• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING BAWAH BOLAVOLI DI SMPN 2 LEUWIGOONG GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING BAWAH BOLAVOLI DI SMPN 2 LEUWIGOONG GARUT."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN PASSING BAWAH BOLAVOLI DI SMPN 2 LEUWIGOONG GARUT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi sebagai Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga Rekreasi

Oleh:

Iwa Siswandi

0900826

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

Perbandingan Model Pembelajaran

Cooperative Learning dan Model

Pembelajaran Langsung Terhadap

Hasil Belajar Keterampilan Passing

Bawah Bolavoli di SMPN 2

Leuwigoong Garut

Oleh Iwa Siswandi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Iwa Siswandi 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Iwa Siswandi

0900826

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN PASSING BAWAH BOLAVOLI DI SMPN 2 LEUWIGOONG GARUT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH,

Pembimbing I

Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd. NIP. 196807071992032001

Pembimbing II

Carsiwan, M.Pd. NIP.197101052002121001

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

ABSTRAK

Iwa Siswandi (2013). Perbandingan Model Pembelajaran Cooperative Learning Dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Passing Bawah Bolavoli DI SMPN 2 Leuwigoong Garut. Skripsi Program Studi PJKR Jurusan Pendidikan Olahraga. FPOK –UPI.

Proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah pada umumnya menggunakan beberapa model pembelajaran, namun dua model yang sekarang akan diteliti yaitu model cooperative learning dan model pembelajaran langsung. Model cooperative learning meningkatkan interaksi antara para siswa, memberi mereka suatu dasar yang dibagi bersama dari keanggotaan kelompok, melibatkan mereka di dalam aktivitas yang menyenangkan bersama-sama, dan mempunyai mereka berkerja secara kelompok-kelompok kecil dan model langsung dimana pengarahan terpusat pada guru dengan jelas dan guru secara langsung memberikan pola pembelajaran secara terstruktur.

(5)

ABSTRACT

Iwa siswandi (2013) Comparison of Learning Model of Cooperative Learning and Direct Learning Model Learning Outcomes Under Vollyball Passing Skills In SMPN 2 Leuwigoong Garut. This Paper Is Sumbmitted Is Are Of Rexuments. PJKR- FPOK- UPI

This learning proses of physical education at school used several model of learning. But the model that will generally be students are model cooperative learning and direct learning model. Model cooperative learning improve the interaction between the studens, give them a shared basis of group membership, Inovlue them in fun activitas together, and they work in small group next. Direct model focuses on teacher- centered with a clear instruction and teacher directly provide a structured learning pattern.

(6)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH………. i

PERNYATAAN………. iv

ABSTRAK………. v

KATA PENGANTAR……….. vi

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR TABEL………. x

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xii BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 4

C. Tujuan Penelitian ………. 5

D. Manfaat Penelitian ………. 5

E. Batasan Masalah……….. 5

F. Definisi Oprasional……….. 6

G. Anggapan Dasar……….. 7

H. Hipotesis……….. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA………. 10

A. Model Pembelajaran ……….. 10

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning………... 13

1. Konsep Model Pembelajaran Cooperative Learning………... 14

(7)

3. Tujuan Pembelajaran Cooperative learning………. 19

4. Kelebihan dan Keterbatasan Model Cooperative learning…... 21

C. Model Pembelajaran Langsung……….. 22

1. Ciri-ciri Model Pembelajaran Langsung………. 23

2. Karakteristik Model Pembelajaran Langsung……….. 25

3. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung....26

4. Hakikat Pembelajaran BolaVoli………... 27.

5. Prinsip-prinsip Pembelajaran BolaVoli………... 28

6. Konsep-konsep Pembelajaran BolaVoli……….. 28

7. Teknik Dasar Permainan BolaVoli……….. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ………. 31

B. Desain penelitian………... 31

C. Populasi……….. 34

D. Sampel……… 34

E. Instrumen Penelitian……….. 35

F. Pelaksanaan……… 36

G. Prosedur Pengolahan Data……… 38

H. Teknik Analisis Data………. 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data dan Analisis Data ……… 41

B. Diskusi Penemuan ……… 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 50

B. Saran ………. 50

(8)

LAMPIRAN………... 53

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan nilai Rata-rata simpangan Baku……… 41

Tabel 4.2 Hasil pengujian Uji Normalitas Tes Awal Kedua Kelompok 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Tes akhir Kedua Kelompok…………. 43

