TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
DWI RATNASARI 1201255
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
Oleh Dwi Ratnasari
S.Pd Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana
© Dwi Ratnasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ANALISIS HUBUNGAN KOMPETENSI SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN MANGROVE CAGAR ALAM PULAU DUA MELALUI KEGIATAN
FIELD TRIP
Dwi Ratnasari
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Email: dwiratnasari1988@gmail.com
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterampilan proses sains, penguasaan konsep, serta sikap ilmiah siswa dan meneliti mangrove Cagar Alam Pulau Dua sebagai sumber belajar bagi siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian The Matching Only Posttest
Only Control Group Design. Penelitian ini menggunakan kelas eksperimen dan
kelas kontrol dengan subjek penelitian siswa kelas X di SMA Negeri A Kota Serang-Banten. Data diperoleh dari instrumen keterampilan proses sains, penguasaan konsep, angket sikap ilmiah, dan angket tanggapan siswa dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hasil keterampilan proses sains,penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa yang memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua lebih tinggi dari kelas kontrol; terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa pada kelas kontrol (r=0,520, berkorelasi sedang) dan pada kelas eksperimen (r=0,838, berkorelasi tinggi); terdapat hubungan positif dan signifikan antara penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol (r=0,427, berkorelasi sedang) dan pada kelas eksperimen (r=0,550, berkorelasi sedang); terdapat hubungan positif dan signifikan antar indikator keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep siswa.
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ANALYSIS OF COMPETENCE RELATIONSHIP HIGH SCHOOL STUDENT IN THE CONCEPT OF ENVIRONMENTAL POLLUTION IN MANGROVE PULAU DUA NATURE RESERVE THROUGH FIELD TRIP
Dwi Ratnasari
University Education of Indonesia Email: dwiratnasari1988@gmail.com
ABSTRACT
This study aimed to determine the relationship between science process skills, mastery of concepts, as well as scientific attitude of the students and review the mangrove Pulau Dua Nature Reserve as a source of learning for students. This research uses quasi-experiment method with The Matching Only Posttest Only Control Group Design. This research also applies experimental classes and control classes in class X SMA A Serang, Banten as research subjects. Data obtained from science process instrument skill, mastery of concepts, scientific attitude questionnaire, and questionnaire responses of the students and teachers. The results showed that; the results of science process skills, mastery of concepts, and scientific attitude of students who utilize mangrove Pulau Dua Nature Reserve is better than control class; there is a positive and significant relationship between science process skills and scientific attitude of students in the control class (r =0.520, moderate correlation) and in experimental class (r =0.838, high correlation); there is a positive and significant relationship between mastery of concepts and science process skills of the students in the control class (r =0.427, moderate correlation) and in experimental class (r =0.550, moderate correlation); there is a positive and significant relationship between indicators of science process skills with concepts mastery of the students.
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Struktur Organisasi Tesis ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran dengan Metode Field Trip ... 9
B. Keterampilan Proses Sains ... 14
C. Penguasaan Konsep ... 21
D. Sikap ilmiah ... 27
E. Mangrove Cagar Alam Pulau Dua ... 30
F. Potensi mangrove dalam pembelajaran biologi pada konsep pencemaran lingkungan ... 39
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Desain dan Prosedur Penelitian ... 46
C. Populasi dan Sample ... 53
D. Defenisi Operasional. ... 53
E. Lokasi, Waktu, dan Tempat Penelitian ... 54
F. Instrumen Penelitian... 54
G. Teknik Analisis Instrumen ... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 64
B. Pembahasan ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114
B. Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 116
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.LatarBelakang
Pendidikan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sesuai
dengan tuntutan kurikulum bahwa kompetensi yang harus dicapai dalam
pendidikan adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan dan
pengetahuan. Kompetensi-kompetensi tersebut dapat dicapai siswa melalui
kegiatan belajar. Menurut Sunaryo (Komalasari, 2011) belajar merupakan
suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan
tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang dialami
pada diri setiap manusia sepanjang hayatnya. Proses belajar dapat terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alam sekitar. Kegiatan belajar akan optimal jika
siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan teori
penemuan Bruner (Dahar, 2011) siswa-siswa sebaiknya belajar melalui
partisipasi secara aktif agar mereka memperoleh pengalaman dan menemukan
sebuah prinsip.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang memerlukan
interaksi dan pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran. Biologi
merupakan ilmu pengetahuan alam yang didalamnya membahas mengenai
makhluk hidup, lingkungan, dan interaksi dengan lingkungan yang sifatnya
faktual sehingga dalam mempelajarinya diperlukan kegiatan belajar yang
mampu mendorong siswa untuk melakukan pengamatan dan pengambilan data
secara langsung. Menurut Aqib, et al (2007) sains mempelajari alam yang
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian dan penyampaian informasi dan produk (pengetahuan ilmiah dan
terapannya) yang diperolehmelaluiberpikirdanbekerjasecarailmiah.
Interaksi dan pengalaman langsung dalam mempelajari biologi dapat
diperoleh siswa melalui sumber belajar. Sumber belajar menempati posisi yang
cukup penting sebagai salah satu komponen dalam sistem pembelajaran.
Sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional
yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, tehnik, dan lingkungan, yang dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa (Mudhoffir, 1992). Tanpa sumber belajar,
komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Sumber belajar
sangat bervariatif yang digunakan oleh guru dalam membantu proses kegiatan
belajar mengajar. Namun, biasanya sumber belajar tersebut hanya mampu
memvisualisasikan fakta, gagasan, kejadian, peristiwa, dalam bentuk tiruan
dari keadaan yang sebenarnya untuk dibahas di kelas dalam membantu proses
pengajaran. Salah satu sumber belajar yang dapat menyediakan dan menunjang
kegiatan pembelajaran adalah dengan memanfaatkan potensi lokal seperti
halaman sekolah, kebun, taman kota, pantai, dan lain sebagainya yang berada
dekatdengan lingkungan sekolah. Lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran seperti mengamati, mengklasifikasikan, menggolongkan,
memprediksi, mengukur, menafsirkan, mengomunikasikan, merumuskan
pertanyaan-pertanyaaan dan hipotesis, melakukan eksperimen dan sebagainya
(Komalasari, 2011).
