No. Daftar FPIPS: 4354/UN.40.2.7/PL/2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK
MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE
SISWA DALAM KELOMPOK
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh :
WIDA WILLIANNITA 1006812
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
No. Daftar FPIPS: 4354/UN.40.2.7/PL/2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK
MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE
SISWA DALAM KELOMPOK
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung)
Oleh Wida Williannita
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Wida Williannita 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
No. Daftar FPIPS: 4354/UN.40.2.7/PL/2014
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK
MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE INTERDEPENDENCE
SISWA DALAM KELOMPOK
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung) Oleh:
Wida Williannita NIM. 1006812
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. Dadang Sundawa, M.Pd NIP. 19600515 198803 1 002
Pembimbing II,
Muhamad Iqbal, S.Pd., M.Si NIP.19801112 200912 1 003
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan IPS
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSSITIVE
INTERDEPENDENCE SISWA DALAM KELOMPOK (PenelitianTindakanKelasdi Kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung)
Oleh Wida Williannita
Penelitian ini dilatarbelakangi karena beberapa permasalahan siswa dalam sikap saling ketergantungan positif. Hal ini didasarkan pada hasil observasi awalyang menunjukkan kurangnyasikap saling ketergantungan positif siswa dalam kelompok. Dapat dilihat dari siswa tidak dapat bekerjasama, bertanggungjawab, berkontribusi dan berpartisipasi serta menghargai pendapat teman sekelompoknya.Untuk memperbaiki hal tersebut, dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigationagar kualitas pembelajaransejalan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Pertama, mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa. Kedua, mengetahui pelaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe group investigation terhadap penumbuhan sikap possitive interdependence siswa. Ketiga, mengetahui kendala dan upaya dalam melaksanakan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation, dan keempat, mengetahui bagaimana pertumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Taggart. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Setiap tahapan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam empat siklus. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, pada siklus satu dan dua, sikap saling
ketergantungan positif siswa sudah mulai terlihat tetapi masih dalam kategori “cukup”. Pada siklus ketiga, menunjukan peningkatan yang signifikan yaitu berada pada kategori “baik”.
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD GROUP INVESTIGATION TYPE TO GROW INTERDEPENDENCE POSITIVE BEHAVIOUR OF
STUDENTS IN GROUP
(Classroom Action Research at Class of VIII-3 SMPN 1 Bandung)
By
WidaWilliannita
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 9
B. Model Cooperative Learning ... 11
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (group Investigation) ... 16
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dalam
Pembelajaran IPS ... 25
F. Pengertian Ketergantungan Positif (Possitive Interdependence) ... 25
G. Penelitian Terdahulu ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34
B. Metode Penelitian ... 35
C. Penjelasan Istilah ... 39
D. Instrumen Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Validasi Data ... 47
G. Analisis Data Penelitian ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi SMP Negeri 1 Bandung ... 51
B. Deskripsi Perencanaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok ... 52
C. Analisis Hasil Pengolahan Data Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation Dalam Menumbuhkan Sikap Possitive Interdependence Siswa Pada Pembelajaran IPS ... 143
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 154
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 158
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian 42
Tabel 4.1 Nama dan anggota kelompok pada pelaksanaan siklus 1 58 Tabel 4.2 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,
kelompok 1 63
Tabel 4.3 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,
kelompok 2 64
Tabel 4.4 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,
kelompok 3 66
Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,
kelompok 4 68
Tabel 4.6 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,
kelompok 5 71
Tabel 4.7 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus 1,
kelompok 6 72
Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus 1 75 Tabel 4.9 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,
kelompok 1 86
Tabel 4.10 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,
kelompok 2 88
Tabel 4.11 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,
kelompok 3 90
Tabel 4.12 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,
kelompok 4 92
Tabel 4.13 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,
kelompok 5 94
Tabel 4.14 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus II,
kelompok 6 96
Tabel 4.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus kedua 99 Tabel 4.16 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus ketiga,
kelompok 1 107
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok 2 109
Tabel 4.18 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,
kelompok 3 111
Tabel 4.19 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,
kelompok 4 113
Tabel 4.20 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,
kelompok 5 115
Tabel 4.21 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus III,
kelompok 6 117
Tabel 4.22 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus ketiga 120 Tabel 4.23 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,
kelompok 1 128
Tabel 4.24 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,
kelompok 2 130
Tabel 4.25 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,
kelompok 3 131
Tabel 4.26 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,
kelompok 4 133
Tabel 4.27 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,
kelompok 5 135
Tabel 4.28 Hasil Observasi Sikap Saling Ketergantungan Positif Siklus IV,
kelompok 6 136
Tabel 4.29 Tabel hasil kriteria penilaian keseluruhan kelompok siklus IV 138 Tabel 4.30 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus Keempat 140 Tabel 4.31 Hasil persentase Penerapan model pembelajaran cooperative learning
tipe group investigation pada Setiap Siklusnya 146
Tabel 4.34 Perbandingan sikap saling ketergantungan siswa dalam kelompok
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Dampak Instruksional dan Pengiring 21
Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis dan Taggart (1988) 37
Gambar 4.1 Siswa sedang Melakukan Diskusi Kelompok 61
Gambar 4.2 MZR sedang memakai mukena 68
Gambar 4.3 Siswa sedang Mengerjakan tugas kelompok tentang alat komunikasi 84
Gambar 4.4 kelompok 3 tampak serius melakukan diskusi 92
Gambar 4.5 Siswa Melakukan Penyajian Hasil Diskusi Kelompok tentang
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hasil Presentase kritetia penilaian keseluruhan kelompok siklus I 74
Grafik 4.2 Diagram hasil kriteria penilaian secara keseluruhan kelompok
siklus II 98
Grafik 4.3 Hasil Presentase kriteria penilaian kelompok secara keseluruhan
siklus III 119
Grafik 4.4 Hasil Presentase kriteria penilaian keseluruhan kelompok siklus IV 139
Grafik 4.5 Hasil Presentase Observasi Penampilan Guru dalam Penerapan
model pembelajaran kooperatif 147
Grafik 4.6 Hasil Presentase Observasi sikap saling ketergantungan positif
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Isu pendidikan adalah salah satu isu yang paling mengemuka saat ini.