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Dua varians Data Gain kedua Kelompok 44

Tabel 4.5 Hasil Uji signifikan Kedua Kelompok………... 45

Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikan Perbedaan peningkatan Kedua Bentuk

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Desain Penelitian ………... 32

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Berita Acara Penelitian………... 53

Lampiran B Jadwal Penelitian……….. 54

Lampiran C Latihan Program………. ... 55

Lampiran D Lampiraan Laporaan Penelitian Photo……….. .. 67

Lampiran E Pengolahan Analisis Data………. 73

Lampiran F Surat Keputusan……….. 88

Lampiran G Surat Izin Penelitian……….. 92

Lampiran H Surat keterangan telah mengadakan penelitian………… 93

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar untuk

meningkatkan kualitas manusia seutuhnya. Disadari atau tidak pendidikan telah

membuat perubahan terhadap perkembangan bangsa, baik dalam bidang ilmu

pengetahuan maupun teknologi. Seluruh warga Indonesia memiliki hak dan

kedudukan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan

UUD 1945 Pasal 30 Ayat 1 yang berbunyi “ Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.” Secara ringkas pendidikan pada

hakekatnya memberikan pengaruh secara sengaja dan dilakukan dengan sadar

untuk mengembangkan kepribadian jasmani dan rohani individu agar mencapai

tingkat yang lebih tinggi dan menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 yaitu

“...untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.” Maka tiap institusi penyelenggara pendidikan harus mampu

memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas, sehingga tujuan nasional

dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terealisasi secara komperehensif.

Pencapaian tujuan tersebut diwujudkan salah satunya melalui penyajian ragam

mata pelajaran yang sesuai kebutuhan peserta didik.

Guru yang baik adalah guru yang mampu menyampaikan informasi

pembelajaran secara baik agar siswa dapat mengerti dan memahami apa yang

disampaikan guru dalam proses pembelajaran, dan untuk dapat menyampaikan

(12)

2

materi pembelajaran supaya tujuan dapat tercapai, salah satu caranya adalah

melalui penerapan model-model pembelajaran. Dalam pembelajaran penjas di

kenal banyak model-model pembelajaran antara lain model cooperative learning

dan model langsung.

Model Pembelajaran Cooperative Learning berajak dari dasar

pemikiran”getting better together”, yang menekankan pada pemberian

kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa

untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta

keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di

masyarakat. Melalui model pembelajaran cooperative learning, siswa bukan hanya

belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran,

melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai

kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.

Pembelajaran Cooperative merupakan sebuah kelompok strategi

pengajaran yang melibatkan siswa berkerja secara berkolaborasi untuk mencapai

tujuan bersama (Eggen& Kauchak, 1996:279) dalam Juliantine, dkk (2011:52).

Pembelajaran Cooperative disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan

partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan

dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berinteraksi dan belajar sama-sama, siswa yang berbeda berlatar

belakangnya. Jadi dalam pembelajaran cooperative siswa berperan ganda yaitu

sebagai siswa dan juga sebagai guru. Dengan berkerja secara kolaboratif untuk

mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan

berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi

kehidupan di luar sekolah.

Sedangkan model pembelajaran langsung menurut (Arend, 1997) dalam

Juliantine, dkk (2011:31) salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus

(13)

3

deklaratif dan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan

dengan pola kegiatan bertahap selangkah demi selangkah.

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk

memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori

perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu

yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk

berhasil dalam mengajarkan tugas sangat positif. Dengan demikian, model

pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar

terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai

penyampaian informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan

berbagai media, misalnya, film, tape recorder, gambar, peragaan, dsb. Informasi

yang dapat di sampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan

procedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana sesuatu dapat berupa fakta,

konsep, prinsip, atau generalisasi.

Dengan demikian pembelajaran langsung dapat didefenisikan sebagai

model pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau

keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada

tujuan dan di strukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru

menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu. (Gerten,

Taylor & Graves, 1999) dalam Juliantine, dkk (2011:31).

Dari penjelasan di atas maka dapat disampaikan bahwa yang dimaksud

dengan model pembelajaran langsung adalah:

1. Menyampaikan materi/informasi secara langsung dan bertahap untuk

(14)

4

2. Suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari

keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah

demi selangkah.