Salah satu potensi lokal yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
biologi adalah Cagar Alam Pulau Dua. Cagar Alam Pulau Dua memiliki
karakteristik ekosistem yang bernilai penting untuk berbagai jenis burung dan
mangrove. Eksistensinya sebagai Cagar Alam diharapkan dapat
mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman jenis hewan dan
tumbuhan yang berada di dalam ekosistem mangrove. Ancaman yang sangat
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah abrasi, perburuan, pencarian kayu bakar dan sampah rumah tangga yang
berserakan. Menurut Surtikanti (2012) ekosistem mangrove menawarkan
banyak manfaat kepada manusia sehingga keberadaannya rentan dari
perusakan bahkan pemusnahan oleh manusia. Ancaman perusakan mangrove
dapat mengakibatkan bertambahnya areal yang terbuka, penurunan populasi
flora dan fauna yang dilindungi terancam punah, merosotnya kualitas serta
kuantitas habitat satwa liar. Menurut Takandjandji (2011) dalam
perkembangannya Cagar Alam Pulau Dua telah mengalami
perubahan-perubahan dari segifisik, biotic dan social budaya. Perubahan yang terjadi
disebabkan peristiwa alam dan ada juga yang merupakan dampak dari kegiatan
manusia yang mengakibatkan perubahan pada pantai, serta rusaknya beberapa
bagian vegetasi mangrove.
SMA Negeri Akota Serang-Banten merupakan sekolah yang lokasinya
dekat dengan Cagar Alam Pulau Dua. Guru di sekolah tersebut belum pernah
mengajak siswa untuk melihat keadaan mangrove secara langsung.
Pemanfaatan potensi lokal dengan mengamati objek secara langsung
seyogianya dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran biologi,
khususnya mengenai pencemaran lingkungan. Adanya perubahan dan
pencemaran lingkungan pada mangrove penting untuk diketahui dan dipelajari
siswa sebagai bahan kajian mengenai faktor-faktor penyebab serta akibat yang
ditimbulkan dari pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui interaksi
langsung dengan objeknya agar siswa dapat dengan mudah memahaminya dan
lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Pemanfaatan potensi lokal dapat dilakukan siswa dengan menggunakan
metode field trip. Metode field trip merupakan metode belajar yang digunakan
dengan membawa langsung siswa ke suatu lokasi untuk melihat secara
langsung objek yang ada di dalamnya, sehingga siswa lebih memahami materi
dan teori yang telah diperolehnya. Senada dengan itu Djamarah (2005)
menyatakan bahwa siswa akan lebih tertarik dan mendalami pelajaran jika
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemanfaatan mangrove Cagar Alam Pulau Dua dengan metode field
trip membantu siswa untuk mengenal objek, gejala, permasalahan alam,
menelaah, dan menemukan simpulan atau konsep-konsep tentang alam.
Konsep-konsep sains tidak cukup hanya diperoleh siswa secara instant dari
guru ataupun buku-buku, melainkan juga melalui kegiatan-kegiatan ilmiah atau
proses sains (scientific process). Doran,et al. (1998) melihat bahwa belajar
sains bukan berupa mempelajari kumpulan pengetahuan, melainkan learning
science is something that students do actively, not something that is done to
them. Siswa memperoleh informasi mengenai pencemaran lingkungan
kemudian menghubungkan informasi tersebut dengan keadaan nyata di lokasi
pengamatan objek sehingga informasi yang diperoleh siswa menjadi jelas dan
riil.
Pada pembelajaran biologi, pendekatan ilmiah dapat diterapkan melalui
keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan melalui pengalaman
belajar secara langsung. Kegiatan pengalaman belajar secara langsung dapat
membantu siswa lebih memahami dan menghayati proses yang sedang
dilakukan. Pada proses pembelajaran siswa perlu mendapatkan pengalaman
langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan, dan siswa diberi kesempatan
untuk memanfaatkan sumber belajar serta bentuk-bentuk kegiatan penelitian
lain secara aktif agar proses pembelajaran berlangsung baik (Komalasari,
2011). Melalui proses atau langkah-langkah sains, siswa mampu membangun
“satu set” sikapilmiah yang meliputi rasa ingin tahu, ketekunan, ketelitian, kejujuran, keterbukaan, di samping berbagai scientific skill. Menurut
Kemendikbud (2014) untuk memperoleh hasil belajar yang nyata dan otentik,
peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan terutama untuk materi
atau subtansi yang sesuai, serta harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, mampu menggunakan
metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Ada hubungan keterkaitan antara
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai: “Analisis
Hubungan Kompetensi Siswa SMA pada Konsep Pencemaran Lingkungan
dengan Memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui Kegiatan
Field Trip”
B.RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan
sebagai berikut, Bagaimana kompetensi siswa pada pembelajaran konsep
pencemaran lingkungan yang memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua
melalui kegiatan field trip?
Selanjutnya rumusan masalah di atas dijabarka nmenjadi pertanyaan
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana hasil keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap
ilmiah siswa pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan dengan
memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field
trip?
2. Apakah ada hubungan antara penguasaan konsep siswa dengan
keterampilan proses sains siswa?
3. Apakah ada hubungan antara keterampilan proses sains siswa dengan sikap
ilmiah siswa?
4. Apakah ada hubungan antar indikator keterampilan proses sains dengan
penguasaan konsep siswa?
5. Apa tanggapan siswa dan guru terhadap metode field trip yang
memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua dalam pembelajaran
konsep pencemaran lingkungan?
C.BatasanMasalah
Masalah penelitian dibatasi pada kajian berikut.