Terbukti dari seringnya masalah pendidikan dibicarakan dalam forum-forum
berskala nasional. bahkan pemerintah banyak membuat program untuk meratakan
pendidikan disetiap daerah dengan cara mengutus tenaga pendidik untuk mengajar
di daerah terpencil. Hal ini dilakukan karena pendidikan memegang peranan
penting dalam kehidupan.
Pendidikan, idealnya tidak hanya mengacu pada masa lalu dan masa kini,
tetapi lebih kepada proses memikirkan masa depan, yaitu dengan bagaimana
peserta didik mengembangkan kemampuannya terhadap apa yang diminatinya
nanti. Pendidikan hendaknya memandang jauh kedepan tentang apa yang akan
dihadapi dan dilakukan peserta didik di masa yang akan datang. Sebagaimana
yang di sebutkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003, fungsi dari pendidikan nasional adalah:
„Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dapat dikatakan sebagai faktor penentu utama pengembangan sumber daya manusia, dengan anggapan bahwa semakin terdidik
seseorang maka kualitas hidupnya akan lebih baik‟.
Menurut Lawson (dalam Fitriyanti, 2009, hlm. 1) “effective citizenship
tidak mungkin bisa diwujudkan tanpa kemampuan berfikir”. Lebih lanjut Lawson
mengatakan “warga negara yang baik adalah seseorang yang memberikan
kontribusi secara efektif dan bertanggungjawab terhadap berbagai isu dalam
masyarakat serta mampu mengambil peran didalamnya”.
Sebagian besar orang berfikir bahwa isu pendidikan yang harus
diwaspadai adalah masalah pergantian kurikulum yang baru-baru ini mulai
2
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut. Padahal dibalik itu ada dampak lain dari masalah pendidikan yang luput
dari perhatian banyak orang, yaitu masalah yang bersumber dari peserta didik itu
sendiri, bagaimana idealnya peserta didik itu menempatkan dirinya dalam
pergaulannya bersama teman sekelas.
Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan, tujuan dan fungsi pendidikan
pada saat ini belum sepenuhnya tercapai. pendidikan masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan merupakan seperangkat fakta yang harus dihafal
dan masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga mengalami hal serupa, menurut Muchtar
(dalam Effendy, 2012, hlm. 5)hasil penelitian secara umum mengungkapkan
bahwa proses pembelajaran IPS terperangkap pada proses menghapal yang hanya
menyentuh proses kognitif tingkat rendah. Hal tersebut membuat peserta didik
merasa bosan karena terlalu banyak materi yang harus dihafalkan. Berdasarkan
hasil wawancara yang peneliti lakukan, siswa sulit untuk bekerjasama dalam
kelompok dan bertanggungjawab dengan dirinya sendiri maupun kelompok.
Siswa hanya ingin berkelompok dengan orang-orang yang memiliki kedekatan
dengan dirinya. Sedangkan, siswa cenderung sulit memahami konsep-konsep IPS
bila belajar sendiri.
Hal serupa ditemukan peneliti pada saat melakukan pra penelitian di SMP
Negeri 1 Bandung, khususnya di kelas VIII-3 bahwa pada saat proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas peneliti menemukan
beberapa permasalahan, yaitu pertama, ketika pembelajaran IPS berlangsung dan
peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5-6
orang. Dari jumlah anggota dalam masing-masing kelompok terlihat hanya
beberapa orang saja yang menguasai materi dan memberikan kontribusi dalam
pembelajaran. Kedua, Peserta didik yang merasa pandai sering kali lebih
mementingkan diri sendiri dan kurang menghargai ide-ide yang dilontarkan teman
sekelompoknya, bahkan di dalam kelompok tak jarang ide-ide yang dianggap
3
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembicaraannya diinterupsi. Sehingga hal ini membuat siswa yang merasa
berkemampuan biasa saja enggan untuk mengeluarkan pendapat dan ikut
berpartisipasi dalam kelompok. Ketiga, masih ada beberapa anggota kelompok
yang lebih memilih mengerjakan tugas mata pelajaran lain dibanding ikut
berpartisipasi dalam kelompok. Keempat, peserta didik terkesan kurang
menghargai ide yang dikemukaan teman sekelompoknya. Kelima, hanya satu atau
dua orang saja yang fokus mengerjakan tugas kelompok yang diberikan sehingga
hanya satu atau dua orang saja yang faham terhadap materi yang dikerjakan.
