PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR
KETERAMPILAN PASSING BAWAH BOLAVOLI DI SMPN 2 LEUWIGOONG GARUT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi sebagai Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Olahraga Rekreasi
Oleh:
Iwa Siswandi
0900826
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Perbandingan Model Pembelajaran
Cooperative Learning dan Model
Pembelajaran Langsung Terhadap
Hasil Belajar Keterampilan Passing
Bawah Bolavoli di SMPN 2
Leuwigoong Garut
Oleh Iwa Siswandi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Iwa Siswandi 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
November 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Iwa Siswandi
0900826
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR
KETERAMPILAN PASSING BAWAH BOLAVOLI DI SMPN 2 LEUWIGOONG GARUT
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH,
Pembimbing I
Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd. NIP. 196807071992032001
Pembimbing II
Carsiwan, M.Pd. NIP.197101052002121001
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
ABSTRAK
Iwa Siswandi (2013). Perbandingan Model Pembelajaran Cooperative Learning Dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Passing Bawah Bolavoli DI SMPN 2 Leuwigoong Garut. Skripsi Program Studi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga. FPOK –UPI.
Proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah pada umumnya menggunakan beberapa model pembelajaran, namun dua model yang sekarang akan diteliti yaitu model cooperative learning dan model pembelajaran langsung. Model cooperative learning meningkatkan interaksi antara para siswa, memberi mereka suatu dasar yang dibagi bersama dari keanggotaan kelompok, melibatkan mereka di dalam aktivitas yang menyenangkan bersama-sama, dan mempunyai mereka berkerja secara kelompok-kelompok kecil dan model langsung dimana pengarahan terpusat pada guru dengan jelas dan guru secara langsung memberikan pola pembelajaran secara terstruktur.
ABSTRACT
Iwa siswandi (2013) Comparison of Learning Model of Cooperative Learning and Direct Learning Model Learning Outcomes Under Vollyball Passing Skills In SMPN 2 Leuwigoong Garut. This Paper Is Sumbmitted Is Are Of Rexuments. PJKR- FPOK- UPI
This learning proses of physical education at school used several model of learning. But the model that will generally be students are model cooperative learning and direct learning model. Model cooperative learning improve the interaction between the studens, give them a shared basis of group membership, Inovlue them in fun activitas together, and they work in small group next. Direct model focuses on teacher- centered with a clear instruction and teacher directly provide a structured learning pattern.
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH………. i
PERNYATAAN………. iv
ABSTRAK………. v
KATA PENGANTAR……….. vi
DAFTAR ISI……….. vii
DAFTAR TABEL………. x
DAFTAR GAMBAR………. xi
DAFTAR LAMPIRAN……… xii BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. Rumusan Masalah ……… 4
