

da-sar-dasar unt uk mengadakan kesat uan dan

ke-sederhanaan dalam hukum pert anahan, dan

ke-t i ga, melet akkan dasar-dasar unt uk memberi-kan ke-past ian hukum mengenai hak-hak at as t anah bagi rakyat seluruhnya. Dasar-dasar dari hukum agraria nasional sendiri yait u per t ama, prinsip kesat uan dalam hukum agraria unt uk seluruh wilayah t anah air; kedua, penghapusan

asas domein dan penerapan hak menguasai ne-gara; ket i ga, f ungsi sosial hak at as t anah; ke-empat , pengakuan hukum agraria nasional ber-dasarkan hukum adat dan pengakuan eksist ensi hak ulayat ; kel i ma, persamaan deraj at sesama

WNI dan ant ara laki-laki dan wanit a; keenam,

pelaksanaan ref orm hubungan ant ara manusia dengan t anah at au bumi, air dan ruang angkasa; ket uj uh, rencana umum penggunaan, persedia-an dpersedia-an pemeliharapersedia-an bumi, air dpersedia-an rupersedia-ang persedia- ang-kasa; dan kedel apan, prinsip at au asas nasio-nalit as.

Kewenangan negara unt uk mengelola ke-kayaan alam Indonesia dalam bidang pert anah-an didasarkanah-an pada hak menguasai negara yanah-ang pelaksanaanya dilakukan sehari-hari oleh peme-rint ah, baik di pusat maupun di daerah. Pelak-sanaan hak menguasai negara ini t idak boleh bert ent angan dengan kepent ingan nasional, un-dang-undang dan perat uran perunun-dang-undang- perundang-undang-an lainnya dperundang-undang-an harus t et ap mengingat pelaksa-naan hak-hak adat yang dalam kenyat aannya masih ada didalam masyarakat .

Pembangunan yang berkait an dengan bi-dang pert anahan saat ini masih banyak menim-bulkan permasalahan dan sangat merugikan rak-yat banyak yang seharusnya dilindungi hak-hak-nya at as t anah yang mereka miliki. Kepent ingan umum yang t erkandung dalam bidang pert anah-an, dalam hal ini khususnya adalah kepent ingan rakyat Indonesia secara umumnya.

Berkait an dengan masalah kepent ingan umum, t erdapat suat u prinsip yang mengat ur penggunaan at au penggunaan hak at as t anah, yait u "semua hak at as t anah mempunyai f ungsi sosial” (lihat Pasal 6 UUPA). Keperluan t anah t i-dak diperbolehkan semat a-mat a unt uk kepen-t ingan pribadi, kegunaannya harus disesuaikan dengan keadaannya dan sif at dari haknya, se-hingga bermanf aat unt uk masyarakat dan ke-pent ingan negara. Hak at as t anah yang berf ung-si soung-sial ini meliput i semua hak at as t anah. Pemilikan dan penggunaan t anah t anpa bat as t idak diperkenankan agar unt uk t idak merugi-kan kepent ingan umum (lihat Pasal 7 UUPA).

(7)

dari suat u perat uran at au norma. Terdapat 7 (t uj uh) asas yang dikenal dalam UUPA, yait u asas penguasaan oleh negara, asas f ungsi sosial, asas hukum adat , asas nasionalit as dan kese-deraj at an, asas larangan pemilikan t anah me-lampaui bat as, asas perencanaan umum dan asas pemeliharaan t anah dan dapat dij elaskan sebagai berikut .

Per t ama, asas penguasaan oleh negara. Asas penguasaan oleh negara dilandasi oleh ke-t enke-t uan Pasal 33 ayake-t (3) UUD 1945, yang pada int inya memberikan kewenangan dan kekuasaan at as sumber daya alam dan seluruh kekayaan alam unt uk kemakmuran rakyat . Hak menguasai negara at as bumi, air dan ruang angkasa ini di-at ur dalam ket ent uan Pasal 1 j o Pasal 2 aydi-at (2) UU No. 5 Tahun 1960 (UUPA). Menurut ket en-t uan pasal en-t ersebuen-t , negara sebagai organisasi kekuasaan t ert inggi diberi kewenangan unt uk: mengat ur dan menyelenggarakan perunt ukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bu-mi, air dan ruang angkasa; menent ukan dan mengat ur hak-hak yang dapat dipunyai at as bu-mi, air, ruang angkasa; dan menent ukan dan mengat ur hubungan-hubungan hukum ant ara orang-orang dan perbuat an-perbuat an menge-nai bumi, air dan ruang angkasa.