Keenam, pada saat presentasi, hanya siswa yang benar-benar mengerjakan
tugaslah yang faham dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Dari berbagai permasalahan tersebut, maka menurut hasil diskusi peneliti
dengan guru IPS kelas, keseluruhan masalah yang akan dipecahkan memiliki
kaitan satu sama lain. Yaitu bagaimana siswa dapat lebih bertanggungjawab
terhadap kelompoknya dengan menumbuhkan sikap ketergantungan positif dalam
diri siswa agar kerjasama yang terjadi di dalam kelompok adalah kerjasama yang
memiliki manfaat serta menguntungkan satu sama lain dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.
Proses belajar seharusnya menjadi proses interaksi sosial yang bermakna,
yang di dalamnya siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok untuk
mencapai keberhasilan pembelajaran bersama. Dilihat dari perspektif filosofis
terhadap konsep belajar, untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan
atau teman. Maka dari itu model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation merupakan model pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan
sikap ketergantungan positif siswa di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung. Hal ini
mengacu pada kenyataanya bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas
kerjasama dalam kehidupan di dunia nyata dan untuk dapat mewujudkan
pembelajaran yang bermakna dibutuhkan adanya kesadaran untuk berinteraksi dan
4
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran Kooperatif mengasumsikan pentingnya kerjasama dalam
kelompok, akan terjadi pembagian peran, tugas, dan wewenang dari setiap
anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok berusaha saling
menghargai dan memberikan kontribusi terhadap kegiatan kelompok.
Pembelajaran kooperatif dapat memudahkan peserta didik untuk bekerjasama,
saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama. Inilah yang
dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang berasal dari berbagai
latarbelakang yang berbeda dapat belajar bekerjasama di dalam kelas, maka
dikemudian hari diharapkan mereka juga bisa membangun interaksi positif.
Setiap siswa yang menjadi anggota kelompok harus memegang prinsip
tenggelam atau berenang bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota
kelompok memilliki dua tanggungawab yaitu mempelajari materi yang sudah
ditugaskan dan meyakinkan bahwa semua anggota kelompok mempelajari materi
yang sudah ditugaskan tersebut. Istilah teknis untuk tanggungjawab ganda inilah
yang disebut interdependensi. Piaget dengan konsepnya “active learning”
berpendapat bahwa para siswa belajar lebih baik jika mereka berfikir secara
kelompok, menurut pemikiran mereka maka oleh sebab itu menjelaskan sebuah
pekerjaan itu lebih baik dari menampilkan di depan kelas.
Dengan demikian, berdasarkan masalah yang menjadi acuan, penulis akan
melakukan penelitian yang mengangkat judul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap
Possitive Interdependence Siswa Dalam Kelompok (Penelitian Tindakan
Kelas di Kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung).
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai rendahnya sikap
saling ketergantungan positif siswa di dalam kelompok khususnya pada
pembelajaran IPS. Sehingga perlu adanya model pembelajaran yang
5
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengembangkan sikap saling ketergantungan positifnya terutama ketika bekerja
dalam kelompok. Model pembelajaran yang dirasa cocok diterapkan untuk
menumbuhkan sikap saling ketergantungan positif tersebut adalah model
pembelajaran cooperative learning tipe group investigation. Dengan demikian,
peneliti memberikan batasan terhadap penelitian ini, yaitu:
1. Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran cooperative learning tipe group investigation dalam
menumbuhkan sikap saling ketergantungan positif siswa dalam
kelompok terutama dalam pembelajaran IPS.
2. Sikap saling ketergantungan positif dalam penelitian ini ditujukan dalam
bentuk tugas kelompok yang diberikan kepada setiap kelompok dengan
melihat indikator-indikator pada aspek saling ketergantungan positif itu
sendiri.
3. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VIII-3 di SMP Negeri 1 Bandung
tahun ajaran 2014/2015.
C. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicari jawabannya yang dituangkan
dalam bentuk pertanyaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup
permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah,
Suriasumantri (dalam Wulasari, 2011, hlm. 11). Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah di uraikan diatas, maka fokus permasalahan dalam penelitian
ini secara umum dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
“Bagaimana pertumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok setelah diterapkan model pembelajaran cooperative learning tipe group
investigation dalam pembelajaran IPS?
Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas
6
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimana guru merencanakan model pembelajaran cooperative learning
tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung sebagai
upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam
kelompok?
2. Bagaimana guru melaksanakan model pembelajaran cooperative learning
tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung sebagai
upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam
kelompok?