C. Tujuan Penelitian ………. 5
D. Manfaat Penelitian ………. 5
E. Batasan Masalah……….. 5
F. Definisi Oprasional……….. 6
G. Anggapan Dasar……….. 7
H. Hipotesis……….. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 10
A. Model Pembelajaran ……….. 10
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning………... 13
1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Learning………... 14
3. Tujuan Pembelajaran Cooperative learning………. 19
4. Kelebihan dan Keterbatasan Model Cooperative learning…... 21
C. Model Pembelajaran Langsung……….. 22
1. Ciri-ciri Model Pembelajaran Langsung………. 23
2. Karakteristik Model Pembelajaran Langsung……….. 25
3. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung....26
4. Hakikat Pembelajaran BolaVoli………... 27.
5. Prinsip-prinsip Pembelajaran BolaVoli………... 28
6. Konsep-konsep Pembelajaran BolaVoli……….. 28
7. Teknik Dasar Permainan BolaVoli……….. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ………. 31
B. Desain penelitian………... 31
C. Populasi……….. 34
D. Sampel……… 34
E. Instrumen Penelitian……….. 35
F. Pelaksanaan……… 36
G. Prosedur Pengolahan Data……… 38
H. Teknik Analisis Data………. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data dan Analisis Data ……… 41
B. Diskusi Penemuan ……… 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 50
B. Saran ………. 50
LAMPIRAN………... 53
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan nilai Rata-rata simpangan Baku……… 41
Tabel 4.2 Hasil pengujian Uji Normalitas Tes Awal Kedua Kelompok 43
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Tes akhir Kedua Kelompok…………. 43
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Dua varians Data Gain kedua Kelompok 44
Tabel 4.5 Hasil Uji signifikan Kedua Kelompok………... 45
Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikan Perbedaan peningkatan Kedua Bentuk
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Desain Penelitian ………... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Berita Acara Penelitian………... 53
Lampiran B Jadwal Penelitian……….. 54
Lampiran C Latihan Program………. ... 55
Lampiran D Lampiraan Laporaan Penelitian Photo……….. .. 67
Lampiran E Pengolahan Analisis Data………. 73
Lampiran F Surat Keputusan……….. 88
Lampiran G Surat Izin Penelitian……….. 92
Lampiran H Surat keterangan telah mengadakan penelitian………… 93
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar untuk
meningkatkan kualitas manusia seutuhnya. Disadari atau tidak pendidikan telah
membuat perubahan terhadap perkembangan bangsa, baik dalam bidang ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Seluruh warga Indonesia memiliki hak dan
kedudukan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan
UUD 1945 Pasal 30 Ayat 1 yang berbunyi “ Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.” Secara ringkas pendidikan pada
hakekatnya memberikan pengaruh secara sengaja dan dilakukan dengan sadar
untuk mengembangkan kepribadian jasmani dan rohani individu agar mencapai
tingkat yang lebih tinggi dan menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 yaitu
“...untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.” Maka tiap institusi penyelenggara pendidikan harus mampu
memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas, sehingga tujuan nasional
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terealisasi secara komperehensif.
Pencapaian tujuan tersebut diwujudkan salah satunya melalui penyajian ragam
mata pelajaran yang sesuai kebutuhan peserta didik.
Guru yang baik adalah guru yang mampu menyampaikan informasi
pembelajaran secara baik agar siswa dapat mengerti dan memahami apa yang
disampaikan guru dalam proses pembelajaran, dan untuk dapat menyampaikan
2
materi pembelajaran supaya tujuan dapat tercapai, salah satu caranya adalah
melalui penerapan model-model pembelajaran. Dalam pembelajaran penjas di
kenal banyak model-model pembelajaran antara lain model cooperative learning
dan model langsung.
Model Pembelajaran Cooperative Learning berajak dari dasar
pemikiran”getting better together”, yang menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa
untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta
keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di
masyarakat. Melalui model pembelajaran cooperative learning, siswa bukan hanya
belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran,
melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai
kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.
Pembelajaran Cooperative merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa berkerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama (Eggen& Kauchak, 1996:279) dalam Juliantine, dkk (2011:52).
Pembelajaran Cooperative disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi dan belajar sama-sama, siswa yang berbeda berlatar
belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative siswa berperan ganda yaitu
sebagai siswa dan juga sebagai guru. Dengan berkerja secara kolaboratif untuk
mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan
berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi
kehidupan di luar sekolah.
Sedangkan model pembelajaran langsung menurut (Arend, 1997) dalam
Juliantine, dkk (2011:31) salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus
3
deklaratif dan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan bertahap selangkah demi selangkah.
Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk
memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori
perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu
yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk
berhasil dalam mengajarkan tugas sangat positif. Dengan demikian, model
pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar
terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai
penyampaian informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan
berbagai media, misalnya, film, tape recorder, gambar, peragaan, dsb. Informasi
yang dapat di sampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan
procedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana sesuatu dapat berupa fakta,
konsep, prinsip, atau generalisasi.
Dengan demikian pembelajaran langsung dapat didefenisikan sebagai
model pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau
keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada
tujuan dan di strukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru
menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu. (Gerten,
Taylor & Graves, 1999) dalam Juliantine, dkk (2011:31).
Dari penjelasan di atas maka dapat disampaikan bahwa yang dimaksud
dengan model pembelajaran langsung adalah:
1. Menyampaikan materi/informasi secara langsung dan bertahap untuk
4
2. Suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah
demi selangkah.