1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Sekolah Menengah Atas
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
field trip pada mangrove Cagar Alam Pulau Dua. Metode ceramah
digunakan pada kelas kontrol dan metode field trip digunakan pada kelas
eksperimen. Materi yang digunakan adalah pencemaran lingkungan. Pada
mangrove Cagar Alam Pulau Dua siswa mengamati perbedaan karakteristik
antara mangrove yang masih alami dan tercemar, mengamati berbagai jenis
bahan pencemar, dan mengamati akibat dari pencemaran lingkungan.
2. Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan proses
sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa pada pembelajaran konsep
pencemaran lingkungan. Keterampilan proses sains yang diteliti dengan
indicator menafsirkan pengamatan (interpretasi), menyimpulkan (inferensi),
meramalkan (prediksi), berhipotesis, menerapkan konsep, dan
berkomunikasi. Sikap ilmiah yang diteliti dengan indikator sikap ingintahu,
sikap respek terhadap fakta, sikap berpikir kritis, sikap berpikiran terbuka
dan kerjasama, serta sikap peka terhadap lingkungan. Penguasaan konsep
dalam penelitian ini menggunakan dimensi kognitif dengan tingkat C2
(memahami).
D.TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa pada
pembelajaran konsep pencemaran lingkungan melalui kegiatan field tripdan
meneliti pemanfaatan mangrove Cagar Alam Pulau Dua sebagai sumber
belajar. Selain itu, untuk memberikan gambaran mengenai tanggapan siswa
dan guru terhadap metode field trip yang memanfaatkan mangrove Cagar Alam
Pulau Dua.
E.ManfaatPenelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil penelitian ini memberikan alternatif pembelajaran yang dapat
mengembangkan keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap
ilmiah siswa.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan potensi mangrove
Cagar Alam Pulau Dua dengan metode field trip terhadap keterampilan
proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian sejenis
dan dapat menjadi rujukan serta masukan bahan pertimbangan dalam
mengkaji permasalahan yang serupa.
F. Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian utama yaitu
Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Hasil Penelitian dan
Pembahasan Penelitian serta Kesimpulan dan Saran. Masing-masing bagian
memiliki penjelasan yang berbeda. Perbedaan ini dilihat dari penekanan pada
setiap penjelasan yang dilakukan saat persiapan penelitian, pelaksanaan
penelitian, sampai hasil penelitian.
Pada bagian Pendahuluan disajikan kerangka berpikirmengenai
penelitian yang akan dilakukan. Kerangka berpikir ini dilengkapi denganlatar
belakang pentingnya dilakukan penelitian tesis ini yang dilengkapi dengan
beberapa hasil penelitian dan landasan teoretis yang mendukung pertanyaan
penelitian yang diteliti pada tesis ini, rumusan masalah yang dijabarkan
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, dan manfaat penelitian yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak seperti bermanfaat bagi guru
dan sekolah dalam memberikan alternatif pembelajaran yang memanfaatkan
potensi lokal dekat lingkungan sekolah, sertabagi peneliti lain yang ingin
mengkaji permasalahan serupa dengan fokus penelitian yang berbeda.
Pada bagian Tinjauan Pustaka berisi tentang kajian–kajian materi dan
landasan teoretis yang terkait dengan penelitian. Tinjauan Pustaka pada tesis
ini berisi tentang pembelajaran dengan metode field trip, keterampilan proses
sains, penguasaan konsep, sikap ilmiah, mangrove Cagar Alam Pulau Dua
dalam konsep pencemaran lingkungan, dan potensi mangrove Cagar Alam
Pulau Dua dalam pembelajaran biologi pada konsep pencemaran lingkungan.
Pada bagian Metodologi Penelitian berisi tentang metode penelitian
yang digunakan dalam mengambil dan mengolah data. Pada tesis ini
Metodologi Penelitian berisi desain dan prosedur penelitian dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan hingga tahap akhir pelaksanaan, jenis
instrumen yang digunakan dalam menjaring data, serta teknik analisis
instrumen.
Pada bagian Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian berisi tentang
penjabaran mengenai hasil temuan–temuan yang diperoleh selama penelitian.
Hasil penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah
dijabarkan dalam rumusan masalah pada bagian Pendahuluan. Hasil temuan
dianalisis dan dibahas secara komprehensif dalam pembahasan untuk
menjawab rumusan masalah utama. Pembahasan penelitian dilakukan dengan
mengaitkan hasil temuan yang diperoleh dengan landasan teori dan beberapa
hasil penelitian lain sejenis yang mendukung hasil temuan.
Pada bagian Kesimpulan berisi tentang inti dari hasil penelitian yang
dirangkum secara sistematis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Agar hasil penelitian berjalan dengan baik, peneliti dapat
menyampaikannya dalam bentuk saran agar pada penelitian serupa selanjutnya
Dwi Ratnasari, 2014
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu
(quasi eksperiment).Dalam racangan eksperimen semu subjek tidak dipilih
secara random seperti halnya pada eksperimen sesungguhnya, namun
kelompok kontrol tetap digunakan dalam penelitian.Pada penelitian digunakan
dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah metode field trip pada mangrove Cagar Alam Pulau Dua.
Variabel terikatnya adalah keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan
sikap ilmiah siswa.
B.Desain dan Prosedur Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The
Matching - Posttest Only - Control Group Design (Fraenkel, et al; 1993). Pada
desain menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol yang melakukan kegiatan
pembelajaran tentang pencemaran lingkungan di dalam kelas dan kelas yang
melakukan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan field trip yang
memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua.