Kedua, asas f ungsi sosial. Asas f ungsi so-sial t erdapat dalam pasal 6 UUPA yang me-ngat akan bahwa set iap t anah mempunyai f ungsi sosial. Seseorang t idak boleh semat a-mat a mempergunakan hak at as t anah miliknya unt uk kepent ingan pribadi saj a, t et api harus memper-hat ikan kepent ingan orang lain disekit arnya. Selain it u, penggunaan t anah miliknya t idak bo-leh merugikan masyarakat , dengan kat a lain penggunaan dan pemanf aat an t anah harus dise-suaikan dengan keadaannya dan sif at dari hak-nya, sehingga bermanf aat , baik unt uk kesej ah-t eraan pemegang hak, maupun bagi masyarakaah-t dan negara.

Ket i ga, asas hukum adat . Menurut Pasal 5 UUPA, hukum agraria yang berlaku at as bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat . Ber-dasarkan ket ent uan ini dapat diint erpret asi-kan, bahwa hukum t anah nasional (UUPA) berdasarkan kepada hukum adat , dengan kat a lain, hukum t anah nasional it u ialah hukum

adat . Hukum adat merupakan sumber ut ama unt uk memperoleh bahan-bahan dalam rangka membangun hukum t ahan nasional berupa kon-sepsi, asas-asas dan lembaga-lembaga hukum-nya unt uk dirumuskan menj adi norma-norma hukum yang t ert ulis yang disusun menurut sis-t em hukum adasis-t .

Keempat , asas nasionalit as. Ket ent uan Pasal 9 UUPA mengarur, bahwa hanya warga negara Indonesia saj a yang boleh mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa. Ket ent uan ini diperj elas dengan ayat (2) yang mengat ur bahwa baik laki-laki maupun wanit a mempunyai kesem-pat an yang sama unt uk memperoleh suat u hak at as t anah.

Kel i ma, asas larangan Pemilikan Tanah Melampaui Bat as. Ket ent uan t ent ang asas ini diat ur dalam Pasal 7 UUPA j o Pasal 17 yang me-ngat ur, bahwa unt uk t idak merugikan kepen-t ingan umum, pemilikan dan penguasaan kepen-t anah yang melampaui bat as t idak diperkenankan. Larangan ini disebut j uga larangan l at if undi a.

Keenam, asas perencanaan umum. Ke-t enKe-t uan Ke-t enKe-t ang perencanaan ini Ke-t erdapaKe-t da-lam rumusan Pasal 14 UUPA yang mengat ur bahwa pemerint ah harus membuat suat u ren-cana umum mengenai persediaan, perunt ukkan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa.

Ket uj uh, asas pemeliharaan t anah. Asas t ent ang pemeliharaan t anah diat ur dalam Pasal 15 UUPA yang mengat ur, bahwa t iap–t iap pe-megang hak at as t anah mempunyai kewaj iban unt uk memelihara t ermasuk menambah kesu-buran t anah dan mencegah kerusakannya.

Hak-hak At as Tanah dalam UUPA

Hak–hak at as t anah dalam UUPA pada dasarnya adalah hak kebendaan, yait u hak yang secara langsung menguasai suat u kebendaan dan kekuasaan it u dapat dipert ahankan t er-hadap set iap orang, sehingga dengan demikian disebut hak mut lak (absolut ). Hak-hak at as t anah yang disebut kan dalam UUPA diat ur da-lam ket ent uan Pasal 16, yang diuraikan pada bagian di bawah ini.

(8)

t anah lainnya. Hak milik harus mempunyai f ungsi sosial, sepert i halnya f ungsi t anah lain-nya (Pasal 6 UUPA). Hak milik at as t anah t er-sebut di samping memberikan manf aat bagi pemiliknya j uga bermanf aat unt uk kepent i-ngan umum. Selain it u, penggunaan t anah t er-sebut t idak boleh mengganggu ket ert iban dan kepent ingan umum. Hak milik at as t anah ini ha-rus dapat menempat kan kehidupan manusia dalam t araf keserasian ant ara dimensi indivi-dual dan dimensi sosialnya. Pemilik t anah mempunyai hak unt uk berbuat “ bebas” , art inya boleh mengasingkan t anah miliknya pada pihak lain dengan menj ualnya, menghibahkannya, menukarkan dan mewariskan. Hak milik hanya dapat dimiliki oleh Warga negara Indonesia (Li-hat Pasal 20 - Pasal 27 UUPA).