3. Suatu pendekatan mengajar yang direncanakan khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang terstruktur dengan baik yang diajarkan dengan pola
yang bertahap.
4. Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997) dalam Juliantine,
dkk (2011:31). Yang dimaksud pengetahuan deklaratif (dapat diungkap
dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan
pengetahuan procedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
Pendidikan jasmani memiliki berbagai macam aktifitas gerak yang
terkandung didalamnya, salah satunya adalah permainan bolavoli, Bolavoli adalah
salah satu materi ajar dalam penjas yang terdiri dari beberapa unsur yaitu
diantaranya lari, lompat dan keduanya berhubungan dengan aktifitas fisik. Dalam
permainan bolavoli dimulai dari servis dan penerimaan servis. Ketika siswa tidak
bisa memainkan dua keterampilan, yaitu servis dan penerimaan bolavoli maka
permainan tidak akan terjadi. Oleh karena itu dalam penelitian menulis
memfokuskan pada keterampilan penguasaan gerak dasar teknik passing bawah.
Mengacu kepada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penulis ingin meneliti tentang “ Perbandingan Model Pembelajaran Cooperative
Learning dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar
Keterampilan Passing Bawah Dalam Pembelajaran Bolavoli Di SMPN 2
Leuwigoong Garut”.
5
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang
masalah, maka permasalahan dapat diidentifikasi yakni:
1. Bagaimana pengaruh model cooperative learning terhadap hasil belajar
keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut?
2. Bagaimana pengaruh model langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing
bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut?
3. Bagaimana perbandingan antara model cooperative learning dengan model
pembelajaran langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah
bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut?
C. Tujuan Penelitian
Dalam peneliti ini, tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran cooperative learning
terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2
Leuwigoong Garut.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran langsung terhadap
hasil belajar keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.
3. Untuk mengetahui perbandingan antara model cooperative learning dan model
pembelajaran langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah
bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.
D. Manfaat Penelitian
Jika tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang dapat dirasakan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan
pengajaran dalam penyampaian materi pembelajaran permainan bolavoli pada
6
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan masukan bagi
guru pendidikan jasmani/guru untuk menyampaikan materi pembelajaran
permainan bolavoli sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik
E. Batasan Masalah
Agar penelitian ini memperoleh sasaran yang sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, maka perlu adanya pembatasan masalah tentang pembatasan masalah
ini, berpedoman dari latar belakang diatas, serta untuk menghindari timbulnya
penafsiran yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka
batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa
besar perbandingan yang diberikan pada pembelajaran cooperative learning dan
model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah
dalam pembelajaran bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.
Yang menjadi variabel ini sebagai berikut:
a. Variabel bebas : Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menyebabkan sebuah perubahan, variabel bebas dan penelitian ini adalah:
b. Variabel terikat: Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi,
dalam hal variabel terikatnya adalah hasil belajar keterampilan ketika
menerima passing bawah.
2. Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 9- A dan 9- B di SMPN 2 Leuwigoong Garut yang berjumlah 80 orang.
3. Instrumen untuk mengukur hasil belajar keterampilan passing bawah digunakan
alat ukur berupa penguasaan gerak teknik dasar passing bawah (Nurhasan
182-183) tes penguasaan gerak teknik dasar passing bawah.
F. Definisi Operasional
1. Model Cooperative Learning Yuda (2007) dalam Juliantine, dkk (2011:58)
7
berfungsi untuk potensi dan membagi-bagi ide pada anak untuk melakukan
kegiatan dalam bentuk kelompoknya dan sikap bertangung jawab terhadap dirinya
sendiri. Maksud dalam penelitian ini adalah model cooperative learning bukan
hanya menitik beratkan pada proses kerja kelompoknya saja, melainkan pada
strukturnya.
2. Model Langsung Arends (1997) dalam Juliantine, dkk (2011:31) Pembelajaran
langsung salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Maksud dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran langsung di mana guru mentransformasikan informasi atau
keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada
tujuan dan distruktur oleh guru.