3. Suatu pendekatan mengajar yang direncanakan khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang terstruktur dengan baik yang diajarkan dengan pola

yang bertahap.

4. Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan

procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola

kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997) dalam Juliantine,

dkk (2011:31). Yang dimaksud pengetahuan deklaratif (dapat diungkap

dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan

pengetahuan procedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan

sesuatu.

Pendidikan jasmani memiliki berbagai macam aktifitas gerak yang

terkandung didalamnya, salah satunya adalah permainan bolavoli, Bolavoli adalah

salah satu materi ajar dalam penjas yang terdiri dari beberapa unsur yaitu

diantaranya lari, lompat dan keduanya berhubungan dengan aktifitas fisik. Dalam

permainan bolavoli dimulai dari servis dan penerimaan servis. Ketika siswa tidak

bisa memainkan dua keterampilan, yaitu servis dan penerimaan bolavoli maka

permainan tidak akan terjadi. Oleh karena itu dalam penelitian menulis

memfokuskan pada keterampilan penguasaan gerak dasar teknik passing bawah.

Mengacu kepada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penulis ingin meneliti tentang “ Perbandingan Model Pembelajaran Cooperative

Learning dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar

Keterampilan Passing Bawah Dalam Pembelajaran Bolavoli Di SMPN 2

Leuwigoong Garut”.

(15)

5

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang

masalah, maka permasalahan dapat diidentifikasi yakni:

1. Bagaimana pengaruh model cooperative learning terhadap hasil belajar

keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut?

2. Bagaimana pengaruh model langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing

bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut?

3. Bagaimana perbandingan antara model cooperative learning dengan model

pembelajaran langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah

bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut?

C. Tujuan Penelitian

Dalam peneliti ini, tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran cooperative learning

terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2

Leuwigoong Garut.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran langsung terhadap

hasil belajar keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.

3. Untuk mengetahui perbandingan antara model cooperative learning dan model

pembelajaran langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah

bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.

D. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang dapat dirasakan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan

pengajaran dalam penyampaian materi pembelajaran permainan bolavoli pada

(16)

6

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan masukan bagi

guru pendidikan jasmani/guru untuk menyampaikan materi pembelajaran

permainan bolavoli sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini memperoleh sasaran yang sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, maka perlu adanya pembatasan masalah tentang pembatasan masalah

ini, berpedoman dari latar belakang diatas, serta untuk menghindari timbulnya

penafsiran yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka

batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa

besar perbandingan yang diberikan pada pembelajaran cooperative learning dan

model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah

dalam pembelajaran bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.

Yang menjadi variabel ini sebagai berikut:

a. Variabel bebas : Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menyebabkan sebuah perubahan, variabel bebas dan penelitian ini adalah:

b. Variabel terikat: Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi,

dalam hal variabel terikatnya adalah hasil belajar keterampilan ketika

menerima passing bawah.

2. Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 9- A dan 9- B di SMPN 2 Leuwigoong Garut yang berjumlah 80 orang.

3. Instrumen untuk mengukur hasil belajar keterampilan passing bawah digunakan

alat ukur berupa penguasaan gerak teknik dasar passing bawah (Nurhasan

182-183) tes penguasaan gerak teknik dasar passing bawah.

F. Definisi Operasional

1. Model Cooperative Learning Yuda (2007) dalam Juliantine, dkk (2011:58)

(17)

7

berfungsi untuk potensi dan membagi-bagi ide pada anak untuk melakukan

kegiatan dalam bentuk kelompoknya dan sikap bertangung jawab terhadap dirinya

sendiri. Maksud dalam penelitian ini adalah model cooperative learning bukan

hanya menitik beratkan pada proses kerja kelompoknya saja, melainkan pada

strukturnya.

2. Model Langsung Arends (1997) dalam Juliantine, dkk (2011:31) Pembelajaran

langsung salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif

dan procedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola

kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Maksud dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran langsung di mana guru mentransformasikan informasi atau

keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada

tujuan dan distruktur oleh guru.