Subjek penelitian dipilih tidak secara random, namun subjek yang
dipilih dalam keadaan sama (matching). Pada subjek penelitian tidak dilakukan
tes awal (pretest) karena kelas yang dipilih sudah homogen. Desain penelitian
dapat dilihat sebagai berikut,
Kelas Perlakuan Posttest
Eksperimen M X1 O
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Keterangan:
X1 : Perlakuan pembelajaran field trip pada Mangrove Cagar Alam Pulau Dua
X2 : Perlakuan pembelajaran di dalam kelas
O : posttest
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan melalui beberapa tahapan,
diantaranya adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan
serta analisis data.
a. Tahap Persiapan
Berikut ini merupakan tahap-tahap persiapan yang dilakukan dalam
penelitian:
1. Melakukan survey lokasi mangrove Cagar Alam Pulau Dua untuk melihat
kondisi lokasi dan menyesuaikan antara konten materi tentang pencemaran
lingkungan dengan keadaan Cagar Alam Pulau Dua.
2. Melakukan studi literatur mengenai konten materi, keterampilan proses
sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah.
3. Menyusun perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) dan instrumen
penelitian.
4. Melakukan validasi instrumen kepada dosen pembimbing dan pakar atau
dosen ahli dan melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan sebagai
alat pengumpulan data penilaian.
b. Tahap Pelaksanaan
Berikut ini merupakan tahap-tahap persiapan yang dilakukan dalam
penelitian.
1) Kelas Kontrol
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam kelas dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi
kelompok.
b) Memberikan tes akhir (posttest) kepada siswa untuk mengetahui
keterampilan proses sains, penguasaan konsep dan angket sikap
ilmiahsiswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
c) Memberikan angket kepada guru dan siswa untuk mendapatkan
gambaran mengenai tanggapannya terhadap pembelajaran yang
menggunakan metode ceramah di dalam kelas.
Rencana kegiatan pembelajaran pada kelas kontrol dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol
No Kegiatan Waktu
1 Guru memberikan pretest (tes awal) yang berkaitan dengan materi pencemaran lingkungan
Pertemuan ke-1 (07.00-07.30 WIB) 2 Guru memberi penjelasan tentang keseimbangan
lingkungan, berbagai jenis pencemaran, dan cara penanganan limbah
Pertemuan ke-1 (07.30-08.30 WIB)
3 Guru menjelaskan materi tentang contoh pencemaran yang terjadi pada ekosistem mangrove
Pertemuan ke-2 (10.30-11.30 WIB) 4 Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok untuk
mencari masalah pencemaran yang terjadi di lingkungan
Pertemuan ke-2 (11.30-12.00 WIB) 5 Guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan hasil
temuan
Pertemuan ke-3 (07.00-08.00 WIB) 6 Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Pertemuan ke-3
(08.00-08.30 WIB) 7 Siswa melanjutkan presentasi kelompok Pertemuan ke-4
(10.30-10.40 WIB) 8 Guru menyimpulkan hasil diskusi siswa Pertemuan ke-4
(10.40-10.50 WIB) 9 Siswa diberikan posttest (tes akhir) untuk mengetahui
keterampilan proses sains, penguasaan konsep dan angket sikap ilmiahsiswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran
Pertemuan ke-4 (10.50-11.50 WIB)
10 Guru dan siswa diberikan angket untuk mendapatkan gambaran mengenai tanggapannya terhadap pembelajaran yang menggunakan metode ceramah
Pertemuan ke-4 (11.50 – 12.10 WIB)
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a) Melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan mangrove Cagar
Alam Pulau Dua melalui field trip sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
b) Memberikan tes akhir (posttest) kepada siswa untuk mengetahui
keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan angket sikap ilmiah
siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
metode field trip.
c) Memberikan angket kepada guru dan siswa untuk mendapatkan
gambaran mengenai tanggapannya terhadap pembelajaran yang
menggunakan metode field trip yang memanfaatkan mangrove Cagar
Alam Pulau Dua.
Rencana kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dapat dilihat pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen
No Kegiatan Waktu
1 Guru memberikan pretest (tes awal) yang berkaitan dengan materi pencemaran lingkungan
Pertemuan ke-1 (08.00-08.30 WIB) 2 Guru memberi penjelasan tentang keseimbangan
lingkungan dan berbagai jenis pencemaran
Pertemuan ke-1 (08.30-09.30 WIB) 3 Guru menjelaskan materi tentang upaya penanganan
limbah dan cara daur ulang limbah
Pertemuan ke-2 (10.30-11.30 WIB) 4 Persiapan kegiatan field trip dengan pembagian
kelompok (5 kelompok) dan mengarahkan berbagai keperluan yang akan dibawa ke lokasi pengamatan
Pertemuan ke-3 (10.30-11.15 WIB)
5 Pemberian arah tentang prosedur lapangan ketika kegiatan field trip
Pertemuan ke-3 (11.15-12.00 WIB) 6 Pengecekan peserta, berdo’a dan keberangkatan field
trip mangrove Cagar Alam Pulau Dua
Pertemuan ke-4 (08.00-08.25 WIB) 7 Pengarahan ulang tentang prosedur lapangan
kegiatan field trip, siswa sudah dalam kelompoknya masing-masing
Pertemuan ke-4 (08.25-08.35 WIB)
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
arah dalam pulau bagian barat pulau, tiap kelompok menyebar dalam wilayah ini.
9 Kembali ke lokasi awal, istirahat dan makan Pertemuan ke-4 (10.35-11.00 WIB) 10 Mengerjakan tes akhir (posttest) keterampilan proses
sains, penguasaan konsep, dan angket sikap ilmiah.
Pertemuan ke-4 (11.00-12.00 WIB) 11 Memberikan angket tanggapan terhadap
pembelajaran yang menggunakan metode field tripkepada guru dan siswa
Pertemuan ke-4 (12.00-12.20 WIB)
12 Persiapan dan pulang Pertemuan ke-4
(12.20- 12.40 WIB)
c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Analisis Data Kualitatif
Data hasil observasi kegiatan siswa dalam bentuk kuantitatif dibandingkan
dengan skor maksimum untuk menarik kesimpulan kecenderungan aktivitas
siswa secara menyeluruh.
2) Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes akhir (posttest) untuk mengukur
keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa.
