• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM

PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh :

ZEPI KURNIAWAN

0807714

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengaruh Model Educational

Gymnastics Terhadap Peningkatan

Gerak Dasar Guling Depan dalam

Pembelajaran Senam Lantai

Oleh

Zepi Kurniawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Zepi Kurniawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

ZEPI KURNIAWAN 0807714

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM

PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Sucipto, M.Kes. NIP. 196106121987031002

Pembimbing II

Helmy Firmansyah, M.Pd. NIP. 197912282005011002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Zepi Kurniawan. Judul: Pengaruh Model Educational Gymnastics Terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan Dalam Pembelajaran Senam Lantai. Program Studi Pendidkan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Jurusan Pendidikan Olahraga. FPOK – UPI. Pembimbing I: Drs. Sucipto, M.Kes. Pembimbing II: HelmyFirmansyah, M.Pd.

Penelitian ini terfokus pada pembelajaran guling depan menggunakan Model Educational Gymnastics yang diduga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan gerak dasar guling depan.

Penelitian menggunakan metode Eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTS PERSIS 23 Cirengit. Sampel yang digunakan berjumlah 34 siswa dengan tekhnik pengambilan sampel mengacu pada Arikunto (1977:65), yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Instrumen penelitian menggunakan tes keterampilan, berupa Rating Scale (Schembri:1898).

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis dapat disimpulan bahwa model educational gymnastics berpengaruh signifikan terhadap peningkatan gerak dasar guling depan, dengan nilai tertinggi pada kelompok eksperimen uji wilcoxon sebesar 120 sedangkan hasil uji wilcoxon pada kelompok control sebesar 28, dengan Jtabel sebesar 35, dengan besar perbedaan sebesar 76,7%.

(5)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Zepi kurniawan. Title: Educational Gymnastics's Model influence to Base Stirred Step-up Front Rolling In Floors gymnastic Learning. Studi Pendidkan's program health Bodily and Recreation. Sporting Education majors. FPOK – UPI. I. counsellor: Drs. Sucipto, M. To s. Counsellor II.: HelmyFirmansyah, M. Pd.

This research is focussed on learning rolls front utilize preconceived Educational Gymnastics Model influential signifikan to base stirred step-up front rolling.

Research utilizes to methodic Experiment. Population in observational it is student braze VII MTS PERSIS 23 Cirengit. Sample that utilized by total 34 students with tekhnik sample take points on Arikunto (1977:65), which is exhaustive population was made by sample research. Instrument observationaling to utilize essays skill, as Rating Scale (Schembri:1898).

Base processing result and analisis that disimpulan can that model educational gymnastics having for signifikan to base stirred step-up front rolling, with supreme point on agglomerate experiment tests wilcoxon as big as 120 meanwhile yielding wilcoxon's quizs on agglomerate control as big as 28, with

Jtabel as big as 35, by outgrows distinctive as big as 76,7%.

(6)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Batasan Penelitian ... 9

F. Pengertian Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Hakikat belajar ... 12

2. Pembelajaran ... 13

a. Definisi Pembelajaran ... 13

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 14

1) Prinsip Perhatian dan Motivasi ... 15

2) Prinsip Keaktifan ... 16

3) Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman ... 17

4) Prinsip Pengulangan.………... 18

5) Prinsip Tantangan………...18

6) Prinsip Balikan dan Penguatan………...19

7) Prinsip Perbedaan Individual………....20

3. Hakikat dan Pengertian Senam ... 20

a. Perkembangan Senam……….... 20

b. Pengertian Senam………...21

c. Ciri-Ciri Senam……….. 22

4. Pembelajaran Guling Depan………. 23

a. Pendekatan Pola Gerak Dominan Guling Depan………....25

b. Macam-Macam Pola Gerak Dominan Guling Depan……….27

1) Gerak Berpindah Tempat (Locomotion)……… 27

2) Putaran………..28

3) Kelentukan (Flexibility)………...28

5. Pembelajaran Guling Depan Menggunakan Educational Gymnastics.29 a. Memperkenalkan Keterampilan………..29

(7)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

c. Keterampilan Inti……….... 31

d. Perluasan Keterampilan………. 32

e. Variasi………... 32

f. Rangkaian……….. .33

B. Anggapan Dasar ... 33

C. Hipotesis Penelitian... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Metode Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel ... 40

a. Populasi... 40

b. Sampel ... 40

C. Desain dan Langkah-Langkah Penelitian ... 41

1. Desain Penelitian ... 41

2. Langkah-Langkah Penelitian ... 42

3. Definisi Operasional ... 44

4. Instrumen Penelitian ... 45

5. Tekhnik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Deskripsi Data ... 51

B. Analisis Data... 51

1. Uji Normalitas……….51

2. Uji Hipotesis………...52

C. Diskusi Penemuan………..53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(8)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga terpilih yang bertujuan meningkatkan kebugaran jasmani, kemampuan motorik dan secara tidak langsung dapat menumbuhkan niai-nilai sportifitas, kerja sama serta nilai-nilai kehidupan lainnya. Ateng (1983), mengemukakan “pendidikan jasmani merupakan bagian intergrasi dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional.” Sedangkan menurut menpora (1984) mengemukakan bahwa:

“Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun anggota masyaakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningktan kemampuan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak.”

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan perilaku hidup sehat serta menumbuhkan nilai-nilai positif yang terkandung didalamnya. Hal ini senada dengan pendapat Mahendra (2008:21) bahwa, “pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.

(9)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kondusif bagi seluruh siswa. Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dapat disajikan guru pendidikan jasmani melalui berbagai permainan yang beranekaragam sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006) salah satu tujuan standar kompetensi materi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah “mempraktikan senam dasar atau senam lantai serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya”. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut sesuai dengan yang sudah digariskan oleh kurikulum, tidak ada cara lain kecuali siswa harus aktif dan mengalami sendiri pelaksanaan tugas-tugas gerak yang diberikan. Guru berfungsi untuk merencanakan tugas ajar tersebut dan membimbing siswa dalam pembelajaran.

Sejalan dengan pendapat Adam dan Dickey (Hamalik 2005) bahwa „peran guru

sesungguhnya sangat luas, meliputi sebagai pengajar, sebagai pembimbing, sebagai ilmuan dan sebagai pribadi‟.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka peran guru sebagai pendidik sangatlah penting dan strategis dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Dimulai dari merencanakan, menjalankan hingga mengevaluasi pembelajaran. Semakin giat siswa melaksanakan tugas gerak yang diberikan oleh guru, maka semakin besar kemungkinannya tujuan pembelajaran akan tercapai.

Senam merupakan suatu bentuk latihan tubuh yang dilakukan secara sistematis pada lantai atau pada alat yang dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, dan kontrol tubuh serta menanamkan nilai-nilai spiritual. Menurut Mahendra (2008:7) “senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak”. Hal tersebut dapat dilihat dari gerakan-gerakannya yang menuntut kemampuan fisik yang kompleks, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh.

(10)

3

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh”.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa senam merupakan bentuk latihan berupa aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar dan terencana dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, daya tahan, kekuatan dan kemampuan mengontrol tubuh serta peningkatan kualitas fisik dan untuk mengembangkan pribadi secara harmonis.

Aktivitas pembelajaran yang diberikan dalam pengajaran pendidikan jasmani khususnya dalam pembelajaran senam lantai harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik. Selain dapat mengurangi faktor ketakutan yang ada pada diri siswa, juga akan mendorong siswa untuk aktif mencoba dan berlatih, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sejalan dengan pendapat Ruhiyat (2009:168) mengungkapkan bahwa “belajar adalah melebihi daya-daya dengan pengulangan, agar setiap daya yang dimiliki manusia dapat terarah sehingga lebih peka dan berkembang”. Hal ini menunjukkan bahwa semakin giat siswa melakukan pengulangan terhadap apa yang dipelajarinya, maka akan semakin peka dan berkembang keterampilan tersebut pada diri anak.

(11)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa juga masih banyak yang merasa ketakutan dan mengeluh kesulitan melakukan tugas gerak yang diberikan, terutama putri Hal ini mengakibatkan motivasi siswa untuk melakukan latihan gerak menjadi berkurang. Kejadian tersebut cenderung dikarenakan proses pembelajaran yang diberikan guru masih bersifat tradisional. Selain itu, tugas gerak yang harus dilakukan dianggap terlalu sulit karena siswa dituntut langsung untuk melakukan tugas gerak atau keterampilan gerak yang diberikan, hal ini menyebabkan siswa merasa kecewa karena ketidakberhasilan melakukan tugas gerak yang dilakukannya. Hal tersebut mengakibatkan siswa beranggapan bahwa pembelajaran senam merupakan pembelajaran yang kurang menyenangkan atau membosankan.

