• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE SISWA DALAM KELOMPOK: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE SISWA DALAM KELOMPOK: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 4354/UN.40.2.7/PL/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK

MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE

SISWA DALAM KELOMPOK

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :

WIDA WILLIANNITA 1006812

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

No. Daftar FPIPS: 4354/UN.40.2.7/PL/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK

MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE

SISWA DALAM KELOMPOK

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung)

Oleh Wida Williannita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Wida Williannita 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

No. Daftar FPIPS: 4354/UN.40.2.7/PL/2014

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK

MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE

SISWA DALAM KELOMPOK

(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung) Oleh:

Wida Williannita NIM. 1006812

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 19600515 198803 1 002

Pembimbing II,

Muhamad Iqbal, S.Pd., M.Si NIP.19801112 200912 1 003

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan IPS

(4)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE

INTERDEPENDENCE SISWA DALAM KELOMPOK (PenelitianTindakanKelasdi Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung)

Oleh Wida Williannita

Penelitian ini dilatarbelakangi karena beberapa permasalahan siswa dalam sikap saling ketergantungan positif. Hal ini didasarkan pada hasil observasi awalyang menunjukkan kurangnyasikap saling ketergantungan positif siswa dalam kelompok. Dapat dilihat dari siswa tidak dapat bekerjasama, bertanggungjawab, berkontribusi dan berpartisipasi serta menghargai pendapat teman sekelompoknya.Untuk memperbaiki hal tersebut, dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigationagar kualitas pembelajaransejalan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Pertama, mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa. Kedua, mengetahui pelaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe group investigation terhadap penumbuhan sikap possitive interdependence siswa. Ketiga, mengetahui kendala dan upaya dalam melaksanakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation, dan keempat, mengetahui bagaimana pertumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Taggart. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Setiap tahapan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam empat siklus. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, pada siklus satu dan dua, sikap saling

ketergantungan positif siswa sudah mulai terlihat tetapi masih dalam kategori “cukup”. Pada siklus ketiga, menunjukan peningkatan yang signifikan yaitu berada pada kategori “baik”.

(5)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD GROUP INVESTIGATION TYPE TO GROW INTERDEPENDENCE POSITIVE BEHAVIOUR OF

STUDENTS IN GROUP

(Classroom Action Research at Class of VIII-3 SMPN 1 Bandung)

By

WidaWilliannita

(6)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 9

B. Model Cooperative Learning ... 11

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (group Investigation) ... 16

(7)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dalam

Pembelajaran IPS ... 25

F. Pengertian Ketergantungan Positif (Possitive Interdependence) ... 25

G. Penelitian Terdahulu ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 35

C. Penjelasan Istilah ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Validasi Data ... 47

G. Analisis Data Penelitian ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi SMP Negeri 1 Bandung ... 51

B. Deskripsi Perencanaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok ... 52

C. Analisis Hasil Pengolahan Data Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation Dalam Menumbuhkan Sikap Possitive Interdependence Siswa Pada Pembelajaran IPS ... 143

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 154

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 158

(8)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(9)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian 42

Tabel 4.1 Nama dan anggota kelompok pada pelaksanaan siklus 1 58 Tabel 4.2 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 1 63

Tabel 4.3 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 2 64

Tabel 4.4 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 3 66

Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 4 68

Tabel 4.6 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 5 71

Tabel 4.7 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,

kelompok 6 72

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus 1 75 Tabel 4.9 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 1 86

Tabel 4.10 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 2 88

Tabel 4.11 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 3 90

Tabel 4.12 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 4 92

Tabel 4.13 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 5 94

Tabel 4.14 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,

kelompok 6 96

Tabel 4.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus kedua 99 Tabel 4.16 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus ketiga,

kelompok 1 107

(10)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok 2 109

Tabel 4.18 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,

kelompok 3 111

Tabel 4.19 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,

kelompok 4 113

Tabel 4.20 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,

kelompok 5 115

Tabel 4.21 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,

kelompok 6 117

Tabel 4.22 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus ketiga 120 Tabel 4.23 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 1 128

Tabel 4.24 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 2 130

Tabel 4.25 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 3 131

Tabel 4.26 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 4 133

Tabel 4.27 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 5 135

Tabel 4.28 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,

kelompok 6 136

Tabel 4.29 Tabel hasil kriteria penilaian keseluruhan kelompok siklus IV 138 Tabel 4.30 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus Keempat 140 Tabel 4.31 Hasil persentase Penerapan model pembelajaran cooperative learning

tipe group investigation pada Setiap Siklusnya 146

Tabel 4.34 Perbandingan sikap saling ketergantungan siswa dalam kelompok

(11)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

(12)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Pengiring 21

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis dan Taggart (1988) 37

Gambar 4.1 Siswa sedang Melakukan Diskusi Kelompok 61

Gambar 4.2 MZR sedang memakai mukena 68

Gambar 4.3 Siswa sedang Mengerjakan tugas kelompok tentang alat komunikasi 84

Gambar 4.4 kelompok 3 tampak serius melakukan diskusi 92

Gambar 4.5 Siswa Melakukan Penyajian Hasil Diskusi Kelompok tentang

(13)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Presentase kritetia penilaian keseluruhan kelompok siklus I 74

Grafik 4.2 Diagram hasil kriteria penilaian secara keseluruhan kelompok

siklus II 98

Grafik 4.3 Hasil Presentase kriteria penilaian kelompok secara keseluruhan

siklus III 119

Grafik 4.4 Hasil Presentase kriteria penilaian keseluruhan kelompok siklus IV 139

Grafik 4.5 Hasil Presentase Observasi Penampilan Guru dalam Penerapan

model pembelajaran kooperatif 147

Grafik 4.6 Hasil Presentase Observasi sikap saling ketergantungan positif

(14)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu pendidikan adalah salah satu isu yang paling mengemuka saat ini.