Analisis data kuantitatif dilakukan melalui uji normalitas, homogenitas dan
tahap menguji hipotesis penelitian.
a) Menganalisis Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa
Keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa dilihat
daripersentase jumlah skor siswa yang menjawab benar pada setiap
indikator yang diwakili oleh satu atau lebih butir soal. Penentuan persentase
keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa dilakukan dengan
membagi jumlah skor siswa yang menjawab benar dengan jumlah skor
maksimum butir soal kemudian dikalikan dengan seratus persen.
b) Menganalisis Sikap Ilmiah Siswa
Sikap ilmiah siswa dilihat dari jumlah item pernyataan positif dan negatif
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perhitungan skor sikap ilmiah dilakukan dengan menggunakan metode
suksesif interval (Method of Successive Interval atau MSI) untuk mengubah
data ordinal pada angket menjadi data interval.
c) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan sebagai prasyarat sebelum melakukan uji
statistik.Uji normalitas dilakukan terhadap tes akhir (posttest) pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas ini bertujuan untuk
mengetahui apakah data tes akhir keterampilan prosessains dan penguasaan
konsep berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Jika setelah
diuji hasilnya normal maka menggunakan uji parametrik. Kriteria
pengambilan keputusan yaitu signifikansi 0,05 maka data terdistribusi
normal dan signifikansi 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
d) Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians data kemampuan klasifikasi dilakukan untuk
mengetahui apakah varians data sama atau berbeda. Pengujian dilakukan
dengan SPSS 20 for Windows untuk menguji kesamaan varian antar
kelompok. Kriteria yang digunakan signifikansi 0,05 varian kelompok
data adalah berbeda dan signifikansi 0,05 varian kelompok sama.
Penerimaan homogenitas data didasarkan pada hipotesis berikut:
H0 : Data homogen
H1 : Data tidak homogen
e) Uji Korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan dua variable
bebas berdasarkan variable terikat. Pada penelitian ini yang akan dilihat
adalah hubungan penguasaan konsep siswa dengan keterampilan proses
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sains dengan sikap ilmiah siswa. Uji regresi dan korelasi dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 20 for Windows.
Berikut ini merupakan bagan alur penelitian dari tahap pendahuluan, tahap
pelaksanan, dan tahap akhir penelitian:
STUDI PENDAHULUAN
Perumusan Masalah dan Tujuan
Studi KPS, Penguasaan Konsep, dan Sikap Ilmiah Studi Metode
Field Trip
Survey Mangrove Cagar Alam Pulau Dua Analisis Potensi
Lokal
Analisis Konsep Bahan Ajar
Penyusunan Instrumen
Judgment, Revisi, dan Uji Coba Instrumen
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains,
penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa kelas X (sepuluh) SMA Negeri
AKota Serang, Banten. SMA Negeri A Kota Serang merupakan SMA yang
lokasinya dekat dengan ekosistem mangrove Cagar Alam Pulau Dua. Populasi
tersebut diambil satu kelas yang ditentukan secara purposive sampling.
D. Definisi Operasional
1. Pembelajaran dengan MetodeField Trip
Pembelajaran dengan metode field tripmerupakan cara penyampaian
materi pelajaran dengan membawa siswa ke luar kelas untuk melihat dan
mengamati secara langsung objek yang ada di lingkungan sekitar. Penggunaan
metode field tripmangrove Cagar Alam Pulau Dua dalam pembelajaran konsep
pencemaran lingkungan mampu mengembangkankompetensi hasil belajar.
Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan proses
sains, penguasaankonsep, dan sikap ilmiah siswa terhadap faktor-faktor
Bagan 3.2. Alur Penelitian
Pembelajaran di kelas Kontrol (Ceramah dan Diskusi) Pembelajaran di kelas
Eksperimen (Field Trip)
Posttest
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Kesimpulan
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyebab dan akibat yang terjadi pada pencemaran ekosistem mangrove dilihat
dari karakteristikhewan dan tumbuhan yang terdapat di dalamnya. Pengukuran
kemampuan tersebut dilakukan dengan memberikan tes berupa soal-soal
keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan angket sikap ilmiah.
2. Keterampilan Proses Sains (KPS)
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan menggunakan
pikiran atau proses berpikirdalam mencapai hasil belajar yang efektif. Tes
keterampilan proses sains diberikan pada siswa setelah dilakukan pembelajaran
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Skor dijaring dengan menggunakan
instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban
yang dibuat berdasarkan masing-masing indikator keterampilan proses sains.
Pertanyaan tes keterampilan proses sains siswa dibatasipada indikator
menafsirkan pengamatan (interpretasi), menyimpulkan (inferensi), meramalkan
(prediksi), berhipotesis, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.
3. Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam
mendefinisikan atau menjelaskan bahan pelajaran. Tes penguasaan konsep
diberikan pada siswa setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Tes penguasaan konsep yang diukur pada tingkat kognitif C2
(memahami). Skor dijaring dengan menggunakan instrumen tes tertulis berupa
soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.
4. Sikap Ilmiah Siswa
Sikap ilmiah merupakan kecenderungan tingkah laku seseorang dalam
merespon permasalahan-permasalahan ilmiah. Sikap ilmiah diamati dari skala
sikap siswa yang positif maupun negatif terhadap pembelajaran biologi.
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.Sikap ilmiah siswa
dijaring melalui angket yang berisi sejumlah pernyataan yang bersesuaian
dengan indikator sikap ilmiah danmenggunakan skala Likert. Skala tersebut
meliputi: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS).
E. Lokasi, Waktu, dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri 4 Kota Serang Banten,
semester genap dari bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Juni 2014.
F. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data penelitian dikembangkan sejumlah istrumen
penelitian, yaitu tes keterampilan proses sains, tes penguasaan konsep, angket
skala sikap, serta angket tanggapan guru dan siswa. Rancangan instrumen
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3
Tabel 3.3. Rancangan Instrumen Penelitian
No Data Jenis
Angket Untuk mengetahui tanggapan guru dan
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tes keterampilan proses sains dibuat dalam bentuk pilihan ganda
berjumlah 15 soal. Soal diuji coba terlebih dahulu sebelum digunakan pada
sekolah yang berbeda dengan tingkatan kelas yang sama untuk mengetahui
tingkat kesukaran, validitas, reliabilitas, dan daya pembedanya. Tes ini
digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa pada saat setelah
proses pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Soal dibuat berdasarkan
indikator-indikator keterampilan proses sains yang ingin diukur, yaitu
menafsirkan pengamatan (interpretasi), meramalkan (prediksi), berhipotesis,
menerapkan konsep, berkomunikasi dan menyimpulkan.
Skor untuk soal pilihan ganda apabila jawaban benar = 1 dan salah = 0.
Pada Tabel 3.4 disajikan pedoman penskoran untuk jawaban
Tabel 3.4.Panduan Skor Soal Keterampilan Proses Sains
No Jenis KPS Indikator Nomor c. Menemukan pola dari suatu
pengamatan
8, 11 2 x1
2. Berhipotesis b. Mengetahui adanya lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian
c. Menyadari bahwa perlu melakukan pengujian terhadap penjelasan yang ada, serta mengumpulkan lebih banyak bukti untuk memecahkan masalah
5, 15 2 x 1
3. Menyimpulkan a. Membuat penjelasan berdasarkan hasil pengamatan
b. Membedakan antara observasi dan kesimpulan
2, 3, 6, 7, 12
5 x 1
4. Meramalkan a) Menggunakan pola mengemukakan apa yang terjadi pada keadaan yang
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belum diamati
5. Berkomunikasi a) Menyusun dan menyampaikan laporan sistematis
b) Menjelaskan hasil penelitian c) Mendiskusikan hasil penelitian d) Menggambarkan data dengan grafik
14 1 x 1
c) Menerapkan konsep pada pengalaman baru
4, 9, 10 3 x 1
Jumlah 15 15
2. Tes Penguasaan Konsep
Tes penguasaan konsep dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Tes ini
digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa pada saat setelah proses
pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Soal dibuat berdasarkan
indikator-indikator penguasaan konsep yang ingin diukur, yaitu pada tingkat C2
(memahami).Skor untuk soal pilihan ganda apabila jawaban benar = 1 dan
salah = 0.
Tabel 3.5.Panduan Skor dan Soal Penguasaan Konsep Penguasaan
3. Tes Sikap Ilmiah Siswa
Skala sikap digunakan untuk menilai sikap ilmiah siswa setelah melalui
proses pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Sikap ilmiah yang
diharapkan muncul pada diri siswa setelah mengikuti pembelajaran ini adalah
tumbuhnya sikap ingin tahu, sikap respek terhadap fakta, sikap berpikir kritis,
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skala sikap diukur dari jawaban siswa yang dinyatakan dalam lima
macam kategori jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),tidak setuju (TS),
dan sangat tidak setuju (STS). Skala sikap ini diberikan pada siswa saat
dilakukannya tes akhir (postest). Tujuannya untuk mengetahui adanya
perubahan pada sikap ilmiah siswa setelah mengikuti pembelajaran biologi
dengan metode field trip. Pedoman penskoran untuk jawaban pernyataan pada
skala sikap yang diberikan siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.6. Pedoman Penskoran Pernyataan Sikap Ilmiah (Azwar, 2011)
Skor Pernyataan Bersifat Positif Pernyataan Bersifat Negatif
4 Sangat Setuju (SS) Sangat Tidak Setuju (STS)
3 Setuju (S) Tidak Setuju (TS)
2 Tidak Setuju (TS) Setuju (S)
1 Sangat Tidak Setuju (STS) Sangat Setuju (SS)
Tabel. 3.7. Skala Sikap Ilmiah Siswa
Indikator Skala Sikap Sifat
Pernyataan
Berpikir Kritis terhadap Lingkungan Sekitar
Positif 15, 17, 21 3 4
Negatif 8, 1
Indikator Skala Sikap Sifat
Pernyataan
Nomor Pernyataan
Jml Jml Pernyataan/
Indikator Berpikiran Terbuka dan
Bekerja sama
4. Angket Tanggapan Guru dan Siswa
Angket tanggapan guru biologi dan siswa digunakan untuk mengetahui
tanggapan guru dan siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pulau Dua. Angket tanggapan dinyatakan dalam dua kategori jawaban, yaitu ya
atau tidak yang disertai dengan alasan dari jawaban tersebut.
G.Teknik Analisis Instrumen
1. Validitas
Validitas sebuah tes bisa diraih apabila tes tersebut mampu mengukur apa
yang hendak diukur. Agar diperoleh data yang valid, instrumen yang
digunakan untuk mengevaluasi harus valid, dengan kata lain instrument
evaluasi dituntut untuk valid agar diperoleh data yang valid.
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil
pengalaman.Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis
dan validitas empiris.Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical
validity) dan yang kedua adalah validitas empiris (empirical validity). Dua hal
inilah yang dijadikan dasar pengelompokan validitas tes.
Salah satu contoh rumus yang dapat digunakan untuk mengetahui validitas
suatu instrumen adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan
oleh Pearson (Arikunto, 2009):
Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan
N = jumlah siswa
= jumlah perkalian x dengan y = kuadrat dari x
= kuadrat dari y
Hasil perhitungan kemudian dikategorikan ke dalam indeks validitas tes,
indeks validitas tersebut adalah menurut Arikunto (2009):
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria Validitas Instrumen Tes
Setelah dilakukan perhitungan dengan Anates versi 4.1.0 maka diperoleh
hasil validitas soal keterampilan proses sains siswa sebagai berikut.
Tabel 3.9. Rekapitulasi Validitas Butir Soal Tes Keterampilan Proses Sains
No. Interpretasi
Setelah dilakukan perhitungan dengan Anates versi 4.1.0 maka diperoleh hasil
validitas soal penguasaan konsep siswa sebagai berikut.