Pembalajaran senam lantai di sekolah dalam pelajaran pendidikan jasmani pada hakikatnya hampir sama dengan pembelajaran lainnya, seperti sepakbola, bolavoli, bolabasket dan sebagainya. Hal yang membedakannya adalah dalam pembelajaran senam lantai, gerakan-gerakan yang harus dikuasai siswa sangat khas dan alat-alat yang digunakan beranekaragam. Hal ini menyebabkan siswa merasa asing terhadap pembelajaran senam lantai. Sehingga terkadang ditemui ada anak yang merasa tertantang dan antusias menjalani pembelajaran, serta ada juga anak yang merasa takut dan tidak mau mengikuti pembelajaran. Hal inilah yang harus menjadi fokus perhatian semua guru pendidikan jasmani ketika melangsungkan pembelajaran senam lantai.

Guling depan merupakan gerakan berpindah tempat yang unik, karena dilakukan dengan cara menggulingkan badan ke dapan dan menggunakan bagian tubuh yang berbeda pada saat kontak dengan lantai. Lebih lanjut Mahendra (2007:211), mengartikan guling depan sebagai “gerak berguling yang halus dengan menggunakan bagian tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, dimulai dari kedua kaki, ke kedua tangan, ke tengkuk, lalu ke bahu, ke punggung, pinggang dan pantat, sebelum akhirnya ke kaki kembali”.

(12)

5

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inilah yang harus diajarkan terlebih dahulu kepada siswa, sehingga siswa terbiasa dengan sikap menggulingkan badan.

Untuk mengusung niat pengajaran senam yang menyenangkan, tentu perlu diimplementasikan melalui pemilihan model pengajaran yang tepat. Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga tidak membosankan dan anak akan lebih semangat dalam menjalani proses pembelajaran. Selain itu, seorang guru juga harus benar-benar dapat memilih suatu model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam proses belajar mengajarnya. Sejauh ini ada berbagai model yang dikenal dalam pengajaran dan pelatihan senam yang diantaranya adalah model pengelompokan keterampilan formal, model tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, model pola gerak dominan (PGD) dan model educational gymnastics.

Berbagai strategi, model dan pendekatan pembelajaran senam lantai telah diperkenalkan untuk mengatasi keadaan tersebut, Salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan non-formal dengan tujuan agar pembelajaran senam lantai tidak terlalu menakutkan baik bagi siswa maupun bagi guru.

Dalam modul senam artistik, teori dan metode pembelajaran senam yang ditulis oleh Mahendra, penulis menemukan sebuah strategi dan pedekatan baru yang dikenalkan oleh Mace dan Benn (Mahendra 2008:85) yang disebutnya sebagai model Educational Gymnastics.

Model ini terdiri dari enam tahapan pembelajaran, yaitu, (1) memperkenalkan keterampilan, (2) kegiatan orientasi, (3) kegiatan inti, (4) perluasan keterampilan, (5) variasi dan (6) rangkaian, dimana setiap tahapannya diisi oleh tema pembelajaran yang berbeda.

1. Memperkenalkan Keterampilan

(13)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meberikan konse verbal atau imaginatif tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan yang akan dipelajari”.

Berdasarkan pendapat tersebut, baik secara visual maupun verbal, keduanya sangat penting dan harus mendukung maksud dari tahapan ini, yaitu memberikan konsep dan gambaran yang jelas tentang materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Orientasi

Pada tahap ini guru mengarahkan kesiapan anak yang bersifat perilaku atau gerak, dengan cara memperkenalkan keterampilan yang akan dipelajari setahap demi setahap. Dalam tahap ini guru memberikan tugas gerak tertentu pada siswa untuk dipelajari secara praktek, berupa bagian-bagian atau inti gerakan yang telah disederhanakan. Tujuannya adalah agar siswa lebih mudah menguasai bagian gerakan tersebut. Secara tegas Mace dan Benn (mahendra 2001: 113), menjelaskan bahwa:

fungsi dari kegiatan orientasi adalah untuk merangsang dan membiasakan perasaan anak pada pengalaman gerak yang akan ditemui, dan karenanya akan menghilangkan perasaan-perasaan disorientasi yang dihasilkan dari arah dan posisi tubuh yang baru dari keterampilan itu.

Berdasarkan pendapat tersebut, tahapan kegiatan orientasi ini sangat penting dilakukan dan harus mendapatkan penekanan serta alokasi waktu yang lebih banyak, agar pembentukan image gerak dalam tubuh siswa semakin mantap dan konsisten.

3. Keterampilan Inti

Tahap berikutnya setelah tahap orientasi adalah melatih gerakan inti dari materi yang sesungguhnya secara kompleks dan keseluruhan. Inilah yang disebut sebagai tahap pembelajaran kegiatan inti. Menurut Mahendra (2008:88) “Ciri yang paling mencolok dari tahap ini adalah mayoritas siswa sudah mulai mencoba menampilkan keterampilan yang dipelajari secara utuh, walaupun masih dengan bantuan temannya sendiri atau guru”.