3. Keterampilan Passing bawah Teknik dasar keterampilan passing bawah
bolavoli dapat terkuasai, apabila dilaksanakan melalui kegiatan latihan dengan
menerapkan berbagai bentuk variasi latihan. Latihan “passing bawah’’ berguna
untuk menerima bola servis dan serangan spike lawan bermain, contoh
bentuk-bentuk latihan adalah (1) Latihan Passing bawah ke dinding tembok dan lantai, (2)
Latihan passing bawah dari sikap duduk dan lemparan teman, ke dinding tembok,
(3) Latihan passing bawah dari bola pukulan teman latihan dan pantulan dinding
tembok, (4) Latihan passing bawah dari bola teman latihan, (5) Latihan passing
bawah untuk menerima bola dari pukulan servis dari teman latihan.
G. Anggapan Dasar
Sebagai upaya menentukan titik tolak yang memperkuat dan memberikan
dukungan terhadap indentifikasi masalah peneliti ini, maka menulis menetapkan
beberapa anggapan dasar.
Setiap model pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan.
8
menentukan bahwa guru pendidikan jasmani tidak akan dapat memperhatikan dan
memberi pengarahan secara intensif kepada setiap siswa, salah satu kelebihan dari
model pembelajaran langsung adalah siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan
pembelajaran secara jelas, waktu untuk berbagai kegiatan pembelajaran dapat
dikontrol dengan ketat. Sehingga dalam pembelajaran bolavoli dengan
menerapkan model pembelajaran langsung ini akan memberikan pengaruh
terutama dalam hasil belajar keterampilan passing bawah karena melalui model
pembelajaran langsung ini, siswa-siswi bisa melakukan dengan mencatat atau
mengamati gerakan yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran passing
bawah. Sehingga diharapkan melalui proses mencatat, mengamati apa yang
dicontohkan oleh guru serta siswa melakukan gerakan seperti apa yang mereka
lihat dapat membantu siswa untuk memahami dan terampil dalam mempelajari
passing bawah.
Selain mengulas tentang kelebihan pada model langsung, penulis akan
memaparkan kelebihan yang dimiliki oleh model cooperative learning jika
diterapkan dalam pembelajaran bolavoli. Dalam model cooperative learning ini
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa berkerja secara
berkolaboratif untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran bolavoli.
Maka dalam pembelajaran keterampilan passing bawah siswa-siswi membuat
kelompok-kelompok dalam pembelajaran passing bawah dengan membentuknya
sebuah kelompok maka pembelajaran keterampilan passing bawah akan
terstruktur sehingga terciptalah pembelajaran yang kondusif dalam pembelajaran
bolavoli
Dari pemaparan diatas, model pembelajaran langsung dan model
pembelajaran cooperative learning merupakan kedua model yang dapat
diimplikasikan oleh para penjas dalam setiap kegiatan pembelajaran bolavoli. Dan
dapat meningkatkan hasil belajar. Kedua model pembelajaran tersebut disesuaikan
9
Namun dari kedua model tersebut, penulis berasumsi bahwa model
cooperative memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan
model langsung
Dalam proses pembelajaran dengan model cooperative learning ini
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berfungsi untuk menggali
potensi dan membagi-bagi ide pada anak untuk melakukan kegiatan dan bentuk
kelompoknya dan juga sikap bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Adapun
kelebihan dari model cooperative learning menurut Metzler (2000:178) dalam
Sugih (2012:28) di antaranya :
a. Dengan model cooperative learning maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasakan terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas.
b. Pembelajaran cooperative untuk menyelesaikan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.
c. Pembelajaran cooperative memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.
Dari pemaparan di atas dapat kita tarik kesimpulan bagaimana sistem
pembelajaran yang diterapkan dalam model pembelajaran cooperative learning,
dimana setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu pada saat
pembelajaran bolavoli. Hal ini saya yang menjadi landasan penulis untuk
mengungkapkan bahwa model cooperative memberikan pengaruh yang lebih
signifikan dibandingkan dengan model langsung terhadap hasil belajar passing
bawah dalam pembelajaran bolavoli.