Kedua, Hak Guna Usaha. Hak guna usaha adalah suat u hak yang memberikan wewenang kepada pemegangnya unt uk mengusahakan t a-nah yang langsung dikuasai oleh negara unt uk kegiat an-kegiat an pert anian, perikanan at au pet ernakan, ket ent uan ini t erdapat di dalam Pasal 28 UUPA. Hak guna usaha ini dapat dij dikan sebagai j aminan hut ang, dipindaht a-ngankan dan dialihkan kepada ahli waris. Hak guna usaha yang dikuasai oleh negara, j angka wakt unya adalah 25 t ahun at au 35 t ahun unt uk perusahaan, dan dapat diperpanj ang maksimal 25 t ahun (ket ent uan ini t elah diubah menj adi 35 t ahun dan dapat diperpanj ang paling lama 25 t ahun, unt uk kemudian dapat diperbaharui kembali, t erdapat dalam PP No. 40 Tahun 1996 t ent ang Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai At as Tanah). Hak guna usaha dapat dimiliki oleh WNI at au badan hukum yang didirikan menurut hu-kum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia (Lihat Pasal 28 - Pasal 34 UUPA).

Ket i ga, Hak Guna Bangunan. Hak guna bangunan adalah suat u hak yang memberikan wewenang kepada pemegangnya unt uk dapat mendirikan bangunan di at as t anah yang bukan miliknya sendiri, baik t anah it u merupakan mi-lik orang at au pihak lain maupun berupa t anah yang langsung dikuasai negara (Pasal 35 - Pasal 40 UUPA). Jangka wakt u hak guna bangunan paling lama 30 t ahun dan dapat diperpanj ang maksi-mal 20 t ahun. Subyek hak ini adalah WNI

at au badan hukum yang didirikan menurut hu-kum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Hak guna usaha dapat dij adikan sebagai j amin-an hut amin-ang, memindaht amin-angamin-ankamin-an, hak mengalih-kannya kepada ahli waris selama j angka wakt u-nya belum habis.

Keempat , Hak Pakai. Hak pakai yait u su-at u hak yang memberikan wewenang kepada pemegangnya unt uk menggunakan t anah pihak lain unt uk keperluan penggunaan apa saj a, se-pert i unt uk dit anami at au didiami dan didirikan bangunan diat asnya selama wakt u t ert ent u me-nurut perj anj ian (Pasal 41 - Pasal 43 UUPA), se-dangkan t erhadap t anah, bisa milik perorangan at au milik negara. Dalam hal yang t erakhir, maka hak pakai dalam UUPA dapat analogikan dengan hak pakai adat . Hak ini diberikan dalam j angka wakt u t ert ent u at au selama t anah t er-sebut digunakan unt uk keperluan t ert ent u, de-ngan cuma-cuma, dede-ngan pembayaran at au pemberian j asa berupa apapun. Subyek hak pa-kai adalah WNI, badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan bert empat t ing-gal di Indonesia, Depart emen, Lembaga peme-rint ah non depart emen dan pemepeme-rint ah daerah, badan-badan keagamaan dan sosial, orang asing yang berkedudukan di Indonesia, badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia, perwakilan negara asing dan perwakilan badan int ernasional. Tanah yang dapat diberikan de-ngan hak pakai adalah t anah negara, t anah hak pengelolaan dan t anah hak milik. Jangka wakt u hak pakai at as t anah negara dan hak pengelo-laan maksimal 25 t ahun dan dapat diperpan-j ang maksimal 20 t ahun at au t idak dit ent ukan j angka wakt unya selama masih dipergunakan unt uk keperluan t ert ent u (lihat Pasal 45 PP No. 40 Tahun 1996).

(9)

Pasal 45 UUPA). Keenam, Hak Membuka Tanah dan Hak Memungut Hasil Hut an. Kedua hak ini t erdapat diat ur pada Pasal 46. Hak ini hanya diperunt ukkan bagi WNI saj a.

Ket uj uh, Hak-Hak At as Tanah Yang Ber-sif at Sement ara. Hak ini diat ur dalam ket en-t uan Pasal 53 UUPA yang mengkualif ikasikan menj adi t iga hak, yait u hak gadai, hak usaha bagi hasil dan hak menumpang. Hak gadai me-rupakan suat u hak yang dipegang oleh seorang kredit ur yang memberikan wewenang kepada-nya unt uk menguasai t anah debit urkepada-nya dan t u-rut menikmat i at au mengambil hasilnya selama si debit ur it u belum dapat melunasi hut angnya. Tanah ini dapat berupa t anah pert anian dan t a-nah unt uk bangunan. Hak usaha bagi hasil, ya-it u hak yang memberikan wewenang kepada seorang penggarap unt uk dapat mengerj akan at au mengusahakan t anah milik orang lain de-ngan memberikan sebahagian t ert ent u dari j umlah hasil t anah t ersebut kepada pemiliknya menurut perj an-j ian. Hak menumpang, yait u suat u hak yang memberikan kewenangan ke-pada seseorang at au suat u pihak unt uk menum-pang t inggal di at as t anah milik orang lain baik dengan menempat i bangunan yang sudah ada maupun dengan membangun sendiri bila sean-dainya t ersebut masih kosong.