3. Keterampilan Passing bawah Teknik dasar keterampilan passing bawah

bolavoli dapat terkuasai, apabila dilaksanakan melalui kegiatan latihan dengan

menerapkan berbagai bentuk variasi latihan. Latihan “passing bawah’’ berguna

untuk menerima bola servis dan serangan spike lawan bermain, contoh

bentuk-bentuk latihan adalah (1) Latihan Passing bawah ke dinding tembok dan lantai, (2)

Latihan passing bawah dari sikap duduk dan lemparan teman, ke dinding tembok,

(3) Latihan passing bawah dari bola pukulan teman latihan dan pantulan dinding

tembok, (4) Latihan passing bawah dari bola teman latihan, (5) Latihan passing

bawah untuk menerima bola dari pukulan servis dari teman latihan.

G. Anggapan Dasar

Sebagai upaya menentukan titik tolak yang memperkuat dan memberikan

dukungan terhadap indentifikasi masalah peneliti ini, maka menulis menetapkan

beberapa anggapan dasar.

Setiap model pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan.

(18)

8

menentukan bahwa guru pendidikan jasmani tidak akan dapat memperhatikan dan

memberi pengarahan secara intensif kepada setiap siswa, salah satu kelebihan dari

model pembelajaran langsung adalah siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan

pembelajaran secara jelas, waktu untuk berbagai kegiatan pembelajaran dapat

dikontrol dengan ketat. Sehingga dalam pembelajaran bolavoli dengan

menerapkan model pembelajaran langsung ini akan memberikan pengaruh

terutama dalam hasil belajar keterampilan passing bawah karena melalui model

pembelajaran langsung ini, siswa-siswi bisa melakukan dengan mencatat atau

mengamati gerakan yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran passing

bawah. Sehingga diharapkan melalui proses mencatat, mengamati apa yang

dicontohkan oleh guru serta siswa melakukan gerakan seperti apa yang mereka

lihat dapat membantu siswa untuk memahami dan terampil dalam mempelajari

passing bawah.

Selain mengulas tentang kelebihan pada model langsung, penulis akan

memaparkan kelebihan yang dimiliki oleh model cooperative learning jika

diterapkan dalam pembelajaran bolavoli. Dalam model cooperative learning ini

sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa berkerja secara

berkolaboratif untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran bolavoli.

Maka dalam pembelajaran keterampilan passing bawah siswa-siswi membuat

kelompok-kelompok dalam pembelajaran passing bawah dengan membentuknya

sebuah kelompok maka pembelajaran keterampilan passing bawah akan

terstruktur sehingga terciptalah pembelajaran yang kondusif dalam pembelajaran

bolavoli

Dari pemaparan diatas, model pembelajaran langsung dan model

pembelajaran cooperative learning merupakan kedua model yang dapat

diimplikasikan oleh para penjas dalam setiap kegiatan pembelajaran bolavoli. Dan

dapat meningkatkan hasil belajar. Kedua model pembelajaran tersebut disesuaikan

(19)

9

Namun dari kedua model tersebut, penulis berasumsi bahwa model

cooperative memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan

model langsung

Dalam proses pembelajaran dengan model cooperative learning ini

merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berfungsi untuk menggali

potensi dan membagi-bagi ide pada anak untuk melakukan kegiatan dan bentuk

kelompoknya dan juga sikap bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Adapun

kelebihan dari model cooperative learning menurut Metzler (2000:178) dalam

Sugih (2012:28) di antaranya :

a. Dengan model cooperative learning maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasakan terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas.

b. Pembelajaran cooperative untuk menyelesaikan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.

c. Pembelajaran cooperative memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.

Dari pemaparan di atas dapat kita tarik kesimpulan bagaimana sistem

pembelajaran yang diterapkan dalam model pembelajaran cooperative learning,

dimana setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu pada saat

pembelajaran bolavoli. Hal ini saya yang menjadi landasan penulis untuk

mengungkapkan bahwa model cooperative memberikan pengaruh yang lebih

signifikan dibandingkan dengan model langsung terhadap hasil belajar passing

bawah dalam pembelajaran bolavoli.

H. Hipotesis

Hasil suatu penelitian hakekatnya adalah hasil suatu jawaban atas

pernyataan penelitian yang telah dirumuskan di dalam proses penelitian untuk

mengarahkan kepada hasil penelitian itu maka di dalam perencanan penelitian

(20)

10

Hipotesis menurut pengertianya adalah dugaan atau jawaban sementara

dari suatu masalah yang akan diteliti, berdasarkan latar belakang masalah dalam

penelitian ini penulis memiliki hipotesis sebagai berikut :

1. Model cooperative learning memberikan pengaruh terhadap hasil belajar

keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.