Terbukti dari seringnya masalah pendidikan dibicarakan dalam forum-forum

berskala nasional. bahkan pemerintah banyak membuat program untuk meratakan

pendidikan disetiap daerah dengan cara mengutus tenaga pendidik untuk mengajar

di daerah terpencil. Hal ini dilakukan karena pendidikan memegang peranan

penting dalam kehidupan.

Pendidikan, idealnya tidak hanya mengacu pada masa lalu dan masa kini,

tetapi lebih kepada proses memikirkan masa depan, yaitu dengan bagaimana

peserta didik mengembangkan kemampuannya terhadap apa yang diminatinya

nanti. Pendidikan hendaknya memandang jauh kedepan tentang apa yang akan

dihadapi dan dilakukan peserta didik di masa yang akan datang. Sebagaimana

yang di sebutkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

tahun 2003, fungsi dari pendidikan nasional adalah:

„Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dapat dikatakan sebagai faktor penentu utama pengembangan sumber daya manusia, dengan anggapan bahwa semakin terdidik

seseorang maka kualitas hidupnya akan lebih baik‟.

Menurut Lawson (dalam Fitriyanti, 2009, hlm. 1) “effective citizenship

tidak mungkin bisa diwujudkan tanpa kemampuan berfikir”. Lebih lanjut Lawson

mengatakan “warga negara yang baik adalah seseorang yang memberikan

kontribusi secara efektif dan bertanggungjawab terhadap berbagai isu dalam

masyarakat serta mampu mengambil peran didalamnya”.

Sebagian besar orang berfikir bahwa isu pendidikan yang harus

diwaspadai adalah masalah pergantian kurikulum yang baru-baru ini mulai

(15)

2

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut. Padahal dibalik itu ada dampak lain dari masalah pendidikan yang luput

dari perhatian banyak orang, yaitu masalah yang bersumber dari peserta didik itu

sendiri, bagaimana idealnya peserta didik itu menempatkan dirinya dalam

pergaulannya bersama teman sekelas.

Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan, tujuan dan fungsi pendidikan

pada saat ini belum sepenuhnya tercapai. pendidikan masih didominasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan merupakan seperangkat fakta yang harus dihafal

dan masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga mengalami hal serupa, menurut Muchtar

(dalam Effendy, 2012, hlm. 5)hasil penelitian secara umum mengungkapkan

bahwa proses pembelajaran IPS terperangkap pada proses menghapal yang hanya

menyentuh proses kognitif tingkat rendah. Hal tersebut membuat peserta didik

merasa bosan karena terlalu banyak materi yang harus dihafalkan. Berdasarkan

hasil wawancara yang peneliti lakukan, siswa sulit untuk bekerjasama dalam

kelompok dan bertanggungjawab dengan dirinya sendiri maupun kelompok.

Siswa hanya ingin berkelompok dengan orang-orang yang memiliki kedekatan

dengan dirinya. Sedangkan, siswa cenderung sulit memahami konsep-konsep IPS

bila belajar sendiri.

Hal serupa ditemukan peneliti pada saat melakukan pra penelitian di SMP

Negeri 1 Bandung, khususnya di kelas VIII-3 bahwa pada saat proses

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas peneliti menemukan

beberapa permasalahan, yaitu pertama, ketika pembelajaran IPS berlangsung dan

peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5-6

orang. Dari jumlah anggota dalam masing-masing kelompok terlihat hanya

beberapa orang saja yang menguasai materi dan memberikan kontribusi dalam

pembelajaran. Kedua, Peserta didik yang merasa pandai sering kali lebih

mementingkan diri sendiri dan kurang menghargai ide-ide yang dilontarkan teman

sekelompoknya, bahkan di dalam kelompok tak jarang ide-ide yang dianggap

(16)

3

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembicaraannya diinterupsi. Sehingga hal ini membuat siswa yang merasa

berkemampuan biasa saja enggan untuk mengeluarkan pendapat dan ikut

berpartisipasi dalam kelompok. Ketiga, masih ada beberapa anggota kelompok

yang lebih memilih mengerjakan tugas mata pelajaran lain dibanding ikut

berpartisipasi dalam kelompok. Keempat, peserta didik terkesan kurang

menghargai ide yang dikemukaan teman sekelompoknya. Kelima, hanya satu atau

dua orang saja yang fokus mengerjakan tugas kelompok yang diberikan sehingga

hanya satu atau dua orang saja yang faham terhadap materi yang dikerjakan.