H. Hipotesis
Hasil suatu penelitian hakekatnya adalah hasil suatu jawaban atas
pernyataan penelitian yang telah dirumuskan di dalam proses penelitian untuk
mengarahkan kepada hasil penelitian itu maka di dalam perencanan penelitian
10
Hipotesis menurut pengertianya adalah dugaan atau jawaban sementara
dari suatu masalah yang akan diteliti, berdasarkan latar belakang masalah dalam
penelitian ini penulis memiliki hipotesis sebagai berikut :
1. Model cooperative learning memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.
2. Model pembelajaran langsung memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong
Garut.
3. Model cooperative learning memberikan pengaruh yang lebih signifikan di
badingkan model langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Mengenai metode ini Nazir (2005:63) dalam Maulina (2011:56)
menjelaskan, „„eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan dimana
kondisi tersebut diatur dan di buat oleh peneliti.‟‟ Metode eksperimen sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil.
Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian
eksperimen yaitu mencoba sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari
suatu perlakuan atau treatment. Disamping itu penulis ingin mengetahui pengaruh
variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Jadi dalam metode eksperimen harus
ada faktor yang dicobakan, Dalam hal ini faktor yang akan dicobakan dan
merupakan variabel bebas adalah model pembelajaran cooperative learning dan model pembelajaran langsung untuk diketahui pengaruhnya terhadap hasil belajar
keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.
B. Desain Penelitian
Menurut Nazir (2005) dalam Maulina (2011:56) desain penelitian adalah
„„semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.‟‟ Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam desain. Penggunaan desain
tersebut disesuikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang diinginkan.
Penulis menggunakan desain Pres-tes Post-tes desain sebagai desain
penelitianya. Dalam desain penelitian ini sampel diperoleh menggunakan teknik
pengambilan random atau secara acak dari populasi. Pengambilan sampel tersebut
32
disediakan dalam kotak, isi kotak tersebut terdapat dua lembar kertas yang telah
diberi tanda hitam dan sisanya hanya kertas kosong. Setelah semua siswa
mengambil kertas pada kotak tersebut. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas
yang didalamnya bertanda hitam maka dia yang akan menjadi sampel dalam
penelitian ini.
Setelah sampel terkumpul kemudian diadakan tes awal atau pre-tes. Tes
awal disini berfungsi untuk mengukur sejauh mana keterampilan pemain bolavoli
yang di kuasai siswa sebelum diberikan treatment, selain itu dalam tahap tes awal
ini siswa akan diberikan rengking, mulai dari rengking satu sampai rengking
akhir. Lalu sampel dibagi rata menggunakan sytem zig-zag secara rengking yang
telah didapat dari hasil tes awal yang telah dilakukan. Kemudian siswa dibagi
menjadi dua kelompok, kelompok A pembelajaran bolavoli menggunakan model
cooperative learning, dan kelompok B pembelajaran bolavoli menggunakan model langsung. Kemudian setiap kelompok diberikan treatment atau perlakuan
sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Setelah masa perlakuan berakhir
maka penelitian melakukan tes akhir atau pos-tes. Setelah data tes awal dan tes
akhir terkumpul maka data tersebut diolah, disusun dan di analisis secara statistik.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui prestasi atau hasil perlakuan. Selanjutnya
untuk mengetahui signifikansi perbedaan peningkatan hasil latihan yang
dilakukan uji signifikansi perbedaan peningkatan hasil pembelajaran.
Maka desain penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
E1 O1 X1 O2
E2 O3 X2 O4
Gambar 3.1
33
Keterangan:
E1 adalah kelompok eksperimen 1
E2 adalah kelompok eksperimen 2
O1 dan O3 adalah tes awal
X1 adalah pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative learning.
X2 adalah pembelajaran dengan menggunakan model langsung.