3. Bagaimana kendala dan solusi dalam penerapan model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri
1 Bandung sebagai upaya menumbuhkan sikap possitive interdependence
siswa dalam kelompok?
4. Bagaimana penumbuhan sikap possitive interdependence siswa dalam
kelompok setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning
tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang mejadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah: Untuk
menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok melalui
pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe group investigation. Untuk lebih memperjelas tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perencanaan model pembelajaran cooperative learning
tipe group investigationuntuk menumbuhkan sikap possitive
interdependencepada siswa di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.
2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran cooperative learning tipe group
investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencepada
7
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Untuk mengetahui bagaimana kendala yang dihadapi guru dalam
melaksanakan model pembelajaran cooperative learning tipe group
investigationserta solusi untuk mengatasi kendala tersebut dalam
pembelajaran IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.
4. Untuk memperoleh informasi bagaimana pertumbuhan sikap possitive
interdependence siswa dalam kelompok melalui model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation pada pembelajaran IPS di
kelas VIII-3 SMPN 1 bandung.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, peneliti membagi beberapa manfaat penelitian
penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation
dalam pembelajaran IPS untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence
siswa dalam kelompok. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu
memberikan manfaat yang berarti bagi murid, guru, dan sekolah sebagai suatu
sistem pendidikan yang mendukung penumbuhan sikap ketergantungan positif
peserta didik.
a. Manfaat bagi Guru
1) Mengembangkan dan meningkatkan profesinya sebagai guru
profesional dalam meningkatkan pembelajaran IPS melalui strategi
model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation.
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model
pembelajaran cooperative learning tipe group investigation.
b. Manfaat bagi peserta didik
1) menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam
kelompok dengan menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe group investigation di kelas VIII-3 SMP Negeri 1
Bandung.
2) Meningkatkan antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS di
8
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Manfaat bagi peneliti
1) Dapat memberikan solusi untuk mengatasi kendala dalam
pembelajaran IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.
2) Memberikan manfaat dalam memperbaiki sistem pembelajaran
IPS di kelas VIII-3 SMPN 1 Bandung.
3) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang strategi yang baik
di terapkan dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.
d. Manfaat bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
e. Bagi Program Studi Pendidikan IPS
Menjadi referensi untuk penelitian yang selanjutnya bagi adik
tingkat, baik di Prodi Pendidikan IPS maupun Program studi lainnya.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memepermudah penulisan sripsi, maka susunan penelitian akan
dijabarkan dalam sistematika penulisan seperti dibawah ini:
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang, latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur kepenulisan.
Bab II Kajian Teori. Pada bab ini memaparkan mengenai rujukan-rujukan
teori para ahli yang dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan
konseptual permasalahan dan hal-hal yang di kaji di dalam penelitian ini.
Bab III Metode Penelitian. Bab ini terbagi kedalam beberapa sub bab
9
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penellitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan
verifikasi data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Di dalam bab ini memaparkan
mengenai hasil data yang diperoleh selama dilakukannya penelitian.
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. LokasiPenelitian
Lokasi tempat melaksanakan penelitian adalah SMP Negeri 1 Bandung
yang terletak di Jalan Kesatriaan No. 1 Bandung. Di kelas VIII-3 yang berjumlah
31 siswa. Mitra peneliti dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial kelas VIII, yaitu Ibu Dra Yuhelmi dan yang menjadi observer
adalah Ayu Rizi Mulyasari. Adapun pemilihan lokasi penelitian ditetapkan
dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Permasalahan yang ditemui di kelas VIII-3 sesuai dengan judul
skripsi peneliti, yaitu kurangnya sikap saling ketergantungan positif
antar siswa dalamkelompok.
b. Metode yang digunakan masih tradisional sehingga perlu
menerapkan dan memodifikasi metode dan model pembelajaran
yang ada sesuai dengan kebutuhan di kelas VIII-3.
c. Tempat penelitian yang dibarengkan dengan Program Pengalaman
Lapangan (PPL).
2. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-3SMP
Negeri 1 Bandung, yang berjumlah 31 orang. Alasan peneliti memilih siswa kelas
VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung adalah karena peneliti menemukan
permasalahan-permasalahan di kelas yang sesuai dengan judul skripsi peneliti yang harus
diperbaiki dalam proses belajar mengajar yang tentunya berhubungan dengan
sikap ketergantungan positif siswa dalam kelompok.Objek dari Penelitian ini
memfokuskan pada penumbuhan sikap saling ketergantungan positif siswa dalam
35
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
group investigation dalam pembelajaran IPS. Dalam hal ini peneliti berkolaborasi
dengan guru dan teman sejawat sebagai mitra peneliti.
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. penelitian
kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi,
karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung
dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan &
Schumacher, 2003, hlm. 33). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai
jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik
atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin, 2003, hlm. 12).