Kedudukan Asas Nasionalit as dalam Perun-dang-undangan Agraria Indonesia

Dualisme hukum yang mengat ur pert ana-han t erj adi di Indonesia sebelum dikeluarkan-nya UUPA, yait u orang yang t unduk pada hukum Belanda (BW) dan penduduk pribumi yang t un-duk pada hukum adat . Pada masa ini penduun-duk Hindia Belanda dibagi dalam t iga golongan yait u golongan Eropa, China at au Timur asing dan pri-bumi. Dualisme hukum dan penggolongan pen-duduk ini sengaj a dicipt akan unt uk keunt ungan perekonomian Belanda saj a. Golongan Timur Asing diperlukan sebagai t enaga pemasaran pro-duk Belanda yang dikuras dari bumi Indonesia yang dij ual keluar negeri, sedangkan golongan pribumi dibiarkan dalam hukum adat nya sen-diri, agar t idak mencampuri hukum t anah yang dibuat oleh Belanda sendiri.

Keadaan yang merugikan bangsa Indone-sia ini kemudian melat arbelakangi pemerint ah unt uk membuat suat u t indakan hukum, yait u dengan mengeluarkan UUPA. Pemberlakuan UU-PA yang memuat prinsip/ asas nasionalit as di-maksudkan unt uk melindungi rakyat Indonesia dari ket idakadilan dan perbuat an sewenang-we-nang penj aj ah Belanda. UUPA mengat ur bahwa seluruh wilayah Indonesia adalah kesat uan t anah air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersat u sebagai bangsa Indonesia. Seluruh bu-mi, air dan ruang angkasa, t ermasuk kekayaan alam yang t erkandung didalamnya sebagai karu-nia dari Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan ant ara bangsa Indonesia dan bumi, air sert a ruang ang-kasa t ersebut adalah hubungan yang bersif at abadi (Pasal 1 dan Pasal 2 UUPA).

Ket ent uan t ent ang asas nasionalit as t er-dapat dalam Pasal 1, 2, 9, 20 ayat (1), 21 ayat (2), 30 ayat (1), 31 ayat (1), dan pasal 46 ayat (1). Pemahaman akan prinsip at au asas nasio-nalit as dapat dilihat dalam ket ent uan Pasal 9 UUPA yang int inya mengat ur bahwa hanya WNI yang dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa. Set iap WNI, mempunyai kesempat an yang sama unt uk memperoleh hak at as t anah sert a unt uk men-dapat kan manf aat dan hasilnya.

Rumusan ket ent uan Pasal 9 UUPA meru-pakan pernyat aan bahwa hanya warganegara In-donesia saj a yang berhak memiliki t anah di Indonesia, sedangkan warga negara asing at au badan usaha asing hanya dapat mempunyai hak at as t anah yang t erbat as saj a, sepert i hak pa-kai. Orang asing, t ermasuk perwakilan perusa-haan asing, hanya dapat mempunyai hak at as t anah yang t erbat as, selama kepent ingan WNI t idak t erganggu dan j uga perusahaan orang asing it u dibut uhkan unt uk kepent ingan Negara Indonesia, sebagai komponen t ambahan dari pembangunan ekonomi Indonesia dan apabila dihubungkan dengan Pasal 5 UUPA, maka ke-pent ingan WNI adalah di at as segalanya, baik dari segi ekonomis, sosial bahkan polit is.

(10)

yait u t idak diperbolehkannya t erj adi j ual beli hak at as t anah, karenanya j ika t erj adi j ual beli hak at as t anah kepada orang asing maka j ual beli it u bat al karena hukum, sedangkan st at us t anahnya akan j at uh kepada negara, dengan ke-t enke-t uan bahwa hak-hak lain yang dike-t erima oleh pemilik t idak dapat dit unt ut kembali9. Hal ini dapat dilihat di dalam ket ent uan Pasal 26 (2) UUPA yang mengat ur, bahwa set iap j ual beli, penukaran, penghibahan, pemberian yang di-maksud unt uk langsung at au t idak langsung me-mindahkan hak milik kepada orang asing, kepa-da seorang warga negara yang di samping ke-warganegara-an asing at au kepada suat u badan hukum kecuali yang dit et apkan oleh pemerint ah t ermasuk dalam Pasal 21 ayat (2) adalah bat al karena hukum dan t anahnya j at uh kepada ne-gara dengan ket ent uan, bahwa pihak-pihak yang membebaninya t et ap berlangsung, sert a semua pembayaran yang t elah dit erima oleh pemilik t idak dapat dit unt ut kembali.