2. Model pembelajaran langsung memberikan pengaruh terhadap hasil

belajar keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong

Garut.

3. Model cooperative learning memberikan pengaruh yang lebih signifikan di

badingkan model langsung terhadap hasil belajar keterampilan passing

(21)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Mengenai metode ini Nazir (2005:63) dalam Maulina (2011:56)

menjelaskan, „„eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan dimana

kondisi tersebut diatur dan di buat oleh peneliti.‟‟ Metode eksperimen sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil.

Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian

eksperimen yaitu mencoba sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari

suatu perlakuan atau treatment. Disamping itu penulis ingin mengetahui pengaruh

variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Jadi dalam metode eksperimen harus

ada faktor yang dicobakan, Dalam hal ini faktor yang akan dicobakan dan

merupakan variabel bebas adalah model pembelajaran cooperative learning dan model pembelajaran langsung untuk diketahui pengaruhnya terhadap hasil belajar

keterampilan passing bawah bolavoli di SMPN 2 Leuwigoong Garut.

B. Desain Penelitian

Menurut Nazir (2005) dalam Maulina (2011:56) desain penelitian adalah

„„semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.‟‟ Penelitian eksperimen mempunyai berbagai macam desain. Penggunaan desain

tersebut disesuikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang diinginkan.

Penulis menggunakan desain Pres-tes Post-tes desain sebagai desain

penelitianya. Dalam desain penelitian ini sampel diperoleh menggunakan teknik

pengambilan random atau secara acak dari populasi. Pengambilan sampel tersebut

(22)

32

disediakan dalam kotak, isi kotak tersebut terdapat dua lembar kertas yang telah

diberi tanda hitam dan sisanya hanya kertas kosong. Setelah semua siswa

mengambil kertas pada kotak tersebut. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas

yang didalamnya bertanda hitam maka dia yang akan menjadi sampel dalam

penelitian ini.

Setelah sampel terkumpul kemudian diadakan tes awal atau pre-tes. Tes

awal disini berfungsi untuk mengukur sejauh mana keterampilan pemain bolavoli

yang di kuasai siswa sebelum diberikan treatment, selain itu dalam tahap tes awal

ini siswa akan diberikan rengking, mulai dari rengking satu sampai rengking

akhir. Lalu sampel dibagi rata menggunakan sytem zig-zag secara rengking yang

telah didapat dari hasil tes awal yang telah dilakukan. Kemudian siswa dibagi

menjadi dua kelompok, kelompok A pembelajaran bolavoli menggunakan model

cooperative learning, dan kelompok B pembelajaran bolavoli menggunakan model langsung. Kemudian setiap kelompok diberikan treatment atau perlakuan

sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Setelah masa perlakuan berakhir

maka penelitian melakukan tes akhir atau pos-tes. Setelah data tes awal dan tes

akhir terkumpul maka data tersebut diolah, disusun dan di analisis secara statistik.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui prestasi atau hasil perlakuan. Selanjutnya

untuk mengetahui signifikansi perbedaan peningkatan hasil latihan yang

dilakukan uji signifikansi perbedaan peningkatan hasil pembelajaran.

Maka desain penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

E1 O1 X1 O2

E2 O3 X2 O4

Gambar 3.1

(23)

33

Keterangan:

E1 adalah kelompok eksperimen 1

E2 adalah kelompok eksperimen 2

O1 dan O3 adalah tes awal

X1 adalah pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative learning.

X2 adalah pembelajaran dengan menggunakan model langsung.

O2 dan O4 adalah tes akhir

Adapun langkah-langkah penelitian penulis mendeskripsikan dalam

bentuk sebagai berikut:

Langkah langkah penelitian

Gambar 3.2 SAMPEL

TES AWAL : PENGUASAAN GERAK DASAR PASSING BAWAH

KELOMPOK B

PEMBELAJARAN BOLA VOLI MENGGUNAKAN MODEL LANGSUNG

KELOMPOK A

PEMBELAJARAN BOLAVOLI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TES AKHIR : PENGUASAAN DASAR PASSING BAWAH

PENGOLAHAN DATA

(24)

34

C. Populasi

Untuk memecahkan suatu masalah penelitian diperlukan sumber data

dan pada umumnya sumber data itu disebut populasi dan sampel penelitian.