2. Penelitian Tindakan Kelas
Jenis penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan
yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk
memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses
perbaikan dan perubahan, Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 11) Lebih
jauh lagi Hopkins mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas bersifat
emansipatoris dan membebaskan karena penelitian ini mendorong kebebasan
berpikir dan berargumen pada pihak siswa dan mendorong guru untuk
bereksperimen, meneliti dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan
atau judgment. Emansipasi dalam pemahaman bahasa Indonesia sehari-hari
mempunyai makna perbaikan nasib, peningkatan status, atau perjuangan
kesetaraan.
Suharjono mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti lainnya (atau dilakukan
sendiri oleh guru yang bertindak sebagai peneliti) di kelas atau sekolah tempat dia
36
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
praktis. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu jalan yang terbuka untuk
pendidik yang ingin menambah ilmu pengetahuan, melaui praktek pembelajaran
di kelas dengan berbagai model yang akan mengaktifkan guru dan siswa,
mencoba melakukan penelitian untuk secara reflektif melakukan kriktik terhadp
kekurangan dan berusaha memperbaikinya agar pendidikan benar-benar menjadi
bidang profesi. Penelitian tindakan kelas adalah suatu gerakan sosial untu
perbaikan dan peningkatn kualifikasi guru, agar guru merasa percaya diri dalam
menjalankan profesinya, dan dengan demikian mendapatkan kembali harga
dirinya (Wiriaatmadja, 2011 , hlm. 29).
3. Desain Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model spiral dari
Kemmis dan Taggart (1988), karena peneliti menganggap model siklus ini sesuai
dengan tema dan tujuan dari penelitian ini. Peneliti menggunakan model spiral
dari kemmis dan taggart (1988) yang secara garis besar terdapat empat tahapan di
dalamnya, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
37
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1
Siklus PTK Model Kemmis dan Taggart (1988)
Reflect
CYCLE 1
Observe
Reflect
CYCLE 2
Observe
Reflect
CYCLE 3
Observe
Sumber: Wiriaatmadja (2005, hlm. 66)
Gambar 3.1 mengenai penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan
Taggart tersebut, terdapat penjelasan bahwa PTK dilakukan dengan beberapa
siklus. Setelah mengetahui masalah yang akan di teliti maka masuklah ke Tahap
awal siklus satu yaitu menyusun rencana (plan), selanjutnya tindakan, Plan
Revised
Plane
Revised
Plane
Action Action
38
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengamatan dan refleksi. dilanjutkan dengan tahap selanjutnya sebanyak beberapa
siklus sampai proses pembelajaran berhasil dengan metode yang diharapkan oleh
peneliti. Adapun tahap-tahapnya yaitu :
a. Perencanaan (Plan)
Perencanaan merupakan hal yang penting dilakukan agar apa yang
diinginkan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pada
penelitian ini rencana tindakan bersifat fleksibel, hal ini dimaksudkan agar
peneliti lebih mudah dan dapat menyesuaikan dengan apa yang telah
direncanakan dari jauh-jauh hari untuk melakukan penelitian ini. Pada
tahap perencaan ini, peneliti menentukan kelas yang akan dijadikan
sebagai tempat penelitian dan melakukan pra penelitian terhadap kelas
yang akan digunakan untuk penelitian. selanjutnya, peneliti meyusun
waktu penelitian, silabus dan rencana pengajaran yang akan digunakan
saat pembelajaran di kelas. Peneliti juga merencanakan penilaian yang
akan digunakan dalam proses KBM sehingga dapat mengukur sikap saling
ketergantungan positif siswa dalam kelompok, menyusun instrument yang
akan digunakan dalam penelitian, merencanakan diskusi yang akan
dilakukan oleh peneliti dengan observer, membuat rencana perbaikan
sebagai tindak lanjut yang akan di lakukan peneliti dengan observer, serta
merencanakan pengolahan data terhadap hasil yang diperoleh dari
penelitian.
b. Tindakan (act)
Tahap ke 2 dari penelitian tindakan kelas ini adalah pelaksanaan
yang merupakan implementasi atau penerapan isi perencanaan yang telah
dibuat. Hal yang perlu diingat dalam tahap ini adalah bahwa pelaksana
guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam
rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak di buat-buat. Tujuan
39
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ketergantungan positif siswa dalam kelompok yang dalam pelaksanaannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.
c. Pengamatan (observing)
Pada tahapan ini peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap
pelaksanaan tindakan yang sedang dilakukan. Kegiatan pengamatan dan
pelaksanaan tindakan berlangsung dalam waktu yang sama. Oleh karena
itu, baik guru maupun peneliti melakukan pengamatan balik terhadap apa
yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Peneliti juga dapat mencatat
sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat
untuk perbaikan siklus selanjutnya.
d. Refleksi (reflecting)
Tahap selanjutnya adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis
terhadap hasil observasi yang telah dilakukan. Peneliti dan observer juga
berdiskusi untuk memperbaiki kekurangan dari tindakan yang telah
dilaksanakan. Pada tahap refleksi ini peneliti melakukan:
1) Setelah tindakan dilaksanakan, dilakukan kegiatan diskusi
antara peneliti, observer dan siswa.