Keenam, pada saat presentasi, hanya siswa yang benar-benar mengerjakan

tugaslah yang faham dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.

Dari berbagai permasalahan tersebut, maka menurut hasil diskusi peneliti

dengan guru IPS kelas, keseluruhan masalah yang akan dipecahkan memiliki

kaitan satu sama lain. Yaitu bagaimana siswa dapat lebih bertanggungjawab

terhadap kelompoknya dengan menumbuhkan sikap ketergantungan positif dalam

diri siswa agar kerjasama yang terjadi di dalam kelompok adalah kerjasama yang

memiliki manfaat serta menguntungkan satu sama lain dalam mencapai tujuan

yang diinginkan.

Proses belajar seharusnya menjadi proses interaksi sosial yang bermakna,

yang di dalamnya siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok untuk

mencapai keberhasilan pembelajaran bersama. Dilihat dari perspektif filosofis

terhadap konsep belajar, untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan

atau teman. Maka dari itu model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation merupakan model pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan

sikap ketergantungan positif siswa di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung. Hal ini

mengacu pada kenyataanya bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas

kerjasama dalam kehidupan di dunia nyata dan untuk dapat mewujudkan

pembelajaran yang bermakna dibutuhkan adanya kesadaran untuk berinteraksi dan

(17)

4

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Kooperatif mengasumsikan pentingnya kerjasama dalam

kelompok, akan terjadi pembagian peran, tugas, dan wewenang dari setiap

anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok berusaha saling

menghargai dan memberikan kontribusi terhadap kegiatan kelompok.

Pembelajaran kooperatif dapat memudahkan peserta didik untuk bekerjasama,

saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama. Inilah yang

dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang berasal dari berbagai

latarbelakang yang berbeda dapat belajar bekerjasama di dalam kelas, maka

dikemudian hari diharapkan mereka juga bisa membangun interaksi positif.

Setiap siswa yang menjadi anggota kelompok harus memegang prinsip

tenggelam atau berenang bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota

kelompok memilliki dua tanggungawab yaitu mempelajari materi yang sudah

ditugaskan dan meyakinkan bahwa semua anggota kelompok mempelajari materi

yang sudah ditugaskan tersebut. Istilah teknis untuk tanggungjawab ganda inilah

yang disebut interdependensi. Piaget dengan konsepnya “active learning”

berpendapat bahwa para siswa belajar lebih baik jika mereka berfikir secara

kelompok, menurut pemikiran mereka maka oleh sebab itu menjelaskan sebuah

pekerjaan itu lebih baik dari menampilkan di depan kelas.

Dengan demikian, berdasarkan masalah yang menjadi acuan, penulis akan

melakukan penelitian yang mengangkat judul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap

Possitive Interdependence Siswa Dalam Kelompok (Penelitian Tindakan

Kelas di Kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung).

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai rendahnya sikap

saling ketergantungan positif siswa di dalam kelompok khususnya pada

pembelajaran IPS. Sehingga perlu adanya model pembelajaran yang

(18)

5

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan sikap saling ketergantungan positifnya terutama ketika bekerja

dalam kelompok. Model pembelajaran yang dirasa cocok diterapkan untuk

menumbuhkan sikap saling ketergantungan positif tersebut adalah model

pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Dengan demikian,

peneliti memberikan batasan terhadap penelitian ini, yaitu:

1. Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan model

pembelajaran cooperative learning tipe group investigation dalam

menumbuhkan sikap saling ketergantungan positif siswa dalam

kelompok terutama dalam pembelajaran IPS.

2. Sikap saling ketergantungan positif dalam penelitian ini ditujukan dalam

bentuk tugas kelompok yang diberikan kepada setiap kelompok dengan

melihat indikator-indikator pada aspek saling ketergantungan positif itu

sendiri.

3. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VIII-3 di SMP Negeri 1 Bandung

tahun ajaran 2014/2015.

C. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat

pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicari jawabannya yang dituangkan

dalam bentuk pertanyaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup

permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah,

Suriasumantri (dalam Wulasari, 2011, hlm. 11). Berdasarkan latar belakang

masalah yang telah di uraikan diatas, maka fokus permasalahan dalam penelitian

ini secara umum dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

“Bagaimana pertumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok setelah diterapkan model pembelajaran cooperative learning tipe group

investigation dalam pembelajaran IPS?

Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas

(19)

6

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana guru merencanakan model pembelajaran cooperative learning

tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung sebagai

upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam

kelompok?

2. Bagaimana guru melaksanakan model pembelajaran cooperative learning

tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung sebagai

upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam

kelompok?

3. Bagaimana kendala dan solusi dalam penerapan model pembelajaran

cooperative learning tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri

1 Bandung sebagai upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence

siswa dalam kelompok?