Tabel 3.10. Rekapitulasi Validitas Butir Soal Tes Penguasaan Konsep
No. Interpretasi
Reabilitas tes merupakan tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes,
yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang
ajeg, relatif tidak berubah walaupun diujicobakan pada situasi yang
berbeda-beda.
Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.Untuk menentukan reliabilitas
tes, dapat digunakan metode belah dua.Tes dicobakan satu kali. Hasil tes
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikorelasikan dan diperoleh reliabilitas separuh tes. Untuk mengetahui
reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:
rnn
Keterangan:
= besarnya koefisien reliabilitas sesudah tes tersebut n = berapa kali butir-butir soal itu ditambah
r = besarnya koefisien reliabilitas sebelum butir-butir soalnya ditambah
Tabel 3.11. Kriteria Reliabilitas Tes(Arikunto, 2009)
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan Anates versi
4.1.0 maka diperoleh reliabilitas tes keterampilan proses sains secara
keseluruhan dengan kategori tinggi yaitu sebesar 0,79. Untuk reliabilitas tes
penguasaan konsep masuk ke dalam kategori sangat tinggi yaitu sebesar
0,84.
3. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran suatu butir soal dalam
membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan
peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan
kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal,
semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang
menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang menguasai
kompetensi. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
Batasan Kategori
0,00 ≤ 0,20 sangat rendah
0,20 <r≤0,40 rendah 0,40 <r≤0,60 sedang
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DP = (WL- WH)
N Keterangan :
DP = daya pembeda
WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH = jumlah peserta yang gagal dari kelompok atas
N = 27 % x N
Tabel 3.12. Indeks Daya Pembeda
(Arikunto, 2009)
Setelah dilakukan perhitungan dengan uji Anates versi 4.1.0 maka
diperoleh indeks daya pembeda untuk setiap butir soal tes keterampilan
proses sains sebagai berikut.
Tabel. 3.13. Rekapitulasi Daya Pembeda Tes Keterampilan Proses Sains
No. Interpretasi Daya
Hasil uji Anates versi 4.1.0 maka diperoleh indeks daya pembeda
untuk setiap butir soal tes penguasaan konsep sebagai berikut.
Tabel. 3.14. Rekapitulasi Daya Pembeda Tes Penguasaan Konsep
No. Interpretasi Daya
Pembeda
Nomor Soal Jumlah
1. Sangat baik 4, 15, 17, 19, 20 5
Indeks Klasifikasi Interpretasi
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Baik 5, 8, 10, 13, 14 5
3. Cukup 7, 16 2
Jumlah 12
4. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa
besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat
kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal
tersebut baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula
terlalu mudah.
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif dapat
digunakan dengan menggunakan rumus tingkat kesukaran (TK), yaitu:
(WL + WH)
TK = ———————— x 100 %
(nL + nH) 10
Keterangan :
WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas
Hasil perhitungan kemudian dikategorikan ke dalam indeks
kesukaran, indeks tingkat kesukaran tersebut sebagai berikut.
Tabel 3.15. Indeks Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran (TK) 0,71 – 1,00 : mudah
0,30 – 0,70 : sedang 0,00 – 0,29 : sukar
(Arikunto, 2009)
Berdasarkan hasil uji dengan Anates versi 4.1.0 diperoleh bahwa
tingkat kesukaran tes keterampilan proses sains dapat dilihat pada Tabel
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel. 3.16. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Keterampilan Proses Sains No. Interpretasi Tingkat
Kesukaran
Nomor Soal Jumlah
1. Mudah 1 1
2. Sedang 4,6,7,8,11,12,14,19,23 9
3. Sukar 3,5,9,15,20 5
Jumlah 15
Berdasarkan hasil uji dengan Anates versi 4.1.0 diperoleh bahwa
tingkat kesukaran tes penguasaan konsep sebagai berikut.
Tabel. 3.17. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Penguasaan Konsep No. Interpretasi Tingkat
Kesukaran
Nomor Soal Jumlah
1. Mudah 14, 16 2
2. Sedang 4, 8, 13, 15, 17, 20 6
3. Sukar 5, 7, 10, 19 4
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Ekosistem mangrove Cagar Alam Pulau Dua merupakan salah satu
potensi lokal yang dapat dimanfaatkan oleh siswa sebagai sumber belajar
pada materi pencemaran lingkungan. Siswa dapat menjelajahi dan mengamati
secara langsung keadaan ekosistem mangrove yang masih alami dan tercemar
melalui kegiatan field trip.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pencemaran lingkungan melalui
kegiatan field trip mangrove Cagar Alam Pulau Dua memiliki keunggulan,
diantaranya pembelajaran memberikan pengalaman belajar langsung oleh
siswa sehingga siswa dapat memperkaya wawasan, kegiatan belajar lebih
menarik, tidak membosankan dan menimbulkan antusiasme siswa untuk lebih
giat belajar jika dibandingkan dengan kegiatan belajar yang hanya dilakukan
di dalam kelas. Selain itu, mangrove Cagar Alam Pulau Dua sebagai potensi
lokal yang berada di dekat lokasi sekolah sebagai sumber belajar bagi siswa
yang mudah, aman, dan terjangkau.
Berdasarkah hasil penelitian pemanfaatan mangrove Cagar Alam
Pulau Dua melalui kegiatan field trip dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah
siswa pada pembelajaran konsep pencemaran lingkungan dengan
memanfaatkan mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan
field trip lebih tinggi daripada kelas kontrol,
2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara penguasaan konsep
dengan keterampilan proses sains siswa,
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterampilan proses
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Terdapat hubungan antarindikator keterampilan proses sains dengan
penguasaan konsep siswa,
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pemanfaatan
mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip terhadap
keterampilan proses sains, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah siswa pada
konsep pencemaran lingkungan, maka disarankan Pertama, agar kegiatan
field trip ini juga harus diimbangi dengan kesesuaian tujuan belajar yang
dibuat oleh guru dengan ketercapaian yang akan dicapai siswa agar kegiatan
field trip berjalan efektif. Kedua, pembelajaran dengan kegiatan field trip
dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains, penguasaan
konsep, dan sikap ilmiah siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memperoleh pembelajaran dan pengalaman langsung bagi siswa.