O2 dan O4 adalah tes akhir
Adapun langkah-langkah penelitian penulis mendeskripsikan dalam
bentuk sebagai berikut:
Langkah langkah penelitian
Gambar 3.2 SAMPEL
TES AWAL : PENGUASAAN GERAK DASAR PASSING BAWAH
KELOMPOK B
PEMBELAJARAN BOLA VOLI MENGGUNAKAN MODEL LANGSUNG
KELOMPOK A
PEMBELAJARAN BOLAVOLI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
TES AKHIR : PENGUASAAN DASAR PASSING BAWAH
PENGOLAHAN DATA
34
C. Populasi
Untuk memecahkan suatu masalah penelitian diperlukan sumber data
dan pada umumnya sumber data itu disebut populasi dan sampel penelitian.
Setiap penelitian memerlukan sejumlah objek yang akan diteliti, populasi
merupakan sumber data yang sangat penting. Populasi memegang peran
penting dalam suatu penelitian. Karena populasi merupakan keseluruhan
sumber data atau objek yang akan diteliti. Seperti yang dijelaskan oleh
Arikunto (1997) dalam Maulina (2011:60) menjelaskan :
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan peneliti populasi.
Selain itu, menurut Sudjana (1993) dalam Maulina mengatakan
Totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya dinamakan populasi.Adapun sebagai yang diambil dari populasi disebut sampel.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai populasi. Maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa populasi merupakan suatu keseluruhan atau totalitas dari
sekumpulan objek peneliti, baik benda hidup, manusia, benda mati, atau berupa
gejala maupun peristiwa-peristiwa yang dijadikan sebagai sumber data yang
35
dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 9 SMPN 2
Leuwigoong Garut yang berjumlah 80 siswa.
D. Sampel
Sampel menurut Ibrahim dan Sudjana (2004) bahwa: „„Sampel adalah
sebagai dari populasi yang memiliki sifat yang sama dengan populasi”.
Sedangkan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) bahwa “Jika kita
hanya akan meneliti sebagai dari populasi, maka penelitian tersebut disebut
penelitian sampel. Sampel adalah sebagai atau wakil populasi yang
diteliti.”Mengingat terbatasnya waktu, tenaga, dan biaya, maka penulis
mengambil sebagai dari populasi atau sampel menggunakan teknik
pengambilan random sebanyak 20 siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes
keterampilan bermain bolavoli menggunakan cara skor penguasaan gerak teknik
dasar bolavoli. Adapun bentuk tes keterampilan bolavoli yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah tes keterampilan penguasaan teknik dasar passing
bawah bolavoli Nurhasan (2013:182-183) bentuk tesnya adalah sebagai berikut :
Bentuk tes dan pemberian skor tes keterampilan bermain bolavoli dengan cara semua sampel bermain bolavoli kemudian diberi skor sesuai penampilannya dalam bermain, adapun penilainya adalah sebagai berikut:
Instrumen Penilaian Penguasaan Gerak Dasar Passing Bawah Bolavoli
Tahapan
gerak
No Kriteria Penilaian SKOR
1 2 3 4
Persiapan 1
2.
Posisi kaki dibuka selebar bahu dengan jari tangan
tergenggam.
Membentuk landasan penerimaan bola dengan kedua
36
Kedua siku lurus dan kedua lengan sejajar.
Kedua lutut ditekuk posisi badan ditahan agak rendah
Pandangan kedepan kearah bola.
Menerima bola di depan badan dengan memindahkan
kaki sedikit kedepan.
Jari tangan tetap tergenggam dan memperhatikan
bola pada saat menyentuh lengan.
Kedua lengan bergerak dan mengikuti kearah
sasaran.
Memperhatikan bola kearah sasaran.
Bola bergerak kearah sasaran.
Nilai Proses (Jumlah Skor Siswa)
Skor Maksimal 40
Kriteria Normal Penilaian Passing Bawah BolaVoli
Presentase Renta Skor Nilai Produk Passing Bawah
80-100 32-40 Baik sekali
Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan di lapangan olahraga
SMPN 2 Leuwigoong Garut, dilaksanakan selama 1 bulan. Dan penelitian
37
oleh karena itu penulis melalui penelitian selama 12 kali pertemuan. Dengan 12
kali pertemuan yang dilakukan dalam frekuensi 3 kali pertemuan dalam seminggu
untuk frekuensi latihan pembelajaran mengacu pada pendapat Harsono (1988:194)
dalam Riyan (2012:61) „„Sebaiknya latihan dilakukan tiga kali dalam seminggu.’’