4. Bagaimana penumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam

kelompok setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning

tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang mejadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah: Untuk

menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok melalui

pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning tipe group investigation. Untuk lebih memperjelas tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran cooperative learning

tipe group investigationuntuk menumbuhkan sikap possitive

interdependencepada siswa di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe group

investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencepada

(20)

7

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Untuk mengetahui bagaimana kendala yang dihadapi guru dalam

melaksanakan model pembelajaran cooperative learning tipe group

investigationserta solusi untuk mengatasi kendala tersebut dalam

pembelajaran IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

4. Untuk memperoleh informasi bagaimana pertumbuhan sikap possitive

interdependence siswa dalam kelompok melalui model pembelajaran

cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran IPS di

kelas VIII-3 SMPN 1 bandung.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, peneliti membagi beberapa manfaat penelitian

penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation

dalam pembelajaran IPS untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence

siswa dalam kelompok. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu

memberikan manfaat yang berarti bagi murid, guru, dan sekolah sebagai suatu

sistem pendidikan yang mendukung penumbuhan sikap ketergantungan positif

peserta didik.

a. Manfaat bagi Guru

1) Mengembangkan dan meningkatkan profesinya sebagai guru

profesional dalam meningkatkan pembelajaran IPS melalui strategi

model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation.

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model

pembelajaran cooperative learning tipe group investigation.

b. Manfaat bagi peserta didik

1) menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam

kelompok dengan menggunakan model pembelajaran cooperative

learning tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1

Bandung.

2) Meningkatkan antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS di

(21)

8

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Manfaat bagi peneliti

1) Dapat memberikan solusi untuk mengatasi kendala dalam

pembelajaran IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

2) Memberikan manfaat dalam memperbaiki sistem pembelajaran

IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.

3) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang strategi yang baik

di terapkan dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.

d. Manfaat bagi sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka

perbaikan proses pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan kualitas

pendidikan.

e. Bagi Program Studi Pendidikan IPS

Menjadi referensi untuk penelitian yang selanjutnya bagi adik

tingkat, baik di Prodi Pendidikan IPS maupun Program studi lainnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memepermudah penulisan sripsi, maka susunan penelitian akan

dijabarkan dalam sistematika penulisan seperti dibawah ini:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang, latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur kepenulisan.

Bab II Kajian Teori. Pada bab ini memaparkan mengenai rujukan-rujukan

teori para ahli yang dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan

konseptual permasalahan dan hal-hal yang di kaji di dalam penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini terbagi kedalam beberapa sub bab

(22)

9

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penellitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan

verifikasi data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Di dalam bab ini memaparkan

mengenai hasil data yang diperoleh selama dilakukannya penelitian.

(23)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. LokasiPenelitian

Lokasi tempat melaksanakan penelitian adalah SMP Negeri 1 Bandung

yang terletak di Jalan Kesatriaan No. 1 Bandung. Di kelas VIII-3 yang berjumlah

31 siswa. Mitra peneliti dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial kelas VIII, yaitu Ibu Dra Yuhelmi dan yang menjadi observer

adalah Ayu Rizi Mulyasari. Adapun pemilihan lokasi penelitian ditetapkan

dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Permasalahan yang ditemui di kelas VIII-3 sesuai dengan judul

skripsi peneliti, yaitu kurangnya sikap saling ketergantungan positif

antar siswa dalamkelompok.

b. Metode yang digunakan masih tradisional sehingga perlu

menerapkan dan memodifikasi metode dan model pembelajaran

yang ada sesuai dengan kebutuhan di kelas VIII-3.

c. Tempat penelitian yang dibarengkan dengan Program Pengalaman

Lapangan (PPL).

2. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-3SMP

Negeri 1 Bandung, yang berjumlah 31 orang. Alasan peneliti memilih siswa kelas

VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung adalah karena peneliti menemukan

permasalahan-permasalahan di kelas yang sesuai dengan judul skripsi peneliti yang harus

diperbaiki dalam proses belajar mengajar yang tentunya berhubungan dengan

sikap ketergantungan positif siswa dalam kelompok.Objek dari Penelitian ini

memfokuskan pada penumbuhan sikap saling ketergantungan positif siswa dalam

(24)

35

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

group investigation dalam pembelajaran IPS. Dalam hal ini peneliti berkolaborasi

dengan guru dan teman sejawat sebagai mitra peneliti.

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. penelitian

kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi,

karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung

dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan &

Schumacher, 2003, hlm. 33). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai

jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik

atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin, 2003, hlm. 12).

2. Penelitian Tindakan Kelas

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang

mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan

yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk

memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses

perbaikan dan perubahan, Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 11) Lebih

jauh lagi Hopkins mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas bersifat

emansipatoris dan membebaskan karena penelitian ini mendorong kebebasan

berpikir dan berargumen pada pihak siswa dan mendorong guru untuk

bereksperimen, meneliti dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan

atau judgment. Emansipasi dalam pemahaman bahasa Indonesia sehari-hari

mempunyai makna perbaikan nasib, peningkatan status, atau perjuangan

kesetaraan.