Ketiga guru harus mempunyai observer agar segala aktivitas siswa dapat
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, B & Rustaman, N. (2011). Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam
Keterampilan Proses Sains dan Pengembangan Penilaiannya. Jurnal
Evaluasi Pendidikan. Uhamka, 2, (1), Juni 2011.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk
pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anwar, H. (2009). Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu, 2, (5), 1-12. [online] Tersedia:
http:// www.ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/article/view/593/544
Aqib, Z., & Rohmanto, E. (2007).Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah. Bandung: CV. YramaWidya.
Arikunto, S. (2009). Dasar-DasarEvaluasiPendidikan. Jakarta: BumiAksara
Astuti, R. (2012). Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses
Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa.Jurnal Inkuiri. ISSN: 2252-7893, 1, (1), 51-59.
Azwar, S. (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PustakaPelajar
Badan Standar Nasional Indonesia. (2005). Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Barlas, M. (2013). Biology Department and Science Education Students’
Environmental Sensitivity, Attitude and Behaviours.International Journal
on New Trends in Education and Their Implications. July 2013
Boeree, G. (2006). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Dariyanto. (1993). Media Visual untuk Pengajaran Teknik. Bandung: Tarsito
Departeman Kehutanan. (2002). Rencana Strategis Daerah Provinsi Banten 2002. Jakarta: Dephut. [online]. Tersedia:
www.dephut.go.id/Halaman/PDF/renstra02-06.pdf
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Startegi Pembelajaran dan
Pemilihannya. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional
Djamarah, S. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Djohar. (1990). Pendidikan Biologi Mengantarkan Manusia Berpengetahuan,
Berilmu dan Berpendidikan Menuju Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya. Simposium Nasional PendidikanBiologi ¨FPMIPA IKIP
Surabaya 20 Januari 1990.
Doran R., Chan, F, & Tamir, P. (1998).Science Educator: Guide to Assessment. Virginia: National Science Teachers Association.
Eaton, D. (2000). Cognitive and Affective Learning in Outdoor Education. Dissertation Abstracts International – Section A: Humanities and Social Sciences, 60, 10-A, 3595.
Fraenkel, J.R. & Wallen. (2011). How To Design and Evaluate Research in
Education. San Fransisco: Universitas San Fransisco
Fensham, Gunstone, & White (1994). Pedagogical Sequence and Teaching
Strategies Based on Cognitive Research. London: The Falmer Press.
Gokhale A., Brauchle P., and Machina, K. (2009). Development and Validation of
a Scale to Measure Attitudes Toward Science and Technology. Journal of
College Science Teaching.
Harahab, N. (2010). Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Harlen, W. (1992). Teaching of Science. London: David Fulton Publisher
Iskandar.(2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Leksono, S. M, & Rustaman, N.Y. (2012). Sikap Mahasiswa terhadap Scientific
Field Trips pada Perkuliahan Biologi Konservasi Berbasis Kearifan Lokal. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Marjono, M. (1996). Penilaian Sikap Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Mechling, K., Bires, N., Kepler, L., Oliver, D., & Smith, B.(1994). A
Recommended Science Competency Continuum for Grades K-6 for Pennsylvania Schools.[Online]. Tersedia:
http://www.scienceprocesstests.com/continuum.html.
Meiers, N. (2010). Designing Effective Field Trips at Zoos and Aquariums.A Literature Review
Meltzer, D. E. (2002).The Relationship Between Mathematics Prepationand Conceptual Learning Gain in Physics: Aposible “ Hidden Variable” in
Diagnostic Pretes Score. [Online]: Tersedia:
http:/www.physicseducation.net/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf. .[ 28Oktober 2013].
Mudhoffir. (1992). Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung: Remaja Karya.
Myers & Jones. (2004). Effective Use of Field Trips in EducationalProgramming:
A Three Stage Approach.Agricultural Education and Communication
Dwi Ratnasari, 2014
Analisis hubungan kompetensi siswa sma pada konsep pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan Mangrove Cagar Alam Pulau Dua melalui kegiatan field trip Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Natalina, M, Mahadi, I., & Suzane, A. (2013). Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing (guided inquiry)Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung.
Patrick, A. (2010). Effects of Field Studies on Learning Outcome in Biology.
Department of Science Education, Delta State University, Abraka, Nigeria. J Hum Ecol, 31(3): 171-177
Pitafi, A. (2012). Measurement of Scientific Attitude of Secondary School Students
in Pakistan. Academic Research International.2, (2), March 2012
Prawiladilaga, D.S (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Priyatno, D. (2009). SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariat. Yogyakarta: Gava Media
Prokop, Tuncer, & Kvasnic. (2007). Short-Term Effects of Field Programme on
Students’ Knowledgeand Attitude Toward Biology: a Slovak Experience.
Journal of Science Education and Technology, 16, (3), June 2007
Riyanto, E. (2013). Sikap Ilmiah sebagai Implementasi Pendidikan Karakter pada
Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar.[online]. Tersedia:
http//www.ikippgrimadiun.ac.id. diakses6 Januari 2014.7:50 WIB
Roestiyah, N.K. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.
Rop, C. A.Review of the literature on learning inSchoolyards and nearby
natural settings, 1980 to the Present. Associate Professor, Department of
Curriculum and InstructionFaculty Research Associate, The Urban Affairs Center. [online]. Tersedia:uac.utoledo.edu/.../close2home-litrev-
04.pdf. Diakses 6 Juli 2014, 15:45 WIB
Rustaman, N.Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.