Indonesia adalah negara yang sedang membangun, dengan kondisi ekonomi rakyat yang masih rendah, apalagi saat ini sedang di-t erpa dengan muldi-t i krisis, monedi-t er, ekonomi, polit ik dan sosial budaya, belum lagi konf lik ke-daerahan. Oleh karena it u, diperlukan suat u perlindungan t erhadap hak milik, t erut ama t a-nah, agar t anah-t anah dalam wilayah negara ini t idak j at uh ket angan orang asing.

Prinsip at au asas nasionalit as dalam UUPA ini secara khusus dit erapkan pada hak milik at as

t anah yang mempunyai sif at kebendaan (

zake-l i j k karakt er), sehingga waj ar apabila hak milik hanya disediakan unt uk warga negara Indonesia. Prinsip nasionalit as dalam UUPA menekankan bahwa hanya warga negara Indonesia mempu-nyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa, sehingga orang asing se-bagaimana hak yang pernah mereka miliki yait u boleh mempunyai hak-hak at as di Indonesia asal mau t unduk kepada BW dan perat uran-perat u-ran keperdat aan t elah dit inggalkan. Dalam hu-kum Indonesia yang berlaku saat ini, dibedakan ant ara Warga Negara Indonesia dengan pihak asing, sehingga t idak ada j alan keluar apapun

9 Soedhar yo Soi min, 2004, St at us Hak dan Pembebasan

Tanah, Jakart a: Sinar Graf ika, hl m. 97

unt uk melegalkan orang asing mempunyai hubu-ngan yang sepenuhnya dehubu-ngan bumi, air dan ruang angkasa dan kekayaan alam yang t er-kandung di dalamnya, sama dengan WNI.

Berdasarkan penj elasan t ersebut dapat kit a lihat bahwa hanya warga negara Indonesia saj a yang boleh memiliki hak milik at as t anah, hal ini dapat dilihat dari ket ent uan Pasal 21 ayat (1), yait u hanya warganegara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik. Hak milik merupakan hak t urun t emurun, t erkuat dan t er-penuh yang dapat dipunyai orang at as t anah t anpa mengabaikan f ungsi sosial dari t anah. Ket ent uan t ent ang hak milik ini t erdapat di dalam Pasal 20 ayat (1).

Ket ent uan t ent ang asas nasionalit as da-lam UUPA j uga dapat dilihat dada-lam ket ent uan-ket ent uan dalam Pasal 30 ayat (1) yang meng-at ur bahwa hak guna usaha dimiliki oleh WNI dan badan hukum yang didirikan menurut hu-kum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Ket ent uan lainnya t erdapat di dalam Pasal 36 ayat (1) yang mengat ur bahwa hak guna bangu-nan dimiliki oleh WNI dan badan hukum Indo-nesia yang didirikan menurut hukum IndoIndo-nesia dan berkedudukan di Indonesia. Asas nasionali-t as j uga nasionali-t erdapanasionali-t di dalam Pasal 46 ayanasionali-t (1) yang mengat ur, bahwa hak membuka t anah dan memungut hasil hut an hanya dapat dipunyai oleh wara negara Indonesia.

(11)

adalah warga negara Indonesia dan badan hu-kum yang didirikan menurut huhu-kum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia (Pasal 2 dan 19 PP No. 40 Tahun 1996). Hal ini pent ing diat ur dengan hat i-hat i, karena HGU dan HGB seba-gaimana hak milik adalah hak at as t anah yang memiliki sif at kebendaan, sehingga dapat ber-alih dan diber-alihkan kepada pihak lain, seba-gaimana ket ent uan di dalam Pasal 16 t ent ang HGU dan Pasal 34 t ent ang HGB yang mengat ur bahwa peralihan kedua hak ini dapat t erj adi ka-rena j ual beli, t ukar menukar, penyert aan da-lam modal, hibah dan pewarisan.