Suharjono mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti lainnya (atau dilakukan

sendiri oleh guru yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau sekolah tempat dia

(25)

36

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

praktis. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu jalan yang terbuka untuk

pendidik yang ingin menambah ilmu pengetahuan, melaui praktek pembelajaran

di kelas dengan berbagai model yang akan mengaktifkan guru dan siswa,

mencoba melakukan penelitian untuk secara reflektif melakukan kriktik terhadp

kekurangan dan berusaha memperbaikinya agar pendidikan benar-benar menjadi

bidang profesi. Penelitian tindakan kelas adalah suatu gerakan sosial untu

perbaikan dan peningkatn kualifikasi guru, agar guru merasa percaya diri dalam

menjalankan profesinya, dan dengan demikian mendapatkan kembali harga

dirinya (Wiriaatmadja, 2011 , hlm. 29).

3. Desain Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model spiral dari

Kemmis dan Taggart (1988), karena peneliti menganggap model siklus ini sesuai

dengan tema dan tujuan dari penelitian ini. Peneliti menggunakan model spiral

dari kemmis dan taggart (1988) yang secara garis besar terdapat empat tahapan di

dalamnya, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)

(26)

37

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Siklus PTK Model Kemmis dan Taggart (1988)

Reflect

CYCLE 1

Observe

Reflect

CYCLE 2

Observe

Reflect

CYCLE 3

Observe

Sumber: Wiriaatmadja (2005, hlm. 66)

Gambar 3.1 mengenai penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan

Taggart tersebut, terdapat penjelasan bahwa PTK dilakukan dengan beberapa

siklus. Setelah mengetahui masalah yang akan di teliti maka masuklah ke Tahap

awal siklus satu yaitu menyusun rencana (plan), selanjutnya tindakan, Plan

Revised

Plane

Revised

Plane

Action Action

(27)

38

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengamatan dan refleksi. dilanjutkan dengan tahap selanjutnya sebanyak beberapa

siklus sampai proses pembelajaran berhasil dengan metode yang diharapkan oleh

peneliti. Adapun tahap-tahapnya yaitu :

a. Perencanaan (Plan)

Perencanaan merupakan hal yang penting dilakukan agar apa yang

diinginkan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pada

penelitian ini rencana tindakan bersifat fleksibel, hal ini dimaksudkan agar

peneliti lebih mudah dan dapat menyesuaikan dengan apa yang telah

direncanakan dari jauh-jauh hari untuk melakukan penelitian ini. Pada

tahap perencaan ini, peneliti menentukan kelas yang akan dijadikan

sebagai tempat penelitian dan melakukan pra penelitian terhadap kelas

yang akan digunakan untuk penelitian. selanjutnya, peneliti meyusun

waktu penelitian, silabus dan rencana pengajaran yang akan digunakan

saat pembelajaran di kelas. Peneliti juga merencanakan penilaian yang

akan digunakan dalam proses KBM sehingga dapat mengukur sikap saling

ketergantungan positif siswa dalam kelompok, menyusun instrument yang

akan digunakan dalam penelitian, merencanakan diskusi yang akan

dilakukan oleh peneliti dengan observer, membuat rencana perbaikan

sebagai tindak lanjut yang akan di lakukan peneliti dengan observer, serta

merencanakan pengolahan data terhadap hasil yang diperoleh dari

penelitian.

b. Tindakan (act)

Tahap ke 2 dari penelitian tindakan kelas ini adalah pelaksanaan

yang merupakan implementasi atau penerapan isi perencanaan yang telah

dibuat. Hal yang perlu diingat dalam tahap ini adalah bahwa pelaksana

guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam

rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak di buat-buat. Tujuan

(28)

39

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketergantungan positif siswa dalam kelompok yang dalam pelaksanaannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

c. Pengamatan (observing)

Pada tahapan ini peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap

pelaksanaan tindakan yang sedang dilakukan. Kegiatan pengamatan dan

pelaksanaan tindakan berlangsung dalam waktu yang sama. Oleh karena

itu, baik guru maupun peneliti melakukan pengamatan balik terhadap apa

yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Peneliti juga dapat mencatat

sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat

untuk perbaikan siklus selanjutnya.

d. Refleksi (reflecting)

Tahap selanjutnya adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali

apa yang sudah dilakukan. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis

terhadap hasil observasi yang telah dilakukan. Peneliti dan observer juga

berdiskusi untuk memperbaiki kekurangan dari tindakan yang telah

dilaksanakan. Pada tahap refleksi ini peneliti melakukan:

1) Setelah tindakan dilaksanakan, dilakukan kegiatan diskusi

antara peneliti, observer dan siswa.

2) Merefleksikan hasil diskusi untuk siklus yang selanjutnya.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka

dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang disarankan

kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada

diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.

catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan

melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.

C. Penjelasan Istilah

(29)

40

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mengorganisir

pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja

bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran, Bern dan Erickson (dalam

Komalasari, 2011, hlm. 62).

Group investigationadalah metode yang dikembangkan oleh Sharan dan

Sharan. Dalam proses pembelajarannya sudah melibatkan siswa dari mulai tahap

perencanaan, baik ketika menentukan topik maupun ketika melakukan investigasi.

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-6

orang. Masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda. Ketika berdiskusi,

setiap anggota menentukan informasi apa yang ingin dibahas, bagaimana

mengolahnya, dan bagaimana menyajikan hasilnya di depan kelas. Semua anggota

harus turut andil dalam kerja kelompok, baik dalam menentukan topik maupun

menentukan pembagian kerja.

Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Seleksi topik

Para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang

berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan

4-6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,

etnik maupun kemampuan akademik.

2) Merencanakan kerjasama

Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar

khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai

topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah (1) di atas.

b. Tahap Pelaksanaan

(30)

41

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada

langkah (2). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan

keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa

untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam

maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti

kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

2) Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang

diperoleh pada langkah (3) dan merencanakan agar dapat diringkas

dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

c. Tahap Penutup

1) Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari

berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas

saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai

topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

2) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.

Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,

atau keduanya.

2. Possitive Interdependence

Interdependensi atau saling ketergantungan merupakan teori yang lahir

dari perspektif liberalis. Dimulai pada tahun 1990, Kurt Koffka dengan teorinya

saling ketergantungan sosial menyatakan bahwa kelompok bersifat dinamik

dimana saling ketergantungan antara anggotanya dapat bervariasi (Irsyada,

terdapat dalam

(31)

42

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang saling dilakukan oleh dua orang atau lebih (kelompok). Saling

ketergantungan yang positif akan menghasilkan interaksi yang bersifat positif

untuk meningkatkan dan memotivasi ketika masing-masing individu dalam

kelompok saling mendukung kinerja kelompoknya.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian ini maka diperlukan alat

evaluasi atau biasa di sebut instrumen penelitian.Menurut Arikunto (2010)

terdapat dua jenis teknik evaluasi yaitu teknik non tes dan teknik tes. Dalam

penelitian ini, teknik non tes adalah teknik yang digunakan untuk mengukur sikap

ketergantungan positif siswa di dalam kelompok, karena teknik non tes dirasa

lebih cocok. Lebih lanjut lagi penelitian terhadap sikap ketergantungan positif

siswa di dalam kelompok ini menggunakan skala bertingkat (rating scale).

Menurut Arikunto (2010, hlm. 27) skala menggambarkan suatu nilai yang

berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Lebih lanjut Arikunto juga

menjelaskan bahwa biasanya angka-angka yang digunakan secara bertingkat dari

mulai yang terendah ke yang tinggi. Oleh karena itu, skala ini dikatakan skala

bertingkat.

Adapun perangkat-perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data

tentang sikap saling ketergantungan positif siswa di dalam kelompok yaitu

sebagai berikut:

1. Lembar Panduan Observasi

Lembar panduan observasi ini merupakan perangkat yang digunakan

untuk mengumpulkan data baik pada saat pra penelitian maupun pada saat

penelitian dilaksanakan. Data yang diperoleh adalah data pada saat

mengamati aktivitas guru dan siswa, yaitu guru IPS dan siswa kelas VIII-3

SMP Negeri 1 Bandung. Lembar observasi yang digunakan untuk mengukur

sikap saling ketergantungan positif siswa dalam kelompok terdiri dari

beberapa indikator. Indikator tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(32)

43

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kisi-kisi instrumen penelitian

No Indikator Kriteria Penilaian

(33)

44

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sesuatu.

Pedoman wawancara merupakan perangkat yang digunakan untuk

memperoleh data yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan tindakan.

wawancara merupakan salah satu bentuk alat yang dilakukan melalui

(34)

45

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara ini berisi beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti

sebelumnya yang akan diajukan kepada guru dan siswa. Dari hasil wawancara

yang telah dilakukan data yang diperoleh digunakan unrtuk refleksi guna

menunjang penelitian selanjutnya.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang penting di

lapangan ketika penelitian berlangsung. Sejalan dengan pendapat Wiriaatmaja

(2005, hlm. 125) yang mengemukakan bahwa “catatan lapangan memuat

deskriptif berbagai kegiatan suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan,

berbagai bentuk interaksi sosial dan nuansa-nuansa lainnya”. Menurut Bodman

dan Bilken (dalam Meleong, 2005, hlm.209) “catatan lapangan adalah catatan

tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan difikirkan dalam

rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

Catatan yang dibuat hanya berupa kata kunci sebagai pokok dari pembicaraan

atau pengamatan. Kemudian diubah kedalam catatan lengkap yang ditelaah

oleh peneliti guna untuk mendapatkan data yang konkrit.Dalam hal ini peneliti

meminta bantuan observer untuk membuat catatan catatan lapangan pada saat

pembelajaran IPS berlangsung di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung.

b) Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, keterlibatan peneliti sangat penting dalam

pengumpulan dan analisis data. Peneliti harus terlibat langsung dalam

pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah teknik non tes yaitu dengan menggunakan wawancara, observasi, studi

dokumentasi dan catatan lapangan.