2) Merefleksikan hasil diskusi untuk siklus yang selanjutnya.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka
dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang disarankan
kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada
diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan
melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.
C. Penjelasan Istilah
40
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mengorganisir
pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja
bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran, Bern dan Erickson (dalam
Komalasari, 2011, hlm. 62).
Group investigationadalah metode yang dikembangkan oleh Sharan dan
Sharan. Dalam proses pembelajarannya sudah melibatkan siswa dari mulai tahap
perencanaan, baik ketika menentukan topik maupun ketika melakukan investigasi.
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-6
orang. Masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda. Ketika berdiskusi,
setiap anggota menentukan informasi apa yang ingin dibahas, bagaimana
mengolahnya, dan bagaimana menyajikan hasilnya di depan kelas. Semua anggota
harus turut andil dalam kerja kelompok, baik dalam menentukan topik maupun
menentukan pembagian kerja.
Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
1) Seleksi topik
Para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan
4-6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik.
2) Merencanakan kerjasama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar
khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai
topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah (1) di atas.
b. Tahap Pelaksanaan
41
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada
langkah (2). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan
keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa
untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam
maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
2) Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah (3) dan merencanakan agar dapat diringkas
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
c. Tahap Penutup
1) Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari
berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas
saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
2) Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,
atau keduanya.
2. Possitive Interdependence
Interdependensi atau saling ketergantungan merupakan teori yang lahir
dari perspektif liberalis. Dimulai pada tahun 1990, Kurt Koffka dengan teorinya
saling ketergantungan sosial menyatakan bahwa kelompok bersifat dinamik
dimana saling ketergantungan antara anggotanya dapat bervariasi (Irsyada,
terdapat dalam
42
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang saling dilakukan oleh dua orang atau lebih (kelompok). Saling
ketergantungan yang positif akan menghasilkan interaksi yang bersifat positif
untuk meningkatkan dan memotivasi ketika masing-masing individu dalam
kelompok saling mendukung kinerja kelompoknya.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian ini maka diperlukan alat
evaluasi atau biasa di sebut instrumen penelitian.Menurut Arikunto (2010)
terdapat dua jenis teknik evaluasi yaitu teknik non tes dan teknik tes. Dalam
penelitian ini, teknik non tes adalah teknik yang digunakan untuk mengukur sikap
ketergantungan positif siswa di dalam kelompok, karena teknik non tes dirasa
lebih cocok. Lebih lanjut lagi penelitian terhadap sikap ketergantungan positif
siswa di dalam kelompok ini menggunakan skala bertingkat (rating scale).
Menurut Arikunto (2010, hlm. 27) skala menggambarkan suatu nilai yang
berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Lebih lanjut Arikunto juga
menjelaskan bahwa biasanya angka-angka yang digunakan secara bertingkat dari
mulai yang terendah ke yang tinggi. Oleh karena itu, skala ini dikatakan skala
bertingkat.
Adapun perangkat-perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data
tentang sikap saling ketergantungan positif siswa di dalam kelompok yaitu
sebagai berikut:
1. Lembar Panduan Observasi
Lembar panduan observasi ini merupakan perangkat yang digunakan
untuk mengumpulkan data baik pada saat pra penelitian maupun pada saat
penelitian dilaksanakan. Data yang diperoleh adalah data pada saat
mengamati aktivitas guru dan siswa, yaitu guru IPS dan siswa kelas VIII-3
SMP Negeri 1 Bandung. Lembar observasi yang digunakan untuk mengukur
sikap saling ketergantungan positif siswa dalam kelompok terdiri dari
beberapa indikator. Indikator tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
43
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kisi-kisi instrumen penelitian
No Indikator Kriteria Penilaian
44
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sesuatu.
Pedoman wawancara merupakan perangkat yang digunakan untuk
memperoleh data yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan tindakan.
wawancara merupakan salah satu bentuk alat yang dilakukan melalui
45
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawancara ini berisi beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti
sebelumnya yang akan diajukan kepada guru dan siswa. Dari hasil wawancara
yang telah dilakukan data yang diperoleh digunakan unrtuk refleksi guna
menunjang penelitian selanjutnya.
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang penting di
lapangan ketika penelitian berlangsung. Sejalan dengan pendapat Wiriaatmaja
(2005, hlm. 125) yang mengemukakan bahwa “catatan lapangan memuat
deskriptif berbagai kegiatan suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan,
berbagai bentuk interaksi sosial dan nuansa-nuansa lainnya”. Menurut Bodman
dan Bilken (dalam Meleong, 2005, hlm.209) “catatan lapangan adalah catatan
tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan difikirkan dalam
rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
Catatan yang dibuat hanya berupa kata kunci sebagai pokok dari pembicaraan
atau pengamatan. Kemudian diubah kedalam catatan lengkap yang ditelaah
oleh peneliti guna untuk mendapatkan data yang konkrit.Dalam hal ini peneliti
meminta bantuan observer untuk membuat catatan catatan lapangan pada saat
pembelajaran IPS berlangsung di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung.
b) Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, keterlibatan peneliti sangat penting dalam
pengumpulan dan analisis data. Peneliti harus terlibat langsung dalam
pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik non tes yaitu dengan menggunakan wawancara, observasi, studi
dokumentasi dan catatan lapangan.