Hak guna usaha berakhir karena wakt u-nya t elah berakhir, melanggar syarat pemberi-an, dilepas haknya, dicabut haknya unt uk ke-pent ingan umum, t anahnya musnah, melanggar prinsip nasionalit as/ bukan warga negara at au badan hukum Indonesia lagi (lihat Pasal 34 UU-PA j o PP No. 40 Tahun 1996). Hak guna bangu-nan sendiri berakhir karena j angka wakt unya t elah berakhir, dihent ikan sebelum j angka wak-t u berakhir, dilepas oleh pemegang hak, dica-but unt uk kepent ingan umum, dit elant arkan, t anah musnah, bukan warga negara at au badan hukum Indonesia lagi (Lihat Pasal 30 ayat (2) UUPA j o Pasal 20 PP No. 40 Tahun 1996).

Berdasarkan penj elasan t ersebut , dapat dilihat bahwa PP No. 40 Tahun 1996 memuat j uga t ent ang asas nasionalit as. Hal ini t ampak dari ket ent uan yang t idak memberikan hak guna usaha dan hak guna bangunan kepada orang asing, walaupun PP ini berisi banyak kelonggar-an unt uk orkelonggar-ang asing, t et api ket ent ukelonggar-an asas na-sionalit as t et ap dij alankan.

Peralihan Hak Pakai Kepada Orang Asing at au Badan Usaha Asing Menurut PP No.40 Tahun 1996.

Pengert ian mengenai hak pakai t erdapat di dalam Pasal 41 UUPA yang mengat ur bahwa hak pakai adalah hak unt uk menggunakan dan/ at au memungut hasil dari t anah yang dikuasai langsung oleh negara at au t anah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewaj iban yang dit ent ukan dalam keput usan pemberian-nya oleh pej abat yang berwenang memberikan-nya at au dalam perj anj ian dengan pemilik t

a-nahnya, yang bukan perj anj ian sewa menyewa at au perj anj ian mengolahan t anah, segala se-suat u asal t idak bert ent angan dengan j iwa dan ket ent uan-ket et nuan undang-undang ini. Sum-ber dari kewenangan hak pakai Sum-berdasarkan ke-t enke-t uan Pasal 41 UUPA berasal dari ke-t anah yang dikuasai oleh negara, dimana yang dapat mem-berikan hak pakai adalah pej abat yang berwe-nang. Selain it u, hak pakai at as t anah j uga da-pat diperoleh dari perorangan yang mempunyai hak milik at as t anah it u. Hak pakai ini diberikan berdasarkan perj anj ian dengan pemilik t anah t ersebut . Menurut UUPA, perj anj ian t ersebut haruslah bukan perj anj ian sewa menyewa at au

perj anj ian pengolahan t anah.10

Menurut PP No. 40 Tahun 1996, hanya hak pakai saj a yang dapat dimiliki oleh orang asing at au badan usaha asing. Hal ini sesuai dengan ket ent uan Pasal 39 PP No. 40 Tahun 1996. Ket ent uan t ent ang hal ini berkait an de-ngan asas nasionalit as, yait u unt uk mencegah agar orang asing at au badan usaha asing t idak dapat mempunyai ket erikat an yang erat dengan t anah di Indonesia.

Hak pakai yang dapat dimiliki oleh orang asing dan badan usaha asing diat ur dalam Pasal 39 sampai dengan Pasal 58. Pasal 39 dan Pasal 40 mengat ur t ent ang subyek dari hak pakai, se-dangkan Pasal 41 mengat ur t ent ang obj ek t a-nah yang dapat dikenakan hak pakai. Pasal 42 sampai dengan Pasal 44 mengat ur t ent ang t er-j adinya hak pakai. Selaner-j ut nya t ent ang er-j angka wakt u hak pakai diat ur dalam Pasal 45 sampai dengan Pasal 49. Adapun t ent ang kewaj iban dan hak pemegang hak pakai diat ur dalam Pasal 50 sampai dengan Pasal 52, sedangkan Pasal 53 mengat ur t ent ang pembebanan hak pakai dan Pasal 54 mengat ur t ent ang peralihan hak milik. Terakhir ket ent uan t ent ang hak pakai ini adalah ket ent uan-ket ent uan yang diat ur dalam Pasal 55 sampai Pasal 58 yang berisi t ent ang hapus-nya hak pakai.