(14)

7

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masih belum memungkinkan untuk naik ke tahap ini, maka mereka hendaknya diberi kesempatan untuk memperpanjang kegiatan orientasinya sampai mereka siap untuk mengikuti tahap keterampilan inti.

4. Perluasan Keterampilan

Ketika keterampilan inti telah dikuasai, tugas guru selanjutnya adalah menciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan dalam lingkungan yang lebih menantang. Misalnya melakukan guling depan dengan posisi awalan sikap pesawat terbang, posisi satu kaki lurus, satu kaki bengkok dan posisi akhir mendarat satu kaki dan kembali ke sikap pesawat terbang. Atau melakukan gerakan guling depan di atas bangku.

Mengenai tahapan perluasan keterampilan ini, Mahendra (2008:89) menjelaskan bahwa “pada tahap ini murid diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan yang baru dikuasainya pada kondisi yang berbeda”. Berdasarkan hal tersebut, Intinya, pada tahapan ini guru memberikan tantangan kepada siswa untuk mencoba keterampilan yang sudah dikuasai pada kondisi dan lingkungan pelaksanaan yang berbeda dan lebih menantang. Contohnya, siswa ditantang untuk melakukan keterampilan baling-baling diatas bangku panjang atau di atas balok keseimbangan.

5. Variasi

Tahap selanjutnya adalah menantang dan melatih kreativitas siswa dengan meminta mereka untuk memvariasikan gerakan yang sudah dikuasai supaya terlihat berbeda. Mahendra (2008:89) menjelaskan bahwa “pada tahap ini anak harus dibuat sadar bahwa keterampilan yang dikuasainya bisa ditampilkan dengan cara yang berbeda”.

(15)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Misalnya, gerakan guling depan, posisi awalnya bisa divariasikan dengan cara mengangkat satu kaki, kemudian diakhiri dengan mengambil sikap akhir split depan, split samping atau berakhir pada posisi duduk “V” dan lain sebagainya. 6. Rangkaian

Merangkaikan adalah tahap akhir dari pendekatan educational gymnastics ini. Tahap ini bertujuan untuk merangkaikan keterampilan yang sudah dipelajari menjadi satu rangkaian latihan. Menurut mahendra (2008:90), menjelaskan bahwa

Idealnya ketika satu gerakan dengan gerakan lain dirangkaikan, maka secara keseluruhan rangkaian itu mengandung nilai tambah yang berbeda dari pada dilaksanakan sendiri-sendiri. Bisa jadi rangkaian itu bisa lebih bernilai dalam hal keindahannya, dalam hal kemudahannya, atau dalam hal kepaduannya.

Berdasarkan pendapat tersebut, suatu keterampilan bisa digabungkan dengan posisi tubuh tertentu atau dengan pola gerak lain seperti lompat putar, lompat kangkang, lompat jongkok, lompat guling dan lain-lain.

Dalam kaitannya dengan pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar pendidikan jasmani, penulis sekaligus peneliti ingin menerapkan metode tersebut dalam proses pembelajaran guling depan terhadap siswa kelas VII di SMPN Pamungpeuk, Kabupaten Bandung. Dalam metode ini guru tidak langsung mengajarkan gerakan inti guling depan, tetapi guru harus memperkenalkan keterampilan guling depan, kemudian memberikan kegiatan orientasi yang mendasari keterampilan tersebut, dan guru hanya tinggal memilih sejumlah kecil kunci keterampilan yang mendasari keterampilan guling depan yang akan di pelajari siswa.

(16)

9

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Rumusan Maslah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah, “apakah model educational gymnastics berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai?”

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang di uraikan di atas, secara umum tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah model educational gymnastics berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai.

2. Untuk mengetahui perbedaan model educational gymnastics dengan kelompok kontrol secara keseluruhan.

D.Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat penelitian bagi sekolah, dengan penelitian ini diharapkan bisa memberikan tambahan informasi dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Manfaat bagi guru pendidikan jasmani, dengan penelitian ini diharapkan guru pendidikan jasmani semakin berinovasi, memberdayakan diri untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani serta menambah masukan tentang alternative pembelajaran sehingga dapat memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalitas guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

(17)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E.Batasan Penelitian

Untuk menghindari timbulnya penafsiran-penafsiran yang luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah yang berkenaan dengan pengaruh model educational gymnastics terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai, sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Pamungpeuk, kabupaten Bandung. 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 2 Pamungpeuk,

kabupaten Bandung dan sampelnya adalah siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 2 Pamungpeuk, kabupaten Bandung.

3. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh model educational gymnastics terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai.

4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen.

5. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model educational gymnastics, sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai.

F. Pengertian Istilah

Terdapat beberapa istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang keliru, maka perlu ada penjelasan isilah-istilah tersebut. Adapun penjelasan terhadap isilah-istilah-isilah-istilah yang digunakan adalah sebagai berikut:

(18)

11

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Model educational gymnastics merupakan serangkaian episode dalam pembelajaran senam lantai yang terdiri dari 6 tahapan kegiatan, dimana setiap tahapannya menggunakan tema pembelajaran yang berbeda. Tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut: (a) memperkenalkan keterampilan, (b) kegiatan orientasi, (c) keterampilan inti, (d) perluasan ketermpilan, (e) variasi dan (f) rangkaian. (Mahendra 2008:85)

3. Senam merupakan aktivitas fisik atau latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan sadar dan berencana, disusun secara sistematis sesuai dengan tata urutan gerak dengan tujuan membentuk rangkaian gerak artistik yang menarik dan mengembangkan pribadi secara harmonis. (Mahendra: 2001:7)

(19)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada cara-cara ilmiah. Pada dasarnya penelitian merupakan proses pencarian pemecahan masalah yang ditemukan. Pencarian pemecahan masalah tersebut dilakukan secara sistematis dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Dalam suatu penelitian diperlukan pemilihan metode yang tepat dan sesuai sehingga dapat membantu mengungkapkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data.

Menurut Sanjaya (Taufik 2010:13), menjelaskan bahwa metode adalah “a

way in achieving something”. Lebih lanjut Sugiyono (2009:3) menegaskan bahwa

“metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Sedangkan menurut Surakhmad (1990:131) metode penelitian yaitu:

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidik serta situasi penyelidikan.

(20)

39

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini dipertegas oleh Nazir (2005:84) mengemukakan bahwa penelitian adalah “Suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.” Jadi dalam setiap penelitian dibutuhkan metode yang ilmiah, sebagai alat untuk memecahkan masalah yang akan diteliti.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari tindakan tertentu yang diberikan kepada sampel penelitian. Menurut Surakhmad (1980:149), bahwa:

Eksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil. hasil itu yang akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diseidiki. Tujuan bereksperimen bukanlah pada pengumpulan deskripsi data melainkan penemuan faktor-faktor akibat.

Menurut Sugiyono (2010:72) metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai, “Metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakukan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Selanjutnya dijelaskan oleh Arikunto (2007:207), bahwa ”penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik”. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat.

Sedangkan Siregar (2004:56) yang dikutip oleh Ahmad (2011:47) menjelaskan, bahwa “Penelitian eksperimen adalah penelitian langsung yang dilakukan terhadap suatu objek untuk menentukan pengaruh suatu variabel terhadap variabel tertentu dengan pengontrolan yang ketat.” Dari beberapa pendapat para ahli dia atas dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian dengan tujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan sebab akibat dari variabel-variabel yang akan di teliti. Mengenai tujuan penelitian eksperimen dijelaskan oleh Nazir (2005:64) adalah, “Untuk menyelidiki ada

(21)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh model educational gymnastics terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai.

B.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari obyek atau subyek yang akan diteliti oleh penulis. Populasi juga dapat diartikan sebagai subjek atau objek yang memiliki ciri tertentu yang dijadikan objek penelitian. Menurut Sudjana (1992:6) “populasi adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif atau kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”. Populasi tidak terbatas hanya pada sekumpulan orang atau suatu kumpulan benda yang diteliti saja, akan tetapi mencakup keseluruhan sifat dan karakteristik yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan kumpulan subyek, obyek sebagai bahan penulis yang tidak identik pada jumlah benda atau individu yang diteliti, karena populasi dapat ditetapkan pada satu subyek/individu yang memiliki karakteristik didalamnya seperti disiplin, keterampilan dan lain-lain. Hal ini ditegaskan oleh Sugiono (2009:117), menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri Atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, intinya, dalam suatu penelitian harus ada populasi yang di jadikan sebagai objek penelitian. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII di MTS Persis 23 Cireungit Kabupaten Bandung.