1. Wawancara
Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang
46
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
khan dan cannel, wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang
atau lebih dengan tujuan tertentu (dalam Sarosa, 2012, hlm. 45). Dalam
wawancara, peneliti dapat mengajukan pertanyaan mengenai (Silverman
1993, dalam Sarosa, 2012, hlm. 45):
a). Fakta (misalnya mengenai data diri, geografis, demografis)
b). Kepercayaan dan perspektif seseorang terhadap suatu fakta
c). Perasaan
d). Perilaku saat ini dan masa lalu
e). Standar normatif
f). Mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu
Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang “kaya” dan
multi dimensi mengenai suatu hal dari para partisipan (Meyers 2009, dalam
Sarosa, 2012 hlm. 45). Hasil wawancara adalah persepsi atau ingatan
partisipan terhadap suatu hal. Dalam melakukan wawancara, ada beberapa
kemungkinan masalah yang akan dihadapi oleh peneliti. Masalah-masalah
tersebut antara lain (Meyers dan Newman dalam Sarosa, 2012, hlm. 51):
a. Wawancara yang dibuat-buat
b. Kurangnya kepercayaan partisipan terhadap pewawancara
c. Kurangnya waktu yang menyebabkan data yang terkumpul dari
wawancara tidak lengkap atau tidak dapat diandalkan
d. Level entry atau siapa saja yang pertama kali diwawancarai
e. Elite biasa
f. Hawthorne effect, yaitu kondisi ketika peneliti sebagai pewawancara
mempengaruhi partisipan dalam menjawab pertanyaan
g. Bahasa yang ambigu membuat partisipan salah memahami maksud
peneliti
47
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan utama dari wawancara ini adalah untuk mengumpulkan data
guna menunjangpenelitian yang dilakukan. Dalam hal ini yang berkaitan
dengan sikap saling ketergantungan positif.
2. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung setiap kejadian yang sedang
berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang
akan diamati (Sanjaya, 2009, hlm.86). Observasi ini dibuat dalam bentuk
cheklist. Jadi dalam pengisiannya, observer hanya perlu memberikan tanda
cheklist pada kolom serta menuliskan keterangan pada kolom yang telah
disediakan.
3. Studi Dokumentasi
Lincoln dan Guba (dalam Setiawati, 2009, hlm. 80) mengatakan
bahwa dokumentasi dan catatan digunakan sebagai pengumpulan data
didasarkan pada beberapa hal yakni :
a. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena
mudah diperoleh dan relatif lebih murah.
b. Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian
merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang
tanpa melalui perubahan didalamnya.
c. Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya
d. Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal,
yang menggambarkan kenyataan formal
Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun
catatan non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau
pelakuan peneliti.
Dalam penelitian ini kamera digunakan sebagai alat bantu untuk
48
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peneliti dibantu dengan observer yang melakukan observasi pada saat
penelitian berlangsung di kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Bandung.
c) Validasi Data
Validasi ada adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan
keabsahan data. beberapa bentuk validasi data yang dapat peneliti lakukan dalam
penelitian tindakan kelas menurut Hopkins yaitu member check, triangulasi, audit
trail, expert opinion, dan key respondent review (dalam Wiriaatmadja, 2012,
hlm.168), untuk menguji derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran penelitian,
ada beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan
kelas, yaitu :
1. Member Chek dilakukan untuk meninjau kembali keterangan-keterangan
atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari
narasumber tentang kebenaran data penelitian. Dalam kegiatan ini peneli
menginformasikan penemuan yang diperoleh baik kepada guru, maupun
siswa pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
2. Triangulasi yaitu kegiatan untuk memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk
atau analisis yang diperoleh peneliti dengan menggunakan sumber lain
yakni dengan membandingkan kebenaran data dengan sumber lain atau
hasil peneliti lain.
3. Audit Trail yakni memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau
prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam mengambil kesimpulan.
Selain itu, peneliti juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh
peneliti atau mitra peneliti. Audit trial dapat dilakukan oleh kawan sejawat
peneliti, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan
penelitian tindakan kelas yang sama seperti peneliti itu sendiri (Kunandar,
2009, hlm. 108).
4. Expert Opinion dilakukan dengan cara pengecekan data terakhir terhadap
kesahihan temuan peneliti kepada pakar profesional. Dalam kegiatan ini
49
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sehingga validasi data temuan yang dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
d) Analisis Data Penelitian
Menurut Patton 1980 (dalam Basrowi, 2008, hlm. 91) analisis data ialah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori
dan satuan uraian dasar. Teknik analisis data dilakukan setelah data diperoleh dari
hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi, studi literature dan studi lapangan.
Setelah data hasil penelitian terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data.