Setiap minggu pembelajaran di lakukan sebanyak 3 kali di SMPN 2 Leuwigoong
Garut. Pada hari senin, rabu, jumatpukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 17.00
WIB. Mengenai hal ini penulis mengacu pada Bompa (1991:86) dalam Riyan
yang menyatakan: „„During this time athleties should trening 3-5 time for week depending on their of development in athietes.’’ Maksudunya adalah atlet perlu berlatih 3-5 kali dalam seminggu tergantung dari tingkat kebutuhanya sebagai
atlet dalam olahraga.
Pembelajaran yang dilakukan terdiri dari bagian yaitu pemanasan/
pembukaan, inti materi, pendinginan. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Pemanasan / pembukaan
Sebelum melakukan materi inti dari kegiatan pembelajaran dari kegiatan
pembelajaran, peneliti yang bertindak sebagai guru menjelaskan materi apa yang
akan di bahas pada setiap pertemuan, serta indicator apa saja yang hendak dicapai.
Setelah penjelasan dari guru subjek diintruksikan untuk melakukan pemanasaan.
Siswa harus melakukan peregangan pada bagian-bagian tubuh yang akan
digunakan dalam pembelajaran, tidak mengalami cedera saat bermain. Cara
terbaik untuk meningkatkan kelenturan tubuh adalah dengan meregangkan otot
dan menahannya selama 5-8 detik. Peregangan yang baik dapat ditandai, yaitu bila
dapat meraskan otot meregang pada bagian tangan, punggung, leher, dan kaki.
2. Inti materi
Materi inti dalam setiap kegiatan pembelajaran diberikan kepada siswa
sesuai dengan rencana pengajaran pembelajaran yang disusun sebelumnya. Materi
38
yaitu passing bawah.
3. Pendinginaan
Ketika aktifitas bermain bolavoli berakhir, subjek juga harus melakukan
pendinginan.Tindakan ini berguna untuk melakukan detak jantung dan
meregangkan otot yang telah banyak dipergunakan selama bermain. Pada
pendinginan ini sebaiknya dibantu oleh temankarena perlu adanya peregangan
otot yang maksimal, biasanya pelatih menyerahkan untuk melakukan streaching
pasif. Setelah itu diadakan evaluasi dan diskusi hasil kegiatan pembelajaran
tersebut.
G.Prosedur Pengolahan Data
Setelah data dari tes awal dan tes akhir terkumpul, langkah selanjutnya
adalah mengolah dan menganalisis data tersebut dengan statistik. Langkah-
langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur menggunakan
rumus dari Sudjana (2001:242-446) sebagai berikut:
1). Menghitung skor rata-rata kelompok sampel menggunakan rumus sebagai
berikut
̅ =
Arti dari tanda –tanda dalam rumus tersebut adalah
̅= skor rata-rata yang dicari
= jumlah nilai data
n = jumlah sampel
2). Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut:
39
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah
S = simpangan baku yang dicari
n = jumlah sampel
∑ ̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3). Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan liliefors.
Prosedur yang digunakan sebagai berikut :
̅
a. (x dan S masing- masing merupakan rata-rata simpangan baku dari sampel)
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F ( Z1) = P ( ZZ1).
c. Selanjutnya menggunakan porsi hitung Jika proporsi ini
dinyatakan S (Zi), maka:
S(Zi) =
d. Mengitung selisih F (Zi- S (Zi) Kemudian tentukan harga mutlaknya
e. Ambil harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk
menolak atau menerima hypothesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang
diambil dari daftar untuk taraf nyata yang dipilih.
Kriteria adalah : tolak hipotesis nol jika Lo diperoleh dari data
pengamatan melebihi Lo dari daftar table. Dalam hal lainnya nol diterima.