2. Sampel Penelitian

(22)

41

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diteliti, maka sampel juga dapat diartikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dikarenakan jumlah populasi di tempat penulis melakukan penelitian berjumlah kurang dari 100 dan dapat dikategorikan sebagai populasi kecil, maka untuk menentukan jumlah atau ukuran sampelnya, penulis mengacu pada pernyataan yang dikemukakan oleh Arikunto (1977:65), bahwa “…untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi…” Berdasarkan fakta mengenai jumlah populasi di sekolah yang penulis jadikan tempat penelitian dan berdasarkan pada pendapat diatas, maka seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.

C.Desain dan Langkah-Langkah Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sutu bentuk, rencana, atau gambaran penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis. Untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal, pemilihan desain ini harus sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Mengenai desain penelitian, Nasution (2004: 40) menyatakan bahwa, “Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian“. Adapun fungsi dari desain penelitian menurut Sudjana dan Ibrahim (1989: 31) adalah, “memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi yang dituntut oleh hipotesis penelitian, serta memungkinkan penelitian membuat intrepretasi dari hasil studi melalui analisis dan secara statistika”. Atas dasar hal tersebut, maka desain dalam penelitian ini menggunakan Pretes-Posttes Control Group Design, yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain Penelitian Pretes-Posttes Control Group

(23)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

R1 : Kelompok eksperimen R2 : Kelompok kontrol

01 : Pretest kelompok eksperimen X : Perlakuan/treatment

02 : Posttest kelompok eksperimen 03 : Pretest kelompok kontrol 04 : Posttest kelompok kontrol 2. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini diperlukan agar penulis dapat melaksanakan proses penelitian dengan lebih terstruktur dan sistematis, sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan alur penelitian serta tidak keluar dari ketentuan yang telah ditetapkan. Mengenai langkah-langkah penelitian, Gay (1996:91-98) yang dikutip oleh Herdiana (2009:38-39) menjelaskan, bahwa “Umumnya langkah penelitian diawali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan metode penelitian, analisis dan interpretasi data, penarikan kesimpulan, implikasi dan saran.” Adapun langkah-langkah penelitian yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menentukan masalah

b. Merumuskan dan mengidentifikasi masalah sebagai langkah awal penelitian c. Menentukan tujuan penelitian

d. Merumuskan hipotesis berdasarkan masalah yang telah dirumuskan

e. Memberikan batasan penelitian dengan tujuan agar pelaksanaan penelitian tidak terlalu luas

f. Merumuskan kerangka teori untuk memudahkan mencari sumber-sumber kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian.

g. Pengambilan data dan menganalisis secara ilmiah h. Pengambilan kesimpulan

(24)

43

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara skematis, langkah penelitian tersebut tersusun dalam gambar berikut:

Gambar 3.2

Langkah-langkah Penelitian

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Perlakuan

Tes Awal Tes Awal

Menentukan Masalah

Merumuskan Masalah

Hipotesis

Populasi

Sampel

Tes

Tes Akhir Tes Akhir

Pengumpulan Data

Analisi Data

Kesimpulan

(25)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D.Definisi Operasional Variabel

Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah sering kali berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan kekeliruan dan mengaburkan pengertian. Untuk menghindari penasiran dalam penulisan judul dan isinya penulis menggunakan beberapa istilah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Model Educational Gymnastics menurut Mace dan Benn dalam Mahendra (2008:85) merupakan serangkaian episode dalam pembelajaran senam lantai yang terdiri dari 6 tahapan kegiatan, dimana setiap tahapannya menggunakan tema pembelajaran yang berbeda. Tahapan pembelajarannya adalah sebagai berikut: (a) memperkenalkan keterampilan, (b) kegiatan orientasi, (c) keterampilan inti, (d) perluasan ketermpilan, (e) variasi dan (f) rangkaian. 2. Pembelajaran menurut Ruhimat (2009:162), merupakan terjemahan dari bahasa

inggris yaitu Instructions, yang terdiri dari dua kegiatan utama yaitu, belajar (learning) dan mengajar (teaching), kemudian kedua kegiatan tersebut disatukan dalam satu aktivitas yaitu kegiatan belajar-mengajar yang selanjutnya popular dikenal dengan istilah pembelajaran (instructions).

3. Gerak dasar menurut M. Furqon, (2002: 30) terkategorikan ke dalam (a) gerak dasar non-lokomotor; yakni gerak yang dilakukan di tempat atau tidak berpindah tempat. (b) gerak dasar lokomotor; adalah gerak yang dilakukan dengan berpindah tempat, dan (c) gerak dasar manipulatif; adalah gerak untuk bertindak melakukan suatu bentuk gerak dari anggota tubuh secara lebih trampil.