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian
tindakan kelas. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki wawasan
autentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya (Kunandar, 2009,
hlm. 101). Pada dasarnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan
proses pengumpulan data. Analisis data tersebut terdiri atas beberapa
komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu:
a. Redukasi Data dan Kategorisasi
Redukasi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Redukasi data
merupakan bentuk analisis yang yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik
dan diverifikasi.
b. Penyajian data
Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita melihat dan akan
50
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian
tersebut.Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
berbagai jemis matriks, grafik jaringan dan bagan. Dengan demikian,
peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi dan menentukan apakah
menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan
analisis.
c. Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan dan verifikasi, dilakukan sejak awal data
diperoleh.Kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Makna-makna yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaran dan
kesesuainya sehingga validitasnya terjamin.
2. Analisis Data Kuantitatif
Selain analisis data kualitatif peneliti juga menggunakan analisis data
kuantitatif untuk menganalisis data hasil penelitian ini. Pada proses
penelitian, menganalisis dan menginterpretasikan data merupakan proses
penting, karena data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika kita
tidak mengolahnya. Komalasari (2011, hlm. 156) menuliskan untuk
menghitung perolehan skor dapat dilakukan dengan rumus dibawah ini:
Perhitungan rata-rata (persentase): Jumlah skor kelompok x 100% Jumlahskormaksimal
Dari perhitungan rata-rata tersebut nilai keberhasilan terjadi ketika nilai
menunjukkan rata-rata sebagai berikut :
Rata-rata (Persentase)
Nilai Skor Persentase
Kurang 0%- 33,3%
Cukup 33,4% - 66,6%
51
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil rata-rata yang menunjukkan titik keberhasilan suatu penelitian
dilihat dari rata-rata hasil persentase 66,7%-100%. Untuk target keberhasilan
penelitian tindakan kelas ini, peneliti menentukan batas penelitian harus
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Pada bagian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan serta saran yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait
dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I, II, III dan IV yang dilaksanakan
di kelas VIII-3 mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning
tipe Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Possitive Interdependence
Siswa Dalam Kelompok.”, peneliti mengambil kesimpulan secara umum dan
khusus.
Kesimpulan umum yang peneliti dapatkan dari peneltian yang telah
dilakukan bahwa melalui penerapan Model PembelajaranCooperative Learning
tipe Group Investigation dapat meningkatkan Sikap Possitive Interdependence
Siswa Dalam Kelompok khususnya pada pembelajaran IPS.Hal ini disebabkan
karena penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group
Investigationdapat membuat siswa bekerja dalam kelompok, dengan cara
menginvestigasi dan menganalisis masalah membuat siswa melakukan pembagian
tugas karena jika tidak terjadi pembagian tugas yang baik maka tugas tidak akn
bisa diselesaikan tepat waktu. Hal ini menuntut siswa untuk saling bekerjasama,
menghargai, membantu, ikut berkontribusi, mau mendengarkan dan bertanggung
jawab untuk dirinya sendiri serta anggota dalam kelompoknya (saling
ketergantungan positif).
Kesimpulan secara khusus dapat peneliti peneliti jabarkan dari hasil
penelitain adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model
Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation untuk
menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa dalam kelompok yang
159
Wida Williannita, 2014
Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe group investigation untuk menumbuhkan sikap possitive interdependencesiswa dalam kelompok
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan pembelajaran dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan rencana yang telah sibuat sebelumnya. Selain mempersiapkan
RPP yang berfokus pada sikap salingketergantungan positif siswa di kelas,
guru juga mempersiapkan materi dengan menentukan tema atau topik yang
akan dibahas. Peneliti juga mempersiapkan lembar observasi guru dan siswa,
catatan lapangan, lembar wawancara serta studi dokumentasi yang akan
digunakan untuk penelitian.
2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran
Cooperative Learning tipe Group Investigation untuk menumbuhkan sikap
possitive interdependence siswa dalam kelompok dilakukan guru dengan
cukup baik. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan melalui tiga tahapan
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan pelaksanaan ini
guru berusaha untuk menumbuhkan sikap possitive interdependence siswa
melalui tugas investigasi kelompok. Selain itu, guru juga memberikan
motivasi seperti ice breakingagar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran di
kelas. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guna menumbuhkan sikap
possitive interdependence siswa ialah siswa dibagi menjadi 6 kelompok,
siswa diberi masalah untuk diinvestigasi dan dianalisis dengan teman
sekelompoknya. Ketika siswa mengerjakan tugas di dalam kelompok sikap
siswa dalam saling ketergantungan positif dapat diamati dengan jelas. Begitu
pula pada saat presentasi.
3. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigationyang dilakukan
oleh guru secara umum yaitu, dalam menentukan waktu penelitian, pada
tahap pembuatan RPP dan keterbatasan waktu mengajar di kelas sedangkan
materi luas. Selain itu, kendala lain yang dihadapi adalah penyesuaian siswa
dengan model pembelajaran yang belum pernah dialami sebelumnya sehingga
pada awal siklus siswa masih terlihat bingung. Dalam kegiatan pembelajaran