Peralihan hak pakai diat ur dalam ket en-t uan Pasal 54 PP No. 40 Tahun 1996. Menuruen-t ket ent uan ayat (1) hak pakai yang diberikan

10 Kart i ni Mul j adi dan Gunawan Widj aj a, 2008, Hak-Hak

(12)

at as t anah negara unt uk j angka wakt u t ert ent u dan hak pakai at as t anah hak pengelolaan dapat beralih dan dialihkan pada pihak lain, sedang-kan ayat (2) mengat ur bahwa hak pakai at as t anah hak milik hanya dapat dialihkan apabila hak t ersebut dimungkinkan dalam perj anj ian pemberian hak pakai at as t anah hak milik yang bersangkut an. Peralihan hak milik t erj adi kare-na j ual beli, t ukar menukar, penyert aan dalam modal, hibah dan pewarisan. dan waj ib didaf t ar-kan pada ar-kant or pert anahan. Rumusan Pasal 54 kont radiksi dengan Pasal 1, sehubungan dengan ket ent uan akan asas nasionalit as. Menurut ke-t enke-t uan Pasal 1 yang mengake-t ur bahwa hak pakai dapat beralih dan dialihkan pada pihak lain. Pengert ian dapat beralih disini berart i dapat beralih dengan sendirinya sepert i cont ohnya warisan, j adi hak pakai it u dapat beralih de-ngan sendirinya pada ahli warisnya.

Ket ent uan t ent ang dapat beralih dalam Pasal 54 ayat (1) PP No. 40 Tahun 1996 ini ber-t enber-t angan dengan dengan Pasal 43 ayaber-t (2) UU-PA yang mengat ur bahwa hak pakai hanya dapat dialihkan kepada pihak lain, j ika hal it u di-mungkinkan dalam perj anj ian yang bersang-kut an. Berdasarkan ket ent uan UUPA ini, dapat kit a lihat kat a-kat a dialihkan yang berkonot asi harus seij in pemilik t anah. Kat a dialihkan j uga mempunyai pengert ian selalu dilakukan dengan perbuat an hukum, sedangkan kat a beralih t idak harus dilakukan dengan perbuat an hukum. Ke-t enKe-t uan Pasal 54 ini j uga berKe-t enKe-t angan dengan asas nasionalit as, karena dengan ket ent uan pa-sal ini dapat saj a orang asing at au badan usaha milik asing mengalihkan hak pakainya dengan dalih ket ent uan ayat (1) yang memperbolehkan mereka unt uk mengalihkan hak pakai t ersebut . Kalau sudah demikian, apa bedanya hak pakai ini dengan hak milik.

Ket ent uan t ent ang Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha dalam PP No. 40 Tahun 1996 Berkait an dengan Ket ent uan Hak Milik.

Ket ent uan t ent ang Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak Guna Usaha (HGU) ini berkait an erat dengan asas nasionalit as, karena kedua hak ini adalah hak at as t anah yang memiliki sif at kebendaan, sehingga kedua hak ini dapat

ber-alih dan diber-alihkan. Kedua hak ini hanya dapat diberikan kepada warga negara Indonesia dan badan hukum yang bert empat t inggal di Inone-sia saj a. Ket ent uan t ent ang HGB dan HGU ini sama dengan ket ent uan t ent ang hak milik. Han-ya saj a, bila hak milik, kepemilikannHan-ya mut lak dan t idak dapat diganggu gugat dan mempunyai akibat hukum yang past i berupa surat hak milik (SHM).

Melihat dari ket ent uan PP No. 40 Tahun 1996 ini, dapat diint erpret asikan bahwa t anah yang dapat diberikan unt uk HGU adalah t anah negara, ket ent uan ini t erdapat dalam Pasal 4. Jangka wakt u yang diberikan unt uk HGU ini di at ur dalam Pasal 8 ayat (1) yang di mana HGU diberi j angka wakt u paling lama 35 t ahun dan dapat diperpanj ang unt uk j angka wakt u paling lama 25 t ahun. Sesudah j angka wakt u t ersebut berakhir, maka kepada pemegang hak dapat diberikan pembaharuan HGU di at as t anah yang sama.

Ket ent uan t ersebut secara t idak lang-sung menyamakan pengert ian HGU dan Hak milik at as t anah, karena selain keduanya liki kesamaan t ent ang st at us t anah yait u memi-liki sif at kebendaan yang dapat beralih dan di-alihkan, pembat asan j angka wakt u kepemilikan HGU j uga t idak j elas. Ket ent uan Pasal 8 me-ngat ur bahwa j angka wakt unya t iga lima t ahun dit ambah dua puluh lima t ahun sehingga men-j adi enam puluh t ahun, set elah it u masih dapat diperbaharui dengan j angka wakt u yang t idak dibat asi. Kalau sudah begini apa bedanya HGU dengan hak milik at as t anah?

(13)

seba-gaimana HGU, dalam pembaharuan haknya t i-dak dit ent ukan unt uk wakt u berapa kali pemba-haruan. Kedua hak ini j uga dapat diwariskan. Hal ini menj adikan HGU dan HGB st at usnya t i-dak berbeda dengan hak milik at as t anah.