4. Guling depan menurut Mahendra (2007:211), mengartikan sebagai “gerak berguling yang halus dengan menggunakan bagian tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, dimulai dari kedua kaki, ke kedua tangan, ke tengkuk, lalu ke bahu, ke punggung, pinggang dan pantat, sebelum akhirnya ke kaki kembali”.

(26)

45

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E.Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam penelitian ini, maka diperlukan alat ukur yang relevan dengan apa yang hendak diukur. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Nurhasanah (1994:02), bahwa “suatu tes dikatakan sahih apabila tes dapat mengukur apa yang hendak diukur”.

Berdasarkan pendapat tersebut, instrumen penelitian atau alat ukur merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan penelitian, karena tanpa instrumen penelitian atau alat ukur penulis tidak akan bisa mendapatkan data yang diharapkan dari suatu obyek atau subyek yang akan diteliti. Nurhasanah (2000:23), mengemukakan bahwa “dalam suatu proses pengukuran diperlukan alat ukur”.

Instrumen penelitian ini, selain berfungsi sebagai alat ukur juga berberfungsi sebagai alat penilaian terhadap hasil kerja siswa selama proses tindakan berlangsung. Dengan tekhnik penilaian ini dapat dihasilkan data berupa data kuantitatif mengenai perkembangan hasil belajar siswa selama proses penelitian. Dengan tekhnik penilaian ini, juga dapat terlihat dengan jelas kesesuaian antara model educational gymnastics yang digunakan sebagai perlakuan (treatment) terhadapa hasil belajar siswa.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yang terdiri dari variabel bebas yaitu model educational gymnastics dan variabel terikat yaitu hasil belajar siswa, sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan instrument untuk mendapatkan data yaitu tes keterampilan guling depan.

(27)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Pretest.

Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan awal peserta sebelum pelaksanaan pembelajaran guling depan dengan menggunakan model Educational Gymnastics. Hasil pretest akan digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada pembelajaran guling depan.

b. Posttest

Posttest digunakan untuk mengukur kemampuan akhir siswa dan membandingkan peningkatan keterampilan guling depan pada kelompok eksperimen sesudah pelaksanaan perlakuan pembelajaraan di kedua kelompok pada pemahaman teknik dasar keterampilan guling depan. Tes yang dilakukan pada posttes sama dengan tes yang dilakukan pada pretest.

Format tes penilaian yang penulis gunakan dalam penelitian merujuk pada skala penilaian yang dikemukanan oleh Schembri (1989: 16) yaitu

Tabel 3.1 Skala Penilaian

Rating Scale

Skor Characteristics

5 Performed with completed assurance and control. Exellent techniqun and form. Fluid movement

4

Very good. Minor errors of form and position. Ndeviation from text.

Good control.

3 Good. Essential features demonstrated performance looked safe, even though minor error of form were present.

2 Uncontrolled. Poor form and technique. Deviations from the requirements of the written text.

(28)

47

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

Skor 5 : Pelaksanaan sempurna dan terkontrol. Teknik dan bentuk sempurna. Gerakan lancar.

Skor 4 : Sangat baik. Kesalahan bentuk dan posisi yang kecil. Tidak ada pelanggaran dari ketentuan.

Skor 3 : Baik, hal-hal yang pokok tertampilkan. Peragaan terlihat aman, sekalipun terlihat kesalahan-kesalahan bentuk yang kecil.

Skor 2 : Tidak terkontrol. Bentuk dan teknik jelek banyak kesalahan dari ketentuan yang tertulis.

Skor 1 : Tak dapat dikenali karena pelaksanaan salah atau hilang. Tidak aman.

F. Tekhnik Analisis Data

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, pada saat data sudah terkumpul maka langkah selanjutnya yaitu dengan menganalisis data tersebut melalui pendekatan statistika. Adapun pengertian statistika menurut Nurhasan adalah suatu cara untuk mengatur data yang belum teratur menjadi teratur, mengolah dan menganalisis data serta memberikan arti atau makan dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Adapun urutan langkah-langkah dalam pengolahan data pada penelitian ini, sebagai berikut:

1. Menghitung skor rata-rata menggunakan rumus:

� = �� �

Keterangan:

(29)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

n : Jumlah sampel

� − � 2

: Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Menghitung uji normalitas dengan pendekatan uji Liliefors.

a. Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari nilai pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.

b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z-skor yaitu:

= � − �

c. Untuk tiap baku angka tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal baku (tabel distribusi Z). kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi). d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat

kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e. Hitung selisih antara F (zi) – S (zi) dan tentukan harga mutlaknya.

f. Ambil harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada dan berilah symbol Lo.

g. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah nilai L.

h. Bandingkan nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui diterima atau ditolak hipotesisnya dengan criteria :

- Terima Ho jika Lo <L α = Normal - Tolak Ho jika Lo > L α = Tidak Normal 4. Menghitung homogenitas dengan rumus:

� = � � � � �

� � � � � �

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel

distribusi dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05.