4). Menguji homogenitas. Menggunakan α rumus sebagai berikut :
40
Kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika F hitung lebih kecil dari f table
distribusi dengan derajat kebebasaan = (v1,V2) dengan taraf nyata ( ) = 0.01
5). Untuk menguji hipotesis satu pihak dengan menggunakan rumus :
=
̅ ̅ √
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah :
S = simpangan baku
= jumlah sampel kelompok 1
= jumlah sampel kelompok 2
̅̅̅= rata-rata kelompok 1
̅̅̅= rata-rata kelompok 2
Uji t kriteria pengujianya adalah tolak hipotesis, jika t >t 1-α. Untuk harga
lainya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,95 dengan derajat
kebebasan (dk) = (n1+n2-2).
H. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
kesamaan dua rata-rata satu pihak atau uji t arah ( Sudjana, 1992:242) yang lebih
dahulu dilakukan satu pihak atau uji persyaratan analisis. Uji persyaratan analisis
yang digunakan adalah uji normalitas populasi dengan uji liliefors (Sudjana,
1992:466) dan uji homogenitas populasi dengan uji kesamaan dua variasi (
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Beradasarkan hasil penelitian yang telah didapat dari berbagai sumber dan
data yang telah diolah secara ilmiah menggunakan hasil penghitungan statistik, maka
dapat beberapa kesimpulan:
1. Model pembelajaran cooperative learning memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah bolavoli siswa SMPN
2 Leuwigoong Garut.
2. Model pembelajaran langsung memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar keterampilan passing bawah bolavoli siswa SMPN 2 Leuwigoong
Garut.
3. Model pembelajaran cooperative learning memberikan pengaruh yang
signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran langsung terhadap
hasil belajar keterampilan passing bawah bolvoli siswa SMPN 2
Leuwigoong Garut.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang
akan penulis sampaikan sebagai masukan dan saran sebagai berikut.
1. Kepada para guru pendidkan jasmani, hasil penelitian membuktikan bahwa
penerapan model cooperative learning memberikan pengaruh yang signifikan
dibandingkan dengan model pembelajaran langsung terhadap peningkatan
hasil belajar keterampilan passing bawah bolavoli, sehingga penulis
menyerahkan untuk menggunakan model pembelajaran cooperative learning
51
2. Kepada rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang
pendekatan model pembelajaran cooperative learning, penulis menganjurkan
untuk mencari variabel dan sampel penelitian yang lebih relevan demi
kemajuan ilmu pendidikan khususnya bidang keilmuan pendidkan jasmani.
3. Perlu di adakan publikasi penggunaan model pendekataan cooperative
learning kepada para guru penjas dan orang-orang yang terkait dengan dunia
pendidikan.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan,
semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya serta menjadi sumbangsih
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar B dan Kusumah D J (2010) Modul Aplikasi Statistik Dalam Penjas, Bandung. FPOK UPI.
Abduljabar.(2009) Manajemen Pendidikan Jasmani Dan Olahraga.FPOK UPI.
Afnil Guza. SS. (2003) Badan Hukum Pendidikan Dan Sistem Pendidikan Nasional.
Maulina (2011) Perbandingan Model Pembelajaran Pertiching dengan Model Pembelajaran Inquri Terhadap Hasil Belajar Bola Voli. Bandung. FPOK UPI.
Metzler (2000).Intructional Models For Physical Education. USA: Allyn And Bacon.
Nurhasan (2013), Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung. STKIP.
Riyan (2012) Pengaruh Model pembelajaran Pendekatan Taktis terhadap
Keterampilan Bermain Bola Voli berdasarkan Nilai GPAI. Bandung. FPOK UPI.
Sudjana (1992) Metoda Statistik. Bandung. FPOK UPI.
Sugih (2012) Perbandingan antara Model Pembelajaran Langsung Dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan gerak Seni Tunggal PencakSilat. Bandung. FPOK UPI.
Sugiono . (2008) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati dan R/D. Bandung Alfabet
Toto,Yunyun,Tite (2011) Model-model pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Bandung. FPOK UPI.