Setiap penelitian memerlukan sejumlah objek yang akan diteliti, populasi

merupakan sumber data yang sangat penting. Populasi memegang peran

penting dalam suatu penelitian. Karena populasi merupakan keseluruhan

sumber data atau objek yang akan diteliti. Seperti yang dijelaskan oleh

Arikunto (1997) dalam Maulina (2011:60) menjelaskan :

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan peneliti populasi.

Selain itu, menurut Sudjana (1993) dalam Maulina mengatakan

Totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya dinamakan populasi.Adapun sebagai yang diambil dari populasi disebut sampel.

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai populasi. Maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa populasi merupakan suatu keseluruhan atau totalitas dari

sekumpulan objek peneliti, baik benda hidup, manusia, benda mati, atau berupa

gejala maupun peristiwa-peristiwa yang dijadikan sebagai sumber data yang

(25)

35

dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 9 SMPN 2

Leuwigoong Garut yang berjumlah 80 siswa.

D. Sampel

Sampel menurut Ibrahim dan Sudjana (2004) bahwa: „„Sampel adalah

sebagai dari populasi yang memiliki sifat yang sama dengan populasi”.

Sedangkan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) bahwa “Jika kita

hanya akan meneliti sebagai dari populasi, maka penelitian tersebut disebut

penelitian sampel. Sampel adalah sebagai atau wakil populasi yang

diteliti.”Mengingat terbatasnya waktu, tenaga, dan biaya, maka penulis

mengambil sebagai dari populasi atau sampel menggunakan teknik

pengambilan random sebanyak 20 siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes

keterampilan bermain bolavoli menggunakan cara skor penguasaan gerak teknik

dasar bolavoli. Adapun bentuk tes keterampilan bolavoli yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah tes keterampilan penguasaan teknik dasar passing

bawah bolavoli Nurhasan (2013:182-183) bentuk tesnya adalah sebagai berikut :

Bentuk tes dan pemberian skor tes keterampilan bermain bolavoli dengan cara semua sampel bermain bolavoli kemudian diberi skor sesuai penampilannya dalam bermain, adapun penilainya adalah sebagai berikut:

Instrumen Penilaian Penguasaan Gerak Dasar Passing Bawah Bolavoli

Tahapan

gerak

No Kriteria Penilaian SKOR

1 2 3 4

Persiapan 1

2.

Posisi kaki dibuka selebar bahu dengan jari tangan

tergenggam.

Membentuk landasan penerimaan bola dengan kedua

(26)

36

Kedua siku lurus dan kedua lengan sejajar.

Kedua lutut ditekuk posisi badan ditahan agak rendah

Pandangan kedepan kearah bola.

Menerima bola di depan badan dengan memindahkan

kaki sedikit kedepan.

Jari tangan tetap tergenggam dan memperhatikan

bola pada saat menyentuh lengan.

Kedua lengan bergerak dan mengikuti kearah

sasaran.

Memperhatikan bola kearah sasaran.

Bola bergerak kearah sasaran.

Nilai Proses (Jumlah Skor Siswa)

Skor Maksimal 40

Kriteria Normal Penilaian Passing Bawah BolaVoli

Presentase Renta Skor Nilai Produk Passing Bawah

80-100 32-40 Baik sekali

Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan di lapangan olahraga

SMPN 2 Leuwigoong Garut, dilaksanakan selama 1 bulan. Dan penelitian

(27)

37

oleh karena itu penulis melalui penelitian selama 12 kali pertemuan. Dengan 12

kali pertemuan yang dilakukan dalam frekuensi 3 kali pertemuan dalam seminggu

untuk frekuensi latihan pembelajaran mengacu pada pendapat Harsono (1988:194)

dalam Riyan (2012:61) „„Sebaiknya latihan dilakukan tiga kali dalam seminggu.’’

Setiap minggu pembelajaran di lakukan sebanyak 3 kali di SMPN 2 Leuwigoong

Garut. Pada hari senin, rabu, jumatpukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 17.00

WIB. Mengenai hal ini penulis mengacu pada Bompa (1991:86) dalam Riyan

yang menyatakan: „„During this time athleties should trening 3-5 time for week depending on their of development in athietes.’’ Maksudunya adalah atlet perlu berlatih 3-5 kali dalam seminggu tergantung dari tingkat kebutuhanya sebagai

atlet dalam olahraga.