1. Wawancara

Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang

(35)

46

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khan dan cannel, wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang

atau lebih dengan tujuan tertentu (dalam Sarosa, 2012, hlm. 45). Dalam

wawancara, peneliti dapat mengajukan pertanyaan mengenai (Silverman

1993, dalam Sarosa, 2012, hlm. 45):

a). Fakta (misalnya mengenai data diri, geografis, demografis)

b). Kepercayaan dan perspektif seseorang terhadap suatu fakta

c). Perasaan

d). Perilaku saat ini dan masa lalu

e). Standar normatif

f). Mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu

Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang “kaya” dan

multi dimensi mengenai suatu hal dari para partisipan (Meyers 2009, dalam

Sarosa, 2012 hlm. 45). Hasil wawancara adalah persepsi atau ingatan

partisipan terhadap suatu hal. Dalam melakukan wawancara, ada beberapa

kemungkinan masalah yang akan dihadapi oleh peneliti. Masalah-masalah

tersebut antara lain (Meyers dan Newman dalam Sarosa, 2012, hlm. 51):

a. Wawancara yang dibuat-buat

b. Kurangnya kepercayaan partisipan terhadap pewawancara

c. Kurangnya waktu yang menyebabkan data yang terkumpul dari

wawancara tidak lengkap atau tidak dapat diandalkan

d. Level entry atau siapa saja yang pertama kali diwawancarai

e. Elite biasa

f. Hawthorne effect, yaitu kondisi ketika peneliti sebagai pewawancara

mempengaruhi partisipan dalam menjawab pertanyaan

g. Bahasa yang ambigu membuat partisipan salah memahami maksud

peneliti

(36)

47

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan utama dari wawancara ini adalah untuk mengumpulkan data

guna menunjangpenelitian yang dilakukan. Dalam hal ini yang berkaitan

dengan sikap saling ketergantungan positif.

2. Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung setiap kejadian yang sedang

berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang

akan diamati (Sanjaya, 2009, hlm.86). Observasi ini dibuat dalam bentuk

cheklist. Jadi dalam pengisiannya, observer hanya perlu memberikan tanda

cheklist pada kolom serta menuliskan keterangan pada kolom yang telah

disediakan.

3. Studi Dokumentasi

Lincoln dan Guba (dalam Setiawati, 2009, hlm. 80) mengatakan

bahwa dokumentasi dan catatan digunakan sebagai pengumpulan data

didasarkan pada beberapa hal yakni :

a. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena

mudah diperoleh dan relatif lebih murah.

b. Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian

merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang

tanpa melalui perubahan didalamnya.

c. Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya

d. Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal,

yang menggambarkan kenyataan formal

Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun

catatan non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau

pelakuan peneliti.

Dalam penelitian ini kamera digunakan sebagai alat bantu untuk

(37)

48

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti dibantu dengan observer yang melakukan observasi pada saat

penelitian berlangsung di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung.

c) Validasi Data

Validasi ada adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan

keabsahan data. beberapa bentuk validasi data yang dapat peneliti lakukan dalam

penelitian tindakan kelas menurut Hopkins yaitu member check, triangulasi, audit

trail, expert opinion, dan key respondent review (dalam Wiriaatmadja, 2012,

hlm.168), untuk menguji derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran penelitian,

ada beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan

kelas, yaitu :

1. Member Chek dilakukan untuk meninjau kembali keterangan-keterangan

atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari

narasumber tentang kebenaran data penelitian. Dalam kegiatan ini peneli

menginformasikan penemuan yang diperoleh baik kepada guru, maupun

siswa pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.

2. Triangulasi yaitu kegiatan untuk memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk

atau analisis yang diperoleh peneliti dengan menggunakan sumber lain

yakni dengan membandingkan kebenaran data dengan sumber lain atau

hasil peneliti lain.

3. Audit Trail yakni memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau

prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam mengambil kesimpulan.

Selain itu, peneliti juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh

peneliti atau mitra peneliti. Audit trial dapat dilakukan oleh kawan sejawat

peneliti, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan

penelitian tindakan kelas yang sama seperti peneliti itu sendiri (Kunandar,

2009, hlm. 108).

4. Expert Opinion dilakukan dengan cara pengecekan data terakhir terhadap

kesahihan temuan peneliti kepada pakar profesional. Dalam kegiatan ini

(38)

49

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga validasi data temuan yang dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya.

d) Analisis Data Penelitian

Menurut Patton 1980 (dalam Basrowi, 2008, hlm. 91) analisis data ialah

proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori

dan satuan uraian dasar. Teknik analisis data dilakukan setelah data diperoleh dari

hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi, studi literature dan studi lapangan.

Setelah data hasil penelitian terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data.

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian

tindakan kelas. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki wawasan

autentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya (Kunandar, 2009,

hlm. 101). Pada dasarnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan

proses pengumpulan data. Analisis data tersebut terdiri atas beberapa

komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu:

a. Redukasi Data dan Kategorisasi

Redukasi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Redukasi data

merupakan bentuk analisis yang yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik

dan diverifikasi.

b. Penyajian data

Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita melihat dan akan

(39)

50

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian

tersebut.Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

berbagai jemis matriks, grafik jaringan dan bagan. Dengan demikian,

peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan apakah

menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan

analisis.

c. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan dan verifikasi, dilakukan sejak awal data

diperoleh.Kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaran dan

kesesuainya sehingga validitasnya terjamin.