Penut up Simpulan

Kedudukan asas nasionalit as sangat pen-t ing dalam perapen-t uran perundang-undangan ag-raria di Indonesia, karena menyangkut kepen-t ingan rakyakepen-t dan bangsa Indonesia unkepen-t uk men-j adi t uan rumah di t anahnya sendiri. Peralihan hak pakai pada orang asing at au badan usaha asing menurut PP No. 40 Tahun 1996 bert ent a-ngan dea-ngan asas nasionalit as. Ket ent uan t en-t ang HGU dan HGB menuruen-t PP No. 40 Tahun 1996 t idak berbeda dengan ket ent uan t ent ang hak milik at as t anah, karena memiliki sif at kebendaan dan dapat diwariskan, selain it u pe-ngat uran bat asan j angka wakt unya j uga t idak j elas.

Rekomendasi

Berdasarkan penj elasan t ersebut , penu-lis mengaj ukan rekomendasi agar ket ent uan t ent ang hak pakai dalam PP No. 40 Tahun 1996 perlu di revisi, karena bert ent angan dengan asas nasionalit as. Selain it u, perlu diadakannya pembaharuan t erhadap PP No. 40 Tahun 1996, karena t idak j elasnya pengat uran akan bat asan j angka wakt u t ent ang HGU dan HGB.

Daft ar Pust aka

Anggriani, Jum. “ Analisis Pet it um Bat al at au

Set idak-t idaknya Tidak Sah” . Jur nal

Judi ci al, Vol. II. No. 2, Maret 2007;

---. “ Hukum dan Kekuasaan” , Jur nal Wi dya Yust i si a Tahun VII No. 2, Juli-Desember 2005, Kopert is Wil. III, Jakart a;

Lut hf i, Mucht ar. “ Kedudukan Hukum Tanah Nasional Set elah Berlakunya UU No. 22

t ahun 1999 t ent ang Pemerint ahan

Daerah” . Jur nal Hukum Just i ce For Al l, Juli 2002. FH Universit as Muhammadiyah Jakart a;

Mulj adi, Kart ini dan Gunawan Widj aj a. 2008. Hak-Hak At as Tanah. Jakart a: Kencana Prenada Media Group;

Sant i, Endang Sri. “ Pengadaan Tanah Unt uk Pemba-ngunan Perluasan Landasan Pacu Bandara Ahmad Yani Di Kot a Semarang” . Jur nal Masal ah-Masal ah Hukum, Desem-ber 2004. FH UNDIP Semarang;

Saraswat i, Ret no. “ Perkembangan Pengat uran Sumber Hukum dan Tat a Urut an Perat u-ran Perundang-undangan Di Indonesia” , Jur nal Medi a Hukum, April-Juni 2005. Ju-mal Ilmiah Asosiasi Pengaj ar dan Prakt isi Ilmu Hukum Semarang;

Sodiki, Ahmad. “ Polit ik Hukum Agraria: Unif

i-kasi at au-kah Pluralisme Hukum?” . Jur nal

Di nami ka Hukum TH. VII No. 13, 2001. FH Universit as Islam Malang;

Soimin, Soedharyo. 2004. St at us Hak dan Pem-bebasan Tanah. Jakart a: Sinar Graf ika;

Sumardj ono, Maria S. W. “ Penyempurnaan UU-PA, di Ant ara Dua Pilihan” . Jur nal Mi m-bar Hukum, Edisi Khusus No. 39/ X/ 2001. FH UGM;

Sut risno. “ Polit ik Hukum Perlindungan

Penge-lolaan Lingkungan Hidup” . Jur nal Hukum

Referensi

Dokumen terkait

1) Anggota Polri yang melakukan tindak pidana diadukan/dilaporkan oleh masyarakat, anggota Polri lain atau sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan. 2) Setelah

Seperti yang dikutip dari jurnal ilmiah komunikasi massa Efek Iklan Politik Dalam Media Massa Terhadap Perilaku Memilih dalam Pemilu Karangan Gati Gayatri mengatakan Sejak

31 Desember 2015 dan belum dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) maka harta tersebut akan diperhitungkan sebagai tambahan penghasilan dan dikenai pajak dengan

Beberapa penelitian yang membahas mengenai pengeluaran per kapita adalah Fausi (2011) meneliti tentang Small Area Estimation terhadap pengeluaran per kapita di Kabupaten

Berdasarkan hasil analisis data dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala limpahan nikmatNya, penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi ini

(2) Format materi muatan rancangan naskah perjanjian Kerjasama yang merupakan pelaksanaan dari memorandum saling pengertian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan komitmen itu yakni melalui ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa instansi pemerintah, sesuai amanat Perpres No.70