(30)

49

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= � 1− � 2 perhitungan dengan statistik non parametrik yaitu dengan menggunakan uji wilcoxon.

1. Uji Wilcoxon

Uji wilcoxon ini untuk mengetahui uji masing-masing perkembangan kelompok gaya mengajar resiprokal dan komando, dengan ketentuan jika J dari hasil perhitungan lebih besar atau sama dengan J daftar berdasarkan taraf nyata ⍺ = 0,01 atau taraf nyata ⍺ = 0,05 yang telah dipilih sebelumnya, maka tolak Ho jika

J dari perhitungan lebih kecil atau sama dengan JTabel dan hal lainnya Hi diterima.

Uji wilcoxon ini dilakukan dengan cara:

a. Beri nomor urut untuk setiap harga mutlak selisih (Xi-Yi). Harga mutlak yang terkecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga mutlak selisih berikutnya diberi nomor urut 2, dan akhrinya harga mutlak terbesar diberi nomor urut n. Jika terdapat selisih yang harga mutlaknya sama besar, untuk nomor urut diambil rata-ratanya.

(31)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Hitunglah jumlah nomor urut yang bertanda positif dan juga jumlah nomor urut yang bertanda negatif.

(32)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penghitungan, pengolahan dan analisis data, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa model educational gymnastics memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai, dengan nilai tertinggi pada kelompok eksperimen uji wilcoxon sebesar 120 sedangkan hasil uji wilcoxon pada kelompok kontrol sebesar 28, dengan Jtabel sebesar 35, dengan besar perbedaan

sebesar 76,7%.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran penjas terutama mengenai penguasaan keterampilan suatu gerakan yang sifatnya kompleks seperti keterampilan guling depan sebaiknya di ajarkan dengan model educational gymnastics karena didalam proses pembelajarannya menggunakan sistem bertahap dari mulai memperkenalkan keterampilan sampai dengan rangkaian. Hal ini akan mempermudah siswa dalam memahami dan menguasai keterampilan guling depan.

2. Dengan penelitian ini penulis menyarankan agar guru pendidikan jasmani semakin berinovasi, memberdayakan diri untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani serta menambah masukan tentang alternative pembelajaran sehingga dapat memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalitas guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

(33)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran educational gymnastics memberikan hasil yang lebih baik dan signifikan.

(34)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 58

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Abduljabar. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK-UPI Bandung.

Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimiati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Emzir. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Rajagrafindo Persada. Hidayat, Imam. (1996). Senam. Bandung: FPOK-IKIP Bandung

Lutan, R, dkk. (2008). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesi. BW. Design

Mahendra, A. (2009). Asas-asas Falsafah Pendidikan Jasmani Bandung: FPOK Universitas Pebdidikan Indonesia.

Mahendra, Agus. (2001). Pembelajaran Senam. Jakarta: direktorat Jendral Olahraga.

Mahendra, Agus. (2008). Senam Artistik. Bandung: FPOK-UPI Bandung.

Munandar. (1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia.

Ruhimat, T., et. al. (2009). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Schembri, Gene (1983). Gym Skills. Dingley Vic: The Australian Gymnastics Federation Inc.

Sudjana. (1992). Metode Stastistika. Bandung. Tarsito Bandung.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

(35)

Anita Nurul FauziaH,2014

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SUMBER LAIN http://pikmen.blogspot.com/

http://www.scribd.com/doc/58435845/Doc

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI Press.

Gambar

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian
Tabel 3.1  Skala Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, tujuan utama dari penelitian yaitu untuk memperoleh data yang lebih rinci mengenai

faktor sosial yang berpengaruh terhadap curahan tenaga kerja istri dalam usahatani. kubis adalah luas lahan, umur, pengalaman bertani dan

DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR.

Pengukuran efektifitas mesin injection molding dapat dilakukan dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness untuk mencegah terjadi 6 kerugian besar (Six Big

[r]

anak korban bencana menurut Konvensi Hak-Hak Anak dan

Pengertian asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah, bahwa dalam suatu. tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu peneliti ingin melihat gambaran apa adanya tentang suasana proses belajar mengajar yang