Pembelajaran yang dilakukan terdiri dari bagian yaitu pemanasan/

pembukaan, inti materi, pendinginan. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Pemanasan / pembukaan

Sebelum melakukan materi inti dari kegiatan pembelajaran dari kegiatan

pembelajaran, peneliti yang bertindak sebagai guru menjelaskan materi apa yang

akan di bahas pada setiap pertemuan, serta indicator apa saja yang hendak dicapai.

Setelah penjelasan dari guru subjek diintruksikan untuk melakukan pemanasaan.

Siswa harus melakukan peregangan pada bagian-bagian tubuh yang akan

digunakan dalam pembelajaran, tidak mengalami cedera saat bermain. Cara

terbaik untuk meningkatkan kelenturan tubuh adalah dengan meregangkan otot

dan menahannya selama 5-8 detik. Peregangan yang baik dapat ditandai, yaitu bila

dapat meraskan otot meregang pada bagian tangan, punggung, leher, dan kaki.

2. Inti materi

Materi inti dalam setiap kegiatan pembelajaran diberikan kepada siswa

sesuai dengan rencana pengajaran pembelajaran yang disusun sebelumnya. Materi

(28)

38

yaitu passing bawah.

3. Pendinginaan

Ketika aktifitas bermain bolavoli berakhir, subjek juga harus melakukan

pendinginan.Tindakan ini berguna untuk melakukan detak jantung dan

meregangkan otot yang telah banyak dipergunakan selama bermain. Pada

pendinginan ini sebaiknya dibantu oleh temankarena perlu adanya peregangan

otot yang maksimal, biasanya pelatih menyerahkan untuk melakukan streaching

pasif. Setelah itu diadakan evaluasi dan diskusi hasil kegiatan pembelajaran

tersebut.

G.Prosedur Pengolahan Data

Setelah data dari tes awal dan tes akhir terkumpul, langkah selanjutnya

adalah mengolah dan menganalisis data tersebut dengan statistik. Langkah-

langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur menggunakan

rumus dari Sudjana (2001:242-446) sebagai berikut:

1). Menghitung skor rata-rata kelompok sampel menggunakan rumus sebagai

berikut

̅ =

Arti dari tanda –tanda dalam rumus tersebut adalah

̅= skor rata-rata yang dicari

= jumlah nilai data

n = jumlah sampel

2). Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut:

(29)

39

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah

S = simpangan baku yang dicari

n = jumlah sampel

∑ ̅ = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3). Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan liliefors.

Prosedur yang digunakan sebagai berikut :

̅

a. (x dan S masing- masing merupakan rata-rata simpangan baku dari sampel)

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F ( Z1) = P ( ZZ1).

c. Selanjutnya menggunakan porsi hitung Jika proporsi ini

dinyatakan S (Zi), maka:

S(Zi) =

d. Mengitung selisih F (Zi- S (Zi) Kemudian tentukan harga mutlaknya

e. Ambil harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk

menolak atau menerima hypothesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang

diambil dari daftar untuk taraf nyata yang dipilih.

Kriteria adalah : tolak hipotesis nol jika Lo diperoleh dari data

pengamatan melebihi Lo dari daftar table. Dalam hal lainnya nol diterima.

4). Menguji homogenitas. Menggunakan α rumus sebagai berikut :

(30)

40

Kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika F hitung lebih kecil dari f table

distribusi dengan derajat kebebasaan = (v1,V2) dengan taraf nyata ( ) = 0.01

5). Untuk menguji hipotesis satu pihak dengan menggunakan rumus :

=

̅ ̅ √

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah :

S = simpangan baku

= jumlah sampel kelompok 1

= jumlah sampel kelompok 2

̅̅̅= rata-rata kelompok 1

̅̅̅= rata-rata kelompok 2

Uji t kriteria pengujianya adalah tolak hipotesis, jika t >t 1-α. Untuk harga

lainya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,95 dengan derajat

kebebasan (dk) = (n1+n2-2).

H. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

kesamaan dua rata-rata satu pihak atau uji t arah ( Sudjana, 1992:242) yang lebih

dahulu dilakukan satu pihak atau uji persyaratan analisis. Uji persyaratan analisis

yang digunakan adalah uji normalitas populasi dengan uji liliefors (Sudjana,

1992:466) dan uji homogenitas populasi dengan uji kesamaan dua variasi (

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan

Beradasarkan hasil penelitian yang telah didapat dari berbagai sumber dan

data yang telah diolah secara ilmiah menggunakan hasil penghitungan statistik, maka

dapat beberapa kesimpulan:

1. Model pembelajaran cooperative learning memberikan pengaruh

terhadap hasil belajar keterampilan passing bawah bolavoli siswa SMPN

2 Leuwigoong Garut.

2. Model pembelajaran langsung memberikan pengaruh terhadap hasil

belajar keterampilan passing bawah bolavoli siswa SMPN 2 Leuwigoong

Garut.

3. Model pembelajaran cooperative learning memberikan pengaruh yang

signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran langsung terhadap

hasil belajar keterampilan passing bawah bolvoli siswa SMPN 2

Leuwigoong Garut.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang

akan penulis sampaikan sebagai masukan dan saran sebagai berikut.

1. Kepada para guru pendidkan jasmani, hasil penelitian membuktikan bahwa

penerapan model cooperative learning memberikan pengaruh yang signifikan

dibandingkan dengan model pembelajaran langsung terhadap peningkatan

hasil belajar keterampilan passing bawah bolavoli, sehingga penulis

menyerahkan untuk menggunakan model pembelajaran cooperative learning

(32)

51

2. Kepada rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang

pendekatan model pembelajaran cooperative learning, penulis menganjurkan

untuk mencari variabel dan sampel penelitian yang lebih relevan demi

kemajuan ilmu pendidikan khususnya bidang keilmuan pendidkan jasmani.

3. Perlu di adakan publikasi penggunaan model pendekataan cooperative

learning kepada para guru penjas dan orang-orang yang terkait dengan dunia

pendidikan.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan,

semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya serta menjadi sumbangsih

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar B dan Kusumah D J (2010) Modul Aplikasi Statistik Dalam Penjas, Bandung. FPOK UPI.

Abduljabar.(2009) Manajemen Pendidikan Jasmani Dan Olahraga.FPOK UPI.

Afnil Guza. SS. (2003) Badan Hukum Pendidikan Dan Sistem Pendidikan Nasional.

Maulina (2011) Perbandingan Model Pembelajaran Pertiching dengan Model Pembelajaran Inquri Terhadap Hasil Belajar Bola Voli. Bandung. FPOK UPI.

Metzler (2000).Intructional Models For Physical Education. USA: Allyn And Bacon.

Nurhasan (2013), Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung. STKIP.

Riyan (2012) Pengaruh Model pembelajaran Pendekatan Taktis terhadap

Keterampilan Bermain Bola Voli berdasarkan Nilai GPAI. Bandung. FPOK UPI.

Sudjana (1992) Metoda Statistik. Bandung. FPOK UPI.

Sugih (2012) Perbandingan antara Model Pembelajaran Langsung Dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan gerak Seni Tunggal PencakSilat. Bandung. FPOK UPI.

Sugiono . (2008) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitati dan R/D. Bandung Alfabet

Toto,Yunyun,Tite (2011) Model-model pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Bandung. FPOK UPI.

Gambar

Tabel   4. 1
Gambar 3.1 Desain Penelitian ……………………………….......... 32
 Iwa Siswandi, 2013 Gambar 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Sosialisasi Keluarga terhadap Perilaku Prososial Anak Usia Remaja Awal (Studi Pada Murid-Murid SLTP Negeri X

Sementara kelompok yang tercatat inflasi yaitu sandang 2,11 persen; makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,86 persen; transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,53

Penelitian ini berjudul Strategi Komunikasi Organisasi Dalam Membangun Semangat Kerja Tenaga Pengajar (Studi Pada Lembaga Bimbingan Belajar PT. Gadjahmada

Skills Needed at Different Managerial Levels Human Skills Conceptu al Skills Technical Skills Top Managers Middle Managers Low-Level Managers. *Dark color = necessary to

10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

(5) Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk yang formal, non formal dan informal.. Dalam latar belakang pendidikan seumur hidup,

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah atau Negara dalam periode tertentu, kenaikan produksi ini bisa

Perlu penelitian lebih lanjut dengan menggunakan berbagai dosis kotoran sapi dengan taraf pupuk nitrogen yang paling efektif yaitu 200 kg N/ha, sehingga dapat