2. Analisis Data Kuantitatif

Selain analisis data kualitatif peneliti juga menggunakan analisis data

kuantitatif untuk menganalisis data hasil penelitian ini. Pada proses

penelitian, menganalisis dan menginterpretasikan data merupakan proses

penting, karena data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika kita

tidak mengolahnya. Komalasari (2011, hlm. 156) menuliskan untuk

menghitung perolehan skor dapat dilakukan dengan rumus dibawah ini:

Perhitungan rata-rata (persentase): Jumlah skor kelompok x 100% Jumlahskormaksimal

Dari perhitungan rata-rata tersebut nilai keberhasilan terjadi ketika nilai

menunjukkan rata-rata sebagai berikut :

Rata-rata (Persentase)

Nilai Skor Persentase

Kurang 0%- 33,3%

Cukup 33,4% - 66,6%

(40)

51

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil rata-rata yang menunjukkan titik keberhasilan suatu penelitian

dilihat dari rata-rata hasil persentase 66,7%-100%. Untuk target keberhasilan

penelitian tindakan kelas ini, peneliti menentukan batas penelitian harus

(41)

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Pada bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan serta saran yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait

dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I, II, III dan IV yang dilaksanakan

di kelas VIII-3 mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning

tipe Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Possitive Interdependence

Siswa Dalam Kelompok.”, peneliti mengambil kesimpulan secara umum dan

khusus.

Kesimpulan umum yang peneliti dapatkan dari peneltian yang telah

dilakukan bahwa melalui penerapan Model PembelajaranCooperative Learning

tipe Group Investigation dapat meningkatkan Sikap Possitive Interdependence

Siswa Dalam Kelompok khususnya pada pembelajaran IPS.Hal ini disebabkan

karena penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group

Investigationdapat membuat siswa bekerja dalam kelompok, dengan cara

menginvestigasi dan menganalisis masalah membuat siswa melakukan pembagian

tugas karena jika tidak terjadi pembagian tugas yang baik maka tugas tidak akn

bisa diselesaikan tepat waktu. Hal ini menuntut siswa untuk saling bekerjasama,

menghargai, membantu, ikut berkontribusi, mau mendengarkan dan bertanggung

jawab untuk dirinya sendiri serta anggota dalam kelompoknya (saling

ketergantungan positif).

Kesimpulan secara khusus dapat peneliti peneliti jabarkan dari hasil

penelitain adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model

Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation untuk

menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok yang

(42)

159

Wida Williannita, 2014

Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan pembelajaran dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan

sesuai dengan rencana yang telah sibuat sebelumnya. Selain mempersiapkan

RPP yang berfokus pada sikap salingketergantungan positif siswa di kelas,

guru juga mempersiapkan materi dengan menentukan tema atau topik yang

akan dibahas. Peneliti juga mempersiapkan lembar observasi guru dan siswa,

catatan lapangan, lembar wawancara serta studi dokumentasi yang akan

digunakan untuk penelitian.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran

Cooperative Learning tipe Group Investigation untuk menumbuhkan sikap

possitive interdependence siswa dalam kelompok dilakukan guru dengan

cukup baik. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan melalui tiga tahapan

yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan pelaksanaan ini

guru berusaha untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa

melalui tugas investigasi kelompok. Selain itu, guru juga memberikan

motivasi seperti ice breakingagar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran di

kelas. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guna menumbuhkan sikap

possitive interdependence siswa ialah siswa dibagi menjadi 6 kelompok,

siswa diberi masalah untuk diinvestigasi dan dianalisis dengan teman

sekelompoknya. Ketika siswa mengerjakan tugas di dalam kelompok sikap

siswa dalam saling ketergantungan positif dapat diamati dengan jelas. Begitu

pula pada saat presentasi.

3. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan Model

Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigationyang dilakukan

oleh guru secara umum yaitu, dalam menentukan waktu penelitian, pada

tahap pembuatan RPP dan keterbatasan waktu mengajar di kelas sedangkan

materi luas. Selain itu, kendala lain yang dihadapi adalah penyesuaian siswa

dengan model pembelajaran yang belum pernah dialami sebelumnya sehingga

pada awal siklus siswa masih terlihat bingung. Dalam kegiatan pembelajaran

Gambar

Gambar 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya pihak korban akan langsung menyetujuinya yang kemudian kedua belah pihak akan melakukan perundingan dan pihak korban akan menetapkan sanksi bagi pihak pelaku, jika

(1) the designed system enables the communication among different platform and datasets, including smart phones, web, and desktop application whether it is structured, semi-

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di

Berdasarkan lampiran 15 menunjukkan bahwa sebagian besar sumber informasi yang didapatkan responden melalui tenaga kesehatan yang mempunyai sikap positif dalam

No. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa interval jumlah aktivitas off task yang diobservasi oleh guru pendamping selama 90 menit dapat terlihat bahwa siswa yang tidak

matematika diskrit melalui proses e-leaning. Dalam peneltian ini selain mahasiswa mendapatkan materi di kelas mahasiswa juga dapat melakukan diskusi maupun latihan

Temuan penelitian menunjukkan (1) guru BK SMK Negeri di Kota Bandung berada dalam kecenderungan burnout yang rendah, (2) guru BK berusia 18-40 tahun memiliki rata-rata

Furthermore, women with low education level had 86% greater risk of (pre-)eclampsia (RRa=1.86, P=0.005), while middle education level had 72